Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkun

2. PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
DAN LINGKUNGAN
1.1 Pentingnya Pengelolaan Sumber Daya Alam
Sumber daya alam merupakan karunia dan rahmat
dari Allah SWT, yang harus dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya untuk generasi dan untuk generasi yang akan
datang. Oleh karena itu sumber daya alam ini harus
dikelola dengan baik dan tepat agar manfaat dan hasilnya
dapat diperoleh secara maksimal dan lestari.
Pertambahan penduduk serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi mempengaruhi sikap dan
pandangan manusia untuk memanfaatkan sumberdaya
alam guna memenuhi kebutuhan manusia.
Pemanfaatan sumber daya alam sering berbenturan
dengan usaha-usaha yang berkaitan dengan pemeliharaan
kualitas lingkungan hidup.
Pemanfaatan sumber daya hutan jika tidak
dilaksanakan berdasarkan kriteria-kriteria lingkungan,
potensi menimbulkan dampak terhadap kestabilan
ekosistem yang ada, dan pada gilirannya akan
menyebabkan banjir yang tidak terkendali pada musim
hujan, dan kekeringan pada musim kemarau. Usaha

penambangan juga potensial menimbulkan dampak
terhadap lingkungan, demikian pula halnya dengan usahausaha pemanfaatan sumber daya lainnya.
Terjadinya kerusakan pantai akibat dari proyek
reklamasi di Teluk Lampung atau penimbunan pantai yang
akan digunakan sebagai daerah pariwisata oleh
pemerintah daerah tingkat II Lampung pengerukan mulai
dilakukan pada tahun 1985 oleh pengusaha swasta yang

tidak melengkapi kegiatannya dengan studi AMDAL
Penimbunan dilakukan dengan pemotongan sebuah bukit,
sementara lokasi penimbunan merupakan daerah
pemukiman nelayan.
Demikian halnya dengan benturan kepentingan
antara hutan lindung Dumoga Bone dengan kawasan
penambangan emas masyarakat tradisional, hingga
sekarang masih berlanjut di Sulawesi Utara. Begitu pula
benturan kepentingan antara masyarakat tradisional
penambang emas di Kalimantan Tengah dengan PT.
Ampalit yang memperoleh presidium WALHI di
Kalimantan dengan Yayasan Lestari di Kalimantan

Tengah. Munculnya lahan-lahan kritis di Sulawesi Tengah
akibat dari pemegang Hak Pengusaha Hutan (HPH) yang
menghabiskan kawasan hutan di Sulawesi Tengah.
Dengan tidak melakukan penanaman kembali, maka
akibatnya kawasan hutan di Sulawesi Tengah saat
sekarang mendekati habis (terutama yang ada disekitar
kota Palu yaitu perbukitan yang diapit Teluk Palu).
Hilangnya kawasan ini tidak berarti hanya berkurangnya
pohin-pohonan kayu hutan, melainkan juga hilangnya
berbagai kehidupan (Biota) dan keanekaragaman hayati.
Peladang berpindah oleh masyarakat petani
tradisional masih berlangsung terutama di daerah
pedalaman, sehingga dari aktivitas berpindah ini sering
dijadikan kambing hitam.
Kasus ini masih sering muncul di Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi hingga Irian Jaya, umumnya
perladangan berpindah terjadi karena terbatasnya unsur

hara tanah dan desakan tuntutan kehidupan akibat
pergolakan ekonomi.

Walaupun demikian, usaha pemanfaatan sumber
daya alam tidak harus dipandang sebagai sesuatu yang
bertentangan dengan pelestarian lingkungan hidup.
Pemanfaatan Sumber daya alam, mutlak dilakukan untuk
menjamin kesinambungan pembangunan, tetapi dilakukan
dengan tanpa mengganggu keseimbangan dan kelestarian
lingkungan.
Pemanfaatan sumber daya alam oleh manusia,
dengan dapat menimbulkan perubahan-perubahan dalam
ekosistem. Sehingga mempengaruhi pula sumber daya
lain beserta lingkungannya, yang akibatnya akan
dirasakan sendiri oleh manusia. Hal ini akan langsung
mempengaruhi
kesejahteraan
masyarakat,
seperti
merosotnya kesehatan (erosi, dan banjir yang merusak
tanaman pertanian, dan lain-lain) menimbulkan dampak
sosial (pemindahan penduduk karena ada proyek) dan
akibat-akibat lainnya yang merusak kualitas lingkungan

hidup. Adapula yang tidak langsung dirasakan, yaitu
kerusakan pada ekosistem alam, berupa merosotnya
produktivitas dan diversitas jenis, serta akselerasi proses
erosi yang disebabkan oleh pemanfaatan sumber daya
alam.
Masalah lingkungan hidup yang pengaruhnya
langsung, nampak jelas dan dapat dirasakan oleh
masyarakat, tentu saja lebih banyak mendapat perhatian.
Tetapi sesungguhnya masalah yang tidak langsung itu,
dalam jangka waktu yang panjang akan lebih
mengkhawatirkan, karena ibarat penyakit, yang kronis,

simptomnya tidak jelas sampai akhirnya sudah terlambat
untuk diobati. Oleh karena itu masalah lingkungan hidup
berupa menurunnya produktivitas dan diversitas sumber
daya alam harus mendapat perhatian yang sama. Maka
kebijaksanaan pendayagunaan alam dalam program
pembangunan harus bersifat menyeluruh.
Pengelolaan yang dilakukan secara terpisah oleh
masing-masing sektor, tanpa landasan pendekatan inter

disipliner atau
integrasi, seringkali menyebabkan
bentrokan kepentingan antara satu sektor dengan sektor
lainnya. Misalnya antara satu sektor kehutanan dengan
sektor pertanian, atau antara sektor kehutanan dengan
sektor peternakan. Jelaslah bahwa sumber daya alam perlu
dikelola sebaik-baiknya dengan pemikiran yang luas,
metoda yang tepat dan organisasi perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan yang ketat. Dengan
demikian pendayagunaan sumber daya alam tidak
menimbulkan II permasalahan bagi lingkungan, dan dapat
menjamin kelestarian sumber daya alam untuk generasi
sekarang dan untuk generasi yang akan datang.
Disamping itu sumber daya alam yang belum
dimanfaatkan dijaga agar tidak mengalami kerusakan dan
sumber daya genetik nabati dan hewani tidak mengalami
kepunahan, serta mencari alternatif mensubtitusi sumber
daya yang dapat mnanggulangi masalah kelangkaan dan
sumber daya alam.
1.2 Tujuan Pengelolaan Sumber Daya Alam

Pengelolaan sumber daya alam dimaksudkan untuk
menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem dalam
pendayagunaan sumber daya alam guna memenuhi

kebutuhan dan keinginan manusia serta menekan
kemungkinan timbulnya dampak negatif akibat
pengolahan dan pemanfaatan sumber daya alam
seminimal mungkin. Dengan demikian sumber daya alam
dapat dimanfaatkan secara optimal dan lestari.
Menjaga sumber daya alam yang belum
dimanfaatkan agar tidak mengalami kerusakan dan
sumber daya nabati dan hewani terhindar dan kepunahan.
Untuk sumber daya alam yang tidak terpulihkan
pendayagunaannya disesuaikan dengan kebutuhan,
sehingga dapat dimanfaatkan untuk jangka waktu yang
panjang dan tidak menyebabkan pencemaran dan
kerusakan bagi lingkungan hidup, mengingat keterbatasan
jumlah dan kualitas sumberdaya alam tersebut serta
mencari alternatif pengganti guna menanggulangi
kelangkaan sumber daya alam.

Dengan demikian, maka sumber daya alam dapat
dimanfaatkan seoptimal mungkin dan berkesinambungan
baik untuk generasi sekarang maupun untuk generasi yang
akan datang, baik yang hasilnya langsung maupun tidak
langsung bermanfaat bagi manusia, serta menghindari
penggunaan teknologi yang dapat merusak sumber daya
alam dan memberikan tekanan yang berat kepada daya
dukung lingkungan.
1.3 Masalah Sumber Daya Alam
Pengelolaan sumber daya alam perlu dilakukan
karena adanya masalah sumberdaya alam berikut ini :
1. Penurunan produktivitas lahan dan hutan
Sumber daya alam tanah dan hutan yang
dimanfaatkan dalam pembangunan sebenarnya

merupakan sumber daya alam yang dapat pulih,
apabila kemampuannya untuk memperbaharui diri
tidak dilampaui oleh pemanfaatannya. Pemanfaatan
yang berlebihan akan menimbulkan kemerosotan
produktivitas tanah dan hutan yang umumnya terjadi

karena usaha pertanian, tanah kering yang kurang
memperhatikan konservasi tanah, perusahan hutan
oleh peladangan dan pembalakan yang berlebihan,
menciutnya tanah pertanian yang subur karena
perluasan pemukiman, dan kurang berhasilnya upaya
rehabilitasi tanah dan hutan yang rusak.
Di Jawa, penurunan produktivitas tanah kering masih
terus terjadi yang disebabkan oleh terjadinya erosi
lapisan subur dan tanah kering. Sedangkan di luar
pulau Jawa, terjadi pembentukan tanah kritis karena
usaha tani kering yang kurang memperhatikan
pemeliharaan kesuburan tanah.
Khusus di luar Jawa, penyebab meluasnya tanah kritis
adalah penguasaan tanah yang tidak jelas dan
peladangan berpindah yang semakin pendek
putarannya.
Masalah utama yang dihadapi dalam upaya
pembinaan peladang berpindah tersebut adalah
terpencarnya lokasi, tempat tinggalnya, tidak adanya
sarana komunikasi yang memadai diwilayah

pemukiman mereka, dan keadaan sosial ekonomi dan
budaya yang berkaitan dengan sistem berpindah
dalam pola pertanian mereka.
Hutan ala tropika yang luas terdapat di luar pulau
Jawa mengalami penurunan produktivitas yang cukup

besar. Kerusakan hutan alam disebabkan berbagai
hal, seperti peladangan berpindah, pemanfaatan hutan
yang kurang teratur, konversi hutan untuk kegiatan
pertanian dan pembangunan prasarana, kebakaran.
2. Pencemaran lingkungan hidup
Salah satu akibat sampingan dan kegiatan
pembangunan di berbagai sektor dan daerah adalah
dihasilkannya limbah yang semakin banyak, baik
jumlah maupun jenisnya. Limbah tersebut telah
menimbulkan pencemaran yang merusak fungsi
lingkungan hidup, terutama di daerah yang padat
penduduk. Di beberapa daerah tingkat pencemaran
limbah rumah tangga, pestisida, logam berat dan lainlain semakin nyata. Sungai-sungai yang melewati
kota-kota besar pada umumnya telah tercemar berat.

Disamping itu, pembangunan yang pesat juga telah
menimbulkan dampak yang kurang menguntungkan
bagi mutu lingkungan sosial.
Di Jawa, dimana persediaan air permukaan semakin
sedikit, telah terjadi pencemaran yang cukup berat
yang disebabkan oleh limbah industri dan limbah
rumah tangga. Mutu air yang rendah ini akan
meningkatkan biaya kesehatan bagi masyarakat dan
meningkatkan biaya pengolahan air baku untuk
keperluan industri dan air minimum.
Masalah utama di daerah perkotaan dan industri
adalah masalah limbah kota dan limbah industri serta
kera lingkungan sosial. Bahan beracun dan berbahaya
yang dihasilkan sebagai limbah oleh kegiatankegiatan industri makin bertambah, baik yang berupa

limbah padat, limbah cair maupun limbah gas.
Penangulangan masalah ini masih menghadapi
kesukaran, terutama dalam hal pengumpulan, tempat
pembuatan yang aman, pemanfaatan limbah tersebut,
dan peningkatan peran masyarakat dalam upaya

penanggulangan limbah rumah tangga. Disamping itu
kepadatan
kendaraan
bermotor
dikota-kota
merupakan sumber pencemaran udara yang makin
meningkat
dengan
akibat
yang
kurang
menguntungkan bagi kesehatan masyarakat.
3. Sumber daya alam dan lingkungan perairan laut
Sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dan lautan
yang memberikan kehidupan bagi jutaan manusia di
sektor pertambangan, perikanan, perhubungan, dan
pariwisata. Tetapi kemampuan sumber daya lautan
untuk menyediakan sumber alam dan fungsi
lingkungan hidup mulai terancam oleh perusakan
karang dan hutan bakau, pencemaran dan
pemanfaatan yang berlebihan. Disamping itu sistem
pengolahan lautan Indonesia masih belum terbentuk
dengan sempurna sehingga pemeliharaan kelestarian
sumber daya alam dan lingkungan hidup pesisir dan
lautan masih belum efektif. Bagian yang paling
rawan dan wilayah lautan ini adalah perairan
teritorial, yang merupakan tempat terumbu karang,
padang rumput laut dan hutan bakau. Kerawanan ini
disebabkan tingkat pemanfaatan hutan bakau yang
berkelebihan serta pengalihgunaan untuk pengluasan

pemukiman, industri, pertanian telah merusak
kawasan hutan bakau tersebut.
Daerah pantai sekitar kota besar dan daerah industri
masih terus mengalami pencemaran yang semakin
meningkat, yang disebabkan limbah kota industri.
Pencemaran minyak di laut biasanya berasal dari
kebocoran angkutan kapal tangker, maupun dan
buangan minyak bekas dan berbagai sumber.
Meskipun pencemaran tersebut belum melampaui
ukuran
kritis,
tetapi
telah
menunjukkan
kecenderungan yang semakin meningkat.
Pelestarian sumber daya alam lautan telah diusahakan
dengan pengaturan jumlah kapal penangkap ikan,
pembatas dalam jumlah tangkapan, pelarangan
terhadap bahan peledak dan racun, dan bahkan
dengan penetapan daerah suaka alam lautan.
Meskipun demikian pelaksanaan langkah-langkah
kebijaksanaan pelestarian tersebut dilapangan masih
perlu lebih ditingkatkan lagi.
4. Tata guna sumber daya alam lingkungan
Keseimbangan alokasi sumber daya alam diberbagai
daerah dan berbagai sektor amat penting untuk
keseimbangan pertumbuhan ekonomi antar sektor
dan antar daerah, serta kelestarian lingkungan hidup.
Alokasi sumber daya alam secara regional pada
umumnya tergambar pada pola tata guna ruang dan
tata guna tanah. Keseimbangan antara luas hutan
produksi, hutan lindung. Suaka alam dan kawasan
budidaya diarahkan kepada keseimbangan antara
pembangunan dengan kelestarian lingkungan hidup

dalam hubungan itu, luas dan mutu kawasan hutan,
tanah pertanian dan tanah pemukiman perlu
diserasikan dan dituangkan kedalam pola tata ruang
yang tepat. Dengan demikian kerusakan-kerusakan
fungsi hutan dan tanah serta lingkungan hidup dapat
dikurangi.
Pertumbuhan industri perkayuan yang besar selama
ini memelukan peningkatan produksi kayu bulat dan
areal hutan produksi. Dilain pihak hutan produksi
yang masih utuh terus menurun baik luasnya maupun
produktivitasnya karena kerusakan. Kerusakan
tersebut diseabkan oleh beragai hal seperti konversi,
perladagan dan pembalakan yang berkelebihan. Satu
sebab yang menimbulkan masalah ini adalah
ketidakpastian mengenai kawasan dilapangan, karena
tidak adanya batas-batas yang jelas akibat belum
lengkapnya tata guna hutan dan tata guna ruang.
Kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup
juga terjadi terhadap areal persawahan yang subur,
suaka alam dan daerah resapan air, karena belum
adanya tata ruang yang jelas dan kurangnya
pengendalian terhadap penggunaan tata ruang.
Permasalahan tumpang tindihnya pembangunan
diberbagai wilayah merupakan akibat dan belum
berfungsinya sistem guna sumber daya alam dan
lingkungan hidup.
5. Pelestarian sumber daya alam
Ekosistem mempunyai peranan yang sangat penting
sebagai pendukung perikehidupan. Kerusakan
ekosistem akan menimbulkan masalah yang

mendasar para perikehidupan manusia. Tetapi
pengetahuan masyarakat tentang fungsi dan manfaat
ekossitem tersebut yang belum cukup baik, sehingga
dalam kegiatannya sehari-hari masyarakat sering
menimbulkan kerusakan pada ekosistem. Masalah
kerusakan ekosistem yang menjadi perhatian utama
adalah DAS (Daerah Aliran Sungai) suaka alam,
hutan lindung dan kelestarian plasmanutfah.
Perusakan dari hutan lindung di daerah-daerah yang
intensitas pembangunannya tinggi masih terus terjadi,
misalnya di Lampung, Sumatera Barat, Sumatera
Utara, Aceh dan Kalimantan. Padahal hutan alam
tropika merupaka gudang plasmanutfah terbesar di
dunia dan mempunyai nilai yang amat tinggi bagi
kepentingan bangsa di masa depan. Plasmanutfah
tidak hanya terdapat didalam kawasan hutan suaka,
tetapi terdapat pula didaerah pedesaan, dihutan-hutan
rawa, didaerah savana dan dilautan. Masih belum
diketahui dengan jelas berapa banyak jenis
plasmanutfah tersebut yang terdapat diluar kawasan
hutan suaka alam, dan pelestarian masih kurang
memadai.
Pelestarian
alam
berkaitan
pula
dengan
pengembangan fungsi ekosistem yang memberi
dukungan
bahan
dan
perlindungan
bagi
perikehidupan. Daerah-daerah resapan hutan juga
memerlukan perlindungan yang baik, karena
pengelolaan yang tepat atas daerah seperti ini akan
mempunyai pengaruh yang baik terhadap sediaan air
bagi pembangunan.

6. Mengelola sumber daya alam secara bijaksana
dalam pembangunan berkelanjutan
Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
dijelaskan, bahwa arah pembangunan jangka panjang
dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh
masyarakat Indonesia. Hal ini berarti bahwa
pembangunan itu :
1. Mengejar kemajuan lahiriah, seperti pangan,
sandang,
perumahan,
kesehatan
dan
sebagaimana.
2. Mengejar
kepuasan
batiniah,
seperti
pendidikan, rasa aman bebas mengeluarkan
pendapat yang bertanggung jawab, keadilan dan
sebagainya.
3. Mengejar
keselarasan,
keserasian
dan
keseimbangan keduanya.
4. Bahwa pembangunan merata diseluruh tanah air
untuk seluruh masyarakat bukan hanya untuk
sesuatu golongan atau sebagian masyarakat.
5. Harus
benar-benar
dirasakan
seluruh
masyarakat sebagai perbaikan tingkat hidup
berkeadilan sosial.
Arah pembangunan jangka panjang ialah membangun
masyarakat maju, adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan ini mencakup terbinanya manusia dan
masyarakat Indonesia yang menjalin hubungan
keselarasan antara manusia dengan Tuhannya, antara
manusia dengan masyarakat, antara manusia dengan
lingkungan alam, keselarasan huungan antara bangsa.

Untuk mencapai sasaran pembangunan jangka
panjang ini maka proses pembangunan dilaksanakan
secara bertahap. Setiap tahap pembangunan adalah :
1. Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
seluruh rakyat, serta
2. Meletakkan landasan yang kuat untuk
pembangunan tahap berikutnya.
Titik berat pembangunan jangka panjang adalah
pembangunan bidang ekonomi dengan sasaran utama
mencapai keseimbangan antara bidang pertanian dan
bidang industri, serta terpenuhinya kebutuhan pokok
rakyat. Pembangunan jangka panjang ini harus
mampu membawa perubahan-perubahan fundamental
dalam struktur ekonomi Indonesia sehingga produksi
nasional yang berasal dan sektor-sektor diluar
pertanian akan merupakan bagian besar dan industri
menjadi tulang punggung ekonomi menampung
penduduk yang hidup diluar sektor pertanian.
Komposisi eksport berubah dan eksport bahan
mentah menjadi eksport bahan yang sudah diolah dan
barang-barang jadi.
Dalam pelaksanaan pembangunan jangka panjang ini,
sumberdaya alam harus digunakan secara rasional.
Penggalian sumberdaya alam harus diusahakan agar
tidak merusak tata lingkungan hidup manusia,
dilaksanakan dengan kebijaksanaan menyeluruh
dengan memperhitungkan kebutuhan yang akan
datang. Yang menonjol dalam kerangka acuan GBHN
ialah pengakuan bahwa pembangunan bersifat jangka
panjang, bahwa cita-cita mencapai masyarakat maju,

adil dan makmur berdasarkan pancasila hanya dapat
dicapai dengan usaha pembangunan jangka panjang,
dengan memperhatikan keseimbangan dan keserasian
lingkungan serta kelestarian sumber daya alam dan
lingkungan hidup.
Tersimpul dalam cita-cita masyarakat maju, adil dan
makmur berdasarkan pancasila ini ciri-ciri
“Keselarasan hubungan” manusia dengan masyarakat
dan manusia dengan lingkungan alam. Maka menjadi
cita-cita bangsa kita agar pembangunan jangka
panjang Indonesia membawa kita ke tingkat
pembentukan manusia dan masyarakat yang hidup
dalam hubungan keselarasan lingkungan hidup.
Manusia menjadi bagian dan lingkungan hidup, ia
mengakui hubungan timbal balik antara manusia
dengan lingkungan sosial dan lingkungan alam
sekitarnya, menyadari hubungan timbal balik ini
maka sifat, karakter, wajah dan ciri-ciri manusia
Indonesia yang kita cita-citakan ialah yang tidak
merusak
lingkungan,
bahkan
sebaliknya
meningkatkan kualitas lingkungan hidupnya sebagai
manifestasi dan keinginan mencapai kualitas hidup
yang lebih berketuhanan dan manusiawi. Posisi
lingkungan hidup tidak hanya tercakup dalam tujuan
pembangunan jangka panjang, tetapi juga dalam
melaksanakan pembangunan. Pembangunan jangka
panjang ditempuh secara bertahap. Dan dalam setiap
tahap secara eksplisit dinyatakan “meletakkan
landasan yang kuat untuk pembangunan tahap
berikutnya”. Landasan yang kuat dicapai dengan

perombakan struktur ekonomi Indonesia yang
mengandung
perubahan
dalam
mengelola
sumberdaya alam yang diolah berupa bahan mentah,
lambat laun ini berubah menjadi pengolahan bahan
mentah menjadi bahan baku menuju pengolahannya
menjadi bahan jadi.
Proses perubahan ini dilaksanakan dengan kesadaran
sepenuhnya bahwa sumber-sumber daya alam harus
digunakan secara rasional. Sumberdaya alam yang
mengalami perubahan harus menopang proses
pembangunan jangka panjang. Implikasi ini ialah
bahwa pengolahan sumber daya alam tidak boleh
mengakibatkan musnahnya sumberdaya alam,
rusaknya lingkungan dan semakin miskinnya
lingkungan. Tetapi sebaliknya sumber daya alam
harus dipelihara kelestariannya dan pembangunan
disertai proses mengembangkan lingkungan, lebih
memperkaya lingkungan, supaya disatu pihak
menunjang pembangunan jangka panjang, dan
dipihak lain turut menyumbang bagi terbinanya citacita pembangunan jangka panjang.
Ciri-ciri yang menonjol dalam proses pembangunan
jangka panjang ialah perombakan struktural yang
bakal berlangsung dalam ekonomi Indonesia, ini
berarti bahwa yang pertama-tama mengalami
perubahan secara berarti ialah sumberdaya alam
bahan mentah pertambangan seperti bahan kapur,
limestne, batu bara, bahan galian pertambangan,
minyak bumi dan yang serupa.

Sumberdaya alam ini umumnya berada dibawah
permukaan tanah. Letaknya menetap pada lokasi
tertentu, sehingga pengolahannya mengikuti letak
sumberdaya alam. Apabila bahan mentahnya dibawah
permukaan laut, maka dikembangkanlah pola
pengolahan “lepas pantai”. Industri yang mengelola
sumberdaya alam bahan mentah seperti ini ditentukan
oleh lokasi sebagai “industri berpangkalan pada
lokasi sumberdaya alam”.
Karena lokasi sumberdaya alam menetap diperut
bumi, maka pengolahannya bersifat terikat dan
kekenyalan (fleksibilitas) mengolahnya ditempat lain
terbatas. Bersamaan ini timbul pula dampak
pengolahannya kepada lingkungan, tidak hanya
terbatas ditempat pengolahan tetapi juga dibawah
oleh air, limbah dan udara ketempat-tempat lain.
Intensitas pengolahan berikut kadar dampak kepada
lingkungan sangat dipengaruhi oleh teknologi yang
digunakan. Maka pilihan teknologi yang kurang
merusak lingkungan menjadi sangat penting dalam
usaha pengolahan sumberdaya alam tanpa kerusakan
lingkungan. Karena produk yang dihasilkan adalah
bahan mentah, sehingga tidak bisa dikonsumsikan
secara langsung, maka efektivitas pengolahan nya
terutama ditentukan oleh pasaran pemakai bahan
mentah ini.
Ini berarti bahwa pelestarian sumberdaya alam yang
tidak dapat diperbaharui seperti sifat kebanyakan
sumber bahan mentah dipertambangan, didalam perut

bumi merupakan usaha “menabung sumber daya
alam” untuk keperluan generasi yang akan datang.
Karena itu pengelolaan sumber daya alam bahan
mentah diperut bumi harus memperhitungkan segi
teknologi dan perkembangan keangkaan penyediaan
bahan mentah ini dalam pasaran dunia, disamping
mengusahakan pengolahan sumberdaya alam ini
dengan dampak kerusakan lingkungan sekecil
mungkin.
Sumberdaya alam kedua yang mengalami perubahan
dalam pembangunan terletak diatas tanah dan “hutan”
menempati, kedudukan penting sebagai sumber daya
alam yang bisa diperbaharui. Hutan melaksanakan
berbagai fungsi, sebagai sumber penyimpan dan
pengatur, air, sumber plasmanuftahan dan binatang,
penabung cadangan tanah, sumber energi sumber
bahan produksi dan kebutuhan manusia dan lainnya.
Dalam melaksanakan berbagai fungsi ini posisi hutan
sebagai sumber plasmanutfahan dan binatang,
penabung cadangan tanah, sumber energi sumber
bahan produksi dan kebutuhan manusia dan lainnya.
Dalam melaksanakan berbagai fungsi ini posisi hutan
sebagai sumber plasmanutfah adalah yang paling
baku tidak kenyal (infleksible). Plasmanutfah hanya
bisa tumbuh dalam lingkungan alamiah yang tidak
diusir tangan manusia. Karena itu kelestarian hutan
bagi keperlan pengembang plasmanutfah sangatlah
perlu.
Namun kegunaan plasmanutfah tidak sepenuhnya
diketahui manusia. Ketidaktahuan dan masih
terbatasnya jangkauan ilmu pengetahuan menembus

rahasia alam, menyebabkan orang memperlakukan
pelestarian
lingkungan
untuk
pengembang
plasmanutfah sebagai barah mewah. Maka dengan
semangat
serupa
inilah
orang
banyak
mempertanyakan mengapa hutan merubetiri harus
dilestarikan “hanya” untuk lima ekor harimau Jawa,
mengapa tidak dimanfaatkan untuk keperluan
kesejahteraan manusia. Begitu pula dengan perasaan
rugi orang melihat ratusan ribu hektar hutan ditanah
air disisihkan sebagai hutan pelindungan dan
pelestarian alam, untuk melindungi plasmanutfah
yang belum diketahui kegunaannya bagi manusia
mengapa Babi, Rusa, Anoa, Burung Maleo, Burung
Cendrawasih, Gajah, Badak, Orang Utan dan lainlain binatang langka dilindungi dan tidak
dimanfaatkan bagi keperluan peningkatan pendapatan
manusia.
Masih banyak rahasia alam tidak diketahui manusia.
Namun ketidaktahuan ini bukanlah alasan untuk
memburu, membunuh atau memusnahkan tumbuhan
dan binatang langka. Allah SWT menciptakan isi
alam tanpa sia-sia, tiap ciptaanNya punya fungsi,
punya arti dan makna bagi kehidupan sungguh pun
kita belum menyadarinya. Karena itu sudah
selayaknya kita melestarikan ciptaanNya. Untuk ini
diperlukan kawasan hutan perlindungan dan
pelestarian alam, tempat berkembangnya ekosistem
yang khas unit untuk tempat pemukiman (habitat)
binatang dan tumbuhan yang langka.

Sumberdaya alam ketiga yang penting bagi
pembangunan ialah hutan lindung. Kegunaan hutan
lindung lebih mudah dipahami dibandingkan dengan
kegunaan hutan pelestarian alam. Peranan hutan
lindung diketahui sebagai penyerap hujan,
penyelamat air, pembersih udara, pengatur iklim,
pemeliharaan humus lapisan atas dan seterusnya.
Karena itu pelestarian hutan lindung bisa lebih
mudah dipahami oleh orang awam. Tetapi sebagai
hutan lingung yang kekenyalan penggunaannya
terbatas, maka kawasan hutan lindung ini praktis
tidak dapat diolah, sehingga dalam jangka pendek
manfaat langsungnya tidak terasa dan relevansinya
adalah terutama untuk jangka panjang.
Apabila jumlah penduduk semakin meningkat dan
tekanan kepada lahan semakin besar, maka hutan
lindung memperoleh desakan penduduk yang
semakin berat pula untuk penyelamatan hutan
lingung ini perlu dibangun “wilayah penyangga”
(Buffer Zone) disekitar kawasan hutan ini, untuk
menampung kebuuthan penduduk yang kian
mendesakkan dirinya terhadap hutan dan sekaligus
melibatkan penduduk secara langsung dalam ikhtiar
pelestarian hutan lindung.
Sumberdaya alam keempat yang mengalami
perubahan dalam proses pembangunan ialah hutan
produksi, yakni kawasan hutan yang secara sadar
diolah untuk peningkatan pendapatan penduduk.
Hutan produksi dapat dibagi kedalam (1) hutan yang
tidak dikonversi dan (2) hutan yang dikonversi.

Untuk hutan yang tidak dikonversi, ciri-ciri pokok
kawasan hutan tetap terpelihara. Pengolahan hutan ini
perlu mengindahkan prinsip-prinsip kelestariannya.
Maka pola Tebang Pilh Indonesia (TPI)
dikembangkan agar hutan dikelola seefektif mungkin,
sehingga keutuhan hutannya terpelihara.
Usaha memelihara anakan pohon secara sadar
diikhtiarkan supaya kualitas
hutan terpelihara,
berkaitan dengan kelestarian hutan, maka investasi
industri processing kayu tidak boleh melebihi jumlah
penyediaan hutan produksi. Untuk hutan yang
dikonversi, maka karakter hutan praktis hilang
diganti oleh perkebunan, pertanian tanaman pangan,
kebun, peternakan ataupun areal perikanan. Dengan
hilangnya karakter hutan perlu diperhitungkan
dampak konversi ini kepada lingkungan. Hanya
kawasan hutan yang dampak konversinya relatif kecil
terhadap lingkungan yang dapat dipertimbangkan
untuk dirubah. Dan perubahannya sebagai wilayah
perkebunan, tanaman pangan peternakan, perikanan,
yang serupa dengannya sekaligus juga mengubah
ekosistem dan habitat lingkungan. Dalam keadaan
seperti ini manfaat jangka pendek, lebih mononjol,
sedangkan manfaat jangka panjang sudah tidak
tercapai lagi.

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24