HUBUNGAN RASIO HARGA INPUT JUMLAH OUTPUT
HUBUNGAN RASIO HARGA INPUT, JUMLAH OUTPUT, HARGA
OUTPUT DAN ALOKASI PENGGUNAAN INPUT UNTUK PRODUK
CAPITAL INTENSIF DAN LABOUR INTENSIF
TUGAS
OLEH:
FAUZUL AZHIMAH
ALDEBARAN RAIFINA
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
Teori Hecksher-Ohlin (H-O) menjelaskan perdagangan antara dua negara. Teori
ini mengemukakan bahwa suatu negara akan mengekspor komoditi yang
produksinya memerlukan lebih banyak faktor produksi yang relatif melimpah dan
murah, dan dalam waktu bersamaan akan mengimpor komoditi yang produksinya
memerlukan lebih banyak faktor produksi yang relatif langka dan mahal di negara
tersebut. Teori H-O melnpunyai dua konsep kelimpahan faktor produksi yaitu
fisik dan harga faktor. Diasumsikan di sini hanya ada dua negara (H dan O, dua
komoditi yaitu pulp dan mesin otomotif serta dua faktor produksi yaitu modal
dan tenaga kerja. Kedua negara tersebut hanya berbeda dalam hal kelimpahaan
faktor produksinya. Menurut fisik, seperti Jepang berkelimpahan modal apabila
rasio total jumlah modal terhadap total jumlah tenaga kerja di negara Jepang lebih
besar dibandingkan dengan di negara Indonesia, sedangkan menurut definisi
harga faktor, suatu negara Jepang berkelimpahan modal apabila rasio harga modal
terhadap harga tenaga kerja di negara Jepang lebih rendah dibandingkan dengan di
negara Indonesia, dengan w dan r berturut-turut menyatakan harga faktor produksi
tenaga kerja dan modal. Diasumsikan juga bahwa Pulp sebagai komoditi padat
tenaga kerja (artinya pada saat produksinya menggunakan rasio tenaga kerja
terhadap modal yang lebih banyak daripada rasio tenaga kerja terhadap modal
yang digunakan dalam memproduksi mesin otomotif), sementara mesin otomotif
merupakan komoditi padat modal (artinya pada saat produksinya menggunakan
rasio modal terhadap tenaga kerja yang lebih banyak daripada rasio modal
terhadap tenaga kerja yang digunakan dalam memproduksi pulp). Teori H-O
mengemukakan bahwa saat terjadi perdagangan, negara Jepang sebagai negara
yang berkelimpahan modal akan mengekspor mesin otomotif dan mengimpor
pulp, sebaliknya Indonesia akan mengekspor pulp dan mengimpor mesin
otomotif. Adanya perdagangan tersebut akan mendorong terjadinya penyamaan
harga faktor produksi di Jepang dan Indonesia, baik secara relatif maupun secara
absolut. Dalam teori H-O ditelaah sebab-sebab munculnya keunggulan komparatif
bagi setiap negara dan dampak-dampak yang ditimbulkan oleh hubungan dagang
terhadap pendapatan faktor produksi di kedua negara yang bersangkutan. Menurut
H-O, perbedaan kelimpahan faktor produksi menjadi penentu keunggulan
komparatif bagi masing-masing negara yang selanjutnya akan menjadi landasan
berlangsungnya perdagangan. Perdagangan juga dapat berfungsi sebagai
pengganti mobilitas faktor produksi internasional dalam menyamakan tingkat
harga faktor produksi atau pendapatan faktor produksi baik secara relatif atau
absolut di antara negara yang terlibat dalam hubungan dagang tersebut. Berikut
data upah, suku bunga, investasi, dan jumlah tenga kerja di Jepang dan Indonesia :
Tabel 1. Komponen rasio harga input dan rasio jumlah output Jepang dan
Indonesia
Komponen
Upah 1 (IDR)
Upah 2 (IDR)
Suku bunga (%)
Modal Investasi (Milyar USD)
Tenaga kerja 1 (Orang)
Tenaga kerja 2 (Orang)
Jepang
6.100.156
101.883.311
0,08
1.248
74.306.700
93.994.800
Indonesia
427.300
2.177.400
5,75
101,7
144.455.634
174.969.801
Sumber : data lampiran
Dari table diatas dapat digambarkan kurva hubungan rasio harga input dan rasio
jumlah output di Jepang sebagai berikut :
w/r
w/r2
w/r1
1520
1444
1368
1292
1216
1140
1064
988
912
836
760
684
608
532
456
380
304
228
152
76
pulp
10080
96000
91200
86400
T/Lp2
81600
76800
72000
67200
62400
57600
52800
48000
43200
38400
36600
T/Lo1
28800
24000
19200
14400
9600
4800
T/Lo2
otomotif
T/Lp1
Gambar 1. Hubungan Rasio Harga Input Dan Rasio Harga Output Di
Jepang
Berikut kurva hubungan kurva hubungan rasio harga input dan rasio jumlah
output di Indonesia sebagai berikut :
otomotif
pulp
w/r
393,2
378
362,8
347,6
332,4
317,2
302
286,8
271,6
256,4
241,2
226
210,8
195,6
180,4
165,2
150
134,8
119,6
104,4
74
w/r2
w/r1
0
9
6
2
T/Lo2
1
0
0
3
1
0
4
4
1
0
8
5
1
1
2
6
1
1
6
7
T/Lo1
1
2
0
8
1
2
4
9
1
2
9
0
1
3
3
1
1
3
7
2
1
4
1
3
1
4
1
5
1
4
9
5
T/Lp2
1
5
3
6
1
5
7
7
1
6
1
8
1
6
5
9
1
7
0
0
1
7
4
1
T/Lp1
1
8
2
3
T/L
Gambar 2. Hubungan Rasio Harga Input Dan Rasio Harga Output Di
Indonesia
Dari dua grafik diatas dapat dilihat jika rasio harga input produksi dalam kasus ini
upah meningkat dari w1 ke w2 maka jumlah tenaga kerja baik dari komoditi pulp
maupun otomotif di kedua Negara, Indonesia dan Jepang berkurang dari Lo2 ke
Lo1 dan Lp2 ke Lp1. Namun Negara Indonesia lebih sensitif perubahan jumlah
tenaga kerjanya. Hal ini bisa dilihat dari slope grafik di Indonesia lebih miring
daripada grafik di Jepang. Perubahan dari Indonesia dan Jepang masing-masing
berturut-turut adalah sebesar 3,7% dan 2,9%
Dari grafik diatas juga memperlihatkan bahwa komoditi otomotif merupakan
komoditi yang capital intensif dan pulp labour intensif. Hal ini dapat dilihat dari
jumlah tenaga kerja di produksi pulp lebih tinggi daripada produksi otomotif.
Kondisi ini sama terjadi di Negara Jepang dan Indonesia.
Berikutnya hubungan rasio harga output dan rasio harga input. Harga real output
pulp dan ototmotif dapat diwakilkan dengan GDP harga berlaku dari sector
manufacture untuk mewakili harga komoditi otomotif dan sector pertanian untuk
mewakili komoditi pulp baik dari Negara Indonesia maupun Jepang. Berikut data
harga output dan harga input produksi :
Komponen
Harga otomotif 1
Harga otomotif 2
Harga pulp 1
Harga pulp 1
Upah 1
Upah 2
Suku bungan
Jepang
9366615,28
12863000,04
692244,872
870340,944
6.100.156
101.883.311
0,08
Indonesia
385597,9
1376441,7
19564,4
51912,3
427.300
2.177.400
5,75
Sumber : Data lampiran
Dari tabel diatas dapat digambarkan rasio harga output dan rasio harga input
Negara Jepang
0,075
0,074
0,073
0,071
0,070
0,069
0,068
Gambar 3. Rasio Harga Output dan Rasio Harga Input Jepang
794,6
555,1
Berikut grafik rasio harga output dan rasio harga input Indonesia
0.50
0.47
0.45
0.43
0.41
0.39
0.37
439551
378678
Gambar 4. Hubungan rasio harga input dan rasio harga output Indonesia
Dari kurva 3 dan 4 dapat dilihat bahwa produk yang bersifat labour intensif yaitu
pulp jika harga meningkat dengan asumsi harga produk capital intensif yaitu
otomotif, produsen akan berinisiatif untuk menambah produksinya. Dengan
meningkatnya produksi maka tenaga kerja yang dibutuhkan juga meningkat.
Dengan meningkatnya kebutuhan tenaga kerja dengan jumlah yang tetap, maka
harga (upah) tenaga kerja akan meningkat dari w/r1 ke w/r2. Hal ini terjadi di
Negara Indoensia dan Jepang.
Namun berbeda Indonesia dengan Jepang dalam besar perubahannya. Perubahan
di Indonesia lebih kecil daripada di Jepang. Perubahan yang terjadi di Indonesia
adalah hanya 80,3% sedangkan di Jepang perubahan upah mencapai 94% dari
upah awal.
Dari kurva rasio harga output dan rasio jumlah input dapat memperlihatkan
perubahan yang terjadi dengan jumlah input yang dibutuhkan.
Tabel 3. Harga input, harga output, jumlah input
Komponen
Upah 1 (IDR)
Upah 2 (IDR)
Suku Bunga (%)
Modal Investasi (Milyar Usd)
Tenaga Kerja 1 (Orang)
Tenaga Kerja 2 (Orang)
Harga Otomotif 1 (Milyar IDR)
Harga Otomotif 2 (Milyar IDR)
Harga Pulp 1 (Milyar IDR)
Harga Pulp 2 (Milyar IDR)
Jepang
6.100.156
101.883.311
0,08
1.248.
74.306.700
93.994.800
9366615,28
12863000,04
692244,872
870340,944
Indonesia
427.300
2.177.400
5,75
101,7
144.455.634
174.969.801
385597,9
1376441,7
19564,4
51912,3
Sumber : Data Lampiran
Dari tabel diatas dapat digambarkan rasio harga output, rasio harga input, jumlah
input negara Jepang :
1672,64
1273,54
874,44
475,34
76,25
0,07
5
0,07
3
0,07
1
0,06
9
0,06
7
2023
5,2
5509
6,2
8995
7,1
1248
18
1596
78,9
Gambar 5. Hubungan rasio harga input, jumlah input dan harga output
Jepang
Dari tabel 3 dapat digambarkan rasio harga output, rasio harga input, jumlah input
negara Jepang :
378,7
302,6
226,5
150,4
74,3
0,051
0,047
0,044 0,041
0,038
962,3
1166,2 1370,1
1574
1777,9
Gambar 6. Hubungan rasio harga input, jumlah input dan harga output
Indonesia
Dilihat dari kurva hubungan rasio harga input, jumlah input dan harga output
dapat dilihat pada saat upah meningkat maka akan meningkatkan jumlah tawaran
tenaga kerja dari L1 ke L2. Hal ini terjadi pada komoditi pulp dan otomotif.
Namun proporsinya berbeda. Dimana produk labour intensif akan lebih sensitive
terhadap perubahan tingkat upah ini. Hal ini ditunjukkan dengan bentuk kurva yg
lebih landai pada produk yang labour intensif.
Jika dibandingkan antar Negara Indonesia dan Jepang dimana pada kondisi ini
Indomesia merupakan Negara yg labour abundance lebih sensitive terhadap
perubahan upah tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari proporsi perubahan jumlah
tenaga kerja yang ditawarkan Jepang dan Indonesia adalah 17% dan 20%.
Alokasi Input
Pada Negara Jepang yang merupakan Negara dengan capital abundance akan
lebih banyak mengalokasikan produk yang capital intensif yaitu otomotif. Maka
dapat digambarkan dengan kurva diatas.
Pada Negara Indonesia yang merupakan Negara dengan labour abundance akan
lebih banyak
mengalokasikan
produk
yang labour
intensif
yaitukomoditi
pulp. Maka
dapat
Gambar
7. Alokasi
input capital
dan labour
di Jepang
untuk
Pulp
dan Otomotif
digambarkan dengan kurva berikut :
Gambar 8. Alokasi input capital dan labour di Indonesia untuk komoditi
Pulp dan Otomotif
Jika capital suatu Negara berubah akan merubah alokasi input untuk kedua
komoditi tersebut
Gambar 9. Perubahan penawaran capital dan perubahan alokasi input komoditi otomotof
Gambar 10. Perubahan penawaran capital dan perubahan alokasi input komoditi pulp
Dari kurva 8 dan 9 dapat digambarkan untuk komoditi otomotif, labour yang
dialokasian Negara Jepang lebih besar dari Negara Indonesia. Sedangkan capital
yang dialokasikan Negara Jepang juga lebih besar dari Negara Indonesia.
Dari kurva 8 dan 9 juga untuk komoditi pulp lanour yang dialokasikan Negara
Indonesia lebih besar dari Negara Jepang. Sedangkan capital juga dialokasikan
Negara Indoensia lebih besar dari Negara Jeepang.
OUTPUT DAN ALOKASI PENGGUNAAN INPUT UNTUK PRODUK
CAPITAL INTENSIF DAN LABOUR INTENSIF
TUGAS
OLEH:
FAUZUL AZHIMAH
ALDEBARAN RAIFINA
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
Teori Hecksher-Ohlin (H-O) menjelaskan perdagangan antara dua negara. Teori
ini mengemukakan bahwa suatu negara akan mengekspor komoditi yang
produksinya memerlukan lebih banyak faktor produksi yang relatif melimpah dan
murah, dan dalam waktu bersamaan akan mengimpor komoditi yang produksinya
memerlukan lebih banyak faktor produksi yang relatif langka dan mahal di negara
tersebut. Teori H-O melnpunyai dua konsep kelimpahan faktor produksi yaitu
fisik dan harga faktor. Diasumsikan di sini hanya ada dua negara (H dan O, dua
komoditi yaitu pulp dan mesin otomotif serta dua faktor produksi yaitu modal
dan tenaga kerja. Kedua negara tersebut hanya berbeda dalam hal kelimpahaan
faktor produksinya. Menurut fisik, seperti Jepang berkelimpahan modal apabila
rasio total jumlah modal terhadap total jumlah tenaga kerja di negara Jepang lebih
besar dibandingkan dengan di negara Indonesia, sedangkan menurut definisi
harga faktor, suatu negara Jepang berkelimpahan modal apabila rasio harga modal
terhadap harga tenaga kerja di negara Jepang lebih rendah dibandingkan dengan di
negara Indonesia, dengan w dan r berturut-turut menyatakan harga faktor produksi
tenaga kerja dan modal. Diasumsikan juga bahwa Pulp sebagai komoditi padat
tenaga kerja (artinya pada saat produksinya menggunakan rasio tenaga kerja
terhadap modal yang lebih banyak daripada rasio tenaga kerja terhadap modal
yang digunakan dalam memproduksi mesin otomotif), sementara mesin otomotif
merupakan komoditi padat modal (artinya pada saat produksinya menggunakan
rasio modal terhadap tenaga kerja yang lebih banyak daripada rasio modal
terhadap tenaga kerja yang digunakan dalam memproduksi pulp). Teori H-O
mengemukakan bahwa saat terjadi perdagangan, negara Jepang sebagai negara
yang berkelimpahan modal akan mengekspor mesin otomotif dan mengimpor
pulp, sebaliknya Indonesia akan mengekspor pulp dan mengimpor mesin
otomotif. Adanya perdagangan tersebut akan mendorong terjadinya penyamaan
harga faktor produksi di Jepang dan Indonesia, baik secara relatif maupun secara
absolut. Dalam teori H-O ditelaah sebab-sebab munculnya keunggulan komparatif
bagi setiap negara dan dampak-dampak yang ditimbulkan oleh hubungan dagang
terhadap pendapatan faktor produksi di kedua negara yang bersangkutan. Menurut
H-O, perbedaan kelimpahan faktor produksi menjadi penentu keunggulan
komparatif bagi masing-masing negara yang selanjutnya akan menjadi landasan
berlangsungnya perdagangan. Perdagangan juga dapat berfungsi sebagai
pengganti mobilitas faktor produksi internasional dalam menyamakan tingkat
harga faktor produksi atau pendapatan faktor produksi baik secara relatif atau
absolut di antara negara yang terlibat dalam hubungan dagang tersebut. Berikut
data upah, suku bunga, investasi, dan jumlah tenga kerja di Jepang dan Indonesia :
Tabel 1. Komponen rasio harga input dan rasio jumlah output Jepang dan
Indonesia
Komponen
Upah 1 (IDR)
Upah 2 (IDR)
Suku bunga (%)
Modal Investasi (Milyar USD)
Tenaga kerja 1 (Orang)
Tenaga kerja 2 (Orang)
Jepang
6.100.156
101.883.311
0,08
1.248
74.306.700
93.994.800
Indonesia
427.300
2.177.400
5,75
101,7
144.455.634
174.969.801
Sumber : data lampiran
Dari table diatas dapat digambarkan kurva hubungan rasio harga input dan rasio
jumlah output di Jepang sebagai berikut :
w/r
w/r2
w/r1
1520
1444
1368
1292
1216
1140
1064
988
912
836
760
684
608
532
456
380
304
228
152
76
pulp
10080
96000
91200
86400
T/Lp2
81600
76800
72000
67200
62400
57600
52800
48000
43200
38400
36600
T/Lo1
28800
24000
19200
14400
9600
4800
T/Lo2
otomotif
T/Lp1
Gambar 1. Hubungan Rasio Harga Input Dan Rasio Harga Output Di
Jepang
Berikut kurva hubungan kurva hubungan rasio harga input dan rasio jumlah
output di Indonesia sebagai berikut :
otomotif
pulp
w/r
393,2
378
362,8
347,6
332,4
317,2
302
286,8
271,6
256,4
241,2
226
210,8
195,6
180,4
165,2
150
134,8
119,6
104,4
74
w/r2
w/r1
0
9
6
2
T/Lo2
1
0
0
3
1
0
4
4
1
0
8
5
1
1
2
6
1
1
6
7
T/Lo1
1
2
0
8
1
2
4
9
1
2
9
0
1
3
3
1
1
3
7
2
1
4
1
3
1
4
1
5
1
4
9
5
T/Lp2
1
5
3
6
1
5
7
7
1
6
1
8
1
6
5
9
1
7
0
0
1
7
4
1
T/Lp1
1
8
2
3
T/L
Gambar 2. Hubungan Rasio Harga Input Dan Rasio Harga Output Di
Indonesia
Dari dua grafik diatas dapat dilihat jika rasio harga input produksi dalam kasus ini
upah meningkat dari w1 ke w2 maka jumlah tenaga kerja baik dari komoditi pulp
maupun otomotif di kedua Negara, Indonesia dan Jepang berkurang dari Lo2 ke
Lo1 dan Lp2 ke Lp1. Namun Negara Indonesia lebih sensitif perubahan jumlah
tenaga kerjanya. Hal ini bisa dilihat dari slope grafik di Indonesia lebih miring
daripada grafik di Jepang. Perubahan dari Indonesia dan Jepang masing-masing
berturut-turut adalah sebesar 3,7% dan 2,9%
Dari grafik diatas juga memperlihatkan bahwa komoditi otomotif merupakan
komoditi yang capital intensif dan pulp labour intensif. Hal ini dapat dilihat dari
jumlah tenaga kerja di produksi pulp lebih tinggi daripada produksi otomotif.
Kondisi ini sama terjadi di Negara Jepang dan Indonesia.
Berikutnya hubungan rasio harga output dan rasio harga input. Harga real output
pulp dan ototmotif dapat diwakilkan dengan GDP harga berlaku dari sector
manufacture untuk mewakili harga komoditi otomotif dan sector pertanian untuk
mewakili komoditi pulp baik dari Negara Indonesia maupun Jepang. Berikut data
harga output dan harga input produksi :
Komponen
Harga otomotif 1
Harga otomotif 2
Harga pulp 1
Harga pulp 1
Upah 1
Upah 2
Suku bungan
Jepang
9366615,28
12863000,04
692244,872
870340,944
6.100.156
101.883.311
0,08
Indonesia
385597,9
1376441,7
19564,4
51912,3
427.300
2.177.400
5,75
Sumber : Data lampiran
Dari tabel diatas dapat digambarkan rasio harga output dan rasio harga input
Negara Jepang
0,075
0,074
0,073
0,071
0,070
0,069
0,068
Gambar 3. Rasio Harga Output dan Rasio Harga Input Jepang
794,6
555,1
Berikut grafik rasio harga output dan rasio harga input Indonesia
0.50
0.47
0.45
0.43
0.41
0.39
0.37
439551
378678
Gambar 4. Hubungan rasio harga input dan rasio harga output Indonesia
Dari kurva 3 dan 4 dapat dilihat bahwa produk yang bersifat labour intensif yaitu
pulp jika harga meningkat dengan asumsi harga produk capital intensif yaitu
otomotif, produsen akan berinisiatif untuk menambah produksinya. Dengan
meningkatnya produksi maka tenaga kerja yang dibutuhkan juga meningkat.
Dengan meningkatnya kebutuhan tenaga kerja dengan jumlah yang tetap, maka
harga (upah) tenaga kerja akan meningkat dari w/r1 ke w/r2. Hal ini terjadi di
Negara Indoensia dan Jepang.
Namun berbeda Indonesia dengan Jepang dalam besar perubahannya. Perubahan
di Indonesia lebih kecil daripada di Jepang. Perubahan yang terjadi di Indonesia
adalah hanya 80,3% sedangkan di Jepang perubahan upah mencapai 94% dari
upah awal.
Dari kurva rasio harga output dan rasio jumlah input dapat memperlihatkan
perubahan yang terjadi dengan jumlah input yang dibutuhkan.
Tabel 3. Harga input, harga output, jumlah input
Komponen
Upah 1 (IDR)
Upah 2 (IDR)
Suku Bunga (%)
Modal Investasi (Milyar Usd)
Tenaga Kerja 1 (Orang)
Tenaga Kerja 2 (Orang)
Harga Otomotif 1 (Milyar IDR)
Harga Otomotif 2 (Milyar IDR)
Harga Pulp 1 (Milyar IDR)
Harga Pulp 2 (Milyar IDR)
Jepang
6.100.156
101.883.311
0,08
1.248.
74.306.700
93.994.800
9366615,28
12863000,04
692244,872
870340,944
Indonesia
427.300
2.177.400
5,75
101,7
144.455.634
174.969.801
385597,9
1376441,7
19564,4
51912,3
Sumber : Data Lampiran
Dari tabel diatas dapat digambarkan rasio harga output, rasio harga input, jumlah
input negara Jepang :
1672,64
1273,54
874,44
475,34
76,25
0,07
5
0,07
3
0,07
1
0,06
9
0,06
7
2023
5,2
5509
6,2
8995
7,1
1248
18
1596
78,9
Gambar 5. Hubungan rasio harga input, jumlah input dan harga output
Jepang
Dari tabel 3 dapat digambarkan rasio harga output, rasio harga input, jumlah input
negara Jepang :
378,7
302,6
226,5
150,4
74,3
0,051
0,047
0,044 0,041
0,038
962,3
1166,2 1370,1
1574
1777,9
Gambar 6. Hubungan rasio harga input, jumlah input dan harga output
Indonesia
Dilihat dari kurva hubungan rasio harga input, jumlah input dan harga output
dapat dilihat pada saat upah meningkat maka akan meningkatkan jumlah tawaran
tenaga kerja dari L1 ke L2. Hal ini terjadi pada komoditi pulp dan otomotif.
Namun proporsinya berbeda. Dimana produk labour intensif akan lebih sensitive
terhadap perubahan tingkat upah ini. Hal ini ditunjukkan dengan bentuk kurva yg
lebih landai pada produk yang labour intensif.
Jika dibandingkan antar Negara Indonesia dan Jepang dimana pada kondisi ini
Indomesia merupakan Negara yg labour abundance lebih sensitive terhadap
perubahan upah tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari proporsi perubahan jumlah
tenaga kerja yang ditawarkan Jepang dan Indonesia adalah 17% dan 20%.
Alokasi Input
Pada Negara Jepang yang merupakan Negara dengan capital abundance akan
lebih banyak mengalokasikan produk yang capital intensif yaitu otomotif. Maka
dapat digambarkan dengan kurva diatas.
Pada Negara Indonesia yang merupakan Negara dengan labour abundance akan
lebih banyak
mengalokasikan
produk
yang labour
intensif
yaitukomoditi
pulp. Maka
dapat
Gambar
7. Alokasi
input capital
dan labour
di Jepang
untuk
Pulp
dan Otomotif
digambarkan dengan kurva berikut :
Gambar 8. Alokasi input capital dan labour di Indonesia untuk komoditi
Pulp dan Otomotif
Jika capital suatu Negara berubah akan merubah alokasi input untuk kedua
komoditi tersebut
Gambar 9. Perubahan penawaran capital dan perubahan alokasi input komoditi otomotof
Gambar 10. Perubahan penawaran capital dan perubahan alokasi input komoditi pulp
Dari kurva 8 dan 9 dapat digambarkan untuk komoditi otomotif, labour yang
dialokasian Negara Jepang lebih besar dari Negara Indonesia. Sedangkan capital
yang dialokasikan Negara Jepang juga lebih besar dari Negara Indonesia.
Dari kurva 8 dan 9 juga untuk komoditi pulp lanour yang dialokasikan Negara
Indonesia lebih besar dari Negara Jepang. Sedangkan capital juga dialokasikan
Negara Indoensia lebih besar dari Negara Jeepang.