Advanced Homiletic ARTI DARI SEBUAH KE
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI SATYABHAKTI
NASKAH KHOTBAH INJIL MATIUS 15:21, 23.
‘ARTI SEBUAH KEPERCAYAAN’
MAKALAH DISERAHKAN KEPADA
PDT. YAHYA AFFANDI, M.TH
UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM
STUDI HERMENEUTIK DAN HOMILETIK LANJUTAN
OLEH
SAMUEL DENI LAKSONO
MALANG, INDONESIA
15 MEI 2016
KERANGKA HOMILETIK
KERANGKA HOMILETIK INJIL MATIUS 25:21, 23.
A. TEKS ALKITAB
21
Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan
setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung
jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
23
Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan
setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan
memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah
dalam kebahagiaan tuanmu.
B. MENEMUKAN AMANAT TEKS
Z1
Ciri
Cara
X
Seorang hamba yang dapat
dipercaya di hadapan tuan-Nya
Seorang hamba yang dapat
dipercaya di hadapan tuan-Nya
Z2
Y
Adalah
Melakukan perbuatan yang baik dan setia
Adalah
Setia memikul tanggung jawab
Sekalipun dalam perkara kecil
C. PERTANYAAN KRITIS
1. Siapa yang berbicara dalam perumpamaan tersebut ?
2. Siapa sebenarnya sosok ‘tuan’ dalam perumpamaan tersebut ?
3. Siapa sebenarnya sosok ‘hamba’ dalam perumpamaan tersebut ?
4. Apa topik yang dibahas dalam perumpamaan tersebut ?
5. Apa latar belakang masalah yang terjadi dalam perumpamaan tersebut ?
D. PEMBAGIAN STRUKTUR TEKS
Matius 25: 21, 23
21a dan 23a
21b dan 23b
23b
21c dan 23c
= Pujian seorang tuan karena kesetiaan hambanya.
= Pujian sang tuan karena perbuatan baik hambanya.
= Hamba sang tuan telah setia dalam perkara kecil.
= Memberikan penjelasan kesetiaan dalam memikul tanggung jawab.
= Sang tuan memberikan ganjaran istimewa bagi kesetiaan hambanya.
E. ANALISIS GENRE
Berdasarkan pengamatan yang sudah dilakukan, sastra Injil Matius 5:14-30 termasuk dalam
jenis Perumpamaan.
F. PEMBUATAN STRUKTUR TEKS
21
Maka kata
tuannya itu
kepadanya:
Baik sekali
perbuatanmu itu,
hai
hambaku yang baik dan setia;
engkau
telah setia dalam perkara kecil,
aku
akan memberikan
HASIL
kepadamu
tanggung jawab
dalam perkara yang besar.
Masuklah dan turutlah
dalam kebahagiaan
tuanmu.
23
Maka kata
tuannya itu
kepadanya:
Baik sekali
perbuatanmu itu,
hai
hambaku yang baik dan setia;
engkau
PERBUATAN APA ?
telah setia
memikul tanggung jawab dalam perkara kecil,
HASIL
aku
kepadamu
akan memberikan
tanggung jawab dalam perkara yang besar.
Masuklah dan turutlah
dalam kebahagiaan
tuanmu.
KESIMPULAN :
1. Kesetiaan seorang hamba kepada tuannya menghasilkan ‘promosi’ bagi hambanya dan kebahagiaan bagi tuannya.
2. Kesetiaan menghasilkan kepercayaan karena kebahagiaan tuannya yang rela memberikan tanggung jawab besar bagi hambanya.
PROMOSI
KERANGKA HERMENEUTIK
KERANGKA HERMENEUTIK INJIL MATIUS 25:21, 23.
Analisa Konteks Historis
Penulisan dan Latar Belakang
Injil Matius tidak ‘merekam’ secara terbuka siapa yang penulisnya. Tidak seperti
surat-surat Paulus dalam kanon, kita tidak akan menjumpai secara jelas nama si pengirim
karya tulis ini. Hal itu dikarenakan karakter dari Injil Matius yang bukanlah sebuah surat
yang berteologi tugas – memiliki tujuan untuk menjawab sebuah persoalan di suatu tempat.1
Matius merupakan Injil yang kontroversial, karena menyingkapkan keilahian Yesus Kristus di
tengah-tengah bangsa yang mempertahankan keilahiannya.
Pada umumnya, para sarjana teologi percaya bahwa Injil ini ditulis oleh seseorang
bernama Matius, seorang pemungut cukai yang juga bernama Lewi.2 Memang perihal ini
menimbulkan perdebatann di antara para patriakh gereja antara lain argumen dari Papias dan
Eusebius yang merepresentasikan Injil ini dengan kata Dan argumen ini memang
mengikuti tradisi abad kedua yang dibawa oleh Irenæus yang merupakan sebuah pengulangan
dari argumen Origenes dan Eusebius untuk meyakinkan kepada jemaat masa itu bahwa
penulis dari Injil yang pertama ini – berdasarkan urutan dan bukan waktu penulisan – adalah
Matius, si pemungut cukai dan rasul dari bangsa Ibrani.4
1 Gordon D. Fee, Douglas Stuart, Hermeneutik: Bagaimana Menafsirkan Firman Tuhan dengan Tepat,
(Malang: Gandum Mas, 1982), 40.
2
David Iman Santoso, Theologi Matius, (Malang: SAAT, 2009), 2.
3
Willoughby C. Allen, A Critical and Exegetical Commentary on the Gospel According to St. Matthew,
(Edinburgh: T& T Clark, 1965), lxxix.
4
Ibid., lxxx.
Penerima
Tidak bisa dipastikan siapa penerima dari Injil Matius apabila kita melihatnya dari
perspektif literal. Karena tidak ditemukan secara pasti, terbuka, dan jelas siapa pengarang
dari Injil ini. Namun apabila kita melihat dari gaya penulisannya, kita sebagai pembaca masa
kini dapat menerka penerima dari Injil ini.
Rasul Matius memiliki maksud tersendiri untuk mengutip beberapa penggalan ayat
dari kitab-kitab Perjanjian Lama.5 Injil Matius terbiasa mengutip penggalan-penggalan ayat
dari gulungan kitab Yesaya, sehingga menyebabkan Injil ini sangat terkesan ‘Yahudi’. Selain
dari pada itu, penulisan silsilah Yesus Kristus di pasal pertama di Injil ini merupakan sebuah
tradisi yang diambil dari kebiasaan Yahudi dalam bidang sastra.6 Hal ini membuat kita
setidaknya bisa memiliki sebuah kepercayaan lebih bahwa Injil Matius merupakan sebuah
karya sastra yang ditujukan kepada pendengar-pendengar dari Kaum Yahudi.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan dengan konteks genre dan jangkauan ayat, pembahasan penulis
mengenai perumpamaan mengenai talenta yang tercatat dalam Matius 25:14-30. Pasal ini
merupakan sebuah perumpamaan yang menceritakan mengenai seorang kaya yang akan pergi
bepergian. Willoughby C. Allen berpendapat bahwa perumpamaan ini hendak menceritakan
parousia dari Anak Manusia.7 Pendengar Yahudi diharapkan senantiasa berjaga-jaga
5 Robert H. Mounce, New International Biblical Commentary: Matthew, (Massachusetts: Hendrickson
Publisher, 1991), 3.
6
Ibid., 4.
7
Allen, 264. Parousia () berasal dari kata dasar ‘’ yang berarti dasar ‘datang’ atau
‘kedatangan’. Dalam budaya Helenisme, istilah ini dipahami sebagai kedatangan seorang penguasa, seseorang
yang akan datang untuk membawa kedamaian dan menghancurkan ‘sphinx’ (3 Macc 3:17). Dalam perspektif
filsafat, Plato juga memberikan nuansa yang sangat sakral karena istilah ini dipahami sebagai sebuah
‘kehadiran’ dari seorang dewa dalam upacara pengorbanan. Sedangkan dalam kekristenan, Istilah ini dipahami
sebagai fenomena kedatangan Kristus yang kedua kali pada akhir zaman (Why 22:20). Lihat Theological
Dictionary of The New Testament Vol. 5, s.v. “”, ed. Gerhard Kittel, (Michigan: William B. Eerdmans
Publishing, 1967), 858-870.
sehingga pada akhirnya, saat Kristus datang menjemput ‘pengantin-Nya’, sebuah kesetiaan
dapat dijumpai oleh-Nya di bumi.
Analisa Konteks Sastra
Konteks Dekat
Berdasarkan penjabaran ayat di sekitarnya, Matius 25:14-30 merupakan sebuah
perumpamaan yang penulisannya didahului oleh sebuah parable mengenai Gadis-gadis yang
Bodoh dan Gadis-gadis yang Bijkasana (Matius 25:1-13). Dan mengakhiri pasal 25, pada
ayat 31-46 merupakan sebuah pengajaran yang diberikan oleh Yesus kepada kedua belas
murid-Nya yang berbicara mengenai Penghakiman Terakhir. Sang tuan pada perumpamaan
tersebut merupakan penggambaran dari Allah sendiri. Sedangkan para hamba ditafsirkan
sebagai umat manusia di bawah kolong langit. Secara keseluruhan, pasal 24-25 merupakan
sebuah kumpulan khotbah yang diberikan Yesus mengenai akhir zaman. Dan pasal-pasal ini
didominasi oleh sastra perumpamaan yang merupakan salah satu metode pengajaran Yesus
yang paling terkenal dan paling familiar di telinga orang-orang Yahudi masa itu.
Konteks Jauh
Secara keseluruhan, Injil Matius merupakan sebuah karya sastra yang cukup unik.
Baik dalam gaya bahasa penulisan, jenis-jenis sastra yang dimuat, maupun natur teologinya.
David Iman Santoso mengutip pernyataan R. T. France berdasarkan bukunya: MatthewEvangelist & Teacher:
“Matthew’s book about Jesus was written to say the things about Jesus which Matthew
believed to be important ... to communicate to anyone, Christian or non Christian,who might
wish to know more about Jesus.”8
8
Santoso, 7.
Injil Matius merupakan Injil untuk mempertobatkan. Sebuah karya sastra yang ditulis
untuk memperkenalkan Yesus Kristus sebagai ‘Anak Allah’.9 Injil mencatatkan kisah hidup
seseorang yang ilahi, seorang yang diakui sebagai Mesias yang dinubuatkan namun ditolak
oleh dunia. Nuansa Kristologis, Kerajaan Surga, Konsep Anak Allah, dan Gereja Tuhan
sangat kental dalam Injil ini.10
Injil Matius ditulis dalam garis besar sebagai berikut :
a. Kejadian-kejadian berkaitan dengan kelahiran Yesus
(1:1-2:23)
b. Yesus dibaptiskan dan dicobai; permulaan pekerjaan-Nya di Galilea (3:1-4:25)
c. Etika Kerajaan Allah diajarkan oleh Yesus melalui perintah-perintah
dan ilustrasi-ilutrasi
(5:1-7:29)
d. Yesus menyatakan kuasa-Nya atas penyakit, iblis, dan alam
(8:1-9:34)
e. Yesus mengutus ke-12 murid-Nya untuk memberitakan Injil
(9:35-10:42)
f. Yesus memuji Yohanes Pembaptis, undangan penuh belas kasihan
terhadap orang-orang yang berbeban berat, pernyataan bahwa Dialah Tuhan dari Sabat, alasan bahwa Dia tak mungkin Beelzebul;
penjelasan tentang sifat-sifat untuk menjadi anggota ‘keluarga’-Nya
yang baru
(11:1-12:50)
g. Yesus memberikan tujuh perumpamaan tentang kerajaan sorga
(13:1-52)
h. Yesus ditolak oleh masyarakat sekota-Nya di Nazaret; Yohanes
Pembaptis dibunuh
(13:53-14:12)
i. Mujizat lain ditunjukkan oleh Yesus; Petrus mengaku Dia-lah
Kristus. Kemudian Yesus dipermuliakan di hadapan tiga orang
murid-Nya dan menubuatkan kematian-Nya dan kebangkitan-Nya (14:13-17:27)
j. Yesus mengajar murid-murid-Nya, supaya rendah hati, supaya hatiHati bertingkah laku, dan supaya suka mengampuni orang
(18:1-35)
k. Yesus menuju Yerusalem. Sementara dalam jalanan Dia membica-rakan tentang perceraian, kedudukan anak-anak, jerat kekayaan,
kefasikan orang Yahudi, umat Allah; Ia mencelikka dua orang buta
di Yerikho
(19:1-20:34)
l. Yesus memasuki Yerusalem dengan keagungan namun rendah hati;
kemudian Ia menyatakan kekuasaan-Nya dengan menyucikan Bait
Suci, mengutuki pohon ara yang tidak berbuah, dan soal jawab antara
Dia dengan imam-imam besar bersama orang-orang Farisi
(21:1-23:25)
m. Yesus menubuatkan keruntuhan Yerusalem dan kedatangan-Nya
Yang kedua kali dalam kemuliaan
(24:1-51)
n. Tiga perumpamaan mengenai hari penghakiman
(25:1-46)
o. Yesus dikhianati, diadili, disangkal, diolok-olok, disalibkan, dan
dikuburkan
(26:1-27:66)
p. Yesus dibangkitkan dari kematian, Ia dilihat oleh murid-murid-Nya
dan sahabat-sahabat-Nya
(28:1-10)
q. Yesus memberikan perintah terakhir sebelum kembali ke sorga
(28:11-20)
9 Ibid.
10
Allen, lxvi-lxxviii.
Analisa Morfem
Matius 25:21, 23 – Greek New Testament Society of Biblical Literature
RP3GSM
DNSM
NNSM
VIAI3S
RP3DSM
B
JVSM
CLN
JVSM
dia (Lk.)
-
tuan
Berkata
(pada) dia
bagus
baik
dan
dapat dipercaya
NVSM
VIAI2S
JNSM
P
JAPN
VFA1S
RP2AS
P
JGPN
Hai hamba!
engkau sudah
dapat dipercaya
di atas
(hal) kecil
aku menaruh
kamu
di atas
banyak (hal)
VAM2S
P
DASF
NASF
RP2GS
DGSM
NGSM
masuklah!
ke dalam
sebuah
Sukacita
milikmu
-
tuan
Parafrase :
Tuannya berkata pada dia, “Bagus, baik dan dapat dipercaya, hai hamba! Engkau sudah dapat dipercaya di atas (hal) kecil. Aku
menaruh kamu di atas banyak (hal). Masuklah ke dalam sebuah sukacita milik tuanmu.
N Noun J Adj D Def Art R Pron B Advb C Conj T Prtcl P Prep X Indcl • N Nom G Gen D Dat A Acc V Voc • S Sing P Plur • M Masc F Fem N Neut
Analisa Morfem
Matius 25:21, 23 - Original Greek Stephanus 1550 Textus Receptus by Desiderius Erasmus
VIAI3S
CLN
RP3DSM
DNSM
NNSM
RP3GSM
B
NVSM
JVSM
Berkata
Juga
(pada) dia
-
tuan
dia (Lk.)
bagus
hai hamba!
baik
CLN
JVSM
P
JAPN
VIAI2S
JNSM
P
JGPN
RP2AS
dan
dapat dipercaya
di atas
(hal) kecil
engkau sudah
dapat dipercaya
di atas
banyak (hal)
kamu
VFA1S
VAM2S
P
DASF
NASF
DGSM
NGSM
RP2GS
aku menaruh
masuklah
ke dalam
sebuah
sukacita
-
tuan
milikmu
Parafrase :
Berkata juga tuannya padanya, “Bagus, hai hamba! Engkau sudah baik dan dapat dipercaya di atas (hal) kecil. Aku menaruh kamu di
atas banyak (hal). Masuklah ke dalam sebuah sukacita milik tuanmu.
N Noun J Adj D Def Art R Pron B Advb C Conj T Prtcl P Prep X Indcl • N Nom G Gen D Dat A Acc V Voc • S Sing P Plur • M Masc F Fem N Neu
Eksegesis Teks
Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia;
engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam
perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
(Matius 25:21)
a. “Maka tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang
baik dan setia.”
Sebuah respon yang membahagiakan tuannya, membuat sang hamba mendapatkan
sebuah ‘promosi’ dalam tanggung jawab yang lebih besar.Hal itu dikarenakan faktor
kesetiaanyang hinggap dan mewarnai karakter sang hamba dalam perumpamaan tersebut.
Kata ‘setia’ dalam ayat ini berasal dari bahasa asli Seringkali kata /
dimasukkan dalam konteks pemahaman mengenai iman.11 Hal itu menyebabkan
nuansa yang diberikan kepada kata ini terkesan sangat ilahi, karena sering digunakan untuk
menggambarkan proses relasional antara Allah dengan umat-Nya. Sebuah iman dipakai
untuk menggambarkan landasan dari pengharapan dan kepercayaan kita kepada-Nya (Ibr
11:1). Padahal lebih dari pada itu terdapat makna lebih apabila kita meninjaunya dari sudut
pandang yang lain.
Kata pada mulanya memiliki natur aktif dan pasif yang diartikan sebagai
‘mempercayai’ maupun ‘layak untuk dipercaya’.12 Dan dalam beberapa kasus, kata ini dapat
bernuansa “ketaatan”.13
11 Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II, s.v.
“pisteuo”, ed. Hasan Sutanto, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 639. Seringkali kata ini digunakan
dalam banyak penggalan ayat dalam Alkitab yang membahas pengajaran mengenai Iman, seperti Mat 8:13, 9:28,
18:6; Mrk 5:36, 9:23, 15:32, Luk 8:50, 20:5, dsb.
12
Theological Dictionary of New Testament Volume VI, s.v. “pisteuo”, ed. Gerhard Kittel, (Michigan:
William B. Eerdmans Publisher, 1968), 175.
13
Ibid.
Menurut kekristenan, dengan tidak melepaskan diri dari trasidi Yahudi, kata ini
memang seringkali digunakan untuk memproklamasikan faith atau iman kepada Allah.14
Namun beberapa pandangan berikut dapat dijadikan sebuah wawasan bagi kita untuk
memahami sebuah , di antaranya:
a.
b.
c.
d.
e.
adalah sebuah tindakan untuk percaya
adalah ketaatan
adalah iman
adalah sebuah pengharapan
adalah sebuah pengabdian dan kesetiaan penuh.15
Dalam pembahasan yang masih sama, Donald A. Hagner juga menambahkan bahwa
adalah sebuah kebijaksanaan.16 Hal ini diserupakan pemaknaannya dengan apa
yang terjadi pada Injil Matius 24:25.17 Dari semua penjelasan dapat disimpulkan bahwa kata
memiliki dimensi yang sangat luas untuk memahaminya. Dalam konteksnya, sebuah
promosi dapat didapatkan ketika sebuah kepercayaan diberikan kepada orang yang
merasakan kapasitas-kapasitas ‘yang dapat dipercaya’ dari orang yang mengusahakan hal
tersebut kepadanya. Dan hal itu tidak terlepas dari nilai kebijaksanaan dan sebuah ketaatan.
b. “... engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu
tanggung jawab dalam perkara yang besar.”
Mengenai perkara talenta yang dipercayakan kepada mereka, sang tuan mendapatkan
respon yang berbeda-beda di antara ketiganya hambanya. Ada yang menggandakannya dan
ada yang hasilnya mengecewakan. Sang tuan bisa dikatakan memberikan sebuah
kepercayaan atau promosi bagi hambanya yang berhasil melipatgandakan talenta yang
14 Ibid., 205.
15
Ibid., 205-208.
16
Donald A. Hagner, World Biblical Commentary: Matthew 14-28, (Texas: Word Books Publisher,
1995), 735.
17
Ibid. Pasal 24:15-28 membahas mengenai sebuah peristiwa eskatologis di mana akan terjadi siksaan
yang berat dan mesias-mesias palsu. Orang percaya diminta untuk tidak cepat percaya terhadap dustaan-dustaan
yang akan terjadi zaman itu, tapi harus secara bijaksana menelaah keadaan yang ada.
dipercayakannya. Matius menggambarkannya sebagai kesetiaan dalam hal kecil,
dipercayakan untuk hal yang besar. Sebuah perkara kecil berasal dari kata dan sebuah
perkara besar yang Matius tulis sebagai
Secara sederhana kedua kata ini dapat dipahami sebagai sebuah kemurahan ilahi yang
diberikan oleh Allah kepada umat-Nya dalam masa-masa eskatologikal.19 Bukan hanya
sekedar berbicara mengenai sejumlah besar uang yang dapat dilipatgandakan.
18 W. D. Davies, Dale C. Allison, A Critical and Exegetical Commentary on the Gospel According to
St. Matthew, (Edinburgh: T&T Clark, 1997), 408.
19
Hagner, 735.
NASKAH KHOTBAH
ARTI SEBUAH KEPERCAYAAN
Samuel D. Laksono
“Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia;
engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam
perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.”
Matius 25:21, (23).
Saudara, kehidupan manusia selama jagad raya masih ada ini Pendahulua
mengalami sebuah degradasi yang cukup unik untuk mengerti sebuah
n
pemahaman mengenai pekerjaan. Pekerjaan dalam peradaban lampau,
mungkin di jaman kerajaan, hanya ditujukan kepada kalangan-kalangan
bawahan. Para bawahan melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti mengurus
rumah majikannya, mengusahakan tanah ladang, bekerja di pusat
perdagangan, dan sebagainya. Berbeda dengan para majikannya yang
enggan mengotori tangan mereka dengan pekerjaan kasar. Hanya ‘wong
kasar’ yang ‘kerja kasar’. Sementara yang berdarah biru tidak pantas
berkeringat.
Tapi sekarang, pemahaman tersebut berubah sama sekali. Yang
tidak mau bekerja tidak lagi disebut sebagai seorang bangsawan atau darah
biru. Mereka tidak lebih dari seorang pemalas yang tidak produktif dengan
hidupnya. Sementara yang berpeluh bukan disebut sebagai kaum sudra.
Justru merekalah sosok-sosok berkualitas yang memanfaatkan otot dan
urat mereka selagi masih dipakai untuk memperjuangkan kehidupan
mereka dalam kehidupan ini.
Saudara, nyatanya kehidupan yang bekerja bukanlah hal yang asing
bagi penikmat Firman Tuhan. Yang harus kita perhatikan, Alkitab Menciptakan
menyatakan hal serupa dengan apa yang baru saja saya sampaikan Kebutuhan
mengenai pekerjaan. Allah menuntut sebuah hasil yang bisa kita
munculkan dari pekerjaan kita, lebih dari itu sebuah kesetiaan. Sekecil
apapun, sesepele apapun yang kita kerjakan Tuhan memberkati peluh yang
bercucuran itu. Meskipun begitu, kita bukanlah dipandang sebagai seorang
hamba yang sangat hina di mata-Nya. Justru Tuhan melihat kita sebagai
pekerja-pekerja-Nya yang berkualitas dan patut menerima kebahagiaan
bersama dengan-Nya dalam perjamuan besar-Nya nanti. Apa yang perlu
kita perhatikan mengenai hal ini?
Kita sebaiknya mengerti pemahaman yang sejati dan
kebenaran yang luar biasa yang tersembunyi dari seni perhambaan di
AK
mata Tuhan.
Sewaktu saya kecil, keluarga kami memiliki seorang asisten rumah
tangga bernama Mbah Saroh. Beliau mungkin berusia 60 tahunan ketika
Orientasi
memutuskan untuk pulang dan pensiun dari pekerjaannya. Konon, Mbah
Saroh mulai bekerja pada keluarga kami sedari kakek-nenek saya menjadi
pengantin muda. Waktu itu pasti Mbah Saroh masih sangat muda dan
cantik. Karena saat sekarang tua pun, Mbah Saroh masih terlihat cantik
sekalipun sirih susur terbingkai di sudut bibirnya. Sekian lamanya Mbah
Saroh bekerja, mungkin beliau juga orang yang menjadi saksi hidup ketika
ayah dan paman serta bibi saya lahir dan tumbuh besar. Mbah Saroh sangat
terkenang di hati kami sehingga membuatnya berhasil masuk dalam
‘nominasi’ saya sebagai pekerja paling baik dan setia selama saya kenal.
Matius 25:14-30 secara garis besar membahas mengenai
perumpamaan Yesus mengenai talenta. Perumpaan ini Yesus sampaikan
Konteks
dalam sebuah khotbah yang Yesus beritakan mengenai akhir zaman. Ayat
14-15 mendahulukan perumpamaan ini dengan narasi seorang tuan yang
memberikan masing-masing lima talenta, dua talenta, dan satu talenta
kepada ketiga hambanya. Ketika pergi, kedua hambanya mulai untuk
mengusahakan talenta yang mereka terima. Sedangkan hamba yang hanya
menerima satu talenta mengubur harta tuannya itu.
Ketika tuannya pulang, kedua hamba yang mengusahakan talenta
itu mengembalikan harta beserta keuntungan usahanya itu kepada tuannya.
Tuannya bahagia dan memberikan penghargaan kepada kedua hambanya
yang sudah bekerja keras itu. Namun ia memberikan penghukuman kepada
hambanya yang tidak mau mengusahakan satu talenta yang dititipkan
kepadanya.
Mengapa sang tuan berbahagia ketika kedua hambanya
menghasilkan keuntungan dari talenta yang diusahakan oleh mereka, dan
malah menghukum hamba yang tetap memiliki satu talenta itu? Bukankah
hamba tersebut masih terbilang baik dengan menjaga supaya talenta yang
dititipkan kepadanya tidak sampai kecurian?
Apa yang Yesus maksud dengan pernyataan, ‘setia dalam perkara
kecil’? Pernyataan ini dalam bahasa Yunani disebutkan, “es pistos epi Analisa Kata
oliga” yang bisa dimengerti “engkau adalah yang dapat dipercayai
mengatur yang sedikit”. Mengenai ‘pistos’, kata ini secara puitis bernuansa
kepercayaan diri dalam memegang senjata juga kemampuan untuk
menggunakannya. Lebih dalam lagi kata ini dipakai dalam dimensi hukum
yang bersifat sakral. Dengan kata lain, ‘pistos’ dikenal sebagai sebuah
komitmen, sebuah pendirian yang meyakinkan dunianya bahwa saya bisa
dipercaya.
Namun mengenai beban yang harus ditanggungnya, kata ‘oliga’
membuat seakan-akan sebuah komitmen menjadi sia-sia. Kata ini Analisa Kata
bermakna “kecil; sedikit”. Penafsir-penafsir lain menambahkan bahwa
pada umumnya, secara gramatika kata ini berkonotasi negatif. ‘Oliga’
bernuansa “sebagai yang terkecil; sebuah penghukuman.” Namun uniknya,
‘oliga’ juga digunakan untuk menuansakan kekuatan Firman Tuhan yang
luar biasa yang harus hadir dan menjadi yang terkecil di dalam dunia,
karena dunia yang menolaknya.
Setia dalam perkara kecil pada akhirnya merupakan sebuah
karakter yang seyogyanya dimiliki oleh seorang hamba. Hal itu pun
AT
juga merupakan jalur dalam memperjuangkan seorang hamba
mendapatkan kebahagiaan dari tuannya.
Mungkin anda teringat dengan kunjungan Yesus ke kediaman
bersaudara Maria dan Martha. Dalam Injil Lukas 10:38-42 Dukungan
menggambarkan bagaimana Maria dengan setia duduk dekat kaki Tuhan
Biblikal
ketika Martha sedang menyibukkan dirinya di belakang. Tuhan
memandang baik sebuah hal kecil yang dibangun atas dasar kesetiaan,
ketika dunia menawarkan kesan dari hal-hal besar.
Saya mengenal pasangan hamba Tuhan senior yang sudah 40 tahun
hidup dalam pernikahan. Ketika sang suami meninggal, sang istri sangat
Ilustrasi
merasa kehilangan. Ketika saya bertemu dengannya, sang istri selalu
(Pribadi)
terkenang dengan memori-memori indah yang diberikan oleh sang suami
kepadanya. Mereka tidak hidup dalam kemewahan. Sekalipun mereka
melayani ratusan umat, namun sampai akhir hayatnya ‘om’ hanya
menggunakan sepeda dan lebih dari itu, motor yang dikendarai agar bisa
digunakan bersama. Tidak ada hal-hal besar yang ‘om’ berikan buat
‘tante’. Dua hal yang selalu terkenang dalam pribadi tante adalah ketika
om tidak pernah lupa untuk mengatakan, “aku cinta kamu” setiap bangun
atau mau tidur. Om juga suami yang selalu membukakan kursi untuk tante
saat makan bersama. Sekalipun tua renta dan tubuh bergetar, om selalu
berjuang berdiri dan menggeser kursi agar tante bisa duduk. Sebuah
kesetiaan kecil yang berarti besar.
Saudara, saya percaya bahwa Alkitab menyatakan bahwa kualitas
seorang hamba dilihat bukan dari besarnya pekerjaan yang kita lakukan,
‘skup’ yang kita kerjakan. Bukan! Lebih dari itu Tuhan menuntut
kesetiaan; sebuah komitmen yang akan Tuhan lihat dari diri kita yang
dengan berani mengatakan, “Saya pistos, saya dapat dipercayai. Sekalipun
yang saya lakukan kecil, sepele, sedikit, tapi saya ingin lakukan dengan
sebaik yang saya bisa.”
Biarkan renungan yang terbatas ini menjadi buah pikir dalam
kehidupan saudara-saudara sekalian. Sudahkan kita lakukan pekerjaan kita
dengan setia? Sudahkan kita melakukannya dengan komitmen? Sudahkah
kita melakukannya dengan segenap hati sehingga kita dapat dipercayai?
Mari belajar untuk menghargai arti sebuah kepercayaan.
TUHAN YESUS MEMBERKATI
SHALOM!
Aplikasi
Penutup
NASKAH KHOTBAH INJIL MATIUS 15:21, 23.
‘ARTI SEBUAH KEPERCAYAAN’
MAKALAH DISERAHKAN KEPADA
PDT. YAHYA AFFANDI, M.TH
UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM
STUDI HERMENEUTIK DAN HOMILETIK LANJUTAN
OLEH
SAMUEL DENI LAKSONO
MALANG, INDONESIA
15 MEI 2016
KERANGKA HOMILETIK
KERANGKA HOMILETIK INJIL MATIUS 25:21, 23.
A. TEKS ALKITAB
21
Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan
setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung
jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
23
Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan
setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan
memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah
dalam kebahagiaan tuanmu.
B. MENEMUKAN AMANAT TEKS
Z1
Ciri
Cara
X
Seorang hamba yang dapat
dipercaya di hadapan tuan-Nya
Seorang hamba yang dapat
dipercaya di hadapan tuan-Nya
Z2
Y
Adalah
Melakukan perbuatan yang baik dan setia
Adalah
Setia memikul tanggung jawab
Sekalipun dalam perkara kecil
C. PERTANYAAN KRITIS
1. Siapa yang berbicara dalam perumpamaan tersebut ?
2. Siapa sebenarnya sosok ‘tuan’ dalam perumpamaan tersebut ?
3. Siapa sebenarnya sosok ‘hamba’ dalam perumpamaan tersebut ?
4. Apa topik yang dibahas dalam perumpamaan tersebut ?
5. Apa latar belakang masalah yang terjadi dalam perumpamaan tersebut ?
D. PEMBAGIAN STRUKTUR TEKS
Matius 25: 21, 23
21a dan 23a
21b dan 23b
23b
21c dan 23c
= Pujian seorang tuan karena kesetiaan hambanya.
= Pujian sang tuan karena perbuatan baik hambanya.
= Hamba sang tuan telah setia dalam perkara kecil.
= Memberikan penjelasan kesetiaan dalam memikul tanggung jawab.
= Sang tuan memberikan ganjaran istimewa bagi kesetiaan hambanya.
E. ANALISIS GENRE
Berdasarkan pengamatan yang sudah dilakukan, sastra Injil Matius 5:14-30 termasuk dalam
jenis Perumpamaan.
F. PEMBUATAN STRUKTUR TEKS
21
Maka kata
tuannya itu
kepadanya:
Baik sekali
perbuatanmu itu,
hai
hambaku yang baik dan setia;
engkau
telah setia dalam perkara kecil,
aku
akan memberikan
HASIL
kepadamu
tanggung jawab
dalam perkara yang besar.
Masuklah dan turutlah
dalam kebahagiaan
tuanmu.
23
Maka kata
tuannya itu
kepadanya:
Baik sekali
perbuatanmu itu,
hai
hambaku yang baik dan setia;
engkau
PERBUATAN APA ?
telah setia
memikul tanggung jawab dalam perkara kecil,
HASIL
aku
kepadamu
akan memberikan
tanggung jawab dalam perkara yang besar.
Masuklah dan turutlah
dalam kebahagiaan
tuanmu.
KESIMPULAN :
1. Kesetiaan seorang hamba kepada tuannya menghasilkan ‘promosi’ bagi hambanya dan kebahagiaan bagi tuannya.
2. Kesetiaan menghasilkan kepercayaan karena kebahagiaan tuannya yang rela memberikan tanggung jawab besar bagi hambanya.
PROMOSI
KERANGKA HERMENEUTIK
KERANGKA HERMENEUTIK INJIL MATIUS 25:21, 23.
Analisa Konteks Historis
Penulisan dan Latar Belakang
Injil Matius tidak ‘merekam’ secara terbuka siapa yang penulisnya. Tidak seperti
surat-surat Paulus dalam kanon, kita tidak akan menjumpai secara jelas nama si pengirim
karya tulis ini. Hal itu dikarenakan karakter dari Injil Matius yang bukanlah sebuah surat
yang berteologi tugas – memiliki tujuan untuk menjawab sebuah persoalan di suatu tempat.1
Matius merupakan Injil yang kontroversial, karena menyingkapkan keilahian Yesus Kristus di
tengah-tengah bangsa yang mempertahankan keilahiannya.
Pada umumnya, para sarjana teologi percaya bahwa Injil ini ditulis oleh seseorang
bernama Matius, seorang pemungut cukai yang juga bernama Lewi.2 Memang perihal ini
menimbulkan perdebatann di antara para patriakh gereja antara lain argumen dari Papias dan
Eusebius yang merepresentasikan Injil ini dengan kata Dan argumen ini memang
mengikuti tradisi abad kedua yang dibawa oleh Irenæus yang merupakan sebuah pengulangan
dari argumen Origenes dan Eusebius untuk meyakinkan kepada jemaat masa itu bahwa
penulis dari Injil yang pertama ini – berdasarkan urutan dan bukan waktu penulisan – adalah
Matius, si pemungut cukai dan rasul dari bangsa Ibrani.4
1 Gordon D. Fee, Douglas Stuart, Hermeneutik: Bagaimana Menafsirkan Firman Tuhan dengan Tepat,
(Malang: Gandum Mas, 1982), 40.
2
David Iman Santoso, Theologi Matius, (Malang: SAAT, 2009), 2.
3
Willoughby C. Allen, A Critical and Exegetical Commentary on the Gospel According to St. Matthew,
(Edinburgh: T& T Clark, 1965), lxxix.
4
Ibid., lxxx.
Penerima
Tidak bisa dipastikan siapa penerima dari Injil Matius apabila kita melihatnya dari
perspektif literal. Karena tidak ditemukan secara pasti, terbuka, dan jelas siapa pengarang
dari Injil ini. Namun apabila kita melihat dari gaya penulisannya, kita sebagai pembaca masa
kini dapat menerka penerima dari Injil ini.
Rasul Matius memiliki maksud tersendiri untuk mengutip beberapa penggalan ayat
dari kitab-kitab Perjanjian Lama.5 Injil Matius terbiasa mengutip penggalan-penggalan ayat
dari gulungan kitab Yesaya, sehingga menyebabkan Injil ini sangat terkesan ‘Yahudi’. Selain
dari pada itu, penulisan silsilah Yesus Kristus di pasal pertama di Injil ini merupakan sebuah
tradisi yang diambil dari kebiasaan Yahudi dalam bidang sastra.6 Hal ini membuat kita
setidaknya bisa memiliki sebuah kepercayaan lebih bahwa Injil Matius merupakan sebuah
karya sastra yang ditujukan kepada pendengar-pendengar dari Kaum Yahudi.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan dengan konteks genre dan jangkauan ayat, pembahasan penulis
mengenai perumpamaan mengenai talenta yang tercatat dalam Matius 25:14-30. Pasal ini
merupakan sebuah perumpamaan yang menceritakan mengenai seorang kaya yang akan pergi
bepergian. Willoughby C. Allen berpendapat bahwa perumpamaan ini hendak menceritakan
parousia dari Anak Manusia.7 Pendengar Yahudi diharapkan senantiasa berjaga-jaga
5 Robert H. Mounce, New International Biblical Commentary: Matthew, (Massachusetts: Hendrickson
Publisher, 1991), 3.
6
Ibid., 4.
7
Allen, 264. Parousia () berasal dari kata dasar ‘’ yang berarti dasar ‘datang’ atau
‘kedatangan’. Dalam budaya Helenisme, istilah ini dipahami sebagai kedatangan seorang penguasa, seseorang
yang akan datang untuk membawa kedamaian dan menghancurkan ‘sphinx’ (3 Macc 3:17). Dalam perspektif
filsafat, Plato juga memberikan nuansa yang sangat sakral karena istilah ini dipahami sebagai sebuah
‘kehadiran’ dari seorang dewa dalam upacara pengorbanan. Sedangkan dalam kekristenan, Istilah ini dipahami
sebagai fenomena kedatangan Kristus yang kedua kali pada akhir zaman (Why 22:20). Lihat Theological
Dictionary of The New Testament Vol. 5, s.v. “”, ed. Gerhard Kittel, (Michigan: William B. Eerdmans
Publishing, 1967), 858-870.
sehingga pada akhirnya, saat Kristus datang menjemput ‘pengantin-Nya’, sebuah kesetiaan
dapat dijumpai oleh-Nya di bumi.
Analisa Konteks Sastra
Konteks Dekat
Berdasarkan penjabaran ayat di sekitarnya, Matius 25:14-30 merupakan sebuah
perumpamaan yang penulisannya didahului oleh sebuah parable mengenai Gadis-gadis yang
Bodoh dan Gadis-gadis yang Bijkasana (Matius 25:1-13). Dan mengakhiri pasal 25, pada
ayat 31-46 merupakan sebuah pengajaran yang diberikan oleh Yesus kepada kedua belas
murid-Nya yang berbicara mengenai Penghakiman Terakhir. Sang tuan pada perumpamaan
tersebut merupakan penggambaran dari Allah sendiri. Sedangkan para hamba ditafsirkan
sebagai umat manusia di bawah kolong langit. Secara keseluruhan, pasal 24-25 merupakan
sebuah kumpulan khotbah yang diberikan Yesus mengenai akhir zaman. Dan pasal-pasal ini
didominasi oleh sastra perumpamaan yang merupakan salah satu metode pengajaran Yesus
yang paling terkenal dan paling familiar di telinga orang-orang Yahudi masa itu.
Konteks Jauh
Secara keseluruhan, Injil Matius merupakan sebuah karya sastra yang cukup unik.
Baik dalam gaya bahasa penulisan, jenis-jenis sastra yang dimuat, maupun natur teologinya.
David Iman Santoso mengutip pernyataan R. T. France berdasarkan bukunya: MatthewEvangelist & Teacher:
“Matthew’s book about Jesus was written to say the things about Jesus which Matthew
believed to be important ... to communicate to anyone, Christian or non Christian,who might
wish to know more about Jesus.”8
8
Santoso, 7.
Injil Matius merupakan Injil untuk mempertobatkan. Sebuah karya sastra yang ditulis
untuk memperkenalkan Yesus Kristus sebagai ‘Anak Allah’.9 Injil mencatatkan kisah hidup
seseorang yang ilahi, seorang yang diakui sebagai Mesias yang dinubuatkan namun ditolak
oleh dunia. Nuansa Kristologis, Kerajaan Surga, Konsep Anak Allah, dan Gereja Tuhan
sangat kental dalam Injil ini.10
Injil Matius ditulis dalam garis besar sebagai berikut :
a. Kejadian-kejadian berkaitan dengan kelahiran Yesus
(1:1-2:23)
b. Yesus dibaptiskan dan dicobai; permulaan pekerjaan-Nya di Galilea (3:1-4:25)
c. Etika Kerajaan Allah diajarkan oleh Yesus melalui perintah-perintah
dan ilustrasi-ilutrasi
(5:1-7:29)
d. Yesus menyatakan kuasa-Nya atas penyakit, iblis, dan alam
(8:1-9:34)
e. Yesus mengutus ke-12 murid-Nya untuk memberitakan Injil
(9:35-10:42)
f. Yesus memuji Yohanes Pembaptis, undangan penuh belas kasihan
terhadap orang-orang yang berbeban berat, pernyataan bahwa Dialah Tuhan dari Sabat, alasan bahwa Dia tak mungkin Beelzebul;
penjelasan tentang sifat-sifat untuk menjadi anggota ‘keluarga’-Nya
yang baru
(11:1-12:50)
g. Yesus memberikan tujuh perumpamaan tentang kerajaan sorga
(13:1-52)
h. Yesus ditolak oleh masyarakat sekota-Nya di Nazaret; Yohanes
Pembaptis dibunuh
(13:53-14:12)
i. Mujizat lain ditunjukkan oleh Yesus; Petrus mengaku Dia-lah
Kristus. Kemudian Yesus dipermuliakan di hadapan tiga orang
murid-Nya dan menubuatkan kematian-Nya dan kebangkitan-Nya (14:13-17:27)
j. Yesus mengajar murid-murid-Nya, supaya rendah hati, supaya hatiHati bertingkah laku, dan supaya suka mengampuni orang
(18:1-35)
k. Yesus menuju Yerusalem. Sementara dalam jalanan Dia membica-rakan tentang perceraian, kedudukan anak-anak, jerat kekayaan,
kefasikan orang Yahudi, umat Allah; Ia mencelikka dua orang buta
di Yerikho
(19:1-20:34)
l. Yesus memasuki Yerusalem dengan keagungan namun rendah hati;
kemudian Ia menyatakan kekuasaan-Nya dengan menyucikan Bait
Suci, mengutuki pohon ara yang tidak berbuah, dan soal jawab antara
Dia dengan imam-imam besar bersama orang-orang Farisi
(21:1-23:25)
m. Yesus menubuatkan keruntuhan Yerusalem dan kedatangan-Nya
Yang kedua kali dalam kemuliaan
(24:1-51)
n. Tiga perumpamaan mengenai hari penghakiman
(25:1-46)
o. Yesus dikhianati, diadili, disangkal, diolok-olok, disalibkan, dan
dikuburkan
(26:1-27:66)
p. Yesus dibangkitkan dari kematian, Ia dilihat oleh murid-murid-Nya
dan sahabat-sahabat-Nya
(28:1-10)
q. Yesus memberikan perintah terakhir sebelum kembali ke sorga
(28:11-20)
9 Ibid.
10
Allen, lxvi-lxxviii.
Analisa Morfem
Matius 25:21, 23 – Greek New Testament Society of Biblical Literature
RP3GSM
DNSM
NNSM
VIAI3S
RP3DSM
B
JVSM
CLN
JVSM
dia (Lk.)
-
tuan
Berkata
(pada) dia
bagus
baik
dan
dapat dipercaya
NVSM
VIAI2S
JNSM
P
JAPN
VFA1S
RP2AS
P
JGPN
Hai hamba!
engkau sudah
dapat dipercaya
di atas
(hal) kecil
aku menaruh
kamu
di atas
banyak (hal)
VAM2S
P
DASF
NASF
RP2GS
DGSM
NGSM
masuklah!
ke dalam
sebuah
Sukacita
milikmu
-
tuan
Parafrase :
Tuannya berkata pada dia, “Bagus, baik dan dapat dipercaya, hai hamba! Engkau sudah dapat dipercaya di atas (hal) kecil. Aku
menaruh kamu di atas banyak (hal). Masuklah ke dalam sebuah sukacita milik tuanmu.
N Noun J Adj D Def Art R Pron B Advb C Conj T Prtcl P Prep X Indcl • N Nom G Gen D Dat A Acc V Voc • S Sing P Plur • M Masc F Fem N Neut
Analisa Morfem
Matius 25:21, 23 - Original Greek Stephanus 1550 Textus Receptus by Desiderius Erasmus
VIAI3S
CLN
RP3DSM
DNSM
NNSM
RP3GSM
B
NVSM
JVSM
Berkata
Juga
(pada) dia
-
tuan
dia (Lk.)
bagus
hai hamba!
baik
CLN
JVSM
P
JAPN
VIAI2S
JNSM
P
JGPN
RP2AS
dan
dapat dipercaya
di atas
(hal) kecil
engkau sudah
dapat dipercaya
di atas
banyak (hal)
kamu
VFA1S
VAM2S
P
DASF
NASF
DGSM
NGSM
RP2GS
aku menaruh
masuklah
ke dalam
sebuah
sukacita
-
tuan
milikmu
Parafrase :
Berkata juga tuannya padanya, “Bagus, hai hamba! Engkau sudah baik dan dapat dipercaya di atas (hal) kecil. Aku menaruh kamu di
atas banyak (hal). Masuklah ke dalam sebuah sukacita milik tuanmu.
N Noun J Adj D Def Art R Pron B Advb C Conj T Prtcl P Prep X Indcl • N Nom G Gen D Dat A Acc V Voc • S Sing P Plur • M Masc F Fem N Neu
Eksegesis Teks
Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia;
engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam
perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
(Matius 25:21)
a. “Maka tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang
baik dan setia.”
Sebuah respon yang membahagiakan tuannya, membuat sang hamba mendapatkan
sebuah ‘promosi’ dalam tanggung jawab yang lebih besar.Hal itu dikarenakan faktor
kesetiaanyang hinggap dan mewarnai karakter sang hamba dalam perumpamaan tersebut.
Kata ‘setia’ dalam ayat ini berasal dari bahasa asli Seringkali kata /
dimasukkan dalam konteks pemahaman mengenai iman.11 Hal itu menyebabkan
nuansa yang diberikan kepada kata ini terkesan sangat ilahi, karena sering digunakan untuk
menggambarkan proses relasional antara Allah dengan umat-Nya. Sebuah iman dipakai
untuk menggambarkan landasan dari pengharapan dan kepercayaan kita kepada-Nya (Ibr
11:1). Padahal lebih dari pada itu terdapat makna lebih apabila kita meninjaunya dari sudut
pandang yang lain.
Kata pada mulanya memiliki natur aktif dan pasif yang diartikan sebagai
‘mempercayai’ maupun ‘layak untuk dipercaya’.12 Dan dalam beberapa kasus, kata ini dapat
bernuansa “ketaatan”.13
11 Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II, s.v.
“pisteuo”, ed. Hasan Sutanto, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 639. Seringkali kata ini digunakan
dalam banyak penggalan ayat dalam Alkitab yang membahas pengajaran mengenai Iman, seperti Mat 8:13, 9:28,
18:6; Mrk 5:36, 9:23, 15:32, Luk 8:50, 20:5, dsb.
12
Theological Dictionary of New Testament Volume VI, s.v. “pisteuo”, ed. Gerhard Kittel, (Michigan:
William B. Eerdmans Publisher, 1968), 175.
13
Ibid.
Menurut kekristenan, dengan tidak melepaskan diri dari trasidi Yahudi, kata ini
memang seringkali digunakan untuk memproklamasikan faith atau iman kepada Allah.14
Namun beberapa pandangan berikut dapat dijadikan sebuah wawasan bagi kita untuk
memahami sebuah , di antaranya:
a.
b.
c.
d.
e.
adalah sebuah tindakan untuk percaya
adalah ketaatan
adalah iman
adalah sebuah pengharapan
adalah sebuah pengabdian dan kesetiaan penuh.15
Dalam pembahasan yang masih sama, Donald A. Hagner juga menambahkan bahwa
adalah sebuah kebijaksanaan.16 Hal ini diserupakan pemaknaannya dengan apa
yang terjadi pada Injil Matius 24:25.17 Dari semua penjelasan dapat disimpulkan bahwa kata
memiliki dimensi yang sangat luas untuk memahaminya. Dalam konteksnya, sebuah
promosi dapat didapatkan ketika sebuah kepercayaan diberikan kepada orang yang
merasakan kapasitas-kapasitas ‘yang dapat dipercaya’ dari orang yang mengusahakan hal
tersebut kepadanya. Dan hal itu tidak terlepas dari nilai kebijaksanaan dan sebuah ketaatan.
b. “... engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu
tanggung jawab dalam perkara yang besar.”
Mengenai perkara talenta yang dipercayakan kepada mereka, sang tuan mendapatkan
respon yang berbeda-beda di antara ketiganya hambanya. Ada yang menggandakannya dan
ada yang hasilnya mengecewakan. Sang tuan bisa dikatakan memberikan sebuah
kepercayaan atau promosi bagi hambanya yang berhasil melipatgandakan talenta yang
14 Ibid., 205.
15
Ibid., 205-208.
16
Donald A. Hagner, World Biblical Commentary: Matthew 14-28, (Texas: Word Books Publisher,
1995), 735.
17
Ibid. Pasal 24:15-28 membahas mengenai sebuah peristiwa eskatologis di mana akan terjadi siksaan
yang berat dan mesias-mesias palsu. Orang percaya diminta untuk tidak cepat percaya terhadap dustaan-dustaan
yang akan terjadi zaman itu, tapi harus secara bijaksana menelaah keadaan yang ada.
dipercayakannya. Matius menggambarkannya sebagai kesetiaan dalam hal kecil,
dipercayakan untuk hal yang besar. Sebuah perkara kecil berasal dari kata dan sebuah
perkara besar yang Matius tulis sebagai
Secara sederhana kedua kata ini dapat dipahami sebagai sebuah kemurahan ilahi yang
diberikan oleh Allah kepada umat-Nya dalam masa-masa eskatologikal.19 Bukan hanya
sekedar berbicara mengenai sejumlah besar uang yang dapat dilipatgandakan.
18 W. D. Davies, Dale C. Allison, A Critical and Exegetical Commentary on the Gospel According to
St. Matthew, (Edinburgh: T&T Clark, 1997), 408.
19
Hagner, 735.
NASKAH KHOTBAH
ARTI SEBUAH KEPERCAYAAN
Samuel D. Laksono
“Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia;
engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam
perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.”
Matius 25:21, (23).
Saudara, kehidupan manusia selama jagad raya masih ada ini Pendahulua
mengalami sebuah degradasi yang cukup unik untuk mengerti sebuah
n
pemahaman mengenai pekerjaan. Pekerjaan dalam peradaban lampau,
mungkin di jaman kerajaan, hanya ditujukan kepada kalangan-kalangan
bawahan. Para bawahan melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti mengurus
rumah majikannya, mengusahakan tanah ladang, bekerja di pusat
perdagangan, dan sebagainya. Berbeda dengan para majikannya yang
enggan mengotori tangan mereka dengan pekerjaan kasar. Hanya ‘wong
kasar’ yang ‘kerja kasar’. Sementara yang berdarah biru tidak pantas
berkeringat.
Tapi sekarang, pemahaman tersebut berubah sama sekali. Yang
tidak mau bekerja tidak lagi disebut sebagai seorang bangsawan atau darah
biru. Mereka tidak lebih dari seorang pemalas yang tidak produktif dengan
hidupnya. Sementara yang berpeluh bukan disebut sebagai kaum sudra.
Justru merekalah sosok-sosok berkualitas yang memanfaatkan otot dan
urat mereka selagi masih dipakai untuk memperjuangkan kehidupan
mereka dalam kehidupan ini.
Saudara, nyatanya kehidupan yang bekerja bukanlah hal yang asing
bagi penikmat Firman Tuhan. Yang harus kita perhatikan, Alkitab Menciptakan
menyatakan hal serupa dengan apa yang baru saja saya sampaikan Kebutuhan
mengenai pekerjaan. Allah menuntut sebuah hasil yang bisa kita
munculkan dari pekerjaan kita, lebih dari itu sebuah kesetiaan. Sekecil
apapun, sesepele apapun yang kita kerjakan Tuhan memberkati peluh yang
bercucuran itu. Meskipun begitu, kita bukanlah dipandang sebagai seorang
hamba yang sangat hina di mata-Nya. Justru Tuhan melihat kita sebagai
pekerja-pekerja-Nya yang berkualitas dan patut menerima kebahagiaan
bersama dengan-Nya dalam perjamuan besar-Nya nanti. Apa yang perlu
kita perhatikan mengenai hal ini?
Kita sebaiknya mengerti pemahaman yang sejati dan
kebenaran yang luar biasa yang tersembunyi dari seni perhambaan di
AK
mata Tuhan.
Sewaktu saya kecil, keluarga kami memiliki seorang asisten rumah
tangga bernama Mbah Saroh. Beliau mungkin berusia 60 tahunan ketika
Orientasi
memutuskan untuk pulang dan pensiun dari pekerjaannya. Konon, Mbah
Saroh mulai bekerja pada keluarga kami sedari kakek-nenek saya menjadi
pengantin muda. Waktu itu pasti Mbah Saroh masih sangat muda dan
cantik. Karena saat sekarang tua pun, Mbah Saroh masih terlihat cantik
sekalipun sirih susur terbingkai di sudut bibirnya. Sekian lamanya Mbah
Saroh bekerja, mungkin beliau juga orang yang menjadi saksi hidup ketika
ayah dan paman serta bibi saya lahir dan tumbuh besar. Mbah Saroh sangat
terkenang di hati kami sehingga membuatnya berhasil masuk dalam
‘nominasi’ saya sebagai pekerja paling baik dan setia selama saya kenal.
Matius 25:14-30 secara garis besar membahas mengenai
perumpamaan Yesus mengenai talenta. Perumpaan ini Yesus sampaikan
Konteks
dalam sebuah khotbah yang Yesus beritakan mengenai akhir zaman. Ayat
14-15 mendahulukan perumpamaan ini dengan narasi seorang tuan yang
memberikan masing-masing lima talenta, dua talenta, dan satu talenta
kepada ketiga hambanya. Ketika pergi, kedua hambanya mulai untuk
mengusahakan talenta yang mereka terima. Sedangkan hamba yang hanya
menerima satu talenta mengubur harta tuannya itu.
Ketika tuannya pulang, kedua hamba yang mengusahakan talenta
itu mengembalikan harta beserta keuntungan usahanya itu kepada tuannya.
Tuannya bahagia dan memberikan penghargaan kepada kedua hambanya
yang sudah bekerja keras itu. Namun ia memberikan penghukuman kepada
hambanya yang tidak mau mengusahakan satu talenta yang dititipkan
kepadanya.
Mengapa sang tuan berbahagia ketika kedua hambanya
menghasilkan keuntungan dari talenta yang diusahakan oleh mereka, dan
malah menghukum hamba yang tetap memiliki satu talenta itu? Bukankah
hamba tersebut masih terbilang baik dengan menjaga supaya talenta yang
dititipkan kepadanya tidak sampai kecurian?
Apa yang Yesus maksud dengan pernyataan, ‘setia dalam perkara
kecil’? Pernyataan ini dalam bahasa Yunani disebutkan, “es pistos epi Analisa Kata
oliga” yang bisa dimengerti “engkau adalah yang dapat dipercayai
mengatur yang sedikit”. Mengenai ‘pistos’, kata ini secara puitis bernuansa
kepercayaan diri dalam memegang senjata juga kemampuan untuk
menggunakannya. Lebih dalam lagi kata ini dipakai dalam dimensi hukum
yang bersifat sakral. Dengan kata lain, ‘pistos’ dikenal sebagai sebuah
komitmen, sebuah pendirian yang meyakinkan dunianya bahwa saya bisa
dipercaya.
Namun mengenai beban yang harus ditanggungnya, kata ‘oliga’
membuat seakan-akan sebuah komitmen menjadi sia-sia. Kata ini Analisa Kata
bermakna “kecil; sedikit”. Penafsir-penafsir lain menambahkan bahwa
pada umumnya, secara gramatika kata ini berkonotasi negatif. ‘Oliga’
bernuansa “sebagai yang terkecil; sebuah penghukuman.” Namun uniknya,
‘oliga’ juga digunakan untuk menuansakan kekuatan Firman Tuhan yang
luar biasa yang harus hadir dan menjadi yang terkecil di dalam dunia,
karena dunia yang menolaknya.
Setia dalam perkara kecil pada akhirnya merupakan sebuah
karakter yang seyogyanya dimiliki oleh seorang hamba. Hal itu pun
AT
juga merupakan jalur dalam memperjuangkan seorang hamba
mendapatkan kebahagiaan dari tuannya.
Mungkin anda teringat dengan kunjungan Yesus ke kediaman
bersaudara Maria dan Martha. Dalam Injil Lukas 10:38-42 Dukungan
menggambarkan bagaimana Maria dengan setia duduk dekat kaki Tuhan
Biblikal
ketika Martha sedang menyibukkan dirinya di belakang. Tuhan
memandang baik sebuah hal kecil yang dibangun atas dasar kesetiaan,
ketika dunia menawarkan kesan dari hal-hal besar.
Saya mengenal pasangan hamba Tuhan senior yang sudah 40 tahun
hidup dalam pernikahan. Ketika sang suami meninggal, sang istri sangat
Ilustrasi
merasa kehilangan. Ketika saya bertemu dengannya, sang istri selalu
(Pribadi)
terkenang dengan memori-memori indah yang diberikan oleh sang suami
kepadanya. Mereka tidak hidup dalam kemewahan. Sekalipun mereka
melayani ratusan umat, namun sampai akhir hayatnya ‘om’ hanya
menggunakan sepeda dan lebih dari itu, motor yang dikendarai agar bisa
digunakan bersama. Tidak ada hal-hal besar yang ‘om’ berikan buat
‘tante’. Dua hal yang selalu terkenang dalam pribadi tante adalah ketika
om tidak pernah lupa untuk mengatakan, “aku cinta kamu” setiap bangun
atau mau tidur. Om juga suami yang selalu membukakan kursi untuk tante
saat makan bersama. Sekalipun tua renta dan tubuh bergetar, om selalu
berjuang berdiri dan menggeser kursi agar tante bisa duduk. Sebuah
kesetiaan kecil yang berarti besar.
Saudara, saya percaya bahwa Alkitab menyatakan bahwa kualitas
seorang hamba dilihat bukan dari besarnya pekerjaan yang kita lakukan,
‘skup’ yang kita kerjakan. Bukan! Lebih dari itu Tuhan menuntut
kesetiaan; sebuah komitmen yang akan Tuhan lihat dari diri kita yang
dengan berani mengatakan, “Saya pistos, saya dapat dipercayai. Sekalipun
yang saya lakukan kecil, sepele, sedikit, tapi saya ingin lakukan dengan
sebaik yang saya bisa.”
Biarkan renungan yang terbatas ini menjadi buah pikir dalam
kehidupan saudara-saudara sekalian. Sudahkan kita lakukan pekerjaan kita
dengan setia? Sudahkan kita melakukannya dengan komitmen? Sudahkah
kita melakukannya dengan segenap hati sehingga kita dapat dipercayai?
Mari belajar untuk menghargai arti sebuah kepercayaan.
TUHAN YESUS MEMBERKATI
SHALOM!
Aplikasi
Penutup