ANALISIS PEMANFAATAN BIOTEKNOLOGI JERAMI. pdf
Gerbang Etam Vol. 9. No.1 Tahun 2015
Jurnal Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah
ISSN 1978-838X
ANALISIS PEMANFAATAN BIOTEKNOLOGIJERAMI PADI
UNTUK PAKAN TERNAK SAPI POTONG
AN ANALYSIS OF THE USE OF RICE STRAW BIOTECNNOLOGY
FOR BEEF CATTLE FEED
Dr. Ir. Ida Bagus Made Agung Dwjatenaya, M.Si
Koordinator Tim Peneliti Balitbang dan Dosen Faperta Unikarta Tenggarong
Email :[email protected]
ABSTRACT
This reaseach is aimed at the utilization of rice straw for feeding beef cattle, increasing the availability of
nutrients for the ration can be utilized by cattle, and gain added value from the cattle by utilizing rice straw.
The design of the research uses design deskriptive-quantitative. To know the quality of rice straw was
conducted using a nutrient analysis laboratory to know the content of the cattle feed.
Some of the findings in the research is giving feed to beef cattle met the standards nutrients to be able to the
increase in performans condition of body optimal namely where as middle for beef cattle (Bali Cattle), rice
straw fermented technological innovation for beef cattle to be worthy technically, so can be recommended in
areas that have similar agroekosistem condition, and beef cattle busness profitable bay R-C ratio larger than
one (R/C > 1), and also to the beef cattle business to obtained profit as much as Rp 9,850.00/head/day
The utilization of rice straw through fermentation as livestock feed ruminants can reduce the amount of waste
agricultural production and as alternative that could resolved problems concerning feed during dry season.
Therefore, be recommended several things here for farmers can use to optimally rice straw to cultivated as
feed cattle through the fermentation of biotechnology, for the government to the technology of biotechnology
through rice straw fermentation have to keep in socialized it on public especially the livestock and farmers
which generally have the knowledge that is low on the rice straw fermentation
Keywords: biotechnology, rice straw,, beef cattle
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk pemanfaatan pakan dari jeramipadi melalui teknologi fermentasi
untuk sapi potong, meningkatkan ketersediaan nutrien ransum untuk dapat dimanfaatkan oleh
ternak sapi, dan memperoleh nilai tambah asal sapi dengan memanfaatkan jerami padi.
Rancangan penelitian menggunakan rancangan deskriptif-kuantitatif. Untuk mengetahui kualitas
jerami dilakukan analisis dengan menggunakan metode analisis laboratorium, khususnyauntuk
mengetahui kandungan nutrisi pakan ternak tersebut.
Beberapa temuan dalam penelitian ini adalah pemberian pakan untuk penggemukan sapi yang
memenuhi standar nutrisi terbukti mampu memberikan kenaikan performans kondisi tubuh yang
optimal yaitu sedang untuk sapi potong (Sapi Bali), inovasi teknologi fermentasi jerami padi untuk
penggemukan sapi layak secara teknis, sehingga dapat direkomendasikan pada wilayah yang
memiliki kondisi agroekosistem yang serupa, dan usaha penggemukan sapi potong
menguntungkan dengan R-C rasio lebih besar dari satu. Selanjutnya juga tampak usaha
penggemukan mendapatkan keuntungan sebesar Rp.9.850/ekor/hari.
Pemanfaatan jerami padi melalui fermentasi sebagai pakan ternak ruminansia dapat mengurangi
jumlah produksi limbah pertanian dan sebagai alternatif yang bisa memecahkan persoalan
mengenai pakan saat musim kemarau. Untuk itu, dapat direkomendasikan beberapa hal berikut
ini: (1) Bagi petani agar dapat memanfaatkan secara optimal jerami padi untuk diolah sebagai
pakan ternak melalui bioteknologi fermentasi, sehingga jerami tidak dibakar percuma. (2) Bagi
pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, terutama instansi terkait agar teknologi bioteknologi
melalui fermentasi jerami padi harus terus di sosialisasikan pada masyarakat khususnya peternak
dan petani yang umumnya memiliki pengetahuan yang rendah tentang fermentasi jerami padi.
Kata Kunci: Bioteknologi, jerami padi, sapi potong
Gerbang Etam [62]
Gerbang Etam Vol. 9. No.1 Tahun 2015
ISSN 1978-838X
Jurnal Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah
PENDAHULUAN
Pertanian
bangsa
strategis
ruminansia besar (khususnya sapi) memiliki
memiliki
Indonesia,
arti
yaitu
untuk
bidang
sumber
utama
penting
menjadi
bagi
sektor
pembangunan.
Pertanian juga mempunyai peran penting
sebagai
kehidupan
dan
pendapatan masyarakat, penghasil bahan
mentah dan bahan baku industri pengolahan,
penyedia lapangan kerja dan lapangan usaha,
sumber
penghasil
devisa
negara,
serta
merupakan salah satu unsur pelestarian
lingkungan
hidup.Pertanian
keseluruhan
sangat
dibutuhkan
seluruh
menyediakan
berbagai
secara
penting
karena
produk
penduduk
yang
dan
menghasilkan komoditas ekspor.Peternakan
sapi potong merupakan bagian dari pertanian
dalam arti luas, yang juga sangat memegang
peranan strategis bagi pembangunan.
Pembangunan
peternakan
merupakan
bagian integral dari pembangunan pertanian
sebagaimana yang tercantum dalam arah dan
kebijakan
pembangunan
nasional.
Pembangunan peternakan bertujuan untuk
meningkatkan produksi dan populasi ternak
dalam rangka memenuhi kebutuhan daging
nasional
dan
mengurangi
impor.
Laju
permintaan daging sapi yang terus meningkat
setiap tahun, tidak dapat diimbangi dengan
kecepatan produksi dari dalam negeri. Untuk
menutupi
kesenjangan
tersebut,
maka
pemerintah Indonesia melalui Instansi terkait
melakukan kebijakan pengadaan daging dan
ternak bakalan sapi dari luar negeri termasuk
pemerintah Provinsi Kalimantan Timur saat ini
juga melakukan kebijakan tersebut (Marthur,
kemampuan
permintaan
untuk
akan
dapat
daging
mensuplai
di
Provinsi
Kalimantan Timur, namun hal tersebut belum
dapat diimbangi dengan laju tumbuh-kembang
ternak ruminansia besar yang masih rendah di
tingkat petani ternak. Pola pemeliharaan yang
masih
bersifat
produksi
sambilan,
dan
reproduksi
rendahnya
ternak
laju
karena
rendahnya tingkat daya dukung lingkungan
(pakan
dan
kesehatan),
penyebab hal tersebut.
diduga
menjadi
Berbagai upaya telah dilakukan untuk
meningkatkan produksi ternak, begitu pula di
Kabupaten Kutai Kartanegara upaya yang
dilakukan diantaranya adalah meningkatkan
populasi
ternak
sapi.
Populasi
sapi
di
Kabupaten Kutai Kartanegara dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan.
Pada tahun
2007 populasi sapi sebanyak 22.470 ekor
selanjutnya pada tahun 2013 mengalami
peningkatan menjadi 25.640 ekor
tetapi,
produksi
daging
sapi
Akan
mengalami
fluktuasi dan bahkan cenderung mengalami
penurunan.
Produksi
daging
sapi
di
Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun
2013 sebanyak 640.981 kg dengan jumlah
konsumsi sebanyak 455.286 kg (Disnakeswan
Kutai Kartanegara, 2013). Walaupun adanya
kecenderungan
mengalami
produksi
penurunan,
daging
tetapi
sapi
konsumsi
daging sapi di Kabupaten Kutai Kartanegara
masih lebih kecil. Adanya kondisi ini bukan
berarti tidak lagi dilakukan upaya peningkatan
produksi ternak sapi di Kabupaten Kutai
Kartanegara.
2006; Disnak Prov Kaltim, 2014). Ternak
Gerbang Etam [63]
Gerbang Etam Vol. 9. No.1 Tahun 2015
ISSN 1978-838X
Jurnal Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah
Sebagaimana diamanatkan UU No 12
dengan rata-rata produksi 195.555 ton dan
Pasal 12 ayat (2) yang berbunyi Pemerintah
rata-rata selama 5 tahun produktivitas padi
Tahun 2012 tentang Pangan, khususnya
dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab
atas Ketersediaan Pangan di daerah dan
pengembangan Produksi Pangan Lokal di
daerah
dan
Penyediaan
ayat
Pangan
(4)
yang
diwujudkan
berbunyi
untuk
memenuhi kebutuhan dan konsumsi Pangan
bagi masyarakat. Lebih lanjut BAB VI pasal
59
ditegaskan
Pemerintah
meningkatkan
kualitas
bahwa
Daerah
Pemerintah
dan
berkewajiban
pemenuhan
kuantitas
konsumsi.
dan
Sebagaimana
diungkapkan di di atas, sapi potong adalah
sumber pangan bagi masyarakat, termasuk
masyarakat Kutai Kartanegara.
Fakta di
lapangan menunjukkan bahwa permintaan
rata-rata luas panen 38.253,2 ha, sedangkan
ladang 2,97 ton/ha dengan rata-rata produksi
16.918,57 ton dan rata-rata luas panen 5.635
ha (BPS Kaltim 2012). Sebagai konsekuensi
makin meningkatnya luas tanam padi, maka
makin
meningkat
tanaman
padi
pula
yang
produk
dapat
samping
menimbulkan
problem lingkungan dan perlu diantisipasi.
Salah
satu
cara
pemecahannya
adalah
dengan memanfaatkan ternak ( Corley, 2003),
khususnya ternak ruminansia sebagai pabrik
hidup yang dapat memanfaatkan produk
samping tersebut sebagai pakan, sekaligus
dapat dijadikan mesin hidup sebagai sumber
bahan pupuk organik.
Potensi fisik jerami yang sangat besar
daging sapi di Kabupaten Kutai Kartanegara
belum
Tetapi, di sisi lain pertumbuhan produksi (sisi
(37 persen) untuk pupuk, dijadikan alas
mengalami
peningkatan
penawaran)
tidak
mengalami
signifikan.
sebanding
peningkatan permintaan.
persolan
yang
pengadaan
hambatan
dengan
Oleh sebab itu,
daging
setiap
sapi
selalu
tahunnya.
Kondisi ini tentu akan berpengaruh pada
kinerja
Pemerintah
Kartanegara,
dan
mengalami masalah.
Kabupaten
secara
politis
Kutai
pun
Data menunjukkan bahwa Kabupaten
Kutai Kartanegara merupakan lumbung beras
di Kalimantan Timur. Produksi padi sawah
memberikan
kontribusi
terbesar
terhadap
produksi padi kabupaten. Rata-rata selama 5
tahun produktivitas padi sawah 5,04 ton/ha,
sepenuhnya
dimanfaatkan.
Pemanfaatan jerami sebagian besar dibakar
kandang (36 persen) yang kemudian dijadikan
kompos dan hanya sekitar 15 persen sampai
22 persen yang digunakan sebagai pakan
ternak. Kendala utama penggunaan jerami
sebagai
bahan
pakan
ternak
adalah
kecernaan (45-50 persen) dan protein (3-5
persen) yang rendah.Nilai manfaat jerami padi
sebagai
bahan
pakan
ternak
dapat
ditingkatkan dengan dua cara, yaitu dengan
mengoptimumkan
lingkungan
saluran
pencernaan atau dengan meningkatkan nilai
nutrisi jerami. Optimasi lingkungan saluran
pencernaan terutama rumen, dapat dilakukan
dengan pemberian bahan pakan suplemen
Gerbang Etam [64]
Gerbang Etam Vol. 9. No.1 Tahun 2015
ISSN 1978-838X
Jurnal Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah
yang mampu memicu pertumbuhan mikroba
rumen pencerna serat seperti bahan pakan
sumber protein.
Upaya pemanfaatan jerami padi sebagai
produk yang bernilai tambah, yakni dengan
memanfaatkan
teknologi
bioteknologi.
Bioteknologi telah mengalami perkembangan
sangat pesat.
Di beberapa Negara maju,
bioteknologi mendapatkan perhatian serius
dan dikembangkan secara intensif dengan
harapan
mengatasi
dapat
memberi
berbagai
solusi
permasalahan
untuk
yang
dihadapi manusia pada saat ini, maupun di
masa yang akan datang.
Berbagai macam
batasan dan pengertian dikemukakan oleh
para
ahli
pemanfaatan
(Nurcahyo,
teknologi
2011).
bioteknologi
Melalui
akan
Kajian teoritis dan emperis menunjukkan
bahwa bioteknologi jerami melalui fermentasi
memiliki kandungan nutrusi yang lebih tinggi.
Akan
tetapi,
masalah
di
masyarakat
menunjukkan bahwa peternak belum lazim
menggunakan pakan ternak jerami melalui
fermentasi ini. Atas dasar pemikiran teoritis
dan kajian empiris, maka disusun suatu
kegiatan
tentang
Kajian
Pemanfaatan
Bioteknologi Hijauan Makanan Ternak Sapi
Potong .
Harapan bahwa pemberian bahan
pakan inkonvensional asal tanaman padi
mampu memenuhi kebutuhan ternak sapi
potong
akan
konsekuensinya
nutrien
penampilan
potong akan lebih baik.
Pakan
merupakan
dan
sebagai
ternak
faktor
sapi
pembatas
diperoleh tambahan manfaat dari jerami ini,
rendahnya tingkat produktivitas sapi potong di
dimanfaatkan oleh peternak di Kabupaten
musim kemarau, dalam artian jumlah yang
yang
pada
dasarnya
Kutai Kartanegara.
jerami
tidak
Usahatani ternak sapi
potong dengan menggunakan pakan jerami
melalui bioteknologi permentasi ini apakah
menguntungkan
atau
tidak
dianalisis
berdasarkan analisis rasio penerimaan dan
pengeluaran (R-C rasio) Soekartawi (1995).
Berbagai
penelitian
bioteknologi
jerami
menunjukkan
melalui
bahwa
fermentasi
memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tanpa fermentasiYunilas
(2009).
Penelitian lain yang berhubungan
dengan bioteknologi jerami dan sapi potong
sebagaimana dilakukan oleh Bamualim, dkk
(2008); Suharto (2004); dan Purbowati, dkk
(2005).
Provinsi Kalimantan Timur, khususnya di
terbatas,
kualitas
yang
rendah
maupun
(Sasaki,
1992;
dan
Zarate,
1998).
tertentu
cukup
kontinyuitas yang tidak berkesinambungan
Ketidaktersediaan pakan pada musim-musim
pengembangan
menyulitkan
usahaternak,
dalam
mengingat
pakan merupakan komponen utama dalam
usaha ternak. Di lain pihak, produk samping
tanaman padi yang cukup melimpah selama
ini belum dimanfaatkan secara optimal. Oleh
karena
itu,
upaya
pemanfaatan
produk
samping perkebunan sebagai pakan ternak
ruminansia perlu terus didorong dalam upaya
mencapai usahaternak yang berdayasaing.
Gerbang Etam [65]
Gerbang Etam Vol. 9. No.1 Tahun 2015
ISSN 1978-838X
Jurnal Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah
Selama ini produk samping tanaman padi
seperti jerami padi hanya dikembalikan ke
lahan sawah untuk menambah unsur hara
tanah.
Ketersedian bahan pakan hijauan
untuk ternak di wilayah Kutai Kartanegara
memang
memasuki
cukup
tersedia,
musim
tetapi
kemarau
di
saat
terjadi
keterbatasan jumlah hijauan makanan ternak
sangat dirasakan bagi petani ternak, untuk
mengatsi permasalahan itu upaya yang dapat
dilakukan
adalah
memamfaatkan
limbah-
limbah pertanian seperti jerami padi untuk
diproses dengan teknologi bioteknologi secara
permentasi.
selanjutnya
sebagai
Berdasarkan urain tersebut
dapat
berikut
dirumuskan
(1)
masalah
bagaimanakah
pemanfaatan pakan yang seluruhnya tersusun
dari produk samping tanaman padi untuk sapi
potong?, (2) bagaimanakah meningkatkan
ketersediaan nutrien ransum untuk dapat
dimanfaatkan
bagaimanakah
oleh
hasil
ternak
sapi?,
pemanfaat
dan
teknologi
bioteknologi dari jerami, kaitannya dengan
nilai tambah atau keuntungan usaha ternak
sapi potong?
Tujuan yang hendak dicapai dalam
rangka memanfaatkan jerami padi sebagai
bahan pakan ternak menggunakan teknologi
bioteknologi melalui fermentasi adalah (1)
pemanfaatan pakan yang seluruhnya tersusun
dari jerami padi untuk sapi potong. (2)
meningkatkan ketersediaan nutrien ransum
untuk dapat dimanfaatkan oleh ternak sapi,
dan (3) memperoleh nilai tambah asal sapi
dengan
memanfaatkan
tanaman padi.
produk
samping
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian
penelitian
deskriptif-kuantitatif.
ini,
peneliti
Pada
berusaha
mendeskripsikan atau menggambarkan datadata kuantitatif yang telah diperoleh dari hasil
analisis laboratorium dan pengukuran di
lapangan.Penelitian dilaksanakan di kelompok
tani ternak sapi potong milik petani di Desa
Loh Sumber Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten
Kutai
Kartanegara.
Penetapan
lokasi
penelitian dipilih secara sengaja (purposive).
Kajian pemanfataan bioteknologi jerami padi
untuk sapi potong ini dilaksanakan selama
enam bulan terhitung sejak Februari sampai
Juli 2014.
Parameter kualitas pakan yang akan
dianalisis di Laboratorium meliputi kandungan
zat makanan yang meliputi kadar air, abu, SK,
PK, lemak, P, K dan BETN. Sedangkan
parameter kondisi ternak yang diukur adalah
skor kondisi tubuh sapi. Adapun parameter
kondisi petani responden meliputi kondisi
sosial,
ekonomi
dan
persepsi
petani
responden bersangkutan khususnya terkait
pendidikan, umur, dan
jumlah keluarga
peternak. Keuntungan usahatani ternak sapi
potong dianalisis melalui perhitungan R-C
rasio.
Pakan ternak yang dibuat adalah pakan
ternak dari fermentasi jerami padi. Bahan-
bahan yang diperlukan dalam pembuatan
Gerbang Etam [66]
Gerbang Etam Vol. 9. No.1 Tahun 2015
ISSN 1978-838X
Jurnal Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah
pakan tersebut, terdiri atas: Jerami padi,
2. Jerami padi dihampar dengan dibuat
(EM4) sebagai starter, asam-asam organik
larutan EM4 dan pupuk urea dan
dedak halus, bakteri Efective Microorganism 4
(asam
format,
klorida/asam
asam
sulfat,
propionate),
dan
molase
asam
ketebalan 20
30 cm lalu disirami
dibuat sampai ketinggian satu meter.
(gula
3. fermentasi dilakukan secara aerob
peralatan yang diperlukan dalam pembuatan
ternaungi. Proses fermentasi akan
pasir/gula merah), dan menir.
Adapun
pakan ternak tersebut, antara lain terpal
plastik, kantong plastik, drum penampungan,
timbangan,
laboratorium.
termometer,
dan
alat-alat
Langkah pertama yang dilakukan adalah
mengambil jerami dari lokasi sekitar tempat
penelitian.Setelah
jerami
dikumpulkan
selanjutnya ditimbang sesuai kebutuhan untuk
pembuatan makanan ternak. Untuk dedak
halus diperoleh dari penggilingan padi yang
ada disekitar lokasi penelitian. Sedangkan
gula merah/gula pasir dan urea dibeli dari
toko/warung masyarakat.
Adapun EM4 dan
asam-asam seperti asam format, asam sulfat,
dan asam klorida/asam propionate dibeli dari
toko pertanian atau toko kimia yang menjual
bahan-bahan dimaksud.
Adapun
langkah-langkah
pembuatan
pakan ternak sapi melalui fermentasi, adalah
sebagai berikut:
a. Teknis pembuatan jerami padi secara
terbuka (aerob) sebagai berikut:
1. Mengumpulkan
jerami
padi
hasil
panen dengan kadar air 60 persen
sebanyak
siapkan
satu
mikroba
ton,
(EM4)
selanjutnya
sebanyak
enam liter dan pupuk urea sebanyak
enam kg serta air 20 liter.
atau diletakkan dibawah atap yang
berlangsung selama 3 minggu dan
setelah itu jerami padi fermentasi siap
digunakan sebagai pakan ternak.
b. Teknik pembuatan jerami padi fermentasi
secara
berikut::
tertutup
(anaerob)
1. Mengumpulkan
jerami
sebagai
padi
hasil
panen dengan kadar air 60 persen
sebanyak
satu
ton,
dan
siapkan
mikroba (EM4) sebanyak enam liter
dan pupuk urea sebanyak enam kg
serta air 20 liter, selanjutnya siapkan
drum kapasitas 200 liter dan plastik
drum.
2. Jerami padi dicacah dengan panjang
sekitar 10 cm, kemudian dimasukkan
kedalam drum yang sudah dilapisi oleh
plastik drum dengan ketebalan 20
30
cm lalu disirami larutan EM4 dan
pupuk
urea
ketinggian
diinjak-injak
dan
drum
agar
dibuat
sambil
sampai
sekali-kali
cacahan
jerami
menjadi padat dan sedikit rongga
udaranya dan bila sudah penuh ditutup
rapat dengan plastiknya dan ditindih
dengan pemberat ban bekas.
3. fermentasi dilakukan secara anaerob
atau tertutup diletakkan dibawah atap
Gerbang Etam [67]
Gerbang Etam Vol. 9. No.1 Tahun 2015
ISSN 1978-838X
Jurnal Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah
yang ternaungi. Proses fermentasi
hambatan
dan setelah itu jerami padi fermentasi
terletak dekat dengan pemukiman.
akan berlangsung selama tiga minggu
siap digunakan sebagai pakan ternak.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Peternak Sapi Potong
Kelompok
Tani
Cipta
Usaha
Desa
Sumber Sari Kecamatan Loa Kulu memiliki
anggota sebanyak 62 orang.
Sebanyak 38
orang anggota memelihara ternak sapi potong
dan sisanya sejumlah 24 orang memelihara
ternak
untuk
pembibitan.
Sebagaimana
umumnya masyarakat petani di perdesaan
Indonesia,
tingkat
pendidikan
peternak
kelompok tani Cipta Usaha Desa Sumber Sari
masih didominasi oleh tingkat pendidikan
Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama. Pendidikan peternak pada wilayah
penelitianyang
menyelesaikan
jenjang
pendidikan Sekolah Dasar sebanyak 47,4
persen
dan
Sekolah
Lanjutan
Tingkat
Pertama (SLTP sederajat) sebanyak 31,6
persen
Berdasarkan umur peternak pada wilayah
penelitianterdapat juga kelompok umur yang
dominan, yakni pada kelompok umur 45--54
tahun sebanyak 31,6 persen. Umur peternak
tergolong pada umur produktif, dan terdapat
13,2 persen peternak berumur 55 tahun ke
atas.
ternak
membangun
bagi
peternak
tidak
menjadi
besar
pakan
sektor
pertanian.
Berbagai
pendekatan pembangunan sektor pertanian
telah dicoba, seperti pembangunan pertanian
terpadu,
pembangunan
pertanian
berwawasan lingkungan, dan pembangunan
pertanian berwawasan agroindustri. Kalau
diperhatikan secara saksama, maka upaya
pendekatan pembangunan pertanian pada
dasarnya berupaya untuktetap menjaga dan
memerhatikan prinsipkeunggulan komparatif
sehingga
berkompetisi
produk
keterampilan
pertanian
serta
petani.
mampu
meningkatkan
Dengan
demikian,keterampilan petani yang meningkat
akan meningkatkan produktivitas pertanian.
Pendekatan pembangunan pertanian juga
berupaya
agar
sarana
produksi
cukup
menyediakan
dan
tersedia dengan harga yang terjangkaupada
saat
diperlukan,
meningkatkan fasilitas kredit bagi petani, serta
penyediaan
infrastruktur
institusi/kelembagaan.
dan
Penampilan sektor pertanian di Indonesia
Faktor
atas,
sebagian
Pemerintah telah bekerja keras untuk
umur peternak tertua adalah 74 tahun.
ke
terutama
pemeliharaan
Sapi Potong
sangat
Walaupun terdapat umur peternak 55 tahun
kegiatan
Deskripsi Faktor Produksi Usaha Ternak
Umur peternak rata-rata 42,89 tahun,
umur termuda adalah 23 tahun, sedangkan
karena
dipengaruhi
internaldisamping
internal
oleh
berupa
oleh
faktor
faktor
faktor
eksternal.
domestik
Indonesia, di mana pertanian dicirikan oleh
penguasaan usahatani sebagian besar usahaGerbang Etam [68]
Gerbang Etam Vol. 9. No.1 Tahun 2015
ISSN 1978-838X
Jurnal Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah
usaha yang berskala kecil sehingga usahatani
Tenaga kerja merupakan faktor produksi
lebih cenderung pada usahatani subsisten.
yang penting dan perlu diperhitungkan dalam
Indonesia, seperti aktivitas ekonomi regional
kualitas dan juga macam tenaga kerja. Setiap
Faktor eksternal yang memengaruhi pertanian
dan
dunia,
kebijakan
produksi
dan
perdagangan di setiap negara, kebijakan
ekonomi
makro
internasional,
kesepakatan-kesepakatan
baik
perdagangan
regional maupun dunia (Saragih, 2000).
Berbagai
faktor
yang
memengaruhi
pertanian Indonesia membuat berbagai upaya
yang
harus
ditempuh
untuk
mendorong
tumbuh dan berkembangnya sektor pertanian.
Salah satu upaya pembangunan pertanian
termasuk pada sektor peternakan adalah
dengan memanfaatkan kemajuan teknologi,
yakni bioteknologi fermenatasi jerami sebagai
pakan ternak.
Pakan ternak jerami yang
terfermentasi merupakan salah satu faktor
produksi yang perlu dipertimbangkan oleh
proses produksi baik dari segi jumlahnya,
proses produksi diperlukan tenaga kerja yang
cukup memadai. Jumlah tenaga kerja yang
diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan
sampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya
optimal. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan
dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis
kelamin, musim dan upah tenaga kerja.
Tenaga kerja dalam usahatani sapi potong
biasanya adalah tenaga kerja yang berasal
dari keluarga, yaitu kepala keluarga dan
dibantu oleh anggota keluarga. Rata-rata
jumlah anggota keluarga sebanyak
2,74
orang. Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam
usaha
ternak
sapi
potong
masih
mengandalkan tenaga kerja keluarga.
Usaha ternak sapi potong sebagian besar
peternak untuk dimanfaatkan. Sebagaimana
digunakan
konvensional faktor produksi meliputi tanah,
menempatkan tenaga kerja wanita sebagai
dikemukakan
Mubyarto
(1985)
secara
tenaga kerja, modal, dan enterprneurship.
Faktor
dalam
produksi,
faktor
juga
produksi
produksi tidak tetap.
dikelompokkan
tetap
dan
ke
faktor
Faktor produksi yang
digunakan dalam usaha ternak sapi potong
terdiri dari faktor produksi tidak tetap dan
faktor produksi tetap. Faktor produksi tidak
tetap antara lain tenaga kerja, obat hewan, tali
dan dedak sedangkan faktor produksi tetap
meliputi nilai kandang dan nilai sapi potong
yang dipelihara.
disebabkan
ibu
rumah
tenaga
oleh
kerja
pengaruh
tangga.
pria,
Jumlah
hal
kultur
ini
yang
penggunaan
tenaga kerja dihitungdengan menggunakan
standar satuan hari orang kerja (HOK).
Adapun ketentuan yang digunakan 1 HOK
senilai dengan bekerja selama 8 jam dalam
satu hari per orang. Pada usaha peternakan
sapi potong curahan waktu kerja adalah untuk
mencari pakan ternak dan selebihnya adalah
untuk merawat ternak dan membersihkan
kandang.
Faktor produksi lainnya adalah obat
hewan. Obat hewan yang digunakan peternak
Gerbang Etam [69]
Gerbang Etam Vol. 9. No.1 Tahun 2015
ISSN 1978-838X
Jurnal Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah
sangat bervariasi, tetapi pada umumnya
sedang karena hanya sebagian dari tulang
vitamin ternak. Obat cacing berfungsi untuk
sampai lima buah tampak membayang dibalik
adalah obat cacing dan beberapa jenis
membasmi parasit ternak yang mengganggu
pertumbuhan sapi potong sedangkan vitamin
berguna untuk memacu pertumbuhan dan
menjaga agar kondisi sapi potong selalu
sehat.
Pada usaha ternak sapi potong tali
berfungsi untuk memudahkan peternak untuk
mengendalikan ternak (handling). Tali yang
digunakan sangat bervariasi baik diameter
maupun panjangnya, biasanya disesuaikan
rusuk (kurang dari enam buah, hanya empat
kulit). Hal ini sama dengan skor kondisi tubuh
sapi
yang
dipelihara
petani
dengan
menggunakan hijauan pakan unggul dan lokal
sebagai sumber nutrisi ternak.
Hasil ini
menunjukkan bahwa kualitas jerami padi
fermentasi sama dengan kualitas hijauan
pakan unggul (rumput gajah) sebagai sumber
hijauan pakan ternak.
Jumlah rata-rata pakan perhari yang
dengan umur dan ukuran ternak. Semakin
dikonsumsi sapi Bali adalah 10 kg kg jerami
ukuran sapi potong, maka diameter tali yang
(1998) dan Tillman et al. (1998) melaporkan
bertambah
umurnya
dan
semakin
besar
fementasi dan 12 kg rumput lokal. Soeparno
digunakan semakin besar dan tali yang
bahwa faktor genetis dan asupan nutrisi
adalah pakan tambahan yang diberikan pada
pertumbuhan ternak. Sapi Bali yang secara
dibutuhkan juga semakin panjang.
Dedak
sapi potong untuk memacu pertumbuhan sapi
potong. Dedak merupakan hasil samping dari
usahatani padi biasanya diberikan pada sapi
potong pada waktu peternak panen padi.
sangat mempengaruhi terhadap kecepatan
genetis
memiliki
memanfaatkan
kemampuan
hijauan
pakan
untuk
yang
berkualitas rendah sampai sedang dengan
baik (Tillman et al.,1998 dan Aryogi et
Selain itu, ternak juga diberi makan garam.
al.,2005). Oleh karena itu, dalam usaha sapi
Hasil Keragaan Teknologi
sesuai kebutuhan (adequate), sehingga dapat
kereman perlu teknologi pemberian pakan
Performans ternak selama tiga bulan
menghindari terjadinya pemborosan biaya
sesuai teknologi introduksi dijelaskan berikut
konversi pakan yang dideposisi dalam daging
pada sapi-sapi perlakuan dan tanpa perlakuan
ini.
Performans sapi yang digemukkan
dengan teknologi introduksi di kelompok tani
produksi pakan sekaligus dapat meningkatkan
sapi (Prawirodigdo et al.,2004).
Pemberian pakan hijauan meskipun bisa
ternak Cipta Usaha Desa Sumber Sari,
diprediksi
Kartanegara
perlu
Kecamatan
Loa
Kulu,
memberikan
Kabupaten
rata-rata
Kutai
skor
kondisi tubuhnya selama tiga bulan adalah
sedang, yaitu tubuh sapi dianggap berkondisi
dengan
rumusan
yang
ada,
sebaiknya tidak terlalu dibatasi melainkan
dilebihkan
dikonsumsi.
Hal
dari
ini
yang
untuk
semestinya
memberikan
keleluasaan pada ternak yang mengkonsumsi
Gerbang Etam [70]
Gerbang Etam Vol. 9. No.1 Tahun 2015
ISSN 1978-838X
Jurnal Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah
karena tingkat konsumsi ransum pada sapi di
upaya telah dilakukan untuk meningkatkan
2005; Wijono dan Mariyono, 2005; dan
fisik, kimia maupun biologis.
Indonesia cukup beragam. (Anggraeny et al.,
Nuschati et al., 2005).
Hasil samping tanaman pangan dan
perkebunan sebenarnya bukan limbah, tetapi
sumberdaya yang sangat potensial untuk
dikembangkan dan kekayaan alam Indonesia
semua.
sangat
mampu
menyediakan
itu
Hampir di sebagian besar daratan
Indonesia, hasil samping tanaman pangan
dan perkebunan mudah ditemukan, memilki
jumlah
yang
banyak
dan
memiliki
nilai
ekonomis rendah. Hasil intensifikasi tanaman
pangan tidakmenghasilkan pangan yang lebih
banyak,
tetapijuga
menghasilkan
limbah
berserat yangmelimpah sehingga integrasi
antara
tanamanpangan
dengan
Cara-cara
tersebut biasanya, selain mahal juga hasilnya
kurang memuaskan. Cara fisik memerlukan
Analisis Usaha Ternak Sapi Potong
masih
kualitas limbah pertanian, baik dengan cara
investasi yang mahal dan secara kimiawi
meninggalkan residu yang mempunyai efek
buruk
sedangkan
dengan
cara
biologis
memerlukan peralatan yang mahal (harus
anaerob) dan hasilnya kurang disukai ternak
(bau amonia yang menyengat).
Cara baru
yang relatif murah, praktis dan hasilnya
sangat disukai ternak adalah fermentasi.
Untuk
itu,
melalui
kajian
bioteknologi
fermentasi jerami padi ini diharapkan petani
terbiasa melaksanakannya, sehingga jerami
yang begitu banyak dihasilkan tidak dibakar
saja.
Berdasarkan
hasil
penelitian
ini,
ternak
performans sapi potong yang diberikan pakan
kebutuhan pakanyang murah. Demikian pula,
sama jika dibandingkan dengan sapi potong
merupakan suatualternatif untuk mencukupi
jerami padi yang dihasilkan di Desa Sumber
Sari
Kecamatan
Loa
Kulu
dimanfaatkan secara optimal.
belum
Untuk itu,
melalui penelitian ini diharapkan peternak
dengan menambah sedikit perlakuan yakni
melalui
bioteknologi
fermentasi
dapat
memanfaatkan jerami untuk pakan ternak
secara optimal.
Kelemahan
tersebut
adalah,
yang
ada
pada
ketidaklaziman
potensi
peternak
untuk menggunakan sebagai bahan pakan,
kurang palatable dan memiliki kandungan
nutrisi rendah (protein dan energi). Berbagai
jerami terfermentasi menunjukkan skor yang
yang diberikan pakan rumput unggul lokal.
Selanjutnya untuk mengetahui apakah usaha
ternak sapi potong layak untuk diusahakan
dalam
arti
keuntungan,
kata
apakah
maka
memberikan
dilaksanakan
usahatani ternak sapi potong.
analisis
Analisis
usahatani ternak sapi potong pada kajian ini
menggunakan sapi potong yang dipelihara
oleh peternak kelompok tani Cipta Usaha
Desa Sumber Sari Kecamatan Loa Kulu
Kabupaten
Kutai
Kartanegara.
Analisis
usahatani meliputi ternak sapi potong dengan
pakan
jerami
padi
yang
terfermentasi,
Gerbang Etam [71]
Gerbang Etam Vol. 9. No.1 Tahun 2015
ISSN 1978-838X
Jurnal Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah
selanjutnya dianalisis juga ternak sapi potong
Rp
yang terfermentasi atau pakan yang berasal
Rp 11.069.723,26. Berdasarkan rumus R/C
yang diberikan pakan tanpa pakan jerami padi
dari
tanaman
rumput
setempat.
Sebagaimana hasil pengamatan performans
sapi peliharaan petani dengan diberikan
pakan jerami yang terfermentasi, tampak
bahwa hasilnya tidak berbeda jauh dengan
ternak yang diberikan pakan rumput unggul
9.618.167,71.
Dengan
demikian,
besarnya biaya keseluruhan adalah sebesar
diperoleh besarnya R-C rasio sebesar 1,13,
hal ini mengandung makna bahwa usaha
ternak dengan menggunakan pakan jerami
padi
yang
terfermentasi
efisien dan menguntungkan
berjalan
secara
Selain dianalisis apakah usaha ternak
setempat.
sapi potong pada penelitian ini berjalan
yang dikaji ini, akan memberikan gambaran
diteliti apakah secara finansial usaha tersebut
Analisis usahatani ternak sapi potong
apakah
usahatani
tersebut
memberikan
keuntunganatau denga kata lain apakah
usahatani berjalan secara efisien. Untuk itu,
maka dilaksanakan analisis rasio penerimaan
dan pengeluaran (R-C rasio).
menurut
Soekartawi
(1995),
Efisiensi
merupakan
gambaran perbandingan terbaik antara suatu
usaha dan hasil yang dicapai. Efisien tidaknya
suatu usaha ditentukan oleh besar kecilnya
hasil yang diperoleh dari usaha tersebut serta
secara efisien atau menguntungkan, juga
layak
untuk
dilaksanakan.
Kelayakan
finansial penggemukan sapi potong dari hasil
kegiatan ini dihitung berdasarkan nilai tambah
performans skor kondisi tubuh dan estimasi
kenaikan berat badan ternak yang dikonversi
dengan harga jual saat ini. Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh bahwa penggemukan
sapi dengan introduksi pakan fermentasi yang
direkomendasikan cukup layak dilakukan.
besar kecilnya biaya yang diperlukan untuk
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
suatu
padi
memperoleh hasil tersebut. Tingkat efisiensi
usaha
biasa
menghitung
rasio
antara
usaha
ditentukan
dengan
penerimaan
dan
pengeluaran (R-C rasio) yaitu imbangan
hasil
produksinya.
dengan
total
biaya
Penerimaan usaha ternak sapi potong
berdasarkan
harga
berlaku
pada
saat
penelitian adalah sebesar Rp 12.500.000,00
per ekor.
terdiri
Biaya yang dikeluarkan per ekor
dari
biaya
tetap
sebesar
Rp1.451.555,56 dan baiaya variabel sebesar
Penerapan bioteknologi fermentasi jerami
dalam
pengembangan
ternak
sapi
potong merupakan tugas semua masyarakat
sebagai insan peternakan Kabupaten Kutai
Kartanegara demi berkembangnya populasi
ternak dengan nilai efektifitas dan efisiensi
pemeliharaan yang tinggi untuk mendapatkan
kebutuhan supply daging bagi pemenuhan
protein hewani asal ternak sapi potong.
Pendampingan, bimbingan dan evaluasi yang
dilakukan
secara
terus
menerus
dan
berkesinambungan akan melahirkan suatu
Gerbang Etam [72]
Gerbang Etam Vol. 9. No.1 Tahun 2015
ISSN 1978-838X
Jurnal Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah
program aplikatif bagi peningkatan nilai usaha
ternak sapi potong.
Berdasarkan
hasil
analisis
dan
pembahasan dapat disimpulkan sebagaimana
dijelaskan berikut ini.
1.
Pemberian pakan untuk penggemukan
sapi yang memenuhi standar nutrisi
terbukti mampu memberikan kenaikan
performans kondisi tubuh yang optimal
yaitu sedang untuk sapi potong (sapi
Bali).
2.
Inovasi teknologi bioteknologi melalui
fermentasi
jerami
padi
untuk
penggemukan sapi ini layak secara
teknis,
sehingga
dapat
direkomendasikan pada wilayah yang
memiliki kondisi agroekosistem yang
serupa.
3.
Usaha
penggemukan
sapi
potong
menguntungkan dengan R-C rasio lebih
besar dari satu.
tampak
mendapatkan
usaha
Selanjutnya juga
keuntungan
Rp.9.850/ekor/hari
Pemanfaatan
penggemukan
jerami
sebesar
padi
melalui
fermentasi sebagai pakan ternak ruminansia
dapat mengurangi jumlah produksi limbah
pertanian dan sebagai alternatif yang bisa
memecahkan persoalan mengenai pakan saat
musim
kemarau.
Untuk
itu,
dapat
direkomendasikan beberapa hal terutama
bagi pemangku kepentingan.
yang
dapat
Beberapa hal
direkomendasikan
dari
penelitian dijelaskan sebagai berikut ini.
hasil
1. Bagi petani agar dapat memanfaatkan
secara optimal jerami padi untuk diolah
sebagai pakan ternak melalui bioteknologi
fermentasi, sehingga jerami tidak dibakar
percuma.
2. Bagi pemerintah terutama instansi terkait
agar
teknologi
fermentasi
jerami
disosialisasikan
bioteknologi
padi
pada
harus
melalui
terus
masyarakat
khususnya peternak dan petani yang
umumnya memiliki pengetahuan yang
rendah tentang fermentasi jerami padi.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, P and H. C. Knipscheer. 1989.
Conducting On-Farm Animal Research:
Procedures and Economic Analysis.
Morrilton,
Arkansas,
USA:Winrock
International Institute for Agricultural
Development
and
International
Development Research Center.
Bamualim, Abdullah M., A. Thalib, Y.N.
Anggraeni, dan Maroyono.
2008.
Teknologi Peternakan Sapi Berwawasan
Lingkungan. Wartazoa. Vol.18 No.3. Th
2008.
BPS Kaltim, 2012. Produksi Pertanian
Kabupaten
Kutai
Kartanegara.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.
Samarinda: BPS Kaltim.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia.
2012.
Undang
Undang Republik Indonesia Tentang
Pangan. Jakarta: Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Nurcahyo, Heru. 2011. Bioteknologi. (Diktat).
Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Biologi
Fakultas
Matematika
dan
Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Yogyakarta.
Gerbang Etam [73]
Gerbang Etam Vol. 9. No.1 Tahun 2015
Jurnal Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah
Purbowati, E., W.S. Dilaga dan N.S.N. Aliyah.
2005.
Penampilan Produksi Sapi
Peranakan Ongole dan Peranakan
Limousin
Jantan
Dengan
Pakan
Konsentrat dan Jerami Padi Fermentasi.
Proceeding Seminar Nasional AINI V.
Malang: Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan
Indonesia (AINI) dan Jurusan Nutrisi dan
Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya.
ISSN 1978-838X
Zarate, A.V. 1996. Breeding strategies for
marginal regions in the tropics and
subtropics. Res. Dev. 43/44: 99-118.
Saragih, Bungaran. 2000. Agribsinis Sebagai
Landasan
Pembangunan
Ekonomi
Indonesia Dalam Era Millenium Baru.
Jurnal
Studi
Pembangunan,
Kemasyarakatan & Lingkungan. Vol. 2,
No.1/Feb 2000, 1-9.
Sasaki, M.
1992.The Advancement of
Livestock
Production
with
Special
Reference
to
Feed
Resources
Development in the Tropics -Current
Situation and Future Prospects. In.
Utilization of Feed Resources in Relation
to Utilization and Physiology of Ruminants
in theTropics. Tropical Agric. Research
Series. 25. pp. 67-76.
Soekartawi,
1995.
Analisis
Usahatani.
Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta
Suharto., M. 2004. Dukungan Teknologi
Pakan Dalam Usaha Sapi Potong
Berbasis Sumber Daya Lokal. Lokakarya
Nasional Sapi Potong. Surakarta.
Umar, Sayed. 2009. Potensi Perkebunan
Kelapa
Sawit
Sebagai
Pusat
Pengembangan Sapi Potong Dalam
Merevitalisasi
dan
Mengakselerasi
Pembangunan Peternakan Berkelanjutan.
(Pidato Pengukuhan Guru Besar).
Medan: Universitas Sumatra Utara.
Yunilas. 2009. Bioteknologi Jerami Padi
Melalui Fermentasi Sebagai Bahan Pakan
Ternak Ruminansia. (Karya Ilmiah)
Medan: Departemen Peternakan Fakultas
Peternakan Universitas Sumatera Utara.
Gerbang Etam [74]
Jurnal Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah
ISSN 1978-838X
ANALISIS PEMANFAATAN BIOTEKNOLOGIJERAMI PADI
UNTUK PAKAN TERNAK SAPI POTONG
AN ANALYSIS OF THE USE OF RICE STRAW BIOTECNNOLOGY
FOR BEEF CATTLE FEED
Dr. Ir. Ida Bagus Made Agung Dwjatenaya, M.Si
Koordinator Tim Peneliti Balitbang dan Dosen Faperta Unikarta Tenggarong
Email :[email protected]
ABSTRACT
This reaseach is aimed at the utilization of rice straw for feeding beef cattle, increasing the availability of
nutrients for the ration can be utilized by cattle, and gain added value from the cattle by utilizing rice straw.
The design of the research uses design deskriptive-quantitative. To know the quality of rice straw was
conducted using a nutrient analysis laboratory to know the content of the cattle feed.
Some of the findings in the research is giving feed to beef cattle met the standards nutrients to be able to the
increase in performans condition of body optimal namely where as middle for beef cattle (Bali Cattle), rice
straw fermented technological innovation for beef cattle to be worthy technically, so can be recommended in
areas that have similar agroekosistem condition, and beef cattle busness profitable bay R-C ratio larger than
one (R/C > 1), and also to the beef cattle business to obtained profit as much as Rp 9,850.00/head/day
The utilization of rice straw through fermentation as livestock feed ruminants can reduce the amount of waste
agricultural production and as alternative that could resolved problems concerning feed during dry season.
Therefore, be recommended several things here for farmers can use to optimally rice straw to cultivated as
feed cattle through the fermentation of biotechnology, for the government to the technology of biotechnology
through rice straw fermentation have to keep in socialized it on public especially the livestock and farmers
which generally have the knowledge that is low on the rice straw fermentation
Keywords: biotechnology, rice straw,, beef cattle
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk pemanfaatan pakan dari jeramipadi melalui teknologi fermentasi
untuk sapi potong, meningkatkan ketersediaan nutrien ransum untuk dapat dimanfaatkan oleh
ternak sapi, dan memperoleh nilai tambah asal sapi dengan memanfaatkan jerami padi.
Rancangan penelitian menggunakan rancangan deskriptif-kuantitatif. Untuk mengetahui kualitas
jerami dilakukan analisis dengan menggunakan metode analisis laboratorium, khususnyauntuk
mengetahui kandungan nutrisi pakan ternak tersebut.
Beberapa temuan dalam penelitian ini adalah pemberian pakan untuk penggemukan sapi yang
memenuhi standar nutrisi terbukti mampu memberikan kenaikan performans kondisi tubuh yang
optimal yaitu sedang untuk sapi potong (Sapi Bali), inovasi teknologi fermentasi jerami padi untuk
penggemukan sapi layak secara teknis, sehingga dapat direkomendasikan pada wilayah yang
memiliki kondisi agroekosistem yang serupa, dan usaha penggemukan sapi potong
menguntungkan dengan R-C rasio lebih besar dari satu. Selanjutnya juga tampak usaha
penggemukan mendapatkan keuntungan sebesar Rp.9.850/ekor/hari.
Pemanfaatan jerami padi melalui fermentasi sebagai pakan ternak ruminansia dapat mengurangi
jumlah produksi limbah pertanian dan sebagai alternatif yang bisa memecahkan persoalan
mengenai pakan saat musim kemarau. Untuk itu, dapat direkomendasikan beberapa hal berikut
ini: (1) Bagi petani agar dapat memanfaatkan secara optimal jerami padi untuk diolah sebagai
pakan ternak melalui bioteknologi fermentasi, sehingga jerami tidak dibakar percuma. (2) Bagi
pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, terutama instansi terkait agar teknologi bioteknologi
melalui fermentasi jerami padi harus terus di sosialisasikan pada masyarakat khususnya peternak
dan petani yang umumnya memiliki pengetahuan yang rendah tentang fermentasi jerami padi.
Kata Kunci: Bioteknologi, jerami padi, sapi potong
Gerbang Etam [62]
Gerbang Etam Vol. 9. No.1 Tahun 2015
ISSN 1978-838X
Jurnal Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah
PENDAHULUAN
Pertanian
bangsa
strategis
ruminansia besar (khususnya sapi) memiliki
memiliki
Indonesia,
arti
yaitu
untuk
bidang
sumber
utama
penting
menjadi
bagi
sektor
pembangunan.
Pertanian juga mempunyai peran penting
sebagai
kehidupan
dan
pendapatan masyarakat, penghasil bahan
mentah dan bahan baku industri pengolahan,
penyedia lapangan kerja dan lapangan usaha,
sumber
penghasil
devisa
negara,
serta
merupakan salah satu unsur pelestarian
lingkungan
hidup.Pertanian
keseluruhan
sangat
dibutuhkan
seluruh
menyediakan
berbagai
secara
penting
karena
produk
penduduk
yang
dan
menghasilkan komoditas ekspor.Peternakan
sapi potong merupakan bagian dari pertanian
dalam arti luas, yang juga sangat memegang
peranan strategis bagi pembangunan.
Pembangunan
peternakan
merupakan
bagian integral dari pembangunan pertanian
sebagaimana yang tercantum dalam arah dan
kebijakan
pembangunan
nasional.
Pembangunan peternakan bertujuan untuk
meningkatkan produksi dan populasi ternak
dalam rangka memenuhi kebutuhan daging
nasional
dan
mengurangi
impor.
Laju
permintaan daging sapi yang terus meningkat
setiap tahun, tidak dapat diimbangi dengan
kecepatan produksi dari dalam negeri. Untuk
menutupi
kesenjangan
tersebut,
maka
pemerintah Indonesia melalui Instansi terkait
melakukan kebijakan pengadaan daging dan
ternak bakalan sapi dari luar negeri termasuk
pemerintah Provinsi Kalimantan Timur saat ini
juga melakukan kebijakan tersebut (Marthur,
kemampuan
permintaan
untuk
akan
dapat
daging
mensuplai
di
Provinsi
Kalimantan Timur, namun hal tersebut belum
dapat diimbangi dengan laju tumbuh-kembang
ternak ruminansia besar yang masih rendah di
tingkat petani ternak. Pola pemeliharaan yang
masih
bersifat
produksi
sambilan,
dan
reproduksi
rendahnya
ternak
laju
karena
rendahnya tingkat daya dukung lingkungan
(pakan
dan
kesehatan),
penyebab hal tersebut.
diduga
menjadi
Berbagai upaya telah dilakukan untuk
meningkatkan produksi ternak, begitu pula di
Kabupaten Kutai Kartanegara upaya yang
dilakukan diantaranya adalah meningkatkan
populasi
ternak
sapi.
Populasi
sapi
di
Kabupaten Kutai Kartanegara dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan.
Pada tahun
2007 populasi sapi sebanyak 22.470 ekor
selanjutnya pada tahun 2013 mengalami
peningkatan menjadi 25.640 ekor
tetapi,
produksi
daging
sapi
Akan
mengalami
fluktuasi dan bahkan cenderung mengalami
penurunan.
Produksi
daging
sapi
di
Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun
2013 sebanyak 640.981 kg dengan jumlah
konsumsi sebanyak 455.286 kg (Disnakeswan
Kutai Kartanegara, 2013). Walaupun adanya
kecenderungan
mengalami
produksi
penurunan,
daging
tetapi
sapi
konsumsi
daging sapi di Kabupaten Kutai Kartanegara
masih lebih kecil. Adanya kondisi ini bukan
berarti tidak lagi dilakukan upaya peningkatan
produksi ternak sapi di Kabupaten Kutai
Kartanegara.
2006; Disnak Prov Kaltim, 2014). Ternak
Gerbang Etam [63]
Gerbang Etam Vol. 9. No.1 Tahun 2015
ISSN 1978-838X
Jurnal Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah
Sebagaimana diamanatkan UU No 12
dengan rata-rata produksi 195.555 ton dan
Pasal 12 ayat (2) yang berbunyi Pemerintah
rata-rata selama 5 tahun produktivitas padi
Tahun 2012 tentang Pangan, khususnya
dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab
atas Ketersediaan Pangan di daerah dan
pengembangan Produksi Pangan Lokal di
daerah
dan
Penyediaan
ayat
Pangan
(4)
yang
diwujudkan
berbunyi
untuk
memenuhi kebutuhan dan konsumsi Pangan
bagi masyarakat. Lebih lanjut BAB VI pasal
59
ditegaskan
Pemerintah
meningkatkan
kualitas
bahwa
Daerah
Pemerintah
dan
berkewajiban
pemenuhan
kuantitas
konsumsi.
dan
Sebagaimana
diungkapkan di di atas, sapi potong adalah
sumber pangan bagi masyarakat, termasuk
masyarakat Kutai Kartanegara.
Fakta di
lapangan menunjukkan bahwa permintaan
rata-rata luas panen 38.253,2 ha, sedangkan
ladang 2,97 ton/ha dengan rata-rata produksi
16.918,57 ton dan rata-rata luas panen 5.635
ha (BPS Kaltim 2012). Sebagai konsekuensi
makin meningkatnya luas tanam padi, maka
makin
meningkat
tanaman
padi
pula
yang
produk
dapat
samping
menimbulkan
problem lingkungan dan perlu diantisipasi.
Salah
satu
cara
pemecahannya
adalah
dengan memanfaatkan ternak ( Corley, 2003),
khususnya ternak ruminansia sebagai pabrik
hidup yang dapat memanfaatkan produk
samping tersebut sebagai pakan, sekaligus
dapat dijadikan mesin hidup sebagai sumber
bahan pupuk organik.
Potensi fisik jerami yang sangat besar
daging sapi di Kabupaten Kutai Kartanegara
belum
Tetapi, di sisi lain pertumbuhan produksi (sisi
(37 persen) untuk pupuk, dijadikan alas
mengalami
peningkatan
penawaran)
tidak
mengalami
signifikan.
sebanding
peningkatan permintaan.
persolan
yang
pengadaan
hambatan
dengan
Oleh sebab itu,
daging
setiap
sapi
selalu
tahunnya.
Kondisi ini tentu akan berpengaruh pada
kinerja
Pemerintah
Kartanegara,
dan
mengalami masalah.
Kabupaten
secara
politis
Kutai
pun
Data menunjukkan bahwa Kabupaten
Kutai Kartanegara merupakan lumbung beras
di Kalimantan Timur. Produksi padi sawah
memberikan
kontribusi
terbesar
terhadap
produksi padi kabupaten. Rata-rata selama 5
tahun produktivitas padi sawah 5,04 ton/ha,
sepenuhnya
dimanfaatkan.
Pemanfaatan jerami sebagian besar dibakar
kandang (36 persen) yang kemudian dijadikan
kompos dan hanya sekitar 15 persen sampai
22 persen yang digunakan sebagai pakan
ternak. Kendala utama penggunaan jerami
sebagai
bahan
pakan
ternak
adalah
kecernaan (45-50 persen) dan protein (3-5
persen) yang rendah.Nilai manfaat jerami padi
sebagai
bahan
pakan
ternak
dapat
ditingkatkan dengan dua cara, yaitu dengan
mengoptimumkan
lingkungan
saluran
pencernaan atau dengan meningkatkan nilai
nutrisi jerami. Optimasi lingkungan saluran
pencernaan terutama rumen, dapat dilakukan
dengan pemberian bahan pakan suplemen
Gerbang Etam [64]
Gerbang Etam Vol. 9. No.1 Tahun 2015
ISSN 1978-838X
Jurnal Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah
yang mampu memicu pertumbuhan mikroba
rumen pencerna serat seperti bahan pakan
sumber protein.
Upaya pemanfaatan jerami padi sebagai
produk yang bernilai tambah, yakni dengan
memanfaatkan
teknologi
bioteknologi.
Bioteknologi telah mengalami perkembangan
sangat pesat.
Di beberapa Negara maju,
bioteknologi mendapatkan perhatian serius
dan dikembangkan secara intensif dengan
harapan
mengatasi
dapat
memberi
berbagai
solusi
permasalahan
untuk
yang
dihadapi manusia pada saat ini, maupun di
masa yang akan datang.
Berbagai macam
batasan dan pengertian dikemukakan oleh
para
ahli
pemanfaatan
(Nurcahyo,
teknologi
2011).
bioteknologi
Melalui
akan
Kajian teoritis dan emperis menunjukkan
bahwa bioteknologi jerami melalui fermentasi
memiliki kandungan nutrusi yang lebih tinggi.
Akan
tetapi,
masalah
di
masyarakat
menunjukkan bahwa peternak belum lazim
menggunakan pakan ternak jerami melalui
fermentasi ini. Atas dasar pemikiran teoritis
dan kajian empiris, maka disusun suatu
kegiatan
tentang
Kajian
Pemanfaatan
Bioteknologi Hijauan Makanan Ternak Sapi
Potong .
Harapan bahwa pemberian bahan
pakan inkonvensional asal tanaman padi
mampu memenuhi kebutuhan ternak sapi
potong
akan
konsekuensinya
nutrien
penampilan
potong akan lebih baik.
Pakan
merupakan
dan
sebagai
ternak
faktor
sapi
pembatas
diperoleh tambahan manfaat dari jerami ini,
rendahnya tingkat produktivitas sapi potong di
dimanfaatkan oleh peternak di Kabupaten
musim kemarau, dalam artian jumlah yang
yang
pada
dasarnya
Kutai Kartanegara.
jerami
tidak
Usahatani ternak sapi
potong dengan menggunakan pakan jerami
melalui bioteknologi permentasi ini apakah
menguntungkan
atau
tidak
dianalisis
berdasarkan analisis rasio penerimaan dan
pengeluaran (R-C rasio) Soekartawi (1995).
Berbagai
penelitian
bioteknologi
jerami
menunjukkan
melalui
bahwa
fermentasi
memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tanpa fermentasiYunilas
(2009).
Penelitian lain yang berhubungan
dengan bioteknologi jerami dan sapi potong
sebagaimana dilakukan oleh Bamualim, dkk
(2008); Suharto (2004); dan Purbowati, dkk
(2005).
Provinsi Kalimantan Timur, khususnya di
terbatas,
kualitas
yang
rendah
maupun
(Sasaki,
1992;
dan
Zarate,
1998).
tertentu
cukup
kontinyuitas yang tidak berkesinambungan
Ketidaktersediaan pakan pada musim-musim
pengembangan
menyulitkan
usahaternak,
dalam
mengingat
pakan merupakan komponen utama dalam
usaha ternak. Di lain pihak, produk samping
tanaman padi yang cukup melimpah selama
ini belum dimanfaatkan secara optimal. Oleh
karena
itu,
upaya
pemanfaatan
produk
samping perkebunan sebagai pakan ternak
ruminansia perlu terus didorong dalam upaya
mencapai usahaternak yang berdayasaing.
Gerbang Etam [65]
Gerbang Etam Vol. 9. No.1 Tahun 2015
ISSN 1978-838X
Jurnal Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah
Selama ini produk samping tanaman padi
seperti jerami padi hanya dikembalikan ke
lahan sawah untuk menambah unsur hara
tanah.
Ketersedian bahan pakan hijauan
untuk ternak di wilayah Kutai Kartanegara
memang
memasuki
cukup
tersedia,
musim
tetapi
kemarau
di
saat
terjadi
keterbatasan jumlah hijauan makanan ternak
sangat dirasakan bagi petani ternak, untuk
mengatsi permasalahan itu upaya yang dapat
dilakukan
adalah
memamfaatkan
limbah-
limbah pertanian seperti jerami padi untuk
diproses dengan teknologi bioteknologi secara
permentasi.
selanjutnya
sebagai
Berdasarkan urain tersebut
dapat
berikut
dirumuskan
(1)
masalah
bagaimanakah
pemanfaatan pakan yang seluruhnya tersusun
dari produk samping tanaman padi untuk sapi
potong?, (2) bagaimanakah meningkatkan
ketersediaan nutrien ransum untuk dapat
dimanfaatkan
bagaimanakah
oleh
hasil
ternak
sapi?,
pemanfaat
dan
teknologi
bioteknologi dari jerami, kaitannya dengan
nilai tambah atau keuntungan usaha ternak
sapi potong?
Tujuan yang hendak dicapai dalam
rangka memanfaatkan jerami padi sebagai
bahan pakan ternak menggunakan teknologi
bioteknologi melalui fermentasi adalah (1)
pemanfaatan pakan yang seluruhnya tersusun
dari jerami padi untuk sapi potong. (2)
meningkatkan ketersediaan nutrien ransum
untuk dapat dimanfaatkan oleh ternak sapi,
dan (3) memperoleh nilai tambah asal sapi
dengan
memanfaatkan
tanaman padi.
produk
samping
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian
penelitian
deskriptif-kuantitatif.
ini,
peneliti
Pada
berusaha
mendeskripsikan atau menggambarkan datadata kuantitatif yang telah diperoleh dari hasil
analisis laboratorium dan pengukuran di
lapangan.Penelitian dilaksanakan di kelompok
tani ternak sapi potong milik petani di Desa
Loh Sumber Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten
Kutai
Kartanegara.
Penetapan
lokasi
penelitian dipilih secara sengaja (purposive).
Kajian pemanfataan bioteknologi jerami padi
untuk sapi potong ini dilaksanakan selama
enam bulan terhitung sejak Februari sampai
Juli 2014.
Parameter kualitas pakan yang akan
dianalisis di Laboratorium meliputi kandungan
zat makanan yang meliputi kadar air, abu, SK,
PK, lemak, P, K dan BETN. Sedangkan
parameter kondisi ternak yang diukur adalah
skor kondisi tubuh sapi. Adapun parameter
kondisi petani responden meliputi kondisi
sosial,
ekonomi
dan
persepsi
petani
responden bersangkutan khususnya terkait
pendidikan, umur, dan
jumlah keluarga
peternak. Keuntungan usahatani ternak sapi
potong dianalisis melalui perhitungan R-C
rasio.
Pakan ternak yang dibuat adalah pakan
ternak dari fermentasi jerami padi. Bahan-
bahan yang diperlukan dalam pembuatan
Gerbang Etam [66]
Gerbang Etam Vol. 9. No.1 Tahun 2015
ISSN 1978-838X
Jurnal Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah
pakan tersebut, terdiri atas: Jerami padi,
2. Jerami padi dihampar dengan dibuat
(EM4) sebagai starter, asam-asam organik
larutan EM4 dan pupuk urea dan
dedak halus, bakteri Efective Microorganism 4
(asam
format,
klorida/asam
asam
sulfat,
propionate),
dan
molase
asam
ketebalan 20
30 cm lalu disirami
dibuat sampai ketinggian satu meter.
(gula
3. fermentasi dilakukan secara aerob
peralatan yang diperlukan dalam pembuatan
ternaungi. Proses fermentasi akan
pasir/gula merah), dan menir.
Adapun
pakan ternak tersebut, antara lain terpal
plastik, kantong plastik, drum penampungan,
timbangan,
laboratorium.
termometer,
dan
alat-alat
Langkah pertama yang dilakukan adalah
mengambil jerami dari lokasi sekitar tempat
penelitian.Setelah
jerami
dikumpulkan
selanjutnya ditimbang sesuai kebutuhan untuk
pembuatan makanan ternak. Untuk dedak
halus diperoleh dari penggilingan padi yang
ada disekitar lokasi penelitian. Sedangkan
gula merah/gula pasir dan urea dibeli dari
toko/warung masyarakat.
Adapun EM4 dan
asam-asam seperti asam format, asam sulfat,
dan asam klorida/asam propionate dibeli dari
toko pertanian atau toko kimia yang menjual
bahan-bahan dimaksud.
Adapun
langkah-langkah
pembuatan
pakan ternak sapi melalui fermentasi, adalah
sebagai berikut:
a. Teknis pembuatan jerami padi secara
terbuka (aerob) sebagai berikut:
1. Mengumpulkan
jerami
padi
hasil
panen dengan kadar air 60 persen
sebanyak
siapkan
satu
mikroba
ton,
(EM4)
selanjutnya
sebanyak
enam liter dan pupuk urea sebanyak
enam kg serta air 20 liter.
atau diletakkan dibawah atap yang
berlangsung selama 3 minggu dan
setelah itu jerami padi fermentasi siap
digunakan sebagai pakan ternak.
b. Teknik pembuatan jerami padi fermentasi
secara
berikut::
tertutup
(anaerob)
1. Mengumpulkan
jerami
sebagai
padi
hasil
panen dengan kadar air 60 persen
sebanyak
satu
ton,
dan
siapkan
mikroba (EM4) sebanyak enam liter
dan pupuk urea sebanyak enam kg
serta air 20 liter, selanjutnya siapkan
drum kapasitas 200 liter dan plastik
drum.
2. Jerami padi dicacah dengan panjang
sekitar 10 cm, kemudian dimasukkan
kedalam drum yang sudah dilapisi oleh
plastik drum dengan ketebalan 20
30
cm lalu disirami larutan EM4 dan
pupuk
urea
ketinggian
diinjak-injak
dan
drum
agar
dibuat
sambil
sampai
sekali-kali
cacahan
jerami
menjadi padat dan sedikit rongga
udaranya dan bila sudah penuh ditutup
rapat dengan plastiknya dan ditindih
dengan pemberat ban bekas.
3. fermentasi dilakukan secara anaerob
atau tertutup diletakkan dibawah atap
Gerbang Etam [67]
Gerbang Etam Vol. 9. No.1 Tahun 2015
ISSN 1978-838X
Jurnal Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah
yang ternaungi. Proses fermentasi
hambatan
dan setelah itu jerami padi fermentasi
terletak dekat dengan pemukiman.
akan berlangsung selama tiga minggu
siap digunakan sebagai pakan ternak.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Peternak Sapi Potong
Kelompok
Tani
Cipta
Usaha
Desa
Sumber Sari Kecamatan Loa Kulu memiliki
anggota sebanyak 62 orang.
Sebanyak 38
orang anggota memelihara ternak sapi potong
dan sisanya sejumlah 24 orang memelihara
ternak
untuk
pembibitan.
Sebagaimana
umumnya masyarakat petani di perdesaan
Indonesia,
tingkat
pendidikan
peternak
kelompok tani Cipta Usaha Desa Sumber Sari
masih didominasi oleh tingkat pendidikan
Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama. Pendidikan peternak pada wilayah
penelitianyang
menyelesaikan
jenjang
pendidikan Sekolah Dasar sebanyak 47,4
persen
dan
Sekolah
Lanjutan
Tingkat
Pertama (SLTP sederajat) sebanyak 31,6
persen
Berdasarkan umur peternak pada wilayah
penelitianterdapat juga kelompok umur yang
dominan, yakni pada kelompok umur 45--54
tahun sebanyak 31,6 persen. Umur peternak
tergolong pada umur produktif, dan terdapat
13,2 persen peternak berumur 55 tahun ke
atas.
ternak
membangun
bagi
peternak
tidak
menjadi
besar
pakan
sektor
pertanian.
Berbagai
pendekatan pembangunan sektor pertanian
telah dicoba, seperti pembangunan pertanian
terpadu,
pembangunan
pertanian
berwawasan lingkungan, dan pembangunan
pertanian berwawasan agroindustri. Kalau
diperhatikan secara saksama, maka upaya
pendekatan pembangunan pertanian pada
dasarnya berupaya untuktetap menjaga dan
memerhatikan prinsipkeunggulan komparatif
sehingga
berkompetisi
produk
keterampilan
pertanian
serta
petani.
mampu
meningkatkan
Dengan
demikian,keterampilan petani yang meningkat
akan meningkatkan produktivitas pertanian.
Pendekatan pembangunan pertanian juga
berupaya
agar
sarana
produksi
cukup
menyediakan
dan
tersedia dengan harga yang terjangkaupada
saat
diperlukan,
meningkatkan fasilitas kredit bagi petani, serta
penyediaan
infrastruktur
institusi/kelembagaan.
dan
Penampilan sektor pertanian di Indonesia
Faktor
atas,
sebagian
Pemerintah telah bekerja keras untuk
umur peternak tertua adalah 74 tahun.
ke
terutama
pemeliharaan
Sapi Potong
sangat
Walaupun terdapat umur peternak 55 tahun
kegiatan
Deskripsi Faktor Produksi Usaha Ternak
Umur peternak rata-rata 42,89 tahun,
umur termuda adalah 23 tahun, sedangkan
karena
dipengaruhi
internaldisamping
internal
oleh
berupa
oleh
faktor
faktor
faktor
eksternal.
domestik
Indonesia, di mana pertanian dicirikan oleh
penguasaan usahatani sebagian besar usahaGerbang Etam [68]
Gerbang Etam Vol. 9. No.1 Tahun 2015
ISSN 1978-838X
Jurnal Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah
usaha yang berskala kecil sehingga usahatani
Tenaga kerja merupakan faktor produksi
lebih cenderung pada usahatani subsisten.
yang penting dan perlu diperhitungkan dalam
Indonesia, seperti aktivitas ekonomi regional
kualitas dan juga macam tenaga kerja. Setiap
Faktor eksternal yang memengaruhi pertanian
dan
dunia,
kebijakan
produksi
dan
perdagangan di setiap negara, kebijakan
ekonomi
makro
internasional,
kesepakatan-kesepakatan
baik
perdagangan
regional maupun dunia (Saragih, 2000).
Berbagai
faktor
yang
memengaruhi
pertanian Indonesia membuat berbagai upaya
yang
harus
ditempuh
untuk
mendorong
tumbuh dan berkembangnya sektor pertanian.
Salah satu upaya pembangunan pertanian
termasuk pada sektor peternakan adalah
dengan memanfaatkan kemajuan teknologi,
yakni bioteknologi fermenatasi jerami sebagai
pakan ternak.
Pakan ternak jerami yang
terfermentasi merupakan salah satu faktor
produksi yang perlu dipertimbangkan oleh
proses produksi baik dari segi jumlahnya,
proses produksi diperlukan tenaga kerja yang
cukup memadai. Jumlah tenaga kerja yang
diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan
sampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya
optimal. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan
dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis
kelamin, musim dan upah tenaga kerja.
Tenaga kerja dalam usahatani sapi potong
biasanya adalah tenaga kerja yang berasal
dari keluarga, yaitu kepala keluarga dan
dibantu oleh anggota keluarga. Rata-rata
jumlah anggota keluarga sebanyak
2,74
orang. Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam
usaha
ternak
sapi
potong
masih
mengandalkan tenaga kerja keluarga.
Usaha ternak sapi potong sebagian besar
peternak untuk dimanfaatkan. Sebagaimana
digunakan
konvensional faktor produksi meliputi tanah,
menempatkan tenaga kerja wanita sebagai
dikemukakan
Mubyarto
(1985)
secara
tenaga kerja, modal, dan enterprneurship.
Faktor
dalam
produksi,
faktor
juga
produksi
produksi tidak tetap.
dikelompokkan
tetap
dan
ke
faktor
Faktor produksi yang
digunakan dalam usaha ternak sapi potong
terdiri dari faktor produksi tidak tetap dan
faktor produksi tetap. Faktor produksi tidak
tetap antara lain tenaga kerja, obat hewan, tali
dan dedak sedangkan faktor produksi tetap
meliputi nilai kandang dan nilai sapi potong
yang dipelihara.
disebabkan
ibu
rumah
tenaga
oleh
kerja
pengaruh
tangga.
pria,
Jumlah
hal
kultur
ini
yang
penggunaan
tenaga kerja dihitungdengan menggunakan
standar satuan hari orang kerja (HOK).
Adapun ketentuan yang digunakan 1 HOK
senilai dengan bekerja selama 8 jam dalam
satu hari per orang. Pada usaha peternakan
sapi potong curahan waktu kerja adalah untuk
mencari pakan ternak dan selebihnya adalah
untuk merawat ternak dan membersihkan
kandang.
Faktor produksi lainnya adalah obat
hewan. Obat hewan yang digunakan peternak
Gerbang Etam [69]
Gerbang Etam Vol. 9. No.1 Tahun 2015
ISSN 1978-838X
Jurnal Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah
sangat bervariasi, tetapi pada umumnya
sedang karena hanya sebagian dari tulang
vitamin ternak. Obat cacing berfungsi untuk
sampai lima buah tampak membayang dibalik
adalah obat cacing dan beberapa jenis
membasmi parasit ternak yang mengganggu
pertumbuhan sapi potong sedangkan vitamin
berguna untuk memacu pertumbuhan dan
menjaga agar kondisi sapi potong selalu
sehat.
Pada usaha ternak sapi potong tali
berfungsi untuk memudahkan peternak untuk
mengendalikan ternak (handling). Tali yang
digunakan sangat bervariasi baik diameter
maupun panjangnya, biasanya disesuaikan
rusuk (kurang dari enam buah, hanya empat
kulit). Hal ini sama dengan skor kondisi tubuh
sapi
yang
dipelihara
petani
dengan
menggunakan hijauan pakan unggul dan lokal
sebagai sumber nutrisi ternak.
Hasil ini
menunjukkan bahwa kualitas jerami padi
fermentasi sama dengan kualitas hijauan
pakan unggul (rumput gajah) sebagai sumber
hijauan pakan ternak.
Jumlah rata-rata pakan perhari yang
dengan umur dan ukuran ternak. Semakin
dikonsumsi sapi Bali adalah 10 kg kg jerami
ukuran sapi potong, maka diameter tali yang
(1998) dan Tillman et al. (1998) melaporkan
bertambah
umurnya
dan
semakin
besar
fementasi dan 12 kg rumput lokal. Soeparno
digunakan semakin besar dan tali yang
bahwa faktor genetis dan asupan nutrisi
adalah pakan tambahan yang diberikan pada
pertumbuhan ternak. Sapi Bali yang secara
dibutuhkan juga semakin panjang.
Dedak
sapi potong untuk memacu pertumbuhan sapi
potong. Dedak merupakan hasil samping dari
usahatani padi biasanya diberikan pada sapi
potong pada waktu peternak panen padi.
sangat mempengaruhi terhadap kecepatan
genetis
memiliki
memanfaatkan
kemampuan
hijauan
pakan
untuk
yang
berkualitas rendah sampai sedang dengan
baik (Tillman et al.,1998 dan Aryogi et
Selain itu, ternak juga diberi makan garam.
al.,2005). Oleh karena itu, dalam usaha sapi
Hasil Keragaan Teknologi
sesuai kebutuhan (adequate), sehingga dapat
kereman perlu teknologi pemberian pakan
Performans ternak selama tiga bulan
menghindari terjadinya pemborosan biaya
sesuai teknologi introduksi dijelaskan berikut
konversi pakan yang dideposisi dalam daging
pada sapi-sapi perlakuan dan tanpa perlakuan
ini.
Performans sapi yang digemukkan
dengan teknologi introduksi di kelompok tani
produksi pakan sekaligus dapat meningkatkan
sapi (Prawirodigdo et al.,2004).
Pemberian pakan hijauan meskipun bisa
ternak Cipta Usaha Desa Sumber Sari,
diprediksi
Kartanegara
perlu
Kecamatan
Loa
Kulu,
memberikan
Kabupaten
rata-rata
Kutai
skor
kondisi tubuhnya selama tiga bulan adalah
sedang, yaitu tubuh sapi dianggap berkondisi
dengan
rumusan
yang
ada,
sebaiknya tidak terlalu dibatasi melainkan
dilebihkan
dikonsumsi.
Hal
dari
ini
yang
untuk
semestinya
memberikan
keleluasaan pada ternak yang mengkonsumsi
Gerbang Etam [70]
Gerbang Etam Vol. 9. No.1 Tahun 2015
ISSN 1978-838X
Jurnal Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah
karena tingkat konsumsi ransum pada sapi di
upaya telah dilakukan untuk meningkatkan
2005; Wijono dan Mariyono, 2005; dan
fisik, kimia maupun biologis.
Indonesia cukup beragam. (Anggraeny et al.,
Nuschati et al., 2005).
Hasil samping tanaman pangan dan
perkebunan sebenarnya bukan limbah, tetapi
sumberdaya yang sangat potensial untuk
dikembangkan dan kekayaan alam Indonesia
semua.
sangat
mampu
menyediakan
itu
Hampir di sebagian besar daratan
Indonesia, hasil samping tanaman pangan
dan perkebunan mudah ditemukan, memilki
jumlah
yang
banyak
dan
memiliki
nilai
ekonomis rendah. Hasil intensifikasi tanaman
pangan tidakmenghasilkan pangan yang lebih
banyak,
tetapijuga
menghasilkan
limbah
berserat yangmelimpah sehingga integrasi
antara
tanamanpangan
dengan
Cara-cara
tersebut biasanya, selain mahal juga hasilnya
kurang memuaskan. Cara fisik memerlukan
Analisis Usaha Ternak Sapi Potong
masih
kualitas limbah pertanian, baik dengan cara
investasi yang mahal dan secara kimiawi
meninggalkan residu yang mempunyai efek
buruk
sedangkan
dengan
cara
biologis
memerlukan peralatan yang mahal (harus
anaerob) dan hasilnya kurang disukai ternak
(bau amonia yang menyengat).
Cara baru
yang relatif murah, praktis dan hasilnya
sangat disukai ternak adalah fermentasi.
Untuk
itu,
melalui
kajian
bioteknologi
fermentasi jerami padi ini diharapkan petani
terbiasa melaksanakannya, sehingga jerami
yang begitu banyak dihasilkan tidak dibakar
saja.
Berdasarkan
hasil
penelitian
ini,
ternak
performans sapi potong yang diberikan pakan
kebutuhan pakanyang murah. Demikian pula,
sama jika dibandingkan dengan sapi potong
merupakan suatualternatif untuk mencukupi
jerami padi yang dihasilkan di Desa Sumber
Sari
Kecamatan
Loa
Kulu
dimanfaatkan secara optimal.
belum
Untuk itu,
melalui penelitian ini diharapkan peternak
dengan menambah sedikit perlakuan yakni
melalui
bioteknologi
fermentasi
dapat
memanfaatkan jerami untuk pakan ternak
secara optimal.
Kelemahan
tersebut
adalah,
yang
ada
pada
ketidaklaziman
potensi
peternak
untuk menggunakan sebagai bahan pakan,
kurang palatable dan memiliki kandungan
nutrisi rendah (protein dan energi). Berbagai
jerami terfermentasi menunjukkan skor yang
yang diberikan pakan rumput unggul lokal.
Selanjutnya untuk mengetahui apakah usaha
ternak sapi potong layak untuk diusahakan
dalam
arti
keuntungan,
kata
apakah
maka
memberikan
dilaksanakan
usahatani ternak sapi potong.
analisis
Analisis
usahatani ternak sapi potong pada kajian ini
menggunakan sapi potong yang dipelihara
oleh peternak kelompok tani Cipta Usaha
Desa Sumber Sari Kecamatan Loa Kulu
Kabupaten
Kutai
Kartanegara.
Analisis
usahatani meliputi ternak sapi potong dengan
pakan
jerami
padi
yang
terfermentasi,
Gerbang Etam [71]
Gerbang Etam Vol. 9. No.1 Tahun 2015
ISSN 1978-838X
Jurnal Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah
selanjutnya dianalisis juga ternak sapi potong
Rp
yang terfermentasi atau pakan yang berasal
Rp 11.069.723,26. Berdasarkan rumus R/C
yang diberikan pakan tanpa pakan jerami padi
dari
tanaman
rumput
setempat.
Sebagaimana hasil pengamatan performans
sapi peliharaan petani dengan diberikan
pakan jerami yang terfermentasi, tampak
bahwa hasilnya tidak berbeda jauh dengan
ternak yang diberikan pakan rumput unggul
9.618.167,71.
Dengan
demikian,
besarnya biaya keseluruhan adalah sebesar
diperoleh besarnya R-C rasio sebesar 1,13,
hal ini mengandung makna bahwa usaha
ternak dengan menggunakan pakan jerami
padi
yang
terfermentasi
efisien dan menguntungkan
berjalan
secara
Selain dianalisis apakah usaha ternak
setempat.
sapi potong pada penelitian ini berjalan
yang dikaji ini, akan memberikan gambaran
diteliti apakah secara finansial usaha tersebut
Analisis usahatani ternak sapi potong
apakah
usahatani
tersebut
memberikan
keuntunganatau denga kata lain apakah
usahatani berjalan secara efisien. Untuk itu,
maka dilaksanakan analisis rasio penerimaan
dan pengeluaran (R-C rasio).
menurut
Soekartawi
(1995),
Efisiensi
merupakan
gambaran perbandingan terbaik antara suatu
usaha dan hasil yang dicapai. Efisien tidaknya
suatu usaha ditentukan oleh besar kecilnya
hasil yang diperoleh dari usaha tersebut serta
secara efisien atau menguntungkan, juga
layak
untuk
dilaksanakan.
Kelayakan
finansial penggemukan sapi potong dari hasil
kegiatan ini dihitung berdasarkan nilai tambah
performans skor kondisi tubuh dan estimasi
kenaikan berat badan ternak yang dikonversi
dengan harga jual saat ini. Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh bahwa penggemukan
sapi dengan introduksi pakan fermentasi yang
direkomendasikan cukup layak dilakukan.
besar kecilnya biaya yang diperlukan untuk
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
suatu
padi
memperoleh hasil tersebut. Tingkat efisiensi
usaha
biasa
menghitung
rasio
antara
usaha
ditentukan
dengan
penerimaan
dan
pengeluaran (R-C rasio) yaitu imbangan
hasil
produksinya.
dengan
total
biaya
Penerimaan usaha ternak sapi potong
berdasarkan
harga
berlaku
pada
saat
penelitian adalah sebesar Rp 12.500.000,00
per ekor.
terdiri
Biaya yang dikeluarkan per ekor
dari
biaya
tetap
sebesar
Rp1.451.555,56 dan baiaya variabel sebesar
Penerapan bioteknologi fermentasi jerami
dalam
pengembangan
ternak
sapi
potong merupakan tugas semua masyarakat
sebagai insan peternakan Kabupaten Kutai
Kartanegara demi berkembangnya populasi
ternak dengan nilai efektifitas dan efisiensi
pemeliharaan yang tinggi untuk mendapatkan
kebutuhan supply daging bagi pemenuhan
protein hewani asal ternak sapi potong.
Pendampingan, bimbingan dan evaluasi yang
dilakukan
secara
terus
menerus
dan
berkesinambungan akan melahirkan suatu
Gerbang Etam [72]
Gerbang Etam Vol. 9. No.1 Tahun 2015
ISSN 1978-838X
Jurnal Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah
program aplikatif bagi peningkatan nilai usaha
ternak sapi potong.
Berdasarkan
hasil
analisis
dan
pembahasan dapat disimpulkan sebagaimana
dijelaskan berikut ini.
1.
Pemberian pakan untuk penggemukan
sapi yang memenuhi standar nutrisi
terbukti mampu memberikan kenaikan
performans kondisi tubuh yang optimal
yaitu sedang untuk sapi potong (sapi
Bali).
2.
Inovasi teknologi bioteknologi melalui
fermentasi
jerami
padi
untuk
penggemukan sapi ini layak secara
teknis,
sehingga
dapat
direkomendasikan pada wilayah yang
memiliki kondisi agroekosistem yang
serupa.
3.
Usaha
penggemukan
sapi
potong
menguntungkan dengan R-C rasio lebih
besar dari satu.
tampak
mendapatkan
usaha
Selanjutnya juga
keuntungan
Rp.9.850/ekor/hari
Pemanfaatan
penggemukan
jerami
sebesar
padi
melalui
fermentasi sebagai pakan ternak ruminansia
dapat mengurangi jumlah produksi limbah
pertanian dan sebagai alternatif yang bisa
memecahkan persoalan mengenai pakan saat
musim
kemarau.
Untuk
itu,
dapat
direkomendasikan beberapa hal terutama
bagi pemangku kepentingan.
yang
dapat
Beberapa hal
direkomendasikan
dari
penelitian dijelaskan sebagai berikut ini.
hasil
1. Bagi petani agar dapat memanfaatkan
secara optimal jerami padi untuk diolah
sebagai pakan ternak melalui bioteknologi
fermentasi, sehingga jerami tidak dibakar
percuma.
2. Bagi pemerintah terutama instansi terkait
agar
teknologi
fermentasi
jerami
disosialisasikan
bioteknologi
padi
pada
harus
melalui
terus
masyarakat
khususnya peternak dan petani yang
umumnya memiliki pengetahuan yang
rendah tentang fermentasi jerami padi.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, P and H. C. Knipscheer. 1989.
Conducting On-Farm Animal Research:
Procedures and Economic Analysis.
Morrilton,
Arkansas,
USA:Winrock
International Institute for Agricultural
Development
and
International
Development Research Center.
Bamualim, Abdullah M., A. Thalib, Y.N.
Anggraeni, dan Maroyono.
2008.
Teknologi Peternakan Sapi Berwawasan
Lingkungan. Wartazoa. Vol.18 No.3. Th
2008.
BPS Kaltim, 2012. Produksi Pertanian
Kabupaten
Kutai
Kartanegara.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.
Samarinda: BPS Kaltim.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia.
2012.
Undang
Undang Republik Indonesia Tentang
Pangan. Jakarta: Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Nurcahyo, Heru. 2011. Bioteknologi. (Diktat).
Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Biologi
Fakultas
Matematika
dan
Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Yogyakarta.
Gerbang Etam [73]
Gerbang Etam Vol. 9. No.1 Tahun 2015
Jurnal Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah
Purbowati, E., W.S. Dilaga dan N.S.N. Aliyah.
2005.
Penampilan Produksi Sapi
Peranakan Ongole dan Peranakan
Limousin
Jantan
Dengan
Pakan
Konsentrat dan Jerami Padi Fermentasi.
Proceeding Seminar Nasional AINI V.
Malang: Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan
Indonesia (AINI) dan Jurusan Nutrisi dan
Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya.
ISSN 1978-838X
Zarate, A.V. 1996. Breeding strategies for
marginal regions in the tropics and
subtropics. Res. Dev. 43/44: 99-118.
Saragih, Bungaran. 2000. Agribsinis Sebagai
Landasan
Pembangunan
Ekonomi
Indonesia Dalam Era Millenium Baru.
Jurnal
Studi
Pembangunan,
Kemasyarakatan & Lingkungan. Vol. 2,
No.1/Feb 2000, 1-9.
Sasaki, M.
1992.The Advancement of
Livestock
Production
with
Special
Reference
to
Feed
Resources
Development in the Tropics -Current
Situation and Future Prospects. In.
Utilization of Feed Resources in Relation
to Utilization and Physiology of Ruminants
in theTropics. Tropical Agric. Research
Series. 25. pp. 67-76.
Soekartawi,
1995.
Analisis
Usahatani.
Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta
Suharto., M. 2004. Dukungan Teknologi
Pakan Dalam Usaha Sapi Potong
Berbasis Sumber Daya Lokal. Lokakarya
Nasional Sapi Potong. Surakarta.
Umar, Sayed. 2009. Potensi Perkebunan
Kelapa
Sawit
Sebagai
Pusat
Pengembangan Sapi Potong Dalam
Merevitalisasi
dan
Mengakselerasi
Pembangunan Peternakan Berkelanjutan.
(Pidato Pengukuhan Guru Besar).
Medan: Universitas Sumatra Utara.
Yunilas. 2009. Bioteknologi Jerami Padi
Melalui Fermentasi Sebagai Bahan Pakan
Ternak Ruminansia. (Karya Ilmiah)
Medan: Departemen Peternakan Fakultas
Peternakan Universitas Sumatera Utara.
Gerbang Etam [74]