Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan

1. Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif memuat:

a. Dasar Hukum, Lingkup dan Tanggung Jawab, Tujuan, dan Standar Pemeriksaan;

b. Sistematika Pelaporan;

c. Tindak Lanjut atas Hasil Pemeriksaan Sebelumnya;

d. Opini BPK atas LKPP Tahun 2014;

e. Permasalahan Signifikan dalam LHP Sistem Pengendalian Intern (SPI) dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan Tahun 2014;

f. Rekomendasi BPK;

g. Perkembangan Opini Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) 2010-2014; dan

h. Hasil Reviu atas Pelaksanaan Transparansi Fiskal.

2. Laporan I: Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan

Laporan I memuat:

a. Hasil pemeriksaan atas laporan keuangan yang memuat opini BPK;

b. Gambaran Umum Pemeriksaan yang berisi dasar hukum pemeriksaan, standar pemeriksaan, tujuan pemeriksaan, entitas yang diperiksa, lingkup pemeriksaan, sasaran pemeriksaan, metodologi pemeriksaan, jangka waktu pemeriksaan, batasan pemeriksaan, dan hasil pemeriksaan atas LKKL dan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LKBUN); dan

c. LKPP Tahun 2014.

3. Laporan II: Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern

Laporan II memuat:

a. Resume Laporan atas SPI; dan

b. Hasil Pemeriksaan atas SPI.

4. Laporan III: Laporan Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan

Laporan III memuat:

a. Resume Laporan atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan; dan

b. Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan.

a. Resume Pemantauan Tindak Lanjut; dan

b. Pemantauan Tindak Lanjut atas Rekomendasi Hasil Pemeriksaan yang Diungkapkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan LKPP Tahun 2007 s.d. 2013.

6. Laporan Tambahan: Laporan Hasil Reviu atas Pelaksanaan Transparansi Fiskal

Laporan tambahan tersebut memuat hasil reviu mengenai pemenuhan kriteria-kriteria terkait:

a. Pelaporan fiskal;

b. Perkiraan fiskal dan penganggaran; dan

c. Analisis dan manajemen risiko fiskal.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2014

01 Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca Pemerintah Pusat tanggal 31 Desember 2014 dan 2013, Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan Laporan Arus Kas (LAK) untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, serta Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Laporan keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan opini atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan.

02 Kecuali seperti yang diuraikan dalam paragraf 05 s.d. 08 berikut ini, BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas penerapan prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh Pemerintah Pusat, penilaian atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, penilaian atas sistem pengendalian intern yang berdampak material terhadap laporan keuangan, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan opini.

03 Dalam Laporan BPK Nomor 69a/LHP/XV/05/2014 tanggal 28 Mei 2014, BPK memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atas LKPP Tahun 2013 karena: (1) piutang over lifting sebesar Rp3,81 triliun tidak sepenuhnya menggambarkan hak negara yang akan diterima pada periode berikutnya; (2) piutang penjualan minyak dan gas bumi (migas) bagian negara sebesar Rp2,46 triliun mengandung ketidakpastian; (3) Pemerintah belum selesai menelusuri Aset Kredit Eks Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebesar Rp3,06 triliun; (4) Pemerintah belum mengakui piutang atas saldo Dana Belanja Pensiun sebesar Rp302,06 miliar yang belum disetorkan kembali karena lebih dari 6 bulan 03 Dalam Laporan BPK Nomor 69a/LHP/XV/05/2014 tanggal 28 Mei 2014, BPK memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atas LKPP Tahun 2013 karena: (1) piutang over lifting sebesar Rp3,81 triliun tidak sepenuhnya menggambarkan hak negara yang akan diterima pada periode berikutnya; (2) piutang penjualan minyak dan gas bumi (migas) bagian negara sebesar Rp2,46 triliun mengandung ketidakpastian; (3) Pemerintah belum selesai menelusuri Aset Kredit Eks Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebesar Rp3,06 triliun; (4) Pemerintah belum mengakui piutang atas saldo Dana Belanja Pensiun sebesar Rp302,06 miliar yang belum disetorkan kembali karena lebih dari 6 bulan

04 Pemerintah telah menindaklanjuti masalah tersebut dengan melakukan upaya perbaikan yaitu: (1) mengungkapkan secara memadai terkait piutang over lifting yang tidak sepenuhnya menggambarkan hak negara dalam LKPP Tahun 2014; (2) melakukan upaya penagihan, verifikasi dan koreksi untuk menghapus pencatatan piutang yang masih mengandung ketidakpastian; (3) melakukan pemetaan dan penelusuran keberadaan Aset Kredit Eks BPPN; (4) melakukan verifikasi kepada pensiunan atas saldo uang pensiun yang masih menjadi hak pensiunan sebagai dasar pengakuan piutang; (5) melakukan beberapa langkah mitigasi untuk memperkecil selisih pengakuan belanja antara BUN dengan KL dalam rekonsiliasi pencatatan dengan melakukan koreksi di tingkat pusat, membuat aplikasi koreksi dan membuat reklasifikasi pengembalian belanja yang tidak diakui KL menjadi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) BUN; dan (6) menyusun mekanisme yang dapat menjamin validitas dan menjelaskan perbedaan catatan dan fisik SAL. Tindak lanjut pemerintah tersebut belum sepenuhnya efektif untuk menyelesaikan permasalahan terkait suspen serta selisih catatan dan fisik SAL sehingga permasalahan tersebut masih terjadi pada Pemeriksaan LKPP Tahun 2014.

05 Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan C.2.30 atas laporan keuangan, Pemerintah mengungkapkan saldo Aset Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) per 31 Desember 2014 dan 31 Desember 2013 masing-masing sebesar Rp286,08 triliun dan Rp221,74 triliun. Pada Tahun 2014 terdapat pencatatan mutasi Aset KKKS senilai Rp2,78 triliun yang tidak dapat dijelaskan. Kondisi tersebut terjadi karena pencatatan dan pelaporan Aset KKKS belum didukung oleh sistem pengendalian yang memadai yang dapat menjamin keakuratan dan kelengkapan transaksi. Data yang tersedia tidak memungkinkan BPK melaksanakan prosedur pemeriksaan yang memadai untuk menilai kemungkinan dampak salah saji atas pencatatan mutasi Aset KKKS yang tidak dapat dijelaskan tersebut.

06 Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan C.2.34 atas laporan keuangan, Pemerintah mengungkapkan saldo Utang kepada Pihak Ketiga per 31 Desember 2014 dan 31 Desember 2013 masing-masing sebesar Rp37,98 triliun dan Rp55,38 triliun. Utang kepada Pihak Ketiga per 31 Desember 2014 tersebut di antaranya merupakan Utang kepada Pihak Ketiga yang berada di KL sebesar Rp17,49 triliun. Terdapat permasalahan Utang kepada Pihak Ketiga di tiga KL sebesar Rp1,21 triliun yang tidak dapat ditelusuri dan tidak didukung dokumen yang memadai,

Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI) Kementerian Komunikasi dan Informatika sebesar Rp1,12 triliun tidak dapat direkonsiliasi dengan nilai prestasi kerjanya dan tidak didukung dengan parameter perhitungan yang jelas atas nilai prestasi kerja penyedia jasa; (2) Utang kepada Pihak Ketiga pada Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia sebesar Rp59,12 miliar tanpa dokumen pendukung yang lengkap; dan (3) Utang kepada Pihak Ketiga berupa jaminan pelaksanaan pembangunan sebesar Rp23,33 miliar pada Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam), yang dananya tersimpan pada rekening bank atas nama BP Batam, tidak dapat dipastikan nilai yang seharusnya masih tercatat sebagai utang. Data yang tersedia tidak memungkinkan BPK melaksanakan prosedur pemeriksaan yang memadai untuk memperoleh keyakinan mengenai nilai yang mencerminkan kewajiban Pemerintah kepada pihak ketiga tersebut.

07 Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan C.2.48 atas laporan keuangan, Pemerintah mengungkapkan SAL setelah penyesuaian per 31 Desember 2014 sebesar Rp86,13 triliun. SAL per 31 Desember 2014 tersebut terdiri dari SAL Awal Setelah Penyesuaian sebesar Rp66,59 triliun dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) setelah penyesuaian sebesar Rp19,53 triliun. Nilai Catatan SAL per 31 Desember 2014 tersebut sama dengan nilai fisik SAL, namun terdapat permasalahan pada transaksi dan/atau saldo yang membentuk SAL sehingga penyajian catatan dan fisik SAL tersebut tidak akurat, yaitu: (1) Pemerintah belum memiliki metode perhitungan SAL yang menjamin saling uji antara catatan dan fisik SAL dilaksanakan secara menyeluruh dan konsisten; (2) proses rekonsiliasi antara BUN dan KL atas saldo akun yang berpengaruh terhadap catatan dan fisik SAL tidak efektif sehingga masih ada suspen belanja karena KL mencatat belanja lebih besar senilai Rp654,75 miliar dan suspen belanja karena BUN mencatat belanja lebih besar senilai Rp557,36 miliar, serta masih ada perbedaan saldo Kas Hibah Langsung KL sebesar Rp110,20 miliar, Kas pada BLU sebesar Rp69,17 miliar, dan Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp2,72 miliar antara LKPP yang disusun berdasarkan konsolidasi data KL dengan LKBUN yang disusun berdasarkan konsolidasi data Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).; (3) usulan koreksi dari Pemerintah sebesar Rp2,40 triliun atas LKPP Tahun 2014 Unaudited yang membentuk catatan dan fisik SAL pada LKPP Tahun 2014 Audited tidak didukung dengan dokumen dan penjelasan tertulis yang mendasari perubahan; (4) saldo Kas Dalam Transito yang menjadi bagian dari fisik SAL belum dapat diyakini kewajarannya karena adanya transaksi kiriman uang senilai Rp3,32 triliun yang tidak dapat ditelusuri; (5) terdapat penyesuaian catatan SAL sebesar Rp7,38 miliar yang tidak didukung dengan dokumen sumber; (6) catatan Kas di beberapa KPPN menunjukkan selisih lebih senilai Rp4,77 miliar dan selisih kurang Rp3,35 miliar dibandingkan dengan saldo rekening koran yang tidak dapat dijelaskan; dan (7) retur belanja yang diterima kembali di Kas Negara dan dicatat 07 Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan C.2.48 atas laporan keuangan, Pemerintah mengungkapkan SAL setelah penyesuaian per 31 Desember 2014 sebesar Rp86,13 triliun. SAL per 31 Desember 2014 tersebut terdiri dari SAL Awal Setelah Penyesuaian sebesar Rp66,59 triliun dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) setelah penyesuaian sebesar Rp19,53 triliun. Nilai Catatan SAL per 31 Desember 2014 tersebut sama dengan nilai fisik SAL, namun terdapat permasalahan pada transaksi dan/atau saldo yang membentuk SAL sehingga penyajian catatan dan fisik SAL tersebut tidak akurat, yaitu: (1) Pemerintah belum memiliki metode perhitungan SAL yang menjamin saling uji antara catatan dan fisik SAL dilaksanakan secara menyeluruh dan konsisten; (2) proses rekonsiliasi antara BUN dan KL atas saldo akun yang berpengaruh terhadap catatan dan fisik SAL tidak efektif sehingga masih ada suspen belanja karena KL mencatat belanja lebih besar senilai Rp654,75 miliar dan suspen belanja karena BUN mencatat belanja lebih besar senilai Rp557,36 miliar, serta masih ada perbedaan saldo Kas Hibah Langsung KL sebesar Rp110,20 miliar, Kas pada BLU sebesar Rp69,17 miliar, dan Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp2,72 miliar antara LKPP yang disusun berdasarkan konsolidasi data KL dengan LKBUN yang disusun berdasarkan konsolidasi data Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).; (3) usulan koreksi dari Pemerintah sebesar Rp2,40 triliun atas LKPP Tahun 2014 Unaudited yang membentuk catatan dan fisik SAL pada LKPP Tahun 2014 Audited tidak didukung dengan dokumen dan penjelasan tertulis yang mendasari perubahan; (4) saldo Kas Dalam Transito yang menjadi bagian dari fisik SAL belum dapat diyakini kewajarannya karena adanya transaksi kiriman uang senilai Rp3,32 triliun yang tidak dapat ditelusuri; (5) terdapat penyesuaian catatan SAL sebesar Rp7,38 miliar yang tidak didukung dengan dokumen sumber; (6) catatan Kas di beberapa KPPN menunjukkan selisih lebih senilai Rp4,77 miliar dan selisih kurang Rp3,35 miliar dibandingkan dengan saldo rekening koran yang tidak dapat dijelaskan; dan (7) retur belanja yang diterima kembali di Kas Negara dan dicatat

08 Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan C.2.34 atas laporan keuangan, Pemerintah mengungkapkan saldo Utang kepada Pihak Ketiga per 31 Desember 2014 dan 2013 masing-masing sebesar Rp37,98 triliun dan Rp55,38 triliun. Selain itu, pada Catatan C.3 angka 12 Pemerintah mengungkapkan adanya Kewajiban Kontinjensi terkait tuntutan hukum kepada Pemerintah berupa putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (inkracht) pada dua KL sebesar Rp171,75 miliar. Untuk menyelesaikan kewajiban yang timbul sehubungan dengan putusan pengadilan yang inkracht, UU APBN-P Tahun 2014 memperbolehkan pergeseran anggaran belanja KL. Berdasarkan data Nota Keuangan APBN-P Tahun 2015, terdapat putusan pengadilan yang inkracht berupa pembayaran ganti rugi minimal senilai Rp1,66 triliun dan USD216.76 juta,

serta penyerahan aset tanah seluas 4,84 juta m 2 dan bangunan. Hasil pengumpulan data dari KL menunjukkan adanya putusan pengadilan yang inkracht atas 45

perkara pada delapan KL berupa pembayaran ganti rugi sebesar Rp499,79 miliar dan penyerahan aset tanah seluas 113,60 ribu m 2 . Namun, putusan pengadilan

yang inkracht tersebut belum seluruhnya dicatat sebagai kewajiban atau diungkapkan sebagai Kewajiban Kontinjensi dalam LKPP Tahun 2014. Hal tersebut terjadi karena Pemerintah belum memiliki mekanisme pengelolaan dan pelaporan tuntutan hukum sehingga belum jelas unit kerja yang bertanggung jawab untuk melakukan administrasi dan validasi atas tuntutan hukum yang telah inkracht untuk dicatat/diungkap sebagai kewajiban. Data yang tersedia tidak memungkinkan BPK melaksanakan prosedur pemeriksaan yang memadai untuk memperoleh keyakinan mengenai nilai yang mencerminkan kewajiban Pemerintah.

09 Menurut opini BPK, kecuali dampak penyesuaian, jika ada, yang mungkin perlu dilakukan jika Pemerintah menyelesaikan permasalahan mengenai pencatatan Aset KKKS, Utang kepada Pihak Ketiga, permasalahan catatan dan fisik SAL, serta kewajiban Pemerintah yang timbul dari tuntutan hukum, laporan keuangan yang disebut dalam paragraf pertama di atas, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Pemerintah Pusat per 31 Desember 2014 dan 2013, realisasi APBN, arus kas, dan CaLK untuk tahun yang berakhir pada tanggal- tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

peraturan perundang-undangan. LHP atas SPI dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor 74b/LHP/XV/05/2015 tanggal 25 Mei 2015 dan Nomor 74c/LHP/XV/05/2015 tanggal 25 Mei 2015 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan ini.

Jakarta, 25 Mei 2015

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Anggota AGUS JOKO PRAMONO

Akuntan Register Negara No. D - 37532

1. Dasar Hukum Pemeriksaan

Pemeriksaan BPK atas LKPP Tahun 2014 didasarkan pada peraturan sebagai berikut.

a. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; dan

b. UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

2. Standar Pemeriksaan

Pemeriksaan atas LKPP Tahun 2014 berpedoman pada SPKN yang ditetapkan dengan Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007.

3. Tujuan Pemeriksaan

Pemeriksaan atas LKPP bertujuan untuk memberikan opini atas kewajaran LKPP Tahun 2014 dengan memperhatikan:

a. kesesuaian LKPP dengan SAP;

b. kecukupan pengungkapan informasi keuangan dalam laporan keuangan sesuai dengan pengungkapan yang seharusnya dibuat seperti disebutkan dalam SAP;

c. efektivitas SPI; dan

d. kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

4. Entitas yang Diperiksa

Pemeriksaan dilakukan atas LKPP Tahun 2014 yang meliputi LKKL, LKBUN, dan Laporan Keuangan Bagian Anggaran BUN (LK BABUN).

5. Lingkup Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan atas LKPP Tahun 2014 yang terdiri dari Neraca per 31 Desember 2014, Laporan Realisasi APBN, LAK, dan CaLK yang telah direviu Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

6. Sasaran Pemeriksaan

Pemeriksaan atas LKPP Tahun 2014 meliputi pengujian kewajaran atas saldo akun-akun yang ada di Neraca dan transaksi-transaksi pada Laporan Realisasi APBN, LAK, kecukupan CaLK, serta SPI dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, termasuk tindak lanjut pemeriksaan sebelumnya.

7. Metodologi Pemeriksaan

Pemeriksaan atas LKPP Tahun 2014 dilakukan dengan metodologi pemeriksaan menggunakan pendekatan risiko, yang dirancang untuk menemukan kesalahan dan penyimpangan informasi atas laporan keuangan dengan menelaah kegiatan pemerintahan. Kegiatan pemeriksaan dimulai dengan melakukan penelaahan sistem pengendalian intern untuk menentukan area risiko penting yang menjadi fokus pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas proses penyusunan dan penyajian laporan Pemeriksaan atas LKPP Tahun 2014 dilakukan dengan metodologi pemeriksaan menggunakan pendekatan risiko, yang dirancang untuk menemukan kesalahan dan penyimpangan informasi atas laporan keuangan dengan menelaah kegiatan pemerintahan. Kegiatan pemeriksaan dimulai dengan melakukan penelaahan sistem pengendalian intern untuk menentukan area risiko penting yang menjadi fokus pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas proses penyusunan dan penyajian laporan

b. Menguji proses akuntansi dan pelaporan keuangan yang diterapkan apakah telah mengikuti sistem akuntansi yang telah ditetapkan Menteri Keuangan.

Pemeriksaan BPK juga mencakup pengujian pengendalian, prosedur analitis, dan pengujian substantif untuk menilai efektivitas pengendalian dan kewajaran LKPP.

Selain itu, BPK juga melakukan pemantauan tindak lanjut atas rekomendasi hasil pemeriksaan yang diungkapkan dalam LHP LKPP Tahun 2007 s.d. 2013.

8. Jangka Waktu Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan berdasarkan Surat Tugas Anggota BPK Nomor 38.i/ST/I- IV/3/2015 tanggal 31 Maret 2015 dimulai 1 April 2015 s.d. 29 Mei 2015.

9. Batasan Pemeriksaan

Semua informasi yang disajikan dalam laporan keuangan merupakan tanggung jawab Pemerintah. Oleh karena itu, BPK tidak bertanggung jawab terhadap salah interpretasi dan kemungkinan pengaruh atas informasi yang tidak diberikan baik yang sengaja maupun tidak disengaja oleh Pemerintah.

Pemeriksaan BPK meliputi prosedur-prosedur yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam mendeteksi adanya kesalahan dan salah saji yang berpengaruh material terhadap laporan keuangan. Pemeriksaan tidak ditujukan untuk menemukan kesalahan atau penyimpangan. Namun demikian, jika dari hasil pemeriksaan ditemukan penyimpangan, akan diungkapkan.

Dalam melaksanakan pemeriksaan, BPK juga menyadari kemungkinan adanya perbuatan-perbuatan melanggar hukum yang timbul. Namun pemeriksaan BPK tidak memberikan jaminan bahwa semua tindakan melanggar hukum akan terdeteksi dan hanya memberikan jaminan yang wajar bahwa tindakan melanggar hukum yang berpengaruh secara langsung dan material terhadap angka-angka dalam laporan keuangan akan terdeteksi. BPK akan menginformasikan bila ada perbuatan-perbuatan melanggar hukum atau kesalahan/penyimpangan material yang ditemukan selama pemeriksaan.

Dalam melaksanakan pengujian kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang- undangan, BPK hanya menguji kepatuhan instansi atas peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penyusunan laporan keuangan. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa masih terdapat ketidakpatuhan pada peraturan yang tidak teridentifikasi.

10. Hasil Pemeriksaan atas LKKL dan LKBUN

BPK juga melakukan pemeriksaan atas LKKL dan LKBUN Tahun 2014 yang hasilnya digunakan sebagai dasar penyusunan LHP atas LKPP Tahun 2014.

Hasil pemeriksaan atas 86 LKKL (termasuk BPK yang diperiksa oleh Kantor Akuntan Publik) dan LKBUN, menunjukkan terdapat 62 LKKL yang mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), 17 LKKL dan LKBUN mendapatkan opini Wajar Dengan

Rincian Hasil pemeriksaan BPK atas LKKL dan LKBUN Tahun 2010 s.d. 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel Rincian Opini atas LKKL dan LKBUN Tahun 2010-2014

Opini BPK atas LKKL No.

BA Kementerian/Lembaga

1. 001 Majelis Permusyawaratan Rakyat

Dewan Perwakilan Rakyat

Badan Pemeriksa Keuangan

Mahkamah Agung

Kejaksaan Agung

WTP-DPP WTP-DPP 7. 010

Sekretariat Negara

WDP WTP-DPP 8. 011

Kementerian Dalam Negeri

Kementerian Luar Negeri

WTP WTP-DPP 10. 013

Kementerian Pertahanan

WTP WTP-DPP Asasi Manusia

Kementerian Hukum dan Hak

11. 015 Kementerian Keuangan

WTP-DPP WTP-DPP 13. 019

Kementerian Pertanian

Kementerian Perindustrian

Kementerian Energi dan Sumber

WTP WDP Daya Mineral

15. 022 Kementerian Perhubungan

WTP WTP-DPP 16. 023

Kementerian Pendidikan dan

WTP WTP Kebudayaan

17. 024 Kementerian Kesehatan

WTP-DPP WTP-DPP 19. 026

Kementerian Agama

WDP TMP Transmigrasi

Kementerian Tenaga Kerja dan

20. 027 Kementerian Sosial

WTP-DPP WDP 21. 029

Kementerian Kehutanan

Kementerian Kelautan dan

WTP-DPP WTP-DPP Perikanan

WTP WTP-DPP 24. 034

23. 033 Kementerian Pekerjaan Umum

Kementerian Koordinator Bidang

WTP WTP Politik Hukum dan Keamanan

25. 035 Kementerian Koordinator Bidang

WTP WTP Perekonomian

26. 036 Kementerian Koordinator

WTP WTP Kesejahteraan Rakyat

27. 040 Kementerian Pariwisata dan

TMP TMP Ekonomi Kreatif

28. 041 Kementerian Badan Usaha Milik

WTP WTP-DPP Negara

WTP

WTP

WTP

29. 042 Kementerian Riset dan Teknologi

WDP WTP-DPP 30. 043

Kementerian Lingkungan Hidup

Kementerian Koperasi dan Usaha

WDP WTP-DPP Kecil Menengah

32. 047 Kementerian Pemberdayaan

WTP WTP Perempuan dan Perlindungan Anak

33. 048 Kementerian Pendayagunaan

WTP-DPP WTP Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

34. 050 Badan Intelijen Negara

WTP-DPP WDP 36. 052

Lembaga Sandi Negara

Dewan Ketahanan Nasional

Badan Pusat Statistik

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan

WTP WTP Perencanaan Pembangunan

Badan Pertanahan Nasional

Perpustakaan Nasional

Kementerian Komunikasi dan

WDP TMP Informatika

42. 060 Kepolisian Negara RI

Badan Pengawasan Obat dan

WDP WTP Makanan

WTP-DPP WDP 45. 065

44. 064 Lembaga Ketahanan Nasional

Badan Koordinasi Penanaman

WTP WTP Modal

WTP-DPP WTP 47. 067

46. 066 Badan Narkotika Nasional

Kementerian Pembangunan

WTP WDP Daerah Tertinggal

48. 068 Badan Kependudukan dan

WTP WDP Keluarga Berencana Nasional

49. 074 Komisi Nasional Hak Asasi

WTP WTP Manusia

50. 075 Badan Meteorologi, Klimatologi

WTP WDP dan Geofisika

51. 076 Komisi Pemilihan Umum

Mahkamah Konstitusi

Pusat Pelaporan dan Analisis

WTP WTP Transaksi Keuangan

54. 079 Lembaga Ilmu Pengetahuan

WTP WTP Indonesia

55. 080 Badan Tenaga Nuklir Nasional

Badan Pengkajian dan

WTP WDP Penerapan Teknologi

WTP

WTP

WDP

57. 082 Lembaga Penerbangan dan

WDP WDP Antariksa Nasional

58. 083 Badan Informasi Geopasial (sebelumnya: Badan Koordinasi

TMP TMP Survei dan Pemetaan Nasional)

59. 084 Badan Standarisasi Nasional

Badan Pengawas Tenaga Nuklir

Lembaga Administrasi Negara

Arsip Nasional Republik

WTP WDP Indonesia

63. 088 Badan Kepegawaian Negara

Badan Pengawasan Keuangan

WTP WTP dan Pembangunan

65. 090 Kementerian Perdagangan

WTP-DPP WTP 67. 092

Kementerian Perumahan Rakyat

Kementerian Pemuda dan

WDP WDP Olahraga

68. 093 Komisi Pemberantasan Korupsi

Dewan Perwakilan Daerah

Komisi Yudisial

Badan Nasional Penanggulangan

WTP-DPP WTP Bencana

72. 104 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja

WDP WTP-DPP Indonesia

73. 105 Badan Penanggulangan Lumpur

WTP WTP-DPP Sidoarjo

74. 106 Lembaga Kebijakan Pengadaan

WDP WTP Barang/Jasa Pemerintah

75. 107 Badan SAR Nasional

Komisi Pengawas Persaingan

WTP WTP Usaha

77. 109 Badan Pengembangan Wilayah

WDP WDP Suramadu

78. 1) 110 Ombudsman RI

79. 1) 111 Badan Nasional Pengelola

WDP WTP Perbatasan

TMP

WDP

80. 112 Badan Pengusahaan Kawasan

TMP WDP Pelabuhan Bebas Batam

2) Perdagangan Bebas dan 2) TMP

81. 113 Badan Nasional Penanggulangan

WTP WTP Terorisme

82. 2) 114 Sekretariat Kabinet WTP

Badan Pengawas Pemilihan

WDP WDP Umum

2) 2) WDP

84. 116 Lembaga Penyiaran Publik Radio

2) 2) WDP

WDP TMP

Republik Indonesia 85. 117

Lembaga Penyiaran Publik

WDP TMP Televisi Republik Indonesia

2) 2) WDP

86. 118 Badan Pengusahaan Kawasan

WDP WDP Pelabuhan Bebas Sabang

2) Perdagangan Bebas dan 2) TMP

87. 999 Bendahara Umum Negara

WDP WDP Keterangan :

Wajar Tanpa Pengecualian

WTP-DPP :

Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan

WDP :

Wajar Dengan Pengecualian

TMP :

Tidak Menyatakan Pendapat

1) :

Menjadi Bagian Anggaran mulai Tahun 2011

2) :

Menjadi Bagian Anggaran mulai Tahun 2012

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KEUANGAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2014 TAHUN 2014

(AUDITED) (AUDITED)

REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KEUANGAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2014 TAHUN 2014

(AUDITED) (AUDITED)

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2014, Pemerintah menyampaikan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berupa laporan keuangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Untuk melaksanakan amanat tersebut, dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, kami atas nama Pemerintah Republik Indonesia menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2014. Laporan keuangan tersebut terdiri dari Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan serta dilampiri Ikhtisar Laporan Keuangan Perusahaan Negara, Badan Layanan Umum (BLU), dan Badan Lainnya.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, sebelum disampaikan kepada DPR, LKPP Tahun 2014 disampaikan terlebih dahulu kepada BPK untuk diaudit paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Tujuan dari pemeriksaan tersebut adalah untuk menilai kewajaran informasi yang disajikan dalam LKPP. LKPP Tahun 2014 yang kami sajikan ini berstatus sebagai laporan keuangan yang telah diperiksa (Audited).

Sehubungan dengan LKPP Tahun 2014 ini, perlu kami kemukakan hal-hal sebagai berikut:

1. LKPP Tahun 2014 ini disusun berdasarkan konsolidasian Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LKBUN) yang disusun oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN), dan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) yang disusun oleh Menteri/Pimpinan Lembaga. LKPP, LKBUN, dan LKKL tersebut disusun berdasarkan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor 233/PMK.05/2012, dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Lampiran II-SAP Berbasis Kas Menuju Akrual.

2. Laporan Realisasi APBN memberikan informasi tentang realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Berdasarkan laporan ini, realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Tahun Anggaran (TA) 2014 adalah sebesar Rp1.550,49 triliun, atau 94,81 persen dari yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2014. Sementara itu, realisasi Belanja Negara adalah sebesar Rp1.777,18 triliun, atau 94,69 persen dari yang dianggarkan dalam APBN-P TA 2014. Penyerapan Belanja Negara TA 2014 tersebut lebih tinggi dibandingkan penyerapan TA 2013 sebesar Rp1650,56 triliun. Berdasarkan realisasi Pendapatan Negara dan Hibah dan realisasi Belanja Negara TA 2014 terjadi Defisit Anggaran sebesar Rp226,69 triliun. Pembiayaan Neto adalah sebesar Rp248,89 triliun, dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) sebesar Rp22,20 triliun.

3. Neraca menyajikan informasi tentang posisi aset, kewajiban, dan ekuitas Pemerintah Pusat per 31 Desember 2014. Dari Neraca tersebut diinformasikan bahwa nilai Aset adalah sebesar Rp3.910,92 triliun dan Kewajiban sebesar Rp2.898,38 triliun, sehingga Ekuitas Dana Neto (kekayaan bersih) Pemerintah Pusat per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp1.012,54 triliun. Ekuitas Dana Neto Pemerintah per 31 Desember 2014 tersebut

meningkat sebesar 97,05 triliun atau meningkat 9,58 persen dibandingkan posisi per 31 Desember 2013.

4. Laporan Arus Kas menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas dari Kas Umum Negara. Dari Laporan Arus Kas tersebut diperoleh informasi bahwa saldo per 31 Desember 2013 sebesar Rp67,70 triliun, penambahan dari penyesuaian saldo awal sebesar minus Rp16,44 miliar, kenaikan Kas Negara selama TA 2014 sebesar Rp25,55 triliun, penyesuaian pembukuan sebesar minus Rp3,72 triliun, sehingga saldo Kas Bendahara Umum Negara (BUN), Kas Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), Kas Badan Layanan Umum (BLU), dan Kas Hibah Langsung yang telah disahkan per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp89,52 triliun. Setelah ditambahkan dengan saldo Kas pada rekening pemerintah lainnya baik yang dikelola oleh BUN maupun yang dikelola oleh Kementerian Negara/Lembaga (K/L) sebesar Rp6,21 triliun, maka Saldo Akhir Kas dan Setara Kas adalah sebesar Rp95,73 triliun.

5. Catatan atas Laporan Keuangan dimaksudkan agar pengguna laporan keuangan dapat memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif atas informasi keuangan yang termuat dalam laporan keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi uraian tentang kebijakan fiskal, kebijakan akuntansi, dan penjelasan pos-pos laporan keuangan, daftar rincian atau uraian atas nilai pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi APBN, Neraca, dan Laporan Arus Kas.

Kata Pengantar -iii-

Keuangan Negara, dan UU Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 12 Tahun 2014, Pemerintah menyusun laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran (TA) 2014 dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut terdiri dari Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan serta dilampiri Ikhtisar Laporan Keuangan Perusahaan Negara, Ikhtisar Laporan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) dan Badan Lainnya.

LKPP Tahun 2014 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Lampiran II (PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual).

LKPP Tahun 2014 ini disusun berdasarkan konsolidasian Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) dan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LKBUN).

1. LAPORAN REALISASI APBN

Laporan Realisasi APBN menggambarkan perbandingan antara APBN-P TA 2014 dengan realisasinya, yang mencakup unsur-unsur pendapatan, belanja, dan pembiayaan selama periode 1 Januari 2014 - 31 Desember 2014.

Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah pada TA 2014 adalah sebesar Rp1.550,49 triliun atau 94,81 persen dari APBN-P. Sementara itu, realisasi Belanja Negara pada TA 2014 adalah sebesar Rp1.777,18 triliun atau 94,69 persen dari APBN-P. Jumlah realisasi Belanja Negara tersebut terdiri dari realisasi Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp1,203,58 triliun atau 94,00 persen dari APBN-P, dan realisasi Transfer ke Daerah sebesar Rp573,70 triliun atau 96,18 persen dari APBN-P. Selain itu, pada TA 2014 terdapat Suspen Belanja sebesar minus Rp97,39 Miliar.

Berdasarkan realisasi Pendapatan Negara dan Hibah, dan realisasi Belanja Negara, terjadi Defisit Anggaran TA 2014 sebesar Rp226,69 triliun. Realisasi Pembiayaan Neto TA 2014 adalah sebesar Rp248,89 triliun atau 103,06 persen dari APBN-P, sehingga terjadi Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) sebesar Rp22,20 triliun.

Ringkasan Laporan Realisasi APBN TA 2014 dan 2013 dapat disajikan sebagai berikut (Rp triliun):

TA 2013

TA 2014 (Audited)

(Audited) Uraian

Anggaran

% Realisasi thd

(UU No.

Realisasi

Realisasi

Anggaran 12/2014)

Pendapatan Negara dan

94,81 1.438,89 Hibah Belanja Negara

94,69 1.650,56 Belanja Pemerintah

94,00 1.137,16 Pusat Transfer ke Daerah

96,18 513,26 Suspen Belanja Negara

0,140 Surplus (Defisit)

93,87 (211,67) Anggaran

Pembiayaan Neto

103,06 237,39 SiLPA (SiKPA)

Ringkasan - v -

Jumlah Aset per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp3.910,92 triliun yang terdiri dari Aset Lancar sebesar Rp262,98 triliun, Investasi Jangka Panjang sebesar Rp1.309,92 triliun, Aset Tetap sebesar Rp1.714,59 triliun, Piutang Jangka Panjang sebesar Rp2,83 triliun, dan Aset Lainnya sebesar Rp620,61 triliun.

Jumlah Kewajiban per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp2.898,38 triliun yang terdiri dari Kewajiban Jangka Pendek sebesar Rp352,31 triliun dan Kewajiban Jangka Panjang sebesar Rp2.546,07 triliun.

Sementara itu, jumlah Ekuitas Dana Neto per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp1.012,54 triliun yang terdiri dari Ekuitas Dana Lancar sebesar minus Rp85,02 triliun dan Ekuitas Dana Investasi sebesar Rp1.097,56 triliun.

Ringkasan Neraca per 31 Desember 2014 dan 31 Desember 2013 dapat disajikan sebagai berikut (Rp triliun):

31 Desember 2014

31 Desember 2013

Uraian

(Audited) Aset

(Audited)

252,74 Investasi Jangka Panjang

Aset Lancar

1.183,17 Aset Tetap

1.709,86 Piutang Jangka Panjang

2,90 Aset Lainnya

Kewajiban

Kewajiban Jangka Pendek

368,09 Kewajiban Jangka Panjang

Ekuitas Dana Neto

(113,36) Ekuitas Dana Investasi

Ekuitas Dana Lancar

3. LAPORAN ARUS KAS

Laporan Arus Kas adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama TA 2014 serta saldo kas dan setara kas pada tanggal 31 Desember 2014.

Saldo Kas Bendahara Umum Negara (BUN), Kas Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), Kas Badan Layanan Umum (BLU), dan Kas Hibah Langsung yang telah disahkan per 31 Desember 2013 adalah sebesar RP67,70 riliun, sedangkan pada awal tahun 2014 terjadi koreksi sebesar minus Rp16,44 miliar, sehingga saldo awal Kas BUN, Kas KPPN, Kas BLU, dan Kas Hibah Langsung yang telah disahkan tahun 2014 menjadi Rp67,69 triliun.

Selama TA 2014 terjadi penurunan kas dari aktivitas operasi sebesar Rp80,07 triliun, penurunan kas dari aktivitas investasi aset non keuangan sebesar Rp146,62 triliun, kenaikan kas dari aktivitas pembiayaan sebesar Rp248,89 triliun, kenaikan kas dari aktivitas non anggaran sebesar Rp3,35 triliun dan penurunan karena penyesuaian pembukuan sebesar Rp3,72 triliun sehingga mengakibatkan kenaikan kas sebesar Rp21,83 triliun. Dengan demikian, saldo Kas BUN, Kas KPPN, Kas BLU, dan Kas Hibah Langsung yang telah disahkan per 31 Desember 2014 menjadi Rp89,52 triliun.

Selain kas di atas, terdapat Rekening Pemerintah Lainnya sebesar Rp4,65 triliun, Kas di Bendahara Pengeluaran

Ringkasan - vi -

Ringkasan Laporan Arus Kas TA 2014 dan TA 2013 dapat disajikan sebagai berikut (Rp triliun):

TA 2014

TA 2013

Uraian

(Audited) Saldo Awal Kas BUN, Kas KPPN, Kas BLU, dan Kas Hibah Langsung

(Audited)

67,70 71,58

Koreksi Saldo Awal (0,01) (0,31)

Saldo Awal Kas BUN, Kas KPPN, Kas BLU, dan Kas Hibah Langsung 67,69 71,27 setelah Koreksi Kenaikan (Penurunan) Kas

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (80,07) (31,32) Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan

(146,62) (180,36) Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan

248,89 237,39 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non Anggaran

3,35 0,11 Pengunaan SAL

- (30)

Jumlah Kenaikan (Penurunan) Kas 25,55 (4,18)

Penyesuaian Pembukuan (3,72) 0,61

Kenaikan (Penurunan) Kas 21,83 (3,57) Saldo Akhir Kas BUN, Kas KPPN, Kas BLU, dan Kas Hibah Langsung

89,52 67,70

4. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menguraikan kebijakan makro, kebijakan fiskal, metodologi penyusunan LKPP, dan kebijakan akuntansi yang diterapkan. Selain itu, dalam CaLK dikemukakan penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai.

Sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), dalam penyajian Laporan Realisasi APBN, pendapatan, belanja, dan pembiayaan diakui berdasarkan basis kas, yaitu pada saat kas diterima atau dikeluarkan oleh dan dari Kas Umum Negara (KUN). Dalam penyajian Neraca, aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan oleh dan dari KUN.

Dalam CaLK ini diungkapkan pula kejadian penting setelah tanggal pelaporan keuangan serta beberapa informasi tambahan yang diperlukan.

Ringkasan - vii -

2. Perbandingan Perkembangan PDB Seri 2000 dan Seri 2010

3. Perkembangan CAR, LDR, dan NPL Bulanan 2014

4. Ringkasan Indikator Makro Tahun 2014

5. Ringkasan Realisasi Anggaran 2013, APBN dan APBNP 2014

6. Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi

7. Piutang Pajak per Jenis Pajak pada Ditjen Pajak

8. Piutang Pajak per Jenis Pajak pada Ditjen Bea dan Cukai

9. Posisi Utang Luar Negeri, SBN, dan Promissory Notes 158

10. Posisi Utang Luar Negeri Menurut Valuta Asing 159

11. Saldo Anggaran Lebih TA 2014 dan TA 2013 159

12. Laporan Rekening Nomor 600.000.411980 Tahun 2014 dan 2013 167

TABEL LAMPIRAN

1. SBN Neto Tahun 2014 L.291

2. Seri SPN yang Diterbitkan Tahun 2014 L.292

3. Daftar Pelunasan SPN Tahun 2014 L.294

4. Realisasi Penerbitan SUN Valas s.d 31 Desember 2014 L.295

5. Realisasi Pelaksanaan Debt Switching Tahun 2014 L.295

6. Rincian Realisasi Pelaksanaan Debt Switching Tahun 2014 L.295

7. Transaksi BuybackTahun 2014 L.298

8. Daftar Penerbitan SBSN Tahun 2014 L.300

9. Outstanding SBN seri Fixed Rated (FR) per 31 Desember 2014 L.301

10. Data Outstanding ORI per 31 Desember 2014 L.303

11. Data Outstanding SBN Seri Variable Rate (VR) per 31 Desember 2014 L.304

12. Data Outstanding SPN per 31 Desember 2014 L.305

13. Data Outstanding Surat Utang Pemerintah per 31 Desember 2014 L.306

14. Data Outstanding SBSN seri IFR per 31 Desember 2014 L.307

15. Data Outstanding SBSN Seri PBS per 31 Desember 2014 L.308

16. Data Outstanding SBSN Seri SR per 31 Desember 2014 L.309

17. Data Outstanding SBSN Seri SPN-S per 31 Desember 2014 L.309

18. Data Outstanding SBSN Seri SDHI per 31 Desember 2014 L.310

19. Struktur Outstanding SBN Valas Per 31 Desember 2014 L.311

20. Mutasi SBN Tahun 2014 L.314

1. Tren PDB Harga Berlaku Seri 2000 Tahun 2010-2014

2. Struktur PDB Seri 2000 Menurut Pengeluaran tahun 2010 s.d 2014

3. Struktur PDB Seri 2000 Menurut Lapangan Usaha atas Dasar harga Berlaku 2013-2014

4. Tren Laju Inflasi Bulanan dan TahunanTahun 2014

5. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) Triwulanan 2013-2014

6. Perkembangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Semesteran 2012-2014

7. Perkembangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Bulanan 2014

8. Cadangan Devisa 2014

9. Tren Laju IHSG Bulanan Tahun 2013-2014

10. Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2010-2014

11. Penerimaan Perpajakan Tahun 2013 dan 2014

12. Tax Ratio Indonesia Tahun 2010-2014

13. Pagu dan Realisasi PNBP Tahun 2013 dan 2014

14. Realisasi Belanja Pemerintah Pusat 2013 dan Tahun 2014 Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi

15. Realisasi Transfer ke Daerah 2013-2014

16. Perkembangan Rasio Realisasi Defisit Anggaran terhadap PDB Tahun 2010-2014

17. Perkembangan Realisasi Penerimaan Perpajakan dan PNBP TA 2010 - 2014

18. Perkembangan Realisasi Belanja Negara TA 2010- 2014

19. Komposisi Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah TA 2014

20. Komposisi 5 Terbesar Kementerian/Lembaga Pengguna Anggaran Belanja Pemerintah Pusat TA 2014

21. Komposisi Realisasi Belanja Pemerintah Pusat menurut Fungsi TA 2014

22. Komposisi Realisasi Belanja Pemerintah Pusat menurut Jenis Belanja TA 2014

23. Komposisi Realisasi Transfer ke Daerah TA 2014

24. Komposisi Pendapatan BLU TA 2014

25. Pendapatan, Beban, dan Surplus/Defisit BLU TA 2014

26. Perbandingan Aset, Kewajiban, dan Ekuitas Dana Neto pada Neraca Tahun 2010 – 2014

27. Aset, Kewajiban, dan Ekuitas Badan Layanan Umum 2010 – 2014 174

28. Komposisi Arus Kas Bersih per Aktivitas 190 LAMPIRAN

1. Struktur Jatuh Tempo ON Rupiah seri FR L.302

2. Struktur jatuh tempo ORI L.303

3. Struktur jatuh tempo ON seri VR L.304

8. Struktur Jatuh Tempo SBSN seri SR per 31 Desember 2014 L.309

9. Struktur Jatuh Tempo SBSN seri SPN-S per 31 Desember 2014 L.310

10. Struktur Jatuh Tempo SBSN seri SDHI per 31 Desember 2014 L.311

11. Struktur Jatuh Tempo SBN Valas per 31 Desember 2014 L.312

12. Data Outstanding SBN per 31 Desember 2014 L.313

2. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Menurut BA dan Eselon I TA 2014

L.15

3. Laporan Realisasi Dana Perimbangan TA 2014 L.28

4. Suspen Belanja Pemerintah Pusat TA 2014 L.84

5. Persetujuan Multiyears Contract (Kontrak Tahun Jamak) L.88

6. Perbandingan Pagu APBN-P dan Pagu DIPA L.89

7. Realisasi Penerbitan SABA BA 999.08 – Pengelola lain-lain, TA 2014 L.91

8. Rekening Khusus per 31 Desember 2014 L.94

9. Saldo Rekening Pemerintah Lainnya di Bank Umum per 31 Desember 2014 L.95

10. Saldo Kas di KPPN per 31 Desember 2014 dan 2013 L.96

11. Kas pada K/L dan BUN per 31 Desember 2014 dan 31 Desember 2013 L.101

12. Uang Muka Belanja dan Belanja Dibayar Di Muka per 31 Desember 2014 dan 31 Desember 2013

L.112

13. Piutang Pajak per 31 Desember 2014 L.114

14. Piutang PNBP per 31 Desember 2014 dan 31 Desember 2013 L.121

15. Rincian Piutang Eks Bank Dalam Likuidasi 31 Desember 2014 L.123

16. Aset Kredit Eks BPPN L.124

17. Bagian Lancar TP/TGR per 31 Desember 2014 dan 31 Desember 2013 L.129

18. Persediaan per 31 Desember 2014 dan 31 Desember 2013 L.131

19. Ikhtisar Laporan Keuangan Perusahaan Negara BUMN Tahun 2014 L.134

20. Daftar BPYBDS pada BUMN per 31 Desember 2014 L.138

21. Penyertaan Modal Negara pada Perusahaan Negara/Lembaga Di Bawah Pembinaan Kementerian Keuangan per 31 Desember 2014

L.139

22. Penyertaan Modal Negara pada Non BUMN per 31 Desember 2014 L.141

23. Penyertaan Modal Negara pada Organisasi/Lembaga Keuangan Internasional/Regional per

31 Desember 2014 L.143

24. Ikhtisar Laporan Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan per 31 Desember 2014 L.144

25. Aset Tetap pada Kementerian/Lembaga per 31 Desember 2014 L.146

26. Tagihan TP/TGR per 31 Desember 2014 L.161

27. Aset Tak Berwujud per 31 Desember 2014 L.162

28. Aset KKKS per 31 Desember 2014 L.164

29. Aset Eks BPPN per 31 Desember 2014 L.177

30. Aset Lain-lain per 31 Desember 2014 L.182

31. Aset PT PPA per 31 Desember 2014 L.184

32. Utang Kepada Pihak Ketiga dan Pendapatan Diterima di Muka per 31 Desember 2014 L.188

33. Utang Bunga – Surat Berharga Negara per 31 Desember 2014 L.190

34. Bagian Lancar Utang Jangka Panjang – Surat Berharga Negara per 31 Desember 2014 L.194

35. Surat Berharga Negara Jangka Pendek per 31 Desember 2014 L.196

36. Surat Berharga Negara Jangka Panjang per 31 Desember 2014 L.166

37. Ikhtisar Laporan Keuangan BLU per 31 Desember 2014 L.197

38. Kebijakan Koreksi Atas Akumulasi Penyusutan L.207

39. Ikhtisar Laporan Keuangan Lembaga Non Struktural dan Yayasan per 31 Desember 2014 L.208

40. Rekapitulasi Hasil Penilaian Aset Bekas Milik Asing/Cina s.d. 31 Desember 2013 L.212

41. Tindak Lanjut Pemerintah terhadap Temuan Pemeriksaan BPK atas LKPP Tahun 2013 L.214

APBN

: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

APBN-P

: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan

BAPPENAS

: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BBM

: Bahan Bakar Minyak

BDL

: Bank Dalam Likuidasi

BEJ

: Bursa Efek Jakarta

BHMN

: Badan Hukum Milik Negara BI : Bank Indonesia

BKKBN

: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

BLBI

: Bantuan Likuiditas Bank Indonesia

BLU

: Badan Layanan Umum

BMN

: Barang Milik Negara

BNP2TKI

: Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

BPMIGAS

: Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi

BPHTB

: Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

BPIH

: Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji

BPJT

: Badan Pengatur Jalan Tol

BPK

: Badan Pemeriksa Keuangan

BPKP

: Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

BPOM

: Badan Pengawas Obat dan Makanan

BPPN

: Badan Penyehatan Perbankan Nasional

BPPT

: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

BPYBDS

: Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditetapkan Statusnya

BRR

: Badan Rekontruksi dan Rehabilitasi

BUJT

: Badan Usaha Jalan Tol

BULOG

: Badan Urusan Logistik

BUMD

: Badan Usaha Milik Daerah

BUMN

: Badan Usaha Milik Negara

BUN

: Bendahara Umum Negara

CBN

: Cadangan Benih Nasional

CAR

: Capital Adequate Ratio

CBP

: Cadangan Beras Pemerintah

CFO

: Chief Financial Officer

CGI

: Consultative Group on Indonesia

CICR

: Consolidated Interest Coverage Ratio

COO

: Chief Operating Officer

CPI

: Consumer Price Index

DAK

: Dana Alokasi Khusus

DAU

: Dana Alokasi Umum

DAU

: Dana Abadi Umat

DBH

: Dana Bagi Hasil

DEP

: Dana Ekonomi Produktif

DIPA

: Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

DJA

: Direktorat Jenderal Anggaran

DJBC

: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

DJKN

: Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

DJP

: Direktorat Jenderal Pajak

DJPBN

: Direktorat Jenderal Perbendaharaan

DMO

: Domestic Market Obligation

DNS

: Debt for Nature Swap

DPM

: Dana Penguatan Modal

DPPN

Dana Pengembangan Pendidikan Nasional

GBHN

: Garis-Garis Besar Haluan Negara

GIZ-ProFI : Gesellschaft fur Internationale Zussammenarbeit –Promotion of Small Financial Institutions GIZ-GGPAS

: Gesellschaft fur Internationale Zussammenarbeit –Good Governance in Population Administration

Systems

HTI

: Hutan Tanaman Industri

INDRA

: Indonesian Debt Restructuring Agency

ITPT

: Industri Tekstil dan Produksi Tekstil

JPY

: Japanese Yen

KITE

: Kemudahan Impor Tujuan Ekspor

KKKS

: Kontraktor Kontrak Kerja Sama

K/L

: Kementerian Negara/Lembaga

KMK

: Keputusan Menteri Keuangan

KONI

: Komite Olahraga Nasional Indonesia

KPK

: Komisi Pemberantasan Korupsi

KPPN

: Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

KPRSH

: Kredit Kepemilikan Rumah Sederhana Sehat

KPS

: Kontraktor Production Sharing

KSM

: Kelompok Swadaya Masyarakat

KU

: Kiriman Uang

KUHR

: Kredit Usaha Hutan Rakyat

KUMK

: Kredit Usaha Mikro dan Kecil

KUN

: Kas Umum Negara

KUT

: Kredit Usaha Tani

LAK

: Laporan Arus Kas

LBMN

: Laporan Barang Milik Negara

LDKP

: Lembaga Dana Kredit Pedesaan

LDR

: Loan to Deposit Ratio

LKBUN

: Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara

LKKL

: Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga

LKP

: Lembaga Keuangan Pelaksana

LKPP

: Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

LNSI

: Lembaga Non Struktural/Independen

LRA

: Laporan Realisasi Anggaran

MPN

: Modul Penerimaan Negara

MP3

: Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak

NAD

: Nanggroe Aceh Darussalam

NPL

: Non-Performing Loan

ORI

: Obligasi Ritel Indonesia

PBS

: Project Based Sukuk

PDB

: Pendapatan Domestik Bruto

PFK

: Perhitungan Fihak Ketiga

PIP

: Pusat Investasi Pemerintah

PIR

: Perusahaan Inti Rakyat

PJPK

: Penanggung Jawab Proyek Kerja sama

PMA

: Penanaman Modal Asing

PMDN

: Penanaman Modal Dalam Negeri

PMK

: Peraturan Menteri Keuangan

PMN

: Penyertaan Modal Negara

PNBP

: Penerimaan Negara Bukan Pajak

PPAP

: Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

PPh

: Pajak Penghasilan

PPN

: Pajak Pertambahan Nilai

RANTF

: Recovery of Aceh Nias Trust Fund

RDI

: Rekening Dana Investasi

RPD

: Rekening Pembangunan Daerah

RPJMN

: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

RPL

: Rekening Pemerintah Lainnya

RTGS

: Real Time Gross Settlement

SAA

: Separate Arrangement Agreement

SA-BUN

: Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara

SAI

: Sistem Akuntansi Instansi

SAKUN

: Sistem Akuntansi Kas Umum Negara

SAL

: Saldo Anggaran Lebih

SAP

: Standar Akuntansi Pemerintahan

SAPP

: Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

SAU

: Sistem Akuntansi Umum

SBN

: Surat Berharga Negara

SBSN

: Surat Berharga Syariah Negara

SDA