Penilaian Investasi Dan Sektor Publik

Penilaian Investasi Sektor Publik dan Pengukuran Kinerja Sektor Publik

PENILAIAN INVESTASI SEKTOR PUBLIK
DAN PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK

PENILAIAN INVESTASI SEKTOR PUBLIK
A. PROGRAM INVESTASI PUBLIK

Dalam melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat, pemerintah dihadapkan pada
masalah pengambilan keputusan investasi publik. Keputusan investasi publik diperlukan
untuk mendukung pelaksanaan program, kegiatan, dan fungsi yang menjadi prioritas kebijakan. Pengeluaran untuk investasi publik harus mendapat perhatian yang lebih besar
dibandingkan dengan pengeluaran rutin, karena pengeluaran investasi/modal memiliki efek
jangka panjang, sedangkan pengeluaran rutin lebih berdampak jangka pendek
Investasi publik memiliki kaitan yang erat dengan penganggaran modal/investasi.
Penganggaran modal/investasi merupakan proses untuk menganalisis proyek-proyek dan
memutuskan apakah proyek tersebut dapat diakomodasi oleh anggaran modal/investasi
Di kebanyakan negara berkembang, anggaran pembangunan dan anggaran rutin di-pisahkan.
Fokus perhatiannya ditujukan untuk mengintegrasikan kebijakan dengan pengeluaran manajemen.
Dalam praktiknya terdapat permasalahan yang sulit diselesaikan, di antaranya adalah:
a. Memastikan bahwa program investasi publik yang diajukan merupakan program yang
komnrehensif.

b. Memperkirakan pengeluaran yang dibutuhkan di masa yang akan datang.
c. Mengevaluasi relevansi proyek-proyek yang ada.
d. Mengembangkan analisis dan perencanaan untuk pengeluaran investasi dan pengeluaran rutin.

Sebelum diambil keputusan untuk melakukan investasi, Untuk menentukan kebutuhan investasi perlu
dilakukan evaluasi yang mencakup:
1. Inventarisasi investasi
2. Inventarisasi investasi memuat daftar nama dan jenis investasi, nilai investasi, kondisi barang
modal yang saat ini ada, apakah baik ataukah buruk.
3. Cakupan layanan dengan tingkat investasi yang sekarang ada
4. Tambahan cakupan layanan yang dibutuhkan saat ini dan masa yang akan datang
5. Inventarisasi kebutuhan investasi
6. Evaluasi kelayakan investasi

Page 1

Penilaian Investasi Sektor Publik dan Pengukuran Kinerja Sektor Publik
7. Kriteria kelayakan investasi meliputi aspek-aspek teknis, sosial-budaya, finansial, ekonomi, dan
aspek distribusi.


B.

PENENTUAN KEBUTUHAN INVESTASI PUBLIK
Penentuan kebutuhan investasi publik berkaitan dengan jumlah anggaran yang akan
ditetapkan bagi masing-masing unit organisasi. Analisis yang mendalam sebelum dilakukan
investasi sangat penting dilakukan karena investasi publik berkaitan erat dengan masalah
transparansi dan kewajaran anggaran
Ada beberapa cara dalam menggolongkan usul-usul Investasi. Salah satu peng-golongannya
adalah:
1. Investasi penggantian
2. Investasi penambahan kapasitas
3. Investasi baru

Pengeluaran investasi untuk penggantian barang modal mengikuti pola umur manfaat
barang modal. Bila umur ekonomi barang modal telah habis, maka perlu pembelian barang
modal baru untuk menggantinya Jadi umur teknis suatu barang modal bisa lebih lama
daripada umur ekonominya. Bila barang modal telah usang dan tidak mampu lagi memberikan manfaat, berarti umur teknis barang modal tersebut telah habis
Investasi penambahan barang modal perlu dilakukan bila terjadi tuntutan peningkatan
cakupan pelayanan. Jumlah penambahan unit barang modal ditentukan oleh produktivitas
barang modal yang saat ini ada. Produktivitas barang modal diukur berdasarkan rasio antara

input dengan output yang dihasilkan.
Investasi dapat juga berupa investasi baru yang belum ada sebelumnya. Untuk jenis investasi
baru, maka pertimbangan mengenai aspek teknis, ekonomi, sosial-budaya, dan aspek distribusi harus
mendapat perhatian lebih besar.

C.

ASPEK KELAYAKAN INVESTASI

Dalam perencanaan dan analisis investasi harus dipertimbangkan beberapa aspek yang
secara bersama-sama menunjukkan keuntungan atau manfaat yang diperoleh akibat adanya
suatu investasi tertentu
a. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan bagian penting dari analisis investasi yang harus dipertimbangkan. Jika
suatu usulan investasi sudah tidak layak dilihat dari aspek teknisnya, maka usulan tersebut
menduduki prioritas pertama untuk ditolak.
Page 2

Penilaian Investasi Sektor Publik dan Pengukuran Kinerja Sektor Publik


b. Aspek Sosial dan Budaya
Aspek sosial budaya ini menyangkut pertimbangan pendistribusian pelayanan secara adil dan
merata, sehingga mampu memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Aspek sosial budaya
mencakup juga aspek legal dan lingkungan.
c. Aspek Ekonomi dan Finansial
Pertimbangan aspek ekonomi meliputi kegiatan menganalisis apakah suatu proyek yang diusulkan
akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan perekonomian secara keseluruhan
dan apakah kontribusinya cukup besar dalam menentukan penggunaan sumber-sumber daya yang
digunakan.
d. Aspek Distribusi
Keputusan investasi merupakan keputusan yang perlu dikaitkan dengan masalah distribusi
pelayanan publik secara adil dan merata. Untuk itu perlu diketahui siapa yang akan menerima
manfaat atau keuntungan yang dihasilkan dari proyek investasi.
D.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEM PENGARUHI INVESTASI PUBLIK
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam analisis investasi publik adalah:

1. Tingkat diskonto yang digunakan
2. Tingkat inflasi

3. Risiko dan ketidakpastian
4. Capital rationing
Tingkat Diskonto
Tingkat diskonto merefleksikan tingkat keuntungan (rate of return) yang diperoleh dari suatu
proyek dengan tingkat risiko tertentu. Jika suatu proyek tidak memberikan keuntungan yang
disyaratkan (required rate of return), maka proyek tersebut harus ditolak. Penghitungan tingkat
diskonto merupakan bagian yang cukup kompleks dalam analisis investasi.
Pada sektor swasta terdapat dua sumber pendanaan, yaitu pembiayaan modal (equity finance) dan
pembiayaan utang (debt finance), Biaya modal total dapat dinyatakan dalam bentuk biaya modal ratarata tertimbang dengan minus:
K0=Ke.(E/V) + Kd.(l-T).(D/V)

Dalam hal ini:
Page 3

Penilaian Investasi Sektor Publik dan Pengukuran Kinerja Sektor Publik
K0 = biaya modal total
Ke = biaya modal (tingkat keuntungan yang disyaratkan atas investasi modal)
Kd = biaya utang (tingkat keuntungan yang disyaratkan atas investasi utang)
T = Tingkat pajak
E = Harga pasar saham

D = harga pasar surat berharga utang
V = E + D = nilai pasar perusahaan secara keseluruhan
Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan menyatakan social discount rate
sebagai suatu tingkat yang merefleksikan preferensi masyarakat terhadap manfaat saat ini atas
manfaat yang akan diterima di masa yang akan datang, atau disebut social time preference rate
(STPR).
Inflasi
Penilaian investasi harus memperhitungkan perkiraan tingkat inflasi. Semakin tinggi tingkat
inflasi, semakin rendah nilai riil keuntungan di masa depan yang diharapkan (expectedfuture returns)
sehingga semakin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan. Inflasi yang tinggi menyebabkan
required rate of return semakin tinggi.

Risiko dan Ketidakpastian
Required rate of return akan semakin tinggi jika risiko investasi naik. Ketidakpastian ekonomi
dan hukum, kekacauan sosial-politik, tidak adanya jaminan keamanan, dan kebijakan yang tidak
konsisten dapat meningkatkan risiko investasi. Faktor-faktor tersebut menyumbang risiko investasi
suatu negara (country risk) yang jika sudah sangat parah dapat mengarah pada kategori default
country. Terjaminnya keamanan berinvestasi, penegakan hukum dan demokrasi, terjaminnya property
right dan contract right dapat menurunkari risiko investasi.
Capital Rationin

Capital Rationing: keadaan ketika organisasi menghadapi masalah ketersediaan dana untuk
melakukan pengeluaran investasi. Pada organisasi sektor publik, selain memperhatikan faktor-faktor
di atas penilaian investasi publik juga harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. Tingkat utang pemerintah
2. Tingkat kesempatan sosial yang dikorbankan (social opportunity cost rate)
3. Social time preference rate
Tingkat utang pemerintah adalah jumlah yang harus dibayarkan pemerintah sehu-bungan
dengan perolehan sumber pembiayaan di luar pajak. Social opportunity cost rate terkait dengan
pengertian bahwa proyek pemerintah harus dapat menghasilkan tingkat keuntungan (return) yang
minimal sama dengan tingkat keuntungan proyek sektor swasta dengan peng-gunaan dana yang sama.
Page 4

Penilaian Investasi Sektor Publik dan Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Sedangkan social time preference rate merefleksikan tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh
masyarakat jika menunda konsumsi saat ini untuk kepentingan konsumsi di masa depan.

E.

TEKNIK DASAR PENILAIAN INVESTASI PUBLIK
Pada dasarnya, prinsip penilaian investasi sangat sederhana. Terdapat empat langkah

utama untuk mengevaluasi suatu proyek investasi, yaitu:
1. Identifikasi kebutuhan investasi yangmungkin dilakukan
Organisasi sektor publik seringkali dihadapkan pada banyak altematif investasi untuk
mencapai tujuan organisasinya. Oleh karena itu perlu diidentifikasi alternatif-alternatif yang
memungkinkan untuk dianalisis lebih lanjut.
2. Menentukan semua manfaat dan biaya dari proyek yang akan dilaksanakan (cost/benefit
relationship).
Perhitungan manfaat dan biaya harus pula memasukkan analisis manfaat dan biaya sosial
(social cost/benefit) yang ditimbulkan dari investasi publik yang akan dilakukan Pada
organisasi sektor publik biaya dan manfaat seringkali tidak dapat secara langsung diukur
dengan satuan uang, sehingga teknik-teknik analisis biaya manfaat sangat cocok untuk
diterapkan.
3. Menghitung manfaat dan biaya dalam rupiah.
Langkah kedua adalah menghitung manfaat dan biaya investasi dalam satuan rupiah.
Terkadang terdapat kesulitan dalam langkah kedua ini. Kesulitan yang dihadapi adalah
apabila biaya dan manfaat dari suatu proyek tidak dapat diukur dalam bentuk rupiah.
4. Memilih proyek yang memiliki manfaat terbesar dan efektivitas biaya yang tinggi
Rasio biaya dan manfaat atau efektivitas biaya merupakan titik awal penentuan penerimaan
proyek, ada banyak ketidakpastian yang dapat mempengaruhi perhitungan. Dapat
vmenggunakan analisis moneter., yang mungkin mengindikasi bahwa proyek akan

memberikan nilai uang terbaik.
Terdapat beberapa teknik untuk melakukan penilaian investasi, yang dibedakan menjadi 2
metode:
1. metode penilaian invesyasi tradisisonal
2. metode aliran kas yang diskontokan (discounted cah flow/DCF)
Net Present Value
Net present value dapat dirumuskan sebagai berikut:
Page 5

Penilaian Investasi Sektor Publik dan Pengukuran Kinerja Sektor Publik

NPV =

CF 0

CF 1
(1+i)

+


+

CF 2
(1+i)²

+

Atau
Dalam hal ini:
i = tingkat diskonto
n = 1,……..,50 th. (umur proyek)
CF = cash flow

Dengan formulasi lain, NPV dinyatakan:
NPV = (Cash flow x Present value factor) – Investasi
=(CF x pvᶘ) - 1
(CF x pvᶘ) disebut juga Gross Present Value.

Net Present Benefits (NPB)
Net Present Benefits (Manfaat Bersih Sekarang) merupakan nilai bersih suatu proyek

setelah dikurangi seluruh biaya pada satu tahun tertentu dari keuntungan atau manfaat yang
diterima pada tahun yang bersangkutan dan didiskontokan dengan tingkat bunga yang
berlaku.
Net present benefit dapat dirumuskan sebagai berikut:

NPB =

M0

- C0 +

M -C
M₂
+
( 1 + t )
( 1 + t )²

Atau
n

M n - Bn

Dalam hal ini :
NPB

= nilai bersih, yaitu manfaat dikurangi dengan biaya di tahun ke-n

‘i

= tingkat bunga

.n

= 1, ........., 50 th (umur proyek)

M

= Manfaat
Page 6

Penilaian Investasi Sektor Publik dan Pengukuran Kinerja Sektor Publik
C

= Biaya

Catatan : Proyek yang dipilih adalah jenis proyek yang memiliki NPB tertinggi
Analisis Payback Period
Metode payback period digunakan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian investasi.
Payback period dirumuskan sebagai berikut:
Payb ack Period =

In vestasi Awal
Keun tu ngan Tahun an

Payback period merupakan teknik analisis investasi yang relatif mudah dan sederhana. Sehingga banyak digunakan. Namun demikian, Payback period mengandung kelemahan, yaitu:

1.

Metode ini mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi atau proceeds yang diperoleh
setelah payback period tercapai.

2.

Metode payback period mengabaikan nilai waktu uang.

3.

Metode payback period tidak dapat digunakan untuk pengambilan keputusan investasi
yang bersifat mutually exclusive.

Analisis Biaya-Manfaat (Cost Benefit Analysis)
Metode cost benefit analysis (CBA) atau benefit cost ratio merupakan cara
mengevaluasi suatu proyek dengan membandingkan nilai sekarang (present value)
dari seluruh manfaat keuntungan yang diperoleh dengan nilai sekarang dari seluruh
biaya proyek tersebut.
Analisis Benefit-Cost Ratio dirumuskan sebagai berikut:

M=

M0 +

C=

C0 +

M1
(1+ i)

C1

+

+

M₂
+
( 1 + i )²
C₂

+

Kelemahan metode B-C ratio adalah tidak adanya pedoman yang jelas mengenai hal-hal yang
masuk sebagai perhitungan biaya dan manfaat. Di satu sisi dapat dimasukkan sebagai biaya,
namun di sisi lain dapat masuk sebagai manfaat, sehingga kemungkinan terjadi mani-pulasi
besar. Secara umum, kelemahan ini disebabkan karena adanya kesulitan dalam peng-hitungan
manfaat dan biaya. Biaya dianggap sebagai manfaat negatif. Dengan demikian B-C ratio
dapat berpeluang memberikan hasil yang keliru dalam menentukan proyek.

Page 7

Penilaian Investasi Sektor Publik dan Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Analisis Efektivitas Biaya (Cost-Effectiveness Analysis)

Analisis efektivitas biaya dilakukan karena terdapat kesulitan dalam menghitung
biaya dan manfaat sosial secara kuantitatif. Analisis cost-effectiveness meliputi
penilaian terhadap biaya dan manfaat yang dapat dikuantifikasi, baik di masa sekarang
maupun di masa yang akan dating atas suatu proyek dengan pengaruh atau dampak
yang tidak dapat dikuantifikasikan, namun tidak dinilai.
Langkah-langkah dalam melakukan analisis efektivitas biaya adalah sebagai berikut:

1. Menentukan jumlah dan waktu atas semua biaya modal. Hal tersebut meliputi pula
penentuan biaya bangunan, peralatan, dan tanah. Hal ini penting karena sumber daya
yang diperlukan oleh sebuah proyek harus dinilai pada opportunity cost penuhnya.
2. Membuat estimasi biaya yang akan terjadi (running cost) selama umur yang diharapkan dari
suatu proyek.

3. Membuat estimasi output terukur selama umur yang diharapkan dari suatu proyek.
4. Membuat estimasi pengaruh biaya dan pendapatan atas aktivitas yang dilakukan.
5. Mendiskontokan biaya dan manfaat yang dapat diukur untuk memungkinkan
melakukan perbandingan.
6. Menjelaskan secara realistis mengenai kemungkinan adanya biaya-biaya dan manfaat
yang tidak dapat dikuantifikasi yang akan muncul dari proyek yang akan dijalankan.
Dalam praktiknya, terdapat beberapa kesulitan dalam melakukan analisis efektivitasbiaya. Kesulitan tersebut terjadi pada waktu membuat estimasi atau perkiraan
mengenai waktu dan besarnya jumlah biaya dan manfaat di masa datang. Kesulitan
juga dialami pada saat pemilihan tingkat diskonto (discount rale) yang tepat atau
penyesuaian untuk tingkat risiko dan ketidakpastian, sebagai gambaran dalam seksi
pendahuluan pada analisa cost-benefit

PENGERTIAN PENGUKURAN KINERJA
Page 8

Penilaian Investasi Sektor Publik dan Pengukuran Kinerja Sektor Publik

1.
2.
3.

B.

Kinerja
merupakan
gambaran
dari
pencapaian
pelaksanaan
suatu
kegiatan/program/kebijakan untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.
Menurut Mardiasmo (2002), sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem
yang bertujuan untuk membantu manajer sektor publik menilai pencapaian suatu strategi
melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Sistem pengukuran kinerja ini dapat dijadikan
sebagai alat pengendalian organisasi.
Maksud dilakukannya pengukuran kinerja sektor publik antara lain:
Membantu memperbaiki kinerja pemerintah agar dapat berfokus pada tujuan dan sasaran
program unit kerja yangn pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas
organisasi sektor publik dalam memberikan layanan kepada masyarakat.
Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan
keputusan.
Untuk mewujudkan tanggung jawab publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.
Selain itu, pihak legislatif menggunakan ukuran kinerja ini untuk menentukan
kelayakan biaya pelayanan (cost of service) yang dibebankan kepada masyarakat pengguna
jasa publik karena mereka tidak mau selalu ditarik pungutan tanpa adanya peningkatan
kualitas dan kuantitas dari pelayanan yang diterima tersebut.
Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada indikator tunggal
yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif. Berbeda dengan
sektor swasta, karena sifat output yang dihasilkan sektor publik lebih banyak bersifat
intangible output, maka ukuran finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor
publik. Oleh karena itu, perlu dikembangkan ukuran kerja non-finansial.
TUJUAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA

Tujuan sistem pengukuran kinerja antara lain:
1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down and bottom up).
2. Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang sehingga dapat
ditelusur berkembangan pencapaian strateginya.
3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta
motivasi untuk mencapai good congruence.
4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan
kolektif yang rasional.
C. MANFAAT PENGUKURAN KINERJA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Berikut ini adalah manfaat dari pengukuran kinerja:
Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja
manajemen
Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan.
Untuk memonitor dan mengawasi pencapaian kinerja dan membandingkannya dengan target
kinerja serta melakukan tindakan kolektif untuk memperbaiki kinerja.
Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward and punishment).
Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja
organisasi.
Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
Membantu memahami kegiatan instansi pemerintah.
Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.
Page 9

Penilaian Investasi Sektor Publik dan Pengukuran Kinerja Sektor Publik
D. PRINSIP-PRINSIP PEMILIHAN UKURAN KINERJA
Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih ukuran-ukuran
kinerja instansi yang sesuai dengan skema indikator:
Evaluasi kembali ukuran yang ada Informasi kinerja tetap dibutuhkan oleh
manajemen. Apabila skema indikator kinerja
sudah tidak berfungsi, maka manajemen akan
mengembangkan skema baru.
Mengukur kegiatan yang penting, Kinerja selalu berorientasi hasil. Ukuran hasil
tidak hanya hasil
sering diformulasikan dalam rasio keuangan.
Pencapaian hasil akan menunjukkan adanya
permasalahan. Hasil tersebut tidak akan
menunjukkan diagnosis hasil.
Pengukuran harus mendorong tim Pembagian proses pengukuran menciptakan
kerja yang akan mencapai tujuan
lingkungan tim kerja yang aktivitasnya
diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi.
Pengukuran harus merupakan Agar efektif, sistem pengukuran harus
perangkat
yang
terintegrasi, diciptakan sebagai perangkat terintegrasi
seimbang dalam penerapannya
yang diperoleh dari strategi perusahaan.
Sebagian
besar
perusahaan
berusaha
meminimalkan biaya, meningkatkan kualitas,
mengurangi waktu pelaksanaan produksi dan
menciptakan pengembalian investasi yang
wajar.
Pengukuran harus memiliki fokus Ukuran internal yang umum dipakai dalam
eksternal jika memungkinkan
sebuah organisasi perbandingan kinerja dari
tahun ke tahun. Suatu perbandingan tertentu
dapat dilakukan ke tingkatan mikro: divisi,
departemen, kelompok, bahkan individu.
E. SKALA PENGUKURAN
Skala pengukuran dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
a. Skala Nominal
Skala nominal merupakan skala pengukuran yang paling rendah tingkatannya karena denga
skala ini obyek pengukuran hanya dapat dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri yang sama,
yang berbeda dengan kelompok lain. Kelompok-kelompok atau golongan tidak dibedakan
berdasarkan tingkatan, karena kelompok yang satu tidak dapat dikatakan lebih rendah atau
lebih tinggi tingkatannya dari pada kelompok yang lain, tetapi hanya sekedar berbeda.
b. Skala Ordinal
Skala ini lebih tinggi tingkatannya atau lebih baik dari pada skala nominal karena selain
memiliki ciri-ciri yang sama dengan skala nominal, yaitu dapat mengolongkan obyek dalam
golongan yang berbeda, skala ordinal juga mempunyai kelebihan dari skala nominal, yaitu
bahwa golongan-golongan atau klasifikasi dalam skala ordinal ini dapat dibedakan
tingkatannya. Ini berarti bahwa suatu golongan dapat dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah
dari pada golongan yang lain.
c. Skala Interval
Page 10

Penilaian Investasi Sektor Publik dan Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Skala interval memiliki kelebihan yaitu mempunyai unit pengukuran yang sama, sehingga
jarak antara satu titik dengan titik yang lain, atau antara satu golongan dengan golongan yang
lain dapat diketahui.
d. Skala rasio
Skala rasio merupakan skala yang paling tinggi tingkatannya karena skala ini mempunyai
ciri-ciri yang dimiliki oleh semua skala di bawahnya. Skala rasio memiliki titik nol yang
sebenarnya yang berarti bahwa apabila suatu obyek diukur dengan skala rasio dan berada
pada titik nol, maka gejala atau sifat yang diukur benar-benar tidak ada.
F. SIKLUS PENGUKURAN KINERJA
Pengukuran kinerja dilakukan dengan melalui lima tahapan berikut ini:
1. Perencanaan strategi: siklus pengukuran kinerja dimulai dengan proses penskemaan strategi,
yang berkenaan dengan penetapan visi, misi, tujuan dan sasaran, kebijakan, program
operasional san kegiatan/aktivitas.
2. Penciptaan indikator kinerja: penciptaan indikator kinerja dilakukan setelah perumusan
strategi. Indikator yang mudah adalah untuk aktivitas yang dapat dihitung, contohnya adalah
jumlah klaim yang diproses.
3. Mengembangkan sistem pengukuran kinerja: tahap ini terdiri dari tiga langkah, yaitu:
pertama, meyakinkan keberadaan data yang diperlukan dalam siklus pengukuran kinerja.
Kedua, mengukur kinerja dengan data yang tersedia dan data yang dikumpulkan. Ketiga,
penggunaan data pengukuran yang dihimpun, harus dipresentasikan dalam cara-cara yang
dapat dimengerti dan bermanfaat.
4. Penyempurnaan ukuran: pada tahap ini dilakukan pemikiran kembali atas indikator hasil
(outcomes) dan indikator dampak (impacts) menjadi lebih penting dibandingkan dengan
pemikiran kembali atas indikator masukan (inputs) dan keluaran (outputs).
5.
Pengintegrasian dengan proses manajemen: bagaimana menggunakan ukuran kinerja
tersedian secara efektif merupakan tantangan selanjutnya. Penggunaan data organisasi dapat
dijadikan alat untuk memotivasi tindakan dalam organisasi.
G. INFORMASI YANG DIGUNAKAN UNTUK PENGUKURAN KINERJA
a.

Informasi Finansial
Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang telah dibuat.
Penilaian tersebut dilakukan dengan menganalisis varians (selisih atau perbedaan) antara
kinerja aktual dengan anggaran yang dianggarkan.
Analisis varians secara garis besar berfokus pada :
1. Varians pendapatan (revenue varians)
Varians pendapatan adalah semua penerimaan dalam bentuk peningkatan aktiva atau
penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
2. Varians pengeluaran (expenditure variance)
 Varians belanja rutin
Anggaran belanja rutin adalah anggaran yang disediakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan
yang sifatnya lancar dan terus menerus yang dimaksudkan untuk menjaga kelemahan roda
pemerintahan dan memelihara hasil-hasil pembangunan.
 Varians belanja investasi/modal (recurrent expenditure variance)
Belanja investasi/modal adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi satu tahun
anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan pemerintah, dan selanjutnya akan
menambah anggaran rutin untuk biaya operasional dan pemeliharaan.
Page 11

Penilaian Investasi Sektor Publik dan Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Setelah dilakukan analisis varians maka tahap selanjutnya dilakukan identifikasi sumber
penyebab terjadinya varians dengan menelusur varians tersebut hingga level manajemen
paling bawah.
b. Informasi Nonfinansial
Informasi nonfinansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses pengendalian
manajemen. Teknik pengukuran kinerja yang komprehensif dan banyak dikembangkan oleh
berbagai organisasi dewasa ini adalah Balanced Scorecard. Metode Balanced Scorecard
merupakan pengukuran kinerja organisasi berdasarkan aspek finansial dan juga aspek
nonfinasial. Balanced Scorecard dinilai cocok untuk organisasi sektor publik karena
Balanced Scorecard tidak hanya menekankan pada aspek kuantitatif-finansial, tetapi juga
aspek kualitatif dan nonfinansial. Hal tersebut sejalan dengan sektor publik yang
menempatkan laba bukan hanya sebagai ukuran kinerja utama, namun pelayanan yang
cenderung bersifat kualitatif dan nonkeuangan (Mahmudi, 2007). Pengukuran dengan metode
ini melibatkan empat aspek, antara lain :
1.Perspektif finansial (financial perspective)
Perspektif finansial menjadi perhatian dalam balanced scorecard karena ukuran keuangan
merupakan ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang terjadi yang disebabkan oleh
pengambilan keputusan. Aspek keuangan menunjukkan apakah perencanaan, implementasi
dan pelaksanaan dari strategi memberikan perbaikan yang mendasar. Pengukuran kinerja
keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis, yaitu:
 Growth (bertumbuh) : tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana perusahaan
memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Disini manajemen terikat dengan komitmen untuk
mengembangkan suatu produk/jasa dan fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi,
mengembangkan sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung
hubungan global, serta membina dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan.
 Sustain (bertahan) : tahapan kedua dimana perusahaan masih melakukan investasi dan
reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Pada tahap ini, perusahaan
mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan mengembangkannya jika
memungkinkan.
 Harvest (menuai) : Tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar menuai hasil investasi
ditahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi investasi besar, baik ekspansi pembangunan
kemampuan baru, kecuali pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan.
2. Perspektif kepuasan pelanggan (customer perspective)
Dalam perspektif ini perhatian perusahaan harus ditujukan pada kemampuan internal untuk
peningkatan kinerja produk, inovasi dan teknologi dengan memahami selera pasar. Dalam
perspektif ini peran riset pasar sangat besar. Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok
pengukuran, yaitu:
 Core measurement group, yang memiliki beberapa komponen pengukuran, yaitu:
 Pangsa Pasar (market share): pangsa pasar ini menggambarkan proporsi bisnis yang dijual
oleh sebuah unit bisnis di pasar tertentu. Hal itu diungkapkan dalam bentuk jumlah pelanggan
uang yang dibelanjakan atau volume satuan yang terjual.

Page 12

Penilaian Investasi Sektor Publik dan Pengukuran Kinerja Sektor Publik
 Retensi Pelanggan (Customer Retention) : menunjukkan tingkat dimana perusahaan dapat
mempertahankan hubungan dengan pelanggan. Pengukuran dapat dilakukan dengan
mengetahui besarnya presentase pertumbuhan bisnis dengan pelanggan yang asa saat ini.
 Akuisisi Pelanggan (Customer Acquisition) : pengukuran ini menunjukkan tingkat dimana
suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan baru memenangkan bisnis baru. Akuisisi ini
dapat diukur dengan membandingkan banyaknya jumlah pelanggan baru di segmen yang ada.
 Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction) : pengukuran ini berfungsi untuk mengukur
tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan kriteria spesifik dalam value proportion.
 Customer Value Proportion yang merupakan pemicu kinerja yang terdapat pada Core value
proportion didasarkan pada atribut sebagai berikut:
 Product/service attributes yang meliputi fungsi produk atau jasa, harga dan kualitas.
Perusahaan harus mengidentifikasikan apa yang diinginkan pelanggan atas produk atau jasa
yang ditawarkan.
 Customer relationship adalah strategi dimana perusahaan mengadakan pendekatan agar
perasaan pelanggan merasa puas atau produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan.
 Image and reputation membangun image dan reputasi dapat dilakukan melalui iklan dan
menjaga kualitas seperti yang dijanjikan.
3. Perspektif efisiensi proses internal (internal process efficiency)
Dalam hal ini perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis utama yaitu:
 Proses inovasi
Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan, proses inovasi merupakan salah satu
kritikal proses, dimana efisiensi dan efektifitas serta ketepatan waktu dari proses inovasi ini
akan mendorong terjadinya efisiensi biaya pada proses penciptaan nilai tambah bagi
pelanggan. Proses inovasi dapat dibagi menjadi dua yaitu:
 Pengukuran terhadap proses inovasi yang bersifat penelitian dasar dan terapan
 Pengukuran terhadap proses pengembangan produk.
 Proses Operasi
Pada proses operasi yang dilakukan oleh masing-masing organisasi bisnis, lebih
menitikberatkan pada efisiensi proses, konsistensi, dan ketepatan waktu dari barang dan jasa
yang diberikan kepada pelanggan.
 Pelayanan Purna Jual
Tahap terakhir dalam pengukuran proses bisnis internal adalah dilakukannya pengukuran
terhadap pelayanan purna jual kepada pelanggan. Pengukuran ini menjadi bagian yang cukup
penting dalam proses bisnis internal, karena pelayanan purna jual ini akan berpengaruh
terhadap tingkat kepuasan pelanggan.
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective).
Kaplan (Kaplan, 1996) mengungkapkan betapa pentingnya suatu organisasi bisnis untuk terus
mempertahankan karyawannya, memantau kesejahteraan karyawan dan meningkatkan
pengetahuan karyawan karena dengan meningkatnya tingkat pengetahuan karyawan akan
meningkatkan pula kemampuan karyawan untuk berpartisipasi dalam pencapaian hasil ketiga
perspektif diatas dan tujuan perusahaan. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan organisasi
merupakan faktor pendorong dihasilkannya kinerja yang istimewa dalam tiga perspektif
Balanced Scorecard.
Perspekti/Faktor yang Dinilai
Misi atau Visi
Page 13

Penilaian Investasi Sektor Publik dan Pengukuran Kinerja Sektor Publik

2)
3)
4)
5)

Jenis informasi non-finansial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel kunci.
Variabel kunci adalah variabel yang mengindikasikan faktor-faktor yang menjadi
penyebab kesuksesan organisasi. Karakteristik variabel kunci, yaitu :
1) Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi
Sangat volatile (mudah berubah) dan dapat berubah dengan cepat
Perubahannya tidak dapat diprediksi
Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera
Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui ukuran antara
(surrogate). Sebagai contoh kepuasan masyarakat tidak dapat diukur secara langsung akan
tetapi dapat dibuat ukuran antaranya, misalnya jumlah aduan, tuntutan dan demonstrasi dapat
dijadikan variabel kunci.
Contoh Variabel Kunci
Dinas/Unit Kerja
Rumah Sakit dan
hotel
Klinik Kesehatan
Perusahaan
Listrik Negara
Perusahaan
Telekomunikasi
Perusahaan Air
Minum
DLLAJ
Pekerjaan Umum
Kepolisian
DPR/DPRD

Dipenda

a.

b.
c.
d.

Variabel Kunci
Tingkat hunian kamar (kamar yang dipakai : jumlah total
kamar yang tersedia)
Jumlah pelannggan (masyarakat) yang dilayani per hari
KWH yang terjual
Jumlah pulsa yang terjual
Jumlah debit air yang terjual
Jumlah alat angkutan umum
Paid seats/capacity seats
Panjang jalan yang dibangun/diperbaiki
Panjang jalan yang disapu/dibersihkan
Jumlah kriminalitas yang tertangani
Jumlah kecelakaan/pelanggaran lalu lintas
Jumlah pengaduan masyarakat yang tertangani
Jumlah pengaduan dan tuntutan masyarakat yang
tertangani
Jumlah rapat yang dilakukan
Jumlah undang-undang atau perda yang dihasilkam
Jumlah peserta rapat per total anggota
Jumlah pendapatan yang terkumpul

Agar pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan baik, berikut ini merupakan hal-hal yang
perlu diperhatikan:
Membuat suatu komitmen untuk mengukur kinerja dan memulainya dengan segera.
Hal yang perlu dilakukan oleh instansi adalah sesegera mungkin memulai upaya pengukuran
kinerja dan tidak perlu mengharap pngukuran kinerja akan langsung sempurna. Nantinya,
perbaikan atas pengukuran kinerja akan dilakukan.
Perlakuan pengukuran kinerja sebagai suatu proses yang berkelanjutan (on-going process)
Pengukuran kinerja merupakan suatu proses yang bersifat interaktif. Proses ini merupakan
suatu cerminan dari upaya organisasi untuk selalu berupaya memperbaiki kinerja.
Sesuaikan proses pengukuran kinerja dengan organisasi
Organisai harus menetapkan ukuran kinerja yang sesuai dengan besranya organisasi, budaya,
visi, tujuan, dan struktur organisasi.
Page 14

Penilaian Investasi Sektor Publik dan Pengukuran Kinerja Sektor Publik

H. PERANAN INDIKATOR KINERJA DALAM PENGUKURAN KINERJA
Indikator Kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan.
Indikator kinerja tersebut dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan utama organisasi
(critical success factors) dan indikator kinerja kunci (key performance indicator).
Faktor Keberhasilan Utama adalah suatu area yang mengindikasikan kesuksesan kinerja
unit kerja organisasi. Area ini merefleksikan preferensi manajerial dengan memperhatika
variabel-variabel kunci finansial dan non-finansial pada kondisi waktu tertentu.
Indikator Kinerja Kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat dianggap sebagai
ukuran kinerja kunci baik yang bersifat finansial maupun non-finansial untuk melaksanakan
operasi dan kinerja unit bisnis. Indikator ini digunakan oleh manajer untuk mendeteksi dan
memonitor capaian kinerja.
Komponen yang digunakan dalam penentuan indikator kinerja :
a. Biaya pelayanan (cost of service)
Indikator biaya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost), misalnya biaya per unit pelayanan
(panjang jalan yang diperbaiki, jumlah ton sampah yang terangkut, biaya per siswa).
Beberapa pelayanan mungkin tidak dapat ditentukan biaya unitnya karena output yang
dihasilkan tidak dapat dikuantifikasi atau tidak ada keseragaman tipe pelayanan yang
diberikan. Untuk kondisi tersebut maka dibuat indikator kinerja produksi misalnya belanja
per kapita.
b.Penggunaan (utilization)
Indikator ini membandingkan antara jumlah pelayanan yang ditawarkan (supply of service)
dengan permintaan publik (public demand). Indikator ini harus mempertimbangkan
preferensi publik sedangkan pengukurannya berupa volume absolut atau presentase tertentu,
misalnya presentase penggunaan kapasitas. Contoh lain yaitu rata-rata jumlah penumpang per
bus yang dioperasikan. Indikator kinerja ini digunakan untuk mengetahui frekuensi operasi
atau kapasitas kendaraan yang digunakan pada tiap-tiap jalur.
c. Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards)
Indikator ini merupakan indikator yang paling sulit diukur karena menyangkut pertimbangan
yang sifatnya subyektif. Contohnya yaitu perubahan jumlah komplain masyarakat atas
pelayanan tertentu.
d. Cakupan pelayanan (coverage)
Indikator ini perlu dipertimbangkan jika terdapat kebijakan atau peraturan perundangan yang
mensyaratkan untuk memberikan pelayanan dengan tingkat pelayanan minimal yang telah
ditetapkan.
e. Kepuasan (satisfaction)
Indikator kepuasan diukur melalui metode jajak pendapat secara langsung. Bagi pemerintah
daerah, metode penjaringan aspirasi masyarakat (need assessment) dapat juga digunakan
untuk menetapkan indikator kepuasan. Namun, dapat juga digunakan indikator proksi
misalnya jumlah komplain. Pembuatan indikator kinerja tersebut memerlukan kerjasama
antar unit kerja.
Contoh Pengembangan Indikator Kinerja
Dinas/Unit Kerja
Rumah Sakit

Indikator Kinerja
Biaya total rata-rata rawat jalan per pasien yang masuk
Biaya rata-rata pelayanan medis dan paramedis per pasien
yang masuk
Biaya rata-rata pelayanan umum (non-klinis) per pasien
Page 15

Penilaian Investasi Sektor Publik dan Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Klinik Kesehatan
Pekerjaan Umum

Kepolisian

DPR/DPRD

Dipenda
I.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

yang masuk
Penggunaan fasilitas
Rata-rata masa tinggal pasien di rumah sakit
Jumlah pasien rata-rata per bed per tahun
Rasio antara pasien baru dengan pasien lama yang masuk
kembali
Proporsi tingkat hunian
Jumlah pelanggan yang dilayani per hari per jumlah total
penduduk untuk wilayah tertentu
Panjang jalan yang dibangun atau diperbaiki/total panjang
jalan
Panjang jalan yang disapu atau dibersihkan/total panjang
jalan
Kondisi jalan
Keamanan jalan (road safety)
% Jumlah kriminalitas yang tertangani/Jumlah kriminalitas
yang terdeteksi/tercatat
% Penurunan jumlah kecelakaan atau pelanggaran lalu
lintas
% Jumlah pengaduan masyarakat yang tertangani/Jumlah
total pengaduan masyarakat yang masuk
% Jumlah pengaduan dan tuntutan masyarakat yang
tertangani/Jumlah total aspirasi yang masuk
Jumlah rapat yang dilakukan per bulan/tahun
Jumlah peraturan yang dihasilkan per bulan/tahun
% Jumlah peserta rapat per total anggota
% Jumlah pendapatan yang terkumpul/potensi

INDIKATOR KINERJA DAN PENGUKURAN VALUE FOR MONEY
Menurut Mahmdi (2005:97) dalam bukunya Manajemen Kinerja Sektor Publik
menyatakan karakteristik indikator kinerja sebagai berikut :
Sederhana dan mudah dipahami,
Dapat diukur,
Dapat dikualifikasikan, misalnya dalam bentuk rasio persentase dan angka,
Diakitkan dengan standar atau target kinerja,
Berfokus pada costumer service, kualitas dan efisiensi,
Dikaji secara teratur.
Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan
pada tiga elemen utama yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
Value for money merupakan inti dari pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah.
Permasalahan yang sering dihadapi oleh pemerintah dalam melakukan pengukuran kinerja
adalah sulitnya mengukur output karena output yang dihasilkan tidak selalu berupa output
berwujud tetapi lebih banyak berupa intangible output. Untuk dapat mengukur kinerja
pemerintah maka perlu diketahui indikator-indikator kinerja sebagai dasar penilaian kinerja.
Mekanisme yang diperlukan untuk menentukan indikator kinerja, antara lain :
1) Sistem perencanaan dan pengendalian
Meliputi proses, prosedur, dan struktur yang memberi jaminan bahwa tujuan organisasi telah
dijelaskan dan dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi dengan menggunakan rantai
Page 16

Penilaian Investasi Sektor Publik dan Pengukuran Kinerja Sektor Publik

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

komando yang jelas yang didasarkan pada spesifikasi tugas pokok dan fungsi, kewenangan
serta tanggungjawab.
2) Spesifikasi dan standarisasi
Kinerja suatu kegiatan, program, dan organisasi diukur dengan menggunakan spesifikasi
teknis secara detail untuk memberikan jaminan bahwa spesifikasi teknis tersebut dijadikan
sebagai standar penilaian.
3) Kompetensi teknis dan profesionalisme
Untuk memberikan jaminan terpenuhinya spesifikasi teknis dan standarisasi yang ditetapkan
maka diperlukan personel yang memiliki kompetensi teknis dan professional dalam bekerja.
4) Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar
Mekanisme ekonomi terkait dengan pemberian penghargaan dan hukuman (reward and
punishment) yang bersifat finansial, sedangkan mekanisme pasar terkait dengan penggunaan
sumber daya yang menjamin terpenuhinya value for money. Ukuran kinerja digunakan
sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (alat pembinaan).
5) Mekanisme sumber daya manusia
Pemerintah perlu menggunakan beberapa mekanisme untuk memotivasi stafnya untuk
memperbaiki kinerja personal dan organisasi.
Peran indikator kinerja bagi pemerintah antara lain :
Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi
Untuk mengevaluasi target akhir (final outcome) yang dihasilkan
Sebagai masukan untuk menentukan skema insensif manajerial
Memungkinkan bagi pemakai jasa layanan pemerintah untuk melakukan pilihan
Untuk menunjukkan standar kinerja
Untuk menunjukkan efektivitas
Untuk membantu menentukan aktivitas yang memiliki efektivitas biaya yang paling baik
untuk mencapai target sasaran
Untuk menunjukkan wilayah, bagian, atau proses yang masih potensial untuk dilakukan
penghematan biaya.

J.

PENGUKURAN VALUE FOR MONEY
Kriteria pokok manajemen publik didasari atas : ekonomi, efisiensi, efektivitas,
transparansi, dan akuntabilitas publik. Dengan tujuan yang dikehendaki masyarakat
mencakup pertanggungjawaban atas pelaksanaan value for money, yaitu: ekonomis (hermat
cermat) dalam pengadaan dan alokasi sumberdaya, efisiensi (berdaya guna) dalam
penggunaan sumberdaya, serta efektif (berhasil guna) dalam arti mencapai tujuan atau
sasaran.
Untuk mengukur kinerja organisasi dapat dilakukan secara obyektif digunakanlah
indikator kinerja, yang idealnya terkait paada efisiensi biaya dan kualitas pelayanan.
K. PENGEMBANGAN INDIKATOR VALUE FOR MONEY
Peran indikator kinerja adalah untuk menyediakan informasi sebagai pertimbangan
untuk pembuatan keputusan. Indikator value for money dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
indikator alokasi biaya (ekonomi dan efisisensi), dan indikator kualitas pelayanan
(Efektifitas). Indikator kinerja harus dapat dimanfaatkan oleh pihak internal maupun
eksternal dan juga akan membantu pemerintah dalam proses pengambilan keputusan
anggaran dan dalam mengawasi kinerja anggaran.
a. Tiga pokok bahasan dalam indikator value for money:
 Ekonomi

Page 17

Penilaian Investasi Sektor Publik dan Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Ekonomi adalah hubungan antara pasar dan maukan (cost of input). Dengan kata lain,
ekonomi adalah praktik pembelian barang dan jasa input dengan tingkat kualitas teretentu
pada harga terbaik yang dimungkinkan (spending less).
Efisiensi
Efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktifitasnya. Pengukuran efisiensi dilakukan
dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilakn terhadap input yang
diguakan (cosh of output), dan dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja
tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya
(Spending well).
 Efektifitas
Pada dasarnya berhubungan erat dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna).
Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran
akhir kebijakan (spending wisely).
Dari uraian diatas value for money sangat berkaitan. Ekonomi membahas masukan
(input), efisiensi membahas masukan (input) dan keluaran (output), dan efektifitas membahas
mengenai keluaran (output) dan dampak (outcome). Dan hubungan nya dapat digambarkan
sebagai berikut:
b. Indikator efektifitas biaya (Cost-Effectiveness)
Indikator efisiensi dan efektifitas harus digunakan secara bersama-sama. Karena
disatu pihak mungkin pelaksanaanya sudah dilakukan secara ekonomis dan efisien akan
tetapi output yang dihasilkan tidak sesuai target. Sedang dipihak lain, program dikatakan
efektif dalam mencapai tujuan, tetapi tidak dicapai dengan cara ekonomis dan efisien. Jika
suatu program efektif dan efisien maka program tersebut dikatakan cost-effectivenness.
L. LANGKAH-LANGKAH PENGUKURAN VALUE FOR MONEY
 Pengukuran Ekonomi
Pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang dipergunakan dan merupakan
ukuran relatif.
 Pengukuran Efisiensi
Efisiensi dapat diukur dengan rasio antara output dengan input.
Rasio efisiensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolute tetapi dalam bentuk relative, karena
efisiensi diukur dengan membandingkan keluaran dan masukan, maka perbaikan efisiensi
dapat dilakukan dengan cara:
- Meningkatkan output pada tingkat input yang sama
- Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi peningkatan input.
- Menurunkan input pada tingkatan output yang sama.
- Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi penurunan output.
 Pengukuran Efektifitas
Efektifitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila
suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan
dengan efektif.
 Pengukuran Outcome
Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap masyarakat. Outcome lebih
tinggi nilainya daripada output, karena output hanya mengukur hasil tanpa mengukur
dampaknya terhadap masyarakat, sedangkan outcome mengukur kualitas output dan dampak
yang dihasilkan (Smith, 1996)
 Estimasi Indikator Kinerja
Estimasi dapat dilakukan dengan menggunakan :
a. Kinerja tahun lalu


Page 18

Penilaian Investasi Sektor Publik dan Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Digunakan sebagai dasar untuk mengestimasi indikator kinerja. Karena merupakan
perbandingan bagi unit untuk melihat seberapa besar kinerja yang telah dilakukan. Disamping
itu terdapat time lag antara aktivitas yang telah dilakukan dengan dampak yang timbul dari
aktivitas tersebut. Dampak yang timbul pada tahun sekarang dapat dirasakan pada tahun yang
akan datang.
b. Expert Judgement
Digunakan karena kinerja tahun lalu yang sangat berpengaruh terhadap kinerja berikutnya.
Teknik ini menggunakan pengetahuan dan pengalaman dalam mengestimasi indikator
kinerja. Expert judgrment digunakan untuk melakukan estimasi kinerja. Selain itu dari segi
biaya juga tidak terlalu mahal. Tetapi mempunyai kelemahan yaitu sangat tergantung pada
pandangan subyektif para pengambil keputusan. Dampak dari pencapaian kinerja tidak secara
otomatis dapat dikatakan bahwa unit tersebut mengalami peningkatan kinerja.
c. Trend
Digunakan dalam mengestimasi indikator kinerja karena adanya pengaruh waktu dalam
pencapaian kinerja unit kerja.
d. Regresi
Regresi dilakukan untuk menentukan seberapa besar pengaruh variabel-variabel independen
mampu mempengaruhi variabel dependen.
 Pertimbangan dalam Membuat Indikator Kinerja
Langkah awal dalam membuat indikator kinerja ekonomi, efisiensi, dan efektivitas
adalah memahami operasi dalam menganalisis kegiatan dan program yang akan
dilaksanakan. Terdapat dua jenis kebijakan yaitu input dan proses yang mempunyai tujuan
untuk mengatur alokasi sumber daya input untuk dikonversi menjadi output melalui satu atau
beberapa proses konversi atau operasi.
Hasil kebijakan ada tiga jenis, yaitu : output, akibat, dampak, dan distribusi manfaat.
Output yang diproduksi diharapkan akan memberikan sejumlah akibat dan dampak yang
positif tehadap tujuan program. Hal ini disebut dengan outcome program.
Apabila ukuran outcome tidak bersedia dan ukuran efektivitas suatu program yang
dapat dikuantifikasi tidak dapat ditentukan, maka perlu dikembangkan ukuran kinerja antara.
Karena ukuran kinerja pengganti tidak dapat mengukur secara tepat dalam pencapaian
program. Terlalu banyak perhatian terhadap ukuran pengganti tersebut dapat menyebabkan
perilaku disfungsional pada manajer dan pengambilan keputusan.
Contoh indikator kinerja di Perguruan Tinggi
Pertimbangan Input
Input Mahasiswa
- Latar belakang sosial ekonomi
- Latar belakang budaya
Sumber Daya
- Jumlah dosen
- Fasilitas
Indikator Proses
Staf
- Kualitas dosen
- Tingkat perpindahan dosen
Perkuliahan
- Frekuensi temu kelas dan konsultasi
- Rasio dosen
Kurikulum
- Mata kuliah utama
- Mata kuliah pilihan
Daya Dukung Pendidikan
- Forum-forum ilmiah
- Saran olahraga
Organisasi
- Manajemen perguruan tinggi
- Organisasi mahasiswa
Page 19

Penilaian Investasi Sektor Publik dan Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Mutually
Mahsiswa
Dosen

- Tingkat ekspektasi dosen
- Tingkat tanggung jawab mahasiswa
Indikator Output
- Sikap dan perilaku masasiswa
- Tingkat kehadiran dan ketidak hadiran
- Tingkat kehadiran dan ketidakhadiran
- Keterlambatan

Page 20