BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak - Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat Dalam Larutan Sodium Hipoklorit 0,5% dan Glutaraldehid 2% Terhadap Perubahan Dimensi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Cetak

  Bahan cetak adalah bahan yang digunakan di kedokteran gigi untuk mencetak dan mereproduksi hasil yang akurat dari gigi, jaringan lunak dan jaringan keras di dalam rongga mulut yang selanjutnya hasil cetakan diisi dengan bahan gips untuk dibuat model yang akan digunakan sebagai studi model dan tempat pembuatan gigi

  1-3 tiruan penuh, gigitiruan sebagian lepasan, mahkota, jembatan dan inlay.

2.1.1 Klasifikasi Bahan Cetak

  Bahan cetak dapat dikelompokkan menurut sifat mekanisnya. Ada 2 jenis

  1-4 bahan cetak, yakin bahan cetak non-elastis dan elastis.

2.1.1.1 Bahan cetak non-elastis

  Bahan cetak non elastis adalah bahan cetak yang tidak dapat melalui undercut sehingga penggunaannya terbatas pada pasien edentulus dan tanpa ada undercut tulang. Bahan cetak non elastis dapat dibagi menjadi plaster of paris, kompon dan okside seng eugenol.

  1. Plaster of paris Plaster of paris atau yang disebut juga sebagai gips cetak jarang digunakan

  sebagai bahan cetak sejak bahan elastomer telah tersedia. Gips cetak bersifat rigid dan lebih mudah patah. Bahan ini kaku setelah mengeras dan dimensinya stabil, karena itu paling cocok digunakan bila tidak ada undercut tulang. Gips ini harus disimpan dalam kantung kedap udara karena akan menyerap air dari udara dan akan mempengaruhi

  1 waktu pengerasan.

2. Kompon

  Ini merupakan suatu bahan termoplastik yang akan melunak jika dipanaskan dalam uap air dengan suhu 60°C. Terdapat dua jenis kompon yang ditentukan oleh ADA. Tipe I digunakan untuk mencetak dan tipe II digunakan untuk preparasi sendok cetak. Walaupun jarang digunakan, kompon dapat dipakai untuk pencetakan mahkota penuh, cetakan rahang edentulus sebagian atau seluruhnya, dan membuat cetakan pada sendok cetak di mana cetakan akhir dibuat dengan menggunakan bahan lainnya. Kompon tidak dapat digunakan untuk mencetak undercut karena tidak bersifat

  1,3 elastis.

3. Okside seng eugenol (OSE)

  Bahan ini kaku setelah mengeras dan dimensinya stabil. Karena itu bahan ini lebih disukai dibandingkan dengan alginat pada semua kasus yang tidak mempunyai undercut tulang. Pemakaian OSE terutama adalah sebagai bahan cetak untuk gigitiruan pada linggir edentulus dengan undercut kecil atau tanpa ada undercut. OSE juga dapat digunakan sebagai cetakan pembersih di atas kompon pada sendok cetak atau pada

  1 sendok cetak individual akrilik.

2.1.1.2 Bahan Cetak Elastis

  Bahan cetak elastis dapat dibagi menjadi bahan cetak hidrokoloid dan bahan cetak elastomer. Bahan cetak hidrokoloid merupakan bahan cetak yang substansi dasarnya berupa koloid yang direaksikan dengan air, sehingga disebut hidrokoloid. Bahan cetak hidrokoloid sendiri dapat diklasifikasikan menjadi bahan cetak

  1 hidrokoloid reversibel dan ireversibel.

1. Hidrokoloid

  a) Hidrokoloid Reversibel (Agar)

  Hidrokoloid reversibel adalah bahan cetak yang paling akurat untuk mengambil cetakan pada gigi dan rahang mempunyai undercut jaringan dan bisa dilepaskan dari mulut tanpa melukai mulut pasien. Bahan ini memiliki riwayat keberhasilan yang cukup panjang untuk pembuatan gigitiruan tunggal dan gigitiruan

  1-3 cekat sebagian karena akurasinya yang tinggi. b) Hidrokoloid Ireversibel Alginat merupakan bahan cetak yang penggunaanya paling luas dalam kedokteran gigi. Alginat juga disebut dengan hidrokoloid alginat atau hidrokoloid ireversibel. Bahan ini dipakai untuk membuat cetakan anatomi untuk gigitiruan

  1-4 sebagian dan pesawat ortodontik.

2. Elastomer

  Elastomer meliputi bahan cetak polisulfid, polieter, silikon kondensasi, dan yang berpolimerisasi dengan penambahan. Bahan-bahan ini elatis dan mudah kembali ke bentuk semula dengan baik, dan stabil dimensinya, tetapi relatif mahal terutama silikon yang berpolimerisasi dengan penambahan. Kekentalannya bermacam-macam, mulai dari pasta yang sangat padat sampai yang sangat encer, menghasilkan kelompok bahan cetak yang cocok untuk berbagai penerapan klinis. Bahan-bahan ini bersih dan mudah penggunaannya, serta memiliki rentang waktu yang cukup untuk bekerja dan

  1-3 mengeras, sehingga cocok untuk hampir semua teknik.

2.2 Alginat

  Alginat merupakan bahan cetak hidrokoloid bersifat ireversibel yang telah diperkenalkan sejak tahun 1940. Alginat merupakan bahan cetak yang penggunaannya paling luas dalam bidang kedokteran gigi. Kelebihan dari bahan cetak alginat diantaranya adalah mudah dimanipulasi, tidak memerlukan banyak peralatan, relatif tidak mahal, nyaman dan mudah ditolerir oleh pasien, cepat mengeras dan terdapat aroma yang menyegarkan seperti permen karet untuk mengurangi reflek muntah. Sebaliknya penggunaan alginat juga memiliki beberapa kekurangan seperti adanya sifat sineresis yang menyebabkan terjadinya pengerutan dan imbibisi yang akan

  1-4 membuat perubahan dimensi pada hasil cetakan.

  Pada pembuatan gigitiruan lengkap, jenis kekentalan tinggi dianjurkan untuk pembuatan cetakan pendahuluan karena derajat kecermatan model yang dihasilkan tidak dituntut setinggi seperti yang diperlukan bagi model kerja yang akan digunakan untuk membuat gigitiruan atau sewaktu membuat cetakan akhir yang bertujuan untuk mencatat seakurat mungkin bentuk mukosa sekaligus sulkus secara fungsional. Selain itu, alginat juga dipakai untuk pencetakan pada pembuatan gigitiruan sebagian lepasan, alat ortodontik, dan model studi. Akan tetapi, alginat tidak cukup akurat

  1-4 untuk pembuatan mahkota dan jembatan.

2.2.1 Komposisi Alginat

  Komponen aktif utama dari bahan cetak hidrokoloid irreversibel adalah salah satu komponen alginat yang larut air, seperti natrium atau kalium. Bila komponen alginat yang larut dalam air dicampur dengan air, bahan tersebut akan membentuk sol. Sol tersebut sangat kental meskipun dalam konsentrasi rendah. Alginat dapat larut membentuk sol dengan cepat bila bubuk alginat dan air diaduk dengan kuat. Berat molekul dari campuran alginat sangat bervariasi tergantung pada buatan pabrik.

  4 Semakin berat molekul, semakin kental sol yang terjadi.

  Proporsi yang tepat dari masing-masing bahan kimia yang di gunakan bervariasi sesuai dengan jenis bahan mentah yang digunakan. Tujuan ditambahkannya

  

diatomaceous earth adalah sebagai pengisi. Bila bahan pengisi ditambahkan dengan

  jumlah yang tepat maka akan dapat meningkatkan kekuatan dan kekerasan gel alginat, menghasilkan tekstur yang halus, dan memastikan pembentukan permukaan gel padat yang tidak bergelombang. Bahan tersebut juga membantu permukaan sol dengan mendispersikan partikel bubuk alginat dalam air. Oksida sing juga berfungsi sebagai

  4 bahan pengisi dan mempengaruhi sifat fisik serta waktu pengerasan gel.

  Kalsium sulfat dapat digunakan sebagai reaktor. Bentuk dihidrat umumnya digunakan, tetapi untuk keadaan tertentu hemihidrat menghasilkan waktu penyimpanan bubuk yang lebih lama serta kestabilan dimensi gel yang lebih memuaskan. Fluorida, seperti kalium titanium fluorid ditambahkan pada alginat sebagai bahan mempercepat pengerasan stone untuk mendapat permukaan model

  4 stone yang keras dan padat terhadap cetakan.

  Komposisi bahan cetak alginat, fungsi dan presentase berat dari masing- masing komponen ditunjukkan pada tabel yang diberikan berikut ini.

  1,2,3,4

  Tabel 1. Komposisi Bahan Cetak Alginat dan Fungsinya

  KOMPONEN BERAT (%) FUNGSI Sodium atau potassium

  18 Untuk melarutkan bubuk dalam air dan

  alginate salt bereaksi dengan ion kalsium Calcium sulfate

  14 Untuk bereaksi melarutkan bubuk alginat dari bentuk kalsium alginat yang tidak larut

  Sodium phosphate

  2 Untuk bereaksi dengan kalsium sulfat dan memperlambat setting time

  Diatomaceous earth

  56 Untuk kontrol konsistensi pencampuran dan

  atau silicate powder fleksibilitas bahan cetak Potassium sulfate atau

  10 Untuk menetralkan efek penghambat

  potassium zinc kekerasan selama pembuatan model gips fluoride Quaternary 1-2 Sebagai self desinfeksi ammonium compounds atau chlorhexidine

Organic glycol Sebagai pelapis partikel-partikel bubuk untuk

  meminimalkan debu selama pengadukan

  Pigments Sedikit Untuk memberikan warna Phenylalanine Sedikit Untuk bahan pemanis Wintergreen, Sedikit Untuk membuat rasa yang nyaman peppermint, anise

2.2.2 Proses Gelasi

  Bubuk alginat yang dicampur dengan air akan menghasilkan bentuk pasta. Dua reaksi utama terjadi ketika bubuk bereaksi dengan air selama proses setting. Tahap pertama, sodium fosfat bereaksi dengan kalsium sulfat yang menyediakan waktu

  4

  pengerjaan yang adekuat:

   Ca

  2Na

  3 PO 4 + 3CaSO

  4 3 (PO 4 ) 2 + 3Na

  2 SO

  4 Tahap kedua, setelah sodium fosfat telah bereaksi, sisa kalsium sulfat bereaksi dengan

  sodium alginat membentuk kalsium alginat yang tidak larut, yang dengan air akan

  4

  membentuk gel: H

  

2 O

  Na alginat + CaSO4  Ca alginat + Na

  2 SO

  4

  (bubuk) (gel) Menurut kecepatan proses gelasinya, alginat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 1.

  Quick setting alginate, mengeras dalam 1 menit dan digunakan untuk mencetak rahang anak-anak atau penderita yang mudah mual.

2. Regular setting alginate, mengeras dalam 3 menit dan dipakai untuk pemakaian rutin.

  Gelasi alginat yang normal tercapai dalam 3 menit. Gerakan pada waktu gelasi berlangsung, misalnya pasien batuk, bergerak, muntah, atau menelan akan menyebabkan stres internal pada alginat.

2.2.3 Manipulasi

  Bubuk alginat dan air hendaknya diukur sesuai dengan yang dianjurkan oleh pabrik. Rasio bubuk dan air akan mempengaruhi hasil adonan alginat. Perbandingan bubuk dan air yang kurang akan meningkatkan waktu kerja, setting time dan

  3,4 fleksibilitas.

  Pengadukkan dilakukan dengan cepat dan terus menerus serta spatula ditekan pada dinding rubber bowl dengan putaran intermitten (180°) dari spatula untuk mengeluarkan gelembung udara. Semua bubuk haruslah tercampur rata. Bila terdapat sisi bubuk, gel yang baik tidak akan terbentuk dan sifat bahan menjadi kurang sempurna. Pengadukan yang baik akan menghasilkan campuran yang halus dengan konsistensi seperti krim, serta tidak menetes dari spatula apabila spatula diangkat dari

  

rubber bowl . Waktu pencampuran untuk alginat tipe regular adalah 1 menit dan untuk

  tipe fast 45 detik. Waktu pencampuran sangat penting karena pengadukan yang kurang

  3,4 dan berlebihan akan mempengaruhi kekuatan dari bahan cetak.

2.2.4 Sifat Imbibisi dan Sineresis

  Hasil cetakan alginat mempunyai sifat imbibisi yaitu menyerap air bila dalam lingkungan yang basah sehingga lebih mudah mengembang dan mudah terjadi pengerutan yaitu sineresis, saat dibiarkan terlalu lama pada udara terbuka. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan dimensi hasil cetakan. Seperti hidrokoloid lainnya, alginat mengandungi sejumlah air yang besar dan rentan terhadap di distorsi yang

  20 disebabkan oleh pengembangan yang terkait dengan imbibisi atau sineresis.

  Alginat adalah gel polimer dengan air sebagai media interstisial, oleh karena itu alginat diklasifikasikan sebagai hidrogel. Keberadaan fisik air pada polimer

  

hydrogel biasanya dalam bentuk padat, cair, dan uap. Air pada fase absorbsi dapat

  terikat (contoh padat, dimana air terperangkap) maupun tidak terikat atau bebas. Air bebas terletak pada pori-pori dari partikel filler seperti diatomaceous earth. Air bebas yang terperangkap di antara partikel filler rentan terhadap kenaikan dan penurunan

  16 volumetrik, hal ini diakibatkan oleh sineresis atau imbibisi.

2.2.4.1 Perubahan Dimensi Hasil Cetakan

  Dimensi adalah pengukuran sesuatu bahan pada arah tertentu, seperti panjang, lebar, tinggi, atau diameter. Ketepatan cetakan oleh suatu bahan cetak merupakan hal yang terpenting tak terkecuali pada bahan cetak alginat. Permasalahan pada cetakan alginat adalah kehilangan ketepatan cetakan seiring dengan meningkatnya waktu penyimpanan. Alginat merupakan hidrokoloid gel yang mengandungi sejumlah air yang besar. Dalam lingkungan yang basah, alginat dapat menyerap air. Adanya kandungan garam air laut dalam alginat dapat meningkatkan osmolaritas air yang berada disekitarnya, dan dengan adanya waktu, maka air tersebut dapat diserap oleh alginat secara osmosis. Proses ini dikatakan proses imbibisi. Proses imbibisi pada hasil cetakan alginat akan menyebabkan terjadi perubahan dimensi. Oleh karena itu untuk mencapai keakuratan yang maksimal, cetakan alginat harus diisi secepat mungkin. Bila hal ini tidak dapat dilakukan, maka cetakan harus disimpan pada kondisi dengan

  1,3,4,9 kelembaban relatif 100% agar tidak terjadi perubahan dimensi.

  Salah satu cara untuk melihat perubahan dimensi cetakan alginat yaitu dengan membandingkan ukuran die stone cetakan dengan master die cetakan yang dipergunakan. Panza, dkk (2006) dalam penelitiannya meneliti perubahan dimensi cetakan alginat yang direndam dalam sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% dengan menggunakan master model yang terbuat dari besi yang dibandingkan dengan

  17

die stone dan didapatkan perubahan dimensi yang terjadi sebesar 0,122. Vodjani,

  dkk (2006) telah mencobakan desinfeksi dengan penyemprotan dan perendaman

  18

  dalam sodium hipoklorit 5,25% pada cetakan alginat dengan stone model. Cara lain untuk mengetahui perubahan dimensi cetakan alginat yaitu langsung mengukur cetakan alginat sesudah perendaman dalam larutan desinfektan dan dibandingkan dengan cetakan yang tanpa perendaman. Rodrigues SB, dkk (2012) dalam penelitiannya meneliti perubahan deformasi hasil cetakan alginat dengan

  19 menggunakan kaliper digital untuk mengukur perubahan deformasi.

2.2.5 Setting Time

  Berdasarkan spesifikasi American Dental Association (ADA) nomor 18 terdapat 2 tipe yaitu tipe I fast set (working time tidak kurang dari 1 menit 15 detik dan

  

setting time 1-2 menit) dan tipe II normal set (working time tidak kurang dari 2 menit

  3 dan setting time 2-4,5 menit).

  Untuk memperlambat setting time dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu mengurangi rasio bubuk alginat atau mengurangi suhu air. Pengurangan rasio bubuk alginat kurang dianjurkan karena dapat mengurangi kekuatan dan akuransi alginat, oleh karena itu, cara mengurangi suhu air lebih dianjurkan. Suhu air yang tinggi akan mempercepat setting time, sedangkan suhu air yang rendah akan memperlambat akan tetapi penggunaan suhu air yang lebih rendah dari 18°C atau lebih

  setting time, 3 tinggi dari 24°C akan memberikan cetakan yang tidak baik.

2.3 Kontrol Infeksi

  Dasar pemikiran untuk kontrol infeksi adalah untuk “mengkontrol” infeksi iatrogenik, nosokomial diantara pasien dan paparan potensial pada petugas kesehatan terhadap penyakit selama perawatan. Istilah kontrol infeksi tidak berarti pencegahan total terhadap infeksi iatrogenik, nosokomial diantara pasien dan paparan selama perawatan terhadap darah dan material yang berpotensi menginfeksi lainnya, namun

  5,20

  istilah tersebut memiliki pengertian mengurangi resiko transmisi penyakit. Resiko transmisi penyakit bervariasi tergantung dari daya tahan tubuh, virulensi, infektivitas organisme, dosis atau jumlah mikroorganisme, waktu pemaparan, dan cara transmisi. Kontrol terhadap virulensi organisme pathogen atau mengurangi kerentanan pasien adalah hampir tidak mungkin. Petugas klinis harus mengerti tentang proses penyakit, cara transmisi, metode mengkontrol transmisi, dan mengimplementasikan kontrol infeksi selama perawatan untuk memutus rantai infeksi. Imunisasi terhadap penyakit, penggunaan peralatan pelindung, pengawasan pada teknik dan tempat kerja, desinfeksi permukaan atau peralatan, sterilisasi instrumen, dan penggunaan protokol aspetik

  

5,7,20,21

selama perawatan harus selalu dilakukan.

  Di bidang kedokteran gigi, protokol dan prosedur yang terlibat dalam pencegahan dan pengendalian infeksi adalah untuk mengurangi kemungkinan risiko atau infeksi silang yang terjadi di prakek dokter gigi, sehingga dapat menghasilkan lingkungan yang aman bagi dokter gigi, staf dan pasien. Dokter gigi tidak mungkin yakin bahwa pasien yang datang untuk perawatan giginya adalah carrier mikroorganisme infektif atau bukan, oleh karena itu semua pasien yang datang harus dianggap merupakan carrier dari mikroorganisme patogen. Semua prosedur klinis

  5,7,20,21 yang dilakukan pada pasien harus menggunakan kontrol infeksi yang umum.

2.3.1 Cara kontrol infeksi

  Dalam praktek kedokteran gigi, kontrol infeksi meliputi beberapa prosedur penting yaitu : evaluasi pasien, perlindungan diri, sterilisasi, pembuangan sampah

  5,20 bekas praktek dan desinfeksi.

   2.3.1.1 Evaluasi Pasien

  Pasien yang datang berobat harus dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui riwayat kesehatan yang lengkap dan data hasil pemeriksaan tersebut harus diperbaiki pada tiap kunjungan berikutnya, hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui adanya kemungkinan terjadinya infeksi silang pada praktek dokter gigi. Dokter gigi tidak mungkin yakin bahwa pasien yang datang untuk perawatan giginya adalah carrier mikroorganisme infektif atau bukan, oleh karena itu semua pasien yang datang harus

  7,20 dianggap merupakan carrier dari mikroorganisme patogen.

   2.3.1.2 Proteksi Diri

  Terdapat beberapa perlindungan diri di praktek dokter gigi antaranya kebersihan diri, pemakaian baju praktek, proteksi misalnya penggunaan sarung tangan, kaca mata, masker, dan imunisasi. Kebersihan diri yang baik dapat mengurangi terjadinya infeksi silang di praktek dokter gigi. Secara umum seorang dokter gigi harus menghindari memegang sesuatu yang tidak dibutuhkan pada waktu merawat pasien, hindari kontak tangan dengan mata, hidung, mulut, dan rambut serta hindari memegang luka atau abrasi. Selain itu, dokter gigi juga harus menutupi luka atau lecet-lecet pada jari dengan plester karena luka tersebut dapat merupakan tempat masuknya mikroorganisme patogen dan mencuci tangan baik sebelum dan sesudah

  5,7,20,21 merawat pasien.

2.3.1.3 Sterilisasi

  Sterilisasi adalah proses yang dapat membunuh semua jenis mikroorganisme dan dilakukan dalam empat tahap secara umum yaitu pembersihan sebelum sterilisasi seterusnya pembungkusan peralatan selanjutnya melakukan proses sterilisasi dan penyimpanan yang aseptik. Disamping itu, sistem air dental unit juga harus dibersihkan dan bebas dari biofilm dan kontaminan anorganik lainnya, juga melakukan pembersihan secara berkala. Air atau bahan irigasi yang digunakan untuk

  5,20,21 perawatan pasien harus bebas dari mikroba jadi air harus disaring dan destilasi.

  Dalam bidang kedokteran gigi, sterilisasi dapat dilakukan dalam beberapa tahap yaitu: a) Uap di bawah tekanan (autoclaving)

  Di antara metode sterilisasi, sterilisasi uap adalah yang paling diandalkan dan ekonomis. Sterilisasi uap digunakan untuk barang-barang kritis dan semikritis yang tidak sensitif terhadap panas dan kelembaban misalnya kaca mulut, sonde dan pinset . Sterilisasi uap memerlukan pemaparan langsung dari setiap item untuk langsung menguapnya pada suhu dan tekanan dalam jangka waktu yang tertentu untuk

  20,21 membunuh mikroorganisme.

b) Dry Heat

  Strerilisasi dry heat digunakan untuk sterilisasi material yang dapat rusak oleh sterilisasi panas yang lembab (misalnya, bur dan beberapa instrumen ortodontik). Walaupun dry heat memiliki keuntungan biaya operasional yang rendah dan tidak korosif, namum membutuhkan waktu proses yang lama dan tempratur yang tinggi

  20,21 sehingga tidak cocok untuk beberapa barang dan instrumen.

  c) Unsaturated chemical vapor Sterilisasi unsaturated chemical vapor melibatkan pemanasan larutan kimia alkohol primer dengan 0,23% formaldehyde pada ruangan tertutup bertekanan.

  

Unsaturated chemical vapor mensterilisasi instrumen carbon steel (misal bur dental)

  dan menghasilkan korosi yang lebih sedikit dibandingkan sterilisasi uap karena rendahnya tingkat air yang terdapat selama siklus. Instrumen harus dalam keadaan

  20,21 kering sebelum melakukan sterilisasi.

  2.3.1.4 Pembuangan Sampah Bekas Praktek

  Pembuangan barang-barang bekas pakai seperti sarung tangan, masker, tisu bekas dan penutup permukaan yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh harus ditangani secara hati-hati dan dimasukkan dalam kantung plastik yang kuat dan tertutup rapat untuk mengurangi kemungkinan orang kontak dengan benda -benda tersebut. Benda-benda tajam seperti jarum atau pisau scalpel harus dimasukkan dalam tempat yang tahan terhadap tusukan sebelum dimasukkan ke dalam kantung

  20,21 plastik.

  2.3.1.5 Desinfeksi

  Desinfeksi adalah penghancuran bakteri-bakteri patogenik dengan cara pemberian langsung bahan-bahan kimia atau fisik, sedangkan desinfektan adalah bahan-bahan kimia yang dapat membunuh organisme patogen bila diaplikasikan pada obyek mati. Beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas suatu larutan desinfektan dalam membunuh kuman seperti sifat dari mikroorganisme yang terkontaminasi, lamanya kontak antara desinfektan dengan mikroorganisme, proses atau aksi desinfektan dan jenis desinfektan yang akan dipakai untuk memahami cara kerjanya.

  Kriteria suatu desinfektan yang ideal adalah bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar, berspektrum luas, aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur, tidak toksik pada hewan dan manusia, tidak bersifat korosif, memiliki kemampuan menghilangkan bau yang kurang

  22-27

  sedap, tidak meninggalkan noda, mudah digunakan, dan ekonomis. Maryam M, dkk (2007) melakukan penelitian tentang efisiensi desinfektan di dalam membunuh mikroorganisme pada hasil cetakan dengan menggunakan berbagai konsentrasi sodium hipoklorit dan membuktikan bahwa sodium hipoklorit 0,6% dengan teknik perendaman selama dua menit telah mencegah pertumbuhan bakteri pada hasil

  28

  cetakan. Ghahramanloo (2009) yang melakukan penelitian tentang efek antimikroba sodium hipoklorit 0,525% , deconex dan sanosil menyimpulkan bahwa penggunaan sodium hipoklorit 0,525% dengan cara penyemprotan pada bahan cetak alginat sangat

  6

  efektif dan telah mendesinfeksi 96,6% dari total sampel. Aeran H, dkk (2010) membuktikan bahwa sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% menunjukkan efektivitas yang sama terhadap organisme gram positif dan gram negatif dan mengatakan bahwa sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% merupakan bahan

  29

  desinfektan yang lebih efektif jika dibandingkan bahan desinfektan lain. Joana Correia-Sousa, Ana Margarida Tabaio dkk (2013) telah melaporkan bahwa penggunaan sodium hipoklorit lebih efektif dibandingkan dengan aquades dalam

  30

  penurunan jumlah mikroba pada hasil cetakan alginat. Sunitha Kollu, Veena Hedge dkk (2013) menyatakan bahwa penggunaan klorheksidin 0,1% sebagai desinfektan

  31 mempunyai efek terhadap penurunan jumlah mikroba pada hasil cetakan alginat.

2.3.1.5.1 Klasifikasi bahan desinfektan

  Klasifikasi bahan desinfektan berdasarkan aktivitas spektrum. Bahan

  23-25

  desinfektan ini dibahagikan tiga kelompok seperti berikut:

1) Low level disinfectant

  Desinfektan ini mengeliminasi hampir semua mikrobial patogen dan tidak dapat mengeliminasi spora. Desinfektan ini dipakai untuk alat-alat seperti dental unit, . Bahan yang termasuk low level disinfectant adalah golongan

  x-ray heads, facebows 23-25 alkohol, quats (quaternary ammonium compounds).

  2) Intermediate level disinfectant

  Desinfektan ini mengeliminasi semua mikrobial patogen tetapi tidak dapat mengeliminasi spora. Desinfektan ini juga dipakai untuk alat-alat seperti kaca mulut, sendok cetak, amalgam condensers. Bahan yang termasuk intermediate level

  23-25 disinfectant adalah golongan fenol dan halogen.

  Sodium hipoklorit termasuk golongan halogen. Sodium hipoklorit merupakan bahan germisidal yang kuat dan dapat membunuh sebagaian besar bakteri. Sodium hipoklorit bekerja terutama melalui reaksi oksidasi, sebagai asam hipoklorus yang dengan cepat akan diubah oleh air dan lebih aktif berekja pada larutan asam. Pusat pengontrolan penyakit menganjurkan pemakaian larutan sodium hipoklorit sebagai bahan efektif untuk membunuh virus hepatitis B. Sodium hipoklorit telah terdaftar oleh ADA sebagai bahan desinfektan hasil cetakan. Keuntungan dari desinfektan sodium hipoklorit adalah spectrum luas, antimicrobial berlangsung cepat, ekonomis, dan efektif pada larutan encer. Kerugian sodium hipoklorit ini tidak tahan lama, baunya kurang enak, mengiritasi kulit dan mata, mengkorosi logam dan merusak

  22,26 pakaian.

  3) High level disinfectant

  Desinfektan ini mengeliminasi semua mikrobial patogen dan mengurangi spora tetapi untuk jumlah yang besar tidak dapat mengeliminasi secara sempurna. Desinfektan ini dipakai untuk alat-alat seperti kaca mulut, sendok cetak, amalgam kondenser. Bahan yang termasuk high level disinfectant adalah golongan etilan oksida,

  23-25 glutaraldehid, formaldehid.

  Aldehida adalah golongan desinfektan yang sangat efektif dan spektrum luas, yang biasanya mencapai sterilisasi dengan denaturasi protein dan mengganggu asam nukleat. Agen yang paling sering digunakan adalah formaldehid dan gluteraldehid. Aldehida adalah bahan efektif terhadap bakteri, jamur, virus, mikobakteria dan spora. Aldehida tidak mengkorosi logam-logam, karet, plastik dan semen. Bahan kimia ini mengiritasi kulit, toksik bagi manusia atau hewan dengan kontak atau inhalasi dan berpotensi karsinogenik karena itu penggunaannya terbatas. Alat pelindung diri harus dipakai jika menggunakan bahan kimia tersebut. Glutaraldehid terutama digunakan sebagai desinfektan untuk alat medis dan dapat memberikan sterilisasi pada waktu kontak yang lama. Glutaraldehid 2% digunakan untuk high level disinfectant. Glutaraldehid berfungsi dengan baik pada pH lebih dari 7 dan suhu tinggi. Glutaraldehid dianggap lebih efektif dengan adanya bahan organik, sabun dan air

  22,26

  keras daripada formaldehid. Amin WA, dkk (2009) dan Rad FH, dkk (2010) mengatakan bahwa perendaman hasil cetakan alginat dalam glutaraldehid akan menyebabkan terjadinya perubahan dimensi yang besar dibandingkan dengan

  13,15

  pengunaan larutan sodium hipoklorit. Perubahan dimensi pada cetakan alginat ini terjadi karena jumlah kandungan air dalam larutan desinfektan, maka diasumsikan dalam larutan glutaraldehid mempunyai kandungan air yang lebih besar dibanding dengan sodium hipoklorit.

2.3.1.5.2 Teknik Desinfeksi Hasil Cetakan

  Pemakaian desinfektan pada hasil cetakan dapat dengan cara perendaman

  1

  ataupun penyemprotan dengan menggunakan sprayer. Lamanya perendaman atau penyemprotan tergantung dari jenis disinfektan yang digunakan. Berdasarkan aplikasi praktisnya, desinfeksi dengan teknik perendaman dianggap sebagai metode yang paling sesuai dan aplikatif untuk dokter gigi. Selain itu, metode perendaman merupakan metode desinfeksi yang paling dipilih oleh karena metode ini memungkinkan larutan desinfektan untuk mencapai seluruh permukaan terutama

  5,17,20,27 dearah undercut pada hasil cetakan alginat.

  Sementara itu, desinfeksi dengan teknik penyemprotan dengan menggunakan sprayer dianggap sebagai metode yang paling efektif dan praktis bila jarak tempat pencetakan dengan laboratorium dental cukup jauh. Teknik penyemprotan ini juga mempunyai kekurangan seperti tidak semua permukaan hasil cetakan terdesinfeksi dengan sempurna dan partikel- partikel larutan desinfektan yang ada di udara dapat

  1,11

  terhirup oleh staf atau pasien. Survei tentang teknik desinfeksi hasil cetak menunjukkan bahwa sebagian besar dokter gigi swasta di Hong Kong merendam hasil

  8 cetakannya ke dalam larutan desinfektan dibanding dengan teknik penyemprotan.

2.4 Landasan Teori

  Kontrol infeksi Bahan cetak

  Non Elastis Pengertian

  Elastis Cara kontrol infeksi

  Elastomer Kompon

  Plaster Hidrokoloid ZOE

  r

  of Paris

  Proteksi diri Sterilisasi Pembuangan Evaluasi

  Desinfeksi

  Reversibel Irreversibel sampah pasien bekas

  Alginat

  praktek

  Klasifikasi Teknik

  Komposisi Manipulasi Setting time Proses gelasi

  Sifat penyemprotan perendama n

  Sineresis

  Imbibisi Low level Intermediate High level disinfectant level disinfectant disinfectant

  alkohol formaldehid Fenol

  Quats

  glutaraldehid

  Sodium hipoklorit

  Universitas Sumatera Utara Perubahan dimensi alginat Cetakan alginat

2.5 Kerangka Konsep

  Dibilas dengan air mengalir Perendaman

  Larutan Sodium Hipoklorit 0,5% Larutan Glutaraldehid 2%

  Kandungan air rendah Kandungan air tinggi

  Kandungan garam air laut dalam alginat dapat Kandungan garam air laut dalam alginat dapat meningkatkan osmolaritas air yang berada meningkatkan osmolaritas air yang berada disekitarnya disekitarnya

  Air yang ada dalam larutan Air yang ada dalam larutan desinfektan diserap oleh alginat desinfektan diserap oleh alginat secara osmosis (+) secara osmosis (++)

  Waktu perendaman Proses imbibisi (+)

  Proses imbibisi (++) Perubahan dimensi

  Perubahan dimensi cetakan alginat (+) cetakan alginat (++)

  Universitas Sumatera Utara

2.6 Hipotesis 1.

  Ada pengaruh perendaman cetakan alginat dalam sodium hipoklorit 0,5% selama 5 dan 10 menit terhadap perubahan dimensi.

  2. Ada pengaruh perendaman cetakan alginat dalam glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit terhadap perubahan dimensi.

  3. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara perendaman cetakan alginat dalam sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit terhadap perubahan dimensi.

Dokumen yang terkait

Daya Hambat Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

0 0 32

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Daya Hambat Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

0 0 12

Daya Hambat Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

0 0 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak Dental - Efek Berkumur dengan Metode Oil Pulling Menggunakan Minyak Kelapa Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Dalam Plak Mahasiswa FKG USU

0 0 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva Mulut harus dalam keadaan lembab dan dilumasi oleh saliva yang mengalir supaya dapat membentuk sebuah film tipis pada permukaan rongga mulut. Saliva memasuki rongga mulut melalui kelenjar parotid utama, submandibular dan

0 0 9

Pengaruh Penambahan Serat Kaca Terhadap Penyerapan Air Dan Kekuatan Transversal Serta Modulus Elastisitas Bahan Basis Gigitiruan Nilon Termoplastik

0 0 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian - Pengaruh Penambahan Serat Kaca Terhadap Penyerapan Air Dan Kekuatan Transversal Serta Modulus Elastisitas Bahan Basis Gigitiruan Nilon Termoplastik

0 2 19

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Penambahan Serat Kaca Terhadap Penyerapan Air Dan Kekuatan Transversal Serta Modulus Elastisitas Bahan Basis Gigitiruan Nilon Termoplastik

0 0 6

Pengaruh Penambahan Serat Kaca Terhadap Penyerapan Air Dan Kekuatan Transversal Serta Modulus Elastisitas Bahan Basis Gigitiruan Nilon Termoplastik

0 0 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak - Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat Dalam Larutan Sodium Hipoklorit 0,5% dan Glutaraldehid 2% Terhadap Perubahan Dimensi

0 2 18