Analisis Kasus Pelanggaran Hak Asasi Man (1)
Analisis Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusis oleh ISIS
terhadap Irak
Ranadya Kartika Nadhila Putri
Fakultas Hukum Univeristas Negeri Semarang
e-mail : [email protected]
Abstract
Negara di dunia akhir-akhir ini seakan di kagetkan dengan kehadiran suatu
kelompok agama baru yang berlandaskan islam. Kelompok agama ini dianggap
oleh Negara-Negara Internasional adalah kelompok agama yang radikal,
bahkan ada yang menyebutkan bahwa kelompok ini adalah teroris. Terorisme
kerap sering terjadi di seluruh dunia, terorisme adalah serangan terkoordinasi
yang bertujuan untuk melakukan teror terhadap sekelompok masyarakat. Kali
ini dunia sedang dilanda teror oleh NIIS (Negara Islam di Irak dan Suriah) atau
ISIS (Islamic State of Iraq and Syria), mereka adalah sekelompok orang Islam
radikal yang telah bergabung dengan militan Al Qaeda di Irak dan Suriah. ISIS
menduduki hampir seluruh bagian wilayah Irak salah satunya adalah Mosul.
ISIS melakukan penyerangan dengan cara meledakkan pabrik sulfur yang
mengakibatkan hampir 1.000 warga Mosul mengalami gangguan pernapasan
akibat asap beracun, sedikitnya 2 warga sipil tewas akibat ledakan tersebut.
Hanya dalam jangka waktu 48 jam ISIS telah berhasil membantai kurang lebih
120 warga sipil di Mosul. Pembantaian itu terjadi karena warga sipil berusaha
untuk melarikan diri dari bentrokan antara pasukan keamanan Irak dan ISIS di
wilayah tersebut. Sedikitnya 650.000 warga sipil yang terperangkap dalam
perang ini, sekitar 1.500 tentara Irak dan petugas keamanan ditangkap dan
dibunuh oleh ISIS. Hampir 800.000 warga sipil telah meninggalkan kota Mosul
Irak utara sejak dimulainya operasi militer. Terdapat sekitar 5.000 tentara AS
di Irak untuk melaksanakan operasi merebut kembali Kota Mosul dari ISIS,
ditambah dengan jumlah personel di pangkalan udara Qayyara Barat.
Kata Kunci : Terorisme, ISIS, 1.000 orang terpapar Gas Beracun, Mosul-Irak
PENDAHULUAN
A. Latar belakang kasus
Secara flsafati bisa dijelaskan bahwa HAM adalah hak yang melekat atau
inherent sejak manusia itu dilahirkan. Manusia mempunyai derajat luhur dan
dilengkapi oleh Tuhan budi dan nurani. HAM secara obyektif adalah
kewenangan-kewenangan pokok yang melekat pada manusia sebagai
manusia, dan yang harus diakui dan dihormati oleh negara. 1 Istilah HAM sendiri
pada awalnya digunakan dan dimaknai secara berbeda di setiap negara. Pada
abad ke-18 misalnya, Thomas Jeferson yang merupakan penggagas
Declaration of Independece (Deklarasi Kemerdekaan) Amerika Serikat lebih
sering menggunakan istilah ‘natural rights’ baru digantikan ‘rights of man’
1
Anis Widyawati, “Kajian Hukum Internasional Terhadap HAM”, Pandecta, Vol. 2 No. 2, JuliDesember, 2008, hlm 41
sejak tahun 1789 dan memiliki konotasi yang berbeda dengan ‘human rights’
(merujuk pada kekejaman perbudakan).2
Terorisme ibarat sebuah tanaman yang tumbuh subur, patah tumbuh –
hilang berganti. Terorisme bukanlah persoalan pelaku, terorisme lebih terkait
pada keyakinan teologis. Yang artinya, pelakunya bisa di tangkap bahkan
dibunuh, tetapi keyakinan tidak mudah untuk ditaklukkan. Aksi terorisme yang
disponsori oleh jaringan terorisme internasional Al Qaeda dan gerakan Taliban
di Afganistan. Terorisme ada yang berbentuk faham keagamaan yang bersifat
masif, tetapi ada juga yang berbentuk gerakan dimanifestasikan dalam aksi
terorisme yang sering terjadi belakangan ini.3 Banyak diantaranya yang terkait
dengan tindakan terorisme yang dilakukan oleh kelompok-kelompok radikal,
seperti contoh aksi teror yang mengatasnamakan kelompok agama seperti NIIS
atau ISIS.
Terorrisme termasuk kedalam kejahatan genosida. Genosida yang diartikan
sebagai pembunuhan secara sistematis dan terencana yang ditujukan untuk
melenyapkan seluruh atau sebagian masyarakat atau sekelompok etnis atau
religius. Secara luas, genosida bisa diartikan sebagai pembunuhan sekelompok
orang dengan alasan politis.4 Kedatangan ISIS di Irak adalah ekses dari konfik
Timur Tengah yang melibatkan banyak pihak. Tindakan yang dilakukan ISIS
terhadap warga sipil adalah kejahatan kemanusiaan, seperti menculik sejumlah
gadis dan diperlakuan dengan sangat kasar untuk dijadikan budak seks, dan
berbagai bentuk kekerasan fsik kepada perempuan dan anak-anak. ISIS telah
melakukan pelanggaran HAM berat terhadap kelompok-kelompok minoritas
termasuk Kristen, Muslim Syiah dan Yazidi dalam konfik yang telah memaksa
jutaan warga Irak harus mengungsi ketempat yang lebih layak dan aman. ISIS
terus melakukan penyerangan kepada warga Irak, seperti serangan bom mobil
serta menjatuhkan bahan peledak dari pesawat tak berawak. 5
Terorisme sendiri terdiri dari dua bentuk. Pertama, state-sponsored
terrorism, yaitu tindakan terorime yang dilakukan oleh suatu negara untuk
mencapai tujuannya. Misalnya Amerika Serikat mengidentifkasikan beberapa
negara untuk hal ini seperti Kuba, Iran, Sirya, Libya, Irak, danKorea Utara.
Kedua, privately-based terrorism, yaitu tindakan terorismeyang dilakukan oleh
suatu kelompok terorisme privat, seperti ISIS, Al-Qaeda, Jamaah Islamiyah, dan
sebagainya.6
B. Kronologi Kasus
Serangan yang dilakukan ISIS terhadap Irak merupakan kejahatan perang
atau kejahatan terhadap kemanusiaan, seperti perbudakan, kekerasan fsik
pada wanita dan anak-anak, pembantaian, bom bunuh diri, serta meledakkan
pabrik sulfur. 20 Oktober 2016 lalu, ISIS meledakkan pabrik sulfur di Mosul.
Akibat diledakkannya pabrik sulfur di Kota Mosul itu membuat warga sulit
bernafas karena terpapar gas beracun, sedikitnya 2 warga sipil tewas dan
1.000 orang terpapar gas beracun. Gas beracun ini memaksa tentara AS di
pangkalan udara Qayyara Barat didekat Mosul harus mengenakan masker
2
Ani W. Soetjipto, HAM dan Politik Internasional : Sebuah Pengantar, Jakarta : Yayasan Pustaka
Obor Indonesia, 2015, hlm 45
3
A.M. Hendropriyono, Terorisme : Fundamentalis Kristen, Yahudi, dan Islam, Jakarta : PT
Kompas Media Nusantara, 2009, hlm 249
4
Ani W. Soetjipto, Op Cit., hlm 13
5
Reno Muhammad, ISIS : Mengungkap Fakta Terorisme Berlabel Islam, Jakarta : Penerbit Noura
Books (PT Mizan Publika), 2014, hlm 146
6
Conway W. Henderson, International Relations: Terrorism, Confict and Cooperation at the
Turn of 21st Century, New York, 1998, hlm 153-154
pelindung. Pangkalan udara Qayyara Barat merupakan pusat kegiatan untuk
mendukung operasi tentara AS untuk merebut kembali Kota Mosul dari ISIS.
Sampel udara dari Qayyara Barat itu telah dikirim ke Badan Pengurangan
Ancaman Pertahana AS untuk dianalisis lebih lanjut.
Hanya dalam jangka waktu 48 jam ISIS telah berhasil membantai kurang
lebih 120 warga sipil di Mosul. Pembantaian itu terjadi karena warga sipil
berusaha untuk melarikan diri dari bentrokan antara pasukan keamanan Irak
dan ISIS di wilayah tersebut. Sedikitnya 650.000 warga sipil yang terperangkap
dalam perang ini. Sekitar 1.500 tentara Irak dan petugas keamanan ditangkap
dan dibunuh oleh ISIS. Hampir 800.000 warga sipil telah meninggalkan kota
Mosul Irak utara sejak dimulainya operasi militer. Berbagai perlawanan atau
serangan telah dilakukan militer Irak untuk merebut kembali wilayahnya di
Mosul Barat. Setelah kemarin pasukan Irak berhasil merebut Kota Qaraqos
yang merupakan sebuah kota Kristen yang telah dikuasai oleh ISIS sejak 2014
silam. Gerakan kemajuan pasukan Irak terjadi setelah Menteri Pertahanan AS
Ash Carter bertemu dengan Perdana Menteri Haider al-Abadi di Baghdad.
Pertemuan itu dilakukan untuk mengevaluasi operasi besar ke Mosul yang
digelar sejak Senin pekan ini dibawah dukungan pasukan udara dan darat
koalisi pimpinan AS.
Pasukan khusus Irak sebelumnya juga berhasil menduduki Bartella, sebuah
desa Kristen di luar Kota Qaraqos. Ofensif ke Mosul akan menjadi pertempuran
terbesar di Irak sejak invasi pimpinan AS pada 2003. ISIS juga menduduki
beberapa bagian wilayah Suriah. Pasukan Irak juga berusaha merangsek dari
arah selatan dan timur, sedangkan pasukan Kurdi Peshmerga maju dari front
timur dan utara. Kantor media pasukan Irak menyebutkan sudah 50 desa telah
dirampas kembali dari ISIS sejak Senin pekan ini.
C. Rumusan Masalah
1. Bentuk pelanggaran HAM apa saja yang terjadi pada kasus tersebut?
2. Bagaimana upaya penegakan hukum dalam kasus tersebut?
PEMBAHASAN
1. Bentuk pelanggaran HAM dalam kasus Irak dengan ISIS
Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki oleh setiap manusia yang sudah
melekat pada dirinya semenjak di dalam kandungan hingga mati. Hak ini
bersifat universal dan kodrati karena berlaku untuk semua manusia dan
merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Berbicara tentang Hak Asasi
Manusia, pada pasal 1 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menjelaskan
bahwa semua manusia dilahirkan merdeka mempunyai martabat dan hak-hak
yang sama. Yang semua orang dikaruniani akal dan hati, karenanya setiap
orang hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan. Mengabaikan
dan merendahkan hak-hak asasi manusia telah mengakibatkan tindakan kejam
yang menimbulkan kemarahan yang timbul dari dalam hati manusia, dan
terbentuklah suatu dunia di mana manusia menikmati kebebasan berbicara
dan beragam serta bebas dari rasa takut dan kekurangan telah dinyatakan
sebagai cita-cita yang tertinggi bagi manusia pada umumnya. 7 Namun di
zaman modern ini dengan teknologi yang semakin canggih marak terjadinya
kasus pelanggaran HAM. Pelanggaran yang dilakukannya pun tidak hanya
pelanggaran HAM ringan namun meliputi pelanggaran HAM berat.
Beberapa tahun terakhir, dunia dikejutkan dengan maraknya kasus
pengeboman yang dilakukan ISIS terhadap beberapa negara di dunia, salah
satunya Irak. Perserikatan Bangsa-Bangsa mencatat bahwa upaya-upaya
nasional kontra terorisme telah menempatkan sejumlah hak-hak manusia
(HAM) dalam posisi terancam. Menurut catatan PBB, serangkaian hak dan
kebebasan yang terancam penghormatan dan pemenuhannya dalam kaitan
dengan upaya melawan hukum teroris adalah hak untuk hidup, bebas dari
penyiksaan dan penghukuman atau perlakuan lain yang kejam, tidak
manusiawi dan merendahkan martabat; penghormatan prinsip legalitas; hak
untuk bebas dari penahanan sewenang-wenang; hak bagi terciptanya peradilan
yang fair termasuk hak didampingi penasehat hukum; kebebasan berpikir,
berkeyakinan dan beragama; kebebasan berekspresi dan bersidang;
kebebasan dari diskriminasi; kebebasan untuk mendapatkan suaka politik dari
persekusi; dan penghormatan untuk hak-hak yang dilindungi dalam situasi
darurat.8
Bentuk pelanggaran yang terjadi termasuk kedalam jenis pelanggaran HAM
berat, yakni kejahatan genosida. Karena pada kasus ini ISIS mencoba untuk
mendirikan negara islam dengan cara merebut suatu kota di Irak dan
menghabisi seluruh masyarakat yang berada di daerah tersebut dengan
genjatan senjata. Adapun akibat dari kejahatan genosida itu sendiri, yakni
sedikit saja ada yang menyulut, emosi akan naik dan kerusuhan pun akan
terjadi, peperangan bukan hal yang tidak mungkin untuk terjadi. Rasisme dan
merasa bahwa ras dirinya adalah yang terbaik, juga menjadi hal yang rawan
menimbulkan perselisihan.
Setiap bentuk dari kejahatan genosida sudah pasti meninggalkan korban
jiwa dan harta benda dari para korban yang tidak berdosa dan tidak ikut dalam
konfik bersenjata atau kekerasan terhadap pihak yang lemah seperti wanita
dan anak-anak. Perbuatan melanggar hukum internasional itu dinilai sebagai
kejahatan oleh negara atau militer yang dikutuk dunia sebagai perilaku yang
kurang manusiawi. Pengadilan terhadap para pelaku pelanggaran HAM
melibatkan masyarakat internasional, karena perbuatan tersebut dianggap
dapat mengancam perdamaian dunia (world peace) yang dibangun
berdasarkan pada prinsip kesamaan, kebebasan berpendapat, keadilan, dan
penghormatan terhadap HAM.9
Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah perbuatan yang meluas atau
sistematis yang dapat diketahui bahwa serangan tersebut ditujukan secara
langsung terhadap penduduk sipil berupa tindakan :
7
Adnan B. Nasution, Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi Manusia, Jakarta : Yayasan Obor
Indoneisa, 2006, hlm 135
8
Usman Hamid, “Kontra-Terorisme : Menghukum Teroris Dan Melindungi HAM”, Jurnal
Kriminologi Indonesia, Vol. 4 No. 1, September 2005, hlm 49-64
9
Teguh Sulistya, “Peran Internasional Criminal Court Dan Kejahatan Terhadap Kemanusiaan
Oleh Militer”, Jurnal Hukum Internasional, Vol. 5 No. 1, Oktober 2007, hlm 18-19
(1)Pembunuhan;
(2)Pemusnahan;
(3)Perbudakan;
(4)Pemindahan penduduk secara paksa;
(5)Penganiayaan suatu kelompok yang diklasifkasikan atas dasar aliran
politik, ras, suku bangsa, etnis, budaya, agama dan gender atau atas
dasar klasifkasi mengenai penyiksaan dengan tegas dilarang dalam
hukum internasional dan yuridikasi ICC.
Tindakan yang dapat digolongkan pada kejahatan terhadap kemanusiaan
adalah serangan yang ditujukan terhadap sekelompok penduduk sipil, bersifat
pemusnahan, melakukan perbudakan, deportasi, atau tindakan lain yang jelas
melanggar hukum dan HAM terhadap kebebasan dan kemerdekaan seseorang
atau kelompok suku dan bangsa.10
2. Upaya penegakan hukum dalam kasus Irak dengan Islamic State
of Iraq and Syria
Penyelesaian perkara pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat
merupakan wujud pemajuan, perlindungan dan penegakan Hak Asasi Manusia.
Pelanggaran berat hak asasi manusia dalam lingkup hukum internasional
merupakan kejahatan internasional, kejahatan yang dianggap sebagai musuh
bersama umat manusia (hostis humanis generis), karena berkaitan dengan
kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan. Oleh karena
menjadi tanggung jawab semua umat manusia (obligatio erga omnes) untuk
menyelesaikannya secara hukum, menghukum pelakunya secara adil. 11
Menurut hukum yang berada di Indonesia pelanggaran HAM sudah diatur
dalam UU No 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Menurut
Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa segala bentuk pelanggaran HAM
baik pelanggaran HAM ringan maupun HAM berat diadili sesuai dengan hukum
pidana yang berlaku di Indonesia. Pada umumnya yang menjadi rujukan
sebagai instrumen internasional HAM yang berkaitan dengan hak masyarakat
adalah sejumlah dokumen hukum paling dalam lingkup PBB.
Untuk
kasus
kejahatan
internasional
sendiri
akan
diminta
pertanggungjawaban individu secara pidana dan yurisdiksi yang berlaku,
dalam hal ini adalah yurisdiksi universal. Yurisdiksi universal adalah respon
hukum internasional atas fenomena impunitas bagi pelaku pelanggaran
kejahatan serius menurut hukum internasional, yang karena mendapatkan
impunitas, pelaku dengan bebas melakukan kegiatan di berbagai belahan
dunia, tanpa tuntutan hukum. Sejak tahun 1963, masyarakat internasional
telah mempunyai 14 instrumen hukum universal dan 4 (empat) amandemen
yang mengatur mengenai pencegahan terhadap tindakan-tindakan terorisme
yakni :
10
Ibid
Asmara Nababan, “Penyelesaian Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat: Belajar dari
Pengalaman”, Jurnal HAM Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Vol.2 N0.2, November 2004, hlm.
94.
11
a. 1963 Convention on Ofences and Certain Other Acts Committed On Board
Aircraft (Aircraft Convention);
b. 1970 Convention for the Suppression of Unlawful Seizure of Aircraft
(Unlawful Seizure Convention). 2010 Protocol Supplementary to the
Convention for the Suppression of Unlawful Seizure of Aircraft;
c. 1971 Convention for the Suppression of Unlawful Acts against the Safety of
Civil Aviation (Civil Aviation Convention);
d. 1973 Convention on the Prevention and Punishment of Crimes Against
Internationally Protected Persons (Diplomatic Agents Convention);
e. 1979 International Convention against the Taking of Hostages (Hostages
Convention);
f. 1980 Convention on the Physical Protection of Nuclear Material (Nuclear
Materials Convention). Amendments to the Convention on the Physical
Protection of Nuclear Material;
g. 1988 Protocol for the Suppression of Unlawful Acts of Violence at Airports
Serving International Civil Aviation, supplementary to the Convention for the
Suppression of Unlawful Acts against the Safety of Civil Aviation (Extends
and supplements the Montreal Convention on Air Safety) (Airport Protocol);
h. 1988 Convention for the Suppression of Unlawful Acts against the Safety of
Maritime Navigation (Maritime Convention). 2005 Protocol to the Convention
for the Suppression of Unlawful Acts against the Safety of Maritime
Navigation;
i. 1988 Protocol for the Suppression of Unlawful Acts Against the Safety of
Fixed Platforms Located on the Continental Shelf (Fixed Platform Protocol).
2005 Protocol to the Protocol for the Suppression of Unlawful Acts against
the Safety of Fixed Platforms Located on the Continental Shelf;
j. 1991 Convention on the Marking of Plastic Explosives for the Purpose of
Detection (Plastic Explosives Convention);
k. 1997 International Convention for the Suppression of Terrorist Bombings
(Terrorist Bombing Convention);
l. 1999 International Convention for the Suppression of the Financing of
Terrorism (Terrorist Financing Convention);
m. 2005 International Convention for the Suppression of Acts of Nuclear
Terrorism (Nuclear Terrorism Convention);
n. 2010 Convention on the Suppression of Unlawful Acts Relating to
International Civil Aviation (New civil aviation convention). 12
Namun UU No.26 Tahun 2000 tidak berlaku untuk kasus kejahatan
terorisme. Kejahatan terorisme itu sendiri diatur dalam UU No.15 Tahun 2003
Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.1
Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. Pada pasal 6
RUU tersebut dijelaskan bahwa “Setiap orang dengan segaja menggunakan
kekerasaan atau ancaman kekerasaan menimbulkan suasana teror atau rasa
takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat
massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa atau
harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran
terhadap objek-objek vital strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik
atau fasilitas internasional, dipidna dengan pidana mati atau penjara seumur
12
Ridarson Galingging, “Universal Jurisdiction in Absentia *Congo v. Belgium, ICJ, Feb.14,
2002”, Jurnal Hukum Internasional, Vol. 1 No. 2, Agustus 2002, hlm. 103.
hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun”.13 Di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana pun juga
diatur pasal tentang terorisme yakni pasal 106-108, 187, dan 406.
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ISIS atau Islam
radikal dikenal karena memiliki interpretasi atau tafsir yang keras pada Islam
dan mengajarkan kekerasan untuk mencapai tujuannya, seperti bom bunuh
diri, penyiksaan terhadap warga sipil yang lemah, deportasi, dan memukuli
orang yang tidak sependapat denga mereka. Tindakan yang dilakukan oleh ISIS
terhadap Irak termasuk dalam pelanggaran HAM berat, dimana para warga
sipil seperti wanita dan anak-anaklah yang menjadi korban. Yang sudah sangat
jelas melanggar hukum dan HAM terhadap kebebasan dan kemerdekan suatu
kelompok suku dan bangsa. Masyarakat Irak di perlakukan dengan kasar,
wanita menjadi budak seks, pembantaian dan penculikan. ISIS menjadikan
beberapa wilayah yang starategis dan potensi kekayaan alam untuk dijadikan
sebagai wilayah kekuasaannya.
Tindakan mereka itu merupakan kejahatan perang atau kejahatan
terhadap kemanusiaan. Target serangan ISIS terutama diarahkan kepada
masyarakat Muslim Syiah. Hampir 50% dari negara yang penduduknya
mayoritas Muslim mengalami konfik yang serupa dengan Irak yaitu kejahatan
genosida atau kejahatan kemanusiaan. Hal ini terjadi di Pakistan, Afghanistan,
Yaman, Mesir, Suriah, Nigeria dan Libya. Jika di cermati, konfik seperti ini
sering terjadi di Timur Tengah yang mayoritas berpenduduk Muslim. Karena
kawasan Timur Tengah merupakan wilayah yang strategis dan memiliki
sumber daya alam yang melimpah.
Dalam lingkup hukum internasional, pelanggaran berat dalam Hak Asasi
Manusia merupakan kejahatan internasional yang menjadi musuh seluruh
manusia di dunia. Karena berhubungan dengan kepentingan seluruh
masyarakat internasional, yang menjadi tanggungjawab bersama untuk
membantu menyelesaikan secara hukum dan adil.
13
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Terorisme
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Hendropriyono, A.M, 2009. Terorisme : Fundamentalis Kristen, Yahudi, dan
Islam, Jakarta :
PT KompasMedia Nusantara
Muhammad, Reno, 2014. ISIS : Mengungkap Fakta Terorisme Berlabel Islam,
Jakarta :Penerbit
Noura Books (PT Mizan Publika)
Nasution, Adnan B, 2006. Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi Manusia,
Jakarta :
Yayasan Obor Indoneisa
Soetjipto, Ani W, 2015. HAM dan Politik Internasional : Sebuah Pengantar,
Jakarta : Yayasan
Pustaka Obor Indonesia
JURNAL
Galinggang, Ridarson,
Internasional Vol.1 No.
Universal
Jurisdiction
in
Absentia,
Jurnal
Hukum
2, Agustus 2002
Hamid, Usman, Kontra-Terorisme : Menghukum Teroris Dan Melindungi HAM,
Jurnal Kriminologi
Indonesia, Vol. 4 No. 1, September 2005
Nababan, Asmara, Penyelesaian Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat:
Belajar dari Pengalaman,
Jurnal HAM Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Vol.2 N0.2, November
2004
Sulistya, Teguh, Peran Internasional Criminal Court Dan Kejahatan Terhadap
Kemanusiaan Oleh
Militer, Jurnal Hukum Internasional, Vol. 5 No. 1, Oktober 2007
Widyawati, Anis, Kajian Hukum Internasional Terhadap HAM, Pandecta, Vol. 2
No. 2, JuliDesember, 2008
UNDANG-UNDANG
Republik Indonesia. 2002. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, Jakarta.
terhadap Irak
Ranadya Kartika Nadhila Putri
Fakultas Hukum Univeristas Negeri Semarang
e-mail : [email protected]
Abstract
Negara di dunia akhir-akhir ini seakan di kagetkan dengan kehadiran suatu
kelompok agama baru yang berlandaskan islam. Kelompok agama ini dianggap
oleh Negara-Negara Internasional adalah kelompok agama yang radikal,
bahkan ada yang menyebutkan bahwa kelompok ini adalah teroris. Terorisme
kerap sering terjadi di seluruh dunia, terorisme adalah serangan terkoordinasi
yang bertujuan untuk melakukan teror terhadap sekelompok masyarakat. Kali
ini dunia sedang dilanda teror oleh NIIS (Negara Islam di Irak dan Suriah) atau
ISIS (Islamic State of Iraq and Syria), mereka adalah sekelompok orang Islam
radikal yang telah bergabung dengan militan Al Qaeda di Irak dan Suriah. ISIS
menduduki hampir seluruh bagian wilayah Irak salah satunya adalah Mosul.
ISIS melakukan penyerangan dengan cara meledakkan pabrik sulfur yang
mengakibatkan hampir 1.000 warga Mosul mengalami gangguan pernapasan
akibat asap beracun, sedikitnya 2 warga sipil tewas akibat ledakan tersebut.
Hanya dalam jangka waktu 48 jam ISIS telah berhasil membantai kurang lebih
120 warga sipil di Mosul. Pembantaian itu terjadi karena warga sipil berusaha
untuk melarikan diri dari bentrokan antara pasukan keamanan Irak dan ISIS di
wilayah tersebut. Sedikitnya 650.000 warga sipil yang terperangkap dalam
perang ini, sekitar 1.500 tentara Irak dan petugas keamanan ditangkap dan
dibunuh oleh ISIS. Hampir 800.000 warga sipil telah meninggalkan kota Mosul
Irak utara sejak dimulainya operasi militer. Terdapat sekitar 5.000 tentara AS
di Irak untuk melaksanakan operasi merebut kembali Kota Mosul dari ISIS,
ditambah dengan jumlah personel di pangkalan udara Qayyara Barat.
Kata Kunci : Terorisme, ISIS, 1.000 orang terpapar Gas Beracun, Mosul-Irak
PENDAHULUAN
A. Latar belakang kasus
Secara flsafati bisa dijelaskan bahwa HAM adalah hak yang melekat atau
inherent sejak manusia itu dilahirkan. Manusia mempunyai derajat luhur dan
dilengkapi oleh Tuhan budi dan nurani. HAM secara obyektif adalah
kewenangan-kewenangan pokok yang melekat pada manusia sebagai
manusia, dan yang harus diakui dan dihormati oleh negara. 1 Istilah HAM sendiri
pada awalnya digunakan dan dimaknai secara berbeda di setiap negara. Pada
abad ke-18 misalnya, Thomas Jeferson yang merupakan penggagas
Declaration of Independece (Deklarasi Kemerdekaan) Amerika Serikat lebih
sering menggunakan istilah ‘natural rights’ baru digantikan ‘rights of man’
1
Anis Widyawati, “Kajian Hukum Internasional Terhadap HAM”, Pandecta, Vol. 2 No. 2, JuliDesember, 2008, hlm 41
sejak tahun 1789 dan memiliki konotasi yang berbeda dengan ‘human rights’
(merujuk pada kekejaman perbudakan).2
Terorisme ibarat sebuah tanaman yang tumbuh subur, patah tumbuh –
hilang berganti. Terorisme bukanlah persoalan pelaku, terorisme lebih terkait
pada keyakinan teologis. Yang artinya, pelakunya bisa di tangkap bahkan
dibunuh, tetapi keyakinan tidak mudah untuk ditaklukkan. Aksi terorisme yang
disponsori oleh jaringan terorisme internasional Al Qaeda dan gerakan Taliban
di Afganistan. Terorisme ada yang berbentuk faham keagamaan yang bersifat
masif, tetapi ada juga yang berbentuk gerakan dimanifestasikan dalam aksi
terorisme yang sering terjadi belakangan ini.3 Banyak diantaranya yang terkait
dengan tindakan terorisme yang dilakukan oleh kelompok-kelompok radikal,
seperti contoh aksi teror yang mengatasnamakan kelompok agama seperti NIIS
atau ISIS.
Terorrisme termasuk kedalam kejahatan genosida. Genosida yang diartikan
sebagai pembunuhan secara sistematis dan terencana yang ditujukan untuk
melenyapkan seluruh atau sebagian masyarakat atau sekelompok etnis atau
religius. Secara luas, genosida bisa diartikan sebagai pembunuhan sekelompok
orang dengan alasan politis.4 Kedatangan ISIS di Irak adalah ekses dari konfik
Timur Tengah yang melibatkan banyak pihak. Tindakan yang dilakukan ISIS
terhadap warga sipil adalah kejahatan kemanusiaan, seperti menculik sejumlah
gadis dan diperlakuan dengan sangat kasar untuk dijadikan budak seks, dan
berbagai bentuk kekerasan fsik kepada perempuan dan anak-anak. ISIS telah
melakukan pelanggaran HAM berat terhadap kelompok-kelompok minoritas
termasuk Kristen, Muslim Syiah dan Yazidi dalam konfik yang telah memaksa
jutaan warga Irak harus mengungsi ketempat yang lebih layak dan aman. ISIS
terus melakukan penyerangan kepada warga Irak, seperti serangan bom mobil
serta menjatuhkan bahan peledak dari pesawat tak berawak. 5
Terorisme sendiri terdiri dari dua bentuk. Pertama, state-sponsored
terrorism, yaitu tindakan terorime yang dilakukan oleh suatu negara untuk
mencapai tujuannya. Misalnya Amerika Serikat mengidentifkasikan beberapa
negara untuk hal ini seperti Kuba, Iran, Sirya, Libya, Irak, danKorea Utara.
Kedua, privately-based terrorism, yaitu tindakan terorismeyang dilakukan oleh
suatu kelompok terorisme privat, seperti ISIS, Al-Qaeda, Jamaah Islamiyah, dan
sebagainya.6
B. Kronologi Kasus
Serangan yang dilakukan ISIS terhadap Irak merupakan kejahatan perang
atau kejahatan terhadap kemanusiaan, seperti perbudakan, kekerasan fsik
pada wanita dan anak-anak, pembantaian, bom bunuh diri, serta meledakkan
pabrik sulfur. 20 Oktober 2016 lalu, ISIS meledakkan pabrik sulfur di Mosul.
Akibat diledakkannya pabrik sulfur di Kota Mosul itu membuat warga sulit
bernafas karena terpapar gas beracun, sedikitnya 2 warga sipil tewas dan
1.000 orang terpapar gas beracun. Gas beracun ini memaksa tentara AS di
pangkalan udara Qayyara Barat didekat Mosul harus mengenakan masker
2
Ani W. Soetjipto, HAM dan Politik Internasional : Sebuah Pengantar, Jakarta : Yayasan Pustaka
Obor Indonesia, 2015, hlm 45
3
A.M. Hendropriyono, Terorisme : Fundamentalis Kristen, Yahudi, dan Islam, Jakarta : PT
Kompas Media Nusantara, 2009, hlm 249
4
Ani W. Soetjipto, Op Cit., hlm 13
5
Reno Muhammad, ISIS : Mengungkap Fakta Terorisme Berlabel Islam, Jakarta : Penerbit Noura
Books (PT Mizan Publika), 2014, hlm 146
6
Conway W. Henderson, International Relations: Terrorism, Confict and Cooperation at the
Turn of 21st Century, New York, 1998, hlm 153-154
pelindung. Pangkalan udara Qayyara Barat merupakan pusat kegiatan untuk
mendukung operasi tentara AS untuk merebut kembali Kota Mosul dari ISIS.
Sampel udara dari Qayyara Barat itu telah dikirim ke Badan Pengurangan
Ancaman Pertahana AS untuk dianalisis lebih lanjut.
Hanya dalam jangka waktu 48 jam ISIS telah berhasil membantai kurang
lebih 120 warga sipil di Mosul. Pembantaian itu terjadi karena warga sipil
berusaha untuk melarikan diri dari bentrokan antara pasukan keamanan Irak
dan ISIS di wilayah tersebut. Sedikitnya 650.000 warga sipil yang terperangkap
dalam perang ini. Sekitar 1.500 tentara Irak dan petugas keamanan ditangkap
dan dibunuh oleh ISIS. Hampir 800.000 warga sipil telah meninggalkan kota
Mosul Irak utara sejak dimulainya operasi militer. Berbagai perlawanan atau
serangan telah dilakukan militer Irak untuk merebut kembali wilayahnya di
Mosul Barat. Setelah kemarin pasukan Irak berhasil merebut Kota Qaraqos
yang merupakan sebuah kota Kristen yang telah dikuasai oleh ISIS sejak 2014
silam. Gerakan kemajuan pasukan Irak terjadi setelah Menteri Pertahanan AS
Ash Carter bertemu dengan Perdana Menteri Haider al-Abadi di Baghdad.
Pertemuan itu dilakukan untuk mengevaluasi operasi besar ke Mosul yang
digelar sejak Senin pekan ini dibawah dukungan pasukan udara dan darat
koalisi pimpinan AS.
Pasukan khusus Irak sebelumnya juga berhasil menduduki Bartella, sebuah
desa Kristen di luar Kota Qaraqos. Ofensif ke Mosul akan menjadi pertempuran
terbesar di Irak sejak invasi pimpinan AS pada 2003. ISIS juga menduduki
beberapa bagian wilayah Suriah. Pasukan Irak juga berusaha merangsek dari
arah selatan dan timur, sedangkan pasukan Kurdi Peshmerga maju dari front
timur dan utara. Kantor media pasukan Irak menyebutkan sudah 50 desa telah
dirampas kembali dari ISIS sejak Senin pekan ini.
C. Rumusan Masalah
1. Bentuk pelanggaran HAM apa saja yang terjadi pada kasus tersebut?
2. Bagaimana upaya penegakan hukum dalam kasus tersebut?
PEMBAHASAN
1. Bentuk pelanggaran HAM dalam kasus Irak dengan ISIS
Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki oleh setiap manusia yang sudah
melekat pada dirinya semenjak di dalam kandungan hingga mati. Hak ini
bersifat universal dan kodrati karena berlaku untuk semua manusia dan
merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Berbicara tentang Hak Asasi
Manusia, pada pasal 1 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menjelaskan
bahwa semua manusia dilahirkan merdeka mempunyai martabat dan hak-hak
yang sama. Yang semua orang dikaruniani akal dan hati, karenanya setiap
orang hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan. Mengabaikan
dan merendahkan hak-hak asasi manusia telah mengakibatkan tindakan kejam
yang menimbulkan kemarahan yang timbul dari dalam hati manusia, dan
terbentuklah suatu dunia di mana manusia menikmati kebebasan berbicara
dan beragam serta bebas dari rasa takut dan kekurangan telah dinyatakan
sebagai cita-cita yang tertinggi bagi manusia pada umumnya. 7 Namun di
zaman modern ini dengan teknologi yang semakin canggih marak terjadinya
kasus pelanggaran HAM. Pelanggaran yang dilakukannya pun tidak hanya
pelanggaran HAM ringan namun meliputi pelanggaran HAM berat.
Beberapa tahun terakhir, dunia dikejutkan dengan maraknya kasus
pengeboman yang dilakukan ISIS terhadap beberapa negara di dunia, salah
satunya Irak. Perserikatan Bangsa-Bangsa mencatat bahwa upaya-upaya
nasional kontra terorisme telah menempatkan sejumlah hak-hak manusia
(HAM) dalam posisi terancam. Menurut catatan PBB, serangkaian hak dan
kebebasan yang terancam penghormatan dan pemenuhannya dalam kaitan
dengan upaya melawan hukum teroris adalah hak untuk hidup, bebas dari
penyiksaan dan penghukuman atau perlakuan lain yang kejam, tidak
manusiawi dan merendahkan martabat; penghormatan prinsip legalitas; hak
untuk bebas dari penahanan sewenang-wenang; hak bagi terciptanya peradilan
yang fair termasuk hak didampingi penasehat hukum; kebebasan berpikir,
berkeyakinan dan beragama; kebebasan berekspresi dan bersidang;
kebebasan dari diskriminasi; kebebasan untuk mendapatkan suaka politik dari
persekusi; dan penghormatan untuk hak-hak yang dilindungi dalam situasi
darurat.8
Bentuk pelanggaran yang terjadi termasuk kedalam jenis pelanggaran HAM
berat, yakni kejahatan genosida. Karena pada kasus ini ISIS mencoba untuk
mendirikan negara islam dengan cara merebut suatu kota di Irak dan
menghabisi seluruh masyarakat yang berada di daerah tersebut dengan
genjatan senjata. Adapun akibat dari kejahatan genosida itu sendiri, yakni
sedikit saja ada yang menyulut, emosi akan naik dan kerusuhan pun akan
terjadi, peperangan bukan hal yang tidak mungkin untuk terjadi. Rasisme dan
merasa bahwa ras dirinya adalah yang terbaik, juga menjadi hal yang rawan
menimbulkan perselisihan.
Setiap bentuk dari kejahatan genosida sudah pasti meninggalkan korban
jiwa dan harta benda dari para korban yang tidak berdosa dan tidak ikut dalam
konfik bersenjata atau kekerasan terhadap pihak yang lemah seperti wanita
dan anak-anak. Perbuatan melanggar hukum internasional itu dinilai sebagai
kejahatan oleh negara atau militer yang dikutuk dunia sebagai perilaku yang
kurang manusiawi. Pengadilan terhadap para pelaku pelanggaran HAM
melibatkan masyarakat internasional, karena perbuatan tersebut dianggap
dapat mengancam perdamaian dunia (world peace) yang dibangun
berdasarkan pada prinsip kesamaan, kebebasan berpendapat, keadilan, dan
penghormatan terhadap HAM.9
Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah perbuatan yang meluas atau
sistematis yang dapat diketahui bahwa serangan tersebut ditujukan secara
langsung terhadap penduduk sipil berupa tindakan :
7
Adnan B. Nasution, Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi Manusia, Jakarta : Yayasan Obor
Indoneisa, 2006, hlm 135
8
Usman Hamid, “Kontra-Terorisme : Menghukum Teroris Dan Melindungi HAM”, Jurnal
Kriminologi Indonesia, Vol. 4 No. 1, September 2005, hlm 49-64
9
Teguh Sulistya, “Peran Internasional Criminal Court Dan Kejahatan Terhadap Kemanusiaan
Oleh Militer”, Jurnal Hukum Internasional, Vol. 5 No. 1, Oktober 2007, hlm 18-19
(1)Pembunuhan;
(2)Pemusnahan;
(3)Perbudakan;
(4)Pemindahan penduduk secara paksa;
(5)Penganiayaan suatu kelompok yang diklasifkasikan atas dasar aliran
politik, ras, suku bangsa, etnis, budaya, agama dan gender atau atas
dasar klasifkasi mengenai penyiksaan dengan tegas dilarang dalam
hukum internasional dan yuridikasi ICC.
Tindakan yang dapat digolongkan pada kejahatan terhadap kemanusiaan
adalah serangan yang ditujukan terhadap sekelompok penduduk sipil, bersifat
pemusnahan, melakukan perbudakan, deportasi, atau tindakan lain yang jelas
melanggar hukum dan HAM terhadap kebebasan dan kemerdekaan seseorang
atau kelompok suku dan bangsa.10
2. Upaya penegakan hukum dalam kasus Irak dengan Islamic State
of Iraq and Syria
Penyelesaian perkara pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat
merupakan wujud pemajuan, perlindungan dan penegakan Hak Asasi Manusia.
Pelanggaran berat hak asasi manusia dalam lingkup hukum internasional
merupakan kejahatan internasional, kejahatan yang dianggap sebagai musuh
bersama umat manusia (hostis humanis generis), karena berkaitan dengan
kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan. Oleh karena
menjadi tanggung jawab semua umat manusia (obligatio erga omnes) untuk
menyelesaikannya secara hukum, menghukum pelakunya secara adil. 11
Menurut hukum yang berada di Indonesia pelanggaran HAM sudah diatur
dalam UU No 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Menurut
Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa segala bentuk pelanggaran HAM
baik pelanggaran HAM ringan maupun HAM berat diadili sesuai dengan hukum
pidana yang berlaku di Indonesia. Pada umumnya yang menjadi rujukan
sebagai instrumen internasional HAM yang berkaitan dengan hak masyarakat
adalah sejumlah dokumen hukum paling dalam lingkup PBB.
Untuk
kasus
kejahatan
internasional
sendiri
akan
diminta
pertanggungjawaban individu secara pidana dan yurisdiksi yang berlaku,
dalam hal ini adalah yurisdiksi universal. Yurisdiksi universal adalah respon
hukum internasional atas fenomena impunitas bagi pelaku pelanggaran
kejahatan serius menurut hukum internasional, yang karena mendapatkan
impunitas, pelaku dengan bebas melakukan kegiatan di berbagai belahan
dunia, tanpa tuntutan hukum. Sejak tahun 1963, masyarakat internasional
telah mempunyai 14 instrumen hukum universal dan 4 (empat) amandemen
yang mengatur mengenai pencegahan terhadap tindakan-tindakan terorisme
yakni :
10
Ibid
Asmara Nababan, “Penyelesaian Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat: Belajar dari
Pengalaman”, Jurnal HAM Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Vol.2 N0.2, November 2004, hlm.
94.
11
a. 1963 Convention on Ofences and Certain Other Acts Committed On Board
Aircraft (Aircraft Convention);
b. 1970 Convention for the Suppression of Unlawful Seizure of Aircraft
(Unlawful Seizure Convention). 2010 Protocol Supplementary to the
Convention for the Suppression of Unlawful Seizure of Aircraft;
c. 1971 Convention for the Suppression of Unlawful Acts against the Safety of
Civil Aviation (Civil Aviation Convention);
d. 1973 Convention on the Prevention and Punishment of Crimes Against
Internationally Protected Persons (Diplomatic Agents Convention);
e. 1979 International Convention against the Taking of Hostages (Hostages
Convention);
f. 1980 Convention on the Physical Protection of Nuclear Material (Nuclear
Materials Convention). Amendments to the Convention on the Physical
Protection of Nuclear Material;
g. 1988 Protocol for the Suppression of Unlawful Acts of Violence at Airports
Serving International Civil Aviation, supplementary to the Convention for the
Suppression of Unlawful Acts against the Safety of Civil Aviation (Extends
and supplements the Montreal Convention on Air Safety) (Airport Protocol);
h. 1988 Convention for the Suppression of Unlawful Acts against the Safety of
Maritime Navigation (Maritime Convention). 2005 Protocol to the Convention
for the Suppression of Unlawful Acts against the Safety of Maritime
Navigation;
i. 1988 Protocol for the Suppression of Unlawful Acts Against the Safety of
Fixed Platforms Located on the Continental Shelf (Fixed Platform Protocol).
2005 Protocol to the Protocol for the Suppression of Unlawful Acts against
the Safety of Fixed Platforms Located on the Continental Shelf;
j. 1991 Convention on the Marking of Plastic Explosives for the Purpose of
Detection (Plastic Explosives Convention);
k. 1997 International Convention for the Suppression of Terrorist Bombings
(Terrorist Bombing Convention);
l. 1999 International Convention for the Suppression of the Financing of
Terrorism (Terrorist Financing Convention);
m. 2005 International Convention for the Suppression of Acts of Nuclear
Terrorism (Nuclear Terrorism Convention);
n. 2010 Convention on the Suppression of Unlawful Acts Relating to
International Civil Aviation (New civil aviation convention). 12
Namun UU No.26 Tahun 2000 tidak berlaku untuk kasus kejahatan
terorisme. Kejahatan terorisme itu sendiri diatur dalam UU No.15 Tahun 2003
Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.1
Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. Pada pasal 6
RUU tersebut dijelaskan bahwa “Setiap orang dengan segaja menggunakan
kekerasaan atau ancaman kekerasaan menimbulkan suasana teror atau rasa
takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat
massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa atau
harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran
terhadap objek-objek vital strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik
atau fasilitas internasional, dipidna dengan pidana mati atau penjara seumur
12
Ridarson Galingging, “Universal Jurisdiction in Absentia *Congo v. Belgium, ICJ, Feb.14,
2002”, Jurnal Hukum Internasional, Vol. 1 No. 2, Agustus 2002, hlm. 103.
hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun”.13 Di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana pun juga
diatur pasal tentang terorisme yakni pasal 106-108, 187, dan 406.
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ISIS atau Islam
radikal dikenal karena memiliki interpretasi atau tafsir yang keras pada Islam
dan mengajarkan kekerasan untuk mencapai tujuannya, seperti bom bunuh
diri, penyiksaan terhadap warga sipil yang lemah, deportasi, dan memukuli
orang yang tidak sependapat denga mereka. Tindakan yang dilakukan oleh ISIS
terhadap Irak termasuk dalam pelanggaran HAM berat, dimana para warga
sipil seperti wanita dan anak-anaklah yang menjadi korban. Yang sudah sangat
jelas melanggar hukum dan HAM terhadap kebebasan dan kemerdekan suatu
kelompok suku dan bangsa. Masyarakat Irak di perlakukan dengan kasar,
wanita menjadi budak seks, pembantaian dan penculikan. ISIS menjadikan
beberapa wilayah yang starategis dan potensi kekayaan alam untuk dijadikan
sebagai wilayah kekuasaannya.
Tindakan mereka itu merupakan kejahatan perang atau kejahatan
terhadap kemanusiaan. Target serangan ISIS terutama diarahkan kepada
masyarakat Muslim Syiah. Hampir 50% dari negara yang penduduknya
mayoritas Muslim mengalami konfik yang serupa dengan Irak yaitu kejahatan
genosida atau kejahatan kemanusiaan. Hal ini terjadi di Pakistan, Afghanistan,
Yaman, Mesir, Suriah, Nigeria dan Libya. Jika di cermati, konfik seperti ini
sering terjadi di Timur Tengah yang mayoritas berpenduduk Muslim. Karena
kawasan Timur Tengah merupakan wilayah yang strategis dan memiliki
sumber daya alam yang melimpah.
Dalam lingkup hukum internasional, pelanggaran berat dalam Hak Asasi
Manusia merupakan kejahatan internasional yang menjadi musuh seluruh
manusia di dunia. Karena berhubungan dengan kepentingan seluruh
masyarakat internasional, yang menjadi tanggungjawab bersama untuk
membantu menyelesaikan secara hukum dan adil.
13
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Terorisme
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Hendropriyono, A.M, 2009. Terorisme : Fundamentalis Kristen, Yahudi, dan
Islam, Jakarta :
PT KompasMedia Nusantara
Muhammad, Reno, 2014. ISIS : Mengungkap Fakta Terorisme Berlabel Islam,
Jakarta :Penerbit
Noura Books (PT Mizan Publika)
Nasution, Adnan B, 2006. Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi Manusia,
Jakarta :
Yayasan Obor Indoneisa
Soetjipto, Ani W, 2015. HAM dan Politik Internasional : Sebuah Pengantar,
Jakarta : Yayasan
Pustaka Obor Indonesia
JURNAL
Galinggang, Ridarson,
Internasional Vol.1 No.
Universal
Jurisdiction
in
Absentia,
Jurnal
Hukum
2, Agustus 2002
Hamid, Usman, Kontra-Terorisme : Menghukum Teroris Dan Melindungi HAM,
Jurnal Kriminologi
Indonesia, Vol. 4 No. 1, September 2005
Nababan, Asmara, Penyelesaian Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat:
Belajar dari Pengalaman,
Jurnal HAM Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Vol.2 N0.2, November
2004
Sulistya, Teguh, Peran Internasional Criminal Court Dan Kejahatan Terhadap
Kemanusiaan Oleh
Militer, Jurnal Hukum Internasional, Vol. 5 No. 1, Oktober 2007
Widyawati, Anis, Kajian Hukum Internasional Terhadap HAM, Pandecta, Vol. 2
No. 2, JuliDesember, 2008
UNDANG-UNDANG
Republik Indonesia. 2002. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, Jakarta.