BAB 11 RANCANGAN EKSPERIMEN - BAB 11. RANCANGAN EKSPERIMEN docx

  BAB 11 RANCANGAN EKSPERIMEN

Sebuah rancangan eksperimental merupakan pendekatan tradisional dalam melaksanakan

  

penelitian kuantitatif. Bab ini mendefinisikan penelitian eksperimental, mengidentifikasi

kapan ia digunakan, menilai karakteristik-karakteristik kunci dan mengungkapkan langkah-

langkah dalam melaksanakan dan mengevaluasi rancangan ini.

  Pada akhir Bab ini anda diharapkan mampu : Mendefinisikan tujuan sebuah eksperimen dan mengidentifikasi kapan anda menggunakan penelitian eksperimen.

  Mendeskripsikan alasan-alasan pemilihan secara acak dalam eksperimen Mengidentifikasi jenis-jenis prosedur yang digunakan untuk mengontrol faktor-faktor extraneous dalam sebuah eksperimen.

  Mendeskripsikan bagaimana para peneliti eksperimen memanipulasi kondisi pemberian pemberlakuan dalam eksperimen. Mendefinisikan variabel terikat (variabel outcome) dalam sebuah eksperimen. Menjelaskan bagaimana para peneliti membandingkan kelompok-kelompok dalam eksperimen. Mendefinisikan jenis-jenis ancaman terhadap validitas internal dan eksternal dalam eksperimen. Membedakan antara between group and within group dalam eksperimen. Mendeskripsikan langkah-langkah dalam melaksanakan penelitian eksperimen atau quasi-experiment. Mengidentifikasi kriteria dalam mengevaluasi penelitian eksperimen. Maria memutuskan untuk melakukan eksperimen. Ia meneliti pertanyaan, “Apakah para siswa yang menerima pengajaran di dalam kelas berkaitan dengan bahaya membawa senjata ke sekolah memiliki sikap yang berbeda terhadap senjata dibandingkan dengan mereka yang tidak menerima pengajaran seperti itu?” Dengan menggunakan dua kelas mata pelajaran kesehatan yang berpartisipasi dalam penelitian ini ia memberikan pengajaran tentang kesehatan sesuai standar kurikulum dan kepada kelas yang lain disamping kurikulum standar ia juga memberikan pengajaran tentang bahaya-bahaya senjata di kalangan remaja. Pada akhir semester ia melakukan survei dengan mengukur sikap mereka terhadap senjata atau keberadaan senjata di sekolah. Maria menemukan bahwa para siswa yang mengikuti kurikulum yang ditambah dengan informasi tentang bahaya senjata memiliki sikap negatif terhadap senjata ketimbang siswa yang mengikuti kurikulum standar saja.

  Dalam sebuah eksperimen, anda mengetes sebuah gagasan (praktek atau prosedur) untuk menentukan apakah ia berpengaruh terhadap variabel bebas atau variabel outcome. Anda mula-mula menentukan gagasan tentang apa yang akan dilakukan eksperimennya, menunjuk individu-individu untuk mengikutinya (dan menunjuk individu-individu lainnya mengikuti praktek atau prosedur yang berbeda), dan kemudian menentukan apakah mereka-mereka yang mengikuti praktek atau prosedur itu memiliki kinerja yang lebih baik dalam variabel bebas atau outcome ketimbang mereka-mereka yang tidak mengikutinya. Dalam eksperimen yang dilakukan Maria, ia menguji apakah kurikulum kesehatan yang khusus mengubah sikap siswa terhadap senjata di sekolah.

  Kapan Anda Menggunakan Eksperimen?

  Anda menggunakan eksperimen ketika anda berkeinginan membangun hubungan yang ber- kemungkinan ada antara penyebab dan akibat atau antara variabel bebas dan variabel terikat. Ini maknanya anda berupaya mengontrol semua variabel-variabel yang berpengaruh terhadap variabel outcome atau variabel terikat kecuali variabel bebas. Kemudian, ketika variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat kita mengatakan bahwa variabel bebas “menyebabkan” atau “berkemungkinan menyebabkan terjadinya variabel bebas”. Karena eksperimen itu biasanya dikontrol, biasanya eksperimen itu paling baik dilaksanakan dengan menggunakan rancangan kuantitatif dalam rangka membangun hubungan sebab akibat (gagasan sebab akibat ini akan diperkenalkan dalam Bab 5). Contoh, bila anda membandingkan satu kelompok yang mengikuti sebuah perkuliahan dengan metode ceramah dengan kelompok lain yang mengikuti kuliah dengan metoda diskusi kemudian anda kontrol semua faktor-faktor yang berpengaruh terhadap variabel outcome atau variabel terikat, yakni skor dalam ujian kuis. Anda menjamin bahwa kemampuan personal dan kondisi ujian sama untuk kedua kelompok dan anda memberikan pertanyaan yang sama untuk kedua kelompok tersebut. Anda mengontrol semua variabel yang berkemungkinan berpengaruh terhadap variabel outcome atau bebas kecuali perbedaan dalam hal jenis metoda perkuliahan (ceramah dan diskusi). Anda juga menggunakan eksperimen ketika anda memiliki dua atau lebih kelompok untuk diteliti sebagaimana halnya metoda ceramah versus metoda diskusi ini.

  Kapan Eksperimen Dikembangkan?

  Penelitian eksperimen muncul pada akhir abad ke-19 dan awal ke-20, muncul dengan eksperimen-esperimen psikologi. Pada tahun 1903, Schuyler menggunakan kelompok- kelompok eksperimen dan kontrol, dan pemanfaatan ini menjadi biasa sehingga ia tidak merasa perlu memberikan rasional terhadap hal tersebut. Kemudian pada tahun 1916, McCall mengembangkan gagasan berkenaan dengan menentukan individu-individu secara acak terhadap kelompok (Campbell & Stanley, 1963). Ketika menulis sebuah buku utama pada tahun 1925, How to Conduct an Experiment, McCall secara tegas mengembangkan prosedur bagaimana membandingkan kelompok. Disamping itu pada tahun 1936, buku Fisher yang berjudul Statistical Methods for Research Workers mendiskusikan prosedur-prosedur statistik yang bermanfaat dalam eksperimen-eksperimen bidang psikologi dan pertanian. Dalam bukunya ini Fisher mengembangkan konsep/menentukan individu-individu secara random untuk kelompok sebelum memulai sebuah eksperimen. Pengembangan-pengembangan lain berkaitan dengan prosedur-prosedur statistik pada waktu itu (misalnya, chi-square goodness

  

of fit dan nilai kritikal) dan pengujian signifikansi perbedaan (Fisher, 1935 The Design of

Experiments) mencakup penelitian eksperimen dalam bidang pendidikan. antara 1926 dan

  1963, lima buah buku teks tentang statistis telah mengalami berkali-kali perbaikan (edisi) (Huberty, 1993).

  Pada 1963, Champbell dan Stanley telah mengidentifikasi tipe-tipe utama dari rancangan eksperimen. Mereka mengungkapkan 15 tipe yang berbeda dan mengevaluasi masing-masing design itu dalam kaitannya dengan ancaman terhadap validitas. Rancangan- rancangan ini masing tetap populer. Kemudian tahun 1979, Cook dan Champbell mengelaborasi tipe-tipe rancangan ini mengembangkan diskusi berkenaan dengan ancaman terhadap validitas. Kedua buku ini, Campbell dan Stanley serta Cook dan Campbell, mengembangkan rancangan-rancangan dasar, notasi dan sajian-sajian visual, ancaman- ancaman potensial terhadap rancangan, dan prosedur-prosedur statistis dari ekperimen dalam bidang pendidikan.

  Semenjak tahun 1980, eksperimen-eksperimen ini berkembang menjadi rumit dan kompleks terutama sekali disebabkan oleh kemajuan dalam bidang komputer dan perbaikan dalam prosedur-prosedur statistik. Para peneliti saat ini menggunakan variabel-variabel jamak meneliti jenis-jenis unit analisis eksperimen yang berbeda, seperti keseluruhan organisasi, kelompok-kelompok dan individu-individu (Boruch, 1998; W.L Neuman, 2000). Perbaikan- perbaikan prosedural melahirkan perkembangan eksperimen terakhir ini, dan sejumlah buku “how to” (Bausell, 1994) tersedia bagi peneliti pendidikan. Disamping itu buku-buku yang mengaitkan prosedur-prosedur statistik dengan rancangan penelitian dalam hal perancangan eksperimen yang sensitif (Lipsey, 1990) mewakili gagasan-gagasan baru dalam memperkuat prosedur-prosedur dalam penelitian eksperimen.

  Sebelum anda melakukan sebuah eksperimen, akan bermanfaat kiranya bagi anda untuk memahami lebih dalam beberapa gagasan-gagasan kunci terkait dengan penelitian eksperimen. Gagasan-gagasan ini antara lain adalah :

  Penentuan secara acak (random assignment) Pengontrolan terhadap variabel-variabel ekstraneous Manipulasi dari kondisi pemberian perlakuan Pengukuran variabel outcome Perbandingan kelompok Ancaman terhadap validitas

  Untuk membuat pembicara diskusi ini bisa diterapkan kita akan menggunakan contoh- contoh dalam bidang pendidikan untuk memberikan ilustrasi bagi konsep-konsep tersebut di atas. Seorang peneliti berupaya meneliti cara-cara memotivasi para remaja untuk mengurangi atau berhenti merokok. Sebuah sekolah menengah umpamanya memiliki program mengancam siswa yang tertangkap merokok di sekolah. Di sekolah yang metropolis ini banyak siswa yang merokok, smoking infractions setiap tahun besar jumlahnya. Para siswa yang tertangkap harus mengambil mata pelajaran civics secara khusus (semua siswa diwajibkan mengambil mata pelajaran civics itu) dimana guru memperkenalkan atau mengajarkan sebuah unit pembelajaran khusus tentang bahaya merokok. Dalam unit ini mendiskusikan isu-isu berkaitan dengan kesehatan, penggunaan gambar yang memperlihatkan rusaknya paru-paru si perokok, dan meminta para siswa menuliskan pengalaman-pengalaman mereka sebagai perokok. Para instruktur memberikan beberapa mata pelajaran civics selama satu semester dan dalam penelitian ini kita sebut situasi eksperimental ini sebagai “civics-smoking experiment”.

  Penentuan Secara Acak (Random Assignment)

  Sebagai seorang peneliti eksperimen, anda harus menunjuk para individu itu masuk ke dalam sesuatu kelompok. Pendekatan yang paling baik untuk ini adalah menentukan secara acak para individu ke dalam kelompok perlakuan. Random Assignment adalah proses penentuan para individu secara acak ke dalam kelompok atau kelompok-kelompok yang berbeda di dalam sebuah eksperimen. Penentuan individu-individu secara acak ke dalam kelompok- kelompok tadi.

  Anda menggunakan penentuan secara acak (random assignment) sehingga bias dalam karakteristik personal dari individu-individu di dalam eksperimen tersebar secara merata di antara masing-masing kelompok. Dengan sistem pengacakan ini anda memberikan kontrol terhadap karakteristik extraneous dari para partisipan yang bisa berpengaruh terhadap variabel outcome (misalnya kemampuan siswa, rentang perhatian (attention span dan motivasi). Istilah ekperimen untuk proses ini adalah “equating the groups” (penyamaan kelompok). Equating the groups (pemadanan kelompok) bermakna bahwa si peneliti mengusahakan secara acak agar para individu dimasukkan ke dalam kelompok dan mendistribusikan secara merata setiap variabilitas yang terdapat dalam individu antar masing- masing kelompok atau kondisi-kondisi yang terdapat dalam eksperimen. Dalam prakteknya faktor-faktor personal yang dibawa oleh para partisipan ke dalam eksperimen tidak bisa secara menyeluruh dikontrol—bias atau kesalahan akan selalu berpengaruh terhadap variabel outcome. Walaupun demikian, melalui penyebaran secara sistematis kesalahan-kesalahan yang potential diantara kelompok-kelompok si peneliti secara teoritis telah mendistribusikan bias itu secara acak. Dalam contoh kita civics-smoking experiment si peneliti bisa menggunakan daftar dari mereka yang anti merokok di sekolah dan secara acak menunjuk mereka masuk ke dalam salah satu dari dua kelas pembelajaran civics secara khusus.

  Anda jangan bingung karena adanya dua istilah yaitu random assignment (penentuan secara acak individu-individu ke dalam sesuatu kelompok) dan random selection (pemilihan secara acak individu-individu di dalam kelompok). Keduanya merupakan istilah penting dalam penelitian kuantitatif tapi penggunaan dan tujuannya berbeda. Seperti diungkapkan dalam bab 6 peneliti kuantitatif secara acak memilih sampel dari sebuah populasi. Dengan cara ini sampel merupakan perwakilan dari populasi dan anda bisa mengeneralisasikan hasil- hasil penelitian yang diperoleh terhadap populasi.

  Eksperimen sering tidak melibatkan pemilihan partisipan secara acak dengan beberapa alasan. Para partisipan sering merupakan individu-individu yang tersedia untuk berpartisipasi di dalam eksperimen atau yang berpartisipasi secara sukarela. Walaupun pemilihan secara acak penting dalam eksperimen ia berkemungkinan tidak bisa dilakukan. Walaupun demikian tipe eksperimen yang paling rumit mencakup random assignment.

  Dalam contoh civics-smoking experiment anda bisa jadi menyeleksi para individu secara acak dari sebuah populasi yang terdiri dari mereka yang anti rokok (terutama sekali apabila kelas pembelajaran civics secara khusus jumlahnya banyak). Walaupun demikian, anda akan cenderung menempatkan semua siswa yang anti rokok di dalam kelas-kelas pembelajaran civics secara khusus, dengan demikian memberikan peluang kepada anda untuk mengontrol melalui random assignment ketimbang random selection.

  Pengontrolan Terhadap Variabel-Variabel Extraneous

  Dalam menentukan individu-individu secara acak kita mengatakan bahwa kita mengontrol variabel-variabel extraneous yang boleh jadi berpengaruh terhadap hubungan antara praktek baru (diskusi tentang bahaya-bahaya kesehatan) dan outcome (frekuensi merokok).

  

Extraneous factors adalah setiap pengaruh yang terjadi pada saat menyeleksi para

  partisipan, prosedur-prosedur statistik atau rancangan yang cenderung berpengaruh terhadap outcome dan memberikan penjelasan alternatif terhadap hasil penelitian selain daripada yang kita harapkan. Semua eksperimen memiliki kesalahan acak atau random error (dimana skor tidak memperlihatkan skor yang sebenarnya atau true score) dari populasi yang tidak bisa kita kontrol, akan tetapi kita bisa mencoba mengontrol faktor-faktor extraneous sebanyak mungkin. Penentuan secara acak adalah keputusan yang dibuat oleh si peneliti sebelum eksperimen dilakukan. Prosedur-prosedur kontrol lainnya yang bisa anda gunakan baik sebelum dan selama eksperimen adalah pretests, covariates, menjodohkan partisipan, sampel homogen, dan memblok variabel-variabel.

  Prerests dan Posttests

  Untuk “menyamakan” karakteristik-karakteristik dari kelompok para peneliti eksperimen bisa menggunakan pretest, umpakan kita tertarik pada apakah kelas civics (kewarganegaraan) tertentu berpengaruh terhadap sikap siswa tentang merokok. Dalam eksperimen ini kita bisa mengukur sikap sebelum perlakuan (diskusi tentang bahaya-bahaya kesehatan), dan setelahnya. Untuk melihat apakah diskusi memberikan dampak terhadap sikap siswa. Dalam eksperimen ini kita perlu melakukan pretest untuk mengukur sikap para siswa.

  Pretest memberikan ukuran terhadap sesuatu atribut atau karakteristik yang bisa anda

  nilai wujud dalam diri partisipan dalam sebuah eksperimen sebelum mereka menerima sebuah pengakuan. Setelah perlakuan anda bisa memberikan pelajaran membaca berkenaan karakteristik yang diukur dalam diri partisipant di dalam sebuah eksperimen setelah perlakuan diberikan. Di dalam contoh kita ini bisa jadi sikap siswa terhadap merokok pada akhir semester setelah perlakukan eksperimen diberikan. Perbandingan atas dasar pretest dan posttest tentang sikap terhada merokok akan memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap tingkah laku aktual merokok ketimbang dengan menggunakan ukuran posstest saja.

  Pretest memiliki kelebihan-kelebihan disamping kelemahan-kelemahan. Ia memakan waktu dan tenaga untuk melakukannya (siswa harus mengisi instrumen/angket pada awal semester). Ia juga meningkatkan ekspetasi para partisipan tentang hasil penelitian (outcome) yakni para siswa bisa jadi telah mengantisipasi pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan sikap mereka tentang merokok dan akan berpengaruh tentang respon mereka. Pretest boleh jadi berpengaruh terhadap perlakuan yang diberikan dalam eksperimen (para siswa bisa jadi menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan perlakuan tersebut didorong oleh rasa ingin tahu mereka berkaitan dengan pretest dan sikap terhadap merokok. Apabila test-test sikap dan prestasi digunakan sebagai pretest skornya boleh jadi juga berpengaruh terhadap skor posstest karena para partisipan bisa mengantisipasi pertanyaan-pertanyaan pada posstest didasarkan pada apa yang mereka sudah alami dalam pretest.

  Kovariat

  Karena pretest bisa berpengaruh terhadap aspek-aspek eksperimen kovariat sering dikontrol secara statistik dengan menggunakan prosedur kovariat ketimbang semata-mata membandingkannya dengan skor-skor posstest. Covariates adalah variabel-variabel yang dikontrol oleh si peneliti dengan menggunakan teknik-teknik statistik dan mengaitkannya dengan variabel terikat akan tetapi tidak terkait dengan variabel bebas. Si peneliti perlu mengontrol variabel-variabel ini yang secara potensial bisa bervariasi dengan variabe- variabel bebas. Sering variabel-variabel ini merupakan skor-skor dalam pretest, tapi bisa juga variabel apa saja yang berkorelasi dengan variabel terikat. Prosedur statistik terkait dengan analisi kovarian ini menyesuaikan skor-skor dari variabel terikat untuk memperhitungkan besar kecilnya kovarian. Prosedur ini merupakan cara lain untuk “menyamakan” kelompok- kelompok dan mengontrol pengaruh-pengaruh potensial yang bisa memberikan dampak kepada variabel terikat.

  Sebuah ilustrasi terkait dengan contoh civics smoking experimen memperlihatkan bagaimana si peneliti menghilangkan variansi antara kovariat dan variabel terikat dalam rangka menilai variansi antara variabel bebas dan variabel terikat. Perhatikan diagram 11.1 variabel bebas dan variabel terikat tanpa ada kovariat. Bagian yang dihitamkan menyatakan variabilitas dalam hal merokok dilihat dari sisi pengajaran ; variabilitas yang tidak bisa dijelaskan yang disebut error diperlihatkan dengan hatch mark . Sekarang kita bisa melihat bahwa variansi yang bisa dijelaskan meningkat dan jumlah variabilitas yang tidak bisa dijelaskan (error) sebenarnya berkurang karena kita telah bisa menjelaskan lebih banyak variansi. Dengan menambah sebuah kovariat terkait dengan orangtua yang perokok si peneliti meningkatkan jumlah varian yang bisa dijelaskan dari sisi merokok dan mengurangi variansi yang tak terjelaskan. Prosedur statistik tentang kovarian (lihat Bab 7) akan menghilangkan variansi yang sama-sama dimiliki oleh kovariat dan variabel terikat sehingga dengan demikian variansi antara variabel bebas dan terikat tambah error itulah sisanya. Test ini memungkinkan si peneliti menilai secara akurat hubungan antara perlakuan dan outcome (rata-rata merokok) karena jumlah kesalahan yang sudah berkurang.

  Menjodohkan Partisipan

  Prosedur lain untuk melakukan kontrol dalam sebuah eksperimen adalah untuk menjodohkan partisipan pada satu atau lebih karakteristik pribadi. Matching adalah proses mengidentifikasi satu atau lebih karakteristik pribadi atau personal yang berpengaruh terhadap outcome dan memilih individu dengan karakteristik yang sama ke dalam kelompok- kelompok eksperimen atau kelompok-kelompok kontrol. Biasanya para peneliti eksperimen menyamakan partisipan atas dasar satu atau dua karakteristik berikut : gender, skor pretest, atau kemampuan-kemampuan individu.

  Contoh perhatikan diagram 11.2 yang memperlihatkan penjodohan individu-individu (misalnya 10 orang cowok dan 10 orang cewek) atas dasar gender pada kelompok-kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kembali kita kepada contoh civics smoking eksperiment, kita bisa menunjuk siswa perokok secara berimbang ke dalam dua kelas civics tertentu (dengan asumsi bahwa satu kelas memberikan perlakuan dan kelas yang lainnya tidak) atas dasar gender. Dengan cara begini pengetahuan kita misalnya bahwa anak laki-laki lebih banyak merokok ketimbang cewek mengontrol pengaruh pontensial dari gender terhadap frekuensi merokok. Secara prosedural proses penjodohan ini bermakna menentukan cowok pertama masuk ke dalam kelompok kontrol dan cowok kedua masuk ke kelompok eksperimen, cowok ketiga masuk ke kelompok kontrol, dan cowok keempat masuk ke menggunakan prosedur ini kita melakukan kontrol sebelum eksperimen dimulai terhadap faktor extraneous yang potensial di dalam eksperimen.

  Sampel –Sampel Yang Homogen

  Pendekatan lain yang digunakan untuk membuat kelompok-kelompok komparabel adalah dengan memilih sampel yang homogin dengan jalan memilih orang-orang yang bervariasi sedikit saja dalam karakteristik pribadinya. Contoh, kita bisa mengasumsikan bahwa para siswa kedua kelas civics (kewarganegaraan) yakni satu kelas diajar dengan menggunakan metoda ceramah tentang bahaya-bahaya kesehatan dan kelas kedua tidak. Kedua kelompok ini memiliki kesamaan dalam hal karakteristik pribadi seperti nilai rata-rata akademiknya, gender kelompok ras atau etnik, kemampuan-kemampuan awal dalam hal civics (kewarganegaraan). Apabila si peneliti menentuka para siswa masuk ke dalam kedua kelas ini makin sama karakteristik atau atribut personal mereka makin terkontrollah karakteristik atau atribut ini di dalam eksperimen. Contoh, apabila semua mereka yang merokok dimasukkan ke dalam kedua kelas civics ini adalah mereka-mereka yang baru atau siswa baru, dengan demikian tingkat kelas sudah terkontrol dalam eksperimen ini. Sayang sekali situasi seperti ini tidak pernah ditemukan dalam penelitian civics smoking eksperiment dan untuk ini si peneliti boleh jadi menggunakan prosedur-prosedur lain untuk mengontrol individu-individu yang termasuk pada tingkat kelas yang berbeda.

  Memblok Variabel

  Salah satu prosedur yang dapat digunakan adalah “memblok” tingkat kelas sebelum eksperimen dimulai. A blocking variables adalah variabel yang dikontrol oleh si peneliti sebelum eksperimen dimulai dengan jalan membagi atau memblok para partisipan ke dalam sub-sub kelompok atau kategori-kategori dan menganalisis dampak dari masing-masing sub kelompok itu terhadap outcome. Variabel umpamanya jender dapat diblok menjadi kelompok pria dan wanita ; sama halnya juga tingkat kelas dapat diblok menjadi empat kategori (pada level universitas) yakni freshmen, sophomores, juniors and seniors. Dalam prosedur ini si peneliti membentuk sub-sub kelompok yang homogin dengan jalan memilih satu karakteristik yang berlaku untuk semua partisipan di dalam penelitian (umpamanya kategori-kategori gender atau perbedaan umum). Kemudian si peneliti secara acak menentukan individu- individu untuk masuk ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan masing-masing kategori tersebut. Contoh, apabila para siswa yang

  16 tahun anda tentukan umur itu secara sama yakni mereka masing-masing yang berumur 15 tahun dan 16 tahun dimasukan ke dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen secara berimbang.

  Memanipulasi Kondisi-Kondisi Perlakuan

  Sekali anda memilih partisipan anda tentukan mereka secara acak untuk masuk ke dalam kondisi-kondisi perlakuan di dalam eksperimen. Di dalam experimental treatment, si peneliti secara fisik mengintervensi untuk melakukan perubahan terhadap kondisi-kondisi yang dialami oleh unit-unit eksperimen (memberikan hadiah bagi mereka yang kinerjanya baik atau jenis metoda pengajaran di dalam kelas secara khusus, seperti diskusi kelompok kecil.

  Dalam contoh kita, si peneliti memanipulasi salah satu bentuk pengajaran dalam kelas civics (kewarganegaraan) khusus yakni memberikan kegiatan-kegiatan terkait dengan bahaya-bahaya merokok terhadap kesehatan. Secara khusus prosedurnya sebagai berikut :

  Mengidentifikasi variabel perlakuan : jenis metoda pembelajaran dalam pengajaran

  civics

  Mengidentifikasi kondisi-kondisi atau tingkat-tingkat variabel : pengajaran di dalam

  kelas bisa jadi tentang (a) topik-topik reguler, atau (b) topik-topik terkait dengan bahaya-bahaya merokok terhadap kesehatan.

  Memanipulasi kondisi-kondisi perlakuan : memberikan kegiatan-kegiatan khusus

  tentang bahaya-bahaya merokok bagi kesehatan kepada satu kelas dan kepada kelas lainnya tidak. Prosedur-prosedur ini memperkenalkan konsep-konsep baru yang akan kita diskusikan dengan menggunakan ontoh-contoh khusus sehingga anda bisa melihat bagaimana konsep- konsep tersebut terlaksana.

  Variabel Perlakuan

  Dalam eksperimen anda perlu memfokuskan pada variabel bebas. Ingat, dalam bab 5 dinyatakan bahwa variabel-variabel ini berpengaruh atau berdampak pada variabel bebas di dalam penelitian kuantitatif. Ingat bahwa kedua jenis variabel adalah variabel perlakuan dan

  

variabel diukur. Dalam eksperimen variabel-variabel perlakuan adalah variabel-variabel

  bebas yang dimanipulasi oleh si peneliti untuk menentukan pengaruhnya terhadap outcome atau variabel terikat. Variabel perlakuan adalah variabel-variabel kategorikal yang diukur

  Contoh, variabel independent perlakuan yang digunakan dalam eksperimen pendidikan bisa jadi : Tipe pengajaran (kelompok kecil atau kelompok besar) Tipe kelompok membaca (phonics readers, whole-language readers)

  Kondisi Dalam kedua contoh ini kita memiliki dua kategori dalam masing-masing variabel perlakuan.

  Dalam eksperimen variabel perlakuan harus memiliki dua atau lebih kategori atau tingkat. Di dalam eksperimen tingkat adalah kategori-kategori variabel perlakuan. Contoh, anda bisa jadi membagi tipe pembelajaran menjadi (a) ceramah tentang civics secara standar, (b) ceramah yang standar tentang civics plus diskusi tentang bahaya-bahaya merokok terhadap kesehatan, dan (c) ceramah standar tentang sivics plus diskusi tentang bahaya-bahaya meroko terhadap kesehatan ditambah penayangan slides berkenaan dengan paru-paru yang sudah rusak karena merokok. Dalam contoh ini kita memiliki tiga tingkat dari variabel perlakuan.

  Intervening Terhadap Kondisi-Kondisi Perlakuan Si peneliti eksperimen memanipulasi satu atau lebih kondisi-kondisi variabel perlakuan.

  Dengan kata lain di dalam sebuah ekserimen si peneliti secara fisik melakukan intervensi atau memanipulasi dalam satu atau lebih kondisi sehingga para individu mengalami sesuatu yang berbeda di dalam kondisi eksperimen ketimbang kondisi yang dialami oleh kelompok kontrol. Ini berarti bahwa untuk melaksanakan sebuah eksperimen anda perlu memanipulasi setidak-tidaknya satu kondisi dari variabel bebas. Mudah mengidentifikasi situasi-situasi dimana anda mengukur variabel bebas dan mendapatkan data-data kategorikal tetapi tidak mampu memanipulasi salah satu dari kondisi-kondisi tersebut. Seperti diperlihatkan oleh diagram 11.3 si peneliti mengukur tiga variabel bebas yakni umur, gender, dan tipe pembelajaran, hanya tipe pembelajaran (lebih khusus lagi dua kondisi yang terdapat di dalamnya) dimanipulasi. Variabel perlakuan (tipe pembelajaran) adalah variabel kategorikal dengan tiga kondisi atau tiga tingkat. Beberapa orang siswa mendapatkan ceramah (bentuk tradisional dalam pembelajaran di kelas sebagai kelompok kontrol. Yang lainnya menerima sesuatu yang baru, seperti ceramah ditambah tentang diskusi bahaya-bahaya terhadap kesehatan, atau (kelompok perbandingan) atau ceramah plus pembicaraan terhadap bahaya- bahaya terhadap kesehatan plus tayangan-tayangan tentang paru-paru yang sudah rusak akibat merokok (kelompok perbandingan yang lain). Singkatnya para peneliti eksperimental memanipulasi atau mengintervensi dengan satu atau lebih kondisi dari variabel perlakuan.

  Dalam semua situasi eksperimen anda menilai apakah kondisi perlakuan tersebut berpengaruh terhadap hasil atau variabel dependent, seperti rata-rata pengurangan merokok atau prestasi dalam tes. Di dalam eksperimen, outcomes (respon, kriteria, atau postes) adalah variabel dependent yang diperkirakan merupakan efek dari variabel perlakuan. Ia juga merupakan efek yang diprediksi dalam hipotesis dalam kerangka cause-and-effect equation (persamaan sebab akibat). Contoh daripada variabel-variabel dependent dalam eksperimen bisa jadi berupa :

  Skor prestasi dalam tes beracuan kriteria Skor-skor tes dalam tes sikap

  

Outcomes measures yang baik sensitif terhadap perlakuan dimana ia memberikan respon

  terhadap sekecil apapun intervensi yang diberikan. Outcomes measures (begitu juga variabel- variabel perlakuan harus memiliki validitas sehingga para peneliti eksperimental dapat mengambil kesimpulan yang valid dari eksperimen tersebut.

  Perbandingan Kelompok

  Dalam sebuah eksperimen, anda juga membandingkan skor-skor dari perlakuan-perlakuan yang berbeda dalam hal outcome (variabel terikat). Perbandingn kelompok adalah proses yang dilakukan oleh si peneliti guna mendapatkan skor-skor individu atau kelompok untuk sebuah variabel terikat dan membandingkan rata-rata serta variansi yang terdapat di dalam kelompok dan antar kelompok (lihat Kepple, 1991, guna mendapatkan informasi tentang prosedur statistik yang rinci berkenaan dengan proses ini).

  Guna memvisualisasikan proses ini, perhatikan data-data aktual dari sebuah eksperimen yang dilakukan oleh Gettinger (1993), meneliti dampak dari prosedur pengoreksian yang dilakukan oleh guru terhadap ejaan murid-murid kelas 3. Seperti diperlihatkan oleh Diagram 11.4, ada tiga cara melihat eksperimen yang dilakukan oleh Gettinger ini. Gettinger mengkaji apakah terdapat hubungan yang positif antara prosedur pengoreksian itu dengan akurasi ejaan yang dibuat oleh para siswa (fase 1). Ia kemudian mengambil tiga kelompok siswa: Kelas A, Kelas B dan Kelas C. Kelas A (kelompok kontrol) diajar dengan mengggunakan metoda biasa mengeja 15 buah kata-kata, yang kesemuanya terdapat dalam buku-buku latihan mereka, menuliskan kalimat-kalimat dengan menggunakan masing-masing kata-kata tersebut, dan mempelajari kata-kata tersebut dengan cara mereka sendiri. Kelas B (kelompok pembanding) melakukan hal yang sama kecuali bahwa mereka mempelajari kata-kata yang jumlahnya dibatasi – tiga set kata-kata masing-masing terdiri dari lima buah kata-kata. Kelas C (kelompok eksperimen)menggunakan prosedur latihan “salah dan perbaiki” yang terdiri dari mengerjakan tes dengan “memperbaiki kesalahan sendiri”, memperhatikan kata-kata yang salah eja, dan menuliskan kembali ejaan yang tepat dan ejaan yang salah dari kata-kata tersebut. Seperti diperlihatkan dalam Fase 2, ketiga kelompok siswa itu melaksanakan prosedur latihan “salah dan perbaikia” itu selama 6 minggu, dan setelah 6 minggu penggalan ketiga, ketiga kelompok tersebut diuji. Fase 3 memperlihatkan perbandingan dengan menggunakan teknik statistik diantara ketiga kelompok atas dasar skor dari masing-masing ketiga tes. Kelas A meningkat sedikit (dari 10,3 pada Tes 1 menjadi 11,1 pada Tes 3); sedangkan skor Kelas B malah menurun pada ketiga tes. Kelas C, kelompok eksperimen, menunjukkan peningkatan yang lumayan tinggi. Nilai uji tes F memperlihatkan skor yang bervarasi secara signifikan terdapat pada Tes 2 dan Tes 3 ketika si peneliti melakukan perbandingan terhadap ketiga kelompok. Perbandingan yang dilakukan secara statistik memperhatikan juga skor rata-rata (mean score) dan variasi yang terdapat di dalam kelompok dan variasi antar kelompok sehingganya swampai pada kesimpulan “secra statistik signifikan pada tingkat p=<0,05.

  Ancaman terhadap Validitas

  Gagasan terakhir tentang eksperimen adalah merancangnya sedemikian rupa sehingga bisa meminimalkan kompromi dalam mengambil kesimpulan yang baik dari data-dta yang diperoleh dari eksperimen. A threat to validity (ancaman terhadapa validitas) bermakna bahwa hal-hal yang terkait dengan rancangan penelitian bisa jadi merupakan ancaman terhadap eksperimen sehingga kesimpulan yang diperoleh dari data memberikan pemahaman yang salah berkenaan dengan hubungan sebab akbiat antara perlakukan dan hasil yang diperoleh. Walaupun para penulis mengidentfkasi ancamana seperti misalnya tidak memiliki ukuran yang bagus atau menggnakan statistik yang kurang tepat, dua bentuk ancaman yang sering dibicarakan terkait dengan validits intrnal dan validitas eksternal akan menjadi fokus pembicaraan kita (Bracht & Glass, 1968; Campbell & Stanley, 1963; Cook & Campbell, 1979).

  Ancaman terhadap Validitas Internal

  Sejumlah ancaman terhadap pengambilan inferensi yang tepat terkait dengan rancangan dan prosedur penelitian yang digunakabn di dalam eksperimen. Thrrats to internal validity (ancaman terhadap validitas internal) adalah permasalahan yang mengancam kemampuan kita untuk mengambil inferensi sebab akibat yang tepat yang muncul disebabkan oleh prosedur eksperimen atau hal-hal yang dialami oleh para partisipan penelitian.Dari kesermua anacaman terhadap validitas ini, ancaman-ancaman ini merupakan yang terparah karena ia bisa mengacaukan sebuah eksperimen yang baik. Ancaman-ancaman terhadap validitas internal berikut dan prosedur-prosedur yang disarankan untuk pencegahannya sudah banyak dibicarakan di dalam literatur berkenaan dengan rancangan eksperimen (lihat Cook & Campbell, 1979; Reichardt & Mar, 1998; Tuckman, 1999). Agar masing-masing ancanman potensial itu terlihat ralistik, akan kami coba ilustasikan dengan menggunakan situasi-situasi hipotetis terkait dengan the civics-smoking exsperimet.

  Kategorit pertama terkait dengan ancaman yang berhubungan dengan partisipan di dalam penelitian dan apa-apa yang mereka alami.  History: Waktu yang berlalu antara awal dan akhir eksperimen, dan kejadian- kejadian yang mungjkin terjadi (misalnya, pembicaraan-pembicaraan lain tentang bahaya merokok disamping perlakuan berbentuk “ceramah”) antara tes awal dan tes akhir yang berpengaruh terthadap hasil penelitian. Di dalam eksperimen dalam bidang pendidikan, tidak akan mungkin dilakukan pengontolan terhadap lingkungan secara ketat dan kemudian memonitor hasilnya. Walaupun demikian, si peneliti bisa saja memiliki kontrol dan menjaga agar kelompok-kelompok eksperimen mengalami hal yang persis sama (kecuali untuk perlakuan) selama eksperimen berlangsung.  Maturation: Individu-individu bisa saja salama, eksperimen berlangsung, berubah dan berkembang (misalnya menjadi lebih tua, lebih arif, lerbih kuat, dan lebih berpenalaman), danperubahan ini bisa berpengaruih terhadap skor yang mereka peroleha untuk tes awal dan tes akhir. Pemilihan partisisipan secara cermat yang menjadi lebih matang atau bertumbuh dengn cara-cara yang sama (misalnya dipilih mereka-mereka yang satu tingkat/kelas) untuk kelompok kontrol maupun kelompok ekperimen akan membantu menghindar dari masalah ini.  Regression: Apabila si peneliti memilih individu-individu untuk sebuah kelompok atas dasar skor-skor yang ekstrim, mereka tentu saja akan memperlihatkan kinerja terjadi dengan perlakukan. Skor masing-masing individu, berkat perjalanan waktu,

  regress (cenderung mendekati) rata-rata. Contoh, terpilihnya para perokok berat

  untuk sebuah eksperimen barangkali akan memberikan kontribusi terhadap rendahnya rata-rata frekuensi merokok setelah eksperiman berlangsung karena para remaja yang terpilih memulainya dari rata-rata frekuensi merokok yang tinggi pada awal eksperimen. Pemilihan terhadap individu-individu yang tidak memiliki skor yang ekstrim dalam hal karakteristik awal (perokok pemula atau perokok biasa/rata-rata pada saat tes awal) membantu menghindari terjadinya masalah ini.  Selecion: “Faktor orang” faktor orang boleh jadi juga membawa ancaman yang berpengaruh terhadap outcome seperti pemilihan individu-individu yang lebih pintar, lebih tanggap terhadap perlakuan atau lebih mengenal perlakuan (misalnya para remaja perokok yang sudah siap berhenti merokok) yang terdapat dalam kelompok ekperimen. Pilihan secara random merupakan salah satu cara untuk menghindarkan ancaman-ancaman seperti ini.

  

Mortality: Apabila individu-individu berhenti ikut serta dalam eksperimen ini karena

  berbagai alasan (misalnya alasan waktu, minat, uang, teman-teman atau orang tua tidak yang mengizinkan mereka berpartisipasi dalam eksperimen tentang merokok ini), mengambil kesimpulan dari skor-skor boleh jadi sulit. Para peneliti perlu memilih sampel yang besar kemudian membandingkan mereka-mereka yang berhenti itu dengan mereka yang tetap berpartisipasi dalam hal outcomenya (rata- rata frekuensi merokok).  Interaction with selection. Beberapa ancaman yang dikemukakan diatas bisa juga berinteraksi dengan pemilihan partisipan yang melahirkan ancaman baru terhadap eksperimen. Individu-individu yang dipilih bisa jadi menjadi matang dengan rata-rata waktu yang berbeda (anak laki- laki dan perempuan yang berumur 16 tahun bisa jadi perkembangan kedewasaannya tidak sama selasema eksperimen tersebut. Peristiwa-peristiwa historis boleh jadi juga berinteraksi dengan seleksi karena individu-individu dalam kelompok yang berbeda berasal dari lingkungan yang berbeda. Contoh banyak anak-anak yang berlatarbelakang sosioekonomi yang berbeda dalam eksperimen tentang remaja yang merokok boleh jadi mengandung faktor-faktor historis yang tak terkontrol pada saat memilih para partisipan tersebut. Pemilihan terhadap para partisipan bisa juga mempengaruhi terhadap skor yang diperoleh dari instrumen terutama apabila kelompok yang berbeda memiliki skor pada posisi rata-rata yang berbeda dalam sebuah tes yang intervalnya tidak sama. Apabila skala pengukuran jumlah rokok ambigu (misalnya jumlah rokok yang dihisap perminggu atau perhari?) kelompok-kelompok cenderung menginterpretasikan dalam skala yang berbeda. Kategori selanjutnya berkaitan dengan ancaman yang berhubungan dengan perlakuan yang digunakan di dalam eksperimen: Diffusion of treatteeants: Apabila kelompok kontrol dan kelompok eksperimen saling berkomunikasi, kelompok kontrol bisa mendapatkan sesuatu informasi dari kelompok eksperimen tentang perlakuan tersebut dan ini menimbulkan ancaman terhadap validitas internal. Difusi perlakuan (eksperimen dan non eksperimen) terhadap kelompok kontrol dan kelompok eksperimen perlu dibedakan sejauh mungkin para peneliti ekperimental perlu menjaga kedua kelompok itu terpisah di dalam sebuah eksperimen (misalnya dua kelas PPKn yang berbeda berpartisipasi dalam eksperimen). Ini mungkin sulit terwujud apabila dua kelas PPKn pada tingkat yang sama di sekolah yang sama ikut serta dalam sebuah eksperimen tentang kasus merokok di lingkungan remaja.

Coepeansttory eaqutlizttion: Kalau hanya kelompok eksperimen 

  saja yang menerima perlakuan suatu ketidaksamaan akan terwujud yang bisa mengancam validitas penelitian. Manfaatnya (misalnya barang-barang atau jasa yang diinginkan (terkait dengan perlakuan eksperimen) perlu didistribusikan secara merata diantara kelompok-kelompok yang terdapat di dalam penelitian. Untuk menghindarkan masalah ini para peneliti mengunakan kelompok pembanding (misalnya satu kelompok menerima ceramah tentang bahaya merokok, sedangkan kelompok yang lain menerima catatan-catatan berkenaan dengan masalah yang dihadapi oleh remaja perokok) sehingga semua kelompok mendapatkan manfaat selama eksperimen.

Coepeansttory rivtlry: Apabila anda secara publik 

  mengumumkan penunjukkan individu-individu yang masuk ke dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, coepeansttory rivtlry bisa terwujud diantara masing-masing kelompok karena kelompok kontrol bisa jadi merasa “dianaktirikan”. Para peneliti bisa mencoba menghindarkan ini dengan jalan berupaya mengurangi kesadaran dan ekspektasi manfaat dari perlakuan terhadap kelompok eksperimen. Reaseantful deaeortlizttion. Apabila kelompok kontrol digunakan individu-individu dalam kelompok ini boleh jadi menjadi cemburu dan memiliki moral rendah karena mereka merasa bahwa mereka itu menerima perlakuan yang kurang eeanyeantngktn dibandingkan dengan kelompok lainnya. Salah satu cara untuk menghindarkan ini adalah memberikan perlakuan terhadap kelompok ini setelah perlakuan terhadap kelompok eksperimen selesai (misalnya setelah eksperimen semua kelas menerima ceramah tentang bahaya merokok bagi kesehatan. Para peneliti juag bisa memberikan pelayanan yang sama menariknya dengan perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen tapi tidak langsung diarahkan pada outcome yang sama sebagaimana diharapkan dengan outcome perlakuan eksperimen (misalnya diskusi kelas bersama teman-teman tentang bahaya menyetir mobil ugal-ugalan).

  Kategori berikut terkait dengan ancaman-ancaman yang secara khusus terjadi selama eksperimen yakni, terkait dengan prosedur penelitian:

  Teasting: Ancaman yang potensial terhadap validitas internal 

  adalah bahwa partisipan boleh jadi sudah terbiasa dengan outcome sehingga mereka bisa mengingat jawaban pada saat ujian selanjutnya. Selama eksperimen outcome diukur lebih dari satu kali seperti pada saat test awal (merokok diulang berkali- kali). Untuk menghindarkan situasi seperti ini para peneliti sebaiknya mengurangi pengukuran outcome dan menggunakan butir-butir yang berbeda pada test akhir dibandingkan dengan butir-butir yang digunakan pada ujian sebelumnya.

  Instrueeantttion: Antara pemberian test awal dan pemberian test

  • akhir instrumen boleh jadi berubah yang membawa ancaman terhadap validitas internal. Contoh para pengamat menjadi lebih berpengalaman selama waktu antara test awal dan test akhir dan mengubah prosedur-prosedur penskoran (para pengamat mengubah lokasi untuk mengobservasi remaja yang merokok). Walaupun jarang terjadi instrumen pengukuran bisa berubah sehingga skala yang digunakan pada test awal dan test akhir menjadi tidak sama. Untuk menghindarkan masalah ini prosedur-prosedur harus distandarkan sehingga skala observasi dan instrumen yang digunakan sama selama masa eksperimen berlangsung.

Ancaman Terhadap Validitas Eksternal

  Dengan jalan eearuling out faktor-faktor ekstraneous dan mengasumsikan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap outcome maka para peneliti membuat generalisasi terhadap hasil penelitian. Threats to external

  

validity (ancaman terhadap validitas eksternal) adalah masalah yang

  mengancam kemampuan kita untuk mengambil inferensi yang tepat dari data-data sampel kepada orang-orang, setting, dan situasi-situasi masa lalu serta situasi-situasi masa datang. Menurut Cook dan Campbell (1979), ada tiga jenis ancaman yang berpengaruh terhadap generalisasi:

Dokumen yang terkait

SOAL ULANGAN HARIAN IPS KELAS 2 BAB KEHIDUPAN BERTETANGGA SEMESTER 2

12 263 2

ANALISIS HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP DITINJAU DARI SKILL ARGUMENTASI ILMIAH SISWA PADA PEMBELAJARAN EKSPERIMEN DI LABORATORIUM NYATA DAN MAYA

4 85 57

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

BAB IV HASIL PENELITIAN - Pengaruh Dosis Ragi Terhadap Kualitas Fisik Tempe Berbahan Dasar Biji Cempedak (Arthocarpus champeden) Melalui Uji Organoleptik - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 2 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Uji Kualitas Mikrobiologi Minuman Olahan Berdasarkan Metode Nilai MPN Coliform di Lingkungan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kelurahan Pahandut Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 2 12

The effect of personal vocabulary notes on vocabulary knowledge at the seventh grade students of SMP Muhammadiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 20

BAB IV HASIL PENELITIAN - Penerapan model pembelajaran inquiry training untuk meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan gerak lurus - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 1 23

CHAPTER I INTRODUCTION - The effectiveness of anagram on students’ vocabulary size at the eight grade of MTs islamiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 10

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Penelitian Sebelumnya - Perbedaan penerapan metode iqro’ di TKQ/TPQ Al-Hakam dan TKQ/TPQ Nurul Hikmah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 26

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penerapan model Problem Based Instruction (PBI) terhadap pemahaman konsep dan hasil belajar siswa pokok bahasan tekanan Kelas VIII Semester II di SMPN Palangka Raya Tahun Ajaran 2015/2016 - Digital Library IAIN Pala

0 3 80