Pengaruh Corporate Governance, Kebijakan Dividen Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia perekonomian memang terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Beberapa dasawarsa terakhir perekonomian menunjukkan adanya suatu perubahan. Perjalanan ekonomi memang tidak selamanya mengalami keadaan yang stabil. Ada kalanya di saat perekonomian mengalami perubahan yang lebih baik ataupun perubahan yang menunjuk pada suatu keadaan krisis. Pertengahan tahun 1997 Asia mengalami suatu keadaan krisis keuangan. Berbagai kegiatan ekonomi bisa menjadi alasan mengapa keadaan krisis dapat terjadi.

  Terdapat beberapa hal yang mengemukakan tujuan dari berdirinya sebuah perusahaan. Tujuan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan maksimal. Tujuan yang kedua adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham. Tujuan perusahaan yang ketiga adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga saham. Ketiga tujuan perusahaan tersebut sebenarnya secara substansial tidak banyak berbeda.

  Hanya saja penekanan yang ingin dicapai oleh masing-masing perusahaan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya (Harjito dan Martono, 2005).

  Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham meningkat. Semakin tinggi harga saham sebuah perusahaan, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham.

  Firm value (nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena

  merupakan indikator bagi pasar untuk menilai perusahaan secara keseluruhan (Nurlela dan Ishaluddin, 2008).

  Salah satu penyebab krisis adalah dengan terjadinya kegagalan korporat dalam menjalankan tugas sebagai tonggak perekonomian. Dengan kegagalan ini menyebabkan adanya perhatian yang semakin mendalam mengenai

  Corporate Governance . Corporate Governance dapat dimaksudkan sebagai

  sekumpulan mekanisme yang diperlukan untuk menciptakan nilai tambah bagi perusahaan bisa pula diartikan sebagai perilaku perusahaan yang diukur melalui kinerja perusahaan (Sayidah dan Diyah Pujiati, 2008).

  Penerapan corporate governance bagi perusahaan dapat dipilah menjadi dua karakteristik, yaitu perusahaan dengan penerapan corporate governance yang baik dan perusahaan dengan penerapan corporate governance yang buruk. Penentuan tersebut dapat terlihat dari data pemeringkatan Corporate

  (CGPI). Corporate Governance Perception

  Governance Perception Index Index (CGPI) merupakan program riset dan pemeringkatan penerapan Good Corporate Governance pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. CGPI

  diselenggarakan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) sebagai lembaga swadaya masyarakat independen bekerjasama dengan Majalah SWA sebagai mitra media publikasi. yang baik oleh perusahaan diharapkan mampu

  Corporate Governance

  menciptakan nilai perusahaan yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan dengan Corporate Governance buruk, hal ini dapat ditunjukkan dari laporan keuangan yang perusahaan terbitkan. Laporan keuangan yang baik mampu menyediakan segala informasi yang dibutuhkan oleh pemangku kepentingan dan menciptakan kepercayaan dari investor untuk menanamkan modal mereka di perusahaan dengan begitu modal perusahaan mampu terpenuhi dan operasi perusahaan terus berjalan.

  Dengan meningkatnya perhatian terhadap penerapan Corporate

  Governance menjadikan meningkat pula perhatian terhadap Laporan

  Keuangan sebagai penggambaran hasil dari keberhasilan penerapan

  Corporate Governance. Untuk terus meningkatkan kesejahteraan pemilik

  perusahaan dengan cara meningkatkan nilai perusahaan merupakan tujuan perusahaan. Nilai perusahaan yang sudah go public di pasar modal tercermin dalam harga saham perusahaan sedangkan pengertian nilai perusahaan yang belum go public nilainya terealisasi apabila perusahaan akan dijual (Margaretha, 2004).

  Memaksimalkan nilai perusahaan dalam prosesnya akan muncul konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham (pemilik perusahaan) yang sering disebut agency problem. Dalam hal ini pihak manajemen yaitu manajer perusahaan mempunyai tujuan dan kepentingan lain yang bertentangan dengan tujuan utama perusahaan dan sering mengabaikan kepentingan pemegang saham. Adanya perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa disebut

  agency conflict , hal tersebut terjadi karena manajer mengutamakan

  kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi dari manajer karena apa yang dilakukan manajer tersebut akan menambah biaya bagi perusahaan sehingga menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan dan berpengaruh terhadap harga saham sehingga menurunkan nilai perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976).

  Berdasarkan teori keagenan, permasalahan tersebut dapat diatasi dengan adanya Good Corporate Governance. Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen, sehingga dapat menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba yang berkualitas (Boediono, 2005). Corporate governance yang mengandung lima unsur penting, yaitu transparency, accountability, responsibility, independency dan

  fairness , diharapkan dapat menjadi suatu jalan dalam mengurangi konflik keagenan serta nilai perusahaan akan dapat dinilai dengan baik oleh investor.

  

Corporate governance merupakan salah satu elemen kunci dalam

  meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham, dan

  stakeholders lain. Corporate governance dapat menciptakan nilai tambah

  bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholder). Nilai tambah yang dimaksud adalah perlindungan efektif terhadap investor dalam memperoleh kembali investasinya dengan wajar dan bernilai tinggi.

  Kebutuhan corporate governance timbul berkaitan dengan principal

  agency theory . Implementasi dari corporate governance diharapkan bermanfaat untuk menambah dan memaksimalkan nilai perusahaan.

  Corporate governance diharapkan mampu mengusahakan keseimbangan

  antara berbagai kepentingan yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan secara menyeluruh.

  Nilai perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan membayar dividen. Dividen adalah proporsi laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya (Sunariyah, 2004). Ada saatnya dividen tersebut tidak dibagikan oleh perusahaan karena perusahaan merasa perlu untuk menginvestasikan kembali laba yang diperolehnya. Besarnya dividen tersebut dapat mempengaruhi harga saham. Apabila dividen yang dibayar tinggi, maka harga saham cenderung tinggi sehingga nilai perusahaan juga tinggi dan jika dividen dibayarkan kepada pemegang saham kecil maka harga saham perusahaan yang membagikannya tersebut juga rendah. Kemampuan sebuah perusahaan membayar dividen erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba. Jika perusahaan memperoleh laba yang tinggi, maka kemampuan perusahaan akan membayarkan dividen juga tinggi. Dengan dividen yang besar akan meningkatkan nilai perusahaan (Harjito dan Martono, 2005).

  Dalam menentukan saham yang akan dibeli atau dijual, investor akan mempertimbangkan informasi yang tersedia. Informasi tersebut berguna dalam menentukan tingkat keuntungan beserta risiko saham yang akan dijual atau dibeli. Salah satu informasi yang dapat diperoleh seorang investor adalah pengumuman pembayaran dividen. Pengumuman tersebut di dalam pasar modal tertera nama saham, tanggal pengumuman, jumlah dividen yang dibagikan serta jenis dividen. Menurut Mullins (1983) pengumuman pembayaran dividen merupakan sumber informasi dan menyebabkan reaksi pasar kuat dan positif. Informasi atas dividen menghipotesiskan bahwa para manager menggunakan pengumuman dividen untuk memberi sinyal perubahan dalam pengharapannya tentang prospek perusahaan yang akan datang (Aharony dan Swary, 1980).

  Kebijakan dividen sangat penting karena mempengaruhi kesempatan investasi perusahaan, harga saham, struktur finansial, arus pendanaan dan posisi likuiditas. Dengan perkataan lain, kebijakan dividen menyediakan informasi mengenai performa (performance) perusahaan. Masing-masing perusahaan menetapkan kebijakan dividen yang berbeda-beda, karena kebijakan dividen berpengaruh dalam membayar dividen kepada para pemegang sahamnya, maka perusahaan mungkin tidak dapat mempertahankan dana yang cukup untuk membiayai pertumbuhannya di masa mendatang. Perusahaan harus dapat mempertimbangkan antara besarnya laba yang akan ditahan untuk mengembangkan perusahaan (Nurmala, 2006).

  Kebijakan dividen pusat perhatian banyak pihak seperti pemegang saham, kreditor, maupun pihak eksternal lain yang memiliki kepentingan dari informasi yang dikeluarkan perusahaan (Nuringsih, 2005). Dividen memiliki atau mengandung informasi sebagai syarat prospek perusahaan. Semakin besar dividen yang dibagikan kepada pemegang saham, maka kinerja perusahaan akan dianggap semakin baik, dan pada akhirnya penilaian terhadap perusahaan yang tercermin melalui harga saham akan semakin baik pula (Rozeff, 1982).

  Kebijakan dividen dapat dihubungkan dengan nilai perusahaan. Pengertian kebijakan dividen yang optimal (optimal dividend policy) adalah kebijakan dividen yang menciptakan keseimbangan di antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham perusahaan (Weston dan Eugene F Brigham, 2005). Total pengembalian (return) kepada pemegang saham selama waktu tertentu terdiri dari peningkatan harga saham ditambah dividen yang diterima. Jika perusahaan menetapkan dividen yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya, maka return yang diperoleh investor akan semakin tinggi.

  Bukti-bukti temuan menunjukkan: (1) sebagian besar responden yakin bahwa kebijakan dividen mempengaruhi nilai perusahaan, (2) responden biasanya mengatakan sangat setuju dengan pernyataan mengenai signaling

  explanation dari relevansi dividen, (3) pandangan manajer mengenai

  penetapan pembayaran dividen konsisten dengan yang dilaporkan oleh manajer (Apriani, 2005).

  Penggunaan Dividend payout ratio (DPR) untuk mewakili kebijakan dividen dikarenakan DPR pada hakikatnya adalah menentukan porsi keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham, dan yang akan ditahan sebagai bagian dari laba ditahan. Miller dan Modigliani (1961) telah mengembangkan irrelevant Dividend, yang selanjutnya disusul dengan beberapa studi yang membahas tentang pembayaran dividen dan berbagai variasi dalam kebijakan pembayaran dividen dengan memfokuskan pada ketidaksempurnaan pasar. Brigham (2006) juga mengatakan bahwa manajer percaya bahwa investor lebih menyukai perusahaan yang mengikuti dividend

  payout ratio yang stabil.

  Sembiring (2010) yang menguji pengaruh struktur modal dan kebijakan dividen terhadap harga saham. Hasil penelitian menemukan secara simultan struktur modal berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial hanya kebijakan dividen (Dividend payout ratio) yang mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham. Hasugian (2008) menemukan hasil yang berbeda dengan Sembiring (2010), dimana kebijakan dividen sebagai salah satu faktor independent terhadap harga saham sebagai variabel dependent menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh kebijakan dividen secara parsial dan simultan terhadap harga saham. Murtini (2008) menemukan kebijakan dividen tidak mampu mempengaruhi nilai perusahan.

  Penggunaan informasi keuangan yang disediakan sebuah perusahaan biasanya analis atau investor akan menghitung rasio-rasio keuangannya yang mencakup rasio likuiditas, leverage, aktivitas dan profitabilitas perusahaan untuk dasar pertimbangan dalam keputusan investasi (Riyanto, 2001). Dalam penelitian ini, penulis selanjutnya menggunakan profitabilitas.

  Perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan/

  profitable untuk dapat melangsungkan aktivitas operasinya. Tanpa ada keuntungan akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar.

  Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan diminati sahamnya oleh investor. Dengan demikian profitabilitas dapat mempengaruhi nilai perusahaan.

  Profitabilitas menunjukkan tingkat pengembalian terhadap sebuah investasi. Semakin tinggi laba perusahaan, kemampuan untuk mengembalikan dana dalam bentuk dividen akan semakin tinggi untuk memberi kemakmuran pada investor atau pemilik saham. Apabila profitabilitas dinilai tinggi oleh investor, maka hal ini akan menyebabkan peningkatan harga saham karena tingkat pengembalian investasi tinggi. Dengan kesejahteraan pemilik perusahaan yang maksimal maka berpengaruh terhadap nilai perusahaan, karena akan memberikan sinyal positif bagi investor atau calon investor.

  Profitabilitas yang baik akan direspon positif oleh investor. Respon positif ini akan ditunjukkan dengan meningkatnya permintaan saham perusahaan. Apabila permintaan saham meningkat sedang yang sudah memiliki saham tersebut juga enggan menjual (karena kinerja perusahaan bagus) maka harga saham akan meningkat. Meningkatnya harga saham akan meningkatkan nilai perusahaan, karena nilai perusahaan salah satunya di ukur dengan mengalikan jumlah saham yang beredar dengan harga pasar saham (Murtini, 2008).

  Variabel profitabilitas dipilih karena terdapat perbedaan hasil penelitian terdahulu. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Soliha dan Taswan (2002), menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Yunita (2011), profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Mahendra (2011), menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian Indrajaya dan Setiadi (2011), menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal karena apabila struktur modal turun maka nilai perusahaan juga akan turun.

  Penelitian ini mengacu pada penelitian Murekefu (2012). Penelitian ini akan menyajikan faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan, berbeda pada penelitian Murekefu (2012) yang menyatakan hubungan antara dividen dengan kinerja perusahaan. Penggunaan nilai perusahaan sebagai variabel yang dipengaruhi merupakan kesamaan dengan penelitian Retno (2012), Mardiyati, dkk. (2012), dan Mahendra (2011).

  Dalam penelitian Mahendra (2011), kebijakan dividen digunakan sebagai variabel moderating, berbeda dengan penelitian ini yang menggunakan kebijakan dividen sebagai variabel independen. Hal tersebut merupakan kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mardiyati, dkk.

  (2012), Wiyono (2012). Profitabilitas sebagai variabel independen menggunakan pengukuran return on asset, berbeda dengan penelitian Mardiyati, dkk. (2012) yang menggunakan ROE, Mahendra (2011) yang menggunakan ROE, dan Wiyono (2012) yang menggunakan ROI.

  Penggunaan Corporate Governance sebagai variabel independen berbeda dengan penelitian Mardiyati, dkk. (2012), Mahendra (2011) dan Murekefu (2012) yang tidak menggunakan Corporate Governance sebagai salah satu variabel mempengaruhi. Persamaan penggunaan Corporate

  

Governance sebagai variabel independen ditunjukkan pada penelitian Retno

(2012) dan Sari (2013).

  Di dalam penelitian ini akan dianalisis lebih lanjut mengenai pengaruh

  

corporate governance , kebijakan dividen, dan profitabilitas terhadap nilai

perusahaan.

  B. Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

  1. Apakah corporate governance mempengaruhi nilai perusahaan?

  2. Apakah kebijakan dividen mempengaruhi nilai perusahaan?

  3. Apakah profitabilitas mempengaruhi nilai perusahaan?

  C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh: 1. corporate governance terhadap nilai perusahaan, 2. kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan, 3. profitabilitas terhadap nilai perusahaan.

  D. Manfaat Penelitian Dengan penerapan corporate governance yang baik diharapkan mampu meningkatkan citra dan nilai perusahaan, kemampuan perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari penerapan corporate governance yang baik, kebijakan dividen, dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini diharap mampu meyakinkan dan memacu perusahaan dalam penerapan corporate governance secara baik yang berimbas pada kinerja dan kemampuan yang baik yang tercermin dari informasi laporan keuangan, dan peningkatan nilai perusahaan yang mampu meyakinkan investor untuk pengambilan keputusan penanaman modal guna kelangsungan perusahaan atau pun bagi seluruh pemangku kepentingan dalam perusahaan.