BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva Mulut harus dalam keadaan lembab dan dilumasi oleh saliva yang mengalir supaya dapat membentuk sebuah film tipis pada permukaan rongga mulut. Saliva memasuki rongga mulut melalui kelenjar parotid utama, submandibular dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Saliva

  Mulut harus dalam keadaan lembab dan dilumasi oleh saliva yang mengalir supaya dapat membentuk sebuah film tipis pada permukaan rongga mulut. Saliva memasuki rongga mulut melalui kelenjar parotid utama, submandibular dan kelenjar

  13

  sublingual serta dari kelenjar kecil mukosa mulut. Saliva mengandung elektrolit seperti natrium, kalium, kalsium, magnesium, bikarbonat, fosfat, serta, immunoglobulin, protein, enzim, mucins, urea, dan ammonia. Komponen ini mempunyai sifat antibakteri dan membantu dalam memodulasi tempat perlekatan

  14 bakteri pada biofilm plak.

  Beberapa faktor yang saling terkait dalam pembentukan karies adalah seperti gigi dan saliva (host), mikroorganisme dan substrat kariogenik. Semua faktor ini berinter- aksi dalam jangka waktu tertentu, yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam dem- ineralisasi dan remineralisasi antara permukaan gigi dan plak yang berdekatan

  5

  (biofilm). Dr.WD Miller merupakan orang pertama yang menggambarkan karies se- bagai aksi dari asam organik terhadap kalsium fosfat pada gigi. Ia memperlihatkan bila gigi diinkubasi dengan saliva dan karbohidrat, asam akan terbentuk dan menguraikan bagian gigi yang termineralisasi. Ia menyimpulkan bahwa asam yang

  15 dibentuk oleh bakteri dalam saliva menguraikan gigi.

16 Fungsi saliva adalah :

  1.Sebagai cairan pelumas dengan jalan melapisi dan melindungi mukosa terha- dap iritasi mekanis, kimiawi, termis, membantu kelancaran aliran udara, dan mambantu pembicaraan dan penelanan makanan.

  2.Sebagai cadangan ion-ion karena cairannya yang jenuh terutama dengan ion kalsium akan memfasilitasi proses remineralisasi gigi.

  3.Berperan sebagai buffer yang membantu menetralkan pH plak sesudah makan, sehingga mengurangi waktu terjadinya demineralisasi.

  4.Sebagai pembersih sisa makanan dan membantu proses penelanan makanan.

  . 5.Sebagai antimikroba dan juga mengontrol mikroorganisme rongga mulut secara spesifik misalnya dengan sIgA, dan non spesifik misal dengan adanya lisosim, laktoferin, sialoperoksidase.

  6.Kemampuan aglutinasi dengan adanya agregasi dan mempercepat pembersihan sel-sel bakteri.

  7.Membentuk pelikel yang berfungsi sebagai barier misalnya terhadap asam hasil fermentasi sisa-sisa makanan.

  8.Membantu pemecahan makanan dan pencernaan karena ensim amilase.

  9.Berperan dalam pengecapan rasa, karena kandungan protein yang berperan dalam interaksi antara makanan dengan kuncup perasa pada sel indera pengecap rasa terutama pada dorsum lidah.

  10.Ekskresi, mengingat rongga mulut secara teknis langsung berhubung dengan bagian luar tubuh substansi yang disekresikan akan dibuang,

  11.Keseimbangan air dalam keadaan dehidrasi, aliran saliva akan menurun dan rongga mulut akan terasa kering sehingga orang akan merasa haus. Saliva yang melapisi seluruh bagian di rongga mulut akan berinteraksi secara selektif dengan bakteri dan membentuk salivary acquired pellicle. Interaksi bakteri pada komponen saliva tergantung pada afinitas komponen tersebut dan juga kuantitas bakteri dalam saliva. Saliva mempunyai adesin yaitu reseptor spesifik membantu perlekatan bakteri pada permukaan gigi. Adhesi bakteri adalah selektif. Setelah adhesi

  6 awal, bakteri akan berkembang biak dan mengikat bakteri lain pada rongga mulut.

  Saliva juga berperan menetralisir asam yang diproduksi dari fermentasi karbohidrat oleh mikroorganisme di rongga mulut dengan memperbaiki demineralisasi yang terjadi apabila pH plak gigi dibawah batas 5,5 hingga 6,0. Hasil karbohidrat yang difermentasi oleh mikroorganisme dalam plak akan memproduksi asam yang akan menyebabkan demineralisasi enamel dan dentin. Secara singkat, penurunan pH plak gigi karena produksi asam oleh bakteri menyebabkan jumlah

  17 kalsium dan fosfat menurun.

2.2 Obat Kumur

  Penggunaan obat kumur menjadi sebuah kunci penting dalam memelihara oral higiene yang baik. Obat kumur dapat dibagi menjadi lima kategori yaitu: antiseptik, antibiotik, enzim, modifying agent, anti adhesive. Obat kumur antiseptik sering digunakan karena tidak menyebabkan toksisitas sistemik atau resistensi mikroba, dan 18 merupakan agen antimikroba yang berspektrum luas. Antiseptik adalah agen kimia yang digunakan untuk menghilangkan mikroorganisme rongga mulut dalam berbagai cara yaitu dengan memproduksi kematian sel, menghambat reproduksi mikroba dan

  7

  menghambat metabolisme sel. Walaupun Khlorheksidin merupakan bahan kemoter- api dalam mencegah karies gigi, namun kejadian efek samping seperti perubahan warna gigi, rasa yang tidak diinginkan, kekeringan dan sensasi terbakar di mulut me-

  9 mbuat pasien tidak mau menggunakan obat kumur ini.

  2.3 Cinnamomum burmanii Jenis kayu manis yang banyak ditanam di Indonesia adalah C. burmanii, C.

  

zeylanikum dan C. cassia. Disamping itu, kayu manis juga banyak tumbuh liar

  dihutan-hutan yaitu jenis C. massoi dan C. culilawan. Kelima jenis kayu manis ini dapat menghasilkan minyak atsiri, terutama dari kulit dan daunnya. Cinnamomum

  

burmanii umumnya dibudidayakan oleh rakyat dan daerah penghasil utamanya adalah

  Sumatera Barat, Jambi dan Sumatera Utara. Pada umumnya tanaman kayu manis ini dapat tumbuh baik pada daerah-daerah dengan ketinggian 500 sampai 1.200 meter diatas permukaan laut, di mana kelembaban dan curah hujan yang tinggi serta jenis tanahnya andosol. C burmanii yang tumbuh pada daerah dataran tinggi, dan diperdagangkan dalam bentuk kulit, di Indonesia lebih dikenal dengan cassia vera Indonesia. Tanaman kayu manis pohonnya mencapai tinggi antara 8 - 27 m, dengan panjang daun antara 5 - 17 cm dan lebar daun 3 - 10 cm. Warna daun hijau muda, dan pucuk berwarna merah muda . Komponen kimia dalam kayu manis termasuk eugenol,

  19 etil sinamat, metil chavicol, linalool, sinamaldehid dan beta-caryophyllene.

  (a) (b)

  Gambar 1 (a) Cinnamomum burmanii (b) Pohon Cinnamomum burmanii

2.4 Klasifikasi

2 Taksonomi pohon kayu manis:

  Kingdom : Plantae Subkingdom : Trancheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Gymnospermae Kelas : Magnoliopsida Ordo : Laurales Famili : Lauraceae Genus : Cinnamomum Spesies : Cinnamomum burmanii

2.5 Manfaat Cinnamomum burmanii

  Kulit kayu manis digunakan di seluruh dunia sebagai bumbu dan perasa. Selain digunakan sebagai bahan masak, kayu manis mempunyai manfaat terhadap kesehatan tubuh manusia serta kesehatan gigi dan mulut. Umumnya kayu manis diolah dengan cara destilasi sehingga menjadi minyak kayu manis dan terbukti memiliki kandungan nutrisi yang mempunyai efek farmakologi yaitu sebagai peluruh kentut (carminative), peluruh keringat (diaphoretic), antirematik, penambah nafsu makan (stomachica),

  2

  penghilang rasa sakit (analgesic), antibakteri, antijamur dan lain-lain. Antara manfaatnya adalah: a. Anti bakteri Kandungan utama kayu manis adalah senyawa sinamaldehida dan eugenol. Kandungan tersebut memiliki sifat antibakteri dengan mempengaruhi lapisan bilayer membran sel bakteri. Ini menjadikannya lebih permeabel, sehingga menyebabkan kebocoran isi sel vital. Penurunan enzim bakteri juga merupakan mekanisme aksi

  2 penghambatan bakteri oleh minyak atsiri kayu manis.

  b. Anti inflamasi Menurut penelitian di The University of Texas , kayu manis dapat mengurangi peradangan kronis terkait dengan gangguan neurologis seperti penyakit Alzheimer,

  20 penyakit Parkinson, multiple sclerosis, tumor otak, dan meningitis.

  c. Anti diabetes Penelitian Alam Khan dkk menunjukkan bahwa asupan 1, 3, atau 6 g kayu manis per hari dapat mengurangi glukosa serum, trigliserida, kolesterol LDL, dan kolesterol total pada orang dengan diabetes tipe 2 dan menunjukkan bahwa orang dengan diabetes tipe 2 yang mengkonsumsi kayu manis dalam diet seharian dapat

  21 mengurangi faktor resiko yang terkait dengan penyakit kardiovaskular dan diabetes.

  d. Anti jamur Resin akrilik sering digunakan sebagai bahan gigi tiruan, khususnya basis gigi tiruan. Adanya rongga-rongga mikro pada gigi tiruan menjadi tempat perlekatan sisa- sisa makanan yang dapat meningkatkan jumlah mikroorganisme dalam rongga mulut, salah satunya ialah jamur Candida albicans. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ekstrak kayu manis dapat menghambat pertumbuhan jumlah Candida albicans pada

  20 plat resin akrilik.

  Kayu manis secara tradisional telah digunakan untuk mengobati sakit gigi dan melawan bau mulut. Kayu manis juga dipercaya dapat mencegah masuk angin, mual, dan membantu dalam pencernaan. Kayu manis juga dipercayai dapat meningkatkan energi dan sirkulasi darah. Selain itu, kayu manis juga kaya dengan zat besi, mangan, kalsium dan serat. Kombinasi ini membantu untuk mengurangi dan menghilangkan empedu, dan kemudian mencegah kerusakan pada sel-sel usus besar atau timbulnya

  20 kanker usus besar.

2.6 Pengaruh Cinnamomum burmanii terhadap jumlah bakteri

  • – Ekstrak kayu manis mengandung minyak atsiri yang kaya dengan senyawa senyawa seperti kamfer, safrol, sinamaldehid , sinamil asetat, terpen sineol,sitral, sitronela, polifenol dan benzaldehid. Namun komponen terbesar kayu manis adalah

  2 sinamaldehid 55-65% dan eugenol 4-8%.

  Penelitian Mutma Inna dkk menyatakan bahwa minyak atsiri kayu manis memiliki dua senyawa aktif antibakteri yaitu fenolik dan sinamaldehid. Kemampuan antibakteri senyawa tersebut adalah dengan merusak protein sel bakteri sehingga mengacaukan membran sel bakteri atau membuat enzim-enzim tertentu tidak menjadi aktif. Selain senyawa golongan fenilpropanoid seperti eugenol dan sinamaldehid, minyak atsiri kayu manis mengandung senyawa golongan terpenoid. Senyawa tersebut dapat terakumulasi dalam jaringan lipid membran sel bakteri dan menyebab- kan terganggunya struktur dan fungsi membran sel disebabkan oleh penambahan

  2

  volume sel dan perubahan permeabilitas membran sel bakteri. Mekanisme pengham- batan bakteri oleh komponen aktif kayu manis melibatkan beberapa aksi dan hal ini

  2

  dimungkinkan karena sifat hidrofobitasnya. Molekul hidrofobik dapat melewati

  22

  dinding sel bakteri gram positif. Ini dapat mempengaruhi lapisan lipid bilayer membran sel sehingga menjadikannya lebih permeabilitas, sehingga menyebabkan kebocoran sel vital. Penurunan aktivitas enzim bakteri juga merupakan mekanisme

  2 aksi penghambatan bakteri oleh minyak atsiri kayu manis.

  2.7 Penghitungan Jumlah Bakteri Terdapat beberapa metode dalam perhitungan jumlah bakteri misalnya :

  1. Metode direct count Pada metode direct count ini tidak dapat dibedakan sel bakteri yang hidup dan sel bakteri yang mati. Perpanjangan dari metode ini adalah penggunaan fluorescent dengan mikroskop epifluorescence. Alat dan bahan utama yang digunakan

  stains untuk metode ini adalah mikroskop, kamar penghitung bakteri atau membrane filter, penyangga kaca preparat, biological stains dan tabung kapiler. Jumlah bakteri dapat dihitung dengan penghitungan secara langsung secara mikroskopik dari sampel yang telah diatur markanya atau daerah pada kaca preparat kemudian bakteri dihitung

  23 perbidang.

  2. Metode plate count Metode plate count adalah metode yang didasarkan pada perhitungan sel yang terlihat. Metode ini dilakukan dengan mengencerkan sampel awal ke dalam tabung reaksi untuk pengenceran secara seri, dilanjutkan dengan menanam hasil dari pengenceran secara seri ke dalam plate count agar dengan teknik tuang atau tebar.

  Teknik tuang menggunakan plate count agar cair yang dituang ke dalam plat dan dicampur dengan sampel hasil dari pengenceran seri, sedangkan teknik tebar dilakukan dengan menebarkan sampel hasil pengenceran seri ke permukaan plate

  

count agar padat. Plat yang sudah disiapkan kemudian diinkubasi dan koloni yang

  diamati pada plat plate count agar dihitung dengan satuan colony forming unit (CFU). Perhitungan CFU mengasumsikan setiap koloni terpisah dan dapat ditemukan

  

23

sebagai satu sel mikroskopik yang terlihat.

2.8 Kerangka Teori

  Penurunan jumlah bakteri dalam saliva Ekstrak kayu manis 2,5%

  Akuades Komponen aktif: sinamaldehid, fenolik dan terpenoid

  Sifat antibakteri Menghancurkan dinding sel bakteri

  Kematian sel Aksi mekanis berkumur menstimulasi mechanoreceptors pada jaringan gingiva

  Produksi dan aliran saliva meningkat Efek buffer dari saliva mengeliminasi jumlah bakteri dalam rongga mulut

2.9 Kerangka Konsep

  Variabel bebas: Variabel terikat: Berkumur dengan ekstrak kayu Jumlah bakteri dalam manis 2,5% dan akuades saliva (CFU/ml)

  Variabel terkendali:

  1.Volume obat kumur: 15 ml

  2.Lama berkumur: 30 detik

  3.Konsentrasi ekstrak kayu manis: 2,5%

  4.Volume akuades: 15 ml

Dokumen yang terkait

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Nilai Konversi Jarak Vertikal Dimensi Oklusi Dengan Panjang Jari Tangan Kanan Pada Suku Batak Toba

0 0 21

Judul Efek Analgesik Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale roscoe ) Terhadap Inflamasi Pulpa pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cniculus) (Penelitian In Vivo)

0 0 23

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nyeri Pulpa - Efek Analgesik Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) Terhadap Inflamasi Pulpa pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian in vivo)

0 2 12

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Efek Analgesik Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) Terhadap Inflamasi Pulpa pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian in vivo)

0 0 6

Efek Analgesik Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) Terhadap Inflamasi Pulpa pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian in vivo)

0 0 15

Efek Antiinflamasi Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian In Vivo)

0 0 20

Efek Antiinflamasi Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian In Vivo)

0 2 15

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Efek Antiinflamasi Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian In Vivo)

0 2 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Daya Hambat Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak Dental - Efek Berkumur dengan Metode Oil Pulling Menggunakan Minyak Kelapa Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Dalam Plak Mahasiswa FKG USU

0 0 9