PENGEMBANGAN INSTRUMEN AUTHENTIC ASSESSM (1)

Prosiding

Lindawati

2016

PENGEMBANGAN INSTRUMEN AUTHENTIC ASSESSMENT UNTUK
MENGUKUR HIGHER ORDER THINKING SKILLS PESERTA DIDIK
Lindawati1, Antomi Saregar 2, dan Yuberti3
Pendidikan Fisika, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Raden Intan Lampung
E-mail: linda95546@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan
Produk Instrumen Authentic Assessment
untuk mengukur Higher Order Thinking
Skills (HOTS) Peserta Didik Kelas X pada
Mata Pelajaran Fisika SMA/MA yang
berkategori layak digunakan. Instrumen
digunakan untuk mengukur Higher Order
Thinking Skills (HOTS) peserta didik pada

materi suhu dan kalor. Produk yang
dihasilkan meliputi dimensi kognitif, yakni
instrumen asesmen esai berupa butir soal
HOTS yang mencakup C4, C5, dan C6
dalam taxsonomi Anderson dan Kartwohl dan dimensi psikomotor dan afektif, yakni instrumen
asesmen kinerja yang berupa lembar observasi dengan indikator HOTS berupa kemampuan
berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif. Penelitian ini merupakan Research and
Development (R&D) menggunakan langkah pengembangan dari Borg and Gall yang diadopsi
oleh Sugiono yang mencakup 10 langkah. Langkah yang peneliti lakukan hanya sampai pada
tahap kelima. Berdasarkan hasil validasi produk oleh delapan dosen ahli dan tiga pendidik
SMA/MA, dihasilkan instrumen authentic assessment untuk mengukur HOTS peserta didik
kelas X pada mata pelajaran Fisika SMA/MA yang layak digunakan. Persentase kelayakan
masing-masing validator adalah kelayakan asesmen 77,037% dengan kategori layak, kelayakan
materi 82,5% dengan kategori sangat layak, kelayakan media 85,5% dengan kategori sangat
layak, dan kelayakan bahasa 94,4% dengan kategori sangat layak.
Kata Kunci : Research and Development (R&D), instrumen penilaian, authentic assessment,
Higher Order Thining Skills (HOTS)

ABSTRACT
The aim of the research is to product the authentic assessment instrument to measure higher

order thinking skills (HOTS) of the students at grade X of SMA/MA in Physics lesson, which
categorized eligible, to be used. The instrument is used to measure higher order thinking skills
(HOTS) of the student in temperature and calor material. The product that reselted includes
cognitive domain, that is essay assessment instrument they are some problems HOTS that
includes C4, C5 and C6 in Anderson and Kartwohl taxonomy also psychomotoric and affective
dimentions performance assessment instrument fain of observation sheet with critical thinking
skill and creative thingking skill as HOTS indicator. This research is research and development
(R&D) using development steps of Borg and Gall which adapted by Sugiono It consists of 10
steps. The steps that the researcher do was 5 steps only. Based the result of validation by 8 expert
lecturers and 3 teachers of SMA/MA achieve authentic assessment instrument to measure HOTS
of the students grade X in Physics lesson SMA/MA that is suitable to be used the eligibility.
Percent of each validator are assessment eligibility of 77,037% with eligible category, material
eligibility of 82,5% with very eligible category, media eligibility of 85,5% with very eligible
category and language eligibility of 94,4% with very eligible category.
Keywords : Research and Development (R&D), assessment instrument, authentic assessment,
Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Seminar Nasional Pendidikan | Program Studi Pendidikan Fisika
Bandarlampung, 28 Mei 2016 | ISBN 978-602-74712-0-7
140


Prosiding

Lindawati

2016

PENDAHULUAN
Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
dan menilai tingkat pencapaian kurikulum dan berhasil atau tidaknya proses
pembelajaran (Surapranata, 2007). Perbaikan sistem penilaian selain mengikuti
kurikulum yang digunakan pada sekolah perlu juga menyesuaikan dengan standar
penilaian pendidikan yang tercantum dalam PPRI Nomor 19 Tahun 2005
menyatakan bahwa standar penilaian pendidikan adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian
hasil belajar peserta didik (PPRI, 2013).
Instrumen merupakan alat pengumpul data (Jihad dan Haris, 2013).
Sedangkan penilaian merupakan salah satu komponen pokok dalam proses
pembelajaran (Wijayanti, 2014). Penilaian adalah kegiatan pengumpulan
informasi untuk pengambilan keputusan (Burke, 2009; Arifin, 2009). Dengan

melakukan penilaian, pendidik sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat
mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didiknya. Kemampuan pendidik
dalam melakukan penilaian merupakan salah satu faktor yang ikut mempengaruhi
keberhasilan dalam pendidikan (Budiman dan Jailani, 2014). Penilaian
merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar (Hayat, 2008). Artinya,
penilaian tidak hanya diaksanakan di akhir pembelajaran, namun juga
dilaksanakan saat pembelajaran sedang berlangsung (Astuti, dkk., 2012).
Pembelajaran pada semua mata pelajaran, ranah yang dinilai perlu diperluas
agar terjadi keseimbangan penilaian (Yuberti, 2015). Begitu juga pada mata
pelajaran Fisika karena sains merupakan suatu aktivitas kreatif dalam banyak hal
menyerupai aktivitas kreatif manusia (Giancoli, 2001). Oleh sebab itu,
pembelajaran IPA (khususnya Fisika) memerlukan asesmen yang komprehensif
untuk menilai segenap kemampuan peserta didik (Setyandari, dkk., 2012).
Kemampuan lulusan suatu jenjang pendidikan sesuai dengan tuntutan
penerapan KTSP mencakup tiga ranah, yaitu kemampuan berpikir, keterampilan
melakukan pekerjaan dan perilaku (Muslich, 2011). Berdasarkan usia pada
jenjang sekolah menengah atas, anak yang berada di atas 11 tahun, sudah masuk
ke dalam tahap operasional formal di mana anak telah mempunyai pemikiran
yang abstrak pada bentuk-bentuk yang lebih kompleks (Soemanto, 2012;
Budiningsih, 2012). Oleh sebab itu, kemampuan berpikir yang diperlukan pada

jenjang sekolah menengah atas merupakan Higher Order Thinking Skills
(HOTS).
Dampak adanya pengukuran HOTS terhadap peserta didik adalah diketahui
adanya tingkatan HOTS peserta didik untuk dijadikan tolak ukur bagi pendidik
dalam memilih sebuah permasalahan dalam mendesain pembelajaran. Apabila
sebuah permasalahan yang bermutu dan mampu dijalankan dengan baik, maka
akan terjadi pula keseimbangan dengan tercapainya tujuan pembelajaran dan
prestasi belajar yang baik pula serta terjadi perubahan yang berarti bagi peserta
Seminar Nasional Pendidikan | Program Studi Pendidikan Fisika
Bandarlampung, 28 Mei 2016 | ISBN 978-602-74712-0-7
141

Prosiding

Lindawati

2016

didik (Yuningsih, 2013). Dengan HOTS, peserta didik dapat membedakan ide
atau gagasan secara jelas, beragumen dengan baik, mampu mengkontruksi

penjelasan, mampu berhipotesis dan memahami hal-hal kompleks menjadi lebih
jelas. Dikatakan oleh (Thomas dan thorn, 2011), bahwa ada perbedaan hasil
pembelajaran yang cenderung hapalan dan pembelajaran HOTS yang
menggunakan pemikiran tingkat tinggi (Widdodo dan Kadarwati, 2013).
HOTS merupakan suatu kemampuan berpikir yang tidak hanya
membutuhkan kemampuan mengingat, namun membutuhkan kemampuan lain
yang lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir kreatif dan kritis (Rosnawati,
2009). Melihat adanya kemampuan berpikir yang diharapkan dalam
pembelajaran, maka sistem penilaiannya harus dilakukan secara menyeluruh.
Kemampuan berfikir merupakan proses keterampilan yang bisa dilatihkan
(Winarno, dkk., 2015). Oleh karena itu, perlu adanya instrumen penilaian yang
baik dan sesuai dengan kebutuhan tersebut. Instrumen tes yang baik dapat
meningkatkan kualitas hasil penilaian yaitu profil kemampuan peserta didik
(Rofiah, 2013).
Berdasarkan hasil survei di empat sekolah yang berada di Lampung Selatan,
hasil survei dan penyebaran angket di empat sekolah ini menunjukkan bahwa
penilaian saat proses pembelajaran belum dilakukan dan masih minimnya
penggunaan instrumen untuk mengungkapkan HOTS peserta didik. Hasil angket
pun menunjukkan ketertarikan pendidik untuk menggunakan instrumen yang
akan dikembangkan. Belum adanya sistem penilaian yang kompleks.

Sistem penilaian yang belum kompleks kurang bisa mengaktualisasikan diri
peserta didik. Penilaian perlu meninjau keterampilan yang ada dalam diri masingmasing peserta didik bukan hanya menilai aspek kognitif, namun juga dalam
proses belajar peserta didik mampu terlatih untuk berpikir kritis dan kreatif.
Penilaian haruslah bersifat komprehensif yang dilakukan pada ketiga ranah sesuai
dengan PPRI Nomor 32 Tahun 2013, standar kompetensi lulusan adalah kriteria
mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan
dan keterampilan (PPRI, 2013).
Alternatif penilaian yang sesuai dengan kebutuhan tersebut adalah Authentic
Assessment. Authentic Assessment mengukur semua aspek pembelajaran, baik
proses, kinerja, maupun produk menggunakan berbagai cara, sehingga tes
hanyalah salah satu alat pengumpul data (Wijayanti, 2014). Authentic Assessment
merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai
dari masukan (input), proses dan keluaran (output) pembelajaran (Peraturan
Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013
tentang strandar penilaian pendidikan). Authentic Assessment mencakup penilaian
kinerja, proyek, portofolio, dan tertulis. Melihat banyaknya penilaian yang dapat
digunakan dalam authentic assessment akan dapat menunjang terbentuknya
HOTS (Muslich, 2011). Karena HOTS merupakan salah satu unsur dasar yang
dapat dibentuk atau ditunjukkan oleh implementasi dari authentic assessment
Seminar Nasional Pendidikan | Program Studi Pendidikan Fisika

Bandarlampung, 28 Mei 2016 | ISBN 978-602-74712-0-7
142

Prosiding

Lindawati

2016

(Croker, 2013). Dengan dimikian, kemampuan peserta didik yang diharapkan
muncul pada jenjang SMA akan terwujud.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan (Research and
Development) menggunakan langkah dari Borg and gall yang diadopsi oleh
Sugiono. Penelitian hanya sampai pada lima tahap dengan prosedur penelitian
sebagai berikut:
1. Potensi dan Masalah. Dimulai dengan survei lapangan dan penyebaran
angket untuk mengetahui kebutuhan awal Instrumen Authentic Assessment.
2. Pengumpulan Data. Mengumpulkan kajian pustaka yang akan menunjang
pengambangan instrumen Authentic Assessment untuk mengukur HOTS.

3. Desain Produk. Hal yang dilakukan adalah: 1) Mendesain instrumen
authentic assessment yang akan dikembangkan, 2) Menyesuaikan instrumen
authentic assessment sesuai dengan SK, KD, Indikator, dan HOTS, dan 3)
Merancang instrumen authentic assessment sesuai dengan kebutuhan.
4. Validasi Desain. Instrumen authentic assessment untuk mengukur HOTS
yang telah dibuat kemudian dinilai kelayakan asesmen, materi, media dan
bahasa yang divalidasi oleh delapan dosen ahli dan tiga guru SMA.
5. Revisi Desain. Instrumen authentic assessment untuk mengukur HOTS diperbaiki
berdasarkan hasil validasi untuk menghasilkan produk instrumen authentic
assessment untuk mengukur HOTS yang dapat digunakan. Setelah desain direvisi,
selanjutnya desain tersebut dibuat menjadi produk awal (Sugiono, 2015).

Jenis data yang digunakan berupa angket kebutuhan dan angket kelayakan
yang diisi oleh validator. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Angket kebutuhan, instrumen ini digunakan sebagai tahap analisis
kebutuhan. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kualitatif dengan
penyajian data melalui pernyataan tanpa adanya perhitungan angka.
2. Angket kelayakan, instrumen ini digunakan sebagai tahap validasi untuk
mengetahui kelayakan dari produk yang dikembangkan menurut para
validator. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif

dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dengan menggunakan
skala pengukuran skala likert.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari setiap tahapan prosedur penelitian dan pengembangan yang
dilakukan adalah:

Seminar Nasional Pendidikan | Program Studi Pendidikan Fisika
Bandarlampung, 28 Mei 2016 | ISBN 978-602-74712-0-7
143

Prosiding

Lindawati

2016

1. Hasil Potensi dan Masalah
Berdasarkan analisis kebutuhan hasil yang didapatkan adalah empat
sekolah menggunakan KTSP berpotensi untuk dikembangkannya
penilaian berbasis kelas berupa authentic assessment. Hasil angket pun

menunjukkan ketertarikan pendidik untuk menggunakan instrumen yang
akan dikembangkan. Masalah yang ditemukan masih minimnya instrumen
untuk mengungkap HOTS peserta didik secara akurat.
2. Hasil Pengumpulan Data
Setelah analisis potensi dan masalah jelas, maka tahap selanjutnya
yaitu pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan studi
pustaka yang menunjang pengembangan instrumen authentic assessment.
Studi pustaka dari pengembangan instrumen authentic assessment didapat
dari sumber yang relevan, yaitu:
a. Masnur Muslich, Authentic Assessment Penilaian Berbasis Kelas dan
Kompetensi.
b. Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Pendidikan Nasional, Assessment Berbasis Kelas.
c. Hamzah B. Uno dan Satria Koni, Assessment Pembelajaran.
d. Robert J. Marzano, Debra Picking, Jay MCTighe, Assessing Student
Outcomes: Performance Assessment Using the Dimensions of
Learning Model.
e. Lowrin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Landasan
untuk Pembelajaran, Pengajaran dan asesmen Revisi Taxsonomi
Bloom.
f. Jurnal Widi Puji Astuti, dkk., “Pengembangan Instrumen Asesmen
Autentik Berbasis Literasi Sains pada Materi Sistem Eksresi”. (2012).
g. Agus Budiman dan Jailani, “Pengembangan Instrumen Asesmen High
Order Thinking Skill (HOTS) pada Mata Pelajaran Matematikan SMP
Kelas VIII Semester 1”. (2014)
h. Nino Nurjananto, Ersanghono Kusumo, “Pengembangan Instrumen
Penilaian Autentik untuk Mengukur Kompetensi Peserta Didik Materi
Senyawa Hidrokarbon”. (2015)
i. Putri Nini Yuliani, Alimunif Arief, “ Pengembangan Instrumen
Authentic Assessment Berbasis Kinerja dalam Pembelajaran Fisika
pada Sub Pokok Bahasan Titik Berat Siswa Kelas XI SMA Negeri 1
Taman”. (2015).
j. Umi Pratiwi dan Eka Farida Fasha, “Pengembangan Instrumen
Penilaian HOTS Berbasis Kurikulum 2013 terhadap Sikap Disiplin”.
(2015)

Seminar Nasional Pendidikan | Program Studi Pendidikan Fisika
Bandarlampung, 28 Mei 2016 | ISBN 978-602-74712-0-7
144

Prosiding

Lindawati

2016

3. Hasil Desain Produk
Peneliti melakukan desain produk berupa spesifik dari produk dengan
menyesuaikan HOTS yang akan diukur dapat dilihat sebagai berikut:
a. Instrumen asesmen esai
Instrumen asesmen esai yang dikembangkan berupa butir soal
esai terbuka pada dimensi proses kognitif berdasarkan taksonomi
Anderson dan Kartwohl pada tingkat C4, C5, dan C6.
Kelengkapan dari instrumen asesmen esai yang dikembangkan
mencakup, kisi-kisi esai, petunjuk penggunaan, butir soal esai, kunci
jawaban, lembar jawaban dan pedoman penskoran yang meliputi
rubrik asesmen esai, mengubah skor mentah, dan interpretasi
penilaian yang berpatokan pada kategori tingkat HOTS.
b. Instrumen asesmen kinerja
Instrumen asesmen kinerja yang dikembangkan mengikuti
indikator HOTS yang penulis batasi pada kemampuan berpikir kritis
dan kemampuan berpikir kreatif.
Kelengkapan dari instrumen asesmen kinerja yang dikembangkan
mencakup, kisi-kisi kinerja, petunjuk penggunaan, rubrik dan
instrumen kinerja, lembar skenario praktikum, pedoman penskoran
yang meliputi mengubah skor mentah dan interpretasi penilaian yang
berpatokan pada kategori tingkat HOTS.
4. Hasil Validasi Desain
Hasil validasi dari produk berupa kelayakan asesmen, materi, media
dan bahasa yang divalidasi oleh delapan dosen ahli dan tiga guru terdapat
pada lampiran.
5. Hasil Revisi Desain
Validator
Asesmen

Materi

Media

Bahasa

Saran Perbaikan
- Penskoran harus sesuai dengan tingkat kemampuan yang
ingin dicapai.
- Soal pada skenario praktikum masih menitikberatkan
pada kognitif.
- Pemilihan materi dicek kembali.
- Kunci jawaban perlu dilengkapi dengan skor pada tiap
tahapan-tahapannya.
- Tuntaskan daftar pustaka yang berkaitan dengan
authentic assessment.
- Sederhanakan bentuk.
- Ubah huruf ke model arial.
- Beri glosarium.
- Ubah kata-kata cerdik.

Revisi
Telah direvisi

Telah direvisi

Telah direvisi

Telah direvisi

Hasil penelitian mengenai pengembangan instrumen authentic assessment untuk
mengukur HOTS yang dikembangkan berupa instrumen asesmen esai dan
instrumen asesmen kinerja. Pembahasan dari setiap tahapan prosedur penelitian
dan pengembangan yang dilakukan adalah:

Seminar Nasional Pendidikan | Program Studi Pendidikan Fisika
Bandarlampung, 28 Mei 2016 | ISBN 978-602-74712-0-7
145

Prosiding

Lindawati

2016

1. Pembahasan Potensi dan Masalah
Proses pengembangan instrumen authentic assessment diawali
dengan potensi dan masalah, yaitu dengan melakukan analisis kebutuhan.
Analisis kebutuhan yang dilakukan berupa observasi dan penyebaran
angket karena berdasarkan teori menyatakan bahwa untuk dapat
mengungkap banyak hal sehingga dalam waktu singkat diperoleh banyak
data/keterangan adalah dengan salah satu caranya yaitu, observasi dan
penyebaran angket.
Setelah melakukan analisis dengan observasi bersama dengan guru
mata pelajaran Fisika didapatkan bahwa perlu adanya instrumen authentic
assessment yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang dapat mengarahkan peserta didik menuju HOTS.
Penyebaran angket ke beberapa sekolah di Lampung Selatan
dilakukan untuk memperkuat permasalahan selama ini. Angket juga
digunakan untuk mngetahui ketertarikan pendidik mengenai
pengembangan instrumen authentic assessment.
2. Pembahasan Pengumpulan Data
Setelah melakukan observasi dan penyebaran angket, maka
diperlukan studi pustaka sebagai pengumpulan data untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada agar instrumen authentic assessment untuk
mengukur HOTS peserta didik sesuai dengan yang diharapkan yaitu
dengan mencari referensi yang relevan untuk mendapatkan hasil yang
diharapkan yaitu berupa instrumen authentic assessment untuk mengukur
HOTS peserta didik.
3. Pembahasan Desain Produk
Desain produk yang dikembangkan berupa instrumen asesmen esai
dan instrumen asesmen kinerja yang menyesuaikan dengan indikator
HOTS yang mengacu pada Standar Isi yang ada dalam KTSP.
Penelitian ini menghasilkan produk instrumen authentic assessment
untuk mengukur HOTS peserta didik kelas X pada mata pelajaran Fisika
SMA/MA yang nantinya dapat divalidasi serta diujicobakan pada tahap
selanjutnya.
4. Pembahasan Validasi Desain

Hasil Validasi Produk awal diperoleh dari data yang telah didapatkan
dari pengujian oleh dosen berupa ahli asesmen, materi, dan media, serta
pengujian oleh guru yang berupa kebahasaan terhadap kelayakan
instrumen authentic assessment. Digunakan instrumen dengan
menggunakan penilaian skala likert yaitu skor dari 1-5, yaitu dari sangat
tidak layak sampai sangat layak untuk ahli asesmen, ahli materi, ahli
media dan ahli bahasa. Berdasarkan hasil penilaian kelayakan dari para
ahli dan guru dijabarkan dalam pembahasan berikut ini:
Seminar Nasional Pendidikan | Program Studi Pendidikan Fisika
Bandarlampung, 28 Mei 2016 | ISBN 978-602-74712-0-7
146

Prosiding

Lindawati

2016

a. Kelayakan asesmen berdasarkan penilaian tiga dosen ahli mencapai persen
kelayakan sebesar 77,037%. Persentase kelayakan sudah masuk dalam
kategori layak untuk digunakan.
b. Kelayakan materi berdasarkan penilaian dua dosen ahli mencapai persen
kelayakan sebesar 82,5%. Persentase kelayakan sudah masuk dalam kategori
sangat layak untuk digunakan.
c. Kelayakan media berdasarkan penilaian tiga dosen ahli mencapai 85,5%
dengan kategori sangat layak.
d. Kelayakan bahasa berdasarkan penilaian dua guru SMA mencapai 94,4%
dengan kategori sangat layak.
5. Revisi Desain

Validasi desain yang telah dilakukan dengan kategori layak dan
sangat layak telah dilakukan revisi sesuai dengan saran perbaikan dari
para validator, sehingga dihasilkan produk berupa Instrumen Authentic
Assessment untuk mengukur HOTS yang layak untuk digunakan.
KESIMPULAN
1. Pengembangan produk dilakukan dengan mengadaptasi dari metode Research
and Development (R&D) menurut Borg and Gall yang telah diadopsi oleh
Sugiono melalui tahapan-tahapan potensi dan masalah, pengumpulan data,
desain produk, validasi desain, dan revisi desain.
2. Kelayakan produk berdasarkan hasil validasi oleh oleh dosen pakar ahli, Ahli
asesmen mendapat nilai dengan kategori “Layak”, ahli materi mendapat nilai
kategori “Sangat Layak”, ahli media mendapat nilai kategori “Sangat Layak”,
dan ahli bahasa dari tiga pendidik SMA mendapat nilai kategori “Sangat Layak”.

DAFTAR PUSTAKA
Wijayanti. 2014. “Pengembangan Authentic Assessment Berbasis Proyek dengan
Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Ilmiah
Mahasiswa”. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. Vol. 3 No. 2.
Agus Budiman dan Jailani. 2014. “Pengembangan Instrumen Asesmen High
Order Thinking Skill (HOTS) pada Mata Pelajaran Matematikan SMP
Kelas VIII Semester 1”. Jurnal Riset Pendidikan Matematika. Vol. 1 No
2.
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia.
Budiningsih, Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Seminar Nasional Pendidikan | Program Studi Pendidikan Fisika
Bandarlampung, 28 Mei 2016 | ISBN 978-602-74712-0-7
147

Prosiding

Lindawati

2016

Burke, Kay. 2009. How to Assess Authentic Learning fifth edition. Amerika:
Corwin.
Emi Rofiah, dkk. 2013. “Penyusunan Instrumen Tes Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi Fisika pada Siswa SMP”. Jurnal Pendidikan Fisika. Vol.
1 No. ISSN 2338-0691.
Fitria Rahmawati, dkk. 2012. “Penerapan Model Teaching With Analogies
(TWA) dalam Pembelajaran Fisika di MA”. Jurnal Pembelajaran Fisika.
Vol. 1 No. 2 ISSN 2301-9794.
Giancoli. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Hayat, Bahrul. 2008. Prinsip-Prinsip dan Strategi Penilaian di Kelas (2006)
Bagian Ke-1 dalam Buku Assessment Berbasis Kelas. Jakarta: Pusat
Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas.
Jihad, Asep & Abdul Haris. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Multi
Presindo.
Muslich, Masnur. 2011. Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Bandung:
Refika Aditama.
Nasution. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66
Tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan.
R. Rosnawati. 2009. “Enam Tahapan Aktivitas dalam Pembelajaran Matematika
untuk Mendayagunakan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa”. Prosiding
Seminar Nasional Penelitian, pendidikan dan penerapan MIPA, Fakultas
MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.
Rezania setyandari, dkk. 2012..“Pengembangan Asesmen Alternatif Portofolio
IPA Kelas VIII Materi Sistem Peredaran Darah Manusia”. Unnes Journal
of Biology Education. Vol. 1 No. 2 ISSN 2252-6979.
Soemanto, 2012. Wasti. Psikologi Pendidikan: landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan. Jakarta: Rineka cipta.
Sugiono. 2015. Metode Penelitian dan Pengembangan. Bandung: Alfabeta.
Seminar Nasional Pendidikan | Program Studi Pendidikan Fisika
Bandarlampung, 28 Mei 2016 | ISBN 978-602-74712-0-7
148

Prosiding

Lindawati

2016

Surapranata, Sumarna dan Muhammad Hatta. 2007. Penilaian portofolio
Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Rosdakarya.
Tri Widodo dan Sri Kadarwati. 2013. “Higher Order Thinking Berbasis
Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Berorientasi
Pembentukan Karakter Siswa”, Jurnal Cakrawala Pendidikan,. Th.
XXXII. No. 1.
Tri Yuningsih. 2013. “ Analisis High Order Thinking Skills Siswa dalam
Meyelesaikan Soal Open Ende Pokok Bahasan Integral Tak Tentu Fungsi
Al-jabar”. Skripsi Pendidikan Matematika. Surakatra: Fakultas Keguruan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS dan Peraturan
Pemerintah R.I Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan beserta
Wajib Belajar. Pasal 1, Ayat 11. 2014. Bandung: Citra Umbara.
Wendy A. Croker. 2013. “Authentic Assessment: Evaluating “Peal Life”
Applications of Knowledge in Higher Education”. Western University. No
69 AUTUMN.
Widi Puji Astuti, dkk. 2012. “Pengembangan Instrumen Asesmen Autentik
Berbasis Literasi Sains pada Materi Sistem Eksresi”. Jurnal Unnes
“Lembaran Ilmu Kependidikan”. Vol. 41 No. ISSN 0216-0847.
Winarno, dkk. 2015. “Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis High Order
Thinking Skills (HOTS) pada Tema Energi”. Jurnal Inkuiri, Vol. 4 No 1,
ISSN 2252-7893.
Yuberti. 2015. “Ketidakseimbangan Instrumen Penilaian pada Domain
Pembelajaran”. Jurnal Al-Biruni.

Seminar Nasional Pendidikan | Program Studi Pendidikan Fisika
Bandarlampung, 28 Mei 2016 | ISBN 978-602-74712-0-7
149