BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Pertanian Organik - Analisis Finansial Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Pertanian Organik

  Menurut Sriyanto (2010), pertanian organik adalah sistem pertanian yang dikelola agar mampu menciptakan produktivitas yang berkelanjutan dengan prinsip tidak memakai atau membatasi penggunaan pupuk non organik. diperkirakan pertumbuhan pasar organik mencapai 20-30% setiap tahunnya, ini disebabkan semakin tinggi tingkat kesadaran konsumen yaitu masyarakat untuk menggunakan produk organik.

  Beras organik merupakan salah satu produk dari pertanian organik. Menurut Andoko (2002), beras organik adalah beras yang berasal dari padi yang dibudidayakan secara organik atau tanpa penggunaan pupuk dan pestisida kimia.

  Sehingga dapat dikatakan beras organik terbebas dari residu pupuk dan pestisida kimia yang sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat.

  Ada dua jenis beras organik yang dibudidayakan di Indonesia yakni jenis cintanur dan ciherang. Beras cintanur adalah beras varietas lokal yang dikembangkan lewat perkawinan silang secara alami dengan melibatkan bibit varietas lokal. Persilangan tersebut yaitu antara varietas pandan wangi dan lusi.

  Pandan wangi dengan aroma yang sangat khas dan lusi dengan sifat pulennya yang kentara. Sedangkan beras jenis ciherang adalah beras organik yang berbeda dengan varietas lain. Karakter khusus dari beras ciherang yaitu butir berasnya dikenal karena mempunyai daya tahan yang kuat terhadap hama daripada beras organik varietas lain. Dalam produktivitasnya, beras organik ciherang dikenal lebih produktif dari beras organik varietas lain (Mulyawan, 2011).

  Kelebihan beras organik dibandingkan dengan beras non organik yaitu beras organik produk pangan organik yang lebih sehat, aman dari bahan kimia, kandungan gizi dan komponen bioaktif lebih beragam serta untuk beberapa jenis bioaktif lebih tinggi kandungannya, rasanya yang lebih pulen, dihasilkan dari sistem pertanian yang sangat bersahabat dengan lingkungan dan sangat memperhatikan keberlanjutan ekologi, ekonomi dan sosial.

  Manfaat lain beras organik yaitu mengurangi masukan bahan kimia beracun ke dalam tubuh, meningkatkan masukan nutrisi bermanfaat seperti vitamin, mineral, asam lemak esensial dan antioksidan, menurunkan risiko kanker, penyakit jantung, alergi serta hiperaktivitas pada anak-anak. Warna pada beras organik yang lebih putih dibandingkan dengan beras non organik serta nasi dari beras organik lebih bertahan lama (Isdiayanti, 2007).

  Pengelolaan pertanian organik memberikan keuntungan yang layak bagi kehidupan petani. Dalam mengembangkan pengetahuan agar petani memiliki kebebasan untuk mengembangkan pertanian organik sesuai dengan tingkat pemahaman dan keterampilan yang dimiliki. Kemandirian petani agar mengurangi ketergantungan dari pihak luar baik secara ekonomi, politik, sosial dan budaya (Jaringan kerja Pertanian Organik, 2005). mampu meraup pendapatan yang lebih besar. Kesejahteraan masyarakat di desa juga akan tercipta, sebab masyarakat desa merasakan keuntungan yang lebih dari pertanian organik (Sriyanto, 2010).

  Sistem produksi yang banyak menggunakan tenaga kerja, produksi yang masih rendah, biaya logistik tinggi dan struktur pasar terbatas maka biaya pengawasan dan sertifikasi harus ditanggung oleh konsumen (Sutanto, 2002).

2.1.1 Sertifikasi Beras Organik

  Lembaga sertifikasi adalah lembaga yang mempunyai tanggung jawab untuk memverifikasi bahwa produk yang dijual dan dilabel organik merupakan padi organik yang diproduksi, diolah dan dipersiapkan (Sriyanto, 2010).

  Pengemasan produk yang bagus dan menarik akan menambah daya tarik serta minat pembeli. Kemasan produk yang khas memudahkan pembeli untuk mengingat produk. Fungsi dari pengepakan yaitu melindungi isi terhadap berbagai gangguan fisik maupun non fisik, penyok, busuk ataupun tumpah. Pengemasan juga mempermudah pengangkutan dan penyimpanan agar dapat meminimalkan kerugian produk kemasan. Pengepak berfungsi sebagai sarana daya tarik bagi penerima barang, pedagang perantara dan konsumen. Pengepakan juga dapat digunakan sebagai sarana promosi (Wibowo, 2007).

2.2 Landasan Teori

  Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana mengusahakan dan mengkoodinir faktor produksi seperti lahan dan alam sekitar

  Usahatani bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan budidaya padi yang dilakukan dan sebagai bahan evaluasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan usaha (Sriyanto, 2010).

2.2.1 Produksi

  Produksi merupakan kegiatan menambah kegunaan suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan.

  Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman sehingga tanaman mampu untuk tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi yaitu komoditi, luas lahan, tenaga kerja, modal, manajemen, iklim dan faktor sosial-ekonomi produsen (Soekartawi, 2005).

  Dalam suatu usaha untuk menghasilkan suatu produk memerlukan biaya, yaitu seluruh korbanan dalam proses produksi, dinyatakan dalam uang menurut harga pasar yang berlaku. Pengorbanan adalah faktor-faktor yang digunakan sebagai input, dinilai dalam bentuk uang menurut harga pasar menjadi biaya produksi (Sugiarto, dkk. 2000).

  Biaya-biaya yang termasuk dalam usatahani yaitu biaya tetap (FC) merupakan biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah output yang dihasilkan oleh perusahaan hingga tingkatan tertentu. Biaya variabel (VC) merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah output yang diproduksi oleh perusahaan, semakin besar jumlah output yang dihasilkan, akan semakin besar biaya variabel yang ditanggung perusahaan dan sebaliknya (Gilarso, 2003).

  2.2.2 Penerimaan

  Penerimaan dalam usahatani merupakan total produksi dikali harga produksi tersebut. Penerimaan tunai dalam usahatani merupakan nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani tidak mencakup pinjaman uang serta tidak dihitung nilai produk yang dikonsumsi sendiri (Soekartawi, 2011).

  2.2.3 Pendapatan Modal merupakan syarat mutlak untuk berlangsungnya suatu usaha.

  Dalam ekonomi perusahaan modal yaitu barang ekonomi yang dapat digunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan pendapatan. Pendapatan petani yaitu selisih penerimaan yang didapatkan dengan total biaya yang digunakan dalam usahatani (Suratiyah, 2009).

  Pendapatan usahatani diperoleh apabila semua biaya yang telah dikeluarkan dapat ditutupi oleh hasil penjualan dari kegiatan produksi yang telah dilakukan (Soekartawi, 1998).

  2.2.4 Analisis Finansial

  Menurut Kadariah (1999), analisis finansial merupakan analisis suatu proyek yang dilihat dari sudut yang bersifat individual yaitu tidak perlu diperhatikan dampak dalam lingkup perekonomian yang lebih luas. Hasil total yang diperoleh dari seluruh sumber yang dipakai dalam proyek tersebut perlu diperhatikan dengan tidak melihat penyedia sumber dan siapa yang menerima hasil proyek.

  Analisis finansial adalah studi yang bertujuan sebagai penilaian suatu kegiatan yang dilakukan layak atau tidak layak dilihat dari aspek finansial (Soekartawi, 2006).

2.2.5 Analisis Kelayakan

  Analisis kelayakan merupakan penilaian sejauh mana manfaat yang di dapat dari suatu kegiatan usaha dengan tujuan sebagai pertimbangan usaha yang dilaksanakan diterima atau ditolak (Yacob I, 2009).

  Kelayakan suatu usahatani yang sedang dilaksanakan dapat dikatakan layak atau tidak layak apabila syarat-syarat berikut ini terpenuhi, yaitu :

1. R/C > 1 2.

  B/C > 1 Apabila kriteria diatas sudah terpenuhi maka usaha tersebut layak untuk diusahakan (Jumingan, 2011).

  Analisis finansial dalam suatu usahatani dapat dilihat dari kriteria perhitungan R/C ratio dan B/C ratio. Penjelasan dari kriteria yang akan digunakan yaitu sebagai berikut ini :

  1. R/C ratio R/C ratio adalah perbandingan antara total penerimaan dengan seluruh biaya yang digunakan pada saat proses produksi sampai hasil. R/C ratio yang semakin besar akan memberikan keuntungan semakin besar juga kepada petani

  2. B/C ratio B/C ratio merupakan rasio perbandingan keuntungan dengan biaya-biaya yang digunakan dalam merealisasikan perencanaan pendirian dan mengoperasikan suatu usaha untuk melihat manfaat yang didapat oleh proyek dengan satu rupiah pengeluaran. Jika nilai B/C ratio lebih besar dari satu usaha menguntungkan dan layak untuk dikerjakan. Jika lebih kecil dari satu usaha tidak menguntungkan dan sebaiknya tidak dilanjutkan (Yacob, 2002).

2.2.6 Analisis Break Even Point (BEP)

  Analisis BEP yaitu suatu keadaan perusahaan dalam melakukan kegiatan tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugiaan atau keuntungan dan kerugiaan sama dengan nol (Hanafie, 2010).

  Kriteria break even point usahatani padi organik : 1. Produksi (Kg) > BEP produksi (Kg) 2. Penerimaan (Rp) > BEP penerimaan (Rp) 3. Harga (Rp/kg) > BEP harga (Rp/kg) (Suratiyah, 2009).

  Menurut Muchtar (2010), manfaat analisis BEP membantu dalam pengambilan keputusan, antara lain :

  1. Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan sehingga tidak mengalami kerugian.

  2. Target penjualan yang harus dicapai guna memperoleh keuntungan tertentu.

  2.3 Penelitian Terdahulu

  Penelitian oleh Saihani (2012) berjudul “Analisis Finansial Usahatani Padi Ciherang Pada Tanaman Jajar Legowo di Kecamatan Sungai Tabukan Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan” diperoleh hasil yaitu usahatani pada sistem tanaman jajar legowo layak diusahakan dengan rata-rata kelayakan usahatani padi ciherang sebesar 1,12/usatahani yang diperoleh oleh petani. Titik impas usahatani tersebut selama musim tanam mencapai 1.253,83 kg dan dari hasil penjualan atau penerimaan petani yaitu Rp 4.420.547,93,-.

  2.4 Kerangka Pemikiran

  Usahatani padi organik saat ini mulai dikembangkan petani sebagai upaya dalam peningkatan produktivitas dengan dilihat dari sisi baik untuk kesehatan dan lingkungan hidup. Beras merupakan olahan dari padi organik sebagai makanan pokok menjadi pertimbangan untuk dikembangkan secara organik. Padi organik yang diusahakan tanpa menggunakan bahan-bahan kimia atau mengurangi penggunaan bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia dan lingkungan.

  Proses produksi padi organik membutuhkan biaya-biaya input produksi yakni biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya variabel). Biaya tetap usahatani padi organik yaitu biaya penyusutan alat pertanian, pengairan/irigasi dan pajak bumi dan bangunan. Biaya variabel yaitu biaya bibit, pupuk, pupuk organik cair dan tenaga kerja. Produksi padi organik dikali dengan harga jual padi organik merupakan penerimaan petani. Selisih dari total penerimaan petani dengan seluruh biaya yang digunakan dalam usahatani padi organik adalah pendapatan petani.

  Usahatani padi organik dikatakan layak untuk diusahakan dapat dilihat secara finansial. Analisis yang digunakan yaitu dengan menghitung R/C ratio yaitu perbandingan antara penerimaan dengan biaya usahatani padi organik. B/C

ratio yaitu keuntungan yang diperoleh dibagi dengan biaya produksi padi organik.

  Kriteria penilaian layak atau tidak layak usahatani padi organik yang yaitu R/C

  

ratio lebih besar dari satu dikatakan layak. B/C ratio usahatani padi organik lebih

  besar dari satu dikatakan layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Selain itu analisis Break Even Point (BEP) yakni tingkat penerimaan, produksi dan harga usahatani padi organik berada pada titik impas atau tidak mendapatkan untung dan tidak mengalami kerugian. Kriteria perhitungannya yaitu break even point produksi lebih besar dari produksi, break even point penerimaan lebih besar dari penerimaan, break even point harga lebih besar dari harga jual padi organik maka usahatani padi organik sudah layak diusahakan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disusun suatu kerangka pemikiran yang disajikan pada gambar 1.

  Usahatani Padi Organik Proses Produksi

  Penerimaan Biaya Produksi

  Pendapatan Kelayakan Usahatani :

  1. R/C ratio

  2. B/C ratio

  3. Break Even Point Layak Tidak Layak

  Keterangan: : Menyatakan Adanya Pengaruh : Menyatakan Adanya Hubungan

  

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Usahatani Padi Organik

2.5 Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan identifikasi masalah, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut :

  1. Usahatani padi organik di daerah penelitian sudah layak secara finansial.

  2. Break even point usahatani padi organik di daerah penelitian sudah tercapai.

Dokumen yang terkait

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dermatitis Atopik 2.1.1. Definisi - Efektifitas Vitamin D terhadap Derajat Keparahan Dermatitis Atopik

0 0 14

A. Pengertian dan Dasar Hukum Asuransi - Tinjauan Tentang Praktik Asuransi Kecelakaan Terhadap Tertanggung Sebagai Pelaku Kecelakaan

0 2 36

A. Latar Belakang - Tinjauan Tentang Praktik Asuransi Kecelakaan Terhadap Tertanggung Sebagai Pelaku Kecelakaan

0 0 15

Analisis Pasal 1338 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata (Pacta Sunt Servanda) Dalam Perjanjian Antara Dokter Dengan Pasien

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Pasal 1338 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata (Pacta Sunt Servanda) Dalam Perjanjian Antara Dokter Dengan Pasien

0 0 12

2. Kelapa sawit - Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Produk Olahan Kopi Bubuk Arabika (Coffea arabika) Kelompok Tani Simalungun Jaya Desa Sait Buttu Saribu Kabupaten Simalungun

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN - Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Produk Olahan Kopi Bubuk Arabika (Coffea arabika) Kelompok Tani Simalungun Jaya Desa Sait Buttu Saribu Kabupaten Simalungun

0 1 20

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Produk Olahan Kopi Bubuk Arabika (Coffea arabika) Kelompok Tani Simalungun Jaya Desa Sait Buttu Saribu Kabupaten Simalungun

0 0 5

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica) DI TINGKAT KELOMPOK TANI SIMALUNGUN JAYA DESA SAIT BUTTU SARIBU KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI

0 0 11

Analisis Finansial Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 25