Manajemen Perencanaan Kesehatan by looki
ANALISIS PROFIL DINKES
KAB.BARRU TAHUN 2016
BY:
NURAMALYAH ALI
P1805216013
PROMOSI KESEHATAN
PPS FKM UNHAS
Luas Kabupaten
1.174,72 km2
(117.472 Ha)
• Jumlah penduduk
170.316 jiwa (lakilaki 81.705 jiwa
atau 48,0 % , dan
perempuan
88.611 jiwa atau
sebesar 52,0 %)
• Kepadatan
penduduk
terbanyak di
wilayah pekkae,
dan penduduk
terbanyak di
wilayah padongko
Berbatasan
dengan:
Terdiri dari 7
Kecamatan:
• Utara: Kota
Parepare dan Kab.
Sidrap
• Timur : Kab.
Soppeng dan Kab.
Bone
• Selatan :
Kabupaten
Pangkep
• Barat : Selat
Makassar
• Pujananting (7
desa)
• Tanete Riaja (7
desa)
• Tanete Rilau (10
desa)
• Barru (10 desa)
• Balusu ( 6 desa)
• Soppeng Riaja (7
desa)
• Mallusetasi (8
desa)
ANALISIS KOMUNITAS
Tingkat Pendidikan
35
Jumlah
Penduduk
Miskin
• Menurut BPS
Tahun 2015
sebesar 9,74 %
dari 170.316
jiwa atau sekitar
16.589 jiwa
• Penduduk
Miskin terdaftar
KIS 64.027 jiwa
30
Tdk memiliki
Ijazah SD
25
SD/MI
20
SLTP/MTs
15
SLTA/MA/Keju
ruan
10
Diploma
Universitas
5
0
%
AKI
14
12
10
8
6
4
2
0
KASUS TB
1800
1600
1400
2011
1200
AKI
1000
2012
800
2013
600
2014
400
2015
CAKUPAN PERSALINAN NAKES
200
0
2012 2013 2014 2015
Klinis
BTA+
100
98
KUNJUNGAN PERSALINAN
CAKUPAN TABLET Fe
96
2011
94
2012
92
% Cak. K4
97
96
95
94
93
92
91
90
89
105
2011
95
2012
90
2013
85
2014
80
2011 2012 2013 2014 2015
2014
88
100
%
Cak.
K4
2013
90
2015
75
Fe 1
Fe 3
2015
86
84
% Cakupan Persalinan
Oleh Nakes
CAKUPAN UCI
JENIS KONTRASEPSI
%
2015
2014
IUD
Suntikan
MOP/MOV
2013
Pil
2012
Kondom
2011
70
40
2011
35
30
2012
25
2013
20
2014
15
2015
10
5
0
Cakupan KB
80
102
100
98
96
94
92
90
88
86
84
82
80
90
100
2011
2012
2013
2014
2015
%KN
Cakupan Desa UCI
Cakupan Rumah Sehat
100
2015
80
2014
2013
60
2012
40
2011
20
75
0
2011
2012
2013
2014
2015
Diperiksa
87,3
80,7
86,9
72,2
100
Rumah Sehat
60,4
58,8
59,7
68,9
67,19
Cakupan Imunisasi
DPT-HB3/DPT-HBHip3; 90
105
100
CAMPAK; 93,9
BCG; 103,67
IMUNISASI
LENGKAP; 93,4
95
90
POLIO4; 92,3
85
80
BCG
DPT-HB3/DPTHB-Hip3
POLIO4
CAMPAK
IMUNISASI
LENGKAP
UCI
80
85
90
95
2011
2012
2013
2014
2015
92,6
90,7
90,9
81,8
90,9
PHBS
ASI Eksklusif
• 2015 persentase rumah tangga yang ber-PHBS
sebesar 47,1% dari 24.643 RT yang dipantau atau
sebanyak 11.606 RT (Total RT 43.043)
• Cakupan ASI Eksklusif 70,9%
Akses Air
Bersih
• Akses air minum pada tahun 2015 menurut data
dari Seksi Penyehatan Lingkungan Bidang P2PL
Dinas Kesehatan Kab. Barru sebesar 65,23 %
Rumah Sehat
• Presentase rumah sehat yang memenuhi syarat
sebesar 67,19 % atau 26.936 rumah.
Status Gizi
• Kasus Gizi Buruk pada balita 8 orang atau 0,06%
• Kasus BBLR 119 bayi dari 3.075 bayi lahir hidup
• Survei garam beryodium 2014, didapatkan 98,6 % atau 1.175 RT
positif mengandung yodium.
Mortality
Morbiditas
Penyakit
Menular
•
•
•
•
•
AKB : 6 orang (sebelumnya 2 orang)
AKABA : 5 orang
AKI : 4 jiwa, 130/100.000 kelahiran hidup
AHH: Tahun 2014 sebesar 67,73%
Kematian akibat TB 3 orang
• “Acute Flaccid Paralysis” (AFP) Non Polio: 1 orang
• Diare: 3.645 kasus, yang ditangani sebanyak 2.936 kasus
(80,6%).
• Kusta : 24 orang dengan angka penemuan kasus baru sebesar
14,09/100.000 penduduk
• DBD : 72 kasus dengan incidence rate per 100.000 penduduk
sebesar 42,3
• Filariasis ; 2 kasus
• Malaria :188 Suspek dan penderita positif sebanyak 24 orang
• TB : 1.563 suspek TB; BTA+ : 247 kasus (jmlh kumulatif dr thn
sblmnya)
• Kasus pneumonia yang ditemukan hanya 30 balita (2,3% dari
12.969 balita) padahal diperkirakan ada 1.297 kasus pneumonia
di lapangan
Morbiditas Penyakit Degeneratif
Kasus
No.
Jenis Penyakit Tidak Menular
Jumlah
Per. 100.000
Penduduk
1
Hipertensi
2.930
1.720
2
Kecelakaan Lalulintas
1.437
844
3
Diabetes Militus
835
490
4
ASMA
511
300
5
Strock
370
217
6
Ginjal Kronis
80
47
7
PPOK
36
21
8
Obesitas
31
18
9
Struma
31
18
Tumor Payudara
22
13
10
FOKUS PROGRAM
KIA
Perilaku Hidup
Masyarakat
Imunisasi
Khususnya pada kesehatan
anak, yaitu penemuan dan
Gizi
penangan kasus Pneumonia
di lapangan hanya 30 kasus
(2,3%) padahal diperkirakan
terdapat 1.297 kasus. Sehingga
diperkirakan pneumonia turut
memberi sumbangsih akan
tingginya angka kematian
neonatal yaitu 17 kasus dari
3.097 kelahiran.
Kesling
Usila
KB
FOKUS PROGRAM
Pneumonia
Data perkiraan
• Jumlah Balita
12.969
• Jumlah kasus yang
diperkirakan 1.297
• Jumlah kasus yang
ditemukan dan
ditangani 30 balita
(2,3%)
• Padongko 238 dari
2378
• Pekkae 149 dari
1488 balita
Data yang
ditemukan
• Bojo baru 17
balita (23,4%)
• Lisu 5 balita (6,7%)
DIAGNOSA SOSIAL
DIAGNOSA
KOMUNITAS
DIAGNOSA EPIDEMIOLOGI
DIAGNOSA PERILAKU
DIAGNOSA SOSIAL
Pendidikan
• Berada di daerah pesisir dan kebanyakan berprofesi nelayan
membuat tingkat pendidikan tertinggi adalah Sekolah dasar
• Presentasi Pendidikan SD 29,79%
• Tidak memiliki ijazah 22,8%
• SMP/MTs 16,92%
• SMA/MA 12,27%
Pekerjaan
• Sebagian besar berprofesi sebagai Nelayan
Pneumonia
Kesehatan
Non
kesehatan
BBLR
Tingkat pendidikan
Jenis pekerjaan
Diare
Pendapatan
DBD
Geografi
DIAGNOSA EPIDEMIOLOGI
KESEHATAN
DIARE
• Terdapat 3.645 kasus dan yang ditangani 2.936 (80,6%)
CAMPAK
• Terdapat 32 kasus campak
DBD
• Terdapat 72 kasus dengan insisden rate per 100.000 penduduk 42,3
BBLR
• Prevalensi BBLR mengalami peningkatan yaitu 38,7 per 1.000 bayi lahir, dengan
jumlah kasus 119 dari 3.075 bayi lahir hidup
Gizi Buruk
• Terdapat 8 kasus dengan 0,06% dari bayi lahir hidup
PERILAKU
PHBS
• 2015 persentase rumah tangga yang ber-PHBS sebesar 47,1% dari 24.643 RT yang dipantau
atau sebanyak 11.606 RT (Total RT 43.043)
• Keluarga yang berPHBS khususnya dengan tidak merokok dapat membantu keluarga
khsusunya anak balita dapat hidup dengan kondisi lingkungan keluarga yang kondusif bebas
polusi asap rokok yang bisa merusak jalannya sistem pernafasan dan paru-paru.
ASI Eksklusif
• Cakupan ASI Eksklusif 70,9%
• ASI sangat baik untuk bayi dalam pembentukan kekebalan tubuh yang alami sehingga bayi
tidak mudah untuk terserang penyakit yang berbahaya.
Jamban Sehat
• Jumlah penduduk yang memiliki sanitasi layak (jamban sehat) yaitu 49,78% dari jumlahh
170.316 penduduk. Dengan sistem sanitasi yang baik akan berdampak pada kebersihan
lingkungan sehingga sangat bermanfaat dalam mencegah terjadinya penularan penyakit
menular.
NON PERILAKU
Desa UCI
• Mengalami kenaikan dari tahun 2014 menjadi 50 Desa/Kelurahan (90,9%)
• Ketidak patuhan imunisasi lengkap sangat berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh
pada anak-anak. Denan pemberian imunisasi dapat mencegah anak-anak terhindar dari
penyakit pneumonia.
Rumah Sehat
• Presentase rumah sehat yang memenuhi syarat sebesar 67,19 % atau 26.936 rumah.
• Rumah yang sehat akan memiliki ventilasi udara yang cukup untuk memudahkan
terjadinya sirkulasi udara, sehingga dengan rumah yang sehat dapat mencegah
terjadinya penyakit pneumonia.
Air Minum termasuk bagus
• Akses air minum pada tahun 2015 menurut data dari Seksi Penyehatan Lingkungan
Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kab. Barru sebesar 65,23 %
PENDIDIKAN
Predisposisi
Pengetahuan
Sikap
Keyakinan
Pemungkin
Penguat
Sumber Daya
Individu
Keluarga
Fasilitas/Sarana
Petugas
kesehatan
Tokoh Agama
dan Tokoh
Masyarakat.
PREDISPOSISI
Pengetahuan
Sikap
Keyakinan
• Kurangnya pengetahuan akan pencegahan
penyakit pneumonia
• Kurangnya pengetahuan akan pentingnya
pemberian ASI Eksklusif dalam pembentukan
kekebalan tubuh terhadap anak
• Kurangnya pengetahuan akan pentingnya
mengakses layan kesehatan dalam pencarian
pengobatan penyakit pneumonia
• Masih kurang tegas untuk segera melakukan
pemeriksaan dan mengakses layanan
kesehatan di saat anak mengalami sakit
batuk biasa.
• Masih menganggap sepele sebuah penyakit
dan bisa mereka tangani dengan pemberian
obat tanpa resep dokter
• Masih adanya keyakinan bahwa layanan
kesehatan akan diakses di saat anak sudah
sakit parah, bukan di saat awal anak sakit
dan membutuhkan pengobatan dokter
P
E
N
D
I
D
I
K
A
N
Reinforcement
Keluarga : dukungan dari
pihak keluarga dalm
berperilaku hidup sehat
dan bersih, melakukan
imunisasi lengkap
terhadap anak dan
pemberian ASI Eksklusif
serta pentingnya
pencarian pengobatan di
saat anak sakit
Tokoh masyarakat/ tokoh
agama :pentingnya
pengetahuan akan
kesehatan dan penyakit
khususnya pneumonia
dimiliki oleh tokoh
masyarakat maupun
tokoh agama karena
mereka memiliki peran
penting dalam
mempengaruhi perilaku
dan persepsi masyarakat,
bahkan sangat
berpengaruh dalam
pembuatan sebuah
kebijakan apabila mereka
memiliki jabatan sebagai
stakeholder.
Petugas kesehatan:
kurangnya kesadaran dan
sosialisasi yang dilakukan
oleh petugas kesehatan
akan pentingnya
pencegahan penyakit
pneumonia
P
E
N
D
I
D
I
K
A
N
3. Enabling
• Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Barru sebanyak 688 tenaga
kesehatan yang terdiri dari Medis 46 Orang, Perawat 255 Orang, Bidan 102
Orang, Farmasi 37 Orang, Gizi 31 Orang, Perawat gigi 19 orang, Teknisi
Medis 34 Orang, Sanitasi 28 Orang, Kesehatan Masyarakat/Kesmas 43
Orang, Fisioterapi 8 Orang, Tenaga kesehatan lainnya 2 orang dan Tenaga
penunjang/pendukung kesehatan 83 orang.
• Kualitas tenaga kesehatan Promosi kesehatan pada 2 daerah Puskesmas
yang terkena pneumonia terbanyak, tidaklah spesifik lulusan promosi
kesehatan, akan tetapi menggunakan tenaga bidan dan perawat sebagai
petugas promkesnya.
Sarana dan Prasarana Kesehatan
• Jumlah Puskesmas sebanyak 12 unit terdiri dari 8 Puskesmas Perawatan
(Puskesmas Ralla, Lisu, Pekkae, Palakka, Madello, Mangkoso, Palanro dan
Bojo Baru) dan 4 Puskesmas Non Perawatan (Puskesmas Pujananting,
Padongko, Doi-Doi dan Pancana). Adapun jumlah Puskesmas Pembantu
pada tahun 2015 sebanyak 33 unit. .
• Khusus untuk wilayah Puskesmas Pekkae dan Padongko yang memiliki
kasus tertinggi pneumonia memang tidak proporsional dalam melakukan
pelayanan. Wilayah Puskesmas Padongko merupakan daerah yang
berpenduduk terbanyak di Kab.barru, sedangkan wilayah Puskesmas Pekkae
merupakn daerah yang padat terpadat penduduknya di daerah Kab.Barru,
sehingga hal tersebut sangat berpengaruh dalam kualitas layanan kesehatan
yang dilakukan oleh Puskesmas terhadap penduduk di wilayahnya.
P
E
N
D
I
D
I
K
A
N
Analisis Persoalan
AS
Analisis
Situasi
AP
Analisis persoalan
AK
Analisis keputusan
APP
Analisis persoalan potensial
Analisis Persoalan
DIARE
• Tingginya kasus diare dan pneumonia pada 2 daerah yang sama dimana di Padongko 647 kasus diare dari 30.220
penduduk dan Pekkae 326 kasus dari 15.224 penduduk sangat beresiko akan terjadinya angka kesakitan dan kematian
pada anak.
• Kejadian penyakit diare dan pneumonia dapat terpisah dan bersamaan, dan biasanya anak dengan pneumonia mengalami
diare karena infeksi pneumonia dapat mempengaruhi saluran pencernaan.
Pneumonia
• Dari 1.297 kasus pneumonia yang diperkirakan terjadi namun hanya 30 balita yang ditemukan dan ditangani atau 2,3%
• Dilihat dari wilayah terjadinya Pneumonia perkiraan terbanyak terjadi pada wilayah Pekkae dan padongko dan
berdasarkan pada kasus kematian neonatal dari 17 kasus kematian terdapat 4 kasus terjadi di pekkae yang kemungkinan
bisa disebabkan oleh pneumonia.
• Pneumonia merupakan The Forgetten Pandemic atau wabah raya yang terlupakan karena begitu banyak korban yang
meninggal karena pneumonia akan tetapi sangat sedikit perhatian yang diberikan kepada masalah pneumonia.
CAMPAK
• Tingginya kasus campak di wilayah Pekkae bahkan termasuk KLB campak karena terjadi 25 kasus, sangat berelasi kuat
dengan tingginya perkiraan kasus pneumonia di wilayah Pekkae. Hal ini karena Progaram Pengembangan Imunisasi (PPI)
yang meliputi imunisasi DPT dan campak dapat menurunkan proporsi kematian balita akibat pneumonia, dengan kata lain
campak, difteri dan pertusis bisa menyebabkan pneumonia atau merupakan penyakita penyerta pada pneumonia balita.
DBD
• Terdapatnya kasus DBD pada daerah Padongko 17 kasus, Bojo Baru 38 kasus, Madello 6 kasus, dan Pekkae 4 kasus
menandakan bahwa pada daerah tersebut memiliki PHBS terhadap lingkungan tempat tinggal masih rendah sehingga bisa
menyebabkan timbulnya penyakit lain selain DBD.
Analisis Persoalan (2)
BBLR dan Balita BGM
• Kasus BBLR tertinggi terjadi di daerah Palanro yaitu 24 kasus dari 326 blalita. Sedangkan Padongko terjadi 14 kasus dari
591 balita dan pekkae 13 kasus dari 326 balita. Yai ng secara tidak langsung juga berpengaruh pada proses
pertumbuhannya sehingga terjadi kasus BGM dengan kejadian di Pekkae 0,7% yaitu 9 dari 1488 balita dan padongko 0,3%
yaitu 5 kasus dari 2378 balita.
• Berat badan saat lahir sangat menentukan perkembangan dan pertumbuhan fisik serta mental balita, sehingga mudah
terkena penyakit infeki, terutama pneumonia dan sakit saluran pernapasan lainnya karena sistem pembentukan organnya
belum sempurna.
ASI EKSKLUSIF
• Rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif sangat berkorelasi dengan tingginya angka pneumonia. Hal ini terbukti dari
rendahnya cakupan ASI daerah Pekkae dan Padongko dimana ke2 tempat tersebut tinggi kasus pneumonianya. Cakupan
ASI Pekkae 53,5 % yaitu 137 dari 256 bayi, sedangkan Padongko 39, 7% yaitu 94 dari 237 bayi.
• ASI memgang peran penting dalam menjaga kesehatan dan kelangsungan hidup Bayi. Dan ini sesuai dengan hasil
penelitian Andri Widayat (2014, tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pneumonia pada Balita di wilayah
Puskesmas Mojogedang II Kab. Karanganyar), dimana pemberian ASI sangat bermanfaat dalam mencegah terjadinya kasus
pneumonia
Imunisasi
• Meskipun pada beberap penelitian disebitkan imunisasi tidak berpengaruh besar pada terjadinya kasus pneumonia akan
tetapi keterkaitan akan rendahnya cakupan imunisasi di Pekkae terendah sebagai desa UCI yaitu 1 dari 5 desa (20%)
sedangkan Padongko termasuk dalam 100 % desa UCI akan tetapi penyakit pneumonia bisa menjadi penyebab tidak
langsung yang sangat penting untuk segera diselesaikan.
Analisis Persoalan (3)
Gizi Buruk
• Terdapat 8 kasus dan tertinggi Mangkosos 2 kasus, Pekkae 1 kasus, dan
Padongko 1 Kasus
• Kasus gizi buruk juga sangat mempengaruhi sistem perkembangan dan
pertumbuhan fisik serta mental balita sehingga balita yang terkena gizi buruk
sangat rentan untuk terpapar penyakit infeksi, karena rendanya sistem
kekebalan tubuh yang dimiliki oleh balita dengan gizi buruk.
PHBS dan Jamban Sehat
• Dari 43.043 RT Paling rendah Bojo Baru 30,6%
• Terendah Bojo Baru 25,16 % , sedangkan pekkae 34,32%
• Pekkae 42,5% dari 4653 RT, dan padongko 48 % dari 7980 RT
Rumah Sehat
• Terendah Lisu yaitu 30,22% dan tertinggi 92,49% dari 6578 rumah
• Pekkae 69,89 % dari 4288 Rumah
Analisis
Keputusan
• Meningkatkan
penemuan
dan
penanganan
kasus
pneumonia
secara dini
MENGAPA PNEUMONIA PENTING?
Pneumonia
• Rendahnya penemuan dan
penanganan kasus pneumonia di
lapangan sangat beresiko akan
terjadinya peningkatan angka
kesakitan dan kematian yang
disebabkan oleh penyakit
pneumonia
• Penyakit pneumonia sangat
berperan dalam terjadinya angka
kematian pada balita, sedangkan
kesadaran akan pentingnya
penyelesaian masalah penyakit
ini masih sangat rendah
Memiliki banyak korelasi dengan
beberapa Penyakit
Pneumonia dapat dicegah dengan
mudah.
• Penyakit pneumonia dapat
menyebabkan diare, meskipun ke 2
penyakit tesebut dapat terjadi secara
terpisah.
• Penyakit pneumonia dapat terjadi pada
penderita campak.
• Pneumonia juga bisa terjadi pada
penderita BBLR, BGM, dan Gizi Buruk
disebabkan karena penyakit tersebut
mempengaruhi sistem perkembangan
dan pertumbuhan fisik serta mental
balita sehingga balita yang memiliki
masalah gizi sangat rentan untuk
terpapar penyakit infeksi, karena
rendanya sistem kekebalan tubuh yang
dimiliki oleh balita tersebut.
• Dengan meningkatkan cakupan akan
pemberian ASI Eksklusif sangat berarti
dalam mengurangi resiko dan
mencegah bayi balita terkena penyakit
pneumonia.
• Cakupan Imunisasi juga sangat
berpengaruh terhadap terjadinya kasus
pneumonia. Oleh karena itu dengan
meningkatkan cakupan imunisasi sangat
bermanfaat dalam mencegah terjadinya
pneumonia yang disebabkan oleh
penyakit campak.
• Perbaikan gizi. Rendahnya daya tahan
tubuh sangat memudahkan terjadinya
penyakit tertentu yang diakibatkan oleh
infeksi, oleh karena itu perbaikan gizi
sangat bermanfaat dalam penanganan
masalah pneumonia
Analisis
Persoalan
Potensial
• Meningkatkan cakupan
Imunisasi
• Meningkatkan cakupan
ASI Eksklusif pada
daerah yang tinggi
kasus pneumonia nya
khusunya Pekkae dan
Padongko
• Meningkatkan
kesadaran RT ber-PHBS
▪ Belum dilakukan pelaksanaan sweeping atau
kunjungan rumah untuk melengkapi status imunisasi
pada daerah-daerah yang cakupan imunisasinya
masih rendah, pada umumnya disebabkan
keterbatasan sumber daya atau tenaga banyak yang
merangkap dengan tugas lain.
▪ Belum semua Puskesmas membuat Pemantauan
Wilayah Setempat (PWS) imunisasi secara rutin
(bulanan, triwulanan) dikarenakan banyak petugas
imunisasi yang merangkap dengan tugas lain.
▪ Masih ada sebagian kecil orang tua yang menolak
anaknya untuk diimunisasi dikarenakan
keyakinan/kepercayaan agama, dan lain-lain.
TERIMA KASIH
KAB.BARRU TAHUN 2016
BY:
NURAMALYAH ALI
P1805216013
PROMOSI KESEHATAN
PPS FKM UNHAS
Luas Kabupaten
1.174,72 km2
(117.472 Ha)
• Jumlah penduduk
170.316 jiwa (lakilaki 81.705 jiwa
atau 48,0 % , dan
perempuan
88.611 jiwa atau
sebesar 52,0 %)
• Kepadatan
penduduk
terbanyak di
wilayah pekkae,
dan penduduk
terbanyak di
wilayah padongko
Berbatasan
dengan:
Terdiri dari 7
Kecamatan:
• Utara: Kota
Parepare dan Kab.
Sidrap
• Timur : Kab.
Soppeng dan Kab.
Bone
• Selatan :
Kabupaten
Pangkep
• Barat : Selat
Makassar
• Pujananting (7
desa)
• Tanete Riaja (7
desa)
• Tanete Rilau (10
desa)
• Barru (10 desa)
• Balusu ( 6 desa)
• Soppeng Riaja (7
desa)
• Mallusetasi (8
desa)
ANALISIS KOMUNITAS
Tingkat Pendidikan
35
Jumlah
Penduduk
Miskin
• Menurut BPS
Tahun 2015
sebesar 9,74 %
dari 170.316
jiwa atau sekitar
16.589 jiwa
• Penduduk
Miskin terdaftar
KIS 64.027 jiwa
30
Tdk memiliki
Ijazah SD
25
SD/MI
20
SLTP/MTs
15
SLTA/MA/Keju
ruan
10
Diploma
Universitas
5
0
%
AKI
14
12
10
8
6
4
2
0
KASUS TB
1800
1600
1400
2011
1200
AKI
1000
2012
800
2013
600
2014
400
2015
CAKUPAN PERSALINAN NAKES
200
0
2012 2013 2014 2015
Klinis
BTA+
100
98
KUNJUNGAN PERSALINAN
CAKUPAN TABLET Fe
96
2011
94
2012
92
% Cak. K4
97
96
95
94
93
92
91
90
89
105
2011
95
2012
90
2013
85
2014
80
2011 2012 2013 2014 2015
2014
88
100
%
Cak.
K4
2013
90
2015
75
Fe 1
Fe 3
2015
86
84
% Cakupan Persalinan
Oleh Nakes
CAKUPAN UCI
JENIS KONTRASEPSI
%
2015
2014
IUD
Suntikan
MOP/MOV
2013
Pil
2012
Kondom
2011
70
40
2011
35
30
2012
25
2013
20
2014
15
2015
10
5
0
Cakupan KB
80
102
100
98
96
94
92
90
88
86
84
82
80
90
100
2011
2012
2013
2014
2015
%KN
Cakupan Desa UCI
Cakupan Rumah Sehat
100
2015
80
2014
2013
60
2012
40
2011
20
75
0
2011
2012
2013
2014
2015
Diperiksa
87,3
80,7
86,9
72,2
100
Rumah Sehat
60,4
58,8
59,7
68,9
67,19
Cakupan Imunisasi
DPT-HB3/DPT-HBHip3; 90
105
100
CAMPAK; 93,9
BCG; 103,67
IMUNISASI
LENGKAP; 93,4
95
90
POLIO4; 92,3
85
80
BCG
DPT-HB3/DPTHB-Hip3
POLIO4
CAMPAK
IMUNISASI
LENGKAP
UCI
80
85
90
95
2011
2012
2013
2014
2015
92,6
90,7
90,9
81,8
90,9
PHBS
ASI Eksklusif
• 2015 persentase rumah tangga yang ber-PHBS
sebesar 47,1% dari 24.643 RT yang dipantau atau
sebanyak 11.606 RT (Total RT 43.043)
• Cakupan ASI Eksklusif 70,9%
Akses Air
Bersih
• Akses air minum pada tahun 2015 menurut data
dari Seksi Penyehatan Lingkungan Bidang P2PL
Dinas Kesehatan Kab. Barru sebesar 65,23 %
Rumah Sehat
• Presentase rumah sehat yang memenuhi syarat
sebesar 67,19 % atau 26.936 rumah.
Status Gizi
• Kasus Gizi Buruk pada balita 8 orang atau 0,06%
• Kasus BBLR 119 bayi dari 3.075 bayi lahir hidup
• Survei garam beryodium 2014, didapatkan 98,6 % atau 1.175 RT
positif mengandung yodium.
Mortality
Morbiditas
Penyakit
Menular
•
•
•
•
•
AKB : 6 orang (sebelumnya 2 orang)
AKABA : 5 orang
AKI : 4 jiwa, 130/100.000 kelahiran hidup
AHH: Tahun 2014 sebesar 67,73%
Kematian akibat TB 3 orang
• “Acute Flaccid Paralysis” (AFP) Non Polio: 1 orang
• Diare: 3.645 kasus, yang ditangani sebanyak 2.936 kasus
(80,6%).
• Kusta : 24 orang dengan angka penemuan kasus baru sebesar
14,09/100.000 penduduk
• DBD : 72 kasus dengan incidence rate per 100.000 penduduk
sebesar 42,3
• Filariasis ; 2 kasus
• Malaria :188 Suspek dan penderita positif sebanyak 24 orang
• TB : 1.563 suspek TB; BTA+ : 247 kasus (jmlh kumulatif dr thn
sblmnya)
• Kasus pneumonia yang ditemukan hanya 30 balita (2,3% dari
12.969 balita) padahal diperkirakan ada 1.297 kasus pneumonia
di lapangan
Morbiditas Penyakit Degeneratif
Kasus
No.
Jenis Penyakit Tidak Menular
Jumlah
Per. 100.000
Penduduk
1
Hipertensi
2.930
1.720
2
Kecelakaan Lalulintas
1.437
844
3
Diabetes Militus
835
490
4
ASMA
511
300
5
Strock
370
217
6
Ginjal Kronis
80
47
7
PPOK
36
21
8
Obesitas
31
18
9
Struma
31
18
Tumor Payudara
22
13
10
FOKUS PROGRAM
KIA
Perilaku Hidup
Masyarakat
Imunisasi
Khususnya pada kesehatan
anak, yaitu penemuan dan
Gizi
penangan kasus Pneumonia
di lapangan hanya 30 kasus
(2,3%) padahal diperkirakan
terdapat 1.297 kasus. Sehingga
diperkirakan pneumonia turut
memberi sumbangsih akan
tingginya angka kematian
neonatal yaitu 17 kasus dari
3.097 kelahiran.
Kesling
Usila
KB
FOKUS PROGRAM
Pneumonia
Data perkiraan
• Jumlah Balita
12.969
• Jumlah kasus yang
diperkirakan 1.297
• Jumlah kasus yang
ditemukan dan
ditangani 30 balita
(2,3%)
• Padongko 238 dari
2378
• Pekkae 149 dari
1488 balita
Data yang
ditemukan
• Bojo baru 17
balita (23,4%)
• Lisu 5 balita (6,7%)
DIAGNOSA SOSIAL
DIAGNOSA
KOMUNITAS
DIAGNOSA EPIDEMIOLOGI
DIAGNOSA PERILAKU
DIAGNOSA SOSIAL
Pendidikan
• Berada di daerah pesisir dan kebanyakan berprofesi nelayan
membuat tingkat pendidikan tertinggi adalah Sekolah dasar
• Presentasi Pendidikan SD 29,79%
• Tidak memiliki ijazah 22,8%
• SMP/MTs 16,92%
• SMA/MA 12,27%
Pekerjaan
• Sebagian besar berprofesi sebagai Nelayan
Pneumonia
Kesehatan
Non
kesehatan
BBLR
Tingkat pendidikan
Jenis pekerjaan
Diare
Pendapatan
DBD
Geografi
DIAGNOSA EPIDEMIOLOGI
KESEHATAN
DIARE
• Terdapat 3.645 kasus dan yang ditangani 2.936 (80,6%)
CAMPAK
• Terdapat 32 kasus campak
DBD
• Terdapat 72 kasus dengan insisden rate per 100.000 penduduk 42,3
BBLR
• Prevalensi BBLR mengalami peningkatan yaitu 38,7 per 1.000 bayi lahir, dengan
jumlah kasus 119 dari 3.075 bayi lahir hidup
Gizi Buruk
• Terdapat 8 kasus dengan 0,06% dari bayi lahir hidup
PERILAKU
PHBS
• 2015 persentase rumah tangga yang ber-PHBS sebesar 47,1% dari 24.643 RT yang dipantau
atau sebanyak 11.606 RT (Total RT 43.043)
• Keluarga yang berPHBS khususnya dengan tidak merokok dapat membantu keluarga
khsusunya anak balita dapat hidup dengan kondisi lingkungan keluarga yang kondusif bebas
polusi asap rokok yang bisa merusak jalannya sistem pernafasan dan paru-paru.
ASI Eksklusif
• Cakupan ASI Eksklusif 70,9%
• ASI sangat baik untuk bayi dalam pembentukan kekebalan tubuh yang alami sehingga bayi
tidak mudah untuk terserang penyakit yang berbahaya.
Jamban Sehat
• Jumlah penduduk yang memiliki sanitasi layak (jamban sehat) yaitu 49,78% dari jumlahh
170.316 penduduk. Dengan sistem sanitasi yang baik akan berdampak pada kebersihan
lingkungan sehingga sangat bermanfaat dalam mencegah terjadinya penularan penyakit
menular.
NON PERILAKU
Desa UCI
• Mengalami kenaikan dari tahun 2014 menjadi 50 Desa/Kelurahan (90,9%)
• Ketidak patuhan imunisasi lengkap sangat berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh
pada anak-anak. Denan pemberian imunisasi dapat mencegah anak-anak terhindar dari
penyakit pneumonia.
Rumah Sehat
• Presentase rumah sehat yang memenuhi syarat sebesar 67,19 % atau 26.936 rumah.
• Rumah yang sehat akan memiliki ventilasi udara yang cukup untuk memudahkan
terjadinya sirkulasi udara, sehingga dengan rumah yang sehat dapat mencegah
terjadinya penyakit pneumonia.
Air Minum termasuk bagus
• Akses air minum pada tahun 2015 menurut data dari Seksi Penyehatan Lingkungan
Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kab. Barru sebesar 65,23 %
PENDIDIKAN
Predisposisi
Pengetahuan
Sikap
Keyakinan
Pemungkin
Penguat
Sumber Daya
Individu
Keluarga
Fasilitas/Sarana
Petugas
kesehatan
Tokoh Agama
dan Tokoh
Masyarakat.
PREDISPOSISI
Pengetahuan
Sikap
Keyakinan
• Kurangnya pengetahuan akan pencegahan
penyakit pneumonia
• Kurangnya pengetahuan akan pentingnya
pemberian ASI Eksklusif dalam pembentukan
kekebalan tubuh terhadap anak
• Kurangnya pengetahuan akan pentingnya
mengakses layan kesehatan dalam pencarian
pengobatan penyakit pneumonia
• Masih kurang tegas untuk segera melakukan
pemeriksaan dan mengakses layanan
kesehatan di saat anak mengalami sakit
batuk biasa.
• Masih menganggap sepele sebuah penyakit
dan bisa mereka tangani dengan pemberian
obat tanpa resep dokter
• Masih adanya keyakinan bahwa layanan
kesehatan akan diakses di saat anak sudah
sakit parah, bukan di saat awal anak sakit
dan membutuhkan pengobatan dokter
P
E
N
D
I
D
I
K
A
N
Reinforcement
Keluarga : dukungan dari
pihak keluarga dalm
berperilaku hidup sehat
dan bersih, melakukan
imunisasi lengkap
terhadap anak dan
pemberian ASI Eksklusif
serta pentingnya
pencarian pengobatan di
saat anak sakit
Tokoh masyarakat/ tokoh
agama :pentingnya
pengetahuan akan
kesehatan dan penyakit
khususnya pneumonia
dimiliki oleh tokoh
masyarakat maupun
tokoh agama karena
mereka memiliki peran
penting dalam
mempengaruhi perilaku
dan persepsi masyarakat,
bahkan sangat
berpengaruh dalam
pembuatan sebuah
kebijakan apabila mereka
memiliki jabatan sebagai
stakeholder.
Petugas kesehatan:
kurangnya kesadaran dan
sosialisasi yang dilakukan
oleh petugas kesehatan
akan pentingnya
pencegahan penyakit
pneumonia
P
E
N
D
I
D
I
K
A
N
3. Enabling
• Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Barru sebanyak 688 tenaga
kesehatan yang terdiri dari Medis 46 Orang, Perawat 255 Orang, Bidan 102
Orang, Farmasi 37 Orang, Gizi 31 Orang, Perawat gigi 19 orang, Teknisi
Medis 34 Orang, Sanitasi 28 Orang, Kesehatan Masyarakat/Kesmas 43
Orang, Fisioterapi 8 Orang, Tenaga kesehatan lainnya 2 orang dan Tenaga
penunjang/pendukung kesehatan 83 orang.
• Kualitas tenaga kesehatan Promosi kesehatan pada 2 daerah Puskesmas
yang terkena pneumonia terbanyak, tidaklah spesifik lulusan promosi
kesehatan, akan tetapi menggunakan tenaga bidan dan perawat sebagai
petugas promkesnya.
Sarana dan Prasarana Kesehatan
• Jumlah Puskesmas sebanyak 12 unit terdiri dari 8 Puskesmas Perawatan
(Puskesmas Ralla, Lisu, Pekkae, Palakka, Madello, Mangkoso, Palanro dan
Bojo Baru) dan 4 Puskesmas Non Perawatan (Puskesmas Pujananting,
Padongko, Doi-Doi dan Pancana). Adapun jumlah Puskesmas Pembantu
pada tahun 2015 sebanyak 33 unit. .
• Khusus untuk wilayah Puskesmas Pekkae dan Padongko yang memiliki
kasus tertinggi pneumonia memang tidak proporsional dalam melakukan
pelayanan. Wilayah Puskesmas Padongko merupakan daerah yang
berpenduduk terbanyak di Kab.barru, sedangkan wilayah Puskesmas Pekkae
merupakn daerah yang padat terpadat penduduknya di daerah Kab.Barru,
sehingga hal tersebut sangat berpengaruh dalam kualitas layanan kesehatan
yang dilakukan oleh Puskesmas terhadap penduduk di wilayahnya.
P
E
N
D
I
D
I
K
A
N
Analisis Persoalan
AS
Analisis
Situasi
AP
Analisis persoalan
AK
Analisis keputusan
APP
Analisis persoalan potensial
Analisis Persoalan
DIARE
• Tingginya kasus diare dan pneumonia pada 2 daerah yang sama dimana di Padongko 647 kasus diare dari 30.220
penduduk dan Pekkae 326 kasus dari 15.224 penduduk sangat beresiko akan terjadinya angka kesakitan dan kematian
pada anak.
• Kejadian penyakit diare dan pneumonia dapat terpisah dan bersamaan, dan biasanya anak dengan pneumonia mengalami
diare karena infeksi pneumonia dapat mempengaruhi saluran pencernaan.
Pneumonia
• Dari 1.297 kasus pneumonia yang diperkirakan terjadi namun hanya 30 balita yang ditemukan dan ditangani atau 2,3%
• Dilihat dari wilayah terjadinya Pneumonia perkiraan terbanyak terjadi pada wilayah Pekkae dan padongko dan
berdasarkan pada kasus kematian neonatal dari 17 kasus kematian terdapat 4 kasus terjadi di pekkae yang kemungkinan
bisa disebabkan oleh pneumonia.
• Pneumonia merupakan The Forgetten Pandemic atau wabah raya yang terlupakan karena begitu banyak korban yang
meninggal karena pneumonia akan tetapi sangat sedikit perhatian yang diberikan kepada masalah pneumonia.
CAMPAK
• Tingginya kasus campak di wilayah Pekkae bahkan termasuk KLB campak karena terjadi 25 kasus, sangat berelasi kuat
dengan tingginya perkiraan kasus pneumonia di wilayah Pekkae. Hal ini karena Progaram Pengembangan Imunisasi (PPI)
yang meliputi imunisasi DPT dan campak dapat menurunkan proporsi kematian balita akibat pneumonia, dengan kata lain
campak, difteri dan pertusis bisa menyebabkan pneumonia atau merupakan penyakita penyerta pada pneumonia balita.
DBD
• Terdapatnya kasus DBD pada daerah Padongko 17 kasus, Bojo Baru 38 kasus, Madello 6 kasus, dan Pekkae 4 kasus
menandakan bahwa pada daerah tersebut memiliki PHBS terhadap lingkungan tempat tinggal masih rendah sehingga bisa
menyebabkan timbulnya penyakit lain selain DBD.
Analisis Persoalan (2)
BBLR dan Balita BGM
• Kasus BBLR tertinggi terjadi di daerah Palanro yaitu 24 kasus dari 326 blalita. Sedangkan Padongko terjadi 14 kasus dari
591 balita dan pekkae 13 kasus dari 326 balita. Yai ng secara tidak langsung juga berpengaruh pada proses
pertumbuhannya sehingga terjadi kasus BGM dengan kejadian di Pekkae 0,7% yaitu 9 dari 1488 balita dan padongko 0,3%
yaitu 5 kasus dari 2378 balita.
• Berat badan saat lahir sangat menentukan perkembangan dan pertumbuhan fisik serta mental balita, sehingga mudah
terkena penyakit infeki, terutama pneumonia dan sakit saluran pernapasan lainnya karena sistem pembentukan organnya
belum sempurna.
ASI EKSKLUSIF
• Rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif sangat berkorelasi dengan tingginya angka pneumonia. Hal ini terbukti dari
rendahnya cakupan ASI daerah Pekkae dan Padongko dimana ke2 tempat tersebut tinggi kasus pneumonianya. Cakupan
ASI Pekkae 53,5 % yaitu 137 dari 256 bayi, sedangkan Padongko 39, 7% yaitu 94 dari 237 bayi.
• ASI memgang peran penting dalam menjaga kesehatan dan kelangsungan hidup Bayi. Dan ini sesuai dengan hasil
penelitian Andri Widayat (2014, tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pneumonia pada Balita di wilayah
Puskesmas Mojogedang II Kab. Karanganyar), dimana pemberian ASI sangat bermanfaat dalam mencegah terjadinya kasus
pneumonia
Imunisasi
• Meskipun pada beberap penelitian disebitkan imunisasi tidak berpengaruh besar pada terjadinya kasus pneumonia akan
tetapi keterkaitan akan rendahnya cakupan imunisasi di Pekkae terendah sebagai desa UCI yaitu 1 dari 5 desa (20%)
sedangkan Padongko termasuk dalam 100 % desa UCI akan tetapi penyakit pneumonia bisa menjadi penyebab tidak
langsung yang sangat penting untuk segera diselesaikan.
Analisis Persoalan (3)
Gizi Buruk
• Terdapat 8 kasus dan tertinggi Mangkosos 2 kasus, Pekkae 1 kasus, dan
Padongko 1 Kasus
• Kasus gizi buruk juga sangat mempengaruhi sistem perkembangan dan
pertumbuhan fisik serta mental balita sehingga balita yang terkena gizi buruk
sangat rentan untuk terpapar penyakit infeksi, karena rendanya sistem
kekebalan tubuh yang dimiliki oleh balita dengan gizi buruk.
PHBS dan Jamban Sehat
• Dari 43.043 RT Paling rendah Bojo Baru 30,6%
• Terendah Bojo Baru 25,16 % , sedangkan pekkae 34,32%
• Pekkae 42,5% dari 4653 RT, dan padongko 48 % dari 7980 RT
Rumah Sehat
• Terendah Lisu yaitu 30,22% dan tertinggi 92,49% dari 6578 rumah
• Pekkae 69,89 % dari 4288 Rumah
Analisis
Keputusan
• Meningkatkan
penemuan
dan
penanganan
kasus
pneumonia
secara dini
MENGAPA PNEUMONIA PENTING?
Pneumonia
• Rendahnya penemuan dan
penanganan kasus pneumonia di
lapangan sangat beresiko akan
terjadinya peningkatan angka
kesakitan dan kematian yang
disebabkan oleh penyakit
pneumonia
• Penyakit pneumonia sangat
berperan dalam terjadinya angka
kematian pada balita, sedangkan
kesadaran akan pentingnya
penyelesaian masalah penyakit
ini masih sangat rendah
Memiliki banyak korelasi dengan
beberapa Penyakit
Pneumonia dapat dicegah dengan
mudah.
• Penyakit pneumonia dapat
menyebabkan diare, meskipun ke 2
penyakit tesebut dapat terjadi secara
terpisah.
• Penyakit pneumonia dapat terjadi pada
penderita campak.
• Pneumonia juga bisa terjadi pada
penderita BBLR, BGM, dan Gizi Buruk
disebabkan karena penyakit tersebut
mempengaruhi sistem perkembangan
dan pertumbuhan fisik serta mental
balita sehingga balita yang memiliki
masalah gizi sangat rentan untuk
terpapar penyakit infeksi, karena
rendanya sistem kekebalan tubuh yang
dimiliki oleh balita tersebut.
• Dengan meningkatkan cakupan akan
pemberian ASI Eksklusif sangat berarti
dalam mengurangi resiko dan
mencegah bayi balita terkena penyakit
pneumonia.
• Cakupan Imunisasi juga sangat
berpengaruh terhadap terjadinya kasus
pneumonia. Oleh karena itu dengan
meningkatkan cakupan imunisasi sangat
bermanfaat dalam mencegah terjadinya
pneumonia yang disebabkan oleh
penyakit campak.
• Perbaikan gizi. Rendahnya daya tahan
tubuh sangat memudahkan terjadinya
penyakit tertentu yang diakibatkan oleh
infeksi, oleh karena itu perbaikan gizi
sangat bermanfaat dalam penanganan
masalah pneumonia
Analisis
Persoalan
Potensial
• Meningkatkan cakupan
Imunisasi
• Meningkatkan cakupan
ASI Eksklusif pada
daerah yang tinggi
kasus pneumonia nya
khusunya Pekkae dan
Padongko
• Meningkatkan
kesadaran RT ber-PHBS
▪ Belum dilakukan pelaksanaan sweeping atau
kunjungan rumah untuk melengkapi status imunisasi
pada daerah-daerah yang cakupan imunisasinya
masih rendah, pada umumnya disebabkan
keterbatasan sumber daya atau tenaga banyak yang
merangkap dengan tugas lain.
▪ Belum semua Puskesmas membuat Pemantauan
Wilayah Setempat (PWS) imunisasi secara rutin
(bulanan, triwulanan) dikarenakan banyak petugas
imunisasi yang merangkap dengan tugas lain.
▪ Masih ada sebagian kecil orang tua yang menolak
anaknya untuk diimunisasi dikarenakan
keyakinan/kepercayaan agama, dan lain-lain.
TERIMA KASIH