PERAN UNIT PELAKSANAAN TEKNIS (UPT) DALAM PELAKSANAAN REHABILITASI SOSIAL WANITA TUNA SUSLA (WTS) DI JAWA TIMUR ( Studi di UPT Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Kota Kediri ).

PERAN UNIT PELAKSANAAN TEKNIS (UPT) DALAM
PELAKSANAAN REHABILITASI SOSIAL WANITA TUNA SUSLA
(WTS) DI J AWA TIMUR
( Studi di UPT Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Kota Kediri )

SKRIPSI

Oleh:
INDRA ARIF SETYAWAN
NPM. 0941010054
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
SURABAYA
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan segala puji syukur Alhamdulillah pada kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan

penelitian

ini

(SKRIPSI)

yang

berjudul


“PERAN

UNIT

PELAKSANA TEKNIS (UPT) DALAM PELAKSANAAN REHABILITASI
SOSIAL WANITA TUNA SUSLA (WTS) DI J AWA TIMUR ( Studi di UPT
Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Kediri ).
Pembuatan SKRIPSI ini merupakan bagian dari proses pada Program Studi
Ilmu Administrasi Negara yang wajib diselesaikan oleh setiap mahasiswa yang
merupakan persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana (S1) Administrasi Negara
pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di UPN “Veteran” Jawa Timur.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada
Bpk Dr. Lukman Arif M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
Disamping itu penulis juga telah mendapatkan banyak bantuan pikiran atau
tenaga dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu penulis juga mengucapkan
banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:


ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, Msi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
2. Bpk Dr. Lukman Arif MSi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN “VETERAN” Jawa Timur
3. Ibu Dra. Susi Hardjati, MAP selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UPN”Veteran”Jatim
4. Bpk. Yusuf selaku Kabid. Rehabilitasi Sosial di Dinas Sosial Prov-Jawa timur
5. Kepala UPT Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Kediri
6. Dra. Retno Murti A. Selaku Kasi Rehabilitasi dan Binjut UPT Resos Tuna
Susila Kediri
7. Orang Tua dan teman-teman yang telah membantu dan memberikan masukan
pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membanguan penulisan
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.


Surabaya,

April 2013

Penulis

iii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

HALAMAN J UDUL
LEMBAR PERSETUJ UAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR REVISI
ABSTRAKSI ...................................................................................................
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

i

………………………………………………...……….. ii

………………………………………………………………....… iv

DAFTAR TABEL

…………………………………………………………....... vii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang

…………………………………………………………….... 1

1.2 RumusanMasalah


……………………………….…………………….…… 12

1.3 TujuanPenelitian

……………………………………………………….…. 12

1.4 ManfaatPenelitian

………………………………………………………….. 13

BAB II KAJ IAN PUSTAKA
2.1 PenelitianTerdahulu
2.2 LandasanTeori

……………………………………………………….. 14

……………………………………………………………... 16

2.2.1 PermasalahanSosial ……………………………………………………... 16
2.2.2 PerubahanSosial


……………………………………………………….. 17

2.2.3 KebijakanPublik

……………………………………………………….. 19

2.2.4 Implementasi Kebijakan

.................................................................... . 22

2.2.4.1 Model Implementasi Kebijakan

....................................................

2.2.4.2 Faktor Keberhasilan Implemetasi Kebijakan
2.2.4.3 Aktor yang Berperan Proses Kebijakan
2.2.5 Peranan

................................


24

......................................

25

...............................................................................................

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

27

2.2.5.1 Pengertian Peranan


...................................................................

2.2.6.1 Macam-Macam Peranan
2.2.6 PengertianRehabilitasi

............................................................

28

……………………………………………… 29

2.2.7 PengertianPembinaan

………………………………………………... 33

2.2.8 Pengertian Bimbingan Keterampilan .....................................................
2.2.9 PengertianPemberdayaan
2.3 KerangkaBerfikir

27


35

……………………………………………….. 39

…………………………………………………………… 41

BAB III METODE PENELITIAN
3.1 JenisPenelitian

……………………………………………………………… 44

3.2 FokusPenelitian

……………………………………………………………… 45

3.3 LokasiPenelitian ……………………………………………………………… 49
3.4 Sumber Data ……………………………………………..…………………… 50
3.5 Jenis Data


…………………………..……………………………………… 51

3.6 TeknikPengumpulan Data

………………………………………………….. 52

3.7 Analisis Data Ejak ……………………………………………………………. 52
3.8 Keabsahan Data

……………………………………………………………. 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

.......................................................

57

A. Sejarah Berdirinya UPT Resos Tuna Susila ...........................................

57

B. Letak Geografis

.............................................................................

59

C. Landasan Hukum

.............................................................................

60

D. Struktur Organisasi .............................................................................

61

E. Tugas Pokok dan Fungsi

63

.................................................................

F. Maksud dan Tujuan Berdirinya UPT
4.2 Hasil Penelitian

..........................................

69

.........................................................................................

71

4.2.1 Peran UPT dalam Pelaksanaan Bimbingan Mental
4.2.1.1 Persiapan Bimbingan Mental

...............................

.....................................................

v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

71
73

4.2.1.2 Pelaksanaan Bimbingan Mental ....................................................
4.2.2 Peran UPT dalam Pelaksanaan Bimbingan Sosial

76

..............................

81

......................................................

82

4.2.2.2 Pelaksanaan Bimbingan Sosial ......................................................

84

4.2.2.1 Persiapan Bimbingan Sosial

4.2.3 Peran UPT dalam Pelaksanaan Bimbingan Fisik

..............................

88

4.2.3.1 Persiapan Bimbingan Fisik

.....................................................

88

4.2.3.2 Pelaksanaan Bimbingan Fisik

.....................................................

90

4.2.4 Peran UPT dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Keterampilan ...............

94

4.2.4.1 Persiapan Bimbingan Keterampilan

............................................

94

4.2.4.2 Pelaksanaan Bimbingan Keterampilan ........................................

97

4.3 Pembahasan ................................................................................................

107

4.3.1 Peran UPT dalam Pelaksanaan Bimbingan Mental ...............................

107

4.3.2 Peran UPT dalam Pelaksanaan Bimbingan Sosial

...............................

109

4.3.3 Peran UPT dalam Pelaksanaan Bimbingan Fisik .................................

112

4.3.4 Peran UPT dalam Pelaksanaan Bimbingan Keterampilan

113

....................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

..........................................................................................

117

5.1.1 Peran UPT dalam Pelaksanaan Bimbingan Mental

............................

117

5.1.2 Peran UPT dalam Pelaksanaan Bimbingan Sosial

............................

117

5.1.3 Peran UPT dalam Pelaksanaan Bimbingan Fisik

............................

118

5.1.4 Peran UPT dalam Pelaksanaan Bimbingan Keterampilan .....................

118

5.2 Saran

......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

119

ABSTRAKSI

INDRA ARIF SETYAWAN, 2013, Peran Unit Pelaksana Teknis (UPT) dalam Pelaksanaan
Rehabilitasi Sosial Wanita Tuna Susila (WTS) di Jawa Timur (Studi di UPT Rehabilitasi
Sosial Tuna Susila Kediri). DosenPembimbing : Dr. Lukman Arif, Msi
Penelitianinididasarkanbanyaknya permasalahan sosial atau penyakit sosial yang
menimbulkan keresahan bagi masyarakat diataranya adalah adanya wtsyang dapat
menyebarkan penyakir HIV AID dalam kehidupan masyarakat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran UPT tersebut
dalam pelaksanaan rehabilitasi wts melalui bimbingan-bimbingan yang ada.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif ,Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi serta dokumentasi. Sample atau
informan dalam penelitian ini adalah :Kasi Rehabilitasi dan Binjut di UPT, Staf rehabilitasi,
Staf Pelayanan, Aktor/Instruktur Keterampilan dan Klien/wts. Analisa data dalam penelitian
ini menggunakan Analisis Data Model interaktif (Miles danHuberman). Kebsahan data dalam
penelitian nimeliputi:derajat kepercayaan,keteralihan,kebergantungan, dan kepastian.
Analisis data dalam penelitian ini melalui beberapa tahap, yang pertama pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan dan verivikasi.
HasilpenelitianmenunjukanbahwaPeran UPT dalam pelaksana Rehabilitasi wts di
Kediri Jawa Timursudah dilakukan dengan baik dan susuai dengan
peran UPT
semestinya.Jadi UPT telah berperan penting dalam rehabilitasi wts. Hal tersebut dapat dilihat
tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan setiap bimbingan dan keterampilan yang ada yaitu
pada tahap persiapan UPT menyiapkan fasilitas hingga melakukan kerja sama dengan
instasi/lembaga lain, jadi adanya persiapan tersebut maka pelaksanan dapat berjalan, hal
tersebut dilihat seperti bentuk pelaksanaan bimbingan yang diberikan pada klien sampai
dengan siapa aktor/instruktur bimbingan dan keterapilan yang merupakan hasil kerja sama
UPT. Semua kegiatan tersebut telah dilakukan sesuai dengan tugas atau peran UPT yang
tertulis pada pergub No.199 Tahun 2008 mengenai Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur.
(Keyword : Kebijakan Publik, Peran UPT dalam Pelaksanaan Rehabilitasi)

i

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kehidupan masyarakat Indonesia merupakan kehidupan yang sangat

kompleks dengan adanya berbagai masalah sosial yang melanda beberapa
masyarakat yang ada di Indonesia. Adanya berbagai permasalahan sosial yang
dihadapi masyarakat itu sendiri membuat mereka hidup yang tidak normal atau
tidak semestinya seperti rendahnya ekonomi dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Permasalahan sosial meruapakan salah satu wujud dari dampak negatif ilmu
sosial. (Soekanto 2001:30) Pemasalahan sosial adalah beberapa kondisi yang
terlahir dari sebuah keadaan masyarakat yang tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya

yang

sehingga

mengakibatkan

kekecewaan

dan

penderitaan.

Permasalahan sosial itu muncul karena juga dipengaruhi oleh tidak meratanya
kesejahteraan sosial, dimana seseorang atau masyarakat yang tidak mendapatkan
kehidupan sosial yang layak.
Seseorang yang mengalami kesejahteraan sosial bisa disebut sebagai
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah seseorang, keluarga
atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan,
tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat terpenuhi
kebutuhan hidupnya (Jasmani, Rohani, dan Sosial) secara memadai dan wajar.
Hambatan, kesulitan dan gangguan tersebut

dapat berupa kemiskinan,

keterlantaran, dan perubahan lingkungan secara mendadak. Dalam hal ini yang
1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

sering mengalami permasalahan sosial biasanya kaum perempuan, Salah satu
penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yaitu Wanita Tuna Susila
(WTS).
Wts merupakan masalah sosial, karena perbuatannya tersebut menyimpang
dari norma-norma atau nilai-nilai masyarakat serta tidak mempunyai sopan
santun. Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut wts ini seperti pelacur,
balon, sundel dan kupu-kupu malam (Koentjoro, 2004:27). Artinya bahwa yang
dilakukan oleh wts adalah melakukan hubungan-hubungan seksual dengan lakilaki diluar perkawinan dan berganti-ganti pasangan, serta untuk melakukanya
menerima imbalan uang atau bentuk material yang lain. wts atau wanita pelacur
adalah wanita yang mejual tubuhnya untuk memuaskan seksual laki – laki
siapapun yang menginginkanya, dimana wanita tersebut menerima sejumlah uang
atau barang (umumnya dengan uang dari laki-laki pemakaianya) (Soedjono D,
1977:16). Pelacur adalah pekerjaan yang bersifat menyerahkan diri kepada umum
untuk melakukan perbuatan-perbuatan seksual dengan mendapatkan upah
(Soekanto, 2001:417).
Aktivitas penjajaan seks atau pelacuran ini dipandang masyarakat sebagai
sisi hitam dari kehidupan sosial yang megah. Adanya sikap ironis masyarakat dan
pemerintah terhadap pelacuran berada pada kondisi untuk dikutuk sekaligus
dilestarikan. Dikutuk karena memang bertentangan dengan nilai-nilai moral
kelompok dominan yang pada umumnya menggunakan standart ganda
(perempuan pelacur dikutuk, laki-laki yang melacur didiamkan). Dilestarikan
karena memang memiliki basis material yang terkait erat pada pengorganisasian

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

produksi. Warna pandangan ini menyebabkan kita melihat keremang-remangan
dalam kehidupan pelacuran, (Katjasungkana 1995:31).
Adanya wts ditengah masyarakat maka dianggap sebagai permasalahan
sosial dan sangat mengganggu masyarakat disekitarnya atau sebagai sumber
penyakit sosial dimasyarakat. Ini karena perbuatan tersebut dilarang oleh agama
maupun norma-norma masyarakat yang mana perbuatan tersebut adalah dosa
besar. (Soedjono D, 1982: 126) juga mengemukakan bahwa akibat negatif dari
adanya praktek wts ini adalah :
1. Dapat menimbulkan dan menyebarkan penyakit kulit, kelamin dan sejenisnya
2. Merusak sendi-sendi kehidupan keluarga yang wajar
3. Merusak sendi-sendi pendidikan moral, bertentangan dengan norma-norma
agama, norma sosial, dan norma hukum
Seperti yang tertulis diatas yang salah satu akibat negatif adanya praktek
wts adalah terjadinya atau penularan virus HIV dan seperti yang dikemukakan
diatas juga marak diberitakan dimana-mana, seperti yang dikatakan“Kepala Dinas
Kesehatan Kota Surabaya, Esty Martiana Rachmie mengatakan, hubungan seks
bebas kini menduduki peringkat pertama penyebab penularan virus HIV AIDS.
Sebanyak 89% penularan HIV-AIDS di Surabaya tahun ini terjadi akibat
hubungan seks”.(kompas.com.09,11.2012).
Yang ditambah adanya data dari Dinas Kesehatan Jawa Timur yang
menyebutkan jumlah pengidap HIV tahun 2012 di Jawa Timur sebanyak 14.034
(9.2%) dari seluruh penduduk Jawa Timur yang jumlahnya mencapai 41.437.769
jiwa pada tahun 2012, jumlah tersebut mengalahkan jumlah pengidap HIV yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

ada di lokalisasi yang tersebar di Jawa Timur yaitu sebanyak (7,6%). Dengan
jumlah pengidap HIV AIDS tersebut Jawa Timur menduduki peringkat ke-2
setelah DKI yang diikuti Papua, Jawa Barat dan Bali. Distribusi atau penyebaran
virus HIV telah berada di berbagai kota yang ada di Jawa Timur, hal ini dapat
dilihat pada gambar yang ada dibawah:
Daftar Gambar 1.1
Distribusi kasus HIV Juni 2012 Provinsi Jawa Timur

Sumber: Dinas Kesehatan Jawa Timur (Juni, 2012)
Pada gambar diatas jelas penyebaran HIV yang paling besar yaitu di Kota
Surabaya yang bertanda merah diatas, hal ini sudah tidak asing lagi bahwa Kota
Surabaya adalah kota terbesar setelah DKI Jakarta dan Surabaya terkenal dengan
sebutan Kota Lokalisasi. Dijelaskan pada halaman sebelumnya bahwa Surabaya
sebagai Kota terbesar sebagai penyebar HIV AIDS yaitu 89%.
Tentunya hal tersebut membuat para masyarakat semakin takut dan geram
akan adanya penyakit seperti HIV AIDS yang menyebar di berbagai tempat,
masyarakat

sangat

mengharapkan

peran

pemerintah

dalam

mengatasi

permasalahan sosial khususnya wts yang dapat menyebabkan menyebar luasnya
beberapa penyakit.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Bersamaan dengan permasalahan atau fenomena tersebut perlu adanya
kebijakan serta penanganan mengenai rehabilitasi sosisl untuk para wts.
Kebijakan atau penanganan tersebut mengenai usaha penyembuhan dan
pemulihan para wts melaului pembinaan/ bimbingan agar mereka dapat hidup
secara wajar dan menjadi anggota masyarakat yang baik dan hidup sehat tentunya.
Dalam hal ini diharapkan kerjasama semua pihak, seperti Pemerintah
Pusat/ Daerah maupun peran Masyarakat untuk ikut dalam mengentaskan
permasalahan sosial yang salah satunya adalah wts. Maka dalam mengatasi
Permasalahan Kesejahteraan Sosial (PMKS) kususnya wts. Kementerian Sosial
mempunyai tujuan dalam mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh
masyarakat dengan yaitu mengedepanan penanganan sosial kususnya dibidang
rehabilitasi sosial wts dan pemberdayaan sosial bagi para wts. Pemerintah dan
pemerintah daerah setempat juga mempunyai tanggung jawab dalam mengatasi
hal tersebut, sesuai kebijakan yang tercantum dalam:
a. Keputusan Mentri Sosial RI No. 20/HUK/1999, tentang Rehabilitasi Sosial
penyadang masalah Tuna Susila.
b. Keputusan Mentri Sosial No. 06/HUK/2001, tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dpertemen Sosial.
c. Undang-Undang No. 11 Tahun 2009, tentang Kesejahteraan sosial
Dalam hal ini pelaksanaan penanganan masalah wts pada tingkat Provinsi
adalah tugas dari pemerintah Provinsi beserta daerah setempat yang secara
fungsional baik bersifat Kuantitas atau Kualitas rehablitasi wts. Dinas Sosial
Provinsi Jawa Timur merupakan pemerintah provinsi yang menangani

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

permasalahan sosial yang salah satunya adalah para wts yaitu dengan cara
Rehabilitasi Sosial. Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur telah menyediakan tempat
kusus bagi para wts untuk direhabilitasi. Tempat untuk melakukan rehabilitasi wts
di Jawa Timur tersebut adalah Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Rehabilitasi Sosial
Tuna Susila di Kediri. Bagaimana tugas pelaksanaan rehabilitasi tersebut
tercantum dalam Peraturan Gubernur Nomor. 199 Tahun 2008 tentang Orgaisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksanaa Teknis (UPT ) Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur.
UPT Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Kediri adalah tempat dimana para
Tuna Susila atau perempuan-perempuan yang mempunyai permasalahan sosial
termasuk wts untuk melayani atau memberi bimbingan agar wts menjadi
masyarakat yang mandiri, berdaya serta dapat menjalankan fungsi sosialnya
seperti masyarakat pada umumnya. UPT Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Kediri
memiliki tanggung jawab dan tugas dalam melaksanakan pelayanan rehabilitasi
sosial Tuna Susila atau wts.
Maka dengan kewenangan yang diberikan oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa
Timur, maka UPT Resos Tuna Susila Kediri mempunyai tugas:
a. Menyiapkan Bahan penyusunan pedoman pelayanan dan rehabilitasi
Sosial, serta pembinaan lanjut bagi Tuna Susila.
b. Menyiapkan bahan dan melaksanakan kegiatan pelayanan dan rehabilitasi
Sosial, serta pembinaan lanjut bagi bekas Tuna Susila,
c. Memberikan bimbingan teknis dalam penyelenggaraan pelayanan dan
rehabilitasi Sosial, serta pembinaan lanjut bagi Tuna Susila.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

d. Mengawasi pelaksanaan kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial, serta
pembinaan lanjut bagi bekas Tuna Susila.
e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang di berikan oleh Kepala Bidang
Rehabilitasi Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur.
Rehabilitasi dilakukan untuk wts agar mereka dapat memiliki rasa percaya
diri, kemauan, kemampuan dalm menghadapi kehidupan dan penghidupan.
Seperti Visi dari UPT Resos Tuna Susila Provinsi Jawa Timur, yaitu terwujudnya
tata kehidupan yang normatif bagi penyandang masalah dengan diliputi rasa
kesusilaan.
Kegiatan rehabilitasi ini juga bertujuan untuk mengurangi jumlah WTS
yang ada di Lokalisasi atau wts Jalanan di Seluruh Jawa Timur dan
mengembalikan perilaku yang menyimpang mereka agar dapat diterima
dimasyarakat kembali dan tanpa adanya diskriminasi.
Rehabilitasi sosial di UPT ini meliputi:
1. Bimbingan Mental
2. Bimbingan Sosial
3. Bimbingan Fisik
4. Bimbingan Keterampilan
Dalam rehabilitasi ini UPT melakukan perannya sesuai dengan pergub
no. 199 tahun 2008 tersebut. Peran UPT disini adalah melakukan persiapan
sebelum kegiatan bimbingan-bimbingan dilakukan, persiapan tersebut meliputi
penyiapan tempat bimbingan, mempersiapkan kerja sama dengan instruktur
masing-masing bimbingan dan menyiapkan peralatan atau fasilitas yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

mungkin akan digunakan dalam pelaksanaan bimbingan. Persiapan tersebut
dilakukan agar setiap pelaksanaan bimbingan yang ada dapat berjalan dengan
baik dan optimal dan jika semua bimbingan berjalan dengan baik maka peran
UPT secara keseluruhan akan optimal dan sesuai dengan kebijakan yang ada.
Dalam pelaksanaan bimbingan yang ada UPT juga melakukan sebuah
pengawasan untuk mengetahui bagaimana proses pemberian pelatihan atau
pembinaan pada wts berjalan dengan baik atau tidak dan telah sesuai program
yang dibuat UPT atau tidak.
Pelaksanaan rehabilitasi wts di UPT tidak begitu saja dilakukan pada wts,
tetapi wts yang akan direhabilitasi tersebut harus sesuai dengan persyaratan yang
telah ada.
Dalam program rehabilitasi ini, UPT memiliki syarat kusus untuk calon
klien/wts yang akan direhabilitasi, dimana persyaratan tersebut yaitu:
1. Berusia 18-45 tahun
2. Sehat jasmani dan rohani
3. Wajib tinggal di asrama dan mematuhi peraturan yang ada
4. Wajib mengikuti program bimbinga-bimbingan yang ada.
Jadi selama wts di UPT, mereka wajib mengikuti program atau kegiatan
bimbingan selama dalam masa Rehabilitasi. Para wts akan mendapatkan
pelayanan di dalam UPT termasuk adanya kegiatan pelatihan/ pembekalan. Lama
pelatihan dan pembekalan kompetensi atau bimbingan tersebut adalah selama 4
bulan, artinya para wts akan ditempatkan dalam satu asrama atau panti dengan
jumlah untuk satu angkatan adalah 60 klien yang didalamnya terdapat wts dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

juga tuna susila lainnya seperti korban narkoba, korban kekerasan dan lainnya
tetapi peneliti disini hanya mengambil obyek atau meneliti wts untuk
direhabilitasi melalui bimbingan dan keterampilan.
Selama empat bulan tersebut wts dibina atau dibimbing serta diberikan
bekal keterampilan agar wts tersebut bisa menjadi masyarakat lebih baik lagi,
terlebih bisa mandiri, berdaya dan tidak menjadi wts kembali. Tetapi UPT
rehabilitasi sosial tuna susila ini hanya sebagai pelaksana rehablitasi pada tuna
susila serta wts, yang artinya bahwa para tuna susila atau yang dimaksud adalah
wts yang berasal dari hasil razia yang dilakukan oleh dinas sosial kota/ kabupaten
di jawa timur serta beberapa para wts yang datang dengan sendirinya untuk
mengikuti rehabilitasi. Sehingga peranan UPT disini hanya pada pelaksanaan
rehabilitasi yang ada, baik kegiatan persiapannya hingga dalam pelaksanaan
pemberian bimbingan pada wts
Selain kegiatan persiapan hingga pada pelaksanaan UPT Rehabilitasi
Sosial Tuna Susila Privinsi Jawa Timur juga selalu melakukan pendataan wts
sebelum direhabilitasi, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui Jumlah wts yang
ada serta mengetahui darimana asal wts yang akan mengikuti rehabilitasi. Seperti
yang dapat dilihat pada tabel dibawah mengenai data jumlah wts angkatan 1
bualan Februari 2013.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

Tabel 1.1
Daftar jumlah wts di UPT Resos Tuna Susila Kediri tahun 2013 dari beberapa
kota/kab di Jawa Timur
No
Nama
Umur
Alamat
1
Sulastri
23
Nganjuk
2
Binarti
27
Nganjuk
3
Nanik
29
Ponorogo
4
Surati
27
Pacitan
5
Sutini
29
Ponorogo
6
Eva
25
Sumenep
7
Indah
28
Nganjuk
8
Sudarti
23
Nganjuk
9
Rina
32
Nganjuk
10
Murtini
23
Tuban
11
Dwi
25
Bojonegoro
12
Hartini
32
Tuban
13
Sri
26
Bojonegoro
14
Asih
40
Kediri
15
Asriani
27
Situbondo
16
Fitri
35
Denpasar
17
Yayuk
27
Jember
18
Kasri
43
Jember
19
Ponik
35
Lumajang
20
Aisyah
30
Lombok barat
21
Sumiati
41
Jember
22
Lilik
27
Bangil
23
Mariatun
45
Jember
24
Muslimah
29
Surabaya
25
Krismi
23
Malang
26
Supina
34
Banyuwangi
27
Nurul
35
Probolinggo
28
Mariati
29
Kediri
29
Ida
28
Kediri
30
Siti
26
Nganjuk
31
Susanti
22
Kediri
32
Nila
21
Kediri
33
Surati
28
Lamongan
34
Wiwin
30
Tuban
Sumber: UPT Resos Tuna Susila Kediri, Februari, 2013
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa jumlah wts yang mengikuti
rehabilitasi di UPT Resos Tuna Susila Kediri pada angkatan pertama tahun 2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

dapat terbilang banyak, karena untuk satu angkatan yang lamanya rehabilitasi
selama 4 bulan saja jumlahnya hampir 40 wts, apa lagi jika dihitung secara
keseluruhan dalam satu tahun maka kemungkinan akan lebih banyak lagi. Jadi
diharapkan peran UPT untuk menangani permasalahan sosial seperti wts yang
dapat membuat masyarakat merasa terganggu. Dalam tabel diatas juga dapat
dilihat bahwa umur mereka rata-rata dibawah 35 tahun. Dari sisi umur tersebut
memang mereka masih tergolong muda, sehingga mungkin dengan alasan tersebut
mereka masih tetap menjajakan diri sebagai wts, tetapi tidak menutup
kemungkinan juga karena masalah ekonomi/ pendidikan yang rendah dan lain
sebagainya. Namun, seiring berjalannya kegiatan rehabilitasi wts yang salah
satunya dilakukan oleh UPT tersebut, maka jumlah wts di Jawa Timur mulai
berkurang. Hal tersebut terlihat dengan adanya data dari Dinas Sosial Provinsi
Jawa Timur yang menujukkan jumlah WTS di Jawa Timur dari tahun ke tahun
jumlahnya semakin menurun, hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 1.2
Data jumlah wanita tuna susila (wts) diseluruh Jawa Timur dari tahun 2011-2012
Tahun

Jumlah

2011

27. 494 WTS

2012

24. 066 WTS

Sumber: Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2012
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah wts dari tahun 2011-2012
jumlahnya semakin menurun, hal ini dikarenakan berjalannya dari kegiatan atau
peran dari UPT Resos Tuna Susila Kediri dalam merehabilitasi wts di Jawa
Timur. Dalam mengurangi jumlah para wts di Jawa Timur, UPT Rehabilitasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

Sosial Tuna Susila Provinsi Jawa Timur yang ada di Kediri melakukan rehabilitasi
melalui bimbingan-bimbingan dan keterampilan yang ada. Pada bimbingan dan
keterampilan tersebut wts dibina untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi
baik secara mental ataupun kemampuan lainnya.
(Mifta Thoha, 2002:7) mengemukakan pengertian pembinaan adalah
suatu tindakan, proses, hasil atau pernyataan menjadi lebih baik. Dalam hal ini
menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evaluasi atas
berbagai kemungkinan, perkembangan atau atas peningkatan sesuatu. Bimbingan
keterampilan kerja diarahkan agar seseorang mampu mandiri secara ekonomi.
Oleh karena itu, bimbingan keterampilan kerja memuat materi bimbingan
kewirausahaan (Dep. Sos. RI, 1997; S:3).
Kegiatan pembinaan atau bimbingan dan ketrampilan ini mempunyai
tujuan kusus yaitu memulihkan kembali harga diri, sikap perilaku dan peran sosial
dalam masyarakat sehingaa para wts tidak akan bekerja menjadi wts lagi.
Setelah memaparkan latar belakang dan fenomena yang terjadi di lapangan, maka
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: “PERAN UNIT
PELAKSANA TEKNIS (UPT) DALAM PELAKSANAAN REHABILITASI
SOSIAL WANITA TUNA SUSLA (WTS) DI JAWA TIMUR ”(Studi di UPT
Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Kediri)
1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada diatas maka peneliti akan berusaha

memfokuskan dan membatasi penelitian ini dengan permasalahan yang ingin
diketahui yaitu “Bagaimana peran UPT dalam pelaksanaan Rehabilitasi Sosial

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

Wanita Tuna Susila (WTS) melalui Bimbingan dan Keterampilan di Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Resos Tuna Susila di Kediri”
1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Peran Unit Pelaksana

Teknis (UPT) Resos Tuna Susila Kediri dalam Pelaksanaan Rehabilitasi wanita
tuna susila (wts) di Jawa Timur.
1.4

Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan tentang bagaimana Peran UPT Resos Tuna Susila
Kediri dalam melakukan Rehabilitasi dan terlebih untuk mengetahui
bagaimana pelaksanaan dari setiap bimbingan yang ada di UPT.
2. Bagi Universitas
Menambah rasa kerja sama antara Universitas dengan Instansi dalam
kegiatan ilmiah, menambah arsip perpustakaan guna kepentingan dalam
penelitian.
3. Bagi Instansi
Semoga dapat menjadi masukan-masukan yang positif dalam menjalankan
tugas pokok dan fungsi yang ada dalam Instansi terkait.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Ter dahulu
Penelitian terdahulu yang tertulis ini merupakan penelitian yang dilakukan
oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan pengkajian atau perbandingan
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan judul PERAN UNIT
PELAKSANA TEKNIS (UPT) DALAM PELAKSANAAN REHABILITASI
SOSIAL WANITA TUNA SUSLA (WTS) DI JAWA TIMUR ( Studi di UPT
Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Kediri )
1. Firmansyah,2000 fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas W.R Supratman
Surabaya melakukan penelitian dengan kajian: “Pengaruh Rehabilitasi Sosial
Terhadap Praktek Prostitusi dikalangan wts, studi kasus di kelurahan Bangun
sari Surabaya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
variable (x) yaiturehabilitasi social dengan indicator bimbingan mental,
bimbingan fisik, bimbingan social. Sedangkan dalam variable (y) adalah
praktek prostitusi dengan indicator tingkat partisipasi dalam mengikuti
bimbingan. Metode analisis dating yang dipakai adalah kuantitatif yaitu
penulis tidak melakukan perhitungan dengan metode statistic dan matematik
tetapi penulis melakukan perbandingan suatu kesimpulan berdasarkan

14

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

perbandingan antara informasi data yang dikumpulkan dilapangan dengan
teory yang digunakan.

Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara

observasi, kuiisioner, dokumentasi, wawancara dengan responden. Penelitian
ini sangat positif yaitu rehabilitasi social dengan praktek prostitusi, diman jika
dilakuikan rehabilitasi akan mengurangi prakter pelacuran di Bangunsari, hal
ini ditunjukakn dengan kesadaran setelah mereka mendapatkan rehabilitasi
sosial.
2. Aminatus Zuhriyah, 2008 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN”Veteran”
Jatim dengan

penelitiannya

dengan

kajian

Implementasi

Kebijakan

Rehabilitasi Sosial Bekas Penyandang Masalah Tuna Susila, studi kasus
Rehabilitasi social WTS di Dupak Bangunsari Surabaya. Jenis penelitian yang
dipakai yaitu kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara obsevasi,
dokumentasi dan interview. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah
diskriptif kualitatif. Yang menjadi focus penelitian ini adalah bagaimana
implementasi kebijakan rehabilitasi sosial bekas penyandang masalah tuna
susila khususnya wts yang ada di lokaliasasi Dupak Bangunsari Surabaya.
Kebijakan tentang rehabilitasi social bekas penyandang masalah tuna susila
dilakukan dengan tiga tahap yaitu, bimbingan ketrampilan, bantuan stimulant
UEP. Bimbingan ketrampilan yang diberikan meliputi ketrampilan menjahit
dan salon yang bertujuan untuk mengurangi jumlah tuta susila yang ada di
Jawa Timur serta memulihkan harga diri, disiplin, kemampuan interaksi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

sebagai bekal mendapatkan pencaharian yang layak dalam tatanan hidup
bermasyarakat.
Adapun beda penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu,
penelitian ini difokuskan padaBagaimana Peran Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Resos Tuna Susila Kediri dalam melaksanakan Rehabilitasi Sosial pada
Wanita Tuna Susila (WTS) melalui Bimbingan dan Keterampilan.
Sedangakan penelitian terdahulu mengenai peran Dinas Sosial dalam
Rehabilitasi PSK di kelurahan Bangunsari Surabaya, yang kedua

adalah

Implementasi Kebijakan Rehabilitasi Sosial Bekas Penyandang Masalah Tuna
Susila di Dupak Bangunsari Surabaya.
2.2 Landasan Teor i
2.2.1 Permasalahan Sosial
Permasalah social adalah suatu permasalahan yang ada di masyarakat,
permasalahan sosial sangat mempengaruhi kegiatan dari masyarakat tersebut
seperti masalah kemiskinan, masalah penyimpangan perilaku pada masyarakat
karena pengaruh globalisasi.Umumnya masalah social dikatakan sebagai
suatu kondisi yang tidak diinginkan oleh sebagian besar masyarakat. Hal ini
disebabkan karena gejala tersebut merupakan kondisi yang tidak sesuai
dengan hararapan atau tidak sesuai dengan nilai, norma dan standar social
yang berlaku.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

Lebih dari itu suatu kondisi juga dianggap sebagai masalah sosial
karena menimbulkan berbagai penderitaan dan kerugian baik fisik maupun
non fisik ( Soetomo, 2008:1 ).
Dari berbagai permasalahan sosial itulah muncul perubahan sosial
masyarakat yang membuat masyarakat tersebut tidak seperti masyarakat pada
umumnya, seperti yang dikemukakan para ahli dibawah:
2.2.2 Perubahan Sosial
Menurut Davis dalam Sokanto (200:336) mengartikan bahwa
perubahan social sebagai perubahan – perubahan yang terjadi dalam struktur
dan fungsi masyarakat.
Menurut Gillin dan Soekanto (2001:337) mengatakan perubahanperubahan social sebagai variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik
kerena perubahan kondisi geografis, budaya, material, idiologi ataupun karena
hal-hal yang baru dalam masyarakat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah
perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang mencakup tentang nilai-nilai
social, pola pikiir/perilaku, organisasi, struktur dan fungsi dalam masyarakat.
Menurut Soekanto (2001:361) ada dua faktor yang mempengaruhi jalannya
proses perubahan yaitu:
1. Faktor-Faktor yang mendorong jalanya proses perubahan
a) Kontak dengan kebudayaan lain

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Proses yang menyangkut hal ini adalah diffusion. Difusi adalah proses
penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu pada individu lain
dan dari satu masyarakat kemasyarakat lain.
b) Sistem Pendidikan Formal yang maju
Pendidikan

mengajarkan

kepada

individu

beraneka

macam

kemampuan. Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia,
terutama dalam membuka pikiran serta menerima hal-hal baru dan
juga cara berfikiir ilmiah.
c) Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan
untuk maju. Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat,
maka masyarakat merupakan pendorong bagi usaha-usaha penemuan
baru.
d) Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation)
yang bukan merupakan delik.
e) Sisi kehidupan masyarakat, dalam hal ini masyarakat biasanya tertekan
akan kebutuhan ekonomi, adanya tindak kekerasan dan juga masalah
keluarga lainnya yang akan mendorong seseorang untuk melakukan
hal diluar batas kewajaran masyarakat normal lainnya.
Masalah sosial yang dihadapi masyarakat tersebut karena kurangnya
skil atau ketrampilan yang dimiliki masyarakat yang menimbulkan kurang
sejahterannya masyarakat secara merata, dari sinilah akan timbul masalah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

baru yaitu adanya penyakit sosial seperti Wanita Tuna Susila yang
menimbulkan berbagai masalah-masalah lainnya seperti peyakit.
maka dengan permasalahan ini tindakan pemerintah sangat diharapkan
oleh

masyarakat.

Dengan

adanya

kebijakan

tentang

permasalahan

kesejahteraan sosial tentunya juga mengenai Rehabilitasi para WTS yang
mengarah pada pemberian pembinaan/ketrampilan hingga para WTS akan
menjadi berdaya sebagai masyarakat yang kegiatan sosialnya normal kembali.
Jadi kebijakan tersebut harus dijalankan dengan baik agar terimplementasi
sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat dan pemerintah.
2.2.3

Kebijakan Publik
Harold Laswell dan Abraham Kaplan (1970, 71) mendefinisikan
Kebijakan Publik sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan tujuantujuan tertentu, nilai-nilai tertentu, dan praktik-praktik tertentu.
Menurut Frederickson dan Hart Tangkilisan (2003:19), mengatakan
Kebijakan adalah “Suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan
oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkup tertentu sehubungan
dengan adanya hambatan-hambatan tertentu sambil mencari peluang untuk
mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.
Sedangkan William Jenkins mendefinisikan Kebijakan Publik sebagai
a set of interrelatet decisions taken by a political actor or group of actors
concerning the selection of goal of the mean of achiving them withim a
specified situations where those decesions should, in principle, be withim the

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

power of those actors to achive..publik policy is a goal oriented behavior on
the part of government..Publik Policies are dicissions taken by government
which define a goal and set out means toachive it. (Jenkins, 1978).
Dari berbagai kepustakaan dapat diungkapkan bahwa kebijakan publik
dalam kepustakaan Internasional disebut sebagai public policy, yaitu suatu
aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku
mengikat seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi sesuai
dengan bobot pelanggarannya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan didepan
masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi
(Nugroho R., 2004; 1-7).
Kebijakan secara umum menurut Said Zainal Abidin (Said Zainal
Abidin,2004:31-33) kebijakan dapat dibedakan dalam tiga tingkatan:
1. Kebijakan umum, yaitu kebijakan yang menjadi pedoman atau
petunjuk pelaksanaan baik yang bersifat positif ataupun yang bersifat
negatif yang meliputi keseluruhan wilayah atau instansi yang
bersangkutan.
2. Kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan yang menjabarkan kebijakan
umum. Untuk tingkat pusat, peraturan pemerintah tentang pelaksanaan
suatu undang-undang.
3. Kebijakan teknis, kebijakan operasional yang berada di bawah
kebijakan pelaksanaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

Maka dapat disederhanakan bahwa “kebijakan publik adalah
keputusan yang dibuat oleh Negara, khususnya pemerintah, sebagai strategi
untuk merealisasikan tujuan Negara yang bersangkutan.Kebijakan publik
adalah strategi untuk mengantar masyarakat pada masa awal, memasuki
masayarakat pada masa transisi, untuk menuju masyarakat yang dicitacitakan.”
Menurut Dunn dalam Tangkilisan (2003:8), tahap-tahap kebijakan dibagi
menjadi :
1. Penetapan agenda kebijakan (agenda setting)
Tahapan dalam pemebuatan kebijakan adalah menentukan masalah
public yang akan dipecahkan.
2. Formulasi kebijakan ( policy formulation)
Hal ini digunakan untuk mengidentifikasikan kemungkinan kebijakan
yang

dapat

digunakan

melalui

prosedur

forecasting

untuk

memecahkan masalah yang didalamnya terkandung kosekunsi dari
setiap pilihan kebijakan yang akan diambil.
3. Adopsi kebijakan (policy adoption)
Tahap adopsi kebijakan merupakan tahap untuk menentukan pilihan
kebijakan melalui mendukung para stakehoelders.
4. Isi kebijakan atau penerapan kebijakan (policy implementation)
Implementasi berhubungan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan
untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

mengatur cara untuk mengorganisir, menginterprestasikan dan
menerapkan kebijakan yang diselesaikan.
5. Evaluasi kebijakan (plicy assessment)
Tahap ahir dalam pembuatan kebijakan adalah penilaian pada
kebijakan yang telah ditetapkan dan dilakukan. Dalam penelitian ini
semua proses implementasi dinilai apakah telah sesuai dengan yang
telah ditentukan atau direncanakandalam program kebijakan tersebut
sesuai dengan ukuran (kreteria) yang telah ditentukan.
2.2.4

Teor i Implementasi Kebijakan
Menurut Grindle (1980:18) implementasi kebijakan sesungguhnya
bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusankeputusan politik ke dalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran-saluran
birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut masalah konflik, keputusan
dan siapa yang memperoleh apa dari kebijakan. Oleh karena itu tidak terlalu
salah jika dikatakan implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting
dari keseluruhan proses kebijakan. Sebaik apapun sebuah kebijakan tidak
akan ada manfaatnya bila tidak dapat diterapkan sesuai dengan rencana.
Penerapan adalah suatu proses yang tidak sederhana (Dalam Solichin,
1997:45). Bahkan Udoji mengatakan dengan tegas bahwa “The execution of
policies is a important if not more important than policy-making. Policy will
remain dreams or blue prints file jackets unless they are implemented”
(Pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan mungkin jauh

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

lebih penting daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan akan
sekedar berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapih dalam arsip
jika tidak diimplementasikan). Oleh karena itu implementasi kebijakan perlu
dilakukan secara arif, bersifat situasional mengacu pada semangat kompetensi
dan

berwawasan

pemberdayaan

(Dalam

Solichin,

1997:45).Untuk

mengimplementasikan suatu kebijakan diperlukan lebih banyak yang terlibat
baik tenaga kerja maupun kemampuan organisasi. Penerapan kebijakan
bersifat interaktif dalam proses perumusan kebijakan. Penerapan sebagai
sebuah proses interaksi antara suatu tujuan dan tindakan yang mampu untuk
meraihnya. Penerapan merupakan kemampuan untuk membentuk hubunganhubungan lebih lanjut dalam rangkaian sebab akibat yang menghubungan
tindakan dengan tujuan.
Mengimplementasikan sebuah kebijakan bukanlah masalah yang
mudah terutama dalam mencapai tujuan bersama, cukup sulit untuk membuat
sebuah kebijakan publik yang baik dan adil. Dan lebih sulit lagi untuk
melaksanakannya dalam bantuk dan cara yang memuaskan semua orang
termasuk mereka yang dianggap klien. Masalah lainnya adalah kesulitan
dalam memenuhi tuntutan berbagai kelompok yang dapat menyebabkan
konflik yang mendorong berkembangnya pemikiran politik sebagai konflik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

2.2.4.1 Model Implementasi Kebijakan
Dalam

implementasi

kebijakan

ada

beberapa

bentuk

model

implementasi yang dikenal.Model ini berguna menyederhanakan sesuatu
bentuk dan memudahkan dalam pelaksanaan kebijakan.
Van Meter dan Van Horn dalam Wahab (2002:78) adalah “a model of
the policy implementation process”,berpendapat bahwa perbedaan-perbedaan
dalam proses implementasi akan dipengaruhi oleh sifat kebijaksanaan yang
akan dilaksanakan. Kedua ahli ini menegaskan pula bahwa perubahan,
kontrol, dan kepatuhan bertindak merupakan konsep penting dalam menyusun
prosedur implementasi.
Hal lain yang dikemukakan oleh kedua ahli diatas adalah bahwa jalan
yang menghubungkan antara kebijaksanaan dan prestasi kerja dipisahkan oleh
sebuah variable bebas yang saling berkaitan. Variable tersebut adalah :
1. Ukuran dan tujuan kebijaksanaan.
2. Sumber-sumber kebijaksanaan.
3. Ciri-ciri atau sifat badan/instansi terlaksana
4. Komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan.
5. Sikap para pelaksana, dan
6. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

2.2.4.2 Faktor Keber hasilan Implementasi Kebijakan
Menurut Ripley dan Franklin dalam Tangkilisan (2003 : 21 )
menyatakan keberhasilan implementasi kebijakan ditinjau dari tiga faktor
yaitu :
1. Perpektif Kepatuhan (compliance) yang mengukur implementasi dari
kepatuhan strat – level burcrants terhadap atas mereka.
2. Kelancaran rutinitas dan tindakan persoalan
3. Mengarah pada kinerja yang memuaskan semua pihak terutama
kelompok penerima manfaat yang diharapkan.
Sedangkan Grindle dalam Syaukani (2002 : 296 ) mengidentifikasikan
ada dua hal yang sangat menentukan keberhasilam implementasi, yaitu :
1. Isi kebijaksanaan , meliputi :
a) Kepentingan siapa saja yang terlibat
b) Macam-macam manfaat
c) Sejauh mana peribahan akan diwujudkan
d) Tempat pembuatan keputusan
e) Siapa yang menjadi implementasi agensi
f) Sumberdaya yang disediakan
2. Konteks, Meliputi :
a) Kekuasaan, kepentingan dan strategi para aktor yang terlibat
b) Karakteristik lembaga dan rezim
c) Sesuai dengan kaidah dan tingkat responnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

2.2.4.3 Aktor -aktor Yang Berperan Dalam Pr oses Kebijaksanaan
Menurut

Jones, dalam Wahab ( 2005 : 29 ) dalam proses

kebijaksanaan sedikitnya ada empat golongan atau tipe aktor (pelaku) yang
terlibat dalam proses kebijakan, antara lain :
1. Golongan rasionalis, Ciri-ciri utama dari kebanyakan golongan atau
aktor rasionalis ialah bahwa dalam melakukan pilihan alterntif,
kebijakan mereka selalu menempuh metode dan langkah –langkah
berikut :
a. Mengidentifikasikan masalah dan semua alternatif kebijaksanaan
b. Merumuskan tujuan dan perumusannya dalam jenjang tertentu
c. Meramalkan atau memprediksi akibat-akibat dari alternatif.
d. Membandingkan akibat tersebut dengan selalu mengacu pada tujuan
e. Memilih alternatif terbaik.
2. Golongan Teknisi, Nilai-nilai yang diyakini oleh golongan ini adalah
nilai-nilai yang berkaitan erat dengan latar belakang keahlian
profesional mereka. Tujuan yang ingin dicapai biasanya ditetapkan oleh
pihak lain, mungkin oleh salah satu diantara golongan aktor yang lain.
3. Golongan Inkrementalis, Golongan ini memandang tahap-tahap
perkembangan kebijaksanaan dan implementasinya sebagai suatu
rangkaian proses p