View of MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FISIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP INVESTIGATION

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FISIKA MELALUI
PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP INVESTIGATION
AGUS SRIYANTO EFENDY
SMA Negeri 1 Bangkalan Kabupaten Bangkalan

Abstrak : Berbagai dampak negatif dalam menggunakan metode kerja kelmpok tersebut
seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau meluangkan lebih banyak waktu dan
perhatian dalam mempersiapkan dan menyusun metode kerja kelompok. Yang
diperkanalkan dalam metode pembelajaran cooperative learning bukan seke-dar kerja
kelompok, melainkan pada penstrukturannya. Jadi, sistem pengajaran cooperative
learning bisa didefinisikan sebagai kerja/belajar kelompok yang ter-struktur. Yang
termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsru pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu
saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, in-teraksi personal, keahlian
bekerja sama, dan proses kelompok. Penelitian ini me-nggunakan penelitian tindakan
(action research) sebanyak tiga putaran. Setiap pu-taran terdiri dari empat tahap yaitu:
rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah
siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Bangkalan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran
2015/2016. Data yang diperoleh berupa ha-sil tes formatif, lembar observasi kegiatan
belajar mengajar. Dari hasil analis dida-patkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (60,71%), siklus II (75,00%),
siklus III (89,29%).Simpulan dari penelitian ini adalah metode kooperatif model GI


dapat ber-pengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri
1Bangkalan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016, serta model
pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative Fisika.
Kata Kunci: Pembelajaran FISIKA, Kooperatif Model Group Investigation(GI)

Abstract: : The negative impacts of using the working methods of the group
should be avoided if teachers are willing to spend more time and attention in
preparing and working out the group work methods. Being expressed in
cooperative learning learning method is not only group work, but on structures.
Thus, cooperative learning teaching system can be defined as work This research
uses action research for three rounds. Each track consists of four stages: design,
activity and observation, reflection, and refission. Target of this research is
student of Class XI SMA Negeri 1 Bangkalan Regency of Bangkalan Year of
Study 2015/2016. The data obtained are ha-sil formative test, observation sheet of
teaching and learning activities. From the analyst's result, it is found that the
students' learning achievement has increased from cycle I to cycle III that is, cycle
I (60,71%), cycle II (75,00%), cycle III (89,29%). this is a cooperative method GI
model can have a positive effect on the motivation of learning Student Class XI
SMA Negeri 1Bangkalan Bangkalan District Lesson Year 2015/2016, and this

learning
model
can
be
used
as
an
alternative
Physics.

95

Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Melalui Pembelajaran, Agus Sriyanto Effendy

siswa dalam tugas-tugas yang ter-struktur
disebut sebagai sistem “pem-belajaran
gotong royong” atau coo-perative learning.
Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai
fasilitator.
Ada beberapa alasan penting me-ngapa

sistem pengajaran ini perlu di-pakai lebih
sering di sekolah-sekolah. Seiring dengan
proses globalisasi, juga terjadi transformasi
sosial, ekonomi, dan demografis yang
mengharuskan se-kolah untuk lebih
menyiapkan
anak
di-dik
dengan
keterampilan-keterampilan baru untuk bisa
ikut berpartisipasi da-lam dunia yang
berubah dan berkem-bang pesat.
Sesungguhnya, bagi guru-guru di negeri
ini metode gotong royong tidak terlampau
asing
dan
mereka
telah
seri-ng
menggunakannya dan mengenalnya sebagai

metode kerja kelompok. Me-mang tidak bisa
disangkal bahwa ba-nyak guru telah sering
menugaskan pa-ra siswa untuk bekerja
dalam kelom-pok.
Sayangnya, metode kerja kelom-pok
sering dianggap kurang efektif. Berbagai
sikap dan kesan negative me-mang
bermunculan dalam pelaksaan metode kerja
kelompok. Jika kerja ke-lompok tidak
berhasil,
siswa
cenderung
saling
menyalahkan. Sebaliknya jika berhasil,
muncul perasaan tidak adil. Siswa yang
pandai/rajin merasa rekan-nya yang kurang
mampu telah mem-bonceng pada hasil kerja
mereka. Aki-batnya, metode kerja kelompok
yang seharusnya bertujuan mulia, yakni menanamkan rasa persaudaraan dan kemampuan bekerja sama, justru bisa be-rakhir
dengan ketidakpuasaan dan ke-kecewaaan.

Bukan hanya guru dan sis-wa yang merasa
pesimis mengenai pe-nggunaan metode

Pendahuluan
Peranan yang harus dimainkan oleh
dunia pendidikan dalam memper-siapkan
akan didik untuk berpartisipasi secara utuh
dalam kehidupan berma-syarakat di abad 21
akan sangat berbe-da dengan peranan
tradisional yang se-lama ini dipegang oleh
sekolah-seko-lah.
Ada persepsi umum yang sudah berakar
dalam dunia pendidikan dan ju-ga sudah
menjadi harapan masyarakat. Persepsi
umum ini menganggap bahwa sudah
merupakan tugas guru untuk me-ngajar dan
menyodori siswa dengan muatan-muatan
informasi dan penge-tahuan. Guru perlu
bersikap atau seti-daknya dipandang oleh
siswa sebagai yang mahatahu dan sumber

informasi. Lebih celaka lagi, siswa belajar
dalam situasi yang membebani dan menakutkan karena dibayangi oleh tuntutan-tuntutan
mengejar nilai-nilai tes dan u-jian yang
tinggi.
Tampaknya, perlu adanya peruba-han
paradigma dalam menelaah proses belajar
siswa dan interaksi antara siswa dan guru.
Sudah seyogyanyalah kegi-atan belajar
mengajar juga lebih mem-pertimbangkan
siswa. Siswa bukanlah sebuah botol kosong
yang bisa diisi de-ngan muatan-muatan
informasi apa saja yang dianggap perlu oleh
guru. Selain itu, alur proses belajar tidak
harus bera-sal dari guru menuju siswa.
Siswa bisa juga saling mengajar dengan
sesama siswa yang lainnnya. Bahkan,
banyak penelitian menunjukkan bahwa
penga-jaran oleh rekan sebaya (peer
teaching) ternyata lebih efektif daripada
penga-jaran oleh guru. Sistem pengajaran

ya-ng memberi kesempatan kepada anak
didik untuk bekerjasama dengan sesa-ma
96

Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Melalui Pembelajaran, Agus Sriyanto Effendy

akan dihargai sesuai dengan poin-poin perbaikannya.
Dari latar belakang masalah ter-sebut,
maka peneliti merasa terdorong untuk
melihat pengaruh pembelajaran terstruktur
dan pemberian balikan ter-hadap prestasi
belajar siswa dengan mengambil judul
“Meningkatkan Pres-tasi Belajar Fisika
Melalui Pembela-jaran Kooperatif Model
Group Investi-gation(GI) Pada Siswa Kelas
XI SMA Negeri 1 Bangkalan Kabupaten
Bang-kalan Tahun Pelajaran 2015/2016”.

kerja kelompok, bah-kan kadang-kadang
orang tua pun me-rasa was-was jika anak

mereka dima-sukkan dalam satu kelompok
dengan siswa lain yang dianggap kurang
seim-bang.
Berbagai dampak negatif dalam
menggunakan metode kerja kelmpok
tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja
guru mau meluangkan lebih ba-nyak waktu
dan perhatian dalam mem-persiapkan dan
menyusun metode kerja kelompok. Yang
diperkanalkan dalam metode pembelajaran
cooperative le-arning bukan sekedar kerja
kelompok,
melainkan
pada
penstrukturannya. Jadi, sistem pengajaran
cooperative learning bisa didefinisikan
sebagai kerja/belajar kelompok yang
terstruktur. Yang ter-masuk di dalam
struktur ini adalah lima unsru pokok
(Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling

ketergantungan po-sitif, tanggung jawab
individual, inte-raksi personal, keahlian
bekerja sama, dan proses kelompok.
Kekawatiran bahwa semangat sis-wa
dalam
mengembangkan
diri
secara
individual bisa terancam dalam peng-gunaan
metode kerja kelompok bisa di-mengerti
karena dalam penugasan ke-lompok yang
dilakukan secara semba-rangan, siswa
bukannya
belajar
secara
maksimal,
melainkan belajar mendomi-nasi ataupun
melempar tanggung ja-wab. Metode
pembelajaran gotong ro-yong distruktur
sedemikian rupa sehi-ngga masing-masing

anggota
dalam
sa-tu
kelompok
melaksanakan tanggung jawab pribadinya
karena ada sistem a-kuntabilitas individu.
Siswa tidak bisa begitu saja membonceng
jerih payah rekannya dan usaha setiap siswa

Rumusan Masalah
Merujuk pada uraian latar bela-kang di
atas, dapat dikaji ada beberapa permasalahan
yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran kooperatif model
GI berpengaruh terhadap ha-sil belajar
Fisika siswa Kelas XI SMA Negeri 1
Bangkalan Kabupa-ten Bangkalan Tahun
Pelajaran 2015 / 2016?
2. Seberapa tinggi tingkat penguasaan
materi pelajaran Fisika dengan diterapkannya

metode
pembelajaran
kooperatif model GI pada siswa Ke-las
XI SMA Negeri 1 Bangkalan Kabupaten
Bangkalan Tahun Pela-jaran 2015/2016?
Tujuan Penelitian
Berdasar atas perumusan masalaah di
atas, maka tujuan dilaksanakan pene-litian
ini adalah:
1. Untuk mengungkap pengaruh pembelajaran kooperatif model GI ter-hadap
hasil belajar Fisika siswa Ke-las XI SMA
Negeri
1
Bangkalan
Kabupaten
Bangkalan Tahun Pela-jaran 2015/2016.
2. Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata pelajaran Fisika setelah diterapkannya
pembelajaran kooperatif model GI pada
97

Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Melalui Pembelajaran, Agus Sriyanto Effendy

siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Bangkalan
Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran
2015/2016.

semester dan sebagainya. Sedangkan
prestasi belajar menun-jukkan kualitas
yang lebih pendek, misalnya satu pokok
bahasan, satu kali ulangan harian dan
sebagainya.
Nawawi (1981: 100) mengemu-kakan
pengertian hasil adalah seba-gai berikut:
Keberhasilan murid da-lam mempelajari
materi pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam ben-tuk nilai atau skor
dari hasil tes me-ngenai sejumlah
pelajaran tertentu.
Pendapat lain dikemukakan oleh Sadly
(1977:
904),
yang
memberi-kan
penjelasan tentang hasil belajar sebagai
berikut, “Hasil yang dicapai oleh tenaga
atau daya kerja seseo-rang dalam waktu
tertentu”, sedang-kan Marimba (1978:
143) menga-takan bahwa “hasil adalah
kemam-puan seseorang atau kelompok
yang secara langsung dapat diukur”.
Menurut Nawawi (1981: 127),
berdasarkan tujuannya, hasil belajar
dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Hasil belajar yang berupa kemampuan keterampilan atau kecapakan di dalam melakukan atau
mengerjakan suatu tugas, terma-suk di
dalamnya keterampilan menggunakan
alat.
b. Hasil belajar yang berupa kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan tentang apa yang dikerjakan.
c. Hasil belajar yang berupa peru-bahan
sikap dan tingkah laku.

Kajian Pustaka
A. Hasil Belajar Fisika
Di dalam istilah hasil belajar, ter-dapat
dua unsur di dalamnya, yaitu unsur hasil
dan unsur belajar. Hasil merupakan suatu
hasil yang telah di-capai pebelajar dalam
kegiatan bela-jarnya (dari yang telah
dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya),
seba-gaimana dijelaskan dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (1995: 787).
Dari pengertian ini, maka hasil belajar
adalah penguasaan pengeta-huan atau
keterampilan yang dikem-bangkan oleh
mata pelajaran, lajim-nya ditunjukkan
dengan nilai tes a-tau angka nilai yang
diberikan oleh guru.
Belajar itu sebagai suatu proses
perubahan tingkah laku, atau me-maknai
sesuatu yang diperoleh. Akan tetapi
apabila kita bicara ten-tang hasil belajar,
maka hal itu me-rupakan hasil yang telah
dicapai oleh si pebelajar.
Istilah hasil belajar mempunyai
hubungan yang erat kaitannya de-ngan
prestasi belajar. Sesungguhnya sangat
sulit untuk membedakan pe-ngertian
prestasi belajar dengan ha-sil belajar. Ada
yang berpendapat bahwa pengertian hasil
belajar
di-anggap
sama
dengan
pengertian prestasi belajar. Akan tetapi
lebih dahulu sebaiknya kita simak pendapat yang mengatakan bahwa hasil
belajar berbeda secara prinsipil de-ngan
prestasi
belajar.
Hasil
belajar
menunjukkan kualitas jangka waktu yang
lebih panjang, misalnya satu cawu, satu

B. Faktor-faktor yang Mempengaru-hi
Hasil Belajar
Sejak awal dikembangkannya il-mu
pengetahuan tentang perilaku manusia,
banyak dibahas mengenai bagaimana
98

Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Melalui Pembelajaran, Agus Sriyanto Effendy

Perbedaan antar manusia yang ti-dak
terkelola secara baik dapat me-nimbulkan
ketersinggungan dan ke-salahpahaman
antar sesamanya. Agar manusia terhindar
dari
keter-singgungan
dan
kesalahpahaman
ma-ka
diperlukan
interaksi yang silih asuh (saling tenggang
rasa). Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang secara sadar dan
sengaja menciptakan interaksi yang silih
asuh
untuk
menghindari
ketersinggungan dan kesalahpahaman ya-ng
dapat menimbulkan permusuhan. Dengan
ringkas Abdurrahman dan Bintoro (200:
78) mengatakan bah-wa “pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang
secara
sadar
dan
sistematis
mengembangkan interaksi yang silih
asah, silih asih, dan silih asuh antar
sesama siswa sebagai la-tihan hidup di
dalam masyarakat nyata”.
Pengajaran kooperatif (Coopera-tif
Learning) memerlukan pendeka-tan
pengajaran
melalui
penggunaan
kelompok kecil siswa untuk bekerja sama
dalam memaksimalkan kondisi belajar
dalam
mencapai
tujuan
bela-jar
(Houlobec, 2001).
Unsur Dasar Pembelajaran Ko-operatif
adalah sebagai berikut : 1) Saling
ketergantungan positif; 2) In-teraksi tatap
muka; 3) Akuntabilitas individual;4)
Keterampilan menjalin hubungan antar
pribadi.

mencapai hasil belajar yang efektif. Para
pakar dibidang pendidikan dan psikologi
mencoba mengidentifikasikan faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar.
Dengan diketahuinya faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap hasil be-lajar, para
pelaksana maupun pelaku kegiatan
belajar dapat memberi in-tervensi positif
untuk meningkatkan hasil belajar yang
akan diperoleh.
Secara implisit, ada dua faktor yang
mempengaruhi hasil belajar anak, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal.

C. Pengajaran Kooperatif
Manusia memiliki derajat poten-si,
latar belakang histories, serta ha-rapan
masa depan yang berbeda-be-da. Karena
adanya perbedaan, ma-nusia dapat silih
asah
(saling
men-cerdaskan).
Pembelajaran kooperatif secara sadar
menciptakan interaksi yang silih asah
sehingga sumber be-lajar bagi siswa
bukan hanya guru dan buku ajar tetapi
juga sesama sis-wa.
Manusia adalah makhluk indi-vidual,
berbeda satu dengan sama lain. Karena
sifatnya yang indivi-dual maka manusia
yang satu mem-butuhkan manusia
lainnya sehingga sebagai konsekuensi
logisnya manu-sia harus menjadi
makhluk
sosial,
makhluk
yang
berinteraksi dengan sesamanya. Karena
satu sama lain saling membutuhkan maka
harus ada interaksi yang silih asih (saling
menyayangi atau saling mencintai).
Pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran yang secara sadar dan
sengaja menciptakan interaksi yang
saling mengasihi antar sesama sis-wa.

D. Peran Guru dalam Pembelajaran
Kooperatif
Pembelajaran kooperatif menun-tut
guru untuk berperan relatif ber-beda dari
pembelajaran tradisional. Berbagai peran
99

Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Melalui Pembelajaran, Agus Sriyanto Effendy

dengan metode STAD dan Jigsaw,
metode GI me-libatkan siswa sejak
pernecanaan, baik dalam menentukan
topik
mau-pun
cara
untuk
mempelajarinya me-lalui investigasi.
Metode ini menun-tut para siswa untuk
memiliki ke-mampuan yang baik dalam
berko-munikasi
maupun
dalam
keterampi-lan proses kelompok (group
process skills). Para guru yang
mengguna-kan metode GI umumnya
membagi kelas menjadi beberapa
kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6
sis-wa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga
didasarkan atas kesenangan berteman
atau kesamaan minat ter-hadap sutu
topok tertentu. Para sis-wa memilih topik
yang ingin di-pelajari, mengikuti
investigasi men-dalam terhadap berbagai
subtopik yang telah dipilih, kemudian
me-nyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keselu-ruhan.
Adapun deskrFisikai menge-nai langkahlangkah GI dapat dike-mukakan sebagai
berikut:
1. Seleksi topik. Para siswa memilih
berbagai subtopik dalam suatu wilayah
masalah umum yang bi-asanya
digambarkan lebih dahulu oleh guru.
Para siswa selanjutnya diorganisasikan
menjadi kelom-pok-kelompok yang
berorientasi pada tugas (task oriented
groups) yang beranggotakan 2 hingga
e-nam orang. Komposisi kelompok
heterogen baik dalam jenis kela-min,
etnik, maupun kemampuan akademik.
2. Merencanakan kerja sama. Para siswa
beserta guru merencanakan berbagai
prosedur belajar khusus, tugas dan
tujuan umum (goals) yang konsisten
dengan berbagai topik dan subtopik

guru dalam pembe-lajaran kooperatif
tersebut dapat di-kemukan sebagai
berikut ini :
1. Merumuskan tujuan pembela-jaran
2. Menentukan jumlah anggota da-lam
kelompok belajar
3. Menetukan tempat duduk siswa
4. Merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan
positif
5. Menentukan peran siswa untuk
menunjang saling ketergantu-ngan
positif
6. Menjelaskan tugas akademik
7. Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan be-kerja
sama
8. Menyusun akuntabilitas indivi-dual
9. Menyusun kerja sama antar kelompok
10. Menjelaskan kriteria keberhasi-lan
11. Menjelaskan perilaku siswa ya-ng
diharapkan
12. Memantau perilaku siswa
13. Memberikan bantuan kepada siswa
dalam menyelesaian tugas
14. Melakukan
intervensi
untuk
mengajarkan keterampilan be-kerja
sama
15. Menutup pelajaran
16. Menilai kualitas pekerjaan atau hasil
belajar siswa
17. Menilai kualitas kerja sama antar
anggota kelompok
E. Metode GI (Group Investigation)
Dasar-dasar GI dirancang oleh Herbert
Thelen, selanjutnya
dipeluas dan
diperbaiki oleh Sharan dan ka-wankawannya dari Universitas Tel Aviv.
Metode GI sering dipandang sebagai
metode yang paling kom-pleks dan paling
sulit
untuk
dilak-sanakan
dalam
pembelajaran koope-ratif. Dibandingkan
100

Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Melalui Pembelajaran, Agus Sriyanto Effendy

3.

4.

5.

6.

ini juga termasuk penelitian deskriptif,
sebab menggam-barkan bagaimana suatu
teknik pem-belajaran diterapkan dan
bagaimana hasil yang diinginkan dapat
dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (da-lam
Titik Sugiarti, 1997: 8) mengelompokkan penelitian tindakan men-jadi
empat macam yaitu, (a) guru se-bagai
peneliti,
(b)
penelitian
tinda-kan
kolaboratif; (c) simultan terin-tegratif; (d)
administrasi sosial eks-perimental.
Dalam
penelitian tindakan
ini
menggunakan bentuk guru sebagai
peneliti, penanggung jawab penuh
penelitian ini adalah guru. Tujuan utama
dari penelitian tindakan ini adalah untuk
meningkatkan hasil pembelajaran di kelas
dimana guru secara penuh terlibat dalam
pe-nelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti ti-dak
bekerjasama dengan siapapun, kehadiran
peneliti sebagai guru di kelas sebagai
pengajar tetap dan di-lakukan seperti
biasa, sehingga sis-wa tidak tahu kalau
diteliti. Dengan cara ini diharapkan
didapatkan data yang seobjektif mungkin
demi keva-lidan data yang diperlukan.

yang telah di-pilih pada langkah 1 di
atas.
Implementasi. Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah 2. Pembelajaran harus melibatkan berbagai
aktivitas dan keterampilan den-gan
variasi yang luas dan mendo-rong para
siswa untuk menggu-nakan berbagai
sumber baik yang terdapat di dalam
maupun di luar sekolah. Guru terusmenerus me-ngikuti kemajuan tiap
kelmpok dan memberikan bantuan jika
di-perlukan.
Analisis dan sintesis. Para siswa
menganalisis dan mensintesiskan
berbagai informasi yang dipero-leh
pada langkah 3 dan meren-canakan
agar dapat diringkaskan dalam suatu
penyajian yang me-narik di depan
kelas.
Penyajian hasil akhir. Semua kelompok menyajikan suatu pre-sentasi
yang menarik dari ber-bagai topik
yang telah dipelajari agar semua siswa
dalam kelas sa-ling terlibat dan
mencapai suatu perspektif yang luas
mengenai suatu topik tersebut.
Presentasi kelompok dikoordinasikan
oleh guru.
Evaluasi. Selanjutnya, guru be-serta
para siswa melakukan eva-luasi
mengenai kontribusi tiap kelompok
terhadap pekerjaan ke-las sebagai
suatu keseluruhan. Evaluasi dapat
mencakup tiap siswa secara individu
atau kelom-pok, atau keduanya.

B. Tempat, waktu dan Subjek Pe-nelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di Ke-las
XI SMA Negeri 1 Bangkalan
Kabupaten Bangkalan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pa-da
bulan Maret sampai dengan Mei
semester genap Tahun 2016.
3. Subyek penelitian

Metodologi Penelitian
A. Bentuk Penelitian Tindakan
Penelitian ini merupakan peneli-tian
tindakan (action research), ka-rena
penelitian dilakukan untuk me-mecahkan
masalah pembelajaran di kelas. Penelitian
101

Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Melalui Pembelajaran, Agus Sriyanto Effendy

F. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu
metode dalam kegiatan pem-belajaran
perlu diadakan analisa da-ta. Pada
penelitian ini menggunakan teknik
analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu
metode
penelitian
yang
bersifat
menggambarkan kenyataan atau fakta
sesuai dengan data yang diperoleh
dengan tujuan untuk me-ngetahui prestasi
belajar yang di-capai siswa juga untuk
memperoleh respon siswa terhadap
kegiatan pembelajaran serta aktivitas
siswa selama proses pembelajaran.
Untuk
menganalisis
tingkat
keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar
mengajar setiap putarannya dilaku-kan
dengan cara memberikan eva-luasi
berupa soal tes tertulis pada se-tiap akhir
putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atau tes
formatif
Peneliti melakukan penjumla-han
nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah
siswa yang ada di kelas tersebut
sehingga diperoleh rata-rata tes
formatif dapat dirumus-kan:
X
X 
N

Subyek penelitian adalah sis-wasiswi Kelas XI SMA Negeri 1
Bangkalan Kabupaten Bangkalan
Tahun Pelajaran 2015/2016 pada
pokok
bahasan
perkembangan
teknologi untuk produksi, komu-nikasi
dan transportasi.
C. Rancangan Penelitian
Sesuai dengan jenis penelitian yang
dipilih yaitu penelitian tinda-kan, maka
penelitian ini mengguna-kan model
penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Ari-kunto, Suharsimi,
2002:83), yaitu berbentuk spiral dari
siklus yang sa-tu ke siklus yang
berikutnya. Setiap siklus meliputi
planning (rencana), action (tindakan),
observasi (pe-ngamatan) dan reflection
(refleksi).
Langkah
pada
siklus
berikutnya ada-lah perencanaan yang
sudah direvisi, tindakan, pengamatan dan
refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang
berupa identifikasi permasalahan.

D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari: 1) Silabus;
2) Rencana Pelajaran (RP); 3) Lem-bar
Kegiatan Siswa; 4) Tes formatif
E. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam
penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan belajar aktif, observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes
formatif.

Dengan :
X
= Nilai rata-rata
Σ X = Jumlah semua nilai sis-wa
Σ N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar

102

Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Melalui Pembelajaran, Agus Sriyanto Effendy

keberhasilan siswa dalam proses
belajar
mengajar
yang
te-lah
dilakukan.
Adapun data hasil penelitian pada
siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1.
Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I

Ada dua kategori ketuntasan belajar
yaitu secara perorangan dan secara
klasikal.
Berdasarkan
petunjuk
pelaksanaan
belajar
me-ngajar
kurikulum 1994 (Depdik-bud, 1994),
yaitu seorang siswa telah tuntas belajar
bila telah mencapai skor 65% atau
nilai 65, dan kelas disebut tuntas
belajar bila di kelas tersebut terdapat
85 % yang telah mencapai daya serap
lebih dari atau sama dengan 65%.
Untuk
menghitung
persen-tase
ketuntasan belajar digunakan rumus
sebagai berikut:

No
1
2
3

Uraian
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas
belajar
Persentase ketuntasan
belajar

Hasil Siklus I
67,14
17
60,71

Dari tabel di atas dapat dijelaskan
bahwa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model GI diperoleh nilai rata-rata prestasi be-lajar
siswa adalah 67,14 dan ke-tuntasan
belajar mencapai 60,71 % atau ada 17
siswa dari 28 sis-wa sudah tuntas
belajar. Hasil te-rsebut menunjukkan
bahwa pada siklus pertama secara
klasikal sis-wa belum tuntas belajar,
karena siswa yang memperoleh nilai ≥
65 hanya sebesar 60,71% lebih kecil
dari persentase ketuntasan yang
dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal
ini disebabkan karena siswa masih
baru dan asing ter-hadap metode baru
yang diterap-kan dalam proses belajar
menga-jar.

Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian Per Siklus
1. Siklus I
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang
terdiri dari rencana pelaja-ran 1, soal
tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran
yang mendukung.
b) Tahap kegiatan dan pelak-sanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksana-kan
pada tanggal 12 Maret 2016 di Kelas
XI dengan jumlah siswa 28 siswa.
Dalam hal ini peneliti bertindak
sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana
pelajaran yang telah dipersiapkan.
Pengamatan (obser-vasi) dilaksanakan
bersamaan de-ngan pelaksaaan belajar
mengajar
Pada akhir proses belajar menga-jar
siswa diberi tes formatif I de-ngan
tujuan untuk mengetahui ti-ngkat

2. Siklus II
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang
terdiri dari rencana pelaja-ran 2, soal
tes formatif II dan alat -alat pengajaran
yang menduku-ng.

103

Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Melalui Pembelajaran, Agus Sriyanto Effendy

b) Tahap kegiatan dan pelak-sanaan
Pelaksanaan Pelaksanaan kegia-tan
belajar mengajar untuk siklus II
dilaksanakan pada tanggal 26 Maret
2016 di Kelas XI dengan jumlah siswa
28 siswa. Dalam hal ini peneliti
bertindak sebagai guru. Adapun proses
belajar me-ngajar mengacu pada
rencana
pe-lajaran
dengan
memperhatikan revisi pada siklus I,
sehingga ke-salah atau kekurangan
pada sik-lus I tidak terulang lagi pada
sik-lus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan
bersamaan
dengan
pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar menga-jar
siswa diberi tes formatif II de-ngan
tujuan untuk mengetahui ti-ngkat
keberhasilan siswa dalam proses
belajar
mengajar
yang
te-lah
dilakukan. Instrument yang digunakan
adalah tes formatif II.
Adapun data hasil penelitian pada
siklus II adalah sebagai berikut:

ketun-tasan belajar secara klasikal
telah mengalami peningkatan sedikit
lebih baik dari siklus I. Adanya
peningkatan hasil belajar siswa ini
karena siswa mambantu siswa yang
kurang mampu dalam mata pelajaran
yang mereka pelajari. Disamping itu
adanya kemam-puan guru yang mulai
meningkat dalam prose belajar
mengajar.
3. Siklus III
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang
terdiri dari rencana pelaja-ran 3, soal
tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran
yang mendukung.
b) Tahap kegiatan dan pelaksana-an
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksana-kan
pada tanggal 16 April 2016 di Kelas
XI dengan jumlah siswa 28 siswa.
Dalam hal ini peneliti bertindak
sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana
pelajaran dengan memperhatikan
revisi pada siklus II, sehingga
kesalahan atau keku-rangan pada
siklus II tidak teru-lang lagi pada
siklus III. Penga-matan (observasi)
dilaksanakan
bersamaan
dengan
pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar menga-jar
siswa diberi tes formatif III dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam proses
belajar
mengajar
yang
te-lah
dilakukan. Instrumen yang di-gunakan
adalah tes formatif III.

Tabel 4.2.
Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II
No
1
2
3

Uraian
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas
belajar
Persentase ketuntasan
belajar

Hasil Siklus II
71,79
21
75,00

Dari tabel di atas diperoleh nilai ratarata prestasi belajar siswa adalah 71,79
dan ketuntasan bela-jar mencapai
75,00% atau ada 21 siswa dari 28
siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini
menunjukkan bahwa pada siklus II ini
104

Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Melalui Pembelajaran, Agus Sriyanto Effendy

Adapun data hasil penelitian pada
siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3.
Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III
No
1
2
3

Uraian
Nilai rata-rata tes
formatif
Jumlah siswa yang
tuntas belajar
Persentase
ketuntasan bela-jar

semakin mantapnya pemaha-man dan
penguasaan siswa terhadap materi yang
telah disampaikan guru selama ini
(ketuntasan belajar me-ningkat dari sklus
I, II, dan III) yaitu masing-masing
60,71%, 75,00%, dan 89,29%. Pada
siklus III ketun-tasan belajar siswa secara
klasikal telah tercapai. Adapun grafik
per-bandingan kedua siklus tersebut yaitu :

Hasil Siklus
III
77,14
25
89,29

GRAFIK KETUNTASAN
BELAJAR

Berdasarkan tabel diatas dipero-leh
nilai rata-rata tes formatif se-besar
77,14 dan dari 28 siswa ya-ng telah
tuntas sebanyak 25 siswa dan 3 siswa
belum mencapai ke-tuntasan belajar.
Maka secara klasikal ketuntasan
belajar yang telah tercapai sebesar
89,29% (termasuk kategori tuntas).
Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II.
Adanya peningkatan hasil be-lajar
pada siklus III ini dipenga-ruhi oleh
adanya peningkatan ke-mampuan
siswa dalam mempela-jari materi
pelajaran yang telah diterapkan selama
ini serta ada tanggung jawab
kelompok dari siswa yang lebih
mampu untuk mengajari temannya
kurang mampu.

Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3

100.00%
80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%

89.29%
75.00%
60.71%

Siklus Siklus Siklus
1
2
3

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola
Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, dipero-leh
aktivitas
siswa
dalam
proses
pembelajaran kooperatif model GI dalam
setiap siklus mengalami pe-ningkatan.
Hal ini berdampak positif terhadap
peningkatan prestasi bela-jar siswa dan
penguasaan materi pe-lajaran yang telah
diterima selama ini, yaitu dapat
ditunjukkan dengan meningkatnya nilai
rata-rata siswa pada setiap siklus yang
terus menga-lami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam
Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, dipero-leh
aktivitas
siswa
dalam
proses
pembelajaran
Matematika
dengan
pembelajaran kooperatif model GI yang

Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif model GI memiliki dampak
positif dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari
105

Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Melalui Pembelajaran, Agus Sriyanto Effendy

3. Pembelajaran kooperatif model GI
memiliki dampak positif ter-hadap
kerjasama antara siswa, hal ini
ditunjukkan adanya tanggung jawab
dalam kelompok dimana siswa yang
lebih mampu me-ngajari temannya
yang kurang mampu.

paling
dominan
adalah,
mendengarkan/memperhatikan
penjelasan
guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa
dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa
aktivitas isi-wa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru
selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah pembelaja-ran
kooperatif model GI dengan ba-ik. Hal
ini terlihat dari aktivitas guru yang
muncul
di
antaranya
aktivitas
membimbing dan mengamati siswa
dalam mengerjakan kegiatan, menjelaskan materi yang tidak dime-ngerti
siswa,
memberi
umpan
balik/
evaluasi/tanya jawab dimana pro-sentase
untuk aktivitas di atas cukup besar.

B. Saran
Dari hasil penelitian yang di-peroleh
dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar matematika lebih efektif
dan lebih memberikan hasil yang optimal
bagi siswa, maka disampaikan saran
sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan pembelaja-ran
kooperatif model GI memer-lukan
persiapan yang cukup ma-tang,
sehingga
guru
harus
mampu
menentukan atau memilih topik yang
benar-benar bisa diterapkan dengan
pembelajaran kooperatif model GI
dalam proses belajar mengajar
sehingga diperoleh ha-sil yang
optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi
belajar siswa, guru hen-daknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagai
metode pengaja-ran yang sesuai,
walau dalam ta-raf yang sederhana,
dimana
sis-wa
nantinya
dapat
menemukan
pengetahuan
baru,
memperoleh konsep dan keterampilan,
sehing-ga siswa berhasil atau mampu
memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang le-bih
lanjut, karena hasil penelitian ini
hanya dilakukan di Kelas XI SMA
Negeri 1 Bangkalan Kabu-paten
Bangkalan
Tahun
Pelajaran
2015/2016.
4. Untuk
penelitian
yang
serupa
hendaknya
dilakukan
perbaikan-

Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan selama tiga siklus, dan
berdasarkan seluruh pembahasan serta
analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan seba-gai berikut:
1. Pembelajaran kooperatif model GI
memiliki dampak positif da-lam
meningkatkan prestasi be-lajar siswa
yang ditandai dengan peningkatan
ketuntasan belajar siswa dalam setiap
siklus, yaitu siklus I (60,71%), siklus
II (75, 00%), siklus III (89,29%).
2. Penerapan pembelajaran koo-peratif
model GI mempunyai pe-ngaruh
positif, yaitu dapat me-ningkatkan
motivasi belajar siswa dalam belajar
matematika, hal ini ditunjukan dengan
antusias siswa yang menyatakan
bahwa siswa tertarik dan berminat
dengan pembelajaran kooperatif model
GI sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
106

Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Melalui Pembelajaran, Agus Sriyanto Effendy

perbaikan agar diperoleh hasil yang
lebih baik.

Foster, Bob. 1999. Seribu Pena SLTP Kelas
I. Jakarta: Erlangga.

Daftar Pustaka
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses
Belajar Mengajar. Bandu-ng: Sinar
Baru Algesindon.

Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Re-search.
Yayasan Penerbitan Fa-kultas Psikologi
Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.
Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Be-lajar
dan Mengajar. Bandung: Si-nar Baru.

Arikunto, Suharsimi. 1989. Penilaian
Program Pendidikan. Proyek Pengembangan LPTK Depdikbud. Dirjen
Dikti.

Hamalik, Oemar. 1999. Kurikuum dan
Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen
Mengajar Secara Manusiawi. Ja-karta:
Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Prak-tek.
Jakarta: Rineksa Cipta.

Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses
Belajar Mengajar. Ban-dung: Remaja
Rosdakarya.
Margono. 1997. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cip-ta.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.

Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian
Tindakan Kelas. Makalah Panitian
Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk
Guru-guru se-Kabupaten Tuban.

Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Prak-tek.
Jakarta: Rineksa Cipta.

Mursell, James ( - ). Succesfull Teach-ing
(terjemahan). Bandung: Jem-mars.

Combs. Arthur. W. 1984. The Profe-sional
Education of Teachers. Allin and
Bacon, Inc. Boston.

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi
Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Dayan, Anto. 1972. Pengantar Metode
Statistik Deskriptif. Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penera-ngan
Ekonomi.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk
Belajar. Surabaya. Universi-ty Press.
Universitas Negeri Sura-baya.
Poerwodarminto. 1991. Kamus Umum
Bahasa Indonesia. Jakarta: Bina Ilmu.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Stra-tegi
Belajar Mengajar. Jakarta: Ri-neksa
Cipta.

Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Psi-kologi
Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
107

Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Melalui Pembelajaran, Agus Sriyanto Effendy

Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar. Jakar-ta:
Bina Aksara.
Slameto, 1988. Evaluasi
Jakarta: Bina Aksara.

Pendidikan.

Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan
Model Pembelajaran. Jakarta: PAUPPAI, Universitas Terbuka.
Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi
Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset.
Suryosubroto, b. 1997. Proses Belajar
Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT.
Rineksa Cipta.
Syah,
Muhibbin.
1995.
Psikologi
Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru.
Bandung: Remaja Rosdakar-ya.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru
Profesional.
Bandung:
Re-maja
Rosdakarya.
Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton.
1986. Teknik-teknik Belajar dan Mengajar.
(terjemahan) Bandung: Jemmars

108