VARIABILITAS MUSIMAN KOEFISIEN ABSORPSI pptx
VARIABILITAS MUSIMAN KOEFISIEN ABSORPSI
CAHAYA DI PERMUKAAN AIR LAUT
Bisman Nababan, Denny A. Wiguna, dan Risti E. Arhatin
PIT ISOI XII, BANDA ACEH
10-12 Desember 2015
Ocean-Atmospheric Radiative Transfer
Faktor utama yang mempengaruhi variabilitas optik perairan (IOCCG, 2000)
Absorption Coefficient
Why care absorption
coefficient?
Atenuasi
cahaya: (1)
absorption + (2)
scattering)
Kualitas
perairan
Pemodelan
bio-optik
Kalibrasi
citra ocean
color
Rrs=Lw/Ed ~) bb /(a+bf )~ bb /a
Lw = Lu – 0.02 Ls
Gulf of Mexico: a very dynamic and unique in
ocean circulation and optical properties
cyclone
Eddy Zorro
cyclone
Yankee Eddy
Loop Current
Tujuan
Nilai & Variabilitas:
Asorption Coefficient (a)
Spatial and temporal
distribution of Absorption
Coefficient (a)
Factors affecting
the variability
Metode Penelitian
Waktu dan Lokasi Penelitian
Data: hasil survei oleh Institute of Marine Remote Sensing, College of Marine
Science, University of South Florida tahun 1999 (Tabel 1)
Peta lokasi penelitian
Alat dan Bahan
Debubbler
GPS
Instrumen AC-9
Seperangkat komputer/laptop
Perangkat lunak WETview
Microsoft. Excel 2007
Matlab R2010a
Surfer 9
Statistica 6.0
Minitab 14
Data AC-9
Sumber : http://argon.coas.oregonstate.edu
AC-9 Calibration
Data Analyses
Diagram alir perolehan data (kiri) dan pengolahan data (kanan)
Filter data air murni (millique) :
dimana :
BA = rata-rata + standar deviasi
BB = rata-rata - standar deviasi
Perhitungan filter moving average :
Keterangan :
Ys (i)
= nilai data ke-i
2N+1 = span
N = jumlah data tetangga yang berdekatan dengan Y s(i)
Koreksi nilai air murni (millique) (Barnard, 2011) :
Keterangan :
am= absorpsi hasil pengukuran cm = atenuasi hasil pengukuran
at = absorpsi total pada sampel
ct = atenuasi total pada sampel
aw = absorpsi pada air murni cw = atenuasi pada air murni
Koreksi hamburan (scattering correction) (Barnard, 2003; Bell,
2010) :
Keterangan :
a(λ) = absorpsi hasil koreksi (scattering correction)
am(λ)
= absorpsi hasil koreksinilai air murni
am(λref) = absorpsi hasil koreksi nilai air murni pada panjang
gelombang near infrared (715 nm)
Uji Kruskal Wallis (Walpole, 1993) :
Keterangan :
h = nilai uji Kruskal Wallis
n = jumlah contoh (n1 + n2 +…+ nk)
ri = jumlah ranking pada kelompok sampel ke-i
ni = jumlah data dalam sampel ke-i
k = jumlah kelas
Spatial Distribution of 9 λ: Spring 1999
Koefisien Absorpsi (m -1)
Spatial Distribution of 9 λ: Summer 1999
Koefisien Absorpsi (m -1)
Spatial Distribution of 9 λ: Fall 1999
Koefisien Absorpsi (m -1)
Rata-rata koefisien absorpsi antar musim
Rata-rata
koefisien
absorpsi per
wilayah in
Spring, Summer,
Fall 1999
Koefisien absorpsi (a) pada Gelombang Biru (440 nm) dan Hijau (510 nm)
Koefisien absorpsi (a) pada Gelombang Merah (676 nm)
Kesimpulan
Pola sebaran koefisien absorpsi (a) relatif lebih tinggi di sekitar nearshore
(terutama sekitar Mississippi dan Mobile) dan relatif rendah di laut lepas.
Nilai sebaran koefisien absorpsi di wilayah laut lepas pada musim panas
(Su-99) relatif tinggi dibandingkan musim lainnya.
Nilai rata-rata koefisien absorpsi antar musim paling tinggi terjadi pada
musim panas 1999 (Su-99).
Pada panjang gelombang 676 nm (gelombang merah), nilai koefisien
absorpsi mencapai rata-rata paling tinggi pada musim semi tahun 1999
(Sp-99) dan paling rendah pada musim Falltahun 1999 (Fa-99).
TERIMA KASIH!!!
TERIMA KASIH
CAHAYA DI PERMUKAAN AIR LAUT
Bisman Nababan, Denny A. Wiguna, dan Risti E. Arhatin
PIT ISOI XII, BANDA ACEH
10-12 Desember 2015
Ocean-Atmospheric Radiative Transfer
Faktor utama yang mempengaruhi variabilitas optik perairan (IOCCG, 2000)
Absorption Coefficient
Why care absorption
coefficient?
Atenuasi
cahaya: (1)
absorption + (2)
scattering)
Kualitas
perairan
Pemodelan
bio-optik
Kalibrasi
citra ocean
color
Rrs=Lw/Ed ~) bb /(a+bf )~ bb /a
Lw = Lu – 0.02 Ls
Gulf of Mexico: a very dynamic and unique in
ocean circulation and optical properties
cyclone
Eddy Zorro
cyclone
Yankee Eddy
Loop Current
Tujuan
Nilai & Variabilitas:
Asorption Coefficient (a)
Spatial and temporal
distribution of Absorption
Coefficient (a)
Factors affecting
the variability
Metode Penelitian
Waktu dan Lokasi Penelitian
Data: hasil survei oleh Institute of Marine Remote Sensing, College of Marine
Science, University of South Florida tahun 1999 (Tabel 1)
Peta lokasi penelitian
Alat dan Bahan
Debubbler
GPS
Instrumen AC-9
Seperangkat komputer/laptop
Perangkat lunak WETview
Microsoft. Excel 2007
Matlab R2010a
Surfer 9
Statistica 6.0
Minitab 14
Data AC-9
Sumber : http://argon.coas.oregonstate.edu
AC-9 Calibration
Data Analyses
Diagram alir perolehan data (kiri) dan pengolahan data (kanan)
Filter data air murni (millique) :
dimana :
BA = rata-rata + standar deviasi
BB = rata-rata - standar deviasi
Perhitungan filter moving average :
Keterangan :
Ys (i)
= nilai data ke-i
2N+1 = span
N = jumlah data tetangga yang berdekatan dengan Y s(i)
Koreksi nilai air murni (millique) (Barnard, 2011) :
Keterangan :
am= absorpsi hasil pengukuran cm = atenuasi hasil pengukuran
at = absorpsi total pada sampel
ct = atenuasi total pada sampel
aw = absorpsi pada air murni cw = atenuasi pada air murni
Koreksi hamburan (scattering correction) (Barnard, 2003; Bell,
2010) :
Keterangan :
a(λ) = absorpsi hasil koreksi (scattering correction)
am(λ)
= absorpsi hasil koreksinilai air murni
am(λref) = absorpsi hasil koreksi nilai air murni pada panjang
gelombang near infrared (715 nm)
Uji Kruskal Wallis (Walpole, 1993) :
Keterangan :
h = nilai uji Kruskal Wallis
n = jumlah contoh (n1 + n2 +…+ nk)
ri = jumlah ranking pada kelompok sampel ke-i
ni = jumlah data dalam sampel ke-i
k = jumlah kelas
Spatial Distribution of 9 λ: Spring 1999
Koefisien Absorpsi (m -1)
Spatial Distribution of 9 λ: Summer 1999
Koefisien Absorpsi (m -1)
Spatial Distribution of 9 λ: Fall 1999
Koefisien Absorpsi (m -1)
Rata-rata koefisien absorpsi antar musim
Rata-rata
koefisien
absorpsi per
wilayah in
Spring, Summer,
Fall 1999
Koefisien absorpsi (a) pada Gelombang Biru (440 nm) dan Hijau (510 nm)
Koefisien absorpsi (a) pada Gelombang Merah (676 nm)
Kesimpulan
Pola sebaran koefisien absorpsi (a) relatif lebih tinggi di sekitar nearshore
(terutama sekitar Mississippi dan Mobile) dan relatif rendah di laut lepas.
Nilai sebaran koefisien absorpsi di wilayah laut lepas pada musim panas
(Su-99) relatif tinggi dibandingkan musim lainnya.
Nilai rata-rata koefisien absorpsi antar musim paling tinggi terjadi pada
musim panas 1999 (Su-99).
Pada panjang gelombang 676 nm (gelombang merah), nilai koefisien
absorpsi mencapai rata-rata paling tinggi pada musim semi tahun 1999
(Sp-99) dan paling rendah pada musim Falltahun 1999 (Fa-99).
TERIMA KASIH!!!
TERIMA KASIH