Readiness Analysis and Testing of Model

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015

477

Readiness Analysis and Testing of Model On Community Empowerment For
Masquito Eradication Based Online Social Media To Reduce Morbidity Dengue
Fever In The District Ngaliyan Kota Semarang Tahun 2015
Zaenal Sugiyanto*), Tiara Fani**)
Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro Semarang
E-mail: *zaenalsugiyanto@yahoo.co.id, **tiara.fani845@gmail.com
Abstrak
Vaksin untuk mencegah DBD maupun obat terhadap virus penyebabnya belum
tersedia. Salah satunya cara mencegah penularan penyakit ini adalah memutus rantai
penularannya (Aedes Aegypti). Nyamuk ini tersebar di rumah, sekolah maupun
tempat-tempat umum lainnya. Di Indonesia pada umumnya pengendalian nyamuk
penular (vektor) DBD masih mengalami kendala. Kendala utama adalah
partisipasimasyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) masih rendah.
Keberhasilan kegiatan PSN dapat diukur dengan meningkatnya angka bebas jentik
(ABJ), yang diperoleh dari pemeriksaan jentik secara berkala (PJB). Nilai ABJ
minimal sama atau lebih besar dari 95 , ABJ yang kurang 95 berarti virus dengue
masih mempunyai peluang menular. Kader kesehatan sangat berperan dalam

memberantas demam berdarah dengue, karena memiliki peran melakukan penyuluhan,
memotivasi dan melaporkan hasil survei jentik. Penelitian ini menggunakan teknik
deskriptif dengan pendekatan cross seksional dengan respondennya adalah kader
kesehatan Kecamatan Ngaliyan sebanyak 62 kader kemudian data dianalisis secara
deskriptif dan penerapan model. Simpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar
kader menggunakan handphone setiap saat ada 38 (55,9%), Sebagian besar kader
menggunakan jenis Handphone untuk SMS dan telepon 39 (57,4%), sebagian besar
kader menyatakan kendala penyuluhan tentang DBD adalah waktu terbatas 22 (32,4%)
dan sulit bertemu warga 27 (39,7%) dan media terbatas 8 (11,8%).
Kata kunci : kesiapan kader, penerapan model , pemberdayaan DBD

1. PENDAHULUAN
Dengue
dianggap
penyakit
yang
ditularkan nyamuk yang paling umum dan
paling penting virus di dunia saat ini. Ada
sekitar 2,5 miliar orang berisiko untuk tertular
virus dengue, dan sampai 50 juta – 100 juta

terinfeksi dan 22.000 atau 2,5% kematian
setiap tahunnya, yang sebagian besar adalah
anak-anak. . Sementara itu lebih kurang
500.000 kasus tiap tahun dirawat di rumah
sakit karena sindrom demam berdarah
dengue/dengue syok dengan sekitar 10%
diantaranya meninggal dunia[2]. Tahun 2011
CFR DBD di Indonesia sebesar 0,91% dengan
IR 27,67/100.000 penduduk dan pada tahun
2012 CFR DBD sebesar 0,9% dengan IR
36,82/100.000[3].
Untuk menjaga suatu daerah pemukiman
aman dari ancaman penyakit DBD maka ABJ
harus dipertahankan sampai waktu tak
tertentu. Padahal nilai ABJ yang kurang dari

ISBN: 979-26-0280-1

95 berarti virus dengue masih mempunyai
peluang menular[4].

Di
Filipina
sudah
diaplikasikan
pelaporan kasus ibu hamil dari petugas
kesehatan di desa ke pelayanan kesehatan
terdekat dengan menggunakan SMS, serta
reminder untuk pemeriksaan ibu hamil. Hal ini
ditempuh karena sekarang hampir semua
masyarakat menggunakan handphone dan
selalu di tangan (on hand). Hal serupa
dilakukan oleh Program EMAS USAID untuk
maternal health di beberapa proyek
percontohan di Jawa Tengah.
Sosial media dapat berupa pesan di
message board dan forum, weblogs, wikis
(tipe dari website yang memungkinkan
pengguna untuk mengedit dan membuat
halaman), situs video dan foto, musik, situs
campuran, situs berita social dimana pengguna

dapat melakukan penilaian terhadap artikel,
meninggalkan komentar dan debat, social
bookmarking dan tagging, microblogs, atau

478

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015

kombinasi dari banyak hal[5,6,7]. Media
sosial yang paling popular di Indonesia adalah
Facebook, Youtube, Twitter, Google+ dan
Whatsapps.
Pada bulan Januari 2012, pengguna
Facebook di Indonesia mencapai 51.515.480
orang. Indonesia menjadi negara dengan
pengguna Facebook terbanyak keempat di
bawah Amerika Serikat, Brasil dan India
tercatat mulai dari tahun 2012 lalu[8].
Berdasarkan data yang pernah dirilis oleh
APJII atau Jasa Internet Indonesia [?]

menyebutkan angka 63 juta untuk pengguna
internet di Indonesia. Sementara berdasarkan
data
yang
dilansir
oleh
www.internetworldstats.com[9] menyebutkan
angka 55 juta pengguna internet di Indonesia
pada tahun 2012.
Handphone sudah menjadi kebutuhan
utama masyarakat Indonesia. Sampai awal
tahun 2013, jumlah pengguna telepon seluler
di Indonesia diperkirakan mencapai 100 juta,
sementara jumlah kartu SIM telepon seluler
yang beredar di negara ini ditaksir sekitar 250
juta unit[5] dibandingkan antara jumlah
pengguna ponsel di Indonesia yang mencapai
250 juta, dengan jumlah penduduk yang hanya
240 juta, Indonesia memiliki penetrasi seluler
sebesar 110 persen[10].

Hal ini mendorong peneliti untuk
menfaatkan handphone dan social media
untuk media pemberdayaan masyarakat dalam
upaya pencegahan DBD. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui kesiapan dalam
Penerapan model pemberdayaan masyarakat
untuk pemberantasan sarang nyamuk berbasis
media sosial on line untuk menurunkan angka
kesakitan Demam Berdarah Dengue.

2. METODE
Penelitian ini menggunakan teknik
deskriptif dengan pendekatan cross seksional
dengan respondennya adalah kader kesehatan
Kecamatan Ngaliyan sebanyak 62 kader
kemudian data dianalisis secara deskriptif dan
penerapan model.

ISBN: 979-26-0280-1


3. HASIL DAN PEMBAHASAN
No

Tabel 1. PendidikanTerakhir
Keterangan
N
%

1
2
3
4
5

SD
1
SLTP
10
SLTA
38

D3
7
S1
8
Sebagian besar pendidikan terakhir
adalah SLTA 10 (55,9%)

No
1
2
3
4
5
6

1.5
14.7
55.9
10.3
11.8

kader

Tabel 2. Pekerjaan Responden
Keterangan
N
%
PNS
Pegawai Swasta
Wirausaha
Pedagang
Dosen/Guru

1
1.5
2
2.9
3
4.4
1
1.5

1
1.5
5
Ibu Rumah Tangga
77.9
3
7
Lain-lain
1
1.5
Sebagian besar pekerjaan Responden
adalah Ibu Rumah Tangga 53 (77,9%) ibu
rumah tangga.
Tabel 3. Aktivitas Berkaitan dengan
Kesehatan
No
Aktifitas
N
%
1

2
3
4
5

Ketua RT/RW
6
8.8
Kader Kesehatan
29
42.6
JuruPemantauJentik
17
25.0
Ketua PKK
9
13.2
Pokja
41
60.3
Sebagian besar responden mempunyai
aktivitas sebagai kader Pokja 41 (60,3%)
Tabel 4. Seberapa sering Kader
menggunakan Handphone
No
Aktifitas
N
%
1
Tidak Pernah
1
1.5
2
Setiap Hari Sekali
5
7.4
3
Beberapa
kali
10
14.7
sehari
4
beberapa
jam
8
11.8
sekali
5
Hampir setiap saat
38
55.9
Berdasarkan tabel tersebut sebagian besar
kader menggunakan handphone setiap saat
ada 38 (55,9%)

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015

Tabel 5. Jenis Handphone
No
Aktifitas
N
%
1
HP SMS dan
39
57.4
telp
2
BB
9
13.2
3
Android
20
29.4
4
Tabel Android
3
4.4
Sebagian besar kader menggunakan jenis
Handphone untuk SMS dan telepon 39
(57,4%)
Tabel 6. Kendala penyuluhan tentang DBD
No
Aktifitas
N
%
1
Waktu terbatas
22
32.4
2
Media Terbatas
8
11.8
3
Sulit bertemu warga
27
39.7
4
Kesadaran
warga
1
1.5
kurang
5
Rumah
sering
1
1.5
kosong
6
Warga Keras Kepala
1
1.5
Sebagian besar kader
menyatakan
kendala penyuluhan tentang DBD adalah
waktu terbatas 22 (32,4%) dan sulit bertemu
warga 27 (39,7%) dan media terbatas 8
(11,8%).
Tabel 7. Penilaian tentang penggunaan
media sosial dan HP dalam mengirim
informasi tentang DBD.
No
Aktifitas
N
%
1
Tidak Mungkin
1
1.5
2
Mungkin,
tetapi
12
17.6
perlu
kondisi
tertentu
3
Mungkin,
Karena
Masyarakat sekitar
43
63.2
sudah menggunakan
teknologi tsb.
4
Lainnya
2
2.9
Total
58
85.3
Sebagian besar responden menyatakan
penggunaan media sosial dan HP dalam
mengirim informasi tentang DBD
bisa
dilaksanakan masyarakat karena sudah
menggunakan tehnologi tersebut43(63,2%).

Tabel 8. Apakah penyebaran info tentang
DBD melalui media social dapat merubah
perilaku
No
Aktifitas
N
%
1
Tidak akan merubah
perilaku
masyarakatt
1
1.5
tentang
pencegahan
DBD
2
Akan sedikit merubah
perilaku
masyaraka
2
35.3
ttentang
pencegahan
4
DBD
3
Akan banyak merubah
2
perilaku masyaraka tttg
42.6
9
pencegahan DBD
4
Tidak Menjawab
4
5.9
Total
58
85.3
Sebagian besar kader
menyatakan
penyebaran informasi tentang DBD akan
banyak merubah perilaku tentang pencegahan
DBD masyarakat didapatkan 29 (42,6%)
3.1 Pesan Kesehatan terkait DBD
Untuk
pertanyaan
tentang
pesan
kesehatan yang akan disampaikan kepada
kader adalah :59
(86,8%) himbauan untuk melakukan 3M +
dan himbauan untuk melakukan PSN 52
(76,5%).
Untuk pertanyaan pesan /himbauan tentang
DBD tersebut sebaikanya disampaikan lewat
media : SMS 56 (82,5%), BBM 23 (33,8%)
dan email 12 (17,6%).
3.2 Spesifikasi SMS gateway yang
dikembangkan
Desin program adalah XAMPP , sistem
interface menggunakan macromedia

Gambar 1. Undefined

ISBN: 979-26-0280-1

479

480

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015

3.3 Bagan Integrasi Sistem Surveilans DBD
berbasis Sosial Media
Berdasarkan bagan integrasi tersebut
sebagai operator adalah Dinas Kesehatan
Kota, sehingga server sistem dan modem ada
di Dinas Kesehatan Kota. Media komunikasi
yang dipakai adalah SMS,
email dan
facebooks. Sedangkan user dalam sistem ini
adalah : masyarakat, kader Kesehatan,
kelurahan, Puskesmas, Sekolah.
3.4 Alur Pengiriman Laporan
Kader Kesehatan RT dan Guru UKS
dapat mengirimkan laporan pemeriksaan
jentik DBD yang positif melalui SMS ke
sistem ini, kemudian akan direkap.Warga
dapat melaporkan kepada kader kesehatan
tentang kasus DBD, kemudian kader akan
mengirim laporan melalui SMS kepada sistem
dan akan direkap.Guru UKS dapat
melaporkan kasus DBD ke sistem ini,
kemudian akan direkap.
Jenis Informasi yang dihasilkan berupa :
1. Laporan kasus demam berdarah dengue per
RT di suatu Kelurahan
2. Laporan kasus demam berdarah dengue per
RW di suatu Kelurahan
3. Laporan kasus demam berdarah dengue di
suatu Kelurahan
4. Laporan kasus demam berdarah dengue di
suatu Puskesmas
5. Laporan pemeriksaan jentik DBD setiap
RT, RW di suatu Kelurahan dan
Puskesmas
3.5 Situs
media informasi (pendidikan)
demam berdarah dengue
1. Identifikasi jentik nyamuk
2. Cara pemeriksaan jentik nyamuk
3. Informasi penyakit demam berdarah
4. Informasi tentang nyamuk demam
berdarah
5. Informasi kesehatan lainnya.
Sistem SMS Gateway dan media sosial
untuk monitoring dan pendidikan demam
berdarah dengue dibuat berbasis web. Tujuan
sistem dibuat dengan berbasis web untuk
memudahkan user bisa mengirim dan
mengakses dimanapun saat membawa
handphone.11
Sistem SMS Gateway
memudahkan semua warga dan kader dapat
mengirim informasi ( kasus demam berdarah,
laporan kegiatan PSN, survei jentik dan
menerima pesan secara mudah menggunakan
handphone regular. Tujuan Sistem SMS
Gateway adalah untuk memudahkan proses

ISBN: 979-26-0280-1

transaksi dan informasi menjadi cepat sampai
tujuan yang diharapkan[12].

4. KESIMPULAN
Sebagian besar kader menggunakan
handphone setiap saat ada 38 (55,9%), kader
menggunakan jenis Handphone untuk SMS
dan telepon 39 (57,4%). Kader menyatakan
kendala penyuluhan tentang DBD adalah
waktu terbatas 22 (32,4%) dan sulit bertemu
warga 27 (39,7%) dan media terbatas 8
(11,8%). Responden menyatakan penggunaan
media sosial dan HP dalam mengirim
informasi tentang DBD bisa dilaksanakan
masyarakat karena sudah menggunakan
tehnologi
tersebut
43(63,2%).
Kader
menyatakan penyebaran informasi tentang
DBD akan banyak merubah perilaku tentang
pencegahan DBD masyarakat didapatkan 29
(42,6%), pesan kesehatan yang akan
disampaikan kepada kader adalah 59 (86,8%)
himbauan untuk melakukan
3M + dan
himbauan untuk melakukan PSN 52 (76,5%).
Pesan /himbauan tentang DBD tersebut
sebaikanya disampaikan lewat media : SMS
56 (82,5%), BBM 23 (33,8%) dan email 12
(17,6%).Hasil uji coba model bisa digunakan
untuk mengirim pesan, bisa untuk laporan
pemeriksaan jentik dan laporan kasus DBD
dari kader dan Guru UKS. SMS gateway yang
dikembangkan untuk
pemberdayaan
masyarakat dalam
pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) berbasis media sosial online
bisa diterapkan oleh kader kesehatan dan
petugas puskesmas .Perlu penambahan rekap
laporan untuk kader, Kelurahan dan
Kecamatan serta
penambahan informasi
tentang DBD.

5. DAFTAR PUSTAKA
[1] WHO, Dengue Guadilines For Diagnosis,
Treatment , Preventive And Control, new
edition 2011, ISBN 978 92 4 154787 1
[2] Supratman Sukawati, Dengue vector
control programme in Indonesia, National
Institute of Health Research and
Development 2012.
[3] The ScientificWorld Journal Volume
2012,
Article
ID
525947,
12
pagesdoi:10.1100/2012/525947
[4] Guzman MG and Gustavo K, Dengue:
an update. The Lancet. 2 (2002): 33-42.

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015

[5] Collin, P, Rahilly, K., Third, A., &
Richardson, I,
Literature review:
Benefits of social networking services.
Sydney, Australia: CRC for Young
People, Technology and Wellbeing,
2010.
[6] Lefebvre C, Integrating cell phones and
mobile technologies into public health
practice: A social marketing perspective.
Health Communication Practice, 10(4)
2009, 490–494.
[7] Lenhart, A., & Madden, M, Social
networking websites and teens: An
overview. Washington, DC: Pew Internet
& American Life Project, 2007. URL:
http://www.pewinternet.org/Reports/2007
/Social-Networking-Websites-andTeens.aspx,diakses 9 juli 2015.

ISBN: 979-26-0280-1

481

[8] Dwi Andi Susanto. Jumlah pengguna
Facebook di Indonesia menyusut, 19 juli
2013.URL
:http://www.merdeka.com/teknologi/juml
ah-pengguna-facebook-di-indonesiamenyusut.html. Diakses tanggal 31 Mei
2013
[9] Jumlah Pengguna Internet di Indonesia
dan
Dunia,
2013,
http://artikelbahasaindonesia.org/artikelpendidikan/jumlah-pengguna-internet-diindonesia-dan-dunia-2013,
diakses
tanggal 9 juli 2015
[10]Indonesia, Surga Industri Seluler, 2012,
http://mizan.com/news_det/indonesiasurga-industri-seluler.html,
diakses
tanggal 9 juli 2015.
[11]Kozsztof
Wesokoski,
Mobile
Communication System, 2002
[12]Andi Publisher, Rekayasa Perangkat
lunak, 2015, ISBN 4769792913477