242932217 Makalah 1122002008 Abdul Rahman Implementasi Knowledge Management Terhadap Perusahaan Indonesia Untuk Meningkatkan Keunggulan Kompetitif Perusahaa

IMPLEMENTASI KNOWLEDGE MANAGEMENT TERHADAP
PERUSAHAAN INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN
KEUNGGULAN KOMPETITIF PERUSAHAAN
Abdul Rahman1), Riswan Effendi Tarigan2)
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Program Studi Sistem Informasi Universitas Bakrie
Kampus Kuningan Kawasan Epicentrum, Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-22 Jakarta
HP +62 85398 2321 49
Email : amman.bille@gmail.com1), re.tarigan@gmail.com2)

Abstrak
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang review jurnal untuk
menganalisis penerapan manajemen pengetahuan terhadap perusahaan
Indonesia. Dalam penyusunan makalah ini terdiri dari dua jurnal, yaitu jurnal
pertama ditulis oleh Dr. Ningky Sasanti Munir, MBA, dan jurnal kedua ditulis oleh
Meva Tri Kumala Dewi. Jurnal pertama membahas memahami manajemen
pengetahuan, alasan penerapan manajemen pengetahuan, dan pendekatan
penerapan manajemen pengetahuan dan faktor kunci sukses. Adapun jurnal
kedua membahas manfaat manajemen pengetahuan, cara menentukan strategi
manajemen pengetahuan, pihak pengguna manajemen pengetahuan, model
manajemen pengetahuan,dan beberapa contoh penerapan manajemen
pengetahuan terhadap perusahaan.

Keywords : pengetahuan, manajemen pengetahuan, perusahaan
1. PENDAHULUAN
Lingkungan eksternal yang semakin turbulen membuat perusahaan-perusahaan
di Indonesia berlomba mencari sumber-sumber keunggulan bersaing yang baru,
sulit ditiru, langka dan berharga. Pengetahuan, merupakan sumber daya yang
memenuhi kriteria sebagai sumber daya yang paling strategis. Dengan
manajemen pengetahuan, perusahaan berusaha mengelola pengetahuan
internal
dan
mengakuisisi
pengetahuan-pengetahuan
eksternal
yang
dibutuhkannya
untuk
menciptakan
terobosan-terobosan.
Makalah
ini
memaparkan hasil survey yang dilakukan pada perusahaan-perusahaan skala

besar di Indonesia pada tahun 2001, 2005, dan 2010. Survey ditujukan untuk
mengetahui sejauh mana penetrasi manajemen pengetahuan di perusahaan,
alasan perusahaan menerapkan manajemen pengetahuan dan pendekatanpendekatan yang digunakan. Survey terakhir juga menangkap faktor-faktor yang
diapndang menentukan keberhasilan penerapan manajemen pengetahuan.
Terakhir, didiskusikan pula arah perkembangan penerapan manajemen
pengetahuan di perusahaan-perusahaan di Indonesia dengan berkembangnya
generasi yang lahir bersama media sosial.
Di dalam pesaingan yang semakin ketat, perusahaan perlu tahu bagaimana
untuk memanfaatkan pengetahuan yang ada di dalam organisasi perusahaan
mereka seperti yang terdapat di seluruh jajaran manajemen untuk dapat
meningkatkan keuntungan kompetitifnya di pasar. Manajemen pengetahuan

adalah sebuah cabang ilmu yang menyajikan pendekatan terintegrasi dalam
mengidentifikasi, menangkap, mengevaluasi, mengambil dan membagikan
semua hal dari aset informasi sebuah perusahaan.Aset ini meliputi database,
dokumen, kebijakan, prosedur dan keahlian yang belum sempat ditangkap juga
pengalaman di masing-masing pekerja sebagai individu.Ada dua jenis
pengetahuan yaitu pengetahun tacit dan eksplisit. Manajemen pengetahuan
memiliki banyak manfaat buat perusahaan sehingga sudah ada banyak studi
mengenai sumber pengetahuan, bagaimana model manajemen pengetahuan

dibentuk
dan
beberapa
pendekatan
yang
dipakai
ketika
mengimplementasikannya: yaitu pendekatan teknologi, manusia dan media
massa.
2. ULASAN
Bagian ini menguraikan ulasan untuk masing-masing jurnal
2.1

ULASAN JURNAL PERTAMA

Pada jurnal pertama ini membahas untuk memahami pengetahuan dan
manajemen pengetahuan, juga alasan penerapan manajemen pengetahuan
terutama terhadap perusahaan khususnya di Indonesia, pembahasan terakhir
yaitu pendekatan penerapan manajemen pengetahuan dan faktor kunci sukses.
a. Memahami Pengetahuan

Pengetahuan = Pengetahuan eksplisit + pengetahuan terbatinkan ,
Pengetahuan eksplisit, dapat diekspresikan dalam kata-kata dan angka,
serta dapat disampaikan dalam bentuk formula ilmiah, spesifikasi,
prosedur operasi standar, bagan, manual-manual, dan sebagainya.
Pengetahuan jenis ini dapat segera diteruskan dari satu individu ke
individu lain secara formal dan sistematis. Di lain pihak, pengetahuan
terbatinkan, terletak dalam benak manusia, bersifat sangat personal dan
sulit dirumuskan, sehingga membuatnya sulit untuk dikomunikasikan atau
disampaikan pada orang lain. Perasaan pribadi, intuisi, bahasa tubuh,
pengalaman fisik, petunjuk praktis (rule-of-thumb) termasuk dalam jenis
pengetahuan terbatinkan. Seperti dinyatakan oleh Zack (1995) dan
kemudian oleh Johannessen et al. (2001) pengetahuan terbatinkan adalah
pengetahuan paling strategis karena belum atau sulit dieksplisitkan,
sehingga sulit pula untuk ditiru.
b. Memahami Manajemen Pengetahuan
Untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari pengetahuan yang
dimiliki dan untuk mengetahui pengetahuan-pengetahuan yang harus
dimiliki,
perusahaan
harus

mengelola
pengetahuannya
melalui
manajemen pengetahuan. Swann et al. (1999) mendefinisikan manajemen
pengetahuan sebagai, “... any process or practice of creating, acquiring,
capturing, sharing and using knowledge, wherever it resides, to enhance
learning and performance in organizations.” Sementara Tiwana (2000)
menyampaikan bahwa manajemen pengetahuan adalah pengelolaan
pengetahuan organisasi untuk menciptakan nilai dan menghasilkan
keunggulan
bersaing
atau
kinerja
prima.
Melalui
manajemen
pengetahuan, secara sadar organisasi mengidentifikasikan pengetahuanpengetahuan yang dimiliki dan memanfaatkannya untuk meningkatkan
kinerja dan menghasilkan berbagai inovasi. Dengan dukungan manajemen

pengetahuan organisasi juga aktif mengidentifikasikan dan mengakuisisi

pengetahuan-pengetahuan berkualitas yang ada di lingkungan eksternal
organisasi.
c. Alasan Penerapan Manajemen Pengetahuan
Pada saat ini alasan utama penerapan manajemen pengetahuan adalah –
tidak menurut peringkat - untuk (1) Memudahkan penyusunan strategi
akuisisi pengetahuan sebagai upaya menutup kesenjangan pengetahuan
yang dibutuhkan dan dimiliki, serta meningkatkan kualitas pengetahuan
yang sudah ada; (2) Meningkatkan kualitas pengetahuan yang dimiliki; (3)
Mempertahankan pengetahuan yang sudah dimiliki yang terancam karena
meningkatnya
tingkat
keluar-masuk
karyawan
kunci;
dan
(4)
Meningkatkan efektivitas kegiatan berbagi pengetahuan, terutama pada
perusahaan yang beroperasi di banyak lokasi. Perlu diperhatikan bahwa
pada saat survey kedua ini dilakukan, para eksekutif menggunakan istilah
pengetahuan secara berbeda dibandingkan istilah pengetahuan dalam

KSA (knowledge, skill, dan ability) dalam taksonomi Bloom yang
sebelumnya selalu digunakan oleh para praktisi SDM (mengenai
taksonomi Bloom pada Anderson dan Krathwohl, 2001).
Pada tahun 2010 survey kembali dilakukan pada 81 perusahaan dimana
39 di antaranya merupakan perusahaan yang pernah dinominasikan
dalam kegiatan MAKE Award. Alasan utama penerapan manajemen
pengetahuan adalah untuk (1) Memastikan ketersediaan pengetahuan
yang
dibutuhkan
perusahaan,
(2)
Meningkatkan
kemampuan
menghasilkan solusi, (3) Menghasilkan inovasi, (4) Meningkatkan
kemampuan untuk mengikuti trend (adaptif). Yang menarik disini, banyak
eksekutif perusahaan menyampaikan bahwa penerapan manajemen
pengetahuan merupakan bagian dari upaya melakukan perubahan
transformasional.
d. Pendekatan Penerapan Manajemen Pengetahuan dan Faktor Kunci
Sukses

Dari survey yang dilakukan pada tahun 2005 dan 2010 dapat dipetakan
adanya tiga pola penerapan manajemen pengetahuan.
Pertama adalah dengan mengikuti kriteria MAKE Award. MAKE Award
merupakan ajang ‘kompetisi’ organisasi yang digagas oleh Teleos, sebuah
organisasi nirlaba di Inggris. Anugrah atau award diberikan melalui
‘kompetisi’ tingkat nasional, Asia, dan global. Toyota Astra Motor, United
Tractors Indonesia, serta Unilever Indonesia adalah tiga perusahaan yang
memenangi MAKE Award tingkat Asia tahun 2010 dan 2011. Singapore
Armed Forces merupakan overall Winner of Asian Make Study 2010,
sementara POSCO sebuah perusahaan manufaktur dari Korea Selatan
adalah overall Winner of Asian Make Study 2011. Organisasi yang pernah
memenangi MAKE award tingkat dunia misalnya adalah Google (2010),
Apple, GE, McKinsey & Company, Toyota dan Microsoft.
Dalam ‘kompetisi’ MAKE Award tersebut organisasi melakukan evaluasi
atas delapan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria yang berlaku untuk
organisasi apapun di seluruh dunia itu adalah (1) Pembentukan budaya

pengetahuan organisasi, (2) Pengembangan knowledge worker melalui
kepemimpinan manajemen senior, (3) Pengembangan produk/solusi
berbasis pengetahuan (innovation capabilities), (4) Memaksimalkan nilai

dari modal manusia, (5) Penciptaan dan pemeliharaan lingkungan yang
kondusif untuk berbagi pengetahuan, (6) Penciptaan dan pemeliharaan
budaya organisasi pembelajar, (7) Pengelolaan pengetahuan pelanggan
untuk menciptakan nilai dan modal manusia organisasi, dan (8)
Pengelolaan pengetahuan organisasi untuk menciptakan nilai bagi para
pemangku kepentingan.
Pendekatan kedua untuk menerapkan manajemen pengetahuan adalah
melalui audit manajemen pengetahuan. Seperti disampaikan dalam studi
yang dilakukan oleh Chong (2005) dan Wong (2005) pendekatan yang
terstruktur merupakan salah satu faktor kunci sukses penerapan
manajemen pengetahuan. Melalui pendekatan ini, perusahaan melakukan
asesmen atau audit terhadap kualitas proses-proses manajemen
pengetahuan di internal perusahaannya. Upaya selanjutnya adalah
mengaitkan antara kualitas proses, orang dan teknologi dengan tuntutan
bisnisnya. Pada pendekatan yang kedua ini ada kecenderungan
perusahaan berusaha mengukur tingkat pengembalian ‘investasinya’,
yaitu dengan membandingkan investasi yang dikeluarkan untuk
meningkatkan kualitas proses, orang dan teknologi, dengan kinerja
perusahaan.
Pendekatan ketiga merujuk pada kelengkapan modal intelektual

perusahaan. Sullivan (2000), Stewart (1997) dan Sveiby (1997) seluruhnya
dalam Dalkir (2005) menegaskan bahwa modal intelektual atau
intellectual capital atau knowledge assets terdiri dari ramuan modal
manusia (human capital), modal struktural (structural capital atau process
capital atau internal capital) dan modal pemangku kepentingan
(stakeholders capital atau customer capital atau external capital).
Perusahaan merunut kualitas modal intelektualnya melalui, misalnya,
Balanced Scorecard dimana perspektif pelanggan dipakai untuk merunut
modal pemangku kepentingan, perspektif proses internal dipakai untuk
merunut modal structural, dan perspektif pembelajaran dan bertumbuh
dipakai untuk merunut modal manusia.
e. Faktor Kunci Sukses Penerapan Manajemen Pengetahuan
Pendekatan yang terstruktur memberikan kejelasan bagi anggota
perusahaan mengenai apa yang akan dicapai, bagaimana cara
mencapainya dan – terutama - kejelasan peran masing-masing pada
upaya penerapan manajemen pengetahuan. Jadi dalam pendekatan yang
terstruktur terkandung aspek keterlibatan (employee involvement) dan
pemberdayaan (employee empowerment) karyawan. Selanjutnya, terkait
dengan faktor pertama, faktor yang dipandang menentukan keberhasilan
adalah adanya orang-orang yang ahli yang memberikan kejelasan (dan

ketenangan) dalam melalui proses penerapan manajemen pengetahuan
serta adanya “champion” yang terus memotivasi para anggota organisasi
untuk semangat. Seorang anggota Dewan Direksi perusahaan finalis MAKE
2011 pernah berkata bahwa para champion adalah orang-orang yang
berpikir positif, berenergi tinggi dan umumnya mempunyai kinerja di atas

rata-rata. Orang-orang tersebut tidak harus memegang posisi manajerial
di level atas, namun bergairah dengan tantangan yang diberikan dan
biasanya mereka juga adalah rising star
Yang menarik teknologi informasi tidak menjadi faktor yang paling banyak
dipilih sebagai faktor kunci keberhasilan penerapan manajemen
pengetahuan. Di awal perkembangannya, banyak dipersepsikan bahwa
manajemen pengetahuan dapat digantikan oleh keberadaan teknologi
informasi, atau bahkan teknologi informasi itu adalah manajemen
pengetahuan Dalkir (2005). Seperti disampaikan oleh McDermott (1999),
“knowledge involves thinking with information.” Jadi dengan teknologi
informasi saja – atau sistem informasi – tidak serta merta pengetahuan
dapat dikelola dengan baik. Seperti studi terkini dari Gholipour et al.
(2010) dan Revilla et al. (2010) teknologi informasi adalah pemungkin
(enabler) dalam manajemen pengetahuan. Yaitu yang membuat prosesproses dalam manajemen pengetahuan dapat berjalan lebih efisien dan
efektif
2.2

ULASAN JURNAL KEDUA

Pada jurnal kedua ini membahas manfaat manajemen pengetahuan, cara
menentukan strategi manajemen pengetahuan, pihak pengguna manajemen
pengetahuan, model manajemen pengetahuan, dan contoh penerapan
manajemen pengetahuan.
a. Manfaat Manajemen Pengetahuan
Ada beberapa alasan kuat mengapa manajemen pengetahuan menjadi
penting untuk diterapkan, khususnya di perusahaan.Manajemen
pengetahuan dapat meningkatkan daya saing perusahaan. Alasan
pertama, kegiatan penting perusahaan berhubungan dekat dengan
manajemen pengetahuan. Perusahaan harus membuat keputusan,
menghasilkan produk baru yang sesuai dengan kebutuhan konsumen dan
memberikan layanan pada pelanggan, semuanya membutuhkan
pengetahuan
Menurut Davidson dan Philip (2003), manajemen pengetahuan memiliki 4
fungsi pokok di dalam perusahaan:
1. Identifikasi aset yang kunci dari pengetahuan yang ada di dalam
perusahaan
2. Merefleksikan apa yang organisasi ketahui.
3. Saling berbagi pengetahuan kepada siapapun yang membutuhkannya
4. Menerapkan penggunaan pengetahuan untuk meningkatkan kinerja
perusahaan
b. Cara Menentukan Strategi Manajemen Pengetahuan
Pendekatan yang bagus untuk mengidentifikasi apa strategi knowledge
management yang cocok untuk suatu perusahaan diusulkan oleh Michael
Zack (Zack, 1999). Dia mengusulkan kerangka kerja yang membantu
organisasi membentuk hubungan eksplisit antara situasi kompetitif dan
strategi
manajemen
pengetahuan
untuk
membantu
organisasi
mempertahankan
dan
membangun
keunggulan
kompetitif.
Dia
menjelaskan bahwa setiap organisasi akan menemukan link yang unik

antara pengetahuan dan strategi, pengetahuan kompetitif tersebut dapat
diklasifikasikan pada skala inovasi yang relatif terhadap seluruh industri
sebagai: core, advanced or innovative
1. Core knowledge adalah pengetahuan tingkat dasar yang dibutuhkan
oleh semua anggota industri tertentu. Ini tidak mewakili keunggulan
kompetitif, tetapi hanya pengetahuan yang dibutuhkan untuk dapat
berfungsi di sektor atau industri tertentu.
2. Advanced knowledge memberikan organisasi keunggulan kompetitif. Ini
adalah pengetahuan khusus yang membedakan suatu perusahaan dari
para pesaingnya, baik dengan mengetahui lebih dari pesaing atau dengan
menerapkan pengetahuan dengan cara yang berbeda.
3.
Innovative knowledge adalah pengetahuan yang memungkinkan
perusahaan untuk menjadi pemimpin pasar. Hal ini memungkinkan
organisasi untuk mengubah cara bekerja dan merupakan faktor pembeda
yang signifikan dari organisasi lain.
c. Pihak Pengguna Manajemen Pengetahuan
1. Database User
Dari pengguna kelas bisnis hingga masyarakat umum, pengguna
database akan menikmati interaksi tingkat baru dengan sistem
manajemen pengetahuan, termasuk pengetahuan just-in-time yang
memberikan informasi relevan yang tepat terhadap permintaan dan
sesuai dengan konteks.
2. Database Developer
Desain dan pengembangan sistem berbasis pengetahuan akan jauh
lebih kompleks daripada metode pengembangan database saat ini.
Pengembang harus mempertimbangkan arsitektur teknis keseluruhan
dari korporasi untuk memastikan interoperabilitas mulus. Penggunaan
metadata dan metode standar juga akan memfasilitasi interoperabilitas
baik intra-perusahaan dan antar-perusahaan.
3. Database Administrator
Database
Administrator
akan
berkembang
menjadi
Manajer
Pengetahuan. Basis pengetahuan akan menyimpan dan dipelihara oleh
memori perusahaan dan Manajer Pengetahuan akan menjadi penjaga
gerbang pengetahuan perusahaan
4. General Public
Bahkan jika mereka tidak berinteraksi secara langsung dengan basis
pengetahuan, masyarakat umum akan mendapatkan keuntungan efek
sekunder dari layanan pelanggan yang meningkat karena akses cepat
ke informasi yang lebih akurat dari penyedia layanan
d. Model Manajemen Pengetahan
Untuk membangun dasar yang kuat dalam pengembangan model
manajemen pengetahuan praktis, pada bulan Gilbert J. B. Probst di tahun
1995 mendirikan forum Swiss untuk mempelajari organisasi dan
manajemen pengetahuan di University of Jenewa. Forum ini adalah sebuah
wadah bagi para praktisi yang menganggap pengetahuan sebagai sumber
daya strategis dan alat untuk melindungi daya saing mereka.Salah satu
kegiatan forum ini adalah membahas masalah yang berhubungan dengan

pengetahuan seperti topik-topik
jaringan pengetahuan global.

mengenai

strategi,

pelatihan,

dan

Pada saat yang sama, mereka juga telah mendefinisikan standar untuk
sebuah konsep manajemen pengetahuan atau model yang akan bekerja
dengan baik dalam prakteknya. Berikut ini adalah dasar aspek model
tersebut:
1. Compatibility : Manajemen pengetahuan membutuhkan bahasa
kesepakatan bersama yangcocok dengan konsep-konsep yang sudah
ada dalam organisasi, seperti Total Quality Management atau Business
Process Reengineering.
2. Problem Orientation : Manajemen pengetahuan harus memberikan
kontribusi solusi untuk masalah yang paling inti dalam suatu
organisasi, tidak boleh dibiarkan tetap bersifat teoritis. Keberhasilan
manajemen pengetahuan ditentukan oleh bergunanya pengetahuan
yang ada terhadap praktek-praktek sebenarnya di lapangan.
3. Comprehensibility : Perusahaan harus memilih istilah dan ide-ide dari
manajemen pengetahuan yang relevan dengan keberhasilan dan
mudah dipahami oleh seluruh jajaran di perusahaan.
4. Action Orientation : Analisis di bidang manajemen pengetahuan
harus memungkinkan manajer untuk mengevaluasi dampak instrumen
mereka pada dasar pengetahuan organisasi dan harus mengarah pada
tindakan yang tepat.
5. Appropriate Instruments : Tujuan akhir dari pengetahuan Konsep
manajemen adalah untuk menyediakan berbagai instrumen. Namun
keterampilan dalam menggunakan alat tersebut lebih penting daripada
jenis alat yang digunakan
Sejumlah model manajemen pengetahuan dapat memenuhi standar di
atas namun tidak ada satupun model manajemen pengetahuan yang
paling benar, semuanya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
perusahaan.(Probst, 1998).
e. Contoh Penerapan Manajemen Pengetahuan
Penerapan manajemen pengetahuan di PT ASTRA GRAPHIA TBK (Yudhianto
dan Kartawijaya, 2008) bisa menjadi contoh yang bagus, secara umum
penerapan knowledge management di Astragraphia dilakukan dengan tiga
pendekatan, yang pertama adalah pendekatan teknologi yaitu dengan
menyediakan Network PC untuk semua. SAP (System, Application and
Product in data processing) sebagai core business process dan eDocument Initiative. Kedua untuk pendekatan orang, setiap jumat pagi di
perusahaan ituakan diadakan knowledge sharing forum yang dihadiri oleh
semua jajaran, itu adalah kegiatan penyebaran dan pengembangan diri
dari, oleh dan untuk karyawan. Uniknya, di dalam pertemuan itu tidak
hanya pengetahuan yang dibagikan, melainkan juga pengalaman dan
bahkan resensi dari suatu buku yang relevan untuk peningkatan kualitas di
perusahaan itu.Dalam pendekatan orang ini, perusahaan juga
menyediakan pelatihan.Ketiga, yaitu pendekatan media. Perusahaan
menyediakan majalah, toner dan majalah yang terdapat di setiap lantai
dan menampilkan kliping, koran, berita duka dan event khusus juga
informasi keamanan.

Penerapan manajemen pengetahuan di Astragraphia sebagian besar
menerapkan software Xerox Docu Share yang merupakan software untuk
manajemen dokumen.Selain itu perusahaan ini juga membangun aplikasi
lain seperti Solution Online yang terkait dengan manajemen pengetahuan.
Solution Online menyimpan data tentang suatu masalah dan solusi yang
terkait dengan proses bisnis dan pemanfaatan fasilitas informasi teknologi
di perusahaan. Ketika perusahaan menghadapi masalah, software itu
dapat membantu perusahaan untuk menemukan solusi yang lebih cepat
secara mandiri.Kemudian pegawai dapat menambahkan masalah baru jika
masalah yang dihadapi belum ada di database. Proses penyimpanan,
pencarian dan perolehan kembali informasi dengan mudah merupakan
ukuran
kesuksesan
implementasi
knowledge
management
di
Astragraphia.
3. Pembahasan
Orang-orang selalu berusaha meningkatkan pengetahuan dari generasi
mendatangnya dengan menceritakan pemikiran, penemuan dan pengalaman
mereka ditambah dengan riset-riset terbaru sehingga menciptakan generasi
baru yang semakin berkemampuan dan berpengtahuan. Didalam pesaingan
yang semakin ketat, perusahaan perlu tahu bagaimana untuk memanfaatkan
pengetahuan yang ada di dalam organisasi perusahaan mereka seperti yang
terdapat di seluruh jajaran manajemen untuk dapat meningkatkan keuntungan
kompetitifnya di pasar. Di dalam era pengetahuan seperti sekarang ini,
diperlukan ilmu untuk meningkatkan dan mengelola informasi dengan baik dan
tepat. Organisasi perusahaan dapat memanfaatkan teknologi untuk merubah
data guna meningkatkan daya saing perusahaan. Kebutuhan perusahaan
terhadap knowledge management (manajemen pengetahuan) telah ditekankan
oleh Nonaka dan Takeuchi (1995) yang mengatakan bahwa “Di dalam ekonomi
ketika satu-satunya hal yang pasti adalah ketidakpastian, satu sumber yang
pasti untuk membuat keuntungankompetitif yang bertahan lama adalah
pengetahuan. Perusahaan yang sukses adalah mereka yang mampu untuk
menciptakan pengetahuan baru, menyalurkannya kepada semua individu di
organisasi dan secara cepat menfaatkannya untuk menciptakan produk dan
teknologi baru.
Manajemen pengetahuan adalah sebuah cabang ilmu yang menyajikan
pendekatan terintegrasi dalam mengidentifikasi, menangkap, mengevaluasi,
mengambil dan membagikan semua hal dari aset informasi sebuah perusahaan.
Aset ini meliputi database, dokumen, kebijakan, prosedur dan keahlian yang
belum sempat ditangkap juga pengalaman di masing-masing pekerja sebagai
individu. (Duhon, 1998) di dalam suatu organisasi, diperlukan adanya suatu
teknik, mekanisme atau bahkan software yang dapat digunakan untuk mengolah
informasi menjadi pengetahuan individu dan kemudian dapat diorganisir menjadi
pengetahuan perusahaan, inti dari manajemen pengetahuan adalah untuk
menjamin bahwa semua informasi dapat semaksimal mungkin menghasilkan
manfaat bagi perusahaan
penerapan manajemen pengetahuan di perusahaan terutama dipicu oleh
dinamika lingkungan bisnis yang meningkat turbulensinya. Oleh sebab itu studi
selanjutnya dapat dilakukan untuk mengekplorasi faktor pemicu yang menjadi

alasan utama organisasi skala menengah kecil, organisasi nir laba dan organisasi
pemerintah menerapkan manajemen pengetahuan.
Selanjutnya, kemana arah perkembangan manajemen pengetahuan ke depan?
Manajemen pengetahuan seperti disampaikan di awal tulisan, terkait erat
dengan pembelajaran organisasi (organisasi yang belajar, organisasi yang
mendukung pembelajaran anggotanya/individu) dan pembelajaran individu.
Dengan berkembangnya media sosial (social media) maka muncul pula generasi
baru yaitu Generation C (connected, communicating, content-centric,
computerized, community-oriented, always clicking generation) atau sering
disebut pula sebagai the collective connected generation (Beck dan Wade,
2004). Generasi yang lahir awal tahun 2000 ini diduga mempunyai pola belajar
(akuisisi dan kreasi pengetahuan) yang berbeda dengan generasi-generasi
sebelumnya, misalnya generasi baby boomers (Boomers I lahir 1946-1954,
Boomers II lahir 1955-1965) , generasi X (lahir 1966-1976), dan generasi Y
(1977-1994)(McIntosh-Elkins, et al. 2007). Generasi C juga merupakan bagian
dari generasi Z (lahir 1995-2012). Satu dekade yang akan datang, angkatan
kerja yang berasal dari generasi C ini akan masuk dalam organisasi. Seperti
disampaikan oleh Beck dan Wade (2004) generasi yang lahir dan tumbuh
bersama aneka gadget dan game tersebut kemungkinan akan mengubah bisnis
selamanya. Dan mungkin juga mengubah pola pengelolaan pengetahuan.
4. Kesimpulan
Penerapan manajemen pengetahuan sangat penting untuk diterapkan di
perusahaan untuk membantu mengolah segala sumber daya informasi yang ada
menjadi pengetahuan yang bermanfaat guna meningkatkan keunggulan
kompetitif perusahaan. Hingga sekarang, masih banyak perusahaan yang belum
sadar akan pentingnya pengelolaan informasi ini, mereka yang gagal memahami
pentingnya manajemen pengetahuan akan menyadari itu sebagai tambahan
beban bagi perusahaan, padahal itu akan sangat membantu perusahaan untuk
menghemat waktu, dana dan tenaga untuk mencari solusi akan permasalahan
dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Penerapan managemen
pengetahuan dapat memanfaatkan teknologi sistem informasi, media massa dan
juga bisa dengan sosialiasi dan interaksi antar seluruh jajaran perusahaan.
Beberapa hasil penelitian sudah menghasilkan fakta bahwa perusahaan bisa
bertahan lama bukan karena ukuran perusahaan dan keberuntungan, namun
karena kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan di
lingkungannnya, kemampuan untuk melakukan inovasi dan mengambil tindakan
yang tepat untuk mencapai tujuan perusahaan, semua itu tergantung pada
manajemen pengetahuan yang dimiliki perusahaan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Albers, James A. (March 2009). “A Practical Approach To Implementing Knowledge
Management.” Journal of Knowledge Management Practice dapat diunduh
dari www.tlainc.com
Anderson, L.W. (Ed.), Krathwohl, D.R. (Ed.), Airasian, P.W., Cruikshank, K.A.,
Mayer, R.E., Pintrich, P.R., Raths, J., & Wittrock, M.C. 2001. A Taxonomy for
Learning, Teaching, And Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of
Educational Objectives (Complete edition). New York: Longman
Davenport, T. H. and Lawrence Prusak. 1998. Working knowledge: How
organizations manage what they know. Boston: Harvard Business School
Press.
English, Michael J. and William H. Baker. 2006. Winning the Knowledge Transfer
Race. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
McElroy, Mark W. 2002. The New Knowledge Management: Complexity, Learning,
and Sustainable Innovation. Burlington: Butterworth-Heinemann.
McIntosh-Elkins, J. K. McRitchie, Maureen Scoones, 2007. “From the silent
generation to generation x, y and z: strategies for managing the generation
mix.” Proceedings of the 35th annual ACM SIGUCCS fall conference,
Orlando.
Munir, Ningky Sasanti T.S. 2004. “Model Kreasi Pengetahuan: Kajian pada
perusahaan-perusahaan kosmetika modern skala besar di Indonesia.”
Disertasi Doktor. Universitas Indonesia.
Wernerfelt, Birger. Mar.1995. “The resource-based view of the firm: ten years
after.” Strategic Management Journal, Vol. 16, No. 3: 171-174.
Walters, D, Halliday, M & Glaser, S 2002, 'Creating value in the "new
economy".Management Decision, vol. 40, no. 7/8, p. 775-81.
Yudhianto, A.S,.& Kartawijaya, R. (2008). Penerapan Knowledge Management PT
ASTRA GRAPHIA TBK. Jurnal Piranti Warta, 11 (2) 218-231.
Blumentritt, R & Johnston, R 1999, 'Towards a strategy for knowledge
management', Technology Analysis & Strategic Management, vol. 11, no. 3,
p. 287-300.

Davenport, Thomas, H., and Laurence Prusak. 1998. Working Knowledge: How
Organizations Manage What They Know. Boston: Harvard Business School
Press.
Davidson, Carl and Philip Voss. 2003. Knowledge Management: An Introduction
to Creating Competitive Advantage from Intellectual Capital. New Delhi:
Vision Book.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121