Prak Kimia Dasar I FIX 2015 2016

PENUNTUN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR I

Disusun oleh:
Indah Langitasari, S.Si., M.Pd.

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
2016

LEMBAR PENGESAHAN

PENUNTUN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR I

Disusun Oleh:
Indah Langitasari, S.Si., M.Pd.


Setelah menelaah penuntun praktikum ini dengan seksama, menurut
pertimbangan kami telah memenuhi persyaratan ilmiah sebagai sebuah
penuntun praktikum

Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia

Kepala Laboratorium Kimia

Najmi Firdaus, M. Si.
NIP. 198003112005011002

Robby Zidny, S. Pd., M. Si.
NIP. 198908152015041002

Dekan FKIP

Dr. H. Aceng Hasani, M. Pd.
NIP. 196708201998021003


i

TATA TERTIB PRAKTIKUM
A. Instruksi Bekerja di Laboratorium
1. Praktikan wajib hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai dengan mengumpulkan
laporan dan jurnal parktikum. Keterlambatan lebih dari 15 menit akan dikenakan
sanksi.
2. Jas laboratorium dipakai diluar ruangan
3. Tas diletakkan di tempat yang telah disediakan dan amankan barang berharga anda.
4. Praktikan ajib membaca dan memahami prosedur kerja sebelum melakukan percobaan
5. Praktikan wajib mengikuti instruksi dosen/asisten praktikum.
6. Praktikan melakukan kegiatan praktikum dalam kelompok dan membuat laporan
secara individu
7. Mencatat semua hasil percobaan di jurnal dan membuat laporan sementara (laporan
pendahuluan) untuk dimintakan ACC pembimbing
8. Sanksi akan diberikan pada praktikan yang melanggar tata tertib praktikum
B. Peralatan Laboratorium
1. Setiap kelompok mahasiswa akan mendapatkan satu set peralatan untuk setiap
percobaan. Tidak diperkenankan meminjam peralatan dalam kelompok lain.
2. Alat-alat tertentu diluar set alat percobaan adalah untuk pemakaian bersama dan

dipergunakan secara bertanggung jawab.
3. Peralatan yang rusak atau pecah harus segera dilaporkan pada dosen/asisten untuk
mendapatkan gantinya. Mahasiswa yang merusakkan atau memecahkan alat wajib
mengganti sesuai spesifikasinya.
4. Menjaga kebersihan meja, alat dan ruangan laboratorium selama dan sesudah
praktikum. Kebersihan adalah salah satu komponen dalam penilaian kinerja.
C. Bahan-bahan Kimia
1. Botol reagen atau bahan kimia harus memiliki identitas (label) yang menunjukkan isi,
spesifikasi dan tanda bahanyanya. Baca terlebih dahulu informasi bahaya bahan kimia
yang akan digunakan. Dilarang menggunakan bahan kimia yang tidak berlabel.
2. Dilarag memindahkan botol reagen dari tempatnya tanpa seizin dosen atau asisten.
3. Gunakan bahan kimia secukupnya (sesuai kebutuhan). Reagen atau bahan kimia yang
telah diambil dari tempatnya tidak boleh dikembalikan ke wadah semula.
4. Limbah bahan kimia baik padat maupun cairan harus dibuang ke dalam temaot yang
telah disediakan sesuai dengan labelnya.
D. Keselamatan Kerja
1. Praktikan wajib menggunakan alat pelindung diri seperti jas laboratorium, sepatu,
kaca mata pelindung dan makser selama berada di dalam laboratorium.
2. Mengetahui letak kotak P3K, tabung pemadam kebakaran, pintu darurat diarea
laboratorium.

3. Bersihkan tumpahan bahan kimia sesegera mungkin. Jika bahan kimia mengenai kulit,
segera bersihkan dengan air yang mengalir dan laporkan pada dosen/asisten. Jika
ii

bahan kimia jatuh mengenai pakaian, lepaskan pakaian dan segera bersihkan kulian
dibawahnya dengan air yang mengalir.
4. Hindari tubuh dari paparan uap bahan kimia yang berbahaya. Jika inggin membaui
hasil reaksi kimia, kipaslan dengan tangan ke arah hidung. Jangan membaui reaksi
secara langsung.
5. Tidak menggosok-gosok mata atau bagian tubuh lainnya dengan tangan yang
terkontaminasi bahan kimia.
6. Ketika memanaskan tabung reaksi, panaskan dengan perlahan-lahan dan jangan
arahkan mulut tabung ke diri praktikan atau praktikan lain.
7. Gunakan lemari asam jika bekerja dengan bahan kimia konsentrasi pekat dan bahan
berbahaya.
8. Asam pekat diencerkan dengan cara menuangkan asam pekat ke dalam air dan tidak
sebaliknya.
9. Tidak menyalakan api secara sembarangan di area yang ada pelarut organik. Matikan
api pada bunsen yang sudah tidak digunakan.
10. Dilarang memipet bahan kimia dengan menggunakan mulut. Gunakan filler atau bola

hisap.
11. Dilarang mencicipi bahan kimia serta makan dan minum di area laboratorium.
E. Format Penuliasan Laporan Praktikum
Laporan praktikum disusun dengan format berikut:
Halaman Sampul
Judul Praktikum
A. Tujuan Praktikum
B. Prinsip Percobaan
C. Reaksi Kimia
D. Kajian teori
E. Alat dan bahan
F. Prosedur kerja
G. Data Pengamatan dan Perhitungan
H. Pembahasan
I. Kesimpulan
J. Daftar pustaka
K. Lampiran (jawaban tugas dan laporan sementara)
F. Penilaian
Sistem penilaian diatur untuk menjaga keobyektifitas hasil kerja praktikan
berdasarkan kriteria berikut.

1. Praktikan diwajibkan mengikuti kegiatan praktikum dengan kehadiran 100%.
2. Nilai akhir praktikum dikumpulkan dari komponen nilai: Nilai kinerja laboratorium
(15%), jurnal dan kuis (15%), nilai presentasi (10%), nilai laporan (30%), dan nilai
ujian akhir praktikum (30%).
3. Nilai akhir praktikum tidak akan dikeluarkan bagi mahasiswa yang belum
menyelesaikan tanggungan alat.
iii

MATERI PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

1. Pengenalan Alat dan Bahan
2. Pemisahan dan Pemurnian Zat secara Fisik
3. Struktur Lewis dan Model Molekul
4. Preparasi Larutan
5. Hukum Kekalan Massa
6. Stoikiometri
7. Pereaksi Pembatas
8. Volume Molar Gas Hidrogen
9. Reaksi Eksoterm dan Endoterm
10. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi


iv

PERCOBAAN I
PENGENALAN ALAT DAN BAHAN

TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. mengenal dan menyebutkan alat-alat yang digunakan di laboratorium kimia beserta
fungsinya
2. mengenal dan menyebutkan spesifikasi bahan-bahan yang umum digunakan pada
praktikum kimia dasar
PENDAHULUAN
Laboratorium kimia merupakan bagian penting dalam pengajaran kimia.
Laboratorium kimia berfungsi selain sebagai pembelajaran juga penelitian kimia. Di dalam
laboraotirum kimia, pengalaman nyata tentang kerja kimia dapat diperoleh melalui
kegiatan paraktikum. Langkah awal sebelum bekerja di laboratorium kimia adalah harus
mengenal alat-alat dan bahan-bahan kimia. Berbagai alat terdapat dilaboratroium kimia
dengan spesifikasi dan fungsi yang berbeda-beda. Setiap alat kimia memiliki ukuran
teretntu fungsi dan spesikfikasi yang harus dipahami oleh parktikan. Setiap alat didesain

sedemikian rupa sehingga mempunyai bentuk ukuran tertentu sesuai dengan fungsi alat
tersebut. Secara garis besar alat yang digunakan di Laboratorium dapat dikategorikan ke
dalam Alat gelas dengan ukuran tertentu, Alat gelas dengan ukuran skala, Alat dari
porselen, alat dari plasitik, Instrumen, Alat penunjang seperti klep, statif, penjepit. Semua
alat yang akan digunakan dan yang telah selesai digunakan harus disimpan kembali dalam
keadaan bersih. Artinya alat-alat tersebut harus bebas dari zat lain. Apabila tidak segera
dibersihkan akan melekat dan sulit dihilangkan. Praktikan juga harus mengetahu cara
menggunakan masing-masing alat dengan baik untuk menghindari alat pecah atau rusak.
Bekerja di laboratorium kimia juga harus mengenal berbagai bahan kimia terutama
sifat-sifatnya demi menjaga keselamatan kerja. Ditijau dari sifatnya, bahan kimia
dikelompokkan menjadi bahan yang mudah meledak, bahan yang mudah terbakar, bahan
beracu, bahan kausatif dan bahan yang bersifat oksidator kuat. Penggunaan bahan-bahan
kimia selama kerja dilaboratorium haru memperahtikan sifatnya agar tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan. Penyimpanan bahan kimia juga harus diperhatikan sifat-sifatnya.
Jangan menyimpan bahan kimia yang mudah meledak bersama dengan bahan-bahan kimia
yang bersifat oksidator kuat. Mengenal alat dan bahan dengan baik sangat diperlukan
demi keselamatan kerja di laboratorium.
PERCOBAAN
Prosedur Kerja
1. Amati dan dokumentasikan alat-alat laboratorium yang diberikan oleh asisten

2. Catatlah fungsi masing-masing alat-alat laboratorium.
3. Amati bahan-bahan kimia yang ditunjukkan asisten
4. Catat informasi dari setiap bahan yang diberikan

1

Tabel Pengamatan
1. Alat-alat Laboratorium
No
Nama Alat
1 Gelas kimia
2 Gelas ukur
3 Erlenmeyer
4 Tabung reaksi
5 Pipet tetes
6 Pipet volume
(pipet gondok)
7 Pipet ukur
8 Buret
9 Labu volumetric

10 Batang pengaduk
11 Labu alas bulat
12 Labu alas datar
13 Kaca arloji
14 Neraca analitik
15 Statif
16 Termometer
17 Kaca arloji
18 Bunsen
19 Kaki tiga
20 Kasa asbes
21 Krusibel
22 Segitiga keramik
23 Tabung U
24 Tabung Y
... dst.
2.

Bahan Kimia
No

Nama Bahan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Gambar

Spesifikasi

Rumus Kimia Bentuk pada
25 oC

Fungsi

Warna

Sifat

Asam klorida
Asam sulfat
Asam asetat
Asam nitrat
Natrium hidroksida
Natrium tiosulfat
Etanol
Metanol
Natrium klorida
Karbon
Tetraklorida
Glukosa
Fruktosa
Tembaga(II) sulfat
Logam Magnesium
2

15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
...

Logam tembaga
Logam seng
Kalium iodide
Timbal(II) nitrat
Hidrogen peroksida
Benzena
Fenol
Aseton
Kalium perming
Kalium kromat
Kalium dikromat
Asam oksalat
Amonium
hidroksida
Natrium asetat
Kalium kromat
Perak nitrat
dst.

TUGAS
1. Dua jenis larutan akan dibuat dalam sebuah percobaan di laboratorium yaitu HCl 1M
dan NaOH 1M. Sebutkan alat-alat laboratorim yang diperlukan untuk membuat kedua
larutan tersebut.
2. Kelompokkan bahan-bahan kimia yang anda amati berdasarkan sifatnya
a. Explosif
b. Oksidator
c. Mudah terbakar
d. Toxic (racun)
e. Korosif

3

PERCOBAAN II
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT SECARA FISIK
TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. menjelaskan cara-cara pemisahan dan pemurnian zat dari campurannya
2. melakukan pemisahan dan pemurnian zat dari campurannya
PENDAHULUAN
Pemisahan dan pemurnian zat-zat secara fisik dapat dilakukan dengan berbagai
metode tergantung pada sifat fisik campuran zat-zat yang akan dipisahkan. Metodemetode pemisahana dan pemurnian secara fisik antara lain dekantasi, filtrasi, ekstrassi
koagulasi, adsorpsi, destilasi dan sublimasi. Dekantasi merupakan proses pemisahan
campuran berdasarkan perbedaan ukuran, dapat digunakan untuk memisahkan padatan
dari cairan. Padatan dibiarkan turun di dasar wadah, selanjunya cairan dituangkan dengan
hati-hati ke wadah lain. Filtrasi merupakan proses pemisahan padatan dari cairan dengan
menggunakan bahan berpori yang hanya dapat dilalui oleh cairan. Ekstraksi merupakan
proses pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kelarutan salah satu komponene dalam
pelarut tertentu. Destilasi adalah proses pemisahan dan pemurnian cairan dalam campuran
berdasarkan perbedaan titik didih zat-zat yang bercampur. Proses destilasi diawali dengan
mendidihkan campuran pada suhu salah satu komponen campuran, mendinginkan uap
yang terbentuk dan mengumpulkan cairan yang diperoleh dari pendingian uap. Sublimasi
merupakan proses pemurnian suatu zat padat didasarkan pada sifat zat yang dapat
langsung menguap tanpa melebur terlebih dahulu ketika dipanaskan pada tekanan
atmosfer.
PERCOBAAN
Alat –Alat
1. Set alat destilasi
2. Erlenmeyer
3. Gelas kimia
4. Corong pisah
5. Kertas saring
6. Batang pengaduk
7. Pemanas bunsen
8. Gelas arloji
9. Corong
10. Ring

Bahan – Bahan
1. Campuran pasir dan air
2. Campuran gula dan etanol
3. Iod dalam air
4. CCl4
5. Campuran NaCl-Iod
6. Pewarna makanan
7. Aquades

Prosedur Kerja
Dekantasi
1. Di Buatlah campuran pasir dengan air dalam gelas kimia 100 mL
2. Tunggu 10 menit agar pasir turun ke dasar wadah sebanyak mungkin
4

3.

Siapkan gelas kimia lain sebagai penampung (II), kemudian tuangkan cairan melalui
batang pengaduk dengan hati-hati sehingga semua padatan tertinggal di beaker I.
(lihat gambar berikut).

Gambar 2.1 Dekantasi

Filtrasi
1. Ambilah selembar kertas saring, kemudian lipatlah seperti gambar berikut.
2. Pasang kertas saring pada corong. Basahi kertas saring melalui ujung pipet dengan
pelarut yang digunakan kemudian tekan dengan batang pengaduk.
3. Ambil 25 mL campuran gula dan etanol yang telah dikocok dengan baik
4. Tuangkan campuran tersebut pada kertas saring dengan bantuan batang pengaduk
seperti gambar berikut.

Gambar 2.2 Proses Filtasi

5

Ekstraksi
1. Ambilah 10 mL larutan iod-air dan catat warnanya, kemudian masukkan ke dalam
corong pisah 50 mL
2. Ambilah 10 mL CCl4 dan catat warnanya, kemudian masukkan ke dalam corong pisah
yang sudah berisi larutan iod-air.*
3. Tutuplah corong dan kocok dengan baik. Pengocokkan akan menyebabkan larutan
menjadi sedikit hangat dan menyebabkan tekanan dalam corong naik, karena tekanan
uap itu naik. Kurangi tekanan dengan cara membuka kran corong pisah.
4. Tutup kran kembali dan pasanglah corong pada ring di statif.
5. Diamkan campuran sampai cairan-cairan yang bercampur memisah menjadi dua
lapisan.
6. Catat warna masing-masing lapisan larutan.
7. Buka tutup corong, kemudian bukalah kran untuk megalirkan lapisan bawah ke dalam
gelas kimia
8. Hentikan langkah 7 sebelum lapisan atas ikut mengalir ke luar.
* Hindari menghirup uap larutan CCl4 karena sangat beracun

Destilasi
1. Rangkailah alat destilasi seperti gambar berikut.

Gambar 2.4 Proses Destilasi

2.
3.
4.
5.
6.

Buatlah sampel larutan berwarna dengan menambahkan beberapa tetes pewarna
makanan ke dalam 50 ml air.
Masukan larutan sampel ke dalam labu destilasi dengan menggunakan corong.*
Masukkan 2-3 buah batu didih, kemudian pasang termometer pada mulut labu
destilasi.
Alirkan air dari kran ke pendingin, kemudian panaskan labu destilasi. Atur besanya
pemanas sesuai dengan suhu titik didih salahsatu komponen dalam larutan.
Tampung cairan yang keluar (destilat) dari pendingin ke dalam labu penampung
(erlenmeyer).
6

7. Hentikan pemanasan bila cairan dalam labu tinggal sedikit.
* Volume larutan dalam labu destilasi hendaknya tidak lebih dari separuh volume labu, agar pada
ssat mendidih tidak ada cairan yang memercik ke pendingin

Sublimasi

1.

Ambilah 1 sendok kecil campuran NaCl-Iod dan masukkan ke dalam gelas kimia 100
mL.*
Tutup gelas kimia dengan kaca arloji, kemudian letakkan es di atas gelas arloji
Panskan gelas kimia perlahan-lahan pada hotplate atau dengan menggunakan api. Iod
akan menguap dari dasar gelas kimia dan memadat sebagai kristal pada bagian bawah
gelas arloji yang dingin
Setelah proses sublimasi selesai, ambilah gelas arloji tersebut, kemudian kumpulkan
kristal iod murni ke dalam gelas arloji menggunakan spatula. Catat perbedaan
penampakan iod sebelum dan sesudah sublimasi.

2.
3.

4.

* Jangan menyentuh iod dengan jari atau menghirup uapnya karena uap iod bersifat korosif dan
beracun

Tabel Pengamatan
No
1

Metode Pemisahan
Dekantasi

Pengamatan
- Jenis campuran sebelum dekantasi: Homogen/heterogen
- Warna campuaran sebelum dekantasi:..................
- Setelah didekantasi diperoleh:.....................................

2

Filtrasi

- Jenis campuran sebelum filtrasi: Homogen/heterogen
- Setelah disaring diperoleh:.....................................

3

Ekstraksi

Sebelum ekstraksi
- Warna larutan dalam air:.....................................
- Warna CCl4: .....................................................
Setelah ekstraksi
- Warna larutan dalam air:.....................................
- Warna CCl4: .......................................................

4

Destilasi

- Warna larutan sebelum destilasi:................................
- Warna destilat: ...........................................................

5

Sublimasi

Sebelum sublimasi
- Warna kristal iod:........................................................
- Bentuk kristal iod: .....................................................
Setelah sublimasi
- Warna kristal iod:.......................................................
- Bentuk kristal iod: .....................................................

7

TUGAS
1. Bagainakah cara menghilangkan sisa cairan pada pasir basah yang tertinggal setelah
proses dekantasi?
2. Pada filtrasi, filtrat gula-etanol merupakan campuran homogen atau heterogen?
Jelaskan!
3. Bagaimana cara memperoleh etanol murni dari filtar gula-etanol tersebut?
4. Mengapa kita perlu membuaka tutup corong pisah sebelum mengalirkan lapisan ke
beaker pada proses ekstraksi?

8

PERCOBAAN III
STRUKTUR LEWIS DAN MODEL MOLEKUL
TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat menggambarkan
struktur lewis dan membuat model-model molekul dari molekul sederhana dan
mengembangkannya untuk ion-ion poliatomik
PENDAHULUAN
Struktur lewis merupakan kombinasi simbol lewis dari atom-atom yang
menggambarkan jumlah elektron dengan benar untuk molekul maupun ion poliatomik.
Struktur lewis suatu molekul atau ion berguna untuk memahami polaritas, struktur
resonansi, reaktifitas kimia dan isomerisasi. Untuk menggambarkan struktur lewis dapat
dilakukan dengan membuat daftar unsur yang diperlukan, berapa jumlah elektron
valensinya, dan berapa elektron yang diperlukan untuk membentuk oktet atau duplet untuk
hidrogen. Untuk struktur yang berbeda perlu dipertimbangkan muatan formalnya, struktur
dengan muatan formal paling kecil adalah yang benar. Disis lain, penentuan geometri
(bentuk) molekul dapat dilakukan dengan menerapkan teori VSEPR (tolakan pasangan
elektron pada kulit terluar) atau model hibridisasi. Penggambaran struktur lewis dan
geometrinya yang benar dapat digunakan untuk menentukan polaritas molekul. Molekul
polar apabila ikatan kovalen polar dan mempunyai geometri yang tidak menghasilkan
peniadaan dipol-dipol ikatan.
PERCOBAAN
Alat dan Bahan
Model Molekul (molimud)
Prosedur Kerja
1. Gambarkan struktur lewis masing-masing molekul pada tabel pengamatan 1 dan
buatlah model molekulnya dengan molimud.
2. Tentukan sudut ikatan dan polaritas molekul (Polar atau nonpolar).
3. Gambarkan struktur resonansi dan buatlah model dari salah satu struktur resonansi
masing-masing ion poliatomik pada tabel pengamatan 2. Tentukan sudut ikatannya.
Tabel Pengamatan
1. Molekul
No Molekul
1
2
3
4
5

Nama

Struktur
lewis

Model
Molekul

Sudut
ikatan

Polaritas

H2
F2
ICl
CO2
H2O
9

6
7
8
9
10
11
12
13
14

BF3
NH3
N2H4
CH4
C2H6
C2H4
C2H2
PCl5
SF6

2. Ion poliatomik
Ion Poliatomik

Nama

Struktur
lewis

Model

Sudut Ikatan

ClO3CO3NO2-

10

PERCOBAAN IV
PREPARASI LARUTAN
TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat membuat berbagai
larutan baik yang berasal dari padatan maupun larutan pekat.
PENDAHULUAN
Larutan mempunyai peran penting dalam berbagai proses dan reaksi kimia. Larutan
merupakan campuran homogen antara dua zat atau lebih. Larutan mengandung dua
komponen yaitu zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Dalam larutan, zat yang
jumlahnya lebih kecil disebut zat terlarut (solute), sedangkan zat yang jumlahnya lebih
besar disebut pelarut (solvent). Pelarut yang umum dipakai adalah air. Konsentrasi suatu
larutan dapat dinyatakan dalam bentuk Molaritas (M). Molaritas (M) merupakan jumlah
mol zat dalam 1 liter larutan. Larutan dapat dibaut dari bahan padatan ataupun larutan
pekat. Pembuatan larutan dari larutan pekat disebut juga sebagai pengenceran larutan.
PERCOBAAN
Alat dan Bahan
1. Gelas kimia 100 mL
2. Gelas arloji
3. Spatula
4. Labu volumetrik 100 mL
5. Pipet ukur 10 mL
6. Pipet tetes
7. Filler

8.
9.
10.
11.
12.

Aquades
HCl pekat
Padatan NaOH
Padatan CuSO4
H2SO4 Pekat

Prosedur Kerja
1. Membuat Larutan dari Zat Padat
Membuat 100 mL Larutan NaOH 1 M. Langkah pertama, hitung massa NaOH padat
yang dibutuhkan untuk membuat 100 mL larutan NaOH 1 M. Timbang NaOH
sebanyak x gram (hasil perhitungan) dengan mengunakan gelas arloji. Masukkan
NaOH padat ke dalam gelas kimia kemudian tambahkan ± 50 mL aquades. Aduk
hingga semua padatan larut. Masukkan larutan ke dalam labu volumetrik 100 mL,
kemudian tambahkan aquades sampai tanda batas. Tutup labu volumetrik, kemudian
kocok sampai homogen. Pindahkan larutan ke dalam botol reagen dan diberi label
larutan NaOH 1M. Ulangi langkah diatas untuk membuat larutan NaOH 0,5 M,
larutan CuSO4 1 M dan larutan CuSO4 0,5 M dengan volume masing-masing 100 mL.
2.

Membuat Larutan dari Zat Cair pekat (Pengenceran)
Membuat 100 mL Larutan HCl 1 M. Langkah pertama, hitung volume HCl pekat yang
dibutuhkan untuk membuat 100 mL larutan HCl 1 M. Ambil HCl pekat sebanyak x
mL (hasil perhitungan) dengan mengunakan pipet ukur. Masukkan HCl pekat ke
dalam labu volumetrik yang telah berisi ± 50 mL aquades dan kocok perlahan-lahan.
11

Selanjutnya tambahkan sedikit demi sedikit aquades sampai tanda batas. Tutup labu
volumetrik, kemudian kocok sampai homogen. Pindahkan larutan ke dalam botol
reagen dan diberi label Larutan HCl 1M. Ulangi langkah diatas untuk membuat
larutan HCl 0,5 M, larutan H2SO4 1 M dan larutan H2SO4 0,5 M dengan volume
masing-masing 100 mL.
Tabel Pengamatan
Nama Larutan
Larutan NaOH 1 M
dan 0,5 M

Perhitungan

Pengamatan

Larutan CuSO4 1 M
dan 0,5 M

Larutan HCl 1 M dan
0,5 M

Larutan H2SO4 1M
dan 0,5 M

TUGAS
1. Mengapa botol NaOH padat harus segera ditutup setelah mengambil NaOH?
2. Mengapa labu volumetrik harus diisi air terlebih dahulu sebelum memasukkan HCl
pekat? Dan mengapa tidak sebaliknya HCl pekat dulu baru air?

12

PERCOBAAN V
HUKUM KEKALAN MASSA
TUJUAN
Membuktikan hukum kekekalan massa (hukum Lavoiser) melalui percobaan
sederhana
PENDAHULUAN
Antoine Lavoisier, seorang ahli kimia Prancis merupakan ilmuwan pertama yang
menggunakan prinsip kesetimbangan dalam penelitian kimia. Lavoisier menunjukkan
bahwa ketika gas hidrogen (H2) dibakar dan beraksi dengan gas oksigen (O2) dalam wadah
tertutup menghasilkankan uap air (H2O), ternyata massa uap air yang dihasilkan sebanding
dengan masa gas hidrogen dan oksigen yang bereaksi.
2H2(g) + O2(g)  H2O(g)
Berdasarkan eksperimen tersebut, Lavoisier merumuskan hukum kekekalan massa yang
menyatakan bahwa selama proses kimia berlangsung tidak ada massa yang hilang atau
massa yang diciptakan, sehingga massa zat sebelum dan sesudah reaksi tetap.

PERCOBAAN
Alat dan Bahan
1. Tabung Y
2. Tabung Reaksi
3. Gelas ukur
4. Neraca analitik
5. CuSO4
6. NaOH
7. KI
8. Pb(NO3)2
Prosedur Kerja
1. Masukan larutan CuSO4 1M dan larutan NaOH 1 M dalam jumlah yang sama ke dalam
tabung bentuk Y di dua sisi yang berbeda dan kemudian tutup tabung Y dengan
penyumap
2. Timbang tabung Y dan catat hasilnya.
3. Reaksikan kedua larutan yang ada di dalam tabung Y dengan cara memiringkan tabung,
dan kemudian timbang kembali.
4. Lakukan percobaan yang sama untuk reaksi: a) larutan KI dengan larutan Pb(NO3)2, b)
larutan HCl 1 M dengan pita Mg, dan c) larutan HCl 1 M dengan pita Mg tanpa
menggunakan penutup tabung Y.

13

Tabel Pengamatan
Reaksi

Reaksi CuSO4 + NaOH

Pengamatan
Massa tabung Y sebelum bereaksi = ...................
Massa tabung Y setelah bereaksi = .......................
Pengamatan reaksi =.................................................

Massa tabung Y sebelum bereaksi = ...................
Massa tabung Y setelah bereaksi = .......................
Reaksi Pb(NO3)2 + KI

Pengamatan reaksi =.................................................

Massa tabung Y sebelum bereaksi = ...................
Massa tabung Y setelah bereaksi = .......................
Reaksi HCl + Mg

Pengamatan reaksi =.................................................

Massa tabung Y sebelum bereaksi = ...................
Massa tabung Y setelah bereaksi = .......................
Reaksi HCl + Mg
(tanpa tutup tabung)

Pengamatan reaksi =.................................................

TUGAS
Jelaskan pengaruh energi pada reaksi kimia! Apakah hukum kekekalan massa masih dapat
berlaku jika ada energi masuk ke dalam sistem? Buktikan jawaban anda!

14

PERCOBAAN VI
STOIKIOMETRI

TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu memahami titik
ekivalen reaksi asam basa (HCl-NaOH) dan tembaga(II) sulfat-natrium hidroksida melalui
percobaan sederhana.
PENDAHULUAN
Penentuan stoikiometri reaksi kimia dapat dilakukan dengan metode iod atau
variasi kontinyu. Prinsip dasar metode ini adalah memvariasi jumlah pereaksi tetapi
jumlah totalnya tetap. Karena jumlah masing-masing pereeaksi berbeda-beda, maka
perubahan massa/volume/suhu/daya serap dapat digunakan untuk meramalkan stoikiometri
sistem. Jika dibuat grafik massa/volume/suhu/daya serap vs jumlah pereaksi, akan
diperoleh titik optimum yang merupakan titik stoikiometri system. Titik stoikiometri ini
menunjukkan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam senyawa. Sebagai contoh, dari
percobaan diperoleh data bahwa pada titik oprimum jumlah mol Pb(NO3)2 : KI = 1:2, dan
jika dianggap endapan yang terbentuk pada reaksi ini adalah timbal iodida, maka titik ini
menyatakan perbandingan 1 Pb2+ dan 2 I-. Stoikiometri system ini dapat ditulis dengan
persamaan:
Pb2+ (aq) + 2 I-(aq)  PbI2(s)

PERCOBAAN
Alat dan Bahan
Gelas kimia
Termometer
Larutan NaOH 0,5 M
Larutan HCl 0,5 M
Larutan CuSO4 0,5 M
Prosedur Kerja
A. Stoikiometri NaOH-HCl
1. Masukkan 5 mL larutan NaOH 0,5 M, kemudian catat suhunya.
2. Ke dalam gelas kimia lain, masukkan 25 mL larutan HCl 0,5 M dan catat suhunya.
Usahakan suhu kedua larutan sama sebelum dicampurkan.
3. Campurkan kedua larutan tersebut dan catat suhu maksimum campuran.
4. Ulangi langkah diatas dengan menggunakan:
a. 10 mL NaOH 0,5 M dan 20 mL HCl 0,5 M
b. 15 mL NaOH 0,5 M dan 15 mL HCl 0,5 M
c. 20 mL NaOH 0,5 M dan 10 mL HCl 0,5 M
d. 25 mL NaOH 0,5 M dan 5 mL HCl 0,5 M

15

B. Stoikiometri CuSO4-NaOH
1. Masukkan 10 mL larutan NaOH 0,5 M, kemudian catat suhunya.
2. Ke dalam gelas kimia lain, masukkan 40 mL larutan CuSO4 0,5 M dan catat suhunya.
Usahakan suhu kedua larutan sama sebelum dicampurkan.
3. Campurkan kedua larutan tersebut dan catat suhu maksimum campuran.
4. Ulangi langkah diatas dengan menggunakan:
a. 20 mL NaOH 0,5 M dan 30 mL CuSO4 0,5 M
b. 30 mL NaOH 0,5 M dan 20 mL CuSO4 0,5 M
c. 40 mL NaOH 0,5 M dan 10 mL CuSO4 0,5 M
Tabel Pengamatan
A. Stoikiometri NaOH-HCl
Tabel Jumlah pereaksi NaOH-HCl
No
1
2
3
4
5
6
7

Vol NaOH
(mL)
0
5
10
15
20
25
30

Mol NaOH
0,5 M

Vol HCl
(mL)
30
25
20
15
10
5
0

Mol HCl
0,5 M

Jumlah Vol
Pereaksi
30
30
30
30
30
30
30

Tabel perubahan suhu yang diperoleh dari sistem NaOH-HCl
Percobaan ke
Pengamatan
1
2
3
4
5
Selisih Suhu (ΔT)
Jumlah mol NaOH
Jumlah mol HCl

Jumlah mol
pereaksi

6

7

Tabel Stoikiometri NaOH-HCl
No
1
2
3
4
5
6
7

Vol NaOH
(mL)
0
5
10
15
20
25
30

Vol HCl
(mL)
30
25
20
15
10
5
0

TM (oC)

TA (oC)

ΔT

16

B. Stoikiometri CuSO4-NaOH
Tabel Jumlah pereaksi CuSO4-NaOH
No
1
2
3
4
5
6

Vol NaOH
(mL)
0
10
20
30
40
50

Mol NaOH
0,5 M

Vol CuSO4
(mL)
50
40
30
20
10
0

Mol CuSO4
0,5 M

Jumlah Vol
Pereaksi
50
50
50
50
50
50

Tabel perubahan suhu yang diperoleh dari sistem CuSO4-NaOH
Percobaan ke
Pengamatan
1
2
3
4
Selisih Suhu (ΔT)
Jumlah mol NaOH
Jumlah mol CuSO4
Tabel Stoikiometri CuSO4-NaOH
No
Vol NaOH
Vol CuSO4
1
2
3
4
5
6

(mL)
0
10
20
30
40
50

(mL)
50
40
30
20
10
0

TM (oC)

TA (oC)

5

Jumlah mol
pereaksi

6

ΔT

TUGAS
Sistem NaOH-HCl
1. Gambarkan grafik jumlah mol NaOH dan HCl (sumbu x) vs ΔT (sumbu y)!
2. Tentukan titik optimum kedua grafik diatas!
3. Berapakah jumlah mol NaOH dan HCl pada titik optimum (lihat grafik)
4. Dari data jumlah mol NaOH atau HCl tersebut, berapakah jumlah mol HCl dan NaOh
yang bereaksi?
5. Berdasarkan data tersebut, berapakah perbandingan terkecil jumlah mol NaOH: mol
HCl?
6. Berdasarkan perbandingan angka tersebut, bagaimanakan stoikiometeri sistem NaOHHCl?

17

Sistem CuSO4-NaOH
1. Gambarkan grafik jumlah mol NaOH dan CuSO4 (sumbu x) vs ΔT (sumbu y)!
2. Tentukan titik optimum kedua grafik diatas!
3. Berapakah jumlah mol NaOH dan CuSO4 pada titik optimum (lihat grafik)
4. Dari data jumlah mol NaOH atau CuSO4 tersebut, berapakah jumlah mol HCl dan
NaOh yang bereaksi?
5. Berdasarkan data tersebut, berapakah perbandingan terkecil jumlah mol NaOH: mol
CuSO4?
6. Berdasarkan perbandingan angka tersebut, bagaimanakan stoikiometeri sistem NaOHCuSO4?

18

PERCOBAAN VII
PEREAKSI PEMBATAS
TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini mahsiswa diharapkan mampu memahami:
1. Pereaski pembatas pada campuran garam natrium fosfat dodekahidrat-barium klorida
dihidrat.
2. Persen komposisi masing-masing senyawa dalam campuran garam tersebut.
PENDAHULUAN
Pada suatu reaksi kimia sering kali di jumpai satu atau lebih pereaksi yang
digunakan ada dalam jumlah berlebih. Reaksi akan berhenti segera setelah salah satu
pereaski habis berekasi, sedangkan pereaksi lain yang bersisa akan bercampur dengan
produk yang terbentuk. Pereaksi yang hasis bereaksi dalam suatu reaksi kimia disebut
sebagai pereaksi pembatas. Pereaksi pemtasa yang nantinya akan menentukan jumlah mol
yang terbentuk.
PERCOBAAN
Alat dan Bahan
Gelas kimia
Batang pengaduk
Pembakar spiritus
Corong
Kertas saring
Gelas arloji
Kasa asbes
Kaki tiga
Campuran garam Na3PO4.12H2O dan BaCl2.2H2O
Aquades
BaCl2 0,5 M
Na3PO4 0,5 M
Prosedur Kerja
A. Pembentukan Ba3(PO4)2
1. Timbang sebanyak 1 gram campuran garam Na3PO4.12H2O dan BaCl2.2H2O yang
sudah dihaluskan pada gelas arloji yang sudah ditimbang.
2. Larutkan campuran garam tersebut ke dalam gelas kimia dengan 200 mL aquades.
Aduk selama 1 menit dan biarkan endapan turun ke dasar gelas kimia.
3. Tutup gelas kimia dengan gelas arloji, hangatkan larutan pada suhu 80-90oC selama
30 menit. Diamkan beberapa saat sampai diperoleh supernatan jernih.
4. Lakukan dekantasi untuk memisahkan supernatan dari endapan yang terbentuk.
5. Supernatan dibagi dua dan masing-masing ditempatkan dalam gelas kimia yang sudah
diberi label S1 dan S2. Simpan untuk percobaan selanjutnya.

19

6.

7.

Residu hasil dekantasi disaring menggunakan kertas saring yang sudah timbang
sebelumnya. Cuci endapan yang tersisa di gelas kimia dengan air hangat dan saring
kembali. Cuci endapan pada kertas saring dengan air hangat.
Keringkan dan timbang endapan yang diperoleh.

B. Penentuan Pereaksi Pembatas
1. Tambahkan 2 tetes larutan BaCl2 0,5 M ke dalam gelas kimia dengan label S1. Amati
apakah terbentuk endapan?
2. Tambahkan 2 tetes larutan Na3PO4 0,5 M ke dalam gelas kimia dengan label S2.
Amati apakah terbentuk endapan?
Tabel Pengamatan
A. Pembentukan Ba3(PO4)2
Pengamatan
Massa campuran garam (g)
Massa kertas saring (g)
Massa kertas saring dan
endapan Ba3(PO4)2 (g)
Massa Ba3(PO4)2 (g)

Hasil Pengamatan

B. Penentuan Pereaksi Pembatas
Gelas Kimia S1

Gelas Kimia S2

2+

Uji Ba
Uji PO43Pengamatan adanya endapan
Kesimpulan
TUGAS
1. Berdasarkan hasil percobaan yang anda peroleh hitunglah:
a. Mol Ba3(PO4)2 yang terbentuk
b. Mol pereaksi pembatas
c. Mol pereaksi berlebih
d. Persentase pereaksi pembatas dalam campuran garam
e. Persentase pereaksi berlebih dalam campuran garam
2. Tentukan massa pereaksi pematas yang tersisa setelah reaksi berhenti
3. Jelaskan bagaiman uji Ba2+ dan uji PO43- dapat digunakan untuk menentukan pereaksi
pembatas dalam percobaan ini?

20

PERCOBAAN VIII
VOLUME MOLAR GAS HIDROGEN
TUJUAN
Mahasiswa mampu memahami volume molar gas hidrogen melalui percobaan
sederhana
PENDAHULUAN
Volume molar gas adalah volume 1 mol gas yang diukur pada keadaan standar
(STP), yaitu pada suhu 0oC (273 K) dan tekanan 1 atm. Volume setiap gas pada keadaan
standar adalah 22,4 liter. Volume molar gas hidrogen diukur berdasarkan sifatnya yang
sangat sedikit larut dalam air sehingga dapat ditampung dengan cara pendesakan air.
Misalnya dalam suatu tabung reaksi yang berisi penuh air yang diletakkan terbalik dalam
suatu bejana yang berisi air penuh, kemudian direaksikan dengan zat-zat yang
menghasilkan gas, maka gas yang terbetuk mendesak permukaan air ke bawah. Volume
gas hidrogen yang terbentuk dapat diketahui dengan mengkur air yang terdesak.
PERCOBAAN
Alat dan Bahan
1. Gelas ukur
2. Barometer
3. Kertas
4. Baskom

5.
6.
7.
8.

Termometer
Kertas gosok
Pita magnesium
Larutan HCl 2 M

Prosedur Kerja
1. Ambil sepotong pita magnesium yang telah di amplas kemudian timbang dengan teliti
2. Isi gelas ukur dengan larutan HCl 2 M sampai setengahnya, keudian tambahkan air
sampai penuh.
3. Tutup gelas ukur dengan kertas kemudian baliklah dalam baskum yang telah berisi air
dan ambil kertas secara perlahan-lahan
4. Amati ada tidaknya gelembung udara dalam gelas ukur. Jika terdapat gelembung
udara, maka ulangi langkah 2-3.
5. Masukkan pita magnesium ke dalam gelas takar melalui arah bawah.
6. Tunggu sampai pita magnesium habis bereaksi dan dibiarkan suhu larutan sama
dengan suhu kamar.
7. Atur tinggi permukaan air dalam gelas ukur agar sama dengan permukaan air dalam
baskom
8. Catat volume gas hidrogen yang terbentuk
9. Catat suhu ruang dan tekanan barometer
10. Ulangi langkah 1-9 di atas.

21

Tabel Pengamatan
Pengamatan

Percobaan 1

Percobaan 2

Massa Mg
Volume Larutan HCl 2M
Volume hidrogen
Suhu ruang Pada saat Percobaan
Tekanan atmosfer (Barometer)

Perhitungan dan Pertanyaan
1. Tentukan tekanan uap air pada suhu ruang saat percobaan dari tabel 1. Hitung tekanan
parsial gas hidrogen dengen rumus:
Patmosfer = PH2 + PH2O
2.

3.
4.
5.

6.
7.

Berdasarkan data tekanan parsial gas hidrogen dan suhu ruang pada saat percobaan,
hitunglah volume gas hidrogen pada keadaan STP (0oC dan 101,3 kPa) dengan
mengunakan hukum gas kombinasi.
Hitung massa dan jumlah mol magnesiun yang digunakan dalam percobaan
Hitung volume gas hidrogen yang dihasilkan jika anda menggunakan 1 mol
magnesium.
Tuliskan persamaan reaksi setara untuk reaksi logam magnesium dan larutan HCl.
Berdasarkan persamaan tersebut, hitunglah jumlah gas hidrogen yang dapat terbentuk
dari reaksi satu mol logam Mg.
Berdasarkan jawaban no.4 dan no.5, hitung volume molar gas hidrogen pada STP.
Bandingkan hasilnya dengan nilai volume molar gas pada STP yang sudah ada!
Hitunglah persen kesalahan percobaan anda!

22

PERCOBAAN IX
PROSES EKSOTERM DAN ENDOTERM
TUJUAN
Mengidentifikasi proses endoterm dan eksoterm melalui percobaan sederhana
PENDAHULUAN
Termokimia mempelajari tentang sejumlah energi yang diresap atau dibebaskan
oleh reaksi kimia. Reaksi kimia akan melepaskan energi ketika reaktan mempunyai energi
yang lebih tinggi dari pada produk, dan sebaliknya reaksi kimia akan menyerap energi
ketika energi reaktan lebih rendah daripada energi produk. Energi kimia tersimpan dalam
suatu zat merupakan jenis energi potensial. Energi potensial yang dikandung dalam suatu
zat disebut entalpi (H). Reaksi kimia merupakan sebuah system dan segala sesuatu diluar
system disebut lingkungan. Reaksi kimia yang melepaskan energi ke lingkungan disebut
reaksi eksoterm, sedangkan reaksi kimia yang menyerap energi dari lingkungan disebut
reaksi endoterm.
PERCOBAAN
Alat dan Bahan
1. Termometer (-10-110oC)
2. Gelas kimia 100 mL
3. Spatula
4. Padatan NaOH
5. Padatan NaCl
6. Padatan NH4Cl
7. Padatan CH3COONa
8. Padatan NH4SCN
9. Padatan Ba(OH)2
10. Aquades
Prosedur Kerja
A. Proses Pelarutan
1. Tempatkan 20 mL aquades ke dalam gelas kimia 100 mL dan ukur suhunya
2. Tambahkan 1 spatula NaOH, aduk hingga semua padatan larut kemudian ukur
kembali suhunya.
3. Ulangi langkah 1-2 untuk padatan NaCl, NH4Cl, dan CH3COOH
B. Reaksi antara Amonium tiosianat dan Barium hidroksida
1. Ambilah padatan amonium tiosianat dan padatan barium hidroksida masing-masing
setengah sendok kecil kemudian masukkan ke dalam tabung reaksi.
2. Tutup tabung reaksi dan kocok perlahan-lahan sampai terbentuk larutan.
3. Buka tutup tabung dan baui aroma yang dihasilkan dengan hati-hati. Identifikasi
produk yang terbentuk.
4. Ukur dan catat temperatur larutan.
23

Tabel Pengamatan
Proses Pelarutan
Percobaan
Solut
1
2
3
4

Solven

Suhu awal (oC)

Suhu Akhir (oC)

Tipe reaksi

Reaksi NH4SCN dan Ba(OH)2

TUGAS
Jelaskan mengapa reaksi kimia berlangsung eksotem atau endoterm!

24

PERCOBAAN X
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI
TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu; 1) memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi; 2) menentukan orde reaksi dan persamaan
laju reaksi
PENDAHULUAN
Laju reaksi dapat dianalogkan dengan kecepatan suatu kendaraan berjalan.
Semakin besar kecepatannya, semakin pendek waktu yang dibutuhkan oleh kendaraan
untuk mencapai tujuan. Demikian juga dengan reaksi kimia, semakin besar laju suatu
reaksi kimia semakin singkat waktu yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi dari
sejumlah tertentu pereaksi. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Pengetahuan tentang faktorfaktor ini akan berguna dalam mengatur laju suatu reaksi . Hal tersebut sangat penting,
terutama dalam mengontrol proses-prose kimia di industri. Proses kimia yang berlangsung
lambat merupakan proses yang tidak ekonomis. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi kimia antara lain konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis. Pada umunya
laju reaksi kimia berbanding lurus dengan konsentrasi dan luas permukaan reaktan.
Semakin besar konsentrasi reaktan maka laju reaksi kimia akan semakin cepat dan
semakin luas permukaan reaktan, maka laju reaskinya juga akan semakin cepat.
Ketergantungan laju terhadap suhu tergambar secara implisit dalam hukum laju, yakni
melalaui ketergantungan k terhadap suhu. Biasanya, setiap kenaikan suhu reaksi 10oC akan
diikuti dengan peningkatan laju reaksi dua atau tiga kali.
PERCOBAAN
Alat dan Bahan
1. Gelas kimia
2. Neraca analitik
3. Tabung reaksi
4. Kaki tiga
5. kawat kasa
6. Pembakar spiritus
7. Termometer
8. Stopwatch
9. Pisau

10. CaCO3 (keping)
11. CaCO3 (serbuk)
12. HCl 0,5 M
13. HCl 1 M
14. Na2S2O3 0,05 M
15. Na2S2O3 0,1 M
16. Larutan H2O2
17. MnO2
18. Kentang

25

Prosedur Kerja
A. Pengaruh Luas Permukaan terhadap Laju Reaksi
Siapkan kepingan batu pualam dan sebuk patu pualam. Timbanglah masingmasing bahan ± 0,2 gram (atau massa harus sama ). Masukkan masing-masing bahan
ke dalam tabung reaksi berbeda. Tambahkan 10 mL HCl 0,5 M ke dalam masingmasing tabung reaksi yang sudah berisi batu pualam. Jalankan stopwatch untuk setiap
reaksi sejak pencampuran sampai reaksi berhenti. Catat waktu yang diperlukan untuk
berlangsunganya reaksi.
B. Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi
1. Masukkan 50 mL larutan Na2S2O3 0,05 M ke dalam gelas kimia ukuran 100 mL.
Letakkan gelas kimia tersebut diatas kertas bertanda. Ukur suhunya. Siapkan 10 mL
HCl 0,5 M dalam gelas ukur dan stopwatch. Masukkan 10 mL HCl 0,5 M ke dalam
gelas kimia yang berisi larutan Na2S2O3. Jalankan stopwatch sejak pencampuran
sampai tanda di bawah gelas kimia tidak teramati lagi. Catat waktu yang diperlukan
untuk berlangsunganya reaksi.
2. Masukkan 50 mL larutan Na2S2O3 0,05 M ke dalam gelas kimia ukuran 100 mL.
Panaskan larutan sampai suhunya 37oC. Letakkan gelas kimia tersebut diatas kertas
bertanda. Masukkan 10 mL HCl 0,5 M ke dalam gelas kimia yang berisi larutan
Na2S2O3. Jalankan stopwatch sejak pencampuran sampai tanda di bawah gelas kimia
tidak teramati lagi. Catat waktu yang diperlukan untuk berlangsunganya reaksi.
C. Pengaruh Katalis terhadap Laju Reaksi
1. Masukkan 20 mL larutan H2O2 10% ke dalam gelas kimia 100 mL. Amati apakah
terjadi reaksi? Tambahkan 10 tetes NaCl ke dalam gelas kimia. Amati beberapa saat,
apakah terjadi reaksi?
2. Lakukan percobaan yang sama dengan mengganti larutan NaCl dengan: a) 10 tetes
FeCl3, b) sedikit MnO2, dan c) sepotong kecil kentang segar.

D. Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi, Menentukan Orde Reaksi dan
Persamaan laju Reaksi
Masukkan 50 mL larutan Na2S2O3 0,05 M ke dalam gelas kimia ukuran 100 mL.
Letakkan gelas kimia tersebut diatas kertas bertanda. Masukkan 10 mL HCl 0,25 M ke
dalam gelas kimia yang berisi larutan Na2S2O3. Jalankan stopwatch sejak
pencampuran sampai tanda di bawah gelas kimia tidak teramati lagi. Catat waktu yang
diperlukan untuk berlangsunganya reaksi. Ulangi langkah diatas dengan
memvariasikan konsentrasi Na2S2O3 dan HCl: a) 50 mL larutan Na2S2O3 0,05 M dan
10 mL HCl 0,5 M; b) 50 mL larutan Na2S2O3 0,1 M dan 10 mL HCl 0,5 M.

26

Tabel Pengamatan
Tabel 1. Pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi
Percobaan
Pereaksi
Waktu
1
CaCO3 (keping) + HCl
2
CaCO3 (serbuk) + HCl
Tabel 2. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi
Percobaan
Pereaksi
1
Na2S2O3 0,05M + HCl 0,5M
2
Na2S2O3 0,05M + HCl 0,5M
Tabel 3. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi
Percobaan
Pereaksi
1
H2O2 6 % + NaCl
2
H2O2 6 % + FeCl3
3
H2O2 6 % + MnO2
4
H2O2 6 % + kentang segar

Waktu

Reaksi (+/-)

Tabel 4. Pengaruh konsetrasi terhadap laju reaksi dan penentuan orde serta persamaan laju
reaksi
Percobaan
Pereaksi
Waktu
1
50 mL Na2S2O3 0,05M + 10 mL HCl 0,25M
2
50 mL Na2S2O3 0,05M + 10 mL HCl 0,5M
3
50 mL Na2S2O3 0,1M + 10 mL HCl 0,5M
TUGAS
1. Bagaimanakah pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi?
2. Bagaimanakah pengaruh suhu terhadap laju reaksi?
3. Bagimana pengaruh katalis terhadap laju reaksi? Dan sebutkan za-zat yang berperan
sebagai katalis pada percobaan yang telah anda lakukan!
4. Bagaimanakah pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi?
5. Berdasarkan data percobaan 4, tentukan orde reaksi serta persamaan laju reaksi
Na2S2O3 dan HCl!

27

DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.

Beran, J. A. 1994. Laboratory Manual for Principles of General Chemistry 5th ed.
USA: John Wiley & Sons, Inc.
Garnet, P. J., Anderton, J.D., Garnet P. J. 2001. Chemistry Laboratory Manual.
Australia: Pearson Education Australia Pty Limited.
Tim Kimia Dasar 1. 2006. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I. Jurusan Kimia,
FMIPA, Universitas Negeri Malang

28

LAMPIRAN 1
JADWAL PELAKSANAAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

Kegiatan
Lab

Materi Praktikum

Shift
(Kloter)
1

1

Pengenalan Alat dan Bahan
2

2

3

4

Pemisahan dan Pemurnian
Zat secara Fisik

Struktur Lewis dan Model
Molekul

1. Preparasi Larutan
2. Hukum Kekalan Massa

1
2
1
2
1
2
1

5

Stoikiometri
2
1

6

Pereaksi Pembatas
2

7

8

1. Volume Molar Gas
Hidrogen
2. Reaksi Eksoterm dan
Endoterm
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Laju Reaksi

Jadwal Presentasi
Ujian Akhir Praktikum

1
2
1
2

Kelompok

1, 2, 3, 4, 5,
6
7, 8, 9, 10,
11, 12
1, 2, 3, 4, 5,
6
7, 8, 9, 10,
11, 12
7, 8, 9, 10,
11, 12
1, 2, 3, 4, 5,
6
1, 2, 3, 4, 5,
6
7, 8, 9, 10,
11, 12
1, 2, 3, 4, 5,
6
7, 8, 9, 10,
11, 12
1, 2, 3, 4, 5,
6
7, 8, 9, 10,
11, 12
1, 2, 3, 4, 5,
6
7, 8, 9, 10,
11, 12
1, 2, 3, 4, 5,
6
7, 8, 9, 10,
11, 12

Hari/
Tanggal

Rabu,
14 Sept 2016
Rabu,
21 Sept 2016
Rabu,
28 Sept 2016
Rabu,
5 Okt 2016
Rabu,
12 Okt 2016
Rabu,
19 Okt 2016
Rabu,
26 Okt 2016
Rabu,
2 Nov 2016
Rabu,
9 Nov 2016
Rabu,
16 Nov 2016
Rabu,
23 Nov 2016
Rabu,
30 Nov 2016
Rabu,
7 Des 2016
Rabu,
14 Des 2016

Waktu
paraktikum
(WIB)
13.00 – 15.00
15.00 – 17.00
13.00 – 17.00
13.00 – 17.00
13.00 – 15.00
15.00 – 17.00
13.00 – 17.00
13.00 – 17.00
13.00 – 17.00
13.00 – 17.00
13.00 – 17.00
13.00 – 17.00
13.00 – 17.00
13.00 – 17.00
13.00 – 17.00
13.00 – 17.00

: Rabu, 21 Desember 2016
: Sesuai Jadwal UAS (Bentuk Tes Tulis)

1