Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan Ka.Prodi DIII Kebidanan Retno Wulandari, SST NIK. 200985034
TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS XI IPA TENTANG
PENTINGNYA MENGKONSUMSI TABLET FE SAAT
MENSTRUASI DI SMA NEGERI 2 SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh
Duwi Murniati
NIM B12 122
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
HALAMAN PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS XI IPA TENTANG
PENTINGNYA MENGKONSUMSI TABLET FE SAAT
MENSTRUASI DI SMA NEGERI 2 SRAGEN
Diajukan Oleh :
Duwi Murniati
NIM B12 122
Telah diperiksa dan disetujui Pada tanggal November 2014
Pembimbing
Ika Budi Wijayanti, SST. M.Sc
NIK.200680024
HALAMAN PENGESAHAN
TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS XI IPA TENTANG
PENTINGNYA MENGKONSUMSI TABLET FE SAAT
MENSTRUASI DI SMA NEGERI 2 SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Oleh :
Duwi Murniati
NIM B12 122
Telah dipertahankan di depan dewan penguji Program Studi Diploma III Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta Pada tanggal November 2014
Penguji I Penguji II
Ika Budi Wijayanti, SST. M.Sc Retno Wulandari, SST NIK. 200985034 NIK.200680024
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan Ka.Prodi DIII Kebidanan
Retno Wulandari, SST
NIK. 200985034KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ”Tingkat Pengetahuan Siswi Kelas XI IPA tentang Pentingnya Mengkonsumsi Tablet Fe Saat Menstruasi di SMA Negeri 2 Sragen”.
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Proposal Karya Tulis Ilmiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Retno Wulandari, SST, selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.
3. Ika Budi Wijayanti, SST., M.Sc, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.
4. Bapak Sunaryo, S.Pd selaku kepala Sekolah SMA Negeri 2 Sragen yang telah memberi ijin kepada penulis untuk pengambilan data awal dalam pembuatan Proposal Karya Tulis Ilmiah.
5. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan.
6. Semua teman-teman angkatan 2012 yang telah membantu dalam penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Proposal Karya Tulis Imiah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, November 2014 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ..................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4 E. Keaslian Studi Kasus.................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ............................................................................. 7
1. Pengetahuan ........................................................................... 7
2. Remaja.................................................................................... 15
3. Tablet Fe................................................................................. 18
4. Menstruasi ............................................................................. 24
B. Kerangka Teori............................................................................. 27
C. Kerangka Konsep ........................................................................ 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................. 29 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 29 C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .................... 30 D. Variabel Penelitian ...................................................................... 31 E. Definisi Operasional .................................................................... 32 F. Instrumen...................................................................................... 32 G. Teknik Pengumpulan data ........................................................... 35 H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ........................................ 35 I. Etika Penelitian ........................................................................... 38 J. Jadwal Penelitian ......................................................................... 39 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori .......................................................................... 27Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 28DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner ...................................................................... 32Tabel 3.2 Definisi Operasional .................................................................... 33DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 3. Surat Balasan dari Lahan Lampiran 4. Surat Permohonan menjadi Responden Lampiran 5. Lembar Kesediaan Menjadi Responden Lampiran 6. Kuesioner Penelitian Lampiran 7. Kunci Jawaban Kuesioner Lampiran 8. Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan pancaroba yang pesat, baik secara fisik, psikis
dan sosial. Masuknya berbagai informasi yang bebas tidak melalui saringan yang benar menurut etika dan moral, menyebabkan remaja rentan terhadap pengaruh yang merugikan. Keadaan ini diperberat dengan kurang pedulinya keluarga dan masyarakat yang menganggap tabu membicarakan masalah reproduksi. Inilah sebabnya remaja perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan kesehatan reproduksi agar peduli serta dapat menentukan sikap dan bertanggung jawab. Pertumbuhan yang pesat pada remaja perempuan umum pada usia 10 – 11 tahun. Perkembangan payudara merupakan tanda awal dari pubertas dimana daerah putting susu dan sekitarnya mulai membesar, kemudian rambut pubis keluar. Pengeluaran sekret vagina terjadi pada usia 10 – 13 tahun karena berkembangnya kelenjar apokrin yang juga menyebabkan keringat ketiak mempunyai bau yang khas. Menstruasi terjadi pada usia 11 – 14 tahun (Depkes RI, 2007).
Pertumbuhan anak remaja umur ini juga sangat pesat, kemudian kegiatan-kegiatan jasmani termasuk olah raga juga pada kondisi puncaknya.
Apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori untuk pertumbuhan dan kegiatan-kegiatannya, maka akan terjadi defisiensi yang akhirnya dapat menghambat pertumbuhan. Pada anak remaja putri mulai terjadi menarche (awal menstruasi) yang berarti mulai terjadi pembuangan Fe, oleh karena itu jika konsumsi makanan khususnya Fe kurang, maka akan terejadi anemia (Notoadmodjo, 2011).
Menstruasi adalah perdarahan yang berasal dari uterus (rahim) sebagai tanda bahwa alat kandungan menunjukkan fungsinya, terjadi setiap bulan secara teratur pada seorang wanita dewasa yang sehat dann tidak hamil. Terdapat beberapa stadium dalam siklus menstruasi yang sering disebut dengan stadium dalam tiap bulannnya. Stadium menstruasi adalah keluarnya darah disertai lapisan endometrium dan lendir dari serviks. Darah yang keluar tidak membeku karena zat (fermen) yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan potongan-potongan lapisan endometrium tersebut. Bila menstruasi banyak sekali maka fermen tidak mencukupi sehingga timbul bekuan-bekuan darah menstruasi. Banyaknya perdarahan selama haid normalnya ± 50 cc (Asrinah dkk, 2011).
Kehilangan darah yang cukup banyak seperti saat menstruasi dapat menghilangkan zat besi dari tubuh. Wanita yang mengalami menstruasi setiap bulan beresiko menderita anemia. Kehilangan darah secara pelan-pelan di dalam tubuh seperti ulserasi, polip kolon dan kanker kolon juga dapat mengakibatkan anemia (Briawan, 2014).
Pemberian suplemen besi dapat digunakan untuk pengobatan (terapi) bagi penderita anemia dan juga untuk upaya preventif kejadian anemia.
Suplemen zat besi untuk terapi (intervensi terapeutik) dilakukan jika telah terjadi anema defisiensi besi, sehingga diperlukan dosis yang lebih tinggi atau peningkatan frekuensi konsumsi pangan yang kaya sumber zat besi (Briawan, 2014)
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 2 Sragen pada Oktober 2014 jumlah siswi kelas XI IPA sebanyak 142 siswa setelah dilakukan wawancara kepada 10 siswi tentang pentingnya tablet Fe didapatkan 7 siswa belum mengetahui pentingnya tablet Fe sedangkan 3 siswi mengetahui pentingnya tablet Fe saat menstruasi. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang ”Tingkat Pengetahuan Siswi Kelas XI IPA tentang Pentingnya Mengkonsumsi Tablet Fe Saat Menstruasi di SMA Negeri 2 Sragen.
B. Perumusan Masalah
”Bagaimana tingkat pengetahuan siswi kelas XI IPA tentang pentingnya mengkonsumsi Tablet Fe saat Menstruasi di SMA Negeri 2 Sragen?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum Mengetahui tingkat pengetahuan siswi kelas XI tentang pentingnya menkonsumsi Tablet Fe saat menstruasi di SMA Negeri 2 Sragen.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan siswi kelas XI tentang pentingnya menkonsumsi Tablet Fe saat menstruasi di SMA Negeri 2 Sragen pada tingkat pengetahuan baik. b. Mengetahui tingkat pengetahuan siswi kelas XI IPA tentang pentingnya menkonsumsi Tablet Fe saat menstruasi di SMA Negeri 2 Sragen pada tingkat pengetahuan cukup.
c. Mengetahui tingkat pengetahuan siswi kelas XI IPA tentang pentingnya menkonsumsi Tablet Fe saat menstruasi di SMA Negeri 2 Sragen pada tingkat pengetahuan kurang.
d. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan siswi kelas XI tentang pentingnya menkonsumsi Tablet Fe saat
menstruasi di SMA Negeri 2 Sragen
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi ilmu pengetahuan Hasil penelitian diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan disiplin ilmu tentang kesehatan reproduksi remaja khususnya pentingnya menkonsumsi Tablet Fe saat menstruasi dan dapat menambah wacana kepustakaan khususnya tentang pentingnya menkonsumsi Tablet Fe saat
menstruasi.
2. Bagi diri sendiri Menambah wawasan dan memberi pengalaman nyata dalam melakukan penelitian tentang pentingnya menkonsumsi Tablet Fe saat menstruasi.
3. Bagi Institusi
a. Bagi Pendidikan Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dan peningkatan kualitas pendidikan kesehatan khsusunya pentingnya menkonsumsi Tablet Fe saat menstruasi.
b. Bagi SMA Negeri 2 Sragen Menambah pengetahuan siswi SMA Negeri 2 Sragen tentang kesehatan reproduksi remaja khususnya pentingnya menkonsumsi Tablet Fe saat menstruasi serta meningkatkan kualitas pendidikan.
E. Keaslian Penelitian
1. Warsiti S (2013), STIKes Kusuma Husada Surakarta dengan judul “
Tingkat Pengetahuan Siswi Kelas XI tentang Pentingnya Mengkonsumsi Tablet Fe Saat Menstruasi di SMA Muhammadiyah 1 Sragen Tahun 2013”. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian diskriptif kuantitatif. Dari hasil penelitian terhadap 34 siswi kelas XI di SMA Muhammadiyah 1 Sragen diperoleh hasil 4 siswi (11,8%) dalam kategori baik, 23 siswi (67,6%) dalam kategori cukup, 7 siswi (20,6%) dalam kategori kurang. Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswi kelas XI di SMA Muhammadiyah 1 Sragen mempunyai pengetahuan cukup 23 siswi (67,6%) tentang pentingnya mengkonsumsi tablet Fe.
2. Kumalasari, R.D (2008), STIKes Kusuma Husada Surakarta dengan judul
“Tingkat Pengetahuan Tentang Mengkonsumsi Tablet Fe saat Menstruasi Pada Siswi SMA Muhammadiyah 3 Surakarta”. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dan menggunakan metode penelitian cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan siswi SMA Muhammadiyah 3 Surakarta tentang pentingnya mengkonsumsi tablet Fe saat menstruasi dalam kategori baik 7 siswi (28%), cukup 14 siswi (56%), kurang 4 siswi (16%).
Persamaan keaslian penelitian di atas dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu terletak pada variabel penelitian dan perbedaannya pada waktu, tempat dan responden penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil “tahu” pengindraan manusia terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2010).
b. Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007), ada enam tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya 2) Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya, aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan seperti sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk
5) Sintesa (Syntesis) Sintesa dalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
c. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:
1) Cara Coba-Salah (Trial and Error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode
trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba-salah
2) Cara Kekuasaan atau Otoritas Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan- kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya, dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli- ahli ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri.
Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa yang dikemukakannya adalah benar.
3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan.
4) Melalui Jalan Pikiran Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.
5) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”, atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research methodology).
d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Mubarak (2012), terdapat 7 faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu:
1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
2) Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya
3) Umur Bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar, pertumbuhan fisik terdiri atas empat (4) kategori pertumbuhan yaitu pertumuhan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf berpikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini
4) Minat Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
5) Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik. Sebaliknya jika pengalaman tersebut menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiawaan seseorang. Pengalaman baik ini akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
6) Kebudayaan lingkungan sekitar Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap selalu menjaga kebersihan lingkungan. Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
7) Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate
impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media masa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media masa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
e. Pengukuran Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ukur atau kita ketahui dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatannya. Menurut Riwidikdo (2013), maka digunakan perhitungan sebagai berikut: Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD Cukup : Bila nilai responden mean -1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD
2. Remaja
a. Pengertian Remaja Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dimana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan perkembangan, baik fisik, mental maupun peran sosial (Ardhyantoro dan Kumalasari, 2010).
Masa remaja merupakan salah periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologi, dan perubahan sosial (Notoatmodjo, 2007).
b. Batasan Remaja Menurut Ardhyantoro dan Kumalasari (2010), batasan remaja
1) Masa remaja awal yaitu 10 – 12 tahun
a) Lebih dekat dengan teman sebaya
b) Ingin bebas
c) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya
d) Mulai berpikir abstrak
2) Masa remaja tengah yaitu 13 – 15 tahun
a) Mencari identitas diri
b) Timbul keinginan untuk berkencan
c) Mempunyai rasa cinta yang mendalam
d) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
e) Berkhayal tentang aktivitas seks
3) Masa remaja akhir yaitu 16 – 21 tahun
a) Pengungkapan kebebasan diri
b) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
c) Mempunyai ciri tubuh (body image) terhadap dirinya sendiri
c. Aspek perkembangan pada masa remaja Menurut Handoyo (2010), aspek perkembangan remaja meliputi:
1) Perkembangan fisik
Perkembangan fisik pada remaja adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan keterampilan motorik.
Perubahan pada tubuh diatandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, serta kematangan organ
Menurut Notoatmodjo (2007), antara remaja putra dan putri kematangan seksual terjadi dalam usia yang agak berbeda.
Kematangan seksual pada remaja pria biasanya terjadi pada usia 10
- – 13,5 tahun sedangkan pada remaja putri terjadi apda usia 9 – 15 tahun. Bagi remaja laki-laki perubahan itu ditandai oleh perkembangan pada organ seksual, mulai tumbuhnya rambut kemaluan, perubahan suara, dan juga ejakulasi pertama melalui wer drem atau mimpi basah. Sedang pada remaja putri pubertas ditandai dengan menarche (haid pertama), perubahan pada dada (mammae).
2) Perkembangan kognitif
Seorang remaja termotivasi memahami dunia kaena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka dimana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka.
Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya.
Menurut Notoatmodjo (2007), labilnya emosi erat kaitannya dengan perubahan hormon dalam tubuh. Sering terjadi letusan emosi dalam bentuk amarah, sensitif bahkan perbuatan nekat. Ketidakstabilan emosi menyebabkan mereka mempunyai rasa ingin tahu dan dorongan untuk mencari tahu. Pertumbuhan kemampuan intelektual pada remaja cenderung membuat mereka bersikap kritis, tersadar melalui perbuatan-perbuatan yang sifatnya eksperimen dan eksploratif.
3) Perkembangan kepribadian dan sosial
Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik, sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup.
3. Tablet Fe
a. Pengertian
1) Zat besi merupakan mineral yang diperlukan oleh semua sistem biologi di dalan tubuh dan sebagai unsur esensial untuk sintesis hemoglobin, sintesis katekolamin, produksi panas dan sebagai komponen enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk produksi
adenosin trifosfat yang terlibat dalam respirasi sel. Zat besi
disimpan dalam hepar, lien dan sumsum tulang. Sekitar 70% zat besi yang ada di dalam tubuh berada dalam hemoglobin dan 3% dalam mioglobin (simpanan oksigen intramuskuler). Difisiensi zat besi akan mengakibatkan anemia yang menurunkan jumlah maksimal ogsigen yang dapat dibawaoleh darah (Jordan, 2004). 2) Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini terutama diperlukan dalam hemopobesis (pertumbuhan darah), yaitu dalam sintesis hemoglobin (Hb). Disamping itu berbagai jenis enzim memerlukan Fe sebagai faktor penggiat (Paath, 2005).
b. Manfaat Zat Besi
Menurut Ibrahim dan Proverawati (2011), besi merupakan unsur vital untuk pembentukan hemoglobin, juga merupakan komponen penting pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom-oksidase, katalase peroksidase. Fungsi utama zat besi adalah untuk mengantarkan oksigen kedalam jaringan-jaringan tubuh (fungsi hemoglobin) dan berperan pada mekanisme oksidase seluler (fungsi sistem sitokrom).
Transferin mengandung Fe bentuk ferro. Transferin merupakan kunjugat Fe yang berfungsi mentransfor Fe tersebut di dalam plasma darah dari tempat penimbunan Fe ke jaringan-jaringan (sel) yang memerlukan (sumsum tulang tempat terdapat jaringan hemopoietik) tranferin terdapat juga dalam berbagai jaringan tubuh dan mempunyai karakteristik yang berlainan (Paath, 2005).
Menurut Ibrahim dan Proverawati (2011), metabolisme besi dalam tubuh merupakan salah satu kunci penanggulangan masalah kekurangan zat besi, empat bentuk zat besi dalam tubuh meliputi zat besi dalam hemoglobin, zat besi dalam depot (cadangan) terutama sebagai feritin dan hemosiderin, zat besi yan ditranspor dalam transferin dan zat besi parenkin atau zat besi dalam jaringan mioglobin dan beberapa enzim yaitu sitokrom, katalase dan peroksidase. Proses metabolisme zat besi digunakan untuk biosintesa hemoglobin, dimana zat besi digunakan secara terus-menerus. Sebagian besar zat besi yang hanya sebagian kecil yang dieskresi melalui air kemih, feses dan keringat. Terdapat 3 tingat kekurangan zat besi, yaitu:
1) Tingkat 1
Iron depletion yang ditandai dengan berkurangnya atau tidak ada cadangan besi sehingga feritin plasma akan menurun dan absorbsi zat besi akan meningkat. 2) Tingkat II
Keseimbangan zat besi yang negatif menjadi lebih progresif, maka terjadilah keadaan yang dinamakan iron deficiency erythropoesis dengan tanda penurunan cadangan zat besi (depot iron) dalam tubuh, penurunan besi dalam serum dan penurunan kadar jenuh transferin sampai kurang 16% tetapi belum ada tanda-tanda anemia. 3) Tingkat III
Dinamakan iron deficiency erythropoesis pada tingkat ini keseimbangan zat besi yang negatif ditandai dengan adanya anemia yang nyata disertai dengan kelainan-kelainan seperti pada tingkat II
c. Sumber Zat Besi
Menurut Misaroh dan Proverawati (2013), sayuran merupakan jenis makanan kedua yang paling banyak dikonsumsi oleh mahasiswa.
Sayuran yang paling banyak dikonsumsi yaitu buncis, daun singkong, wortel, kacang panjang, kol, sawi, daun bayam, labu siam daun atau biji melinjo, jamur kangkung, nangka muda, tauge atau ketimun.
Menurut Waryana (2010), makanan sumber Fe yang baik antara pisang ambon. Fe yang berasal dari makanan hewani lebih mudah diserap oleh tubuh daripada Fe yang berasal dari makanan nabati.
d. Faktor yang mempengaruhi Absorbsi Zat Besi
Menurut Ibrahim dan Proverawati (2011), ada tiga faktor penting yang mempengaruhi absorbsi zat besi, yaitu :
1) Faktor endogen
a) Bila jumlah zat besi yang disimpan dalam depot berkurang, maka absorbsi zat besi akan bertambah dan demikian pula sebaliknya.
b) Bila aktifitas eritropoisis naik, maka absorbsi zat besi akan bertambah dan demikian pula sebaliknya.
c) Bila kadar Hemoglobin berkurang, maka absorbsi zat besi akan bertambah dan demikian pula sebaliknya.
2) Faktor eksogen
a) Komposisi zat besi dalam bentuk Fe2+ atau Fe3+ yang didapati dalam sumber makanan.
b) Sifat kimiawi makanan yang dapat menghambat atau mempermudah absorbsi zat besi.
c) Vitamin C mempermudah absorbsi zat besi karena dapat mereduksi dari bentuk feri ke bentuk fero.
3) Faktor usus sendiri a) Sekresi pankreas menghambat absorbsi zat besi.
b) Asam lambung mempermudah absorbsi zat besi karena dapat merubah bentuk Fe3+ menjadi Fe2+ (Keasaman lambung dapat meningkatkan daya larut besi.
e. Efek Samping Zat Besi
Menurut Ibrahim dan Proverawati (2011), untuk mengurangi mual muntah, yaitu : 1) Makanlah dalam jumlah sedikit tapi sering. 2) Hindari makanan yang menggunakan bumbu yang merangsang
(terlalu pedas, terlalu gurih, terlalu asam), memiliki aroma yang menyengat, berlemak, dan berminyak.
3) Cara lain dengan mengonsumsi vitamin B kompleks dan B6 di awal-awal kehamilan. Kedua vitamin tersebut dapat merangsang penyebab mual dan muntah. 4) Mintalah obat kepada dokter ahli yang menangani. 5) Jangan membiarkan perut dalam keadaan kosong atau lapar. Bila sedang tak nafsu makan, cobalah untuk mengonsumsi telur, kacang-kacangan rendah garam, atau gandum. Bagaimanapun, janin membutuhkan asupan nutrisi.
f. Kebutuhan Tablet Fe pada remaja Menurut Briawan (2013), kebutuhan zat besi terabsorbsi pada remaja wanita diperkirakan sekirat 1,9 mg/hari berdasarkan rata –rata kebutuhan untuk tumbuh (0,5 mg) basal 0, 75 mg dan kehilangan darah menstruai (0,6 mg). Apabila AKG zat besi 15 mg/hari. Kehilangan zat empedu 0,222 – 0,28 mg/hari. Peluruhan di saluran cerna 0,24 mg/hari, urine 0,5 – 1,0 mg/hari. Pada remaja jumlah kebutuhan zat besi sesuai dengan ukuran tubuh dan terjadinya menstruasi. Kebutuhan remaja dihitung dari peningkatan total volume darah (0,18 mg/hari pada remaja pria dan 0,14 mg/hari pada remaja wanita) dan peningkatan simpanan besi karena peningkatan simpanan besi masa tubuh aktif (lean body mass) (0,55 mg/har pada remaja pria, 0,33 mg pada remaja wanita. Peningkatan kebutuhan zat besi tersebut peningkatan volume darah yang diiringi dngan peningkatan rata-rata konsentrasi Hb selama pertumbuhan yang pesat (growth spurt)
Tambahan zat besi untuk remaja wanita diperlukan untuk menggantikan kehilangan zat besi selama menstruasi. Bahwa menstruasi selama remaja tiak berbeda degnan usia reproduksi lainnya. Rata-rata kehilangan darah menstruasi 84 ml dengan asumsi kehilangan Hb 133 g/l, membutuhkan tambahan zat besi 0,56 mg/hari.
Tambahan zat besi untuk persentil ke-10 sebesar 0,17 mg/hari. Dan persentil ke 90 sebesar 1,08 mg/hari. Tambahan zat besi untuk mempertahankan keseimbangan akibat kehilangan darah menstruasi dibutuhkan sebanyak 2,1 mg/hari untuk persentil ke
75 (Briawan, 2013).
4. Menstruasi
a. Pengertian
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari
uterus disertai pelepasan (dekuamasi) endometrium (Proverawati dan Misaroh, 2009).
Menstruasi adalah perdarahan yang berasal dari uterus (rahim)
sebagai tanda bahwa alat kandungan menunaikan fungsinya, terjadi setiap bulan secara teratur pada seorang wanita dewasa yang sehat dan tidak hamil (Asrinah, dkk, 2011).
b. Permasalahan menstruasi permasalahan menstruasi, antara lain: 1) Pre Menstrual Syndrome (PMS)
Pre Menstrual Syndrome (PMS) atau premenstruasi tension
merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid dan menghilang sesudah datangnya haid, walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti (Asrinah, dkk, 2011).
2) Dismenorea Dismenorea adalah nyeri menstruasi yang merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Timbul akibat kontraksi disritmik miometrium (lapisan rahim) yang menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari nyeri yang ringan sampai berat pada perut bagian bawah, bokong dan nyeri spasmodik pada sisi medial paha Menurut Nugroho dan Setiawan (2010), gangguan menstruasi meliputi: 1) Hipermenorea yaitu haid banyak (6 – 7 kali ganti pembalut/hari) 2) Hipomenorea adalah darah sedikit ganti pembalut 1 – 2 kali/hari, lama menstruasi 1-2 hari.
3) Menorhagia adalah perdarahan haid yang banyak dari normal atau lebih lama dari normal.
4) Amenorea adalah tidak adanya haid selama 3 bulan atau lebih. 5) Psuedoamenore adalah haid ada tetapi darah haid tidak keluar karena tertutupnya saluran alat kelamin.
6) Mentrorhagia adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid.
c. Penyebab gangguan menstruasi
Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), penyebab gangguan
menstruasi, yaitu:
1) Fungsi hormon terganggu Menstruasi terkait erat dengan sistem hormon yang diatur oleh otak, tepatnya di kelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu, otomatis siklus menstruasi akan terganggu. 2) Kelainan sistemik
Keadaan seseorang yang tubuhnya sangat gemuk atau kurus. Hal ini bisa mempengaruhi siklus menstruasi karena sistem metabolisme di diabetes juga akan mempengaruhi sistem metabolisme sehingga siklus menstruasi tidak teratur.
3) Stress Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh karena stress tubuh jadi mudah lelah, berat badan turun drastis, bahkan sakit-sakitan, sehingga metabolismenya terganggu. 4) Kelenjar gondok
Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bisa menjadi penyebab tak teraturnya siklus menstruasi. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun terlalu rendah (hipotiroid) sehingga sistem hormonal tubuh ikut terganggu
5) Hormon prolaktin berlebihan Produksi hormon prolaktin ini sering kali membuat menstruasi tak kunjung datang karena memang hormon ini menekan tingkat kesuburan.
B. Kerangka Teori
7. Informasi Tablet Fe saat menstruasi
6. Kebutuhan Tablet Fe pada remaja
5. Efek Samping Zat Besi
4. Faktor yang mempengaruhi Absorbsi Zat Besi
3. Sumber Zat Besi
2. Manfaat Zat Besi
1. Pengertian
Pengetahuan Remaja
Gambar 2.1 Kerangka teori5. Pengalaman
4. Minat
3. Umur
2. Pekerjaan
1. Pendidikan
Sumber: Modifikasi Notoatmodjo (2007), Depkes RI (2007) Faktor yang mempengaruhi pengetahuan :
6. Kebudayaan lingkungan sekitar
C. Kerangka Konsep
Informasi
Baik Tingkat Pengetahuan Siswa
Cukup Kelas XI IPA tentang
Pentingnya Tablet Fe Kurang
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan :
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Umur
4. Minat
5. Pengalaman
6. Kebudayaan lingkungan sekitar
7. Informasi Keterangan :
: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Menurut Nursalam (2008), penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa yang penting yang terjadi pada masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada
data faktual daripada penyimpulan. Penelitian kuantitatif adalah teknik yang digunakan untuk mengolah data yang berbentuk angka, baik sebagai hasil pengukuran maupun hasil konvensi (Nototatmodjo, 2010). Pada penelitian ini meneliti tingkat pengetahuan siswi kelas XI IPA tentang pentingnya mengkonsumsi Tablet Fe saat menstruasi di SMA Negeri 2 Sragen.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data selama kasus berlangsung (Budiarto, 2004). Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 2 Sragen.
2. Waktu penelitian Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk memperoleh data penelitian yang dilaksanakan (Budiarto, 2003).
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2014 – April 2015.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi Populasi adalah total dari seluruh unit atau elemen dimana peneliti tertarik. Populasi dapat berupa organisme, orang atau satu kelompok, masyarakat, organisasi, benda, obyek, peristiwa atau laporan yang semuanya memiliki ciri dan harus didefinisikan secara spesifik (Silalahi, 2012). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswi Kelas XI IPA di SMA Negeri 2 Sragen yang berjumlah 142 siswi.
2. Sampel Sampel adalah bagian tertentu yang dipilih dari populasi
(Silalahi, 2010). Menurut Arikunto (2010), jika populasi kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua dan jika jumlah subyek lebih dari 100, maka dapat diambil 10 – 15% atau 20 – 25%. Sehingga sampel dalam penelitian dengan perhitungan (142 x 25% = 36). Jadi sampel dalam penelitian ini 36 siswi.
3. Teknik Pengambilan sampling Teknik sampling adalah cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2008). Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Teknik simple random
sampling atau acak sederhana adalah setiap anggota atau unit dari populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian pengambilan sampel dengan
Menurut Arikunto (2010), untuk mendapatkan sampel dari tiap kelas digunakan perhitungan sebagai berikut:
F n = x n N
n : Sampel dari masing-masing N : Jumlah semua populasi F : Jumlah responden di masing-masing kelas:
36
x
36 8,8 dibulatkan 9 = =
a. Kelas XI IPA I 142
35 = x 36 = 8,6 dibulatkan 9
b. Kelas XI IPA II 142
35 = x 36 = 8,6 bulatkan 9
c. Kelas XI IPA III 142
36 = x 36 = 8,8 dibulatkan 9
d. Kelas XI IPA III 142 Jadi sampel yang digunakan pada penelitian adalah 36 siswa.