Aplikasi Nilai Pancasila Sila ke 2 dan k

Aplikasi Nilai Pancasila Sila ke-2 dan ke-5
dalam Memerangi Perdagangan Manusia
di Indonesia

Nama

: SURAPURNA AHMAD SAPUTRA

NIM

: 11.11.5156

Kelompok

:D

Jurusan

: 11 S1 TI 08

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

2011

Aplikasi Nilai Pancasila Sila ke-2 dan ke-5 dalam Memerangi Perdagangan Manusia di Indonesia

|1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Aplikasi Nilai Pancasila Sila ke-2 dan ke-5 dalam
Memerangi Perdagangan Manusia di Indonesia” ini dengan lancar. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen
pengampu matakuliah Pancasila Bapak Drs. Tahajudin Sudibyo
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis
peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan Pancasila, serta infomasi dari
media massa yang berhubungan dengan perdagangan manusia dan pancasila, tak lupa
penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah Pancasila atas bimbingan
dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang
telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.

Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua, dalam hal ini dapat menambah pengetahuan kita tentang perdagangan
manusia di indonesia dan khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh
dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan dan acuan untuk karya penulis selanjutnya.

Yogyakarta, oktober 2011
Penulis

Aplikasi Nilai Pancasila Sila ke-2 dan ke-5 dalam Memerangi Perdagangan Manusia di Indonesia

|2

ABSTRAC

1. Faktor utama penyebab terjadinya tindak kriminal perdagangan manusia di
Indonesia adalah kemiskinan, daya tarik standar hidup di tempat lain yang
dirasakan lebih tinggi, lemahnya strukur sosial dan ekonomi, kurangnya
kesempatan bekerja, kejahatan yang terorganisir, kekerasan terhadap wanita
dan anak-anak, diskriminasi terhadapt wanita, korupsi pemerintah,

ketidakstabilan politik, konflit bersenjata, dan tradisi-tradisi budaya seperti
perbudakan tradisional
2. Tindakan pemerintah untuk memberantas tindak kriminal perdagangan
manusia di Indonesia antara lain membentuk mekanisme hukum yang akan
memberatkan para pelaku, baik di tingkat regional maupun nasional. DPR-RI
juga memprioritaskan ratifikasi dan memperkuat UU yang ada untuk
pencegahan dan hukuman untuk mendukung dan melindungi korban dan
saksi. DPR-RI juga membentuk Komisi yang berkaitan dengan Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak sebagai rekan kerja pemerintah untuk
membahas permasalahan yang terkait dengan perdagangan manusia
khususnya wanita dan anak-anak.
3. Nilai sila ke-2 dan ke-5 untuk menanamkan kesadaran kita tentang
berharganya kehudupan suatu individu demi mengurangi kriminal
perdagangan manusia di Indonesia.
A. Sila ke-2 memiliki nilai adil mengandung makna bahwa suatu
keputusan dan tindakan didasarkan atas ukuran / norma-norma yang
obyektif, dan tidak subyektif, sehingga tidak sewenang-wenang.
B. Sila ke-5 memiliki nilai keadilan-sosial (keadilan-socius) atau
pemerataan-bersama bagi seluruh-rakyat (atas dasar keadilan
distributif), bukan

keadilan bagi segolongan/pemerintah/penguasa.

Aplikasi Nilai Pancasila Sila ke-2 dan ke-5 dalam Memerangi Perdagangan Manusia di Indonesia

|3

Latar belakang

Perdagangan orang, manusia jadi komoditi! Itu saja sudah mengerikan.
Namun lebih mengerikan lagi karena ternyata Indonesia termasuk negara dengan
kasus perdagangan orang tertinggi di dunia.
Kasus perdagangan orang sering agak samar karena sering bertopengkan
usaha legal, berupa Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja. Akibatnya, agak sulit
mendapatkan data statistik perdagangan manusia Indonesia yang benar-benar valid.
Tapi, praktek bisnis kotor dan tidak manusiawi ini tak bisa disangkal lagi.
Parahnya, dari tahun ke tahun jumlah kasusnya terus bertambah.
Selama Maret 2005 hingga Juli 2006, data International Organisation for
Migration (IOM) menunjukkan, sebanyak 1.231 WNI telah menjadi korban bisnis
perdagangan orang.


Aplikasi Nilai Pancasila Sila ke-2 dan ke-5 dalam Memerangi Perdagangan Manusia di Indonesia

|4

Rumusan masalah

1. Apa yang menjadi penyebab perdagangan manusia di Indonesia?
2. Apa pranan pemerintah dalam memerangi perdagangan manusia di Indonesia?
3. Pemahaman nilai sila pancasila keberapa yang harus lebih di utamakan dalam
rangka mengurangi dan memberantas perdagangan manusia di Indonesia?

Aplikasi Nilai Pancasila Sila ke-2 dan ke-5 dalam Memerangi Perdagangan Manusia di Indonesia

|5

Pendekatan

Historis

Fenomena perdagangan manusia telah muncul pada masa perbudakan. Masa

perbudakan adalah segolongan manusia yang dirampas kebebasan hidupnya untuk
bekerja guna kepentingan golongan manusia lain.
Status manusia saat itu dibedakan. Ada manusia yang dihargai statusnya
dikarenakan keturunan dan keberadaan ekonominya, dan ada kelompok manusia
tidak memilikinya, mereka itu digolongkan ke dalam status budak.

Budak telah dikenal pada masa lampau yaitu sejak Nabi Ibrahim AS. Hal ini
dapat kita baca dalam kisah Sarah (isteri Nabi Ibrahim) yang memberikan jariyahnya
(berupa budak wanita), yaitu Hajar kepada suaminya untuk dinikahi (Abu Fida Ismail
Ibn Katsir, 1417H: 1/354).
Demikian pula pada zaman Nabi Yaqub.
Orang merdeka di masa itu bisa menjadi budak, yaitu apabila seseorang
melakukan tindak pencurian, maka orang tersebut diserahkan kepada si pemilik harta
yang dicurinya untuk dijadikan budak (Abu Fida Ismail Ibn Katsir, 1420H: 4/401).
Tidak berhenti sampai di sejarah para nabi, sejarah perbudakan terus berlanjut hingga
Afrika.

Pada empat abad silam pernah terjadi pengiriman jutaan budak Afrika ke Amerika
Serikat melalui jalur Samudra Atlantik. Para budak itu diperoleh dari negara-negara
di Afrika Barat. Salah satu pulau yang menjadi saksi bisu sebagai tempat

perdagangan para budak adalah pulau Goree, yang berarti "Pelabuhan Baik". Pulau

Aplikasi Nilai Pancasila Sila ke-2 dan ke-5 dalam Memerangi Perdagangan Manusia di Indonesia

|6

Goree terletak di lepas pantai barat Afrika. Sekitar 15 hingga 20 juta warga Afrika
ditampung di pulau itu sebelum akhirnya dikirim ke Amerika Serikat dan Eropa
hingga tidak pernah tahu jalan pulang ke tanah kelahirannya. Pulau tersebut hingga
kini dihuni 1.000 orang, dan menjadi tempat tujuan wisata sejarah. Pada tahun 1978,
oleh UNESCO tempat tersebut ditetapkan sebagai salah satu warisan dunia yang
harus dilindungi.
Bertepatan dalam mengenang peristiwa yang memilukan itu Kongres Nasional
Senegal Selasa (23/3/2010) menyetujui rancangan undang-undang yang isinya
menegaskan bahwa perbudakan dan perdagangan budak adalah kejahatan. RUU itu
akan menjadi tonggak hukum pertama di benua hitam, yang dengan tegas
menyatakan perbudakan dan perdagangan budak termasuk kejahatan kemanusiaan.
Peringatan hari bersejarah itu ditetapkan pada tanggal 27 April yang merujuk pada
anti perdagangan budak di Perancis yang dipelopori oleh Victor Schoelcher, tokoh
kemanusiaan Perancis yang berjuang menghapus perbudakan. Bila di Eropa telah

menetapkan pelarangan perdagangan manusia, bagamana Islam memandang?

Datangnya Islam lambat laun membawa penyempurnaan syariat. Dalam QS. AlIsraa:70) dijelaskan, Allah SWT memberikan kedudukan yang mulia bagi manusia di
atas makhluk-makhluk yang lain, sehingga tidak dibenarkan memperlakukan manusia
seperti layaknya binatang atau barang jualan yang dapat diperjualbelikan.

Aplikasi Nilai Pancasila Sila ke-2 dan ke-5 dalam Memerangi Perdagangan Manusia di Indonesia

|7

1.

Penyebab perdagangan manusia
Terdapat banyak penyebab perdagangan manusia. Sebab-sebab ini
rumit dan seringkali saling memperkuat satu sama lain. Jika melihat
perdagangan manusia sebagai pasar global, para korban merupakan
persediannya, dan para majikan yang kejam atau pelaku eksploitasi seksual
mewakili permintaan.
Penyediaan korban didorong oleh banyak faktor termasuk kemiskinan,
daya tarik standar hidup di tempat lain yang dirasakan lebih tinggi, lemahnya

strukur sosial dan ekonomi, kurangnya kesempatan bekerja, kejahatan yang
terorganisir, kekerasan terhadap wanita dan anak-anak, diskriminasi terhadapt
wanita, korupsi pemerintah, ketidakstabilan politik, konflit bersenjata, dan
tradisi-tradisi budaya seperti perbudakan tradisional. Di beberapa masyarakat,
sebuah tradisi memungkinkan anak ketiga atau keempat dikirim untuk hidup
dan bekerja di kota dengan seorang anggota keluarga jauh (seringkali
seorang “paman”), dengan janji akan memberi pendidikan dan pelajaran
berdagang kepada anak. Dengan mengambil keuntungan dari tradisi ini, para
pelaku perdagangan seringkali memposisikan diri mereka sebagai agen
pekerjaan, yang membujuk para orang tua untuk berpisah dengan seorang
anak, tetapi kemudian memperdagangkan anak tersebut untuk bekerja sebagai
pekerja seks, pelayan rumah, atau perusahaan komersil. Akhirnya, keluarga
tersebut hanya menerima sedikit upah kalaupun ada, sedangkan anak tersebut
tetap tidak bersekolah dan tidak mendapatkan pelatihan, serta terpisah dari
keluarganya, dan harapan akan kesempatan ekonomi pun tidak pernah
terwujud.
Di sisi permintaan, faktor-faktor yang membawa pada perdagangan
manusia mencakup industri seks, dan permintaan akan tenaga kerja yang
dapat dieksploitasi. Pariwisata seks dan pronografi anak telah menjadi industri
dunia luas, yang difasilitasi oleh teknologi seperti internet, yang secara


Aplikasi Nilai Pancasila Sila ke-2 dan ke-5 dalam Memerangi Perdagangan Manusia di Indonesia

|8

berlebihan memperluas pilihan-pilihan yang tersedia bagi para pelanggan dan
memungkinkan adanya transaksi yang cepat dan hampir tidak terdeteksi.
Perdagangan manusia juga ditimbulkan oleh adanya permintaan global atas
tenaga kerja yang murah, rentan, dan ilegal. Misalnya, salah satu permintaan
terbesar di negara-negara makmur Asia Timur adalah pelayan rumah tangga
yang terkadang menjadi korban eksploitasi atau kerjapaksa.
Sebuah sumber permintaan baru atas wanita-wanita muda sebagai
pengantin wanita dan gundik adalah akibat dari melebarnya jurang pemisah
gender di daerah padat penduduk India dan China. Di India, saat ini hanya
terdapat 933 gadis yang lahir untuk setiap 1.000 anak laki-laki, dikarenakan
sebagian besar memiliki persepsi bahwa seorang anak perempuan adalah
tanggungan ekonomi di masyarakat yang sangat patriarkhal di negara tersebut.
Banyak pasangan menggunakan sonogram yang murah dan tersedia luas
untuk menentukan jenis kelamin janin, dan jika perempuan maka akan
digugurkan. Data dari sensus India 2001, yang dianalisa di tahun 2003,

memperlihatkan bahwa jarak yang paling serius ada di negara bagian barat
laut Haryana dan Punjab yang makmur, dimana perbandingan jumlah jenis
kelamin terus menurun di bawah 825 kelahiran anak perempuan untuk setiap
1.000 kelahiran anak laki-laki.
Jarak serupa telah timbul di beberapa bagian China yang disebabkan
oleh kebijakan “satu anak”, yang telah mendorong banyak orang tua untuk
menggugurkan kandungannya begitu janin diketahui berjenis kelamin
perempuan. Gadis-gadis dan para wanita Korea Utara dan Vietnam dilaporkan
telah diperdagangkan ke China Selatan sebagai pengantin wanita dan dipaksa
untuk menjadi pekerja seks. Jarak pemisah antara kelahiran pria dan wanita
ini telah ada selama beberapa dekade dan saat ini diketahui bahwa jumlah
pengantin wanita kian menurun jumlahnya di daerah-daerah baik di India
maupun di China.

Aplikasi Nilai Pancasila Sila ke-2 dan ke-5 dalam Memerangi Perdagangan Manusia di Indonesia

|9

2.

Peranan pemerintah
Perdagangan manusia merupakan tindak kejahatan serius dan
merupakan salah satu bentuk pelanggaran HAM yang paling keji, sekaligus
merupakan perampasan terhadap hak kemerdekaan, kebebasan berpikir dan
hak untuk tidak disiksa.
Hal ini ditegaskan oleh delegasi Indonesia dalam pertemuan Legal
Cooperation to Combat Trafficking in Women and Minors yang berlangsung
pada 2-5 Juli 2006 di Ho Chi Minh City, Vietnam. Pertemuan yang dihadiri 8
negara anggota ASEAN Inter-Parliamentary Organization (AIPO) yakni
Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan
Vietnam serta special observer yaitu Brunei Darussalam. Dalam pertemuan
yang dibuka oleh Wakil Ketua Parlemen Vietnam Truong My Hoa ini,
melahirkan beberapa rekomendasi diantaranya memandang perlu adanya
kerjasama yang kuat di tingkat regional dan nasional dalam memberantas
perdagangan manusia dan perlunya mensinergikan inisiatif kerjasama di
bidang perundang-undangan oleh anggota AIPO serta pentingnya pembuatan
kerangka hukum untuk menghambat perolehan finansial secara tidak resmi
dari perdagangan manusia. Pertemuan ini selanjutnya juga menyarankan
kepada anggota AIPO untuk meninjau kerangka perundang-undangan yang
ada kaitannya dengan perdagangan manusia dan mengembangkan perundangundangan khusus tentang perdagangan manusia berdasarkan pada pemahaman
bersama kriteriakriteria apa yang perlu dipertimbangkan dalam perdagangan
manusia sejalan dengan United Nations (UN) Protocols dan efektivitas segala
bentuk kejahatan yang berkaitan dengan perdagangan manusia.

Aplikasi Nilai Pancasila Sila ke-2 dan ke-5 dalam Memerangi Perdagangan Manusia di Indonesia

| 10

Pada pertemuan ini, delegasi DPR-RI diwakili oleh Sdr.Dra. Hj.
Maryamah Nugraha Besoes (F-PG) sebagai Ketua Delegasi dan didampingi
oleh Sdr. Sarwo Budi Wiryanti Sukamdani (F-PDIP) sebagai anggota.
Selanjutnya, dalam presentasi yang berjudul "Country Responses and
Cooperation on Human Trafficking : Repatriation, Recovery and
Reintegration", Delegasi DPR-RI menyampaikan bahwa peran DPR-RI dalam
mendukung isu perdagangan manusia sejalan dengan tiga fungsi utamanya
yaitu legislasi, anggaran dan pengawasan terhadap kebijakan pemerintah.
Dalam upaya mencapi tujuan ini, DPR-RI memiliki pandangan yang sama
dengan pemerintah yaitu membentuk mekanisme hukum yang akan
memberatkan para pelaku, baik di tingkat regional maupun nasional. DPR-RI
juga memprioritaskan ratifikasi dan memperkuat UU yang ada untuk
pencegahan dan hukuman untuk mendukung dan melindungi korban dan
saksi. Terkait dengan hal ini, DPR-RI juga membentuk Komisi yang berkaitan
dengan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sebagai rekan kerja
pemerintah untuk membahas permasalahan yang terkait dengan perdagangan
manusia khususnya wanita dan anak-anak. Saat ini DPR-RI juga sedang
membahas RUU tentang Pemberantasan Perdagangan Manusia. Dalam
konteks komparasi lingkup regional, The United Nations Office on Drug and
Crime(UNODC) dalam laporan tahun 2006 menyatakan bahwa Asia
merupakan wilayah utama negara asal dan negara tujuan perdagangan
manusia, dimana Indonesia berada pada indeks medium (sebagai negara
asal), low (sebagai negara transit) dan low (sebagai negara tujuan). Indonesia
juga ditenggarai menjadi negara penerima perdagangan manusia
internasional. Sebanyak 150 pekerja seks asing beroperasi di luar hotel-hotel
di Batam, Propinsi Riau.
Mereka diperkirakan berasal dari Thailand, Taiwan, China, Hongkong
dan beberapa negara Eropa termasuk Norwegia. Banyak perempuan warga

Aplikasi Nilai Pancasila Sila ke-2 dan ke-5 dalam Memerangi Perdagangan Manusia di Indonesia

| 11

negara asing dari China, Vietnam, Mongolia, Rusia, dan Uzbekistan dengan
usia 16-28 tahun masuk ke Indonesia dengan visa kunjungan wisata dan visa
kunjungan usaha yang berlaku selama 6 bulan, tetapi sesampainya di
Indonesia mereka menjadi pekerja seks komersial. Lebih lanjut disinyalir
bahwa perdagangan manusia tidak semuanya bersifat transnasional dan tidak
hanya melibatkan perempuan dan anak-anak namun juga laki-laki karena jenis
dan tujuan akhir dari perdagangan manusia tidak hanya untuk prostitusi
semata namun juga untuk praktik mengemis, adopsi keturunan, perkawinan,
pekerja konstruksi, pekerja perkebunan, pekerja pabrik dll.
Dari data International Organization for Migration (IOM) sebanyak
200.000 – 225.000 perempuan dan anak-anak yang diperdagangkan berasal
dari Asia Tenggara.

Aplikasi Nilai Pancasila Sila ke-2 dan ke-5 dalam Memerangi Perdagangan Manusia di Indonesia

| 12

3.

Pemahaman nilai sila-sila pancasila.
Dalam rangka mengurani dan memberantas perdagangan manusia di
Indonesia hal utama yang harus kita tanamkan di hati kita sebagai seorang
warga Negara Indonesia yang mengerti dan memahami tentang arti penting
dan berharganya suatu kehidupan yang tidak bisa di tukar dengan apapun.
Maka pemahaman nilai sila ke-2 dan ke-5 pancasila lah yang harus kita
tekankan nilai dan artinya di jiwa, hati dan raga kita tentunya demi
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tanpa adanya
pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia dan exploitasi serta perdagangan
manusia di indonesia.

1. Sila ke-2 pancasila yang berbunyi kemanusiaan yang adil dan
beradab.
Yang yang memiliki nilai penting, bahwa Tuhan Yang Maha
Esa, yang memiliki potensi, pikir, rasa, karsa dan cipta. Karena potensi
ini manusia mempunyai, menempati kedudukan dan martabat yang
tinggi. Kata adil mengandung makna bahwa suatu keputusan dan
tindakan didasarkan atas ukuran / norma-norma yang obyektif, dan
tidak subyektif, sehingga tidak sewenang-wenang.

Kata beradab berasal dari kata adab, artinya budaya. Jadi adab
mengandung arti berbudaya, yaitu sikap hidup, keputusan dan
tindakan yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai budaya, terutama norma
sosial dan kesusilaan / moral.Kemanusiaan yang adil dan beradab
mengandung pengertian adanya kesadaran sikap dan perbuatan
manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam
hubungannya dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya.Potensi

Aplikasi Nilai Pancasila Sila ke-2 dan ke-5 dalam Memerangi Perdagangan Manusia di Indonesia

| 13

kemanusiaan dimiliki oleh semua manusia di dunia, tanpa memandang
ras, keturunan dan warna kulit, serta bersifat universal.

2. Sila ke-5 pancasila yang berbunyi Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia.
Yang yang memiliki nilai penting, bahwa manusia Indonesia
menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan
soial dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat Indonesia. Dalam
rangka ini dikembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Untuk itu
dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan
antara hak dan kewajiban, serta menghormati hak-hak orang lain.

Di dalamnya terkandung makna keadilan-sosial (keadilansocius) atau
pemerataan-bersama bagi seluruh-rakyat (atas dasar keadilan
distributif), bukan
keadilan bagi segolongan/pemerintah/penguasa.
Dengan memahami menghayati, serta meaplikasikan sila ke-2 dan ke 5 pancasila dalam kehidupan kita sehari hari maka kita tidah perlu bersusah
payah untuk memberantas tindak kejahatan perdagangan manusia. Karena
nilai moral yang telah kita tanamkan pada diri kita melalui kedua sila tersebut
akan menyadarkan kita bahwa tindakan tersebut melanggar norma ketentuan
yang berlaku d Negara kita Indonesia. Dan saya yakin pengurangan tindak
perdagangan manusia di Indonesia akan lebih mudah terkontrol jika
pemerintah dan aparat jajarannya menyadari pentingnya kehidupan suatu
individu. Tentunya dengan tindakan yang tepat berdasarkan landasan Negara
kita yaitu pancasila.

Aplikasi Nilai Pancasila Sila ke-2 dan ke-5 dalam Memerangi Perdagangan Manusia di Indonesia

| 14

KESIMPULAN
Perdagangan manusia di Indonesia harus lah menjadi perhatian serius
pemerintah demi mengurangi dan memberantasnya. Dengan memperdalam
ilmu pengetahuan kita tentang makna dari sila ke-2 dan ke-5 pancasila agar
tertanam d dalam diri kita betapa berharganya suatu kehidupan dan untuk
terciptanya kemanusiaan yang adil dan beradab serta keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

SARAN
Tentunya dengan memberikan fasilitas yang cukup untuk rakyat dan
menciptakan lapangan-lapangan pekerjaan untuk rakyat-rakyat miskin agar
penghasilan mereka dari segi ekonomi bertambah. Dan memberikan peraturan
dan hukum yang tegas bagi oknum-oknum perdaganagn manusia di Indonesia.

Aplikasi Nilai Pancasila Sila ke-2 dan ke-5 dalam Memerangi Perdagangan Manusia di Indonesia

| 15

DAFTAR PUSTAKA

Tahib, Dahlan (1994). Pancasila Yuridis Ketatanegaraan. Yogyakarta: UPP AMP
YKPN
Bakry, Noor (1994). pancasila yuridis kenegaraan. Yogyakarta: liberty

Sumber lain :
Buruhmigran (2008). Apakah yang menjadi Penyebab
Perdagangan Manusia?.From:
http://rumahduniadubai.wordpress.com/2008/02/22/apakah-yang-menjadi-penyebabperdagangan-manusia/, 22 februari 2008
Dpr (2006). Pemberantasan Perdagangan Manusia di Asia Tenggara Memerlukan
Sinergi Kerjasama Negara Anggota
AIPO.From:http://www.dpr.go.id/complorgans/inter/pers_Siaran_Pers_Tentang_Perd
agangan_Manusia_(17-7-06).pdf, 17 juni 2006
Kumpulanistilahcom (2010). Makna sila-sila Pancasila.From:
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2069525-makna-sila-sila-pancasila/,
03 november 2010

Beritaindonesia (2007). Kasus Perdagangan Orang di Indonesia Tertinggi di
Dunia Perdagangan Anak Belum Sepenuhnya Terakomodasikan.from:
http://www.beritaindonesia.co.id/humaniora/kasus-perdagangan-orang-diindonesia-tertinggi-di-dunia/page-2, 13 april 2007

Aplikasi Nilai Pancasila Sila ke-2 dan ke-5 dalam Memerangi Perdagangan Manusia di Indonesia

| 16