BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian - Pengaruh Penambahan Serat Kaca Terhadap Kekasaran Permukaan Dan Penyerapan Air Bahan Basis Gigitiruan Nilon Termoplastik
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Basis Gigitiruan
2.1.1 Pengertian
Basis gigitiruan didefinisikan sebagai bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut, sekaligus sebagai tempat melekatnya anasir
1
gigitiruan. Fungsi basis gigitiruan adalah menggantikan tulang alveolar yang sudah hilang, mengembalikan estetis wajah, menyalurkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung gigi, linggir sisa alveolar atau gigi penyangga, mempertahankan residual
ridge dan tempat untuk melekatkan komponen gigitiruan lainnya seperti anasir
gigitiruan, sandaran oklusal, lengan retentif dan lengan resiprokal pada gigitiruan dari
38,39 bahan resin akrilik.
2.1.2 Persyaratan
Bahan basis gigitiruan harus memenuhi persyaratan sehingga layak untuk digunakan. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada basis gigitiruan yang memenuhi semua persyaratan tersebut. Persyaratan yang ideal untuk pembuatan bahan basis
1-7,39,40
gigitiruan, yaitu:
a. Biokompatibel : tidak toksik dan non-iritan
b. Penghantar termal yang baik
c. Memiliki modulus elastisitas, kekuatan impak, transversal dan fatique yang tinggi d. Memiliki stabilitas warna yang baik
e. Warna sesuai dengan jaringan sekitarnya (estetis)
f. Bebas dari porositas
g. Tidak larut dan menyerap cairan
h. Tidak memiliki atau mengandung monomer sisa j. Mudah dimanipulasi dan direparasi k. Mudah dibersihkan baik secara mekanis maupun kemis l. Tidak mengalami perubahan dimensi m. Berat jenis rendah
2.1.3 Bahan Basis Gigitiruan
Berdasarkan bahan yang digunakan, basis gigitiruan dapat dibagi menjadi basis gigitiruan logam dan basis gigitiruan non logam.
7
2.1.3.1 Basis Logam
Bahan logam yang digunakan sebagai basis gigitiruan pada umumnya berupa kobalt kromium, gold alloys, aluminium, dan stainless steel.
7 Basis dengan bahan
logam memiliki beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan bahan non logam, yaitu penghantar termis yang baik, stabilitas dimensi yang baik dan kekuatan yang diperoleh maksimal dengan ketebalan yang minimal. Kerugian dari bahan logam adalah estetik yang buruk dan sulit diperbaiki apabila patah.
38-40
2.1.3.2 Basis Non Logam
Berdasarkan reaksi termalnya, bahan basis non logam dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu termoset dan termoplastik.
7,41,42
2.1.3.2.1 Termoset
Termoset adalah polimer yang mengalami perubahan kimia dalam proses dan pembentukannya, sebagai contoh cross-linked poly (methyl methacrylate), vulkanit, dan fenol formaldehid.
7,41,42
Resin akrilik mulai diperkenalkan oleh Rohm dan Hass pada tahun 1936 dalam bentuk lembaran, kemudian Nemours pada tahun 1937 memperkenalkan resin akrilik dalam bentuk bubuk. Pada tahun yang sama Dr. Walter Wright memperkenalkan bahan polimetil metakrilat atau resin akrilik sebagai bahan basis gigitiruan yang paling banyak digunakan.
31
Resin akrilik banyak digunakan karena memiliki banyak keuntungan, yaitu harganya yang relatif murah, mudah direparasi, proses pembuatannya menggunakan peralatan yang sederhana, warna yang sesuai dengan jaringan disekitar rongga mulut,
3,5,10,17,29,31,32,39
stabilitas dimensinya baik, serta mudah dipoles. Bahan basis gigitiruan resin akrilik terbagi atas beberapa jenis, yaitu resin akrilik swapolimerisasi, resin
2,30,43 akrilik polimerisasi sinar dan resin akrilik polimerisasi panas.
2.1.3.2.2 Termoplastik
Polimer termoplastik merupakan polimer yang dapat dilunakkan berulang kali, dicetak pada suhu dan tekanan tinggi tanpa mengalami perubahan kimia. Polimer termoplastik dapat dileburkan, mengeras setelah dibentuk, dan larut dalam larutan organik, contohnya adalah seluloid, selulosa nitrat, resin vinil, polikarbonat,
7 polystyrene , dan nilon.
2.2 Nilon Termoplastik
Nilon merupakan nama generik dari suatu polimer termoplastik yang tergolong dalam kelas poliamida. Nilon pertama kali diperkenalkan sebagai bahan
6,8-12
basis gigitiruan di London sekitar tahun 1950. Poliamida ini dihasilkan dari
8-12,18
reaksi kondensasi antara diamine dan dibasic acid. Nilon merupakan polimer
crystalline sedangkan resin akrilik merupakan polimer amorphous. Sifat crystalline
inilah yang menyebabkan nilon memiliki sifat yang tidak dapat larut dalam pelarut, ketahanan panas yang tinggi, dan kekuatan yang tinggi serta kekuatan tensil yang
11,12 baik.
Pada beberapa tahun terakhir, nilon telah menarik perhatian sebagai bahan basis gigitiruan karena memiliki beberapa kelebihan antara lain estetis yang memuaskan, bersifat hipoalergenik sehingga menjadi alternatif perawatan bagi pasien yang alergi atau sensitif terhadap resin akrilik, tidak terjadi perubahan bentuk selama proses polimerisasi serta tidak terdapat monomer sisa karena penggunaan injection-
7,13-16 moulding .
2.2.1 Komposisi
Nilon merupakan suatu resin yang dihasilkan dari reaksi kondensasi antara
diamine dan dibasic acid yang memberikan variasi dari poliamida dengan sifat fisis
8-12,18dan mekanis yang tergantung pada ikatan antara asam dan amida. Frekuensi kelompok amida sepanjang rantai mempengaruhi penyerapan air dan sifat kemis dari setiap jenis nilon. Semakin tinggi konsentrasi kelompok amida maka semakin tinggi
15 pula nilai penyerapan air.
Nilon memiliki ikatan linear (ikatan polimer tunggal) yang mengandung
hexamethylenadiamine dan asam karboksilik di dalam nilon termoplastik yang akan
membentuk ikatan poliamida yang panjang. Ikatan linear dalam nilon termoplastik ini lebih lemah dibandingkan dengan ikatan polimer yang bercabang (cross-link) pada
44 resin akrilik.
2.2.2 Manipulasi
Nilon tidak dapat larut sehingga tidak dapat dibuat dalam bentuk adonan dan mengisi mold dengan teknik biasa, tetapi harus dilelehkan dan diinjeksikan ke dalam kuvet di bawah tekanan (injection-moulding). Nilon dimasukkan dalam satu cartridge dan dilelehkan pada suhu 248,8-265,5°C dengan furnace elektrik. Selanjutnya nilon yang telah meleleh ditekan ke dalam kuvet oleh plugger di bawah tekanan yang diberikan oleh pres hidrolik atau manual. Tekanan injection-moulding dijaga pada tekanan 5 bar selama 3 menit kemudian kuvet beserta cartridge segera dilepaskan. Kuvet kemudian dibiarkan dingin pada suhu kamar selama 30 menit sebelum
37,45 dibuka.
2.2.3 Kelebihan 7,13-16
Kelebihan penggunaan basis gigitiruan nilon termoplastik adalah: 1.
Lebih estetis dibandingkan resin akrilik 2. Tipis dan ringan tetapi sangat kuat sehingga tidak mudah patah dan mengalami kerusakan.
3. Tidak mengandung monomer sisa, sehingga aman digunakan untuk pasien yang alergi terhadap metil metakrilat
4. Tekanan hampir seluruhnya disalurkan ke gigi penyangga dan struktur tulang dibawahnya
5. Hampir tidak memiliki porositas 6.
Tidak menggunakan cangkolan logam
2.2.4 Kekurangan 8,10-14,17,18
Kekurangan penggunaan basis gigitiruan nilon termoplastik adalah: 1.
Sulit diperbaiki jika terjadi kerusakan 2. Proses pembuatannya memerlukan peralatan khusus di laboratorium 3. Penyerapan air tinggi 4. Mudah berubah warna 5. Sulit dipoles sehingga menghasilkan permukaan yang lebih kasar 6. Kekerasan nilon termoplastik lebih rendah dibandingkan resin akrilik polimerisasi panas
2.2.5 Sifat
Sifat dari suatu bahan basis gigitiruan terbagi atas sifat mekanis, sifat biologis, sifat kemis, dan sifat fisis.
2.2.5.1 Sifat Mekanis
a. Kekuatan Tensil
46 Kekuatan tensil nilon termoplastik adalah 98 MPa. Nilai kekuatan tensil
tersebut lebih besar dibandingkan resin akrilik yang memiliki kekuatan tensil sebesar
1 85MPa.
b. Kekuatan Impak Kekuatan impak adalah suatu ukuran kekuatan bahan yang diukur dari energi yang diperlukan untuk memulai dan melanjutkan retakan melewati sebuah spesimen
1
dengan dimensi tertentu. Nilai kekuatan impak nilon termoplastik adalah 120-150
3
47 kg/mm .
c. Fatique
Fatique adalah rusaknya atau patahnya suatu bahan yang disebabkan beban
berulang di bawah batas tahanan bahan. Fraktur gigitiruan dapat terjadi sebagai akibat
4
dari fatique. Mathews dan Smith (1955) menyatakan bahwa daya tahan nilon terhadap fatique atau stressing yang berulang juga merupakan salah satu kelebihan
13 utama nilon.
d. Crazing
Crazing merupakan kumpulan retakan pada permukaan yang dapat
melemahkan basis gigitiruan. Crazing ini kadang muncul pada permukaan gigitiruan
1 resin akrilik, namun tidak dapat terjadi pada basis gigitiruan nilon termoplastik.
d. Kekerasan
47 Kekerasan nilon adalah 14,5 VHN. Nilai kekerasan tersebut lebih kecil
dibandingkan resin akrilik polimerisasi panas yang memiliki kekerasan sebesar 20
1 VHN.
2.2.5.2 Sifat Kemis dan Biologis
a. Pembentukan koloni bakteri Pembentukan koloni bakteri pada permukaan gigitiruan dipengaruhi oleh
1,23
penyerapan air, kekerasan permukaan dan kekasaran permukaan. Gigitiruan
13,17,19-21 dengan permukaan yang kasar dapat menyebabkan perlekatan bakteri.
Hilgenberg SP (2008) mengutip pendapat Radford dkk. dan Taylor dkk. bahwa
20 perlekatan bakteri lebih banyak terdapat pada permukaan yang kasar.
b. Biokompatibilitas Nilon tahan terhadap pelarut dan bahan kimia. Selain itu, karena diproses dengan teknik injection-moulding, nilon tidak memiliki monomer sisa dan hampir tidak memiliki porositas. Nilon juga aman untuk pasien yang alergi terhadap logam
7,14-16 dan monomer resin.
2.2.5.3 Sifat Fisis
a. Massa Jenis Gigitiruan dengan massa jenis yang rendah merupakan sifat yang menguntungkan. Hal ini menyebabkan retensi gigitiruan rahang atas menjadi
3
47 bertambah. Massa jenis nilon termoplastik adalah 1,04-1,22 g/cm .
b. Porositas Nilon termoplastik hampir tidak mempunyai porositas. Porositas pada nilon termoplastik disebabkan masuknya udara selama prosedur pemanasan. Bila udara ini tidak dikeluarkan, gelembung-gelembung besar dapat terbentuk pada basis
48 gigitiruan.
c. Kekasaran Permukaan Salah satu faktor yang mempengaruhi kekasaran permukaan pada gigitiruan adalah jenis bahan basis gigitiruan yang digunakan seperti bahan nilon termoplastik yang memiliki permukaan yang sulit dipoles bila dibandingkan dengan resin akrilik sehingga menyebabkan basis gigitiruan nilon termoplastik memiliki permukaan yang
13,17,18
lebih kasar. Permukaan yang kasar pada basis gigitiruan nilon termoplastik disebabkan nilon termoplastik memiliki titik leleh yang rendah sehingga bahan nilon
17
termoplastik menjadi sulit untuk dipoles. Trisna (2010) menemukan bahwa nilai
46
rerata kekasaran permukaan nilon termoplastik adalah 0,395 µm. Chihargo (2011) menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan kekasaran permukaan nilon termoplastik dengan teknik pemolesan secara mekanis dan kemis. Nilai rerata kekasaran permukaan nilon termoplastik dengan teknik pemolesan secara mekanis adalah 1,142 µm, sedangkan nilai rerata kekasaran permukaan nilon termoplastik
49 dengan teknik pemolesan secara kemis adalah 1,188 µm.
d. Penyerapan Air Penyerapan air yang tinggi merupakan kekurangan utama dari nilon
11,13
termoplastik. Hal ini disebabkan karena molekul air yang masuk diantara rantai molekul disebabkan ikatan amida yang bersifat hidrofilik membentuk rantai utama
15
resin poliamida. Ariyani (2013) menemukan bahwa nilai rerata penyerapan air nilon menemukan bahwa nilai rerata penyerapan air nilon termoplastik adalah 2,8826
2
50 mg/cm .
2.3 Kekasaran Permukaan
2.3.1 Pengertian
Kekasaran permukaan adalah ukuran ketidakteraturan dari permukaan yang telah dipoles dan diukur dengan satuan mikrometer (µm). Nilai ini merupakan ukuran deviasi vertikal suatu permukaan dari bentuk idealnya. Apabila deviasi ini semakin besar, maka permukaan tersebut kasar; apabila deviasi ini kecil, maka permukaan tersebut halus. Kekasaran dianggap sebagai komponen dari permukaan yang telah
51 diukur dengan frekuensi yang tinggi dan panjang gelombang yang pendek.
Hasil beberapa penelitian in vitro menunjukkan bahwa jika suatu bahan basis gigitiruan dengan kekasaran permukaan yang melebihi 0,2 µm dapat meningkatkan
19
level perlekatan kolonisasi bakteri. Attar N (2007) yang mengutip pendapat Chung, suatu restorasi dinyatakan halus apabila nilai kekasaran permukaannya kurang dari 1
22 µm. Hilgenberg SP (2008) yang mengutip pendapat Quirynen dkk. dan Bollen dkk.
menyatakan bahwa kekasaran permukaan dari bahan kedokteran gigi yang ideal
20
adalah mendekati 0,2 µm atau kurang. Zortuk M (2008) menyatakan kekasaran permukaan suatu restorasi sebesar 0,3 µm dapat melukai lidah pasien dan efek
19 negatifnya dapat mengganggu kenyamanan pasien.
2.3.2 Alat Uji dan Cara Pengukuran
Kekasaran pemukaan dapat diukur dengan dua metode, yaitu metode sentuhan (contact method) dan metode tanpa sentuhan (non-contact method). Metode sentuhan dilakukan dengan menarik suatu stylus pengukuran sepanjang permukaan. Alat untuk
51
metode sentuhan ini disebut profilometer atau profile meter. (Gambar 1)
51
Metode tanpa sentuhan antara lain:a. Interferometry
b. Confocal microscopy
d. Cahaya terstruktur (structured light)
e. Electrical capacitance
f. Mikroskop elektron dan photogrametry
Gambar 1. Profile meter
Alat pengukuran tanpa sentuhan memiliki keterbatasan, yaitu alat pengukuran yang mengandalkan penggunaan optik tidak dapat mengukur kekasaran yang lebih kecil dari frekuensi panjang gelombang yang digunakan alat tersebut. Keterbatasan ini dapat menyulitkan untuk mengukur kekasaran dengan akurat bahkan pada benda yang umum, karena kekasaran benda yang diukur mungkin lebih kecil daripada
51 panjang gelombang cahaya.
Metode sentuhan dapat dilakukan pada pengukuran dua dan tiga dimensi. Pada pengukuran dua dimensi, stylus biasanya mengikuti suatu garis lurus di atas suatu permukaan yang rata atau suatu garis lengkung mengelilingi suatu permukaan silindris. Panjang perjalanan stylus disebut panjang pengukuran (measurement
length ), sedangkan pengukuran tiga dimensi, stylus diaplikasikan untuk meneliti
51 (scan) suatu daerah dua dimensi di atas suatu permukaan.
2.4 Penyerapan Air
2.4.1 Pengertian
Penyerapan air bahan resin merupakan proses difusi yang dikontrol. Molekul air menyebar ke polimer selama perendaman di dalam air atau saliva dan menjangkau permukaan matriks polimer. Penyerapan air dapat terjadi disebabkan perlekatan molekul air pada permukaan bahan dan terjadi proses absorpsi atau ikatan ke dalam
52 bahan tersebut.
Menurut spesifikasi ADA (American Dental Association) No. 12, jika dilakukan uji penyerapan air pada suatu bahan polimer maka setelah perendaman, berdasarkan luas permukaannya, pengukuran berat yang bertambah tidak boleh
2
47 melebihi 0,8% mg/cm . Menurut International Standarts Organization (ISO) No.
1567, berdasarkan volumenya, nilai penyerapan air harus lebih kecil dari 32
3 1,15,24,25,52 µg/mm .
2.4.2 Alat Uji dan Cara Pengukuran
Daya serap air pada basis gigitiruan dapat diukur dengan menggunakan timbangan digital. Prosedur standart ISO untuk mengukur besarnya nilai penyerapan air, basis gigitiruan didesikasi dengan menggunakan alat desikator selama 24 jam. Desikasi adalah pengeringan suatu bahan atau benda dengan menggunakan alat desikator sehingga bahan atau benda yang didesikasi akan mengalami pengurangan berat dan diperoleh berat bahan atau benda yang sebenarnya. Kemudian basis gigitiruan ditimbang dengan timbangan digital diperoleh berat sebelum perendaman (M1), basis direndam dalam larutan akuades selama 7 hari dengan suhu 37°C dan ditimbang kembali sehingga diperoleh berat sesudah perendaman (M2). Basis yang sudah direndam dikeringkan lalu ditimbang (M3). Penyerapan air dihitung
25,37
berdasarkan volumenya dengan menggunakan rumus ISO, yaitu:
Water sorption (W ) = M2 – M3 sp Keterangan:
3 Water sorption (W ) = nilai penyerapan air (µg/mm ) sp
M2 = berat setelah perendaman (µg) M3 = berat setelah perendaman dan dikeringkan dengan desikator (µg)
3 V = volume suatu bahan (mm )
= luas permukaan x tebal / tinggi
2
= x t
2.5 Serat Kaca
2.5.1 Pengertian
Serat kaca adalah material berbentuk serabut-serabut yang sangat halus yang
30
mengandung bahan kaca. Bahan ini sering digunakan karena merupakan material dengan ketahanan terhadap bahan kimia yang kuat, kekuatan dan fleksibilitas yang
5,10,19,21,29,31-34 baik, ringan serta mudah dimanipulasi.
Ada beberapa macam jenis serat kaca, antara lain serat kaca jenis E-glass, S-
10,31,32
glass, R-glass, V-glass, dan Cemfil. Serat kaca E-glass adalah jenis serat yang
paling banyak digunakan, karena transparansinya yang sangat baik bila dibandingkan dengan serat lain dan dapat dengan mudah disesuaikan dengan bentuk dan ukuran
10,32 yang diperlukan.
2.5.2 Komposisi 26,53
Serat kaca umumnya mengandung komposisi sebagai berikut:
1. SiO = 53-55%
2
2. CaO = 20-24%
3. Al
2 O 3 = 14-16%
4. B O = 6-9%
2
3
5. MgO = 3,3%
6. Na
2 O = 0.3%
8. Fe
2 O 3 = 0,3%
9. F = 0,3%
2 Silikon dioksida (SiO 2 ) atau silika merupakan komponen utama dalam serat
kaca yang merupakan gabungan dari polimer (SiO
2 ) n . Komponen ini memiliki titik
leleh yang tinggi yaitu sekitar 2000 C dan kekakuan serta kekuatan yang tinggi,
53 sehingga serat kaca banyak digunakan sebagai bahan penguat.
2.5.3 Bentuk
Bentuk serat kaca yang dapat ditambahkan ke dalam resin akrilik sebagai
30 penguat adalah bentuk batang, anyaman dan potongan kecil.
2.5.3.1 Bentuk Batang
Serat kaca berbentuk batang terbuat dari serat kaca continous undirectional yang terdiri atas 1.000-200.000 serabut serat kaca yang diameternya adalah 3-25 µm. Serat kaca berbentuk batang dapat ditambahkan ke dalam resin akrilik polimerisasi panas sebagai penguat karena posisi serat yang perpendikular dan disusun sepanjang basis gigitiruan. Posisi serat yang sedemikian rupa akan meningkatkan kekuatan basis
54 gigitiruan.
Penggunaan serat berbentuk batang sebagai penguat mempunyai kerugian yaitu ikatan adhesi antara serat kaca terhadap bahan basis gigitiruan tidak kuat. Hal ini telah dibuktikan secara mikroskopik dari gambaran mikroskop. Secara mikroskopik akan terlihat adanya celah atau void antara serat kaca dengan resin akrilik yang membuktikan bahwa ikatan antara serat kaca dan bahan basis gigitiruan tidak adekuat serta sulitnya pendistribusian serat berbentuk batang pada bagian yang
5,55 lemah pada gigitiruan.
Gambar 2. Serat kaca bentuk
batang
2.5.3.2 Bentuk Anyaman
Penggunaan serat kaca dengan bentuk anyaman dapat meningkatkan kekuatan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Peningkatan kekuatan bahan basis yang diperkuat serat kaca bentuk anyaman bukan disebabkan oleh kekuatan dari serat kaca itu sendiri saja, tetapi peningkatan kekuatan tersebut berasal dari besarnya kuantitas dan diameter dari bentuk anyaman serat kaca. Serat kaca berbentuk anyaman mempunyai kekuatan yang lebih rendah dari serat berbentuk batang serta serat ini dapat keluar pada permukaan basis gigitiruan dan menyebabkan iritasi pada
56 jaringan mukosa rongga mulut.
2.5.3.3 Bentuk Potongan Kecil
Serat kaca bentuk potongan kecil merupakan bentuk serat yang paling sering digunakan sebagai penguat bahan basis gigitiruan. Hal ini disebabkan karena serat kaca potongan kecil memiliki ikatan adhesi yang yang baik dengan matriks polimer. Serat kaca potongan kecil juga dapat tersebar secara merata dalam bahan basis
5 gigitiruan.
Gambar 4. Serat kaca bentuk potongan kecil
2.5.4 Manipulasi dan Mekanisme
Penambahan serat kaca pada basis gigitiruan dapat meningkatkan kekuatan impak, kekuatan transversal, modulus elastisitas, daya tahan terhadap fraktur dan
19,21,29,36
kekasaran permukaan. Serat kaca memiliki beberapa keuntungan seperti mudah dimanipulasi, biokompatibel, tidak bersifat karsinogenik, memiliki estetis yang baik, dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi serta dapat berikatan baik dengan matriks polimer. Serat kaca merupakan bahan yang paling cocok untuk
5,10,19,21,29,31-34 digunakan pada kedokteran gigi karena estetisnya baik.
Hasil adhesi yang optimal antara serat kaca dan matriks polimer dapat dicapai dengan menambahkan silane coupling agent yang secara kimia mengikat serat kaca
5,21,26- dan matriks polimer menjadi lebih kuat sehingga tercapai densitas yang optimal. 28,34-36
Bahan silane coupling agent yang paling sering digunakan adalah adhesif untuk meningkatkan interaksi antar molekul pada matriks polimer. Kegunannya adalah untuk meningkatkan sifat mekanis dan sifat fisis resin, serta untuk menyingkirkan air pada permukaan serat kaca. Ketika serat kaca dilapisi silane
coupling agent dan dikeringkan, air disingkirkan sehingga terbentuk siloxane bridge
dan terjadi reaksi kondensasi antara silanol dan permukaan serat kaca. Tanpa lapisan
silane ikatan tersebut akan rusak disebabkan air masuk ke dalam resin dan akan
28,36,37 terjadi proses readsorpsi pada permukaan serat kaca.Gurbuz dkk. (2005) yang mengutip pendapat Ladizesky dkk. bahwa
27 kandungan serat yang tinggi akan mengurangi nilai penyerapan air sebesar 25%.
Hasil penelitian Sitorus Z (2012) menunjukkan bahwa nilai penyerapan air yang terendah terdapat pada resin akrilik polimerisasi panas (RAPP) dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 6 mm sedangkan nilai penyerapan air yang tertinggi
30
terdapat pada RAPP tanpa penambahan serat kaca. Gurbuz dkk. (2005) meneliti penyerapan air pada bahan resin akrilik yang ditambahkan serat kaca yang disilanisasi dan yang tidak disilanisasi dengan konsentrasi serat kaca 5%, 10%, 15% dan 20%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok
27
yang disilanisasi dan yang tidak disilanisasi. Ariyani (2013) menemukan bahwa nilai penyerapan air yang terendah terdapat pada nilon termoplastik dengan penambahan serat kaca 1,5% sedangkan nilai penyerapan air yang tertinggi terdapat pada nilon termoplastik tanpa penambahan serat kaca. Hal ini menunjukkan semakin besar konsentrasi serat kaca yang ditambahkan maka nilai penyerapan air akan
37 semakin kecil.
Lee SI dkk. (2001) menemukan bahwa RAPP yang ditambahkan serat kaca akan menyebabkan ekstrusinya serat-serat tersebut di atas permukaan basis
36
gigitiruan. Lee SI dkk. (2007) menemukan bahwa RAPP dengan penambahan serat kaca tidak menyebabkan ekstrusinya serat kaca diatas permukaan basis gigitiruan dan adanya kontak yang rapat antara RAPP dan serat kaca yang diobservasi melalui SEM, akan tetapi pada beberapa kasus ditemukan adanya celah antara RAPP dan serat kaca. Penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 3 mm dengan konsentrasi 9% akan
SI karena sulitnya pencampuran RAPP dengan serat kaca sehingga meningkatkan
21
kekasaran permukaan. Zortuk M. (2008) menemukan bahwa penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 3 mm dengan konsentrasi lebih dari 2% akan meningkatkan kekasaran permukaan RAPP sedangkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan kekasaran permukaan RAPP pada penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 3
19
mm dengan konsentrasi 0,5% dan 1%. Peningkatan kekasaran permukaan pada bahan basis gigitiruan dipengaruhi oleh konsentrasi serat kaca yang ditambahkan dan
19,21 ikatan kimia antara serat kaca dan matriks polimer.
2.6 Landasan Teori Termoplastik
Batang anyaman
Kekasaran Permukaan >> Titik leleh rendah sulit dipoles Adanya ikatan amida hidrofilik Kekurangan Volume Ukuran 0,5% 1% 1,5%
↑
Penyerapan Air
6 mm 9 mm
Silane Coupling Agent
Resin Akrilik polietilen Karbon Aramid
Potongan kecil
3 mm Bahan Basis Gigitiruan
Logam
Kekasaran Permukaan Penyerapan Air Serat Kaca Jenis Bentuk
Sifat kemis
Sifat fisis
Sifat mekanis
Komposisi Sifat biologis
Polystyrene Nilon
Sifat-sifat ManipulasiTermoset Selulosa Resin Vinil Polikarbonat
Non-Logam
E-glass S-glass
2.7 Kerangka Konsep
Nilon + ( Serat kaca + Silane Coupling Nilon
Serat Kaca
Agent )
Sifat fisis Jenis
Bentuk Volume Penyerapan air
Kekasaran Permukaan
E-glass
0,5 % Kekasaran
Potongan Penyerapan
Siloxane bridge
Serat kaca ekstrusi ke permukaan basis kecil 1% gigitiruan
Adanya ikatan Titik leleh
Reaksi kondensasi antara silanol dan rendah sulit amida 1,5 % permukaan serat kaca dipoles hidrofilik dipengaruhi
Kekasaran Penyerapan Terbentuk ikatan kovalen
Permukaan >> Air ↑
Konsentrasi serat kaca yang ditambahkan Adhesi antara serat kaca dengan matriks polimer
Kekurangan Ikatan kimia antara serat kaca dengan matriks polimer
Penyerapan air pada bahan basis gigitiruan berkurang Mengurangi penyerapan air
2.8 Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 3 mm dengan konsentrasi 0,5%, 1%, dan 1,5% terhadap kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan nilon termoplastik.
2. Ada pengaruh penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 3 mm dengan konsentrasi 0,5%, 1%, dan 1,5% terhadap penyerapan air bahan basis gigitiruan nilon termoplastik.
3. Ada perbedaan pengaruh penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 3 mm dengan konsentrasi 0,5%, 1%, dan 1,5% terhadap kekasaran permukaan dan penyerapan air bahan basis gigitiruan nilon termoplastik.