EFISIENSI PRODUKSI PAKAN ALAMI SECARA INTENSIF

  Efisiensi produksi pakan alami secara intensif (Gede S. Sumiarsa)

EFISIENSI PRODUKSI PAKAN ALAMI SECARA INTENSIF

  

Gede S. Sum iar sa dan Rina Ast ut i

  Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Jl. Br. Gondol, Kec. Gerokgak, Kab. Buleleng, Singaraja, Bali 81155

  E- m ail: rimgdl@indosal.net.id (Naskah diterima: 9 Agustus 2011; Disetujui publikasi: 28 Oktober 2011)

ABST RAK

  Rot ifer Brachionus rotundiformis m erupakan pakan alam i ut am a yang dipergunakan dalam perbenihan ikan- ikan laut. Produksi rotifer pada percobaan ini dilakukan dalam

  3

  wadah k ecil (0,5 m ) dengan padat penebaran awal 100- 150 ek or/ m L, diberik an

  8

  fitoplankton Nannochloropsis oculata kepadatan tinggi (1,0- 2,0x 10 sel/ m L) didalam dan di luar ruangan. Oksigen m urni dialirkan ke dalam bak- bak budidaya rotifer dengan laju 0,05- 0,1 L/ m enit sedangkan penghitungan kepadatan fitoplankt on, rot ifer, dan pemeriksaan kualitas air dilakukan setiap hari. Rata- rata kepadatan akhir rotifer budidaya didalam ruangan pada hari hari ke 7- 9 adalah 525± 6,1 ekor/ m L sedangkan budidaya rotifer di luar ruangan hanya m am pu berlangsung selam a 2- 4 hari dengan kepadatan yang terus m enurun setelah penebaran awal. Kandungan lem ak rotifer adalah 14,0%, dengan kandungan asam lem ak DHA: 1,4 m g/ g DW, EPA 57,2 m g/ g DW, dan HUFA: 61,5 m g/ g DW dengan rasio DHA/ EPA 0,02. Suhu air, pH, dan t otal am onium berturut- t urut

  o o

  berkisar pada nilai 26,1

  C- 34,1 C, 8,3- 8,8 dan 0,48- 2,20 m g/ L.

  KATA KUNCI: Brachionus rotundiformis, indoor dan outdoor, Nannochloropsis oculat a, p ak an alam i, r ot if er ABST RACT : Improving efficiency in intensive live feed production. By: Gede S. Sum iar sa and Rina Ast ut i Rotifer Brachionus rotundiformis is the main live feed used to feed marine fish in

  3 hatchery. Rotifer production in this trial was conducted in small 0.5 m fiberglass tanks with the average inital stocking density of 100-150 pcs/mL fed with high density

  8 of marine chlorella Nannochloropsis oculata (1.0-2.0x10 cells/mL) both indoor and outdoor. Pure oxygen was flown into the rotifer tanks with the rate of 0.05-0.1 L/ minute. Counting of both phytoplankton and rotifers and water quality obervation were carried out daily. Average indoor final densities of rotifers on 7-9 days after stocking (DAS) was 525±6.1 pcs/mL while outdoor culture was substantially declining within 2-4 DAS. Lipid content of rotifer was 14% with DHA content of 1.4 mg/g DW, EPA 57.2 mg/g DW and HUFA: 61.5 mg/g DW DHA/EPA ratio of 0.02. Water temperature, o o pH and total ammonium were 26.1 C-34.1 C, 8.3-8.8, and 0.48-2.2 mg/L, respectively.

  KEYWORD S: Brachionus rotundiformis, i n d o o r a n d o u t d o o r , l i v e f e e d , Nannochloropsis oculata, rot if er

  3 ) J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.3 Tahun 2011: 425-432

  

T o t al

volum e

Vo lume t anki T a n k volum e T o t al volum e

  3

  .5H

  2 O), dipom pa ke dalam

  bak- bak lainnya untuk memulai siklus produksi m assal f it oplankt on. Dosis pupuk pert anian unt uk produksi f it oplankt on berbeda pada setiap hatcheri dan dicantum kan dalam Tabel

  2. Inokulasi dilakukan dari inokulan N. oculata laborat orium Biot eknologi Balai Besar Riset Tabel 1. Volume bak produksi fitoplankton dan rotifer di BBRPBL, Gondol

  

Table 1. Tank volume for phytoplankton and rotifer productions at the Research

Institute for Mariculture, Gondol

  The biggest tank was used to store chlorinated sea water Vo lume t anki T a n k volum e

  MSP 12, 15, 25

  2 S

  21 MSH

  15

  1.5

  3 Main 10, 20, 50

  50 Total 434

  74 H at cheri Ha t ch er y Fit o p lankt o n Ph yt opla n kt on ( m

  

3

)

Ro t if er ( m

  2 O

  (Tabel 1). Pem asukan air laut untuk produksi fitoplankton pada hatcheri MSP dan MSH melalui bak dan tangki saringan pasir (sand filter) p ad a h at ch er i u t am a m asi h m enggunakan saringan kant ong (filter bag). Air laut yang telah tersaring ditampung dalam b ak - b ak yan g b er vo l u m e t er b esar p ad a m asing- m asing hatcheri, disterilisasi dengan k lorine 200 m g/ L, diberi 6- 12 t it ik aerasi dengan laju 5 L/ menit. Setelah 24 jam, air steril t ersebut dinet ralisir dengan 50 m g/ L sodium t hiosulfat (Na

  PENDAHULUAN

  r ot if er leb ih r end ah d ib and ingk an nauplii

  Pr o d u k si m assal p ak an al am i r o t i f er (Brachionus rotundiformis) dan f it oplankt on

  Nannochloropsis oculata secara massal dalam

  hat cher i ik an laut walaup un m ur ah t et ap i ser ing t idak dapat diandalk an (unreliable) (Fulks & Main, 1992) padahal pakan alam i m erupakan salah sat u f akt or pent ing dalam pr oduk si benih ik an- ik an laut . Salah sat u f akt or yang diduga m enyebabkan rendahnya keandalan produksi pakan alami adalah tingkat i n t en si f i k asi si st em p r o d u k si n y a y ai t u p r o d u k si semi-continuous system y an g m enghasilkan kepadat an akhir yang relat if rendah (Yoshida, 1992) dibandingkan dengan sist em produksi batch culture dan recycled

  culture. Oleh sebab itu, tingkat sistem produksi

  m assal pakan alam i dalam hat cheri m ut lak dit ingk at k an lebih int ensif lagi agar dapat mendukung produksi massal ikan- ikan laut.

  Rotifer telah umum dipergunakan sebagai pakan alam i dalam hat cheri ikan- ikan laut k ar en a p r o d u k si m assal n ya m u d ah d an sederhana (Witt et al., 1984; Araujo et al., 2001). Di sam p i n g i t u , r o t i f er t o l er an t er h ad ap perubahan lingk ungan dan cepat pert um - buhannya dibandingkan dengan pakan alam i

  nauplii copepoda walaupun kandungan nutrisi

  copepoda (Fukusho & Hirayam a, 1991; Su et al., 1997). Kekurangan nut risi rot ifer dapat

  3

  d i t i n g k at k an d en g an p en g k ayaan d en g an bahan- bahan pengkaya komersial (Craig et al., 1994).

  Percobaan ini bert ujuan unt uk m ening- katkan efisiensi teknik produksi massal rotifer m el al u i p r o d u k s i l eb i h i n t en s i f u n t u k meningkatkan kepadatan rotifer dalam wadah- wadah yang relat if kecil.

  BAHAN DAN METODE Pr o d u k s i M a s s a l Fi t o p l a n k t o n N . oculata dan Rotif er B. rotundif orm is

  Pr od uk si m assal N. oculata d i l ak uk an pada bak- bak beton di luar ruangan (outdoor) pada kelom pok hat cheri Marine Seed Produc-

  tion (MSP), Multi Species Hatchery (MSH), dan

  h at ch er i Ut am a (Main) d en g an vo l u m e bervariasi ant ara 10- 50 m

  3

  dengan volum e t ot al 434 m

  • 134 3, 6
  • 120

  • 180 5, 20
  • Sat u bak t erbesar dipergunakan unt uk m enam pung air laut st eril *
Per i k an an Bu d i d ay a Lau t (BBRPBL) d an inokulan hasil produksi m assal dari bak- bak f it oplankt on outdoor lainnya dengan kepa- datan awal 3,0- 4,0x 10

  6

  40 TSP

  Tabel 2. Dosis pupuk produksi massal N. oculata

  Table 2. Fertilizer dose for mass production of N. oculata BBRPBL BBRPBL BBRPBL M SH M SP M ain

  Urea

  60

  80

  50 ZA

  50

  40

  15

  o

  10

  30 Na-EDTA

  2

  1

  2 FeCl3

  1

  0.5

  1 Clew at-32 - - -1 D o sis ( Dosa g e ) ( mg / L) Pup uk Fer t ilizer

  C d en g an g as Helium sebagai pembawa dengan tekanan 180 kPa. Det ekt or yang dipergunakan adalah FID (Flame Ionization Detector) dengan int egra- t or Shim adzu C- RGA. Larut an st andar yang dipergunakan adalah Supelco (U.S.A) Cat . # 4 7 8 0 1 d an Cat . # 1 7 8 2 4 1 A (u n t u k EPA:

  C/ m enit . Suhu i n j ek t o r d an d et ect o r 2 5 0

  sel/ mL. Penghitungan k ep ad at an h ar i an f i t o p l an k t o n d i l ak u k an m enurut Boyd & Tucker (1992) dan Knuckey (Perscom ). Set elah hari keenam , fit oplankt on dipom pa ke dalam bak- bak rot if er sebagai pakan rotifer atau dipindahkan ke dalam bak- bak f it oplank t on lainnya sebagai inok ulan unt uk produk si m assal f it oplank t on sik lus berikut nya. Jika dijum pai kont am inan biot ik dalam bak- bak fitoplankton (cilliates, protozo-

  Bak- bak t ersebut diisi air laut yang dicam pur dengan f it oplank t on N. oculata k epadat an t inggi hasil flokulasi dengan kepadat an akhir > 1,0x 10

  ans dan rotifers), dilakukan sterilisasi dengan

  chlor in d osis 1 0 0 m g/ L selam a 3 0 m enit kemudian dinetralisir dengan 50 mg/ L sodium t hiosulf at . Jika kont am inasi berlebihan yang m em buat kepadat an f it oplankt on m enyusut atau mati maka proses produksi massal diulangi lagi dengan langkah- langkah di atas. Produksi m assal fitoplankton dilakukan dengan sistem produksi semi-continuous system hingga 3- 4 siklus, bak kem udian dibersihkan, direndam dalam air klorin 100 m g/ L dan dikeringkan selama 1- 2 hari.

  Pem adat an (f lokulasi) f it oplankt on pada masing- masing bak produksi dengan penam- b ahan NaOH p ad a d osi s 5 0 m g / L, aer asi dihentikan dengan periode selama 20- 24 jam. Setelah padat dan tersedimentasi, fitoplankton t ersebut disifon, dit am pung dalam kont ainer p l ast i k d an d i si m p an d al am cold storage (- 12

  o

  C). Set elah penyim panan selam a 1- 8 m inggu, f it oplankt on t ersebut dipergunakan sebagai pakan rotifer setelah diaerasi dengan laju 10- 15 L/ menit selama 24 jam.

  Bak - bak fiberglass volum e 0 ,5 m

  3

  di- pergunakan dalam ef isiensi produksi rot if er di dalam (indoor) dan di luar (outdoor) ruangan.

  8

  o

  sel/ m L sedangkan rot if er dit ebar pada m asing- m asing bak dengan kepadat an awal > 100 ek or/ m L. Pasok ok sigen m urni diberikan ke dalam set iap bak dengan laju 0 ,0 5 - 0 .1 L/ m en i t . Set i ap h ar i d i l ak u k an p en g h i t u n g an k ep ad at an r o t i f er d an fitoplankton. Fitoplankton ditam bahkan pada hari ket iga, keenam , kesem bilan dan ke- 12 set elah penebaran f it oplankt on awal dengan k ep ad at an yan g sam a d en g an k ep ad at an awal.

  Analisis Asam Lemak

  Rot if er dipanen t ot al pada akhir set iap p er co b aan (h ar i k e- 1 5 ) d en g an sar i n g an rot ifer kem udian dikeringkan. Analisis lem ak dan asam lemak rotifer yang diproduksi secara m assal d an p r od u k si p ad a p er cob aan i n i dilakukan di Laboratorium Pusat Studi Pangan dan Gizi, Pusat Antar Universitas (PAU) Univer- sit as Gadj ah Mada Yogyak art a. Sedangk an ekst raksi lem ak dilakukan di Laborat orium Ki m i a BBRPBL Go n d o l m en u r u t m et o d e Soxhlet. Analisis asam lemak dipergunakan GC

  14 B Shim adzu dengan capilary colum n CBP- 10 sepanjang 50 m. Suhu column 180

  o

  C- 240

  o

  C dengan laju pem anasan 2.5

  Efisiensi produksi pakan alami secara intensif (Gede S. Sumiarsa) ei c o s ap et aen o i c ac i d d an D H A : docosahex aenoic acid).

  Analisis Kualitas Air dan Data

  Wal au p u n m en i n g k at d i b an d i n g k an dengan produksi rot ifer secara konvensional, r at a- r at a p u n cak k ep ad at an r o t i f er p ad a p er co b aan i n i m asi h l eb i h r en d ah j i k a d i b an d i n g k an d en g an k eb u t u h an u n t u k sebuah hat cheri. Kebut uhan harian rot if er unt uk operasional hat cheri BBRPBL adalah sekitar 3,9x 10

  Ni l ai p en g am at an d al am k eg i at an i n i d i - can t u m k an d al am r at aan ± standard error (SE) dengan analisis deskript if dan pair-wise

  comparison (Sokal & Rohlf, 1981). Perangkat

  lunak (software) komputer yang dipergunakan dalam analisis dat a dan pelaporan adalah Microsof t Ex cel XP dan Microsof t Word XP.

  Pen g u k u r an su h u , k el ar u t an o k si g en (dissolved oxygen, DO), dan pH dilak uk an dengan YSI DO dan pH m eter sedangkan total am m o n i u m d i l ak u k an d en g an m et o d e spekt rofot om et er yang dilakukan set iap hari.

  12,6x 10

  8

  sel/ mL. Rata- rata puncak kepadatan rot if er pada sist em produk si k onvensional ad al ah 1 8 0 ek o r / m L d en g an k ep ad at an fitoplankton 8,0- 12,2x 10

  6

  sel/ mL (Sumiarsa & Set iadi, 2009) sehingga kepadat an puncak r ot i f er p ad a p er cob aan i ni t i g a k al i l eb i h banyak dibandingkan dengan produksi rotifer secara konvensional. Produksi rot if er di luar r u an g an p ad a p er co b aan i n i h an ya b er - langsung selam a 3- 4 hari dengan kepadat an rot if er dan f it oplankt on yang t erus m enurun yang diduga disebabkan oleh kenaikan suhu air di dalam bak yang m encapai 34,1

  o

  C akibat d ar i p en yer ap an cah aya m at ah ar i o l eh f it oplankt on dengan kepadat an yang t inggi (Tabel 3).

HASIL DAN BAHASAN

  9

  5

  Rotifer density (ind./mL) 600 480

  Hari (Day)

  1 360 240 120

  2

  3

  4

  

6

  15.0 D e n si ti f it o p la n k to n (1 7 s e l/ m L )

  7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4

  12.0

  9.0

  6.0

  3.0 Rotifer Phytoplankton A

  Outdoor J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.3 Tahun 2011: 425-432

  Phytoplankton density (10 7 cell/mL) D e n s it i r o ti fe r (e k o r/ m L )

  Indoor

  ekor/ hari sehingga diperlukan sekitar 15 bak serupa yang dipanen setiap hari. Un t u k m em en u h i k ek u r an g an t er seb u t , produksi pakan alami harus dilakukan dengan

  3

  15.0 D e n si ti f it o p la n k to n (1 7 s e l/ m L )

  Phytoplankton density (10 7 cell/mL) D e n s it i r o ti fe r (e k o r/ m L )

  Rotifer density (ind./mL) 600 480

  Hari (Day)

  1 360 240 120

  2

  4

  3.0 Rotifer Phytoplankton A

  Hasi l sampling p en g h i t u n g an h ar i an kepadat an rot if er dan f it oplankt on ef isiensi produksi rot if er didalam dan di luar ruangan dicantumkan dalam Gambar 1 (A, B, dan C). Rata- rat a kepadat an rot if er pada ket iga ulangan produksi di dalam ruangan berkisar antara 231- 259 ek or/ m L dengan rat a- rat a k epadat an puncak yang berlangsung selama 2- 3 hari (hari ke- 7 sam pai ke- 9) adalah 525± 6,1 ekor/ m L dengan kisaran kepadat an f it oplankt on 2,1-

  

6

  7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4

  12.0

  9.0

  6.0

  5

  15.0 D e n si ti f it o p la n k to n (1 7 s e l/ m L )

  Figure 1. Measured daily densities of rotifer and phytoplankton in the trial

  1 360 240 120

  2

  3

  4

  5

  6

  7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4

  12.0

  9.0

  6.0

  3.0 C Indoor

  Rotifer Phytoplankton

  Gambar 1. Kepadat an harian rot ifer dan fit oplankt on pada t iga ulangan dalam bak- bak percobaan

  15.0 D e n si ti f it o p la n k to n (1 7 s e l/ m L )

  Rotifer density (ind./mL) 600 480

  Phytoplankton density (10 7 cell/mL) D e n s it i r o ti fe r (e k o r/ m L )

  Rotifer density (ind./mL) 600 480

  

Hari (Day)

  1 360 240 120

  2

  3

  4

  5

  6

  7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4

  12.0

  9.0

  6.0

  3.0 Rotifer Phytoplankton C

  

Hari (Day)

  Phytoplankton density (10 7 cell/mL) D e n s it i r o ti fe r (e k o r/ m L )

  Phytoplankton density (10 7 cell/mL) D e n s it i r o ti fe r (e k o r/ m L )

  15.0 D e n si ti f it o p la n k to n (1 7 s e l/ m L )

  Rotifer density (ind./mL) 600 480

  

Hari (Day)

  1 360 240 120

  2

  3

  4

  5

  6

  7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4

  12.0

  9.0

  6.0

  3.0 Rotifer Phytoplankton B

  Indoor

  Phytoplankton density (10 7 cell/mL) D e n s it i r o ti fe r (e k o r/ m L )

  15.0 D e n si ti f it o p la n k to n (1 7 s e l/ m L )

  Rotifer density (ind./mL) 600 480

  

Hari (Day)

  1 360 240 120

  2

  3

  4

  5

  6

  7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4

  12.0

  9.0

  6.0

  3.0 Rotifer Phytoplankton B

  Outdoor

  Outdoor Efisiensi produksi pakan alami secara intensif (Gede S. Sumiarsa) d u a al t er n at i f yai t u m en cap ai r at a- r at a kepadat an harian t iga kali lebih t inggi (300%) daripada rat a- rat a kepadat an saat ini at au produksi massal pakan alami dilakukan dalam kapasitas wadah produksi massal tiga kali lebih besar dengan rata- rata kepadatan harian yang sam a. Alt ernat if kedua akan lebih sulit di- lakukan sehingga hanya dapat diupayakan d en g an al t er n at i f p er t am a yai t u d en g an peningkatan rata- rata kepadatan pakan alami har ian yang d ap at d icap ai d engan sist em produksi sepert i pada percobaan ini.

  Pr o d u k si p ak an al am i secar a m assal d en g an semi-continuous system outdoor m em an g m em i l i k i b eb er ap a k el em ah an (Fulks & Main, 1991; Okauchi, 1992) yait u m enghasilkan kepadat an yang relat if rendah d an k ur ang k onsist en (unreliable) n am u n memiliki kelebihan yaitu murah, sederhana, dan t i d ak m em er l u k an t ek n i si yan g t er am p i l . Sebaliknya sist em produksi int ensif indoor ad al ah m ah al d an i n t en si f t et ap i d ap at diandalkan (reliable) dengan kepadat an yang t inggi. Peningk at an produk si rot if er dapat dilakukan dengan pakan fit oplankt on instant

  et al., 1 9 9 7 ), oleh seb ab it u r ot if er hasil

  C) 26.1-28.2 26.7-34.1 Total ammonium (mg/ L) 0.478-2.217 0.655-1.114 pH 8.3-8.7 8.1-8.8

  4.21-19.4 6.38-17.10 Suhu (Temperature ) ( o

  Kelarutan oksigen Dissolved oxygen (mg/ L)

  Table 3. Ranges of water quality in indoor and outdoor trials Kualit as air Wa t er q ua lit y D i d alam ruang an In d oor D i luar ruang an Out d oor

  Tabel 3. Kisaran kualitas air pada percobaan di dalam dan di luar ruangan

  Biaya produksi rotifer secara konvensional (tidak termasuk tenaga kerja dan listrik) adalah Rp. 49,- / juta rotifer sedangkan biaya produksi r o t i f er d al am p er c o b aan i n i d en g an

  produksi m asal dalam percobaan ini m ut lak diperk aya (enriched) dengan bahan- bahan pengkaya kom ersial (Sargent et al., 1999).

  Ter l i h at b ah w a r o t i f er h an ya d en g an p em b er i an p ak an f i t op l an k t on N. oculata m em iliki kandungan EPA yang t inggi nam un m inim al d alam k and ung an DHA sehing g a m enghasilk an rasio DHA/ EPA yang sangat rendah (0,02). Unt uk kebut uhan lem ak dan prof il asam lem ak larva ikan- ikan laut , di- but uhkan kandungan lem ak yang lebih t inggi dengan DHA/ EPA rasio mendekati 2,0 (Sargent

  algae komersial kepadatan tinggi (Hirata, 1992;

  . Sedangkan nilai pH cukup stabil dengan kisaran 8,1- 8,8. Hasil analisis asam lem ak esensial, lem ak dan prot ein rot if er pada percobaan ini di- b an d i n g k an d en g an an al i sa r o t i f er p ad a produksi konvensional dicant um kan dalam Tabel 4.

  3

  (unionized ammonia) b er - gantung kepada suhu dan pH air (Boyd, 1990). Pem berian aerasi yang t inggi dan pem bilasan h asi l p an en r ot i f er d en g an b ai k seb el u m diberikan kepada larva ikan akan m engurangi kandungan NH

  3

  produksi massal rotifer. Total ammonium akan b er u b ah m en j ad i am o n i ak y an g t i d ak t er ionisasi NH

  water m aupun secara t idak langsung m elalui

  Kelarutan oksigen yang tinggi disebabkan oleh penggunaan oksigen m urni dalam per- cobaan ini dengan laju aliran 0,05- 0,10 L/ m enit . Kisaran t ot al am m onium cukup t inggi, diperlukan upaya penurunan total ammonium dengan pem berian aerasi yang kuat sebelum rot ifer diberikan kepada larva ikan. Tingginya kadar total am m onium dalam m edia produksi diduga dari kelebihan pupuk pert anian yang t idak seluruhnya t erurai dan diserap sebagai hara oleh N. oculata dan akan berakibat negatif terhadap kualitas air laut pem eliharaan larva- larva ikan laut baik jika f it oplankt on t ersebut diperluk an secara langsung sebagai green

  Soetanti et al., 2009) dan pemberian probiotik (Hino & Maeda, 1992; Hirayam a & Ogihara, 1 9 9 2 ; Pint ad o et al., 2 0 1 0 ), p enam b ahan bahan- bahan pengkaya (Tamaru & Lee, 1991) at au d engan m et od e p enyar ingan k husus (Araujo & Hagiwara, 2005) nam un diperlukan k ondisi- k ondisi yang lebih spesif ik unt uk memenuhi sistem- sistem produksi pakan alami tersebut (Kongkeo, 1992).

  J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.3 Tahun 2011: 425-432

  Efisiensi produksi pakan alami secara intensif (Gede S. Sumiarsa)

  Tabel 4. Asam lemak esensial, lemak dan protein rotifer pada produksi konvensional dan percobaan

  

Table 4. Essential fatty acid, lipid and protein contents of rotifer in conventional

production compared with the trial Sist em p ro d uksi ( Pr od uct ion syst em ) Asam lemak Fa t a cid Ko nvensio nal Perco b aan ( mg / g D W) Con ven sion a l T r ia l

  • a b

  20:5n-3 (EPA)

  

35.1

  57.2

  • 22:6n-3 (DHA)

  1.4

  • DHA/ EPA

  0.02 a b

  Total n-3 HUFA

  

42.2

  61.5 a b

  Lemak (Fat )

  

10.8

  14.0 * a a

  Protein (Protein )

  

55.6

  56.4 Nilai- nilai yang diikut i huruf sam a pada set iap baris adalah t idak berbeda nyat a (Values

followed by the same superscript in each row are not significantly different (P> 0.05))

  f it oplankt on f lokulasi adalah Rp. 51,- / jut a DAFTAR ACUAN rot if er sehingga ef isiensi cukup t inggi yait u Araujo, A., Hagiwara, A., & Snell, T.W. 2001. kelebihan biaya produksi Rp. 2,- / jut a rot if er

  Effect of unionized ammonia, viscosity and (4,1%) dapat m enghasilkan kepadat an rot if er protozoan contamination on reproduction t iga kali lebih t inggi (300%). Biaya produksi an d en z y m e act i v i t y o f t h e r o t i f er r ot i f er d en g an m en g g u n ak an al g a i n st an

  Brachionus rotundiformis. Hydrobiologia,

  (Nanno- 3600) lebih t inggi yait u Rp. 1.946,- / (446- 447)1: 363- 368. juta rotifer. Nam un hingga saat ini pem akaian

  Araujo, A. & Hagiwara, A. 2005. Screening meth-

  instant algae kepadatan tinggi secara intensif ods for im proving rot ifer cult ure qualit y.

  masih terbatas penggunaannya dalam hatcheri Development in Hydrobiology, (181)9: 553- ikan- ikan laut di Indonesia yang disebabkan 558. oleh harganya yang mahal dan prosedur impor yang m em erlukan waktu yang relatif lam a. Boyd, C.E. 1990. Wat er qualit y in ponds for aquaculture. Alabama Agricultural Ex peri-

  KESIMPULAN ment Station Auburn University, Alabama.

  Boyd, C.E. & Tucker, C.S. 1992. Wat er qualit y 1. Pr o d u k si p ak an al am i r o t i f er (B. and pond soil analyses for aquacult ure.

  rotundiformis) dengan pakan fitoplankton Alabam a Agricult ural Ex perim ent St at ion. N. oculata BBRPBL p ad a t ah u n 2 0 0 9 Auburn University, Alabama, USA, 183 pp.

  dilakukan dengan sist em produksi semi-

  continuous di luar ruangan (outdoor) dengan Craig, S.R., Arnold, C.R., & Holt, G.J. 1994. The

  r at a- b er k ep ad at an t i ng g i hanya d ap at effect s of enriching live foods wit h highly dilakukan di dalam ruangan (indoor). unsaturated fatty acids on the growth and fat t y acid com posit ion of larval red drum

  2. Efisiensi produksi rotifer kepadatan tinggi

  Sciaenops ocellatus. Journal of World Aqua-

  dengan pakan flokulasi fit oplankt on lebih culture Society, 25:424- 431. t i n g g i d i b an d i n g k an d en g an ef i si en si p r o d u k si r o t i f er secar a k o n ven si o n al Fukusho, K. & Hirayama, K. 1991. The first live sed an g k an ef i si en si p r o d u k si r o t i f er feed - Brachionus plicatilis. The Oceanic d eng an p ak an f i op l ank t on al g a i nst an Institute, Hawaii, U.S.A., 144 pp. sangat rendah.

  Fu l k s, W. & Mai n , K.L. 1 9 9 2 . Rot i f er an d microalgae culture systems. Proceeding of

  3. Untuk meningkatkan kehandalan produksi

  a U.S. – Asia Workshop. The Oceanic Insti-

  rot if er, diperluk an produk si dan panen tute of Hawaii, U.S.A, 348 pp. harian rot if er yang t idak t erput us agar dapat m enyediakan rot ifer secara t erus-

  Hino, A. & Maeda, M. 1992. Control of the bio- menerus. logical environment. In Fukusho, K. and K. Hi r ayam a (Eds.). Th e f i r st l i ve f eed -

  Brachionus plicatilis. The Oceanic Institute, p. 137- 141.

  Soetanti, E., Gafur, A., Syukri, M., & Haeruddin.

  Hirayama (Eds.). 1992. The first live feed -

  Yoshida, M. 1992. Types of large- scale cultur- i n g m et h od s. In: Fu k u sh o, K., an d K.

  Aquacultural Engineering, 3: 177- 190.

  ferent food organism s with special regard to long- chain polyunsaturated fatty acids.

  Scophthalmus maximus L. reared on dif-

  1984. Survival and growth of turbot larvae

  and microalgae culture systems. Proceed- ing of a U.S. – Asia Workshop. The Oceanic Institute of Hawaii, U.S.A., p. 89- 104. Witt, U., Quantz, G., Kuhlmann, D., & Kattner, G.

  cephalus) by m anipulating quantity and quality of the rotifer, Brachionus plicatilis. In: Fulks, W., and K. L. Main. 1991. Rotifer

  Sum iarsa, G.S. & Set yadi, I. 2009. Perbaikan t eknik produksi m asal pakan alam i unt uk mendukung perbenihan ikan laut. Laporan Hasil Penelitian BBRPBL 2009, 16 hlm. Tam aru, C. & Lee, C.- S. 1991. Im proving t he lar val r ear ing of st r ip ed m ullet (Mugil

  coioides) larvae. Hydrobiologia, 358: 301- 304.

  Freeman, New York, U.S.A. Su, H.M., Su, M.S., & Liao, I.C. 1997. Preliminary results of providing various com binations of l i ve f ood s t o g r ou p er (Epinephelus

  2009. Upaya peningkat an kult ur rot ifer densitas tinggi melalui suspensi alga sistem resirkulasi sederhana. BBAP Takalar (In press). Sokal, R.R. & Rohlf, F.J. 1981. Biom et ry. W.H.

  Lipid nut rit ion of m arine fish during early developm ent : current st at us and fut ure directions. Aquaculture, 179: 217- 229.

  Hirata, I. 1992. Large- scale culturing of high- qualit y Chlorella. In Fukusho, K. and K.

  Requirem ent s, present at ion and sources of polyunsat urat ed fat t y acids in m arine fish larval feeds. Aquaculture, 155: 117- 127. Sargent, J., McEvoy, L., Estevez, A., Bell, G., Bell, M., Henderson, R.J., & Tocher, D.R. 1999.

  trophoresis. Aquaculture, 302: 182- 194. Sargent , J., McEvoy, L.A., & Bell, J.G. 1997.

  Phaeobacter strain in the rotifer Brachionus plicatilis using denaturing gradient gel elec-

  A., & Sot elo, C.G. 2010. Monit oring of t h e b i o en cap su l at i o n o f a p r o b i o t i c

  Pintado, J., Perez- Lorenzo, M., Luna- Gonzalez,

  Brachionus plicatilis. The Oceanic Institute, p. 49- 74.

  K. Hirayam a (Eds.). The f irst live f eed-

  Kongkeo, H. 1991. An overview of live feed product ion syst em design in Thailand. In: Fulks, W., and K. L. Main. 1991. Rotifer and microalgae culture systems. Proceeding of a U.S. – Asia Workshop. The Oceanic Insti- tute of Hawaii, U.S.A, p. 175- 186. Okauchi, M. 1992. Large- scale cultivation meth- ods for microalgal feeds. In Fukusho, K. and

  Brachionus plicatilis. The Oceanic Institute p. 132- 136.

  Hirayama, K. & Ogihara, A. 1992. In Fukusho, K. and K. Hirayam a (Eds.). The first live feed-

  Brachionus plicatilis. The Oceanic Institute, p. 111- 118.

  Hi r ayam a (Eds.). Th e f i r st l i ve f eed -

  Brachionus plicatilis. The Oceanic Institute, Hawaii, U.S.A., 144 pp. J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.3 Tahun 2011: 425-432