Hubungan Inflasi Pengangguran Terhadap S

Hubungan Inflasi, Pengangguran Terhadap Sektor Kesehatan
I Gusti Ayu Evita Trisnarini - 1602561041

Inflasi dan pengangguran merupakan maslah jangka pendek dalam perekonomian
yang sulit untuk di hindari, yang dapat menyebabkan beberapa dampak buruk
yang menjadikan cerminan kondisi perekonomian di suatu negara. Inflasi dan
pengangguran merupakan salah satu indikator penting

dalam menganalisis

perekonomian sebuah negara. Dampak dari hubungan antara inflasi dan
pengangguran berkaitan dengan berbagai sektor baik ekonomi, sosial, politik, dan
juga sektor kesehatan.
Inflasi
Inflasi merupakan suatu kecenderungan meningkatnya harga – harga barang dan
jasa secara umum dan terus – menerus (Suseno dan Atiyah, 2008)..Ada dua
pengertian penting yang menjadi kunci dalam memahami inflasi yaitu : 1)
Kenaikan secara umum dan 2) Terjadi secara terus –menerus.. Menurut Boediono
(2008), inflasi merupakan sebuah proses kenaikan harga – harga umum barang
secara terus – menerus. Sedangkan menurut Sukirno (2008), inflasi didefinisikan
sebagai proses kenaikan harga yang berlaku didalam sistem perekonomian.

Teori Inflasi
Pendorong utama penyebab inflasi adalah adanya kelebihan permintaan (demand)
sehingga menyebabkan jumlah uang yang beredar di masyarakat bertambah.
Berdasarkan teori kuantitas bahwa teori inflasi terbagi menjadi dua, antara lain ;
1. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)
Inflasi yang disebabkan kenaikan permintaan agregatif yang kondisi
produksinya telah berada pada kesempatan kerja penuh (full employment).
Kenaikan permintaan agregatif mampu untuk meningkatkkan harga dan
produksi.
2. Inflasi Desakan Biaya (Cosh Push Inflation)
Pada inflasi ini, tingkat penawaran yang terjadi lebih rendah apabila
dibandingkan dengan tingkat permintaan. Hal ini disebabkan karena

kenaikan harga faktor produksi ehingga produsen terpaksa mengurangi
produksi sampai pada jumlah tertentu.
3. Inflasi Impor
Inflasi yang bersumber dari kenaikan harga barang yang diimpor. Inflasi
impor akan terealisasikan apabila barang – barang impor yang mengalami
kenaikan harga memiliki peran penting pada kegiatan pengeluaran
perusahaan – perusahaan.

Jenis – Jenis Inflasi
Menurut Khalwaty (2000), berdasarkan asal terjadinya inflasi terbagi ke dalam
dua jenis yaitu :
1. Domestic Inflation
Merupakan inflasi yang berasal dari dalam negeri atau domestik yang
dipicu oleh guncangan dari dalam negeri seperti perilaku masyarakat dan
pemerintah dlam mengeluarkan kebijakan – kebijakan.
2. Imported Inflation
Merupakan inflasi yang terjadi di dalam negeri yang disebabkan oleh
pengaruh kenaikan harga dari luar negeri terutama pada kenaikan harga
barang impor atau bahan baku industri yang belum mampu diproduksi di
dalam negeri.
Berdasarkan intensitasnya, maka inflasi terbagi menjadi dua antara lain :
1. Creeping Inflation
Merupakan inflasi yang berlangsung secara perlahan – lahan.
2. Hyper Inflation
Merupakan inflasi yang sangat berat ditimbulkan karena kenaikan
harga secara umum yang berlangsung sangat cepat.
Berdasarkan bobotnya, maka inflasi terbagi menjadi empat macam yaitu :
1. Inflasi Ringan

2. Inflasi Sedang (Moderat)

: Inflasi 100 % per tahun.

Menurut Sukirno (2009), pengangguran merupakan suatu keadaan sesjaeorang
yang dikatagorikan dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tapi belum
memerolehnya.. Sedangkan menurut Murni (2006) pengangguran merupakan
orang yang tidak memiliki pekerjaan atau penghasilan. Berdasarkan pendapat
para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengangguran merupakan suatu kondisi
apabila seseorang yang telah dikatagorikan dalam angkatan kerja, tetapi belum
memeroleh pekerjaan dan berupaya mencari pekerjaan.
Kurva Phillips : Korelasi Inflasi dan Pengangguran
Pada tahun 1958, A.W. Phillips mengemukakan Kurva Phillips. Ia menyimpulkan
bahwa adanya hubungan negatif antara presentase perubahan tingkat upah, inflasi
dan pengangguran. Berdasarkan garis Kurva Phillips ditunjukkan ‘hubungan
negatif’ melalui arah garis lengkung dari kiri atas menuju kanan bawah.
Hubungan negatif (tradeoff) antara tingkat inflasi dan tingkat upah yang tinggi
menyebabkan turunnya pengangguran. Sebaliknya, tingkat pengangguran yang
tinggi akan diikuti pula dengan penurunan tingkat upah dan inflasi.
%


Tingkat

Inflasi
Tingkat Pengangguran

Implementasi Kurva Phillips di Indonesia
Hubungan antara tingkat inflasi dan pengangguran bukan lagi sebuah trade off
melainkan berjalan searah (hubungan positif), artinya inflasi yang tinggi juga akan
disertai dengan tingkat pengangguran yang tinggi. Kurva Phillips tidak berlaku di
Indonesia karena inflasi di Indonesia tidak disebabkan oleh permintaan agregat
melainkan kenaikan harga. Teori ini disampaikan oleh Amierrudin Saliem dengan
data inflasi dan penganguran di Indonesia pada tahun 1976 - 2006 yang juga
menunjukkan hubungan positif antara inflasi dan pengangguran sehingga
perusahaan

memberlakukan

kebijakan


mengurangi

biaya

untuk

untuk

memproduksi barang atau jasa dengan cara mengurangi tenaga kerja. Akibatnya

adalah angka pengangguran yang tinggi tidak dapat dihindari dan berakibat pada
kemunduran perekonomian negara. Oleh sebab itu, inflasi sangat berkaitan dengan
tingkat pengangguran.
Inflasi dan Pengangguran Dikaitkan dengan Sektor Kesehatan
Apabila dikaitkan dengan sektor kesehatan dapat diketahui bahwa tingkat inflasi
akan memengaruhi tingkat pengangguran. Inflasi akan memicu peningkatan tarif
pelayanan kesehatan masyarakat. Hal tersebut disebabkan oleh inflasi yang
memengaruhi peningkatan harga peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan
dalam menjalankan pelayanan kesehatan di rumah sakit maupun di puskesmas
seperti alat bedah, alat suntik, alat rontgen dsb. Harga alat – alat operasional

pelayanan

yang

meningkat

tentunya

mendorong

pemerintah

untuk

memberlakukan kebijakan – kebijakan yang salah satunya merupakan peningkatan
tarif pemungutan pajak kepda pihak rumah sakit dan puskesmas.
menanggulanginya

tentunya


penyelenggara

pelayanan

kesehatan

Untuk
akan

meningkatkan pula tarif pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat.
Hal tersebut akan membuat kerugian bagi masyarakat terutama bagi masyarakat
yang memiliki penghasilan tetap. Mereka tidak akan mampu untuk menjangkau
pelayanan kesehatan tersebut sehingga akan mengurangi tingkat konsumsi dan
investasi terhadap pelayanan kesehatan. Akibatnya pula penyelenggara kesehatan
akan berusaha mengurangi pengeluaran guna menyeimbangkan penurunan
pendapatan dengan mengurangi tenaga kerja sepihak atau PHK sehingga dapat
mengurangi pengeluaran terhadap gaji tenaga kerja tersebut.
Pengangguran yang diakibatkan oleh PHK tersebut tentunya akan membuat
banyak tenaga kerja kehilangan pendapatan atau gajinya sehingga jika terus –
menerus dalam kondisi demikian akan mengalami penurunan kualitas kehidupan

karena tidak mampu memenuhi kebutuhan – kebutuhan dasarnya termasuk
kebutuhan terhadap kesehatan terlebih lagi mengingat biaya pelayanan yang
semakin meningkat semakin membuat pelayanan kesehatan tersebut tidak
terjangkau sehingga akan menurunkan tingkat kesehatan masyarakat.
Berdasarkan pembahasan keterkaitan hubungan inflasi dan pengangguran
terhadap sektor kesehatan maka dapat diambil kesimpulan bahwa terjadi

hubungan yang sangat erat dan saling memengaruhi, sebisa mungkin penurunan
inflasi harus dicarikan jalan keluar agar mampu menurunkan penangguran
sehingga masyarakat dapat menjangkau pelayanan kesehatan dengan mudah
sehingga teciptanya kesehatan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2014. Analisis Keberadaan Tradeoff Inflasi danPengangguran

(Kurva

Phillips)

di


Indonesia.

Diakses

dari

:

http://www.dpr.go.id/doksetjen/dokumen/apbn_ANALISIS_KEBERADA
AN_TRADEOFF_INFLASI_DAN_PENGANGGURAN_(KURVA_PHIL
LIPS)_DI_INDONESIA20140821142142.pdf
2. Ahmad, Irdam. 2013. Hubungan antara Inflasi dengan Tingkat
pengangguran : Pengujian dengan Data Indonesia, 1976-2006.
3. Boediono. 2006. Ekonomi Makro. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta
4. Murni, Asfia. 2006. Ekonomika Makro. Yogyakarta: Refika Aditama.
5. Suseno dan Astiyah. 2009. Inflasi. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi
Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia.
6. Khalwaty, Tajul. 2000. Inflasi dan Solusinya. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama

7. Sukirno, Sadono. 2007. Makro Ekonomi. Jakarta: Grafindo
Persada