Pengaruh Pemikiran Filsafat Terhadap Pol

Pengaruh Pemikiran Filsafat Terhadap
Pola Pikir Dan Pola Hidup Manusia di Era
Globalisasi

M HUSNI TAMRIN

Pengaruh Pemikiran Filsafat terhadap Pola Pikir dan Pola Hidup Manusia di Era
Globalisasi
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Kenyataan adanya kemajuan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi di
satu pihak yang memberi kemudahan kepada umat manusia untuk menjalani
kehidupannya. Menurut Abbas Hamami dan Koento Wibisono, pada saat pembangunan
sedang digalakkan dengan dukungan ilmu pengengetahuan Filsafat sebagai Perisai untuk
mewujudkan suatu masyarakat yang ideal, yakni masyarakat yang damai, sejahtera, adil
dan makmur, baik materi lmaupun spritual, maka di saat itu pula berbagai masalah
mendasar atau fundamental muncul yang harus dihadapi oleh umat manusia dalam hidup
dan kehidupannya sebagai pengaruh negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tadi. 1
Berbagai masalah dimaksud adalah alienasi, anomi, kehidupan yang tidak lagi utuh

karena semakin bercerai-berainya nilai-nilai cipta, rasa dan karsa, kemeralatan dan
kemiskinan, keresahan akan kemungkinan munculnya perang dunia, semakin terbatasnya
sumber-sumber kekayaan alam justru di kala penduduk dunia semakin membesar
jumlahnya. Masalah-masalah tadi idak hanya berujung kepada penderitaan manusia secara
fisik namun juga berakibat kepada menurunnya atau bahkan hancurnya nilai-nilai moral.
Dengan kata lain telah terjadi dekadensi moral. Dan ketika hal ini telah terlanjur
terjadi, maka kita tidak bisa hanya diam berpangku tangan dan menyesali apa yang telah
terjadi. Banyak hal yang dapat dilakukan. Banyak pula sarana yang dapat dilalui dan
dipakai misalnya pendidikan, agama maupun filsafat.
Dimulai dengan pertanyaan Khusus sarana terakhir inilah yakni filsafat yang akan penulis
telaah lebih jauh.: bagaimana peran filsafat dalam menghadapi dekadensi moral.

Abbas (amami dan Koento Wibisono.
6. Peran Filsafat dalam Wawasan Lingkungan dalam Tugas
Filsafat dalam Perkembangan Budaya. Slamet Sutrisno (ed.). Yogyakarta: Liberty.halm. 123-124
1

1

1


Pengaruh Pemikiran Filsafat terhadap Pola Pikir dan Pola Hidup Manusia di Era
Globalisasi
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengetahuan dan teknologi dewasa ini?
2. Peran filsafat dalam mempengaruhi pola pikir dan pola hidup manusia dewasa
ini?
3. Bagaimana dekadensi moral sebagai pengaruh negatif perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi ?
4. Bagaimana filsafat sebagai perisai dalam wujud tanggung jawab etis ilmuwan ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui peran filsafat dalam kemajuan iptek terhadap pola pikir dan pola
hidup manusia dewasa ini
2. Mengetahui Dekandesi moral terhadap perkembangan iptek
3. Mengetahui bagaimana tanggungjawab ilmuan dalam hal ini

2

2


Pengaruh Pemikiran Filsafat terhadap Pola Pikir dan Pola Hidup Manusia di Era
Globalisasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengetahuan Dan Teknologi Dewasa Ini
Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dimanfaatkan oleh manusia secara positifkonstruktif maupun secara negatif-destruktif tergantung kepada moral dan mental
manusia yang berperan sebagai pencipta, pengembang, dan penggunanya. ilmu
pengetahuan dan teknologi selalu terkait dengan pemilik dan pemakainya yakni manusia
yang seringkali tidak mampu untuk mengendalikan nafsu serakahnya sendiri dalam artian
moral.Manusia dalam kehidupannya sangat tergantung dan berhutang budi kepada ilmu
pengetahuan dan teknologi.2
Merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa peradaban manusia yang
berkembang dari peradaban sederhana menuju ke peradaban yang sangat maju
dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berkat kemajuan pada
kedua bidang inilah, maka manusia menjadi sangat dimudahkan dalam menjalankan
kehidupannya. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah membantu manusia untuk memenuhi
segala kebutuhannya secara lebih cepat dan lebih mudah.
Umat manusia, misalnya, dimudahkan karena ditemukannya alat-alatkedokteran
yang canggih sehingga penyakit kita lebih mudah dideteksi dan usia harapan hidup

menjadi semakin panjang, alat-alat transportasi yang lebih cepat dan aman, alat-alat
komunikasi yang begitu sophisticated yang membuat dunia terasa semakin sempit.
Manusia juga dimudahkan untuk memanfaatkan segala sumber daya alam untuk mencapai
kesejahteraan hidupnya.
B. PERAN FILSAFAT TERHADAP POLA PIKIR DAN POLA HIDUP MANUSIA

2

Bintarto, R.1994. Ekologi Manusia IL-614: Hand Out Kuliah Ekologi Manusia untuk S2 Ilmu Lingkungan.
Yogyakarta: Programme Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.Hlm. 39

3

3

Pengaruh Pemikiran Filsafat terhadap Pola Pikir dan Pola Hidup Manusia di Era
Globalisasi
Banyak orang yang sering kali mengeluarkan pendapat, bahkan dengan sedikit nada sinis,
mempertanyakan apa fungsi atau perannya filsafat bagi keilmuan dan kehidupan.
Pertanyaan itu merupakan pertanyaan yang wajar dan tidak salah. Karena selama

seseorang belum mengenal filsafat (suatu cabang ilmu pengetahuan yang cenderung tidak
terlalu aplikatif dan cenderung kepada kontemplasi atau perenungan kritis), maka ia tidak
akan mungkin mampu untuk memahaminya dengan baik.
Irmayanti M Budianto pernah mencatat beberapa peran filsafat, baik dalam
kehidupan maupun dalam bidang keilmuan:
pertama, filsafat atau berfilsafat mengajak manusia bersikap arif dan berwawasan luas
terdapat berbagai masalah yang dihadapinya, dan manusia diharapkan mampu untuk
memecahkan masalah-masalah tersebut dengan cara mengidentifikasinya agar jawabanjawaban dapat diperoleh dengan mudah.
Kedua, berfilsafat dapat membentuk pengalaman kehidupan seseorang secara lebih kreatif
atas dasar pandangan hidup dan atau ide-ide yang muncul karena keinginannya.
Ketiga, Filsafat dapat membentuk sikap kritis seseorang dalam menghadapi permasalahan,
baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan lainnya (interaksi dengan
masyarakat, komunitas, agama, dan lain-lain) secara lebih rasional, lebih arif, dan tidak
terjebak dalam fanatisme yang berlebihan.
Keempat, terutama bagi para ilmuwan ataupun para mahasiswa dibutuhkan kemampuan
untuk menganalisis, analisis kritis secara komprehensif dan sistematis atas berbagai
permasalahan ilmiah yang dituangkan di dalam suatu riset, penelitian, ataupun kajian
ilmiah lainnya. Dalam era globalisasi, ketika berbagai kajian lintas ilmu pengetahuan atau
multidisiplin melanda dalam kegiatan ilmiah, diperlukan adanya suatu wadah, yaitu sikap
kritis dalam menghadapi kemajemukan berpikir dari berbagai ilmu pengetahuan berikut

para ilmuannya.3

3

Irmayanti M Budianto, 2002. Realitas dan Objektivitas: Refleksi Kritis atas Cara Kerja Ilmiah. Jakarta:
Wedatama Widya Sastra.halm. 15-16.

4

4

Pengaruh Pemikiran Filsafat terhadap Pola Pikir dan Pola Hidup Manusia di Era
Globalisasi
Dalam pandangan Hamami dan Wibisono (1986: 126-27), filsafatmelalui metodemetode pemikirannya tidak akan dapat langsung mempersembahkan programeprogramme kebijakan yang manfaatnya dapat dinikmati secara praktis dan konkret
sebagaimana halnya dengan ekonomi, teknik dan ilmu-ilmu terapan yang lainnya. Segi
kelemahan filsafat, dalam arti sifat dan coraknya yang abstrak dengan lemparan analisisanalisis kritisnya yang sering tidak tersentuh oleh mereka yang telah terbiasa untuk
berpikir secara praktis, merupakan salah satu sebab mengapa para ahli filsafat terisolir dan
jarang diajak untuk berpartisipasi dalam penentuan strategi pembangunan, apalagi dalam
pelaksanaan programme- programme kegiatan yang sudah bersifat teknis operasional.
Padahal keabstrakan dengan spekulasi-spekulasinya yang paling dalam justru

membawa filsafat kepada kekuatan radikalnya. Dengan berpikir secara abstrak spekulatif
dan mengambil jarak dari penggumulan masalah-masalah teknis praktis, filsafat justru
dapat melihat sesuatu permasalahan dari semua dimensi, sehingga hal-hal yang belum
tersentuh oleh ilmu-ilmu lain dapat pula dijadikan titik perhatiannya. Peranan filsafat
adalah menunjukkan adanya perspektif yang lebih dalam dan luas, sehingga kehadirannya
akan disertai dengan berbagai alternatif penyelesaian untuk ditawarkan mana yang paling
sesuai dengan perubahan waktu dan keadaan.4
Apabila kita berbicara mengenai peran filsafat dalam menghadapi dekadensi moral.
Filsafat mungkin hanya dapat menjelaskan sebab-sebab munculnya dekadensi moral,
menjelaskan

caracara

mengatasi

sebab-sebab

tersebut,

menerangkan


cara-cara

penanganan dekadensi moral. Sementara pelaksanaannya sendiri sangat tergantung
kepada manusianya sendiri.
C. Dekadensi Moral Sebagai Pengaruh Negatif Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan sering kali melupakan faktor manusianya, di mana bukan
lagi teknologi yang berkembang seiring dengan perkembangan dan kebutuhan manusia,
namun juga justru sebaliknya dimana manusialah akhirnya yang harus menyesuaikan diri
Abbas (amami dan Koento Wibisono.
6. Peran Filsafat dalam Wawasan Lingkungan dalam Tugas
Filsafat dalam Perkembangan Budaya. Slamet Sutrisno (ed.). Yogyakarta: Liberty.halm. 127
4

5

5

Pengaruh Pemikiran Filsafat terhadap Pola Pikir dan Pola Hidup Manusia di Era

Globalisasi
dengan teknologi. Teknologi tidak lagi berfungsi sebagai sarana yang memberikan
kemudahan bagi kehidupan manusia melainkan dia berada untuk tujuan eksistensinya
sendiri. Sesuatu yang terkadang harus dibayar mahal oleh manusia yang kehilangan
sebagian arti dari kemanusiaannya. Manusia sering dihadapkan dengan situasi yang tidak
bersifat manusiawi, terpenjara dalam kisi-kisi teknologi, yang merampas kemanusiaandan
kebahagiaannya.5
Padahal

ilmu

pengetahuan

dan

teknologi

sebenarnya

bertujuan


untuk

mempermudah manusia dalam menjalani kehidupannya, namun kelihatannya yang terjadi
malah berbeda. Manusia kesulitan untuk meletakkan ilmu pengetahuan dan teknologi pada
jalur tujuannya dengan benar. Manusia kelihatan bukan lagi pemilik dan pengguna ilmu
pengetahuan dan teknologi, tapi hamba dari keduanya. Dewasa ini, ilmu pengetahuan
bahkan telah berada di ambang kemajuan yang mampu untuk mempengaruhi reproduksi
dan penciptaan manusia itu sendiri.
Ilmu pengetahuan bukan saja menimbulkan gejala dehumanisasi namun bahkan
kemungkinan untuk mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri, atau dengan kata lain,
ilmu pengetahuan bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia untuk mencapai
tujuan hidupnya, namun bahkan kemungkinan untuk mengubah hakikat kemanusiaan itu
sendiri, atau dengan perkataan lain, ilmu pengetahuan bukan lagi merupakan sarana yang
membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, melainkan juga ikut menciptakan tujuan
hidup itu sendiri.
Menghadapi kenyataan seperti ini, menurut Suriasumantri, ilmu pengetahuan yang
pada hakikatnya mempelajari alam sebagaimana adanya mulai mempertanyakan hal-hal
yang bersifat seharusnya: Untuk apa sebenarnya ilmu pengetahuan itu harus
dipergunakan? Di mana batas wewenang penjelajahan keilmuan? Ke arah mana

perkembangan keilmuan harus diarahkan? Pertanyaan semacam ini jelas tidak merupakan
urgensi bagi ilmuwan-ilmuwan masa lalu, namun menjadi penting bagi para ilmuwan yang
5

Jujun Suriasumantri, S 1998. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hlm.
229-231

6

6

Pengaruh Pemikiran Filsafat terhadap Pola Pikir dan Pola Hidup Manusia di Era
Globalisasi
hidup pada masa kini. Dan untuk menjawab pertanyaan ini, maka ilmuwan berpaling
kepada hakikat moral.6
D. Perisai dalam Wujud Tanggung Jawab Etis Ilmuwan
Ilmuwan Bintarto pernah menuturkan sebuah kutipan yang diambilnya dari Ensiklopedi
)ndonesia terbitan PT )chtiar Baru Van (oeve bahwa intisari dari filsafat adalah cara

berfikir menurut logika dengan bebas sedalam-dalamnya sampai ke dasar persoalannya .
Sementara itu, manusia terdorong untuk menemukan suatu orientasi hidup yang dapat
memberikan arah dan pegangan bagi perbuatan serta perilakunya. Orientasi ini adalah
filsafat dalam bentuknya yang masih pra-ilmiah.7
Filsafat bersifat universal karena objek kajiannya berkaitan erat dengan seluruh
kenyataan (realitas). Dengan kata lain, pandangan filsafat terhadap segala sesuatu
ditempatkan pada latar belakang arti seluruh realitas manusia. Apabila disesuaikan dengan
objek kajiannya, maka filsafat dapat meliputi beberapa cabang, seperti filsafat manusia,
filsafat pengetahuan, filsafat ketuhanan, dan sebagainya.8
Ketika masalah dekadensi moral yang menjadi objek kajian dalam filsafat, maka
cabang filsafatnya adalah filsafat moral atau etika. Selain itu, karena dekandensi moral
sendiri dalam tulisan ini ditelisik sebagai pengaruh negatif dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka cabang filsafat lainnya yang terkait filsafat ilmu
pengetahuan, terutama bagian aksiologinya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hasil karya ilmuwan secara individual
yang kemudian disosialisasikan kepada masyarakat. Peranan ilmuwan inilah yang
menonjol dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan mampu mengubah wajah peradaban.
Kreativitas ilmuwan yang didukung oleh sistem komunikasi sosial yang bersifat terbuka
6

Jujun Suriasumantri, S 1998. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hlm.
231-232
7

Bintarto, R 1994. Ekologi Manusia IL-614: Hand Out Kuliah Ekologi Manusia untuk S2 Ilmu Lingkungan.
Yogyakarta: Programme Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.hlm. 40
8

Ibid,hlm.40

7

7

Pengaruh Pemikiran Filsafat terhadap Pola Pikir dan Pola Hidup Manusia di Era
Globalisasi
menjadi proses pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berjalan sangat
efektif .
Dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka seorang ilmuwan
harus memiliki kepekaan dan tanggung jawab besar terhadap pelbagai konsekuensi etis
ilmu pengetahuan dan teknologinya. Sebab dialah satusatunya orang yang dapat mengikuti
dari dekat perkembanganperkembangan yang konkret. Namun memang seorang ilmuwan
sebenarnya tidak dapat berbuat banyak untuk mencegah penyalahgunaan hasil
penemuannya. Manusia tampaknya tetap cenderung untuk menciptakan pedang yang
bermata dua, yaitu satu dipakai untuk meningkatkan kesejahteraan, mata yang lain dipakai
untuk mendatangkan kerusakan.
Tanggung jawab etis bukanlah berkeinginan untuk mencampuri atau bahkan
menghancurkan otonomi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi bahkan dapat sebagai

umpan balik bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri, yang
sekaligus akan lebih memperkukuh eksistensi manusia.9

Tanggung jawab etis yang dipikul seorang ilmuwan bukan saja karena dia adalah
anggota masyarakat yang kepentingannya terlibat secara langsung di masyarakat namun
yang lebih penting adalah karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan
hidup bermasyarakat. Fungsinya selaku ilmuwan tidak berhenti pada penelaahan dan
keilmuan secara individual namun juga ikut bertanggung jawab agar produk keilmuan
sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Untuk membahas ruang lingkup yang menjadi tanggung jawab etis seorang
ilmuwan, maka hal ini dapat dikembalikan kepada hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri.
Sering terdengar bahwa ilmu pengetahuan beserta teknologinya itu terbebas dari sistem
nilai. Ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri netral dan para ilmuwanlah yang
memberikan nilai. Dalam hal ini maka masalah apakah ilmu pengetahuan dan teknologi itu
9

Achmad Charris Zubair,. 2002. Dimensi Etik dan Asketik Ilmu Pengetahuan Manusia: Kajian Filsafat Ilmu.
Yogyakarta: LESFI.hlm. 49-50

8

8

Pengaruh Pemikiran Filsafat terhadap Pola Pikir dan Pola Hidup Manusia di Era
Globalisasi
terikat atau bebas dari nilai-nilai tertentu, semua itu tergantung kepada langkah-langkah
keilmuan yang bersangkutan dan bukan kepada proses keilmuan secara keseluruhan.10
Bebas nilai dalam ilmu pengetahuan merupakan suatu masalah yang melibatkan
persoalan filosofis, yakni aksiologi (nilai/value). Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang
dimiliki manusia untuk melakukan pelbagai pertimbangan mengenai apa yang dinilai dan
apa yang seharusnya dinilai. Nilai dalam pengertian ini adalah suatu penilaian yang
dilakukan oleh ilmuwan dalam kegiatan ilmiahnya. Penilaian dapat muncul dari orang lain,
lembaga pendidikan, agama, dan juga dari dalam diri ilmuwan sendiri terhadap apa yang
telah dihasilkannya. Bebas nilaikah atau tidak bebas nilaikah kegiatan ilmiah yang telah
dihasilkan seorang ilmuwan?
Selama ia masih berada dalam ruang kerja ilmiahnya (seperti laboratorium), maka
ia masih merasakan adanya bebas nilai. Ia tetap dapat memusatkan perhatian pada
kegiatan ilmiahnya tanpa memperoleh halangan dari berbagai unsur luar. Namun, apabila
telah keluar dari ruang kerja ilmiahnya kedalam masyarakat, maka hasil kerjanya berupa
ilmu dan teknologi akan diuji oleh pandangan-pandangan masyarakat, lembaga, atau pun
agama. Hasil kerjanya diuji apakah telah sesuai dengan peraturan pemerintah, norma adat,
dan sebagainya. Ilmuwan dengan hasil karya ilmiah menjadi tidak bebas nilai.
Sebagai contoh menarik adalah masalah kloning terhadap manusia. Ketika ilmuwan
berada dalam ruang kerjanya, ia mungkin mampu bekerja secara idealis tanpa sesuatu nilai
pun yang akan mengaturnya. Akan tetapi, apabila hasil kerjanya disosialisasikan, maka
akan terjadi kegemparan. Akan terjadi pro dan kontra. Hasil kerja ilmiah tersebut akan
berhadapan banyak nilai yang ada dalam masyarakat. Kloning manusia akan dipandang
sebagai kegiatan yang bukan saja mengarah kepada dekadensi moral, namun juga
dehumanisasi.

10

Jujun S Suriasumantri, 1998. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.hlm.
239

9

9

Pengaruh Pemikiran Filsafat terhadap Pola Pikir dan Pola Hidup Manusia di Era
Globalisasi
Pada masalah seperti di atas, maka peranan ilmuwan menjadi sesuatu yang
imperatif. Dialah yang mempunyai latar belakang pengetahuan yang cukup untuk dapat
menempatkan masalah tersebut pada proporsi yang sebenarnya. Oleh sebab itu, dia
mempunyai kewajiban untuk menyampaikan hal itu kepada masyarakat banyak dalam
bahasa yang dapat mereka cerna. Menghadapi masalah yang kurang mereka mengerti
biasanya masyarakat bersikap ekstrim. Pada satu pihak mereka bisu karena ketidaktahuan
mereka, sedangkan di pihak lain mereka bersikap radikal dan irasional. Tanggung jawab
seorang ilmuwan dalam hal ini adalah memberikan perspektif yang benar: untung dan
ruginya, baik dan buruknya; sehingga penyelesaian yang objektif dapat dimungkinkan
(Suriasumantri, 1998: 239-241).
Pada bidang lain mungkin terjadi bahwa masalah itu baru akan timbul yang
disebabkan proses yang sekarang sedang berjalan. Ilmuwan berdasarkan pengetahuannya
memiliki kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi. Umpamanya saja apakah
yang akan terjadi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi kita di masa depan berdasarkan
proses pendidikan keilmuan sekarang. Apakah sistem pendidikan kita memungkinkan
negara kita mengejar keterbelakangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di masa
yang akan datang? Sekiranya tidak maka apakah yang harus kita lakukan? Kerugian apakah
yang akan timbul sekiranya tindakan pencegahan tidak dilakukan? Demikianlah
pertanyaan yang serupa dapat dikemukakan dalam berbagai bidang.
Kemampuan analisis seorang ilmuwan mungkin pula menemukan alternatif dari
objek permasalah yang sedang menjadi pusat perhatian. Kemampuan analisis seorang
ilmuwan dapat dipergunakan untuk mengubah kegiatan non-produktif menjadi kegiatan
produktif yang bermanfaat bagi masyarakat banyak (Suriasumantri, 1998: 241).
Penelitian Penerapan di masyarakat Nilai-nilai: adat istiadat, agama, ideolgi Hasil
penelitian Tidak bebas nilai Hasil Bebas nilai Teoritis penelitianSingkatnya, dengan
kemampuan pengetahuannya seorang ilmuwan

harus dapat mempengaruhi opini

masyarakat terhadap masalah-masalah yang seyogyanya mereka sadari. Dalam hal ini,
berbeda dengan menghadapi masyarakat ilmuwan yang elitis, dia harus berbicara dengan

10

10

Pengaruh Pemikiran Filsafat terhadap Pola Pikir dan Pola Hidup Manusia di Era
Globalisasi
bahasa yang dapat dicerna oleh orang awam. Untuk itu maka dia bukan saja mengandalkan
pengetahuannya dan daya analisisnya namun juga integritas kepribadiannya.
Sebuah kutipan menarik dalam buku Pengantar Filsafat karya Louis O Kattsoff.
Dalam bahasa analogis, Kattsof

:

menjelaskan bahwa meskipun filsafat tidak

membuat roti , namun filsafat dapat menyiapkan tungkunya, menyisihkan noda-noda dari

tepungnya, menambah jumlah bumbunya secara layak, dan mengangkat roti itu dari

tungkunya pada waktu yang tepat. Filsafat berperan untuk mengumpulkan pengetahuan
manusia sebanyak mungkin, dan menerbitkan serta mengatur semua itu di dalam bentuk
yang sistematis. Filsafat membawa manusia kepada pemahaman, dan pemahaman
membawa manusia kepada tindakan yang lebih layak.
Suatu kenyataan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak berjasa untuk
membantu manusia dalam kehidupan kesehariannya. Akan tetapi, adalah suatu kenyataan
yang tidak dapat diabaikan begitusaja pula adanya pengaruh negatif dari keduanya berupa
menurunnya atau bahkan nilai-nilai moral.
Dengan kata lain, ilmu pengetahuan dan teknologi juga berpengaruh negatif pada
terjadinya dekadensi moral. Pengaruh negatif yang muncul dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tidak seharusnya membuat manusia pesimis bahkan menyerah
terhadap perkembangan tersebut. Manusia tidak seharusnya hanya mengekor kepada ilmu
pengetahuan dan teknologi dan menjadi budak keduanya.
Ilmu pengetahuan dan teknologilah yang seharusnya berada di tangan manusia atau
berada di bawah kendali manusia. Kemampuan berpikir dan berimajinasi manusia dalam
wujud ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat dihentikan, dibendung, atau dimatikan,
namun barangkali dapat dikontrol agar tidak kebablasan. Manusia harus bertanggung
jawab terhadap apa yang telah diperbuatnya. Tanggung jawab bukan saja dalam arti
normatif, namun juga dalam arti kedudukan manusia itu di antara manusia-manusia lain.
Berbicara mengenai tanggung jawab secara tidak langsung berbicara mengenai manusia
yang mempraktikkannya, menerapkan, dan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi
itu. Jari telunjuk kita dengan mudah menunjuk kepada oknum yang terkait langsung

11

11

Pengaruh Pemikiran Filsafat terhadap Pola Pikir dan Pola Hidup Manusia di Era
Globalisasi
dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yakni para ilmuwan. Para
ilmuwan memang memiliki tanggung jawab etis untuk mengarahkan agar perjalanan ilmu
pengetahuan dan teknologi tetap pada

orbitnya . Mereka harus berusaha untuk

menemukan suatu orientasi hidup yang dapat memberikan arah dan pegangan bagi
perbuatan serta perilaku dirinya pribadi dan masyarakat kebanyakan.

12

12

Pengaruh Pemikiran Filsafat terhadap Pola Pikir dan Pola Hidup Manusia di Era
Globalisasi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Filsafat atau berfilsafat mengajak manusia bersikap arif dan berwawasan luas
terdapat berbagai masalah yang dihadapinya, dan manusia diharapkan mampu untuk
memecahkan masalah-masalah. berfilsafat dapat membentuk pengalaman kehidupan
seseorang secara lebih kreatif atas dasar pandangan hidup dan atau ide-ide yang muncul
karena keinginannya. , Filsafat dapat membentuk sikap kritis seseorang dalam menghadapi
permasalahan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan lainnya
(interaksi dengan masyarakat, komunitas, agama, dan lain-lain) secara lebih rasional, lebih
arif, dan tidak terjebak dalam fanatisme yang berlebihan. Terutama bagi para ilmuwan
ataupun para mahasiswa dibutuhkan kemampuan untuk menganalisis, analisis kritis
secara komprehensif dan sistematis atas berbagai permasalahan ilmiah yang dituangkan di
dalam suatu riset, penelitian, ataupun kajian ilmiah lainnya.

B.

SARAN

Makalah ini sebaiknya dipelajari dan dipahami agar kita mengetahui peran filsafat dalam
kaitanya dengan pola pikir dan pola hidup pada zaman globalisasi dan kita senantiasa
dapat memanfaatkan peran dari berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
informasi dewasa ini. Dalam makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karenaya kritik dan
saran kami haturkan agar makalah ini dapat lebih baik dan kami dapat mengevaluasi dalam
ranah perbaikan.

13

13

Pengaruh Pemikiran Filsafat terhadap Pola Pikir dan Pola Hidup Manusia di Era
Globalisasi
Daftar Pustaka
Abbas dan Koento Wibisono.
6. Peran Filsafat dalam Wawasan Lingkungan dalam
Tugas Filsafat dalam Perkembangan Budaya. Slamet Sutrisno (ed.). Yogyakarta:
Liberty.
Bintarto, R.1994. Ekologi Manusia IL-614: Hand Out Kuliah Ekologi Manusia untuk S2 Ilmu
Lingkungan. Yogyakarta: Programme Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
Budianto, Irmayanti M 2002. Realitas dan Objektivitas: Refleksi Kritis atas Cara Kerja
Ilmiah. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Gensler, Harry J 1998. Ethics: A Contemporary Introduction. London and NewYork.
Kattsof, Louis O 2004. Elements of Philosophy atau Pengantar Filsafat, Soejono Soemargono
(penerjemah). Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Suriasumantri, Jujun S 1998. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Zubair, Achmad Charris. 2002. Dimensi Etik dan Asketik Ilmu Pengetahuan Manusia: Kajian
Filsafat Ilmu. Yogyakarta: LESFI

14

14