MAKALAH MANAJEMEN PEMELIHARAAN MESIN hitung
MAKALAH MANAJEMEN PEMELIHARAAN
MESIN-MESIN PRODUKSI (TUGAS BAHASA
INDONESIA 2)
MAKALAH MANAJEMEN PEMELIHARAAN MESIN-MESIN PRODUKSI
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan peradaban manusia telah memacu peningkatan kebutuhan dan
keinginan baik dalam jumlah, variasi jenis, dan tingkat mutu. Perkembangan ini
menimbulkan tantangan untuk dapat memenuhi keinginan tersebut dengan
cara meningkatkan kemampuan menyediakan dan menghasilkannya
peningkatan kemampuan penyediaan atau produksi barang merupakan usaha
yang harus dilakuakan oleh perusahaan untuk dapat memenuhi kebutuhan
secara efektif dan efesien. Usaha ini dilakukan agar dicapai tingkat keuntungan
yang diharapkan demi menjamin kelangsungan perusahaan.
Dalam mencapai tujuan dan sasaran secara efektif dan efesien,
dikembangkanlah pemikiran dan pengkajian untuk mendapatkan cara-cara
yang lebih baik. Tujuannya adalah untuk mengahasilkan pengeluaran yang
optimal, sehingga dapat untuk mencapai sasaran secara tepat dalam waktu,
jumlah, mutu dengan biaya yang efesien dengan memanfaatkan factor-faktor
produksi. Factor produksi yang dimaksud meliputi tenaga manusia ( men ),
bahan ( material ), dana ( money ), serta mesin dan peralatan ( machines )
kekurangan salah satu factor produksi dapat menggangu proses produksi,
artinya kelancaran proses produk dapat terhambat bila salah satu factor
produksi mengalami kerusakan.
Said ( 1980 ) Fachrurozi ( 2002 ) menyatakan bahwa mesin-mesin produksi
merupakan factor produksi yang berfungsi mengkonfersi bahan baku menjadi
barang setengah jadi atau barang jadi. Mesin merupakan pesawat pengubah
energi yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip logis, rasiomal dan
matematis. Kebutuhan produktifitas yang lebih tinggi serta meningkatkannya
keluaran mesin pada tahun-tahun terakhir ini telah mempercepat
perkembangan otomatisasi. Hal ini pada gilirannya memperbesar kebuthan
akan fungsi pemeliharaan ( maintenance ) mesin-mesin tersebut, selain karena
mesin-mesin tersebut cenderung terus mengalami kelusuhan sehingga
diperlukan reparasi atau perbaikan.
Ditinjau dari usaha pemeliharaan dan perbaikan yang dilakukan terhadap
fasilitas produksi, dapat dikatakan bahwa tujuan dari pemeliharaan dan
perbaikan adalah untuk mempertahankan suatu tingkat produktivitas tertentu
tanpa merusak produk akhir. jadi, dengan adanya pemeliharaan, maka fasilitas/
peralatan pabrik diharapkan dapat beroperasi sesuai dengan rencana dan tidak
mengalami kerusakan selama digunakan untuk proses produksi sebelum jangka
waktu tertentu yang direncanakan tercapai.
Perawatan atau pememliharaan mesin tentu saja membutuhkan biaya. Biaya ini
meliputi nilai rawatan yang disimpan dan digunakan, biaya pekerja langsung,
segala macam pekerja tidak langsung, dan pekerja yang disubkontrakan. Oleh
sebab itu diperlukan suatu pengaturan yang baik sehingga pelaksanaan
kegiatan perawatan diharapkan dapat membantu memaksimalkan perbedaan
antara biaya variable yang dikeluarkan oleh pabrik dan hasil penjualan yang
diperoleh dari menjual produk sehingga keuntungan dapat tatap diperoleh. Ini
merupakan fungsi utama dari manajemen pemeliharaan ( Wallay,1987 ).
Walaupun telah mengetahui arti pentingnya pemeliharaan mesin-mesin
produksi, tetap saja banyak industri/ pabrik berskala besar maupun kecil yang
mengabaikannya. Ini dikarenakan industri/pabrik tersebut hanya memandang
dari segi biaya dan waktu jangka pendek yang akan dikeluarkan untuk
melakukan kegiatan pemeliharaan, tanpa mempertimbangkan kerugian yang
mungkin akan diderita apabila pemeliharaan mesin tidak dilakukan. Oleh
karena itu, studi manajemen pemeliharaan mesin-mesin produksi ini perlu
dilakuakan untuk mengetahui besar perhatian pabrik dalam menerapkan
system manajemen pemeliharaan mesinnya.
BAB II
ISI
MANAJEMEN
A. Definisi Manajemen
Pengertian manajemen begitu luas, sehingga dengan kenyataanya tidak ada
definisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Berikut ini
beberapa definisi manajemen yang dikemukakan oleh para ahli dalam Handoko
( 1989 ).
1. Marie Parker mendefinisikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain.
2. Stoner menyatakan definisi manajemen yang lebih kompleks, yaitu
manajemen adalah proses perencanaan , pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
3. Luther Gillick mendefinisikan sebagai manajemen sebagai suatu bidang ilmu
pengetahuan ( sciene )yang berusaha secara sistematis untuk memahami
mengapa dan bagaiman manusia bekerja bersama untu mencapai hasil tujuan
dan membuat system kerja sama ini bermanfaat bagi kemanusiaan.
Berdasarkan uraian diatas , dapat disimpulkan bahwa definisi manajemen
adalah bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan,
dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi
perencanaan ( planning ), pengorhanisasian ( organizing ), penyusunan
personalia/ pegawaian ( staffing ), pengarahan dan kepemimpinan ( leading ),
dan pengawasan ( controlling ) (Handoko, 1989 ).
B. Fungsi manajemen
Menurut Manullang ( 2002 ), fungsi manajemen dapat didefinisikan sebagai
aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Bila dilihat
dari sudut proses atau urutan pelaksanaan aktivitas tersebut, maka fungsi –
fungsi manajemen-manajemen itu dibedakan menjadi perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan.
1. Perencanaan ( Planning )
Perencanaan merupakan fungsi menyusun serangkaian tindakan yang
ditentukan sebelumnya agar tercapai tujuan-tujuan organisasi. Perencanaan
dilakukan untuk menghindari pekerjaan rutin supaya kejadian mendadak dapat
diperkecil.
2. Organisasi ( Organizing )
Definisi oraganisasi dapat dibedakan menjadi dua, tergantung dari sudut
pandangannya. Organisasi dalam arti badan adalah sekelompok orang yang
berkerjasama untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan, sementara dalam
arti bagan atau struktur , organisasi merupakan gambaran secara skematis
tentang hubungan-hubungan, kerjasama dari hubungan – hubungan ,
kerjasama dari orang-orang yang terdapat dalam rangka usaha untuk mencapai
suatu tujuan.
3. Penyusunan ( Staffing )
Fungsi penyusunan ( staffing ) disebut juga dengan fungsi personalia meliputi
tugas-tugas memperoleh pegawai, menunjukkan pegawai , dan memanfaatkan
pegawai. Fungsi adalah fungsi setiap manajer yang berhubungan dengan para
pegawai dilingkungan pimpinannya agar para pegawai terdorong untuk
melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya untuk merealisasikan dengan
tujuan perusahaan atau tujuan aktivitas yang didampinginya.
4. Pengarahan (directing)
Bila rencana pekerjaan sudah tersusun, sturuktur organisasi sudah
ditetapkandan posisi atau jabatan dalam struktur organisasi tersebut sudah
diisi, maka kegiatan yang harus dilakukan pimpinan selanjutnya adalah
menggerakkan bawahan, mengkoordinasi agar apa yang menjadi tujuan
perusahaan dapa diwujudkan. Menggerakkan bawahan milah yang dimaksud
dengan mengarahkan (directing) bawahan.
5. Pengawasan (controlling)
Pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menerapkan
pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan,menilainya, dan bila perlu
mengkoreksi dengn maksud supaya peaksanaan sesuai dengan rencana
semula.
Menurut Reksohadiprodjo dan Gitosudarmo (1992), fungsi pengawasan
kegiatan produksi dapat dibagi dalam:
a. Supervisi, yang menjamin agar kegiatan-kegiatan dilaksanakan dengan baik
b. Pembandingan, berusaha mengecek apakah hasil kerja sesuai dengan yang
dikehendaki
c. Koreksi, berusaha untuk menhilangkan kesulitan-kesulitan/penyimpangapenyimpangan baik pekerjaan maupun merubah rencana yang terlalu
berlebihan.
PEMELIHARAAN (MAINTENANCE)
A. Definisi Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan fungsi yang pentin dalam suatu pabrik. Sebagai
suatu usaha menggunakan fasilitas/peraltan produksi agar kontinuitas produksi
dapat terjamin dan menciptakan suatu keadaan operasi produksi yang
memuaskan sesuai dengan rencana. Selain itu, fasilitas/peralatan produksi
tersebut tidak mengalami kerusakan selama dipergunakan sebelum jangka
waktu tertentu yang direncanakan tercapai.
Pemeliharaan (maintenance), menurut The American Management Association,
Inc. (1971), adalah kegiatan rutin, pekerjaan berulang yang dilakukan untuk
menjaga kondisi fasilitas produksi agar dapat dipergunakan sesuai dengan
fungsi dan kapasitas sebenarnya secar efesien ini berbeda dengan perbaikan.
Pemeliharaan atau mantaince juga didefinisikan untuk menjaga suatu barang
dalam, atau memperbaikinya sampai suatu kondisi yang bisa diterima
( BS3811,1974 dalam Corder, 1992 ).
Di Indonesia, istilah pemeliharaan itu sendiri telah dimodifikasi oleh
Kementrian Tekhnologi ( sekarang Departemen Perdagangan dan Industri )
pada bulan april 1970, menjadi teroteknologi. Kata teroteknologi ini diambil
dari bahasa Yunani Terein yang berarti merawat, memelihara, dan menjaga.
Teroteknologi adalah kombinasi dari manajemen, keuangan, perekayasaan dan
kegiatan lain yang diterapkan bagi asset fisik untuk mendapatkan biaya siklus
hidup ekonomis. Hal ini berhubungan dengan spesifikasi dan rancangan untuk
keandalan serta mampu pemelihara dari pabrik, mesin-mesin, peralatan,
bangunan, dan struktur dan instalasinya, pengetesan, pemeliharaan modifikasi,
dan penggantian, dengan umpan balik informasi untuk rancangan, untuk kerja
dan biaya ( Corder,1992 ).
B. Tujuan Pemeliharaan
Menurur Corder (1992 ), tujuan pemelihraan yang utama dapat didefinisikan
dengan jelas sebagai berikut :
1. memperpanjang usia kegunaan assets ( yaitu setiap bagian dari suatu
tempat kerja , bangunan dan isinya)
2. menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi
(atau jasa) dan mendapatkan laba investasi(return of investment) maksimum
yang mugkin
3. menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.
C. Jenis Pemeliharaan
Corder, (1992) membagi kegiatan pemeliharaan kedalam dua bentuk, yaitu
pemeliharaan terencana (planned maintenance) dan pemeliharan tak terencana
(unplanned maintenance), dalam bentuk pemeliharaan darurat (breakdown
maintenance). Pemeliharaan terencana (planned maintenance) merupakan
kegiatan perawatan yang dilaksanakan berdasarkan perencanaan terlebih
dahulu. Pemeliharaan terencana ini terdiri dari pemeliharaaan pencegahan
(preventive maintenance) dan pemeliharan korektif (corrective maintenance).
1. Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance)
Preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga
dan menentukan kondisi atau keadaan yang menyebabkan fasilitas produksi
mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi.
Preventive maintenance ini sangat efektif digunakan dalam menghadapi
fasilitas produksi yang termasuk dalam “critical unit”. Sebuah fasilitas atau
peralatan produksi termasuk dalam “critical unit “apbila kerusakan fasilitas
atau peralatan tersebut akan membahayakan kesehatan atau keselamatan para
pekerja, mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan, menyebabkan
kemacetan pada seluruh produksi, dan modal yang ditanamkan dalam fasilitas
tersebut cukup besar atau harganya mahal ( Assauri, 2004 ).
Dalam prakteknya, preventive maintenance yang dilakuakn oleh suatu pabrik
dapat dibedakan menjadi routine maintenance dan periodic maintenance.
Routine maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan berdasarkan lamanya jam kerja mesin sebagai jadwal kegiatan,
misalnya seratus jam sekali, dan seterusnya. Kegiatan periodic maintenance ini
jauh lebih berat dari routine maintenance (Assauri, 2004)
2. Pemeliharaan Korektif (corrective maintenance)
Menurut Prawirosentono (2000 ), pemeliharaan korektif ( corrective
maintenance adalah peralatan yang dilaksanakan karena adanya hasil produk
yang tidak sesuai dengan rencana. Kegiatan ini dimaksudkan agar fasilitas/
peralatan tersebut dapat digunakan kembali dalam operasi, sehingga proses
produksi dapat berjalan lancer kembali. Sedikit berbeda dengan pendapat
sebelumnya, selain preventive maintenance dan corrective maintenance, Patton
( 1983 ) menambahkan satu jenis pemeliharaan lagi, yaitu “ pemeliharaan
kemajuan “ ( Improvement maintenance ), yang berfungsi untuk memodifikasi,
mendisain ulang, dan merubah mesin ataupun pesanan.
Disamping pemeliharaan terencana ( planned maintenance ) yang telah
dijelaskan sebelumnya, terdapat pula pemeliharaan tidak terencana (unplanned
maintenance ). Pemeliharaan tidak terencana didefinisikan sebagai
pemeliharaan yang dilakukan karena adanya indikasi atau petunjuk bahwa
adanya tahap kegiatan proses produksi yang tiba-tiba memberikan hasil yang
tidak layak. Pelaksanaan pemeliharaan tak terencana ini dapat berupa
pemeliharaan darurat ( emergency maintenance ) yaitu kegiatan perawatan
mesin yang memerlukan penanggulangan yang bersifat darurat agar tidak
menimbulkan kerusakan yang lebih parah.( Prawirosentono,2000).
D. Organisasi Pemeliharaan
Menurut Taylor dalam Suharto ( 1991 ), organisasi adalah pengintegrasian
sumber-sumber , seperti persoalan tekhnik, kondisi alam, serta keterlibatan
personal. Untuk mendukung aktivitas produksi agar lebih berhasil dan berdaya
guna, maka keberadaan suatu organisasi perawatan mesin cukup dibutuhkan.
Pada dasarnya organisasi perawatan mesin yang baik ialah bila tetap
memperhatikan problem-problem setempat dengan memperhatikan jenis
operasi, kontinuitas operasi, situasi geografis, ukuran pabrik, lingkup
perawatan mesin dan kondisi tenaga kerja.
Konsep organisasi yang baik harus didasari beberapa pemikiran yang dimaksud
berupa adanya deskripsi kerja yang jelas dan tidak tumpang tindih untuk
menghindari konflik, konsistensi kekuasaan, membatasi jumlah orang dalam
kepegawaian, serta kejelasan individu yang terlibat dalam suatu organisasi
( Suharto,1991 )
1. Struktur Organisasi
Struktur adalah pola hubungan komponen atau bagian organisasi. Struktur
merupakan susunan subsistem dan komponen dalam ruang tiga dimensi pada
suatu waktu . dapat dikatakan bahwa struktur organisasi itu sifat relative
stabil, statis, berubah lambat, dan memerlukan waktu untuk penyesuaian –
penyesuaian ( Reksohadiprodjo,1993).
Pada suatu perusahaan, struktur organisasi yang dipakai sangat dipengaruhi
oleh besar kecilnya perusahan. Perkembangan suatu perusahaan akan
merubah struktur organisasi untuk menampung perubahan yang diperlukan
oleh manajemen. Dilapangan , salah satu yang diambil agar bagian perawatan
dapat berfungsi dengan baik dipengaruhi oleh diagram susunan organisasi.
Diagram ini penting untuk dipublikasikan kepada seluruh karyawan dalam
lingkup kerjanya dengan tidak mengabaikan rasa tanggung jawab serta kerja
sama yang kompak dari semua personel yang terlibat di dalam diagram
tersebut, sehingga semakin jelas kepada siapa seorang pegawai harus
bertanggung jawab, menanyakan haknya, dan lain-lain. ( Suharto, 1991 ).
Selanjutnya persentase karyawan pemeliharaan terhadap keseluruhan
karyawan tergantung pada jenis industri dan apakah jenis industri tersebut
bersifat padat karya atau padat modal. Dalam industri padat karya , angka ini
hanyalah 2 persen, sedangkan industri padat modal jumlahnya dapat mencapai
50 % ( Corder,1992 ).
2. Tipe Organisasi
Siagian ( 1998 ) memaparkan bahwa ada lima tipe organisasi yang umum
dikenal yaitu , organisasi lini, organisasi lini dan staf, organisasi fungsional,
organisasi matriks, dan kepanitiaan.
1. Organisasi lini
Pengalaman menunjukkan bahwa tipe organisasi ini digunakan untuk
organisasi yang masih kecil dengan jumlah karywan yang sedikit dan produk
dihasilkan tidak bervariasi. Pengetahuan dan keterampilan yang dituntut dari
para anggotanya dalam rangka penyelesaian tugas pekerjaan belum spesifik
serta masih dimungkinkan hubungan langsung antara pimpinan dengan
bawahannya.
2. organisasi lini dan staf
organisasi tipe ini sering disebut pula dikenal dengan istilah birokrasi mesin.
Tipe ini cocok digunakan oleh organisasi besar yang memiliki jumlah karyawan
banyak dengan produk yang dihasilkan bervariasi dimana para anggota
oraganisasi sudah dituntutmemiliki pengetahuan dan keterampilan yang
spesialistik. Pada tipe lini dan staf ini telah terdapat stratifikasi dalam
hubungan atasan dan bawahan.
3. Organisasi Fungsional
Nama lain untuk tipe ini adalah birokrasi professional atau teknokrasi.
Penyebab timbulnya tipe ini adalah karena tuntutan tugas yang semakin
spesialistik yang pada gilirannya memerlukan tenaga pelaksana yang
memahami segi teknologikal penyelesaian pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya. Cirri utama organisasi funsional adalah kompleksitas yang tinggi
disertai oleh standarisasi pekerjaan dengan pola penyebaran ( desentralisasi )
dalam pengambilan keputusan. Kekuatan tipe ini terletak pada tersedianya
tenaga-tenaga berkemampuan teknologikal tinggi dalam pelaksanaan tugas
berkat pendidikan dan pelatihan yang telah ditempuh dan memungkinkan
mereka menampilkan kinerja yang memuaskan asal diberi kebebasan untuk
bertindak.
4. Organisasi Matriks
Organisasi tipe matriks ini merupakan penggabungan fungsi dan produk suatu
organisasi. Keunggulan tipe ini adalah : 1) penempatan tenaga yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang spesialistik dalam suatu unit kerja, 2)
dimungkinkannya pemanfaatan bidang-bidang spesialisasi tertentu untuk
kepentingan lintas produk, 3) mudah untuk melakuakn koordinasi untuk
kegiatan yang bersifat kompleks dan interdependen, dan 4) komunikasi yang
lebih lancar.
5. Kepanitiaan atau adhokrasi
Biasanya digunakan dalam lingkungan birokrasi pemerintahan. Cirri utamanya
adalah 1) struktur panitia tidak kompleks, 2) formalisasi rendah atau bahkan
tidak ada, 3) pola pengambilan keputusan adalah desentralisasi, 4) diferensiasi
horizontal tinggi, 5) tidak terdapat diferensiasi vertical, 6) daya tangkap yang
tinggi, dan 7) diisi oleh tenaga-tenaga yang memiliki keahlian dan keterampilan
khusus.
E. Tugas dan Kegiatan Pemeliharaan
Menurut Assauri ( 2004 ), semua tugas dan kegiatanpemeliharaan dapat
digolongkan kedalam salah satu dari lima tugas pokok, yaitu (1) inpeksi
(inspection ), (2) kegiatan teknik ( enginerring ), (3) kegiatan produksi
( production ), (4) kegiatan administrasi (clerical work ), (5) pemeliharaan
bangunan ( house keeping ).
1. Inpeksi ( inspection )
Kegiatan inpeksi meliputi kegiatan pengecekkan atau pemeriksaan secara
berkala ( routine schedule check ) bangunan dan peralatan pabrik sesuai
dengan rencana serta kegiatan pengecekkan atau pemeriksaan terhadap
peralatan yang mengalami kerusakan dan membuat laporan hasil pengecekan
dan pemeriksaan tersebut. Hasil laporan inpeksi harus memuat keadaan
peralatan yang diinspeksi, sebab terjadinya kerusakan ( bila ada ), usaha
perbaikan yang telah dilakukan, dan saran perbaikan atau penggantian yang
diperlukan. Maksud dari kegiatan inspeksi ini adalah untuk mengetahui apakah
pabrik selalu mempunyai peralatan/ fasilitas produksi yang baik untuk
menjamin kelancaran proses produksi.
2. Kegiatan teknik ( enginerring )
Kegiatan teknik meliputi kegiatan percobaan peralatan yang baru dibeli,
pengembangan peralatan atau komponen yang perlu diganti, serta melakuakan
penelitian terhadap kemungkinan pengembangan tersebut.
3. kegiatan produksi ( production )
kegiatan produksi merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya, yaitu
memperbaiki dan mereparasi mesin-mesin dan peralatan. Secara fisik,
melaksanakan pekerjaan yang disarankan dalam kegiatan inspeksi dan teknik,
melaksanakan service dan pelumasan. Kegiatan produksi ini dimaksudkan agar
kegiatan produksi dalam pabrik dapat berjalan lancar sesuai rencana.
4. kegiatan administrasi ( clerical work )
pekerjaan administrasi ini merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
administrasi kegiatan pemeliharaan yang menjamin adanya catatan-catatan
mengenai kegiatan atau kejadian-kejadian yang terpenting dari bagian
pemeliharaan.
5. pemeliharaan bangunan ( house keeping )
kegiatan pemeliharaan bangunan merupakan kegiatan untuk menjaga agar
bangunan tetap terpelihara dan terjamin kebersihannya.
F. Prosedur Pemeliharaan
Sebelum melakukan pemeliharaan terhadap asset atau fasilitas yang digunakan
dalam produksi, sebaiknya terlebih dahulu telah disusun rencana akan hal-hal
atau kegiatan apa saja yanga akan dilakukan terhadap mesin tertentu.
Corder ( 1992 )memaparkan prosedur yang harus dilalui dalam melakukan
kegiatan pemeliharaan, anatara lain :
1. menentukan apa yang dipelihara. Hal ini meliputi pembuatan daftar sarana,
penyusunan bahan-bahan yang menyangkut pembiayaan, karena ini merupakan
asset fisik yang memerlukan pemeliharaan dan merupakan salah satunya alas
an yang bisa dipertanggungjawabkan dalam meminta pengeluaran biaya.
2. menetukan bagaiman asset atau sarana tersebut dapat dipelihara. Membuat
jadwal pemeliharaan bagi setiap mesin atau peralatan yang telah ditentukan.
System ini dapat dimulai dengan melakukan pemeliharan terencana bagi
beberapa mesin “kunci” dan kemudian diikuti oleh mesin lain sampai tercapai
tingkat pemeliharaan ekonomis yang optimum.
3. Setelah mempersiapkan jadwal pemeliharaan, selanjutnya adalah menyusun
spesifikasi pekerjaan yang dihimpun dari jadwal pemeliharaan. Spesifikasi ini
disiapkan terpisah untuk masing-masing kegiatan dan frekuensi pemeriksaan.
4. Membuat perencanaan mingguan. Rencana ini dibuat bersama-sama dengan
bagian produksi, biasanay dengan seksi perencanaan dan kemajuan produksi.
Pengaturan dan pemberhentian pabrik untuk pemeriksaan pemeliharaan
pencegahan terencana dan reparasi adalah persyaratan dasar yang mutlak.
5. Membuat dan mengisi blanko laporan pemeriksaan yang dikutkan bersama
spesifikasi pekerjaan pemeliharaan. Setelah pemeliharaan selesai, blanko ini
dikembalikan ke kantor perencana pemeriksaan.
Untuk memudahkan pelaksanaan maintenance, maka kegiatan maintenance
yang dilakukan berdasarkan pada Pemeliharaan Dengan Pesanan
( Maintenance Work Order System ), Sistem Daftar Pengecekkan ( Check List
System ), dan rencana triwulan. Work Order System yaitu kegiatan
maintenance yang dilaksanakn berdasrakan pesanan dari bagian produksi
maupun bagian-bagian lain. Check List Sytem merupakan dasar atau schedule
yang telah dibuat untuk melakuakn kegiatan maintenance dengan cara
pemeriksaan terhadap mesin berkala. Rencan kegiatan maintenance per
triwulan dilaksanakn berdasarkan pengalaman-pengalaman atau catatancatatan sejarah mesin, yaitu kapan suatu mesin harus dirawat atau diperbaiki
( Prawirosentono, 2000).
G. Biaya Pemeliharaan
Biasanya makin tinggi nilai pabrik, makin tinggi pula biaya perawatannya.
Umur pabrik, keterampilan para operatorrnya,perlunya terus menjalankan
pabrik tersebut memiliki peranan yang besar dalam menentukan pentingnya
perawatan dan biaya yang dapat dibenarkan. (Walley,1987).
Biaya pemeliharaan preventif terdiri atas biaya-biaya yang timbul dari kegiatan
pemeriksaan dan penyesuaian peralatan, penggantian atau perbaikan
komponen-komponen, dan kehilangan waktu produksi yang diakibatkan oleh
kegiatan-kegiatan tersebut. Biaya pemeliharaan korektif adalah biaya-biaya
yang timbul bila peralatan rusak atau tidak dapat beroperasi, yang meliputi
kehilangan waktu produksi, biaya pelaksanaan pemeliharaan, ataupun biaya
penggantian peralatan (Handoko,1987).
H. Produktivitas dan Efesiensi Pemeliharaan
Encyclopedia of Professional Management dalam Atmosoeprapto (2000)
menyebutkan bahwa produktivitas adalah suatu ukuran sejauh mana sumbersumber daya digabungkan dan dipergunakan dengan baik untuk dapat
mewujudkan hasil-hasil tertentu yang diinginkan. Produktivitas dapat
dijabarkan sebagai hasil penjumlahan atau merupakan fungsi dari efektivitas
dan efesiensi.
Efektivitas merupakan ukuran yang menggambarkan sejauh mana sasaran
dapat dicapai, sedangkan efesiensi menggambarkan bagaimana sumbersumber daya dikelola secara cepat dan benar. Efektivitas dan efesiensi yang
tinggi akan menghasilkan produktivitas yang tinggi (Atmosoeprapto,2000).
Dalam mencapai efektivitas pemeliharaan mesin dan seluruh fasilitas produksi
secara optimum, maka prawirosentono (2000) membagi kegiatan maintenance
menjadi lima kelompok pokok yaitu, : 1) pemeliharaan mesin (mechanical
maintenance), 2) pemeliharaan jaringan listrik (electrical maintenance), 3)
pemeliharaan instrumen (instrument maintenance), 4) perawatan pembangkit
listrik (electrical power maintenance), 5) bengkel pemeliharaan (workshop).
Siagian (2002) menyatakan bahwa prinsip efesiensi secara sederhana berarti
menghindarkan segala bentuk pemborosan. Efesiensi mesin merupakan rasio
antara keluaran actual dan kapasitas efektif. Kapasitas efektif adalah keluaran
maksimum yang dapat dihasilkan mesin pada kondisi nyata yang antara lain
dipengaruhi oleh penjadwalan produksi, perawatan mesin, factor kualitas, dan
waktu istirahat operator. Keluaran actual adalah laju keluaran yang benarbenar dicapai. Laju keluaran ini dipengaruhi kerusakan mesin, adanya produk
cacat dan kekurangan bahan baku (Stevenson, 1996 dalam Fachrurrozi,2002).
Masalah efesiensi dalam manajemen pemeliharaan lebih ditekankan pada
aspek ekonomi dengan memperhatikan besarnya biaya yang terjadi, dan
alternatif tindakan yang dipilih untuk dilaksanakan sehingga perusahaan dapat
memperoleh keuntungan. Di dalam persoalan ekonomis ini, perlu diadakan
analisis perbandingan biaya antara masing-masing alternative tindakan yang
dapat diambil ( Assauri,2004).
MESIN-MESIN PRODUKSI (TUGAS BAHASA
INDONESIA 2)
MAKALAH MANAJEMEN PEMELIHARAAN MESIN-MESIN PRODUKSI
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan peradaban manusia telah memacu peningkatan kebutuhan dan
keinginan baik dalam jumlah, variasi jenis, dan tingkat mutu. Perkembangan ini
menimbulkan tantangan untuk dapat memenuhi keinginan tersebut dengan
cara meningkatkan kemampuan menyediakan dan menghasilkannya
peningkatan kemampuan penyediaan atau produksi barang merupakan usaha
yang harus dilakuakan oleh perusahaan untuk dapat memenuhi kebutuhan
secara efektif dan efesien. Usaha ini dilakukan agar dicapai tingkat keuntungan
yang diharapkan demi menjamin kelangsungan perusahaan.
Dalam mencapai tujuan dan sasaran secara efektif dan efesien,
dikembangkanlah pemikiran dan pengkajian untuk mendapatkan cara-cara
yang lebih baik. Tujuannya adalah untuk mengahasilkan pengeluaran yang
optimal, sehingga dapat untuk mencapai sasaran secara tepat dalam waktu,
jumlah, mutu dengan biaya yang efesien dengan memanfaatkan factor-faktor
produksi. Factor produksi yang dimaksud meliputi tenaga manusia ( men ),
bahan ( material ), dana ( money ), serta mesin dan peralatan ( machines )
kekurangan salah satu factor produksi dapat menggangu proses produksi,
artinya kelancaran proses produk dapat terhambat bila salah satu factor
produksi mengalami kerusakan.
Said ( 1980 ) Fachrurozi ( 2002 ) menyatakan bahwa mesin-mesin produksi
merupakan factor produksi yang berfungsi mengkonfersi bahan baku menjadi
barang setengah jadi atau barang jadi. Mesin merupakan pesawat pengubah
energi yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip logis, rasiomal dan
matematis. Kebutuhan produktifitas yang lebih tinggi serta meningkatkannya
keluaran mesin pada tahun-tahun terakhir ini telah mempercepat
perkembangan otomatisasi. Hal ini pada gilirannya memperbesar kebuthan
akan fungsi pemeliharaan ( maintenance ) mesin-mesin tersebut, selain karena
mesin-mesin tersebut cenderung terus mengalami kelusuhan sehingga
diperlukan reparasi atau perbaikan.
Ditinjau dari usaha pemeliharaan dan perbaikan yang dilakukan terhadap
fasilitas produksi, dapat dikatakan bahwa tujuan dari pemeliharaan dan
perbaikan adalah untuk mempertahankan suatu tingkat produktivitas tertentu
tanpa merusak produk akhir. jadi, dengan adanya pemeliharaan, maka fasilitas/
peralatan pabrik diharapkan dapat beroperasi sesuai dengan rencana dan tidak
mengalami kerusakan selama digunakan untuk proses produksi sebelum jangka
waktu tertentu yang direncanakan tercapai.
Perawatan atau pememliharaan mesin tentu saja membutuhkan biaya. Biaya ini
meliputi nilai rawatan yang disimpan dan digunakan, biaya pekerja langsung,
segala macam pekerja tidak langsung, dan pekerja yang disubkontrakan. Oleh
sebab itu diperlukan suatu pengaturan yang baik sehingga pelaksanaan
kegiatan perawatan diharapkan dapat membantu memaksimalkan perbedaan
antara biaya variable yang dikeluarkan oleh pabrik dan hasil penjualan yang
diperoleh dari menjual produk sehingga keuntungan dapat tatap diperoleh. Ini
merupakan fungsi utama dari manajemen pemeliharaan ( Wallay,1987 ).
Walaupun telah mengetahui arti pentingnya pemeliharaan mesin-mesin
produksi, tetap saja banyak industri/ pabrik berskala besar maupun kecil yang
mengabaikannya. Ini dikarenakan industri/pabrik tersebut hanya memandang
dari segi biaya dan waktu jangka pendek yang akan dikeluarkan untuk
melakukan kegiatan pemeliharaan, tanpa mempertimbangkan kerugian yang
mungkin akan diderita apabila pemeliharaan mesin tidak dilakukan. Oleh
karena itu, studi manajemen pemeliharaan mesin-mesin produksi ini perlu
dilakuakan untuk mengetahui besar perhatian pabrik dalam menerapkan
system manajemen pemeliharaan mesinnya.
BAB II
ISI
MANAJEMEN
A. Definisi Manajemen
Pengertian manajemen begitu luas, sehingga dengan kenyataanya tidak ada
definisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Berikut ini
beberapa definisi manajemen yang dikemukakan oleh para ahli dalam Handoko
( 1989 ).
1. Marie Parker mendefinisikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain.
2. Stoner menyatakan definisi manajemen yang lebih kompleks, yaitu
manajemen adalah proses perencanaan , pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
3. Luther Gillick mendefinisikan sebagai manajemen sebagai suatu bidang ilmu
pengetahuan ( sciene )yang berusaha secara sistematis untuk memahami
mengapa dan bagaiman manusia bekerja bersama untu mencapai hasil tujuan
dan membuat system kerja sama ini bermanfaat bagi kemanusiaan.
Berdasarkan uraian diatas , dapat disimpulkan bahwa definisi manajemen
adalah bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan,
dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi
perencanaan ( planning ), pengorhanisasian ( organizing ), penyusunan
personalia/ pegawaian ( staffing ), pengarahan dan kepemimpinan ( leading ),
dan pengawasan ( controlling ) (Handoko, 1989 ).
B. Fungsi manajemen
Menurut Manullang ( 2002 ), fungsi manajemen dapat didefinisikan sebagai
aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Bila dilihat
dari sudut proses atau urutan pelaksanaan aktivitas tersebut, maka fungsi –
fungsi manajemen-manajemen itu dibedakan menjadi perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan.
1. Perencanaan ( Planning )
Perencanaan merupakan fungsi menyusun serangkaian tindakan yang
ditentukan sebelumnya agar tercapai tujuan-tujuan organisasi. Perencanaan
dilakukan untuk menghindari pekerjaan rutin supaya kejadian mendadak dapat
diperkecil.
2. Organisasi ( Organizing )
Definisi oraganisasi dapat dibedakan menjadi dua, tergantung dari sudut
pandangannya. Organisasi dalam arti badan adalah sekelompok orang yang
berkerjasama untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan, sementara dalam
arti bagan atau struktur , organisasi merupakan gambaran secara skematis
tentang hubungan-hubungan, kerjasama dari hubungan – hubungan ,
kerjasama dari orang-orang yang terdapat dalam rangka usaha untuk mencapai
suatu tujuan.
3. Penyusunan ( Staffing )
Fungsi penyusunan ( staffing ) disebut juga dengan fungsi personalia meliputi
tugas-tugas memperoleh pegawai, menunjukkan pegawai , dan memanfaatkan
pegawai. Fungsi adalah fungsi setiap manajer yang berhubungan dengan para
pegawai dilingkungan pimpinannya agar para pegawai terdorong untuk
melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya untuk merealisasikan dengan
tujuan perusahaan atau tujuan aktivitas yang didampinginya.
4. Pengarahan (directing)
Bila rencana pekerjaan sudah tersusun, sturuktur organisasi sudah
ditetapkandan posisi atau jabatan dalam struktur organisasi tersebut sudah
diisi, maka kegiatan yang harus dilakukan pimpinan selanjutnya adalah
menggerakkan bawahan, mengkoordinasi agar apa yang menjadi tujuan
perusahaan dapa diwujudkan. Menggerakkan bawahan milah yang dimaksud
dengan mengarahkan (directing) bawahan.
5. Pengawasan (controlling)
Pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menerapkan
pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan,menilainya, dan bila perlu
mengkoreksi dengn maksud supaya peaksanaan sesuai dengan rencana
semula.
Menurut Reksohadiprodjo dan Gitosudarmo (1992), fungsi pengawasan
kegiatan produksi dapat dibagi dalam:
a. Supervisi, yang menjamin agar kegiatan-kegiatan dilaksanakan dengan baik
b. Pembandingan, berusaha mengecek apakah hasil kerja sesuai dengan yang
dikehendaki
c. Koreksi, berusaha untuk menhilangkan kesulitan-kesulitan/penyimpangapenyimpangan baik pekerjaan maupun merubah rencana yang terlalu
berlebihan.
PEMELIHARAAN (MAINTENANCE)
A. Definisi Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan fungsi yang pentin dalam suatu pabrik. Sebagai
suatu usaha menggunakan fasilitas/peraltan produksi agar kontinuitas produksi
dapat terjamin dan menciptakan suatu keadaan operasi produksi yang
memuaskan sesuai dengan rencana. Selain itu, fasilitas/peralatan produksi
tersebut tidak mengalami kerusakan selama dipergunakan sebelum jangka
waktu tertentu yang direncanakan tercapai.
Pemeliharaan (maintenance), menurut The American Management Association,
Inc. (1971), adalah kegiatan rutin, pekerjaan berulang yang dilakukan untuk
menjaga kondisi fasilitas produksi agar dapat dipergunakan sesuai dengan
fungsi dan kapasitas sebenarnya secar efesien ini berbeda dengan perbaikan.
Pemeliharaan atau mantaince juga didefinisikan untuk menjaga suatu barang
dalam, atau memperbaikinya sampai suatu kondisi yang bisa diterima
( BS3811,1974 dalam Corder, 1992 ).
Di Indonesia, istilah pemeliharaan itu sendiri telah dimodifikasi oleh
Kementrian Tekhnologi ( sekarang Departemen Perdagangan dan Industri )
pada bulan april 1970, menjadi teroteknologi. Kata teroteknologi ini diambil
dari bahasa Yunani Terein yang berarti merawat, memelihara, dan menjaga.
Teroteknologi adalah kombinasi dari manajemen, keuangan, perekayasaan dan
kegiatan lain yang diterapkan bagi asset fisik untuk mendapatkan biaya siklus
hidup ekonomis. Hal ini berhubungan dengan spesifikasi dan rancangan untuk
keandalan serta mampu pemelihara dari pabrik, mesin-mesin, peralatan,
bangunan, dan struktur dan instalasinya, pengetesan, pemeliharaan modifikasi,
dan penggantian, dengan umpan balik informasi untuk rancangan, untuk kerja
dan biaya ( Corder,1992 ).
B. Tujuan Pemeliharaan
Menurur Corder (1992 ), tujuan pemelihraan yang utama dapat didefinisikan
dengan jelas sebagai berikut :
1. memperpanjang usia kegunaan assets ( yaitu setiap bagian dari suatu
tempat kerja , bangunan dan isinya)
2. menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi
(atau jasa) dan mendapatkan laba investasi(return of investment) maksimum
yang mugkin
3. menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.
C. Jenis Pemeliharaan
Corder, (1992) membagi kegiatan pemeliharaan kedalam dua bentuk, yaitu
pemeliharaan terencana (planned maintenance) dan pemeliharan tak terencana
(unplanned maintenance), dalam bentuk pemeliharaan darurat (breakdown
maintenance). Pemeliharaan terencana (planned maintenance) merupakan
kegiatan perawatan yang dilaksanakan berdasarkan perencanaan terlebih
dahulu. Pemeliharaan terencana ini terdiri dari pemeliharaaan pencegahan
(preventive maintenance) dan pemeliharan korektif (corrective maintenance).
1. Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance)
Preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga
dan menentukan kondisi atau keadaan yang menyebabkan fasilitas produksi
mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi.
Preventive maintenance ini sangat efektif digunakan dalam menghadapi
fasilitas produksi yang termasuk dalam “critical unit”. Sebuah fasilitas atau
peralatan produksi termasuk dalam “critical unit “apbila kerusakan fasilitas
atau peralatan tersebut akan membahayakan kesehatan atau keselamatan para
pekerja, mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan, menyebabkan
kemacetan pada seluruh produksi, dan modal yang ditanamkan dalam fasilitas
tersebut cukup besar atau harganya mahal ( Assauri, 2004 ).
Dalam prakteknya, preventive maintenance yang dilakuakn oleh suatu pabrik
dapat dibedakan menjadi routine maintenance dan periodic maintenance.
Routine maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan berdasarkan lamanya jam kerja mesin sebagai jadwal kegiatan,
misalnya seratus jam sekali, dan seterusnya. Kegiatan periodic maintenance ini
jauh lebih berat dari routine maintenance (Assauri, 2004)
2. Pemeliharaan Korektif (corrective maintenance)
Menurut Prawirosentono (2000 ), pemeliharaan korektif ( corrective
maintenance adalah peralatan yang dilaksanakan karena adanya hasil produk
yang tidak sesuai dengan rencana. Kegiatan ini dimaksudkan agar fasilitas/
peralatan tersebut dapat digunakan kembali dalam operasi, sehingga proses
produksi dapat berjalan lancer kembali. Sedikit berbeda dengan pendapat
sebelumnya, selain preventive maintenance dan corrective maintenance, Patton
( 1983 ) menambahkan satu jenis pemeliharaan lagi, yaitu “ pemeliharaan
kemajuan “ ( Improvement maintenance ), yang berfungsi untuk memodifikasi,
mendisain ulang, dan merubah mesin ataupun pesanan.
Disamping pemeliharaan terencana ( planned maintenance ) yang telah
dijelaskan sebelumnya, terdapat pula pemeliharaan tidak terencana (unplanned
maintenance ). Pemeliharaan tidak terencana didefinisikan sebagai
pemeliharaan yang dilakukan karena adanya indikasi atau petunjuk bahwa
adanya tahap kegiatan proses produksi yang tiba-tiba memberikan hasil yang
tidak layak. Pelaksanaan pemeliharaan tak terencana ini dapat berupa
pemeliharaan darurat ( emergency maintenance ) yaitu kegiatan perawatan
mesin yang memerlukan penanggulangan yang bersifat darurat agar tidak
menimbulkan kerusakan yang lebih parah.( Prawirosentono,2000).
D. Organisasi Pemeliharaan
Menurut Taylor dalam Suharto ( 1991 ), organisasi adalah pengintegrasian
sumber-sumber , seperti persoalan tekhnik, kondisi alam, serta keterlibatan
personal. Untuk mendukung aktivitas produksi agar lebih berhasil dan berdaya
guna, maka keberadaan suatu organisasi perawatan mesin cukup dibutuhkan.
Pada dasarnya organisasi perawatan mesin yang baik ialah bila tetap
memperhatikan problem-problem setempat dengan memperhatikan jenis
operasi, kontinuitas operasi, situasi geografis, ukuran pabrik, lingkup
perawatan mesin dan kondisi tenaga kerja.
Konsep organisasi yang baik harus didasari beberapa pemikiran yang dimaksud
berupa adanya deskripsi kerja yang jelas dan tidak tumpang tindih untuk
menghindari konflik, konsistensi kekuasaan, membatasi jumlah orang dalam
kepegawaian, serta kejelasan individu yang terlibat dalam suatu organisasi
( Suharto,1991 )
1. Struktur Organisasi
Struktur adalah pola hubungan komponen atau bagian organisasi. Struktur
merupakan susunan subsistem dan komponen dalam ruang tiga dimensi pada
suatu waktu . dapat dikatakan bahwa struktur organisasi itu sifat relative
stabil, statis, berubah lambat, dan memerlukan waktu untuk penyesuaian –
penyesuaian ( Reksohadiprodjo,1993).
Pada suatu perusahaan, struktur organisasi yang dipakai sangat dipengaruhi
oleh besar kecilnya perusahan. Perkembangan suatu perusahaan akan
merubah struktur organisasi untuk menampung perubahan yang diperlukan
oleh manajemen. Dilapangan , salah satu yang diambil agar bagian perawatan
dapat berfungsi dengan baik dipengaruhi oleh diagram susunan organisasi.
Diagram ini penting untuk dipublikasikan kepada seluruh karyawan dalam
lingkup kerjanya dengan tidak mengabaikan rasa tanggung jawab serta kerja
sama yang kompak dari semua personel yang terlibat di dalam diagram
tersebut, sehingga semakin jelas kepada siapa seorang pegawai harus
bertanggung jawab, menanyakan haknya, dan lain-lain. ( Suharto, 1991 ).
Selanjutnya persentase karyawan pemeliharaan terhadap keseluruhan
karyawan tergantung pada jenis industri dan apakah jenis industri tersebut
bersifat padat karya atau padat modal. Dalam industri padat karya , angka ini
hanyalah 2 persen, sedangkan industri padat modal jumlahnya dapat mencapai
50 % ( Corder,1992 ).
2. Tipe Organisasi
Siagian ( 1998 ) memaparkan bahwa ada lima tipe organisasi yang umum
dikenal yaitu , organisasi lini, organisasi lini dan staf, organisasi fungsional,
organisasi matriks, dan kepanitiaan.
1. Organisasi lini
Pengalaman menunjukkan bahwa tipe organisasi ini digunakan untuk
organisasi yang masih kecil dengan jumlah karywan yang sedikit dan produk
dihasilkan tidak bervariasi. Pengetahuan dan keterampilan yang dituntut dari
para anggotanya dalam rangka penyelesaian tugas pekerjaan belum spesifik
serta masih dimungkinkan hubungan langsung antara pimpinan dengan
bawahannya.
2. organisasi lini dan staf
organisasi tipe ini sering disebut pula dikenal dengan istilah birokrasi mesin.
Tipe ini cocok digunakan oleh organisasi besar yang memiliki jumlah karyawan
banyak dengan produk yang dihasilkan bervariasi dimana para anggota
oraganisasi sudah dituntutmemiliki pengetahuan dan keterampilan yang
spesialistik. Pada tipe lini dan staf ini telah terdapat stratifikasi dalam
hubungan atasan dan bawahan.
3. Organisasi Fungsional
Nama lain untuk tipe ini adalah birokrasi professional atau teknokrasi.
Penyebab timbulnya tipe ini adalah karena tuntutan tugas yang semakin
spesialistik yang pada gilirannya memerlukan tenaga pelaksana yang
memahami segi teknologikal penyelesaian pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya. Cirri utama organisasi funsional adalah kompleksitas yang tinggi
disertai oleh standarisasi pekerjaan dengan pola penyebaran ( desentralisasi )
dalam pengambilan keputusan. Kekuatan tipe ini terletak pada tersedianya
tenaga-tenaga berkemampuan teknologikal tinggi dalam pelaksanaan tugas
berkat pendidikan dan pelatihan yang telah ditempuh dan memungkinkan
mereka menampilkan kinerja yang memuaskan asal diberi kebebasan untuk
bertindak.
4. Organisasi Matriks
Organisasi tipe matriks ini merupakan penggabungan fungsi dan produk suatu
organisasi. Keunggulan tipe ini adalah : 1) penempatan tenaga yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang spesialistik dalam suatu unit kerja, 2)
dimungkinkannya pemanfaatan bidang-bidang spesialisasi tertentu untuk
kepentingan lintas produk, 3) mudah untuk melakuakn koordinasi untuk
kegiatan yang bersifat kompleks dan interdependen, dan 4) komunikasi yang
lebih lancar.
5. Kepanitiaan atau adhokrasi
Biasanya digunakan dalam lingkungan birokrasi pemerintahan. Cirri utamanya
adalah 1) struktur panitia tidak kompleks, 2) formalisasi rendah atau bahkan
tidak ada, 3) pola pengambilan keputusan adalah desentralisasi, 4) diferensiasi
horizontal tinggi, 5) tidak terdapat diferensiasi vertical, 6) daya tangkap yang
tinggi, dan 7) diisi oleh tenaga-tenaga yang memiliki keahlian dan keterampilan
khusus.
E. Tugas dan Kegiatan Pemeliharaan
Menurut Assauri ( 2004 ), semua tugas dan kegiatanpemeliharaan dapat
digolongkan kedalam salah satu dari lima tugas pokok, yaitu (1) inpeksi
(inspection ), (2) kegiatan teknik ( enginerring ), (3) kegiatan produksi
( production ), (4) kegiatan administrasi (clerical work ), (5) pemeliharaan
bangunan ( house keeping ).
1. Inpeksi ( inspection )
Kegiatan inpeksi meliputi kegiatan pengecekkan atau pemeriksaan secara
berkala ( routine schedule check ) bangunan dan peralatan pabrik sesuai
dengan rencana serta kegiatan pengecekkan atau pemeriksaan terhadap
peralatan yang mengalami kerusakan dan membuat laporan hasil pengecekan
dan pemeriksaan tersebut. Hasil laporan inpeksi harus memuat keadaan
peralatan yang diinspeksi, sebab terjadinya kerusakan ( bila ada ), usaha
perbaikan yang telah dilakukan, dan saran perbaikan atau penggantian yang
diperlukan. Maksud dari kegiatan inspeksi ini adalah untuk mengetahui apakah
pabrik selalu mempunyai peralatan/ fasilitas produksi yang baik untuk
menjamin kelancaran proses produksi.
2. Kegiatan teknik ( enginerring )
Kegiatan teknik meliputi kegiatan percobaan peralatan yang baru dibeli,
pengembangan peralatan atau komponen yang perlu diganti, serta melakuakan
penelitian terhadap kemungkinan pengembangan tersebut.
3. kegiatan produksi ( production )
kegiatan produksi merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya, yaitu
memperbaiki dan mereparasi mesin-mesin dan peralatan. Secara fisik,
melaksanakan pekerjaan yang disarankan dalam kegiatan inspeksi dan teknik,
melaksanakan service dan pelumasan. Kegiatan produksi ini dimaksudkan agar
kegiatan produksi dalam pabrik dapat berjalan lancar sesuai rencana.
4. kegiatan administrasi ( clerical work )
pekerjaan administrasi ini merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
administrasi kegiatan pemeliharaan yang menjamin adanya catatan-catatan
mengenai kegiatan atau kejadian-kejadian yang terpenting dari bagian
pemeliharaan.
5. pemeliharaan bangunan ( house keeping )
kegiatan pemeliharaan bangunan merupakan kegiatan untuk menjaga agar
bangunan tetap terpelihara dan terjamin kebersihannya.
F. Prosedur Pemeliharaan
Sebelum melakukan pemeliharaan terhadap asset atau fasilitas yang digunakan
dalam produksi, sebaiknya terlebih dahulu telah disusun rencana akan hal-hal
atau kegiatan apa saja yanga akan dilakukan terhadap mesin tertentu.
Corder ( 1992 )memaparkan prosedur yang harus dilalui dalam melakukan
kegiatan pemeliharaan, anatara lain :
1. menentukan apa yang dipelihara. Hal ini meliputi pembuatan daftar sarana,
penyusunan bahan-bahan yang menyangkut pembiayaan, karena ini merupakan
asset fisik yang memerlukan pemeliharaan dan merupakan salah satunya alas
an yang bisa dipertanggungjawabkan dalam meminta pengeluaran biaya.
2. menetukan bagaiman asset atau sarana tersebut dapat dipelihara. Membuat
jadwal pemeliharaan bagi setiap mesin atau peralatan yang telah ditentukan.
System ini dapat dimulai dengan melakukan pemeliharan terencana bagi
beberapa mesin “kunci” dan kemudian diikuti oleh mesin lain sampai tercapai
tingkat pemeliharaan ekonomis yang optimum.
3. Setelah mempersiapkan jadwal pemeliharaan, selanjutnya adalah menyusun
spesifikasi pekerjaan yang dihimpun dari jadwal pemeliharaan. Spesifikasi ini
disiapkan terpisah untuk masing-masing kegiatan dan frekuensi pemeriksaan.
4. Membuat perencanaan mingguan. Rencana ini dibuat bersama-sama dengan
bagian produksi, biasanay dengan seksi perencanaan dan kemajuan produksi.
Pengaturan dan pemberhentian pabrik untuk pemeriksaan pemeliharaan
pencegahan terencana dan reparasi adalah persyaratan dasar yang mutlak.
5. Membuat dan mengisi blanko laporan pemeriksaan yang dikutkan bersama
spesifikasi pekerjaan pemeliharaan. Setelah pemeliharaan selesai, blanko ini
dikembalikan ke kantor perencana pemeriksaan.
Untuk memudahkan pelaksanaan maintenance, maka kegiatan maintenance
yang dilakukan berdasarkan pada Pemeliharaan Dengan Pesanan
( Maintenance Work Order System ), Sistem Daftar Pengecekkan ( Check List
System ), dan rencana triwulan. Work Order System yaitu kegiatan
maintenance yang dilaksanakn berdasrakan pesanan dari bagian produksi
maupun bagian-bagian lain. Check List Sytem merupakan dasar atau schedule
yang telah dibuat untuk melakuakn kegiatan maintenance dengan cara
pemeriksaan terhadap mesin berkala. Rencan kegiatan maintenance per
triwulan dilaksanakn berdasarkan pengalaman-pengalaman atau catatancatatan sejarah mesin, yaitu kapan suatu mesin harus dirawat atau diperbaiki
( Prawirosentono, 2000).
G. Biaya Pemeliharaan
Biasanya makin tinggi nilai pabrik, makin tinggi pula biaya perawatannya.
Umur pabrik, keterampilan para operatorrnya,perlunya terus menjalankan
pabrik tersebut memiliki peranan yang besar dalam menentukan pentingnya
perawatan dan biaya yang dapat dibenarkan. (Walley,1987).
Biaya pemeliharaan preventif terdiri atas biaya-biaya yang timbul dari kegiatan
pemeriksaan dan penyesuaian peralatan, penggantian atau perbaikan
komponen-komponen, dan kehilangan waktu produksi yang diakibatkan oleh
kegiatan-kegiatan tersebut. Biaya pemeliharaan korektif adalah biaya-biaya
yang timbul bila peralatan rusak atau tidak dapat beroperasi, yang meliputi
kehilangan waktu produksi, biaya pelaksanaan pemeliharaan, ataupun biaya
penggantian peralatan (Handoko,1987).
H. Produktivitas dan Efesiensi Pemeliharaan
Encyclopedia of Professional Management dalam Atmosoeprapto (2000)
menyebutkan bahwa produktivitas adalah suatu ukuran sejauh mana sumbersumber daya digabungkan dan dipergunakan dengan baik untuk dapat
mewujudkan hasil-hasil tertentu yang diinginkan. Produktivitas dapat
dijabarkan sebagai hasil penjumlahan atau merupakan fungsi dari efektivitas
dan efesiensi.
Efektivitas merupakan ukuran yang menggambarkan sejauh mana sasaran
dapat dicapai, sedangkan efesiensi menggambarkan bagaimana sumbersumber daya dikelola secara cepat dan benar. Efektivitas dan efesiensi yang
tinggi akan menghasilkan produktivitas yang tinggi (Atmosoeprapto,2000).
Dalam mencapai efektivitas pemeliharaan mesin dan seluruh fasilitas produksi
secara optimum, maka prawirosentono (2000) membagi kegiatan maintenance
menjadi lima kelompok pokok yaitu, : 1) pemeliharaan mesin (mechanical
maintenance), 2) pemeliharaan jaringan listrik (electrical maintenance), 3)
pemeliharaan instrumen (instrument maintenance), 4) perawatan pembangkit
listrik (electrical power maintenance), 5) bengkel pemeliharaan (workshop).
Siagian (2002) menyatakan bahwa prinsip efesiensi secara sederhana berarti
menghindarkan segala bentuk pemborosan. Efesiensi mesin merupakan rasio
antara keluaran actual dan kapasitas efektif. Kapasitas efektif adalah keluaran
maksimum yang dapat dihasilkan mesin pada kondisi nyata yang antara lain
dipengaruhi oleh penjadwalan produksi, perawatan mesin, factor kualitas, dan
waktu istirahat operator. Keluaran actual adalah laju keluaran yang benarbenar dicapai. Laju keluaran ini dipengaruhi kerusakan mesin, adanya produk
cacat dan kekurangan bahan baku (Stevenson, 1996 dalam Fachrurrozi,2002).
Masalah efesiensi dalam manajemen pemeliharaan lebih ditekankan pada
aspek ekonomi dengan memperhatikan besarnya biaya yang terjadi, dan
alternatif tindakan yang dipilih untuk dilaksanakan sehingga perusahaan dapat
memperoleh keuntungan. Di dalam persoalan ekonomis ini, perlu diadakan
analisis perbandingan biaya antara masing-masing alternative tindakan yang
dapat diambil ( Assauri,2004).