pengukuran intensitas tanaman indonesia. doc
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kehidupan manusia sangat bergantung pada tumbuhan, begitu pula pada
makhluk lain yang tidak berhijau daun. Sedangkan tumbuhan dalam
kehidupannya sering dihadapkan pada berbagai gangguan salah-satunya
adalah serangan dari penyakit tumbuhan yang akan sangat berpengaruh
pada besarnya hasil produksi. Adanya penyakit tumbuhan sudah diketahui
lama sebelum masehi, bahkan dilaporkan bahwa penyakit telah ada
sebelum manusia membudidayakan tanaman.
Tanaman akan sakit manakala tanaman rentan diserang oleh patogen
virulen pada keadaan lingkungan yang mendukung perkembangan
penyakit. Tanaman sakit tampak dari gejala yang terjadi pada tanaman dan
tanda yang mungkin terdapat pada bagian tanaman bergejala. Bila dalam
pengamatan hanya dibedakan tanaman sakit dari tanaman sehat maka
diperoleh data kategori, yaitu kategori sehat dan kategori sakit.
Pengamatan data kategori seperti ini tentu saja cukup mudah, tetapi tidak
cukup memadai untuk mengukur seberapa berat penyakit yang diderita
oleh setiap individu tanaman sehingga dapat dihitung nilai rerata untuk
seluruh individu dalam populasi, maka dari itu cara yang semakin
berkembang yaitu pengukuran intensitas penyakit dengan
penghitungan score interval satu sampai 5 yang merupakan gambaran
masing-masing. Misalnya score satu penyakit 0-20% , dua 21-40%, tiga
41-60%, empat 61-80%, dan lima daun mati. Dalam skala interval,
pengukuran menghasilkan nilai intensitas dalam persen, bukan
menghasilkan skor. Hanya saja, nilai persen intensitas dalam hal ini
berskala interval, bukan rasio, karena setiap nilai disepakati dengan
menggunakan diagram area baku sebagai pembanding.Intensitas penyakit
suatu tanaman dihitung dengan rumus ini apabila penyakitnya besifat
sistemik atau dengan adanya serangan pathogen cepat atau lambat akan
menyebabkan tanaman tidak berproduksi bahkan mati. Pada penyakitpenyakit yang tidak demikian, artinya intensitas penyakit yang terjadi dan
akibatnya bervariasi dan tanaman tidak mengalami kematian, maka
intensitas penyakitnya dinyatakan dalam istilah Keparahan Penyakit (KeP)
yang didefinisikan sebagai persentase luasnya jaringan tanaman yang
terserang pathogen dari total las yang diamati, seerti dinyatakan dalam
rumus berikut:Dimana KeP adalah keparahan penyakit, n adalah jumlah
jaringan terserang pada setiap kategori (skor), v adalah kategori (skor)
serangan, Z adalah kategori serangan tertinggi dan N adalah total dari
jumlah jaringan yang diamati.
1.2
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dalam kegiatan praktikum ini adalah :
1. Memepelajari cara menghitung intensitas penyakit.
2. Mengetahui perbedaan antara keterjadian dan keparahan penyakit.
3. Menghitung besar keterjadian dan keparahan penyakit pada daun yg
di amati.
II.
2.1
METODELOGI PERCOBAAN
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain alat tulis,
dan alat hitung (kalkulator). Sedangkan bahan yang digunakan adalah 5
lembar daun kopi yang diambil secara acak.
2.2
Langkah Kerja
Langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum kali ini adalah:
1.
2.
Mengambil secara acak 5 lembar daun kopi
Menetapkan tingkat keparahan daun yang terinfeksi penyakit
3.
dalam beberapa tingkat (tingkat 1,2,3, dan 4)
Menghitung Keterjadian Penyakit (KP) berdasarka npersentase
jumlah daun yang terinfeksi
4.
MenentukannilaiKeparahanPenyakit (KeP) berdasarkan tingkat
keparahan masing-masing sampel daun.
III.
3.1
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
HasilPengamatan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan ini yaitu :
Keterjadian penyakit :
TP =
=
Keparahan penyakit :
PP =
x 100%
Nxv
= (1x0) + (1x1) + (1x2) + (1x3) + (1x4) x 100%
5x4
=
3.2
Pembahasan
3.2.1
Tahapan pelaksanaan diagnosis
Pertama setelah dibagikan daunnya, kita langsung memilah daun
daun dengan tingkat scor. Setelah memilah daun, kita menetapkan
daun dengan tingkatan scor. Ada 1 daun dengan score 0 yaitu tidak
ada gejala yang timbul sama sekali, ada 1 daun yang memiliki
score 1 yaitu dengan gejala timbul 10% termasuk dalam serangan
ringan.ada 1 daun dengan score 2 yaitu gejala yang timbul 20-25%
serangannya termasuk agak parah. Ada 1 daun score 3 yaitu gejala
yang timbul 25-50% serangannya termasuk serangan parah dan ada
1 daun dengan tingkat score 4 yaitu gejala yang timbul >50%
serangannya termasuk serangan yang sangat parah. Setelah
dilakukan penilaian score dengan tingkatan tertentu dihitung
dengan rumus yang sudah di tentukan. Apabila menghitung
keterjadian penyakit yaitu dengan membagi jumlah tanaman yang
sehat dengan keseluruhan tanaman dikalikan dengan 100%.
Apabila menghitung keparahan pertambahan dari penyakit jumlah
tanaman dengan score tertentu dibagi dengan jumlah tanaman yang
tertinggi dikalikan dengan score atau skala tertinggi pada daun
tersebut. Setelah dihitung lalu di catat dan dibandingkan hasilnya
dengan kelompok lain.
3.2.2
Keterjadian Penyakit dan Keparahan Penyakit
Keterjadian Penyakit (Disease incident) merupakan jumlah
tumbuhan atau bagian tumbuhan sakit (jumlah tanaman, daun,
batang, dan buah yang sakit) membandingkannya dengan jumlah
total tumbuhan atau bagian tumbuhan.
Keparahan Penyakit (Disease Severity) didefinisikan sebagai
persentase luas bagian tanaman yang sakit dibandingkan dengan
keseluruhan bagian yang luas bagian tanamannya yang
diamati. Luasan bagian tanaman yang terserang penyakit diskor
terlebih dahulu, baru setelah itu di masukkan kedalam rumus.
Kejadian penyakit dihitung dengan membagi jumlah tanaman yang
sakit (n) dengan jumlah tanaman yang diamati (N) dikali dengan
seratus persen.
Sedangkan keparahan penyakit dapat kita hitung dengan jumlah
tanaman yang sakit dikali skor dari masing-masing tanaman
tersebut dibagi jumlah seluruh tanaman yang diamati dikali skor
tertinggi dari penyakit tersebut, hasilnya dikali seratus persen.
Kejadian penyakit dapat dilihat dari kerusakan parsial berdasar
individu tanaman ataupun kerusakan parsial dari bagian tanaman
dan kerusakan total dari tanaman tersebut.
Kerusakan parsial berdasar individu adalah kerusakan yang tidak
memandang pada salah satu bagian dari tanaman, seperti jika pada
tanaman tersebut ada gejala akibat suatu penyakit, maka tanaman
tersebut langsung dianggap terinfeksi. Tidak melihat dari besar
atau kecilnya gejala atau kerusakan yang terdapat pada tanaman
tersebut. Sedangkan kerusakan parsial berdasarkan bagian tanaman
adalah kerusakan yang lebih spesifik daripada kerusakan pada
bagian tanaman. Karena tanaman yang sakit dilihat berapa
besarnya gejala yang terlihat pada tanaman tersebut, seperti
kerusakan atau tanda akibat bercak pada daun, karat pada batang,
dan lainnya. Sedangkan kerusakan total adalah kerusakan dari
seluruh tanamannya, seperti layu ataupun mati.
Keparahan penyakit dapat diamati dengan cara membagi kisaran
dari tak ada gejala penyakit sampai penuh gejala penyakit ke dalam
kelas-kelas atau kategori-kategori. Jaringan diamati dengan cara
mencocokan termasuk kategori atau kelas yang manabagian
tanaman tersebut. Proses pencocokan tersebut harus dilakukan
secara hati-hati. Jika jumlah kelas terlalu sedikit, maka kunci
tersebut tidak memiliki kemampuan diskriminatif; sebaliknya kalau
jumlah kelas terlalu besar maka diperlukan banyak waktu untuk
menentukan suatu jaringan masuk kelas yang mana. Oleh karena
itu biasanya jumlah kelas tidak lebih dari 10.
3.2.3
Contoh penyakit yang dapat di identifikasi hanya dengan
melihat gejalanya
a. Penyakit blast pada padi
Penyakit blas yang dalam bahasa latin disebut
dengan Pyricularia grisea,adalah merupakan penyakit utama
pada tanaman padi yang disebabkan oleh patogen
cendawan.Penyakit yang menjadi masalah utama bagi para
petani Indonesia ini banyak ditemukan di daerah lahan kering,
lahan pasang surut dan rawa seperti di Sumatera Selatan,
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Namun beberapa
tahun belakangan penyakit blas sudah menyebar ke pertanaman
padi sawah. Serangan penyakit blas terdapat pada semua bagian
tanaman padi yaitu dari persemaian, stadia vegetatif, dan stadia
generatif dengan menyerang leher dan cabang malai. Penyakit
blas yang menyerang leher malai menjadi tantangan yang lebih
serius karena banyak ditemukan di Indonesia khususnya di
Kabupaten Sukabumi, Kuningan, Tulang Bawang, Lampung
Tengah, dan Kabupaten Tabanan. Apabila kondisi lingkungan di
sekitar tanaman padi mendukung perkembangan cendawan blas
maka tanaman padi yang rentan terhadap penyakit ini seperti
padi Cisadane, akan diserang dan menyebabkan petani yang
menanamnya bisa gagal panen atau puso. Gejala penyakit blas
yang khas adalah busuknya ujung tangkai malai yang disebut
busuk leher (neck rot) . Tangkai malai yang busuk mudah patah
dan menyebabkan gabah hampa. Pada gabah yang sakit terdapat
bercak-bercak kecil yang bulat.
Ciri-ciri serangan penyakit blas adalah sebagai berikut :
Cendawan Pyricularia grisea membentuk bercak pada daun
padi, buku batang, leher malai, cabang malai bulir padi dan
kolar daun (Chen, 1993;Scardaci et al., 1997). Bercak penyakit
blas pada daun padi berbentuk belah ketupat dengan dua
ujungnya runcing. Pada awal serangan bercak berwarna hijau
gelap, abu-abu sedikit kebiru-biruan. Bercak ini akan semakin
membesar pada varietas yang rentan, khususnya bila dalam
keadaan lembab. Bercak yang sudah berkembang penuh
mencapai panjang 1 - 1,5 cm dan lebar 0,3 - 0,5 cm pada bagian
tepi berwarna coklat dan bagian tengah berwarna putih keabuabuan. Namun pada varietas tanaman padi yang rentan, bercak
pada daun justru tidak membentuk tepi yang jelas. Bercak
tersebut dikelilingi oleh warna kuning pucat (halo area),
terutama di lingkungan yang kondusif yaitu dalam keadaan
lembab dan ternaungi. Perkembangan bercak selain dipengaruhi
oleh kerentanan varietas juga oleh umur bercak itu sendiri. Pada
varietas tanaman padi yang tahan terhadap penyakit blas, bercak
tidak berkembang dan hanya berupa titik kecil saja. Hal tersebut
karena proses perkembangan konidia dari cendawanPyricularia
grisea dalam jaringan inangnya terhambat. Di lingkungan yang
kondusif, penyakit blas daun yang menyerang varietas tanaman
padi yang rentan dan masih muda sampai stadia anakan, akan
menyebabkan tanaman padi yang diserang mati seluruhnya.
Selain menyerang daun, blas juga menyerang buku batang
dimana pada buku batang yang diserang akan timbul bercak
berwarna coklat atau hitam dan batang akan patah (Ou, 1985)
dan kematian yang menyeluruh pada batang sebelah atas dari
buku yang terinfeksi (Scardaci et al ., 1997)
Sedangkan infeksi pada malai akan menyebabkan blas leher,
bercak coklat pada cabang malai dan bercak coklat pada kulit
gabah (Ou, 1985). Apabila blas leher terjadi lebih awal akan
mengakibatkan malai mati secara prematur, berwarna putih dan
kosong secara menyeluruh, sedangkan jika blas leher terjadi
kemudian akan menyebabkan pengisian bulir padi tidak
sempurna dan mutu biji menjadi rendah (Scardaci et al., 1997).
Infeksi pada malai akan menyebabkan leher malai membusuk
dan butir padi menjadi hampa (Semangun, 1991).
Serangan P. Grisea pada kolar daun (daerah pertemuan antara
helaian daun dan pelepah) menimbulkan gejala blas kolar
berwarna coklat. Blas kolar yang terjadi pada daun bendera atau
pada daun kedua terakhir dapat menyebabkan pengaruh yang
nyata pada produksi padi (Scardaci et al., 1997).
Tingkat keparahan penyakit blas sangat dipengaruhi oleh
berbagai factor, salah satunya adalah kelebihan nitrogen dan
kekurangan air akan menambah kerentanan tanaman. Pupuk
nitrogen berkorelasi positif terhadap keparahan penyakit blas.
Artinya makin tinggi pupuk nitrogen keparahan penyakit makin
tinggi.
Cara Penyebaran Penyakit Blas adalah sebagai berikut :
Satu daur penyakit dimulai ketika spora cendawan menginfeksi
dan menghasilkan suatu bercak pada tanaman padi dan berakhir
ketika cendawan bersporulasi dan menyebarkan spora baru
melalui udara. Apabila kondisi lingkungan menguntungkan, satu
daur dapat terjadi dalam waktu sekitar 1 minggu. Selanjutnya
dari satu bercak dapat menghasilkan ratusan sampai ribuan
spora dalam satu malam dan dapat terus menghasilkan spora
selama lebih dari 20 hari. Pada kondisi kelembaban dan suhu
yang mendukung, cendawan blas dapat mengalami banyak daur
penykit dan menghasilkan kelimpahan spora yang dahsyat pada
akhir musim. Tingkat inokulum yang tinggi ini sangat bebahaya
bagi tanaman padi yang rentan seperti Cisadane. Cendawan P.
grisea memerlukan waktu sekitar 6-10 jam untuk menginfeksi
tanaman. Suhu optimum adalah sekitar 25°-28° C. Peran
embun/titik air hujan sangat menentukan keberhasilan infeksi.
Masa inkubasi antara 5-6 hari pada suhu 24°-25° C dan 4-5 hari
pada suhu 26°-28°C. Suhu optimum untuk infeksi sama dengan
suhu optimum yang diperlukan untuk pertumbuhan miselia,
sporulasi, dan perkecambahan spora. Cahaya dan kegelapan juga
mempengaruhi infeksi. Proses penetrasi lebih cepat dalam
keadaan gelap, tetapi untuk perkembangan selanjutnya
memerlukan cahaya. Penyebaran spora terjadi selain oleh angin
juga oleh biji dan jerami. Cendawan P. grisea mampu bertahan
dalam sisa jerami sakit dan gabah sakit. Dalam keadaan kering
dan suhu kamar, spora masih bertahan hidup sampai satu tahun,
sedangkan miselia mampu bertahan sampai lebih dari 3 tahun.
b. Layu bakteri pada tomat
Layu Fusarium (Fusarium oxysporum) – Penyakit layu fusairum
disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum, merupakan
salah satu penyakit yang paling ditakuti terutama oleh petani
hortikultura karena berpotensi menimbulkan kerugian besar.
Bahkan tidak jarang penyakit ini menjadi penyebab kegagalan
budidaya. Pada tingkat serangan tinggi, penyakit layu fusarium
bisa menghabisi seluruh tanaman, terutama terjadi pada musim
hujan dan areal pertanaman mudah tergenang air.
Perkembangan Spora Cendawan Fusarium oxysporum adalah
sebagai berikut :
Cendawan ini mampu menghasilkan tiga tipe spora, yaitu
mikrokonidia, makrokonidia, dan klamidospora. Mikrokondidia
spora diproduksi oleh cendawan ini di dalam jaringan tanaman
terserang. Sementara makrokonidia spora diproduksi
dipermukaan tanaman yang mati setelah terserang atau
terinfeksi. Sedangkan klamidospora merupakan spora yang
terdapat pada tanah yang sudah terinfeksi. Klamidospora
mampu bertahan selama 30 tahun di dalam tanah.
Baik mikrokonidia, makrokonidia, dan klamidospora dapat
menyebar dengan bantuan air, peralatan pertanian, maupun
kegiatan budidaya. Klamidospora merupakan jenis spora yang
sangat aktif menginfeksi tanaman sehat melalui luka pada akar,
maupun titik tumbuh akar lateral. Setelah masuk xilem,
miselium bercabang dan menghasilkan mikrokondidia yang
akan terus berkecambah di dalam jaringan tanaman.
Pertumbuhan mikrokonidia spora ini mempengaruhi pasokan air,
sehingga tanaman menjadi lemas dan akhirnya mati.
Gejala Serangan adalah sebagai berikut :
Serangan cendawan Fusarium oxysporum ditandai dengan
gejala menguningnya daun-daun tua yang kemudian menjalar ke
atas. Tulang daun memucat dan berwarna keputihan. Tanaman
terkulai karena penyerapan unsur hara maupun air tidak bisa
dilakukan. Hal ini disebabkan berkas pembuluh pengangkut
membusuk. Jika tanah di sekitar lubang tanam dibongkar,
tampak akar tanaman membusuk dan berwarna kecokelatan.
Jika pangkal batang dipotong secara melintang, terdapat
lingkaran cokelat kehitaman berbentu cincin, yang menunjukkan
bahwa berkas pembuluh pengangkut rusak. Jika menyerang
pembibitan, tunas tiba-tiba layu dan tanaman mati.
3.2.4
Data perbandingan antar kelompok
Setelah dilakukan perhitungan untuk keterjadian penyakit oleh
kelompok empat hasilnya adalah 80% didapatkan dari jumlah
tanaman yang sehat dengan keseluruhan tanaman dikalikan dengan
100%. Jumlah tanaman yang sakit ada 4 dan dibagi dengan jumlah
seluruh tanaman yaitu 5 dan dikalikan 100% maka hasilnya adalah
80%. Setelah dilakukan perhitungan untuk keparahan penyakit oleh
kelompok empat hasilnya adalah 50% didapatkan dari
penjumlahan jumlah tanaman yang dikalikan dengan score tertentu
dan dibagi dengan jumlah tanaman dengan score tertinggi
dikalikan dengan score atau skala. Data yang didapatkan oleh
kelompok delapan juga sama maka tidak dapat dibandingkan
dengan kelompok empat.
IV.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Dua cara yang umum dalam menentukan intensitas penyakit adalah
keterjadian penyakit dan keparahan penyakit.
2. Keterjadian penyakit (KP) merupakan persentase jumlah tanaman yang
terserang dibandingkan dengan total jumlah tanaman yang diamati.
3. Keparahan Penyakit (KeP) didefinisikan sebagai persentase luasan
jaringan tanaman yang terserang (sakit) dibandingkan dengan keseluruhan
luasan bagian tanaman yang diamati.
DAFTAR PUSTAKA
.
Anonim 2011. Keterjadian
Penyakit dan KeparahaPenyakit.http:\\id\wikipedia.org\wiki\KeterjadianPenyakit.
Leonard J. F. 2001. Exercises in Plant Disease Epidemiology. APS Press St. Paul
Minnesota.
Pracaya.1999. Hama danPenyakitTanaman.Jakarta : PT. PenebarSwadaya.
Semangun, Haryono. 1993. Penyakit – PenyakitTanamanPangan di Indonesia.
Yogyakarta ; Gajah Mada University Press.
Layu Fusarium Tomathttp://www.tanijogonegoro.com/2013/11/layufusarium.htmldiakses pada tgl 11 Oktober 15 jam 09.00
Blas pada Padi http://roni-bae.blogspot.co.id/2010/12/mengenal-penyakit-blasdan.htmldiakses pada tgl 11 Oktober 15 jam 09.45
LAMPIRAN
1.1
Latar Belakang
Kehidupan manusia sangat bergantung pada tumbuhan, begitu pula pada
makhluk lain yang tidak berhijau daun. Sedangkan tumbuhan dalam
kehidupannya sering dihadapkan pada berbagai gangguan salah-satunya
adalah serangan dari penyakit tumbuhan yang akan sangat berpengaruh
pada besarnya hasil produksi. Adanya penyakit tumbuhan sudah diketahui
lama sebelum masehi, bahkan dilaporkan bahwa penyakit telah ada
sebelum manusia membudidayakan tanaman.
Tanaman akan sakit manakala tanaman rentan diserang oleh patogen
virulen pada keadaan lingkungan yang mendukung perkembangan
penyakit. Tanaman sakit tampak dari gejala yang terjadi pada tanaman dan
tanda yang mungkin terdapat pada bagian tanaman bergejala. Bila dalam
pengamatan hanya dibedakan tanaman sakit dari tanaman sehat maka
diperoleh data kategori, yaitu kategori sehat dan kategori sakit.
Pengamatan data kategori seperti ini tentu saja cukup mudah, tetapi tidak
cukup memadai untuk mengukur seberapa berat penyakit yang diderita
oleh setiap individu tanaman sehingga dapat dihitung nilai rerata untuk
seluruh individu dalam populasi, maka dari itu cara yang semakin
berkembang yaitu pengukuran intensitas penyakit dengan
penghitungan score interval satu sampai 5 yang merupakan gambaran
masing-masing. Misalnya score satu penyakit 0-20% , dua 21-40%, tiga
41-60%, empat 61-80%, dan lima daun mati. Dalam skala interval,
pengukuran menghasilkan nilai intensitas dalam persen, bukan
menghasilkan skor. Hanya saja, nilai persen intensitas dalam hal ini
berskala interval, bukan rasio, karena setiap nilai disepakati dengan
menggunakan diagram area baku sebagai pembanding.Intensitas penyakit
suatu tanaman dihitung dengan rumus ini apabila penyakitnya besifat
sistemik atau dengan adanya serangan pathogen cepat atau lambat akan
menyebabkan tanaman tidak berproduksi bahkan mati. Pada penyakitpenyakit yang tidak demikian, artinya intensitas penyakit yang terjadi dan
akibatnya bervariasi dan tanaman tidak mengalami kematian, maka
intensitas penyakitnya dinyatakan dalam istilah Keparahan Penyakit (KeP)
yang didefinisikan sebagai persentase luasnya jaringan tanaman yang
terserang pathogen dari total las yang diamati, seerti dinyatakan dalam
rumus berikut:Dimana KeP adalah keparahan penyakit, n adalah jumlah
jaringan terserang pada setiap kategori (skor), v adalah kategori (skor)
serangan, Z adalah kategori serangan tertinggi dan N adalah total dari
jumlah jaringan yang diamati.
1.2
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dalam kegiatan praktikum ini adalah :
1. Memepelajari cara menghitung intensitas penyakit.
2. Mengetahui perbedaan antara keterjadian dan keparahan penyakit.
3. Menghitung besar keterjadian dan keparahan penyakit pada daun yg
di amati.
II.
2.1
METODELOGI PERCOBAAN
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain alat tulis,
dan alat hitung (kalkulator). Sedangkan bahan yang digunakan adalah 5
lembar daun kopi yang diambil secara acak.
2.2
Langkah Kerja
Langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum kali ini adalah:
1.
2.
Mengambil secara acak 5 lembar daun kopi
Menetapkan tingkat keparahan daun yang terinfeksi penyakit
3.
dalam beberapa tingkat (tingkat 1,2,3, dan 4)
Menghitung Keterjadian Penyakit (KP) berdasarka npersentase
jumlah daun yang terinfeksi
4.
MenentukannilaiKeparahanPenyakit (KeP) berdasarkan tingkat
keparahan masing-masing sampel daun.
III.
3.1
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
HasilPengamatan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan ini yaitu :
Keterjadian penyakit :
TP =
=
Keparahan penyakit :
PP =
x 100%
Nxv
= (1x0) + (1x1) + (1x2) + (1x3) + (1x4) x 100%
5x4
=
3.2
Pembahasan
3.2.1
Tahapan pelaksanaan diagnosis
Pertama setelah dibagikan daunnya, kita langsung memilah daun
daun dengan tingkat scor. Setelah memilah daun, kita menetapkan
daun dengan tingkatan scor. Ada 1 daun dengan score 0 yaitu tidak
ada gejala yang timbul sama sekali, ada 1 daun yang memiliki
score 1 yaitu dengan gejala timbul 10% termasuk dalam serangan
ringan.ada 1 daun dengan score 2 yaitu gejala yang timbul 20-25%
serangannya termasuk agak parah. Ada 1 daun score 3 yaitu gejala
yang timbul 25-50% serangannya termasuk serangan parah dan ada
1 daun dengan tingkat score 4 yaitu gejala yang timbul >50%
serangannya termasuk serangan yang sangat parah. Setelah
dilakukan penilaian score dengan tingkatan tertentu dihitung
dengan rumus yang sudah di tentukan. Apabila menghitung
keterjadian penyakit yaitu dengan membagi jumlah tanaman yang
sehat dengan keseluruhan tanaman dikalikan dengan 100%.
Apabila menghitung keparahan pertambahan dari penyakit jumlah
tanaman dengan score tertentu dibagi dengan jumlah tanaman yang
tertinggi dikalikan dengan score atau skala tertinggi pada daun
tersebut. Setelah dihitung lalu di catat dan dibandingkan hasilnya
dengan kelompok lain.
3.2.2
Keterjadian Penyakit dan Keparahan Penyakit
Keterjadian Penyakit (Disease incident) merupakan jumlah
tumbuhan atau bagian tumbuhan sakit (jumlah tanaman, daun,
batang, dan buah yang sakit) membandingkannya dengan jumlah
total tumbuhan atau bagian tumbuhan.
Keparahan Penyakit (Disease Severity) didefinisikan sebagai
persentase luas bagian tanaman yang sakit dibandingkan dengan
keseluruhan bagian yang luas bagian tanamannya yang
diamati. Luasan bagian tanaman yang terserang penyakit diskor
terlebih dahulu, baru setelah itu di masukkan kedalam rumus.
Kejadian penyakit dihitung dengan membagi jumlah tanaman yang
sakit (n) dengan jumlah tanaman yang diamati (N) dikali dengan
seratus persen.
Sedangkan keparahan penyakit dapat kita hitung dengan jumlah
tanaman yang sakit dikali skor dari masing-masing tanaman
tersebut dibagi jumlah seluruh tanaman yang diamati dikali skor
tertinggi dari penyakit tersebut, hasilnya dikali seratus persen.
Kejadian penyakit dapat dilihat dari kerusakan parsial berdasar
individu tanaman ataupun kerusakan parsial dari bagian tanaman
dan kerusakan total dari tanaman tersebut.
Kerusakan parsial berdasar individu adalah kerusakan yang tidak
memandang pada salah satu bagian dari tanaman, seperti jika pada
tanaman tersebut ada gejala akibat suatu penyakit, maka tanaman
tersebut langsung dianggap terinfeksi. Tidak melihat dari besar
atau kecilnya gejala atau kerusakan yang terdapat pada tanaman
tersebut. Sedangkan kerusakan parsial berdasarkan bagian tanaman
adalah kerusakan yang lebih spesifik daripada kerusakan pada
bagian tanaman. Karena tanaman yang sakit dilihat berapa
besarnya gejala yang terlihat pada tanaman tersebut, seperti
kerusakan atau tanda akibat bercak pada daun, karat pada batang,
dan lainnya. Sedangkan kerusakan total adalah kerusakan dari
seluruh tanamannya, seperti layu ataupun mati.
Keparahan penyakit dapat diamati dengan cara membagi kisaran
dari tak ada gejala penyakit sampai penuh gejala penyakit ke dalam
kelas-kelas atau kategori-kategori. Jaringan diamati dengan cara
mencocokan termasuk kategori atau kelas yang manabagian
tanaman tersebut. Proses pencocokan tersebut harus dilakukan
secara hati-hati. Jika jumlah kelas terlalu sedikit, maka kunci
tersebut tidak memiliki kemampuan diskriminatif; sebaliknya kalau
jumlah kelas terlalu besar maka diperlukan banyak waktu untuk
menentukan suatu jaringan masuk kelas yang mana. Oleh karena
itu biasanya jumlah kelas tidak lebih dari 10.
3.2.3
Contoh penyakit yang dapat di identifikasi hanya dengan
melihat gejalanya
a. Penyakit blast pada padi
Penyakit blas yang dalam bahasa latin disebut
dengan Pyricularia grisea,adalah merupakan penyakit utama
pada tanaman padi yang disebabkan oleh patogen
cendawan.Penyakit yang menjadi masalah utama bagi para
petani Indonesia ini banyak ditemukan di daerah lahan kering,
lahan pasang surut dan rawa seperti di Sumatera Selatan,
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Namun beberapa
tahun belakangan penyakit blas sudah menyebar ke pertanaman
padi sawah. Serangan penyakit blas terdapat pada semua bagian
tanaman padi yaitu dari persemaian, stadia vegetatif, dan stadia
generatif dengan menyerang leher dan cabang malai. Penyakit
blas yang menyerang leher malai menjadi tantangan yang lebih
serius karena banyak ditemukan di Indonesia khususnya di
Kabupaten Sukabumi, Kuningan, Tulang Bawang, Lampung
Tengah, dan Kabupaten Tabanan. Apabila kondisi lingkungan di
sekitar tanaman padi mendukung perkembangan cendawan blas
maka tanaman padi yang rentan terhadap penyakit ini seperti
padi Cisadane, akan diserang dan menyebabkan petani yang
menanamnya bisa gagal panen atau puso. Gejala penyakit blas
yang khas adalah busuknya ujung tangkai malai yang disebut
busuk leher (neck rot) . Tangkai malai yang busuk mudah patah
dan menyebabkan gabah hampa. Pada gabah yang sakit terdapat
bercak-bercak kecil yang bulat.
Ciri-ciri serangan penyakit blas adalah sebagai berikut :
Cendawan Pyricularia grisea membentuk bercak pada daun
padi, buku batang, leher malai, cabang malai bulir padi dan
kolar daun (Chen, 1993;Scardaci et al., 1997). Bercak penyakit
blas pada daun padi berbentuk belah ketupat dengan dua
ujungnya runcing. Pada awal serangan bercak berwarna hijau
gelap, abu-abu sedikit kebiru-biruan. Bercak ini akan semakin
membesar pada varietas yang rentan, khususnya bila dalam
keadaan lembab. Bercak yang sudah berkembang penuh
mencapai panjang 1 - 1,5 cm dan lebar 0,3 - 0,5 cm pada bagian
tepi berwarna coklat dan bagian tengah berwarna putih keabuabuan. Namun pada varietas tanaman padi yang rentan, bercak
pada daun justru tidak membentuk tepi yang jelas. Bercak
tersebut dikelilingi oleh warna kuning pucat (halo area),
terutama di lingkungan yang kondusif yaitu dalam keadaan
lembab dan ternaungi. Perkembangan bercak selain dipengaruhi
oleh kerentanan varietas juga oleh umur bercak itu sendiri. Pada
varietas tanaman padi yang tahan terhadap penyakit blas, bercak
tidak berkembang dan hanya berupa titik kecil saja. Hal tersebut
karena proses perkembangan konidia dari cendawanPyricularia
grisea dalam jaringan inangnya terhambat. Di lingkungan yang
kondusif, penyakit blas daun yang menyerang varietas tanaman
padi yang rentan dan masih muda sampai stadia anakan, akan
menyebabkan tanaman padi yang diserang mati seluruhnya.
Selain menyerang daun, blas juga menyerang buku batang
dimana pada buku batang yang diserang akan timbul bercak
berwarna coklat atau hitam dan batang akan patah (Ou, 1985)
dan kematian yang menyeluruh pada batang sebelah atas dari
buku yang terinfeksi (Scardaci et al ., 1997)
Sedangkan infeksi pada malai akan menyebabkan blas leher,
bercak coklat pada cabang malai dan bercak coklat pada kulit
gabah (Ou, 1985). Apabila blas leher terjadi lebih awal akan
mengakibatkan malai mati secara prematur, berwarna putih dan
kosong secara menyeluruh, sedangkan jika blas leher terjadi
kemudian akan menyebabkan pengisian bulir padi tidak
sempurna dan mutu biji menjadi rendah (Scardaci et al., 1997).
Infeksi pada malai akan menyebabkan leher malai membusuk
dan butir padi menjadi hampa (Semangun, 1991).
Serangan P. Grisea pada kolar daun (daerah pertemuan antara
helaian daun dan pelepah) menimbulkan gejala blas kolar
berwarna coklat. Blas kolar yang terjadi pada daun bendera atau
pada daun kedua terakhir dapat menyebabkan pengaruh yang
nyata pada produksi padi (Scardaci et al., 1997).
Tingkat keparahan penyakit blas sangat dipengaruhi oleh
berbagai factor, salah satunya adalah kelebihan nitrogen dan
kekurangan air akan menambah kerentanan tanaman. Pupuk
nitrogen berkorelasi positif terhadap keparahan penyakit blas.
Artinya makin tinggi pupuk nitrogen keparahan penyakit makin
tinggi.
Cara Penyebaran Penyakit Blas adalah sebagai berikut :
Satu daur penyakit dimulai ketika spora cendawan menginfeksi
dan menghasilkan suatu bercak pada tanaman padi dan berakhir
ketika cendawan bersporulasi dan menyebarkan spora baru
melalui udara. Apabila kondisi lingkungan menguntungkan, satu
daur dapat terjadi dalam waktu sekitar 1 minggu. Selanjutnya
dari satu bercak dapat menghasilkan ratusan sampai ribuan
spora dalam satu malam dan dapat terus menghasilkan spora
selama lebih dari 20 hari. Pada kondisi kelembaban dan suhu
yang mendukung, cendawan blas dapat mengalami banyak daur
penykit dan menghasilkan kelimpahan spora yang dahsyat pada
akhir musim. Tingkat inokulum yang tinggi ini sangat bebahaya
bagi tanaman padi yang rentan seperti Cisadane. Cendawan P.
grisea memerlukan waktu sekitar 6-10 jam untuk menginfeksi
tanaman. Suhu optimum adalah sekitar 25°-28° C. Peran
embun/titik air hujan sangat menentukan keberhasilan infeksi.
Masa inkubasi antara 5-6 hari pada suhu 24°-25° C dan 4-5 hari
pada suhu 26°-28°C. Suhu optimum untuk infeksi sama dengan
suhu optimum yang diperlukan untuk pertumbuhan miselia,
sporulasi, dan perkecambahan spora. Cahaya dan kegelapan juga
mempengaruhi infeksi. Proses penetrasi lebih cepat dalam
keadaan gelap, tetapi untuk perkembangan selanjutnya
memerlukan cahaya. Penyebaran spora terjadi selain oleh angin
juga oleh biji dan jerami. Cendawan P. grisea mampu bertahan
dalam sisa jerami sakit dan gabah sakit. Dalam keadaan kering
dan suhu kamar, spora masih bertahan hidup sampai satu tahun,
sedangkan miselia mampu bertahan sampai lebih dari 3 tahun.
b. Layu bakteri pada tomat
Layu Fusarium (Fusarium oxysporum) – Penyakit layu fusairum
disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum, merupakan
salah satu penyakit yang paling ditakuti terutama oleh petani
hortikultura karena berpotensi menimbulkan kerugian besar.
Bahkan tidak jarang penyakit ini menjadi penyebab kegagalan
budidaya. Pada tingkat serangan tinggi, penyakit layu fusarium
bisa menghabisi seluruh tanaman, terutama terjadi pada musim
hujan dan areal pertanaman mudah tergenang air.
Perkembangan Spora Cendawan Fusarium oxysporum adalah
sebagai berikut :
Cendawan ini mampu menghasilkan tiga tipe spora, yaitu
mikrokonidia, makrokonidia, dan klamidospora. Mikrokondidia
spora diproduksi oleh cendawan ini di dalam jaringan tanaman
terserang. Sementara makrokonidia spora diproduksi
dipermukaan tanaman yang mati setelah terserang atau
terinfeksi. Sedangkan klamidospora merupakan spora yang
terdapat pada tanah yang sudah terinfeksi. Klamidospora
mampu bertahan selama 30 tahun di dalam tanah.
Baik mikrokonidia, makrokonidia, dan klamidospora dapat
menyebar dengan bantuan air, peralatan pertanian, maupun
kegiatan budidaya. Klamidospora merupakan jenis spora yang
sangat aktif menginfeksi tanaman sehat melalui luka pada akar,
maupun titik tumbuh akar lateral. Setelah masuk xilem,
miselium bercabang dan menghasilkan mikrokondidia yang
akan terus berkecambah di dalam jaringan tanaman.
Pertumbuhan mikrokonidia spora ini mempengaruhi pasokan air,
sehingga tanaman menjadi lemas dan akhirnya mati.
Gejala Serangan adalah sebagai berikut :
Serangan cendawan Fusarium oxysporum ditandai dengan
gejala menguningnya daun-daun tua yang kemudian menjalar ke
atas. Tulang daun memucat dan berwarna keputihan. Tanaman
terkulai karena penyerapan unsur hara maupun air tidak bisa
dilakukan. Hal ini disebabkan berkas pembuluh pengangkut
membusuk. Jika tanah di sekitar lubang tanam dibongkar,
tampak akar tanaman membusuk dan berwarna kecokelatan.
Jika pangkal batang dipotong secara melintang, terdapat
lingkaran cokelat kehitaman berbentu cincin, yang menunjukkan
bahwa berkas pembuluh pengangkut rusak. Jika menyerang
pembibitan, tunas tiba-tiba layu dan tanaman mati.
3.2.4
Data perbandingan antar kelompok
Setelah dilakukan perhitungan untuk keterjadian penyakit oleh
kelompok empat hasilnya adalah 80% didapatkan dari jumlah
tanaman yang sehat dengan keseluruhan tanaman dikalikan dengan
100%. Jumlah tanaman yang sakit ada 4 dan dibagi dengan jumlah
seluruh tanaman yaitu 5 dan dikalikan 100% maka hasilnya adalah
80%. Setelah dilakukan perhitungan untuk keparahan penyakit oleh
kelompok empat hasilnya adalah 50% didapatkan dari
penjumlahan jumlah tanaman yang dikalikan dengan score tertentu
dan dibagi dengan jumlah tanaman dengan score tertinggi
dikalikan dengan score atau skala. Data yang didapatkan oleh
kelompok delapan juga sama maka tidak dapat dibandingkan
dengan kelompok empat.
IV.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Dua cara yang umum dalam menentukan intensitas penyakit adalah
keterjadian penyakit dan keparahan penyakit.
2. Keterjadian penyakit (KP) merupakan persentase jumlah tanaman yang
terserang dibandingkan dengan total jumlah tanaman yang diamati.
3. Keparahan Penyakit (KeP) didefinisikan sebagai persentase luasan
jaringan tanaman yang terserang (sakit) dibandingkan dengan keseluruhan
luasan bagian tanaman yang diamati.
DAFTAR PUSTAKA
.
Anonim 2011. Keterjadian
Penyakit dan KeparahaPenyakit.http:\\id\wikipedia.org\wiki\KeterjadianPenyakit.
Leonard J. F. 2001. Exercises in Plant Disease Epidemiology. APS Press St. Paul
Minnesota.
Pracaya.1999. Hama danPenyakitTanaman.Jakarta : PT. PenebarSwadaya.
Semangun, Haryono. 1993. Penyakit – PenyakitTanamanPangan di Indonesia.
Yogyakarta ; Gajah Mada University Press.
Layu Fusarium Tomathttp://www.tanijogonegoro.com/2013/11/layufusarium.htmldiakses pada tgl 11 Oktober 15 jam 09.00
Blas pada Padi http://roni-bae.blogspot.co.id/2010/12/mengenal-penyakit-blasdan.htmldiakses pada tgl 11 Oktober 15 jam 09.45
LAMPIRAN