Repository Unikama Hak asasi Manusia

Hak asasi Manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang
sejak ia dalam kandungan. HAM berlaku secara universal. Dasardasar HAM tertuang dalam deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat
(Declaration of Independence of USA) dan tercantum dalam UUD
1945 Republik Indonesia, seperti pada pasal 27 ayat 1, pasal 28,
pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1, dan pasal 31 ayat 1
Dalam kaitannya dengan itu, maka HAM yang kita kenal sekarang
adalah sesuatu yang sangat berbeda dengan yang hak-hak yang
sebelumnya termuat, misal, dalam Deklarasi Kemerdekaan Amerika
atau Deklarasi Perancis. HAM yang dirujuk sekarang adalah
seperangkat hak yang dikembangkan oleh PBB sejak berakhirnya
perang dunia II yang tidak mengenal berbagai batasan-batasan
kenegaraan. Sebagai konsekuensinya, negara-negara tidak bisa
berkelit untuk tidak melindungi HAM yang bukan warga negaranya.
Dengan kata lain, selama menyangkut persoalan HAM setiap
negara, tanpa kecuali, pada tataran tertentu memiliki tanggung
jawab, utamanya terkait pemenuhan HAM pribadi-pribadi yang ada
di dalam jurisdiksinya, termasuk orang asing sekalipun. Oleh
karenanya, pada tataran tertentu, akan menjadi sangat salah untuk
mengidentikan atau menyamakan antara HAM dengan hak-hak yang
dimiliki warga negara. HAM dimiliki oleh siapa saja, sepanjang ia
bisa disebut sebagai manusia.

Alasan di atas pula yang menyebabkan HAM bagian integral dari
kajian dalam disiplin ilmu hukum internasional. Oleh karenannya
bukan sesuatu yang kontroversial bila komunitas internasional
memiliki kepedulian serius dan nyata terhadap isu HAM di tingkat
domestik. Malahan, peran komunitas internasional sangat pokok
dalam perlindungan HAM karena sifat dan watak HAM itu sendiri
yang merupakan mekanisme pertahanan dan perlindungan individu
terhadap kekuasaan negara yang sangat rentan untuk

disalahgunakan, sebagaimana telah sering dibuktikan sejarah umat
manusia sendiri. Contoh pelanggaran HAM:
1. Penindasan dan merampas hak rakyat dan oposisi dengan
sewenang-wenang.
2. Menghambat dan membatasi kebebasan pers, pendapat dan
berkumpul bagi hak rakyat dan oposisi.
3. Hukum (aturan dan/atau UU) diperlakukan tidak adil dan tidak
manusiawi.
4. Manipulatif dan membuat aturan pemilu sesuai dengan
keinginan penguasa dan partai tiran/otoriter tanpa
diikut/dihadir rakyat dan oposisi.

5. Penegak hukum dan/atau petugas keamanan melakukan
kekerasan/anarkis terhadap rakyat dan oposisi di manapun.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusia

Sejarah Hak Asasi Manusia
Hak-hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang diberikan
langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta (hak-hak yang bersifat
kodrati). Oleh karenanya tidak ada kekuasaan apapun di dunia yang
dapat mencabutnya. Meskipun demikian bukan berarti dengan hakhaknya itu dapat berbuat semau-maunya. Sebab apabila seseorang
melakukan sesuatu yang dapat dikategorikan melanggar hak asasi
orang lain, maka ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Pada hakikatnya Hak Asasi Manusia terdiri atas dua hak dasar yang
paling fundamental, ialah hak persamaan dan hak kebebasan. Dari
kedua hak dasar inilah lahir hak-hak asasi lainnya atau tanpa kedua
hak dasar ini, hak asasi manusia lainnya sulit akan
ditegakkan.Mengingat begitu pentingnya proses internalisasi
pemahaman Hak Asasi Manusia bagi setiap orang yang hidup

bersama dengan orang lainnya, maka suatu pendekatan historis
mulai dari dikenalnya Hak Asasi Manusia sampai dengan

perkembangan saat ini perlu diketahui oleh setiap orang untuk lebih
menegaskan keberadaan hak asasi dirinya dengan hak asasi orang
lain.
Pada deklarasi HAM yang dicetuskan di Perserikatan
Bangsa-Bangsa pada tanggal 10 desember 1948, tidak berlebihan
jika dikatakan sebagai puncak peradaban umat manusia setelah
dunia mengalami malapetaka akibat kekejaman dan keaiban yang
dilakukan negara-negara Fasis dan Nazi Jerman dalam Perang
Dunia II.
Pada deklarasi HAM sedunia itu mengandung makana
ganda, baik ke luar (antar negara-negara) maupun ke dalam (antar
negara-bangsa), berlaku bagi semua bangsa dan pemerintahan di
negara-negaranya masing-masing. Makna ke luar adalah berupa
komitmen untuk saling menghormati dan menjunjung tinggi harkat
dan martabat kemanusiaan antar negara-bangsa, agar terhindar dan
tidak terjerumus lagi dalam malapetaka peperangan yang dapat
menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan. Sedangkan makna ke
dalam, mengandung pengertian bahwa Deklarasi HAM seduania itu
harus senantiasa menjadi kriteria objektif oleh rakyat dari masingmasing negara dalam menilai setiap kebijakan yang dikelauarkan
oleh pemerintahnya.

Bagi negara-negara anggota PBB, Deklarasi itu sifatnya

mengikat. Dengan demikian setiap pelanggaran atau penyimpangan
dari Deklarasi HAM sedunia si suatu negara anggota PBB bukan
semata-mata menjadi masalah intern rakyat dari negara yang
bersangkutan, melainkan juga merupakan masalah bagi rakyat dan
pemerintahan negara-negara anggota PBB lainnya.
Mereka absah mempersoalkan dan mengadukan pemerintah
pelanggar HAM di suatu negara ke Komisi Tinggi HAM PBB atau
melalui lembaga-lembaga HAM internasional lainnya unuk
mengutuk bahkan menjatuhkan sanksi internasional terhadap
pemerintah yang bersangkutan. Semua manusia adalah sama. Semua
kandungan nilai-nilainya berlaku untuk semua.

Hak Asasi Manusia oleh PBB
Setelah perang dunia kedua, mulai tahun 1946, disusunlah
rancangan piagam hak-hak asasi manusia oleh organisasi kerja sama
untuk sosial ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang terdiri dari
18 anggota. PBB membentuk komisi hak asasi manusia
(commission of human right). Sidangnya dimulai pada bulan januari

1947 di bawah pimpinan Ny. Eleanor Rossevelt. Baru 2 tahun
kemudian, tanggal 10 Desember 1948 Sidang Umum PBB yang
diselenggarakan di Istana Chaillot, Paris menerima baik hasil kerja

panitia tersebut. Karya itu berupa UNIVERSAL DECLARATION
OF HUMAN RIGHTS atau Pernyataan Sedunia tentang Hak – Hak
Asasi Manusia, yang terdiri dari 30 pasal. Dari 58 Negara yang
terwakil dalam sidang umum tersebut, 48 negara menyatakan
persetujuannya, 8 negara abstain, dan 2 negara lainnya absen. Oleh
karena itu, setiap tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari Hak
Asasi Manusia.
Universal Declaration of Human Rights antara lain
mencantumkan, Bahwa setiap orang mempunyai Hak :


Hidup



Kemerdekaan dan keamanan badan




Diakui kepribadiannya



Memperoleh pengakuan yang sama dengan orang lain menurut

hukum untuk mendapat jaminan hokum dalam perkara pidana,
seperti diperiksa di muka umum, dianggap tidak bersalah kecuali
ada bukti yang sah


Masuk dan keluar wilayah suatu Negara



Mendapatkan asylum




Mendapatkan suatu kebangsaan



Mendapatkan hak milik atas benda



Bebas mengutarakan pikiran dan perasaan



Bebas memeluk agama



Mengeluarkan pendapat




Berapat dan berkumpul



Mendapat jaminan sosial



Mendapatkan pekerjaan



Berdagang



Mendapatkan pendidikan




Turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat



Menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan
Majelis umum memproklamirkan Pernyataan Sedunia tentang

Hak Asasi Manusia itu sebagai tolak ukur umum hasil usaha sebagai
rakyat dan bangsa dan menyerukan semua anggota dan semua
bangsa agar memajukan dan menjamin pengakuan dan pematuhan
hak-hak dan kebebasan- kebebasan yang termasuk dalam pernyataan
tersebut. Meskipun bukan merupakan perjanjian, namun semua
anggota PBB secara moral berkewajiban menerapkannya.
Hak Asasi Manusia di Indonesia
Hak Asasi Manusia di Indonesia bersumber dan bermuara pada
pancasila. Yang artinya Hak Asasi Manusia mendapat jaminan kuat
dari falsafah bangsa, yakni Pancasila. Bermuara pada Pancasila
dimaksudkan bahwa pelaksanaan hak asasi manusia tersebut harus


memperhatikan garis-garis yang telah ditentukan dalam ketentuan
falsafah Pancasila. Bagi bangsa Indonesia, melaksanakan hak asasi
manusia bukan berarti melaksanakan dengan sebebas-bebasnya,
melainkan harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang
terkandung dalam pandangan hidup bangsa Indonesia, yaitu
Pancasila. Hal ini disebabkan pada dasarnya memang tidak ada hak
yang dapat dilaksanakan secara multak tanpa memperhatikan hak
orang lain.
Setiap hak akan dibatasi oleh hak orang lain. Jika dalam
melaksanakan hak, kita tidak memperhatikan hak orang lain,maka
yang terjadi adalah benturan hak atau kepentingan dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak
asasi manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara
kodrati melekat dan tidak terpisah dari manusia yang harus
dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat
kemanusisan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta
keadilan.
Berbagai instrumen hak asasi manusia yang dimiliki Negara

Republik Indonesia,yakni:


Undang – Undang Dasar 1945



Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi

Manusia


Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia
Di Indonesia secara garis besar disimpulkan, hak-hak asasi manusia
itu dapat dibeda-bedakan menjadi sebagai berikut :


Hak – hak asasi pribadi (personal rights) yang meliputi

kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan memeluk agama, dan
kebebasan bergerak.


Hak – hak asasi ekonomi (property rights) yang meliputi hak

untuk memiliki sesuatu, hak untuk membeli dan menjual serta
memanfaatkannya.


Hak – hak asasi politik (political rights) yaitu hak untuk ikut

serta dalam pemerintahan, hak pilih (dipilih dan memilih dalam
pemilu) dan hak untuk mendirikan partai politik.


Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam

hukum dan pemerintahan ( rights of legal equality).


Hak – hak asasi sosial dan kebudayaan ( social and culture

rights). Misalnya hak untuk memilih pendidikan dan hak
untukmengembangkan kebudayaan.



Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan

perlindungan (procedural rights). Misalnya peraturan dalam hal
penahanan, penangkapan, penggeledahan, dan peradilan.
Secara konkret untuk pertama kali Hak Asasi Manusia
dituangkan dalam Piagam Hak Asasi Manusia sebagai lampiran
Ketetapan Permusyawarahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
XVII/MPR/1998.

Pelanggaran dan Contoh Kasus Pelanggaran HAM
PELANGGARAN HAM OLEH TNI
Berdasarkan gambar diatas penulis ingin menjelaskan
pelanggaran HAM yang terjadi akibat dari kejadian kekerasan yang
diakibatkan oleh oknum TNI dan POLRI di Indonesia . Pada
awalnya kejadian ini terjadi pada saat Alm.Presiden Soeharto masih
berkuasa yang sering disebut massa orde baru . Dimana pada saat itu
oknum TNI dan POLRI berkuasa untuk menjaga keamanan
Indonesia salah satunya adalah pada saat demonstrasi yang semakin
anarkis yang membuat para penjaga keamanan Indonesia harus
membubarkan massa dengan cara yang tidak wajar . Begitu
kejamnya oknum – oknum yang tidak bertanggung jawab dengan
gampangnya menembaki para pendemostrasi .
Sumber:
http://pancasilazone.blogspot.com/2012/06/hukum-danhak-asasi-manusia.html

Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan
setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia (Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun 1999) “Setiap
orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan
meningkatkan taraf hidupnya”, ayat (2) “Setiap orang berhak hidup
tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera, lahir dan bathin”, dan
ayat (3) “Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat.”
Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseorang
atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun
tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum
mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi
Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh
Undang-undang, dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak
akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku (Pasal 1 angka 6 UU
No. 39 Tahun 1999 tentang HAM).
Dalam Undang-undang ini pengaturan mengenai Hak Asasi
Manusia ditentukan dengan berpedoman pada Deklarasi Hak Asasi
Manusia PBB, konvensi PBB tentang penghapusan segala bentuk
diskriminasi terhadap wanita, konvensi PBB tentang hak-hak anak
dan berbagai instrumen internasional lain yang mengatur tentang
Hak Asasi Manusia. Materi Undang-undang ini disesuaikan juga
dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan hukum nasional
yang berdasarkan Pancasila, UUD 45 dan TAP MPR RI Nomor
XVII/MPR/1998.

Rincian isi tercantum dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia terdiri dari:
1. Hak untuk hidup.
Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup,
meningkatkan taraf kehidupannya, hidup tenteram, aman, damai,
bahagia, sejahtera lahir dan batin serta memperoleh lingkungan
hidup yang baik dan sehat.
2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan.
berhak untuk membentuk kelaurga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah atas kehendak yang bebas.
3. Hak mengembangkan diri.
Setiap orang berhak untuk memperjuangkan hak pengembangan
dirinya, baik secara pribadi maupun kolektif, untuk membangun
masyarakat, bangsa dan negaranya.
4. Hak memperoleh keadilan.
Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan
dengan mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan, baik
dalam perkara pidana, perdata, maupun administrasi serta diadili
melalui proses peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai
dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan secara obyektif
oleh Hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan adil dan
benar.
5. Hak atas kebebasan pribadi.
Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan
politik, mengeluarkan pendapat di muka umum, memeluk agama
masing-masing, tidak boleh diperbudak, memilih kewarganegaraan
tanpa diskriminasi, bebas bergerak, berpindah dan bertempat tinggal

di wilayah Republik Indonesia.
6. Hak atas rasa aman.
Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, hak milik, rasa aman dan tenteram serta
perlindungan terhadap ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu.
7. Hak atas kesejahteraan.
Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun
bersama-sama dengan orang lain demi pengembangan dirinya,
bangsa dan masyarakat dengan cara tidak melanggar hukum serta
mendapatkan jaminan sosial yang dibutuhkan, berhak atas
pekerjaan, kehidupan yang layak dan berhak mendirikan serikat
pekerja demi melindungi dan memperjuangkan kehidupannya.
8. Hak turut serta dalam pemerintahan.
Setiap warga negara berhak turut serta dalam pemerintahan dengan
langsung atau perantaraan wakil yang dipilih secara bebas dan dapat
diangkat kembali dalam setiap jabatan pemerintahan.
9. Hak wanita.
Seorang wanita berhak untuk memilih, dipilih, diangkat dalam
jabatan, profesi dan pendidikan sesuai dengan persyaratan dan
peraturan perundang-undangan. Di samping itu berhak mendapatkan
perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan atau profesinya
terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan dan atau
kesehatannya.
10. Hak anak.
Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga,
masyarakat dan negara serta memperoleh pendidikan, pengajaran
dalam rangka pengembangan diri dan tidak dirampas kebebasannya
secara melawan hukum.

Hak Asasi Manusia dalam Islam
Masalah hak asasi manusia menurut para sarjana yang melakukan
penelitian pemikiran Barat tentang negara dan hukum, berpendapat
bahwa secara berurut tonggak-tonggak pemikiran dan pengaturan
hak asasi manusia mulai dari Magna Charta (Piagam Agung 1215),
yaitu dokumen yang mencatat beberapa hak yang diberikan raja
John dari Inggris kepada bangsawan bawahannya atas tuntutan
mereka. Naskah ini sekaligus membatasi kekuasaan raja tersebut.
Kedua adalah Bill of Right (Undang-Undang Hak 1689) suatu
undang-undang yang diterima oleh parlemen Inggris, setelah dalam
tahun 1688 melakukan rrevolusi tak berdarah (the glorius
revolution) dan berhasil melakukan perlawanan terhadap raja James
II. Menyusul kemudian The American eclaration of Indepencence of
1776, dibarengi dengan Virginia Declaration of Right of 1776.
seterusnya Declaration des droits de I’homme et du citoyen
(pernyataan hak-hak manusai dan warga negara, 1789) naskah yang
dicetuskan pada awal revolusi Perancis sebagai perlawanan terhadap
kesewenang-wenangan raja dengan kekuasaan absolut. Selanjutnya
Bill of Right (UU Hak), disusun oleh rakyat Amerika Serikatr pada
tahun 1789, bersamaan waktunya dengan revolusi Perancis,
kemudain naskah tersebut dimasukkan atau ditambahkan sebagai
bagian dari Undang-Undang Dasar Amerika Serikat pada tahun
1791.
Beberapa pemikiran tentang hak asasi manusia pada abad ke 17 dan
18 di atas hanya terbatas pada hak-hak yang bersifat politis saja,
misalnya persamaan hak, kebebasan, hak memilih dan sebagainya.
Sedangkan pada abad ke 20, ruang lingkup hak asasi manusia
diperlebar ke wilayah ekonomi, sosial, dan budaya.
Berdasar naskah-naskah di atas, Franklin Delano Roosevelt
(Presiden Amerika ke-32) meringkaskan paling tidak terdapat

Empat Kebebasan (The Four Freedoms) yang harus diakui, yakni
(1) freedom of speech (kebebasan untuk berbicara dan
mengeluarkan pendapat, (2) freedom of religion (kebebasan
beragama), (3) freedom from want (kebebasan dari kemiskinan),
dan (4) freedom from fear (kebebasan dari rasa takut).
Jika dilihat lebih seksama, semua yang termasuk isi utama dari
naskah-naskah politik di atas, yang berkaitan dengan hak asasi
manusia, terdapat dalam al-Qur’an, sedangkan Empat Kebebsan
terdapat dalam Konstitusi Madinah, baik tersirat maupun tersurat.
Kendati demikian, Konstitusi Madinah yang sudah tersurat pada
tahun 622 (abad ke-7 M) dan al-Qur’an sudah selesai dikumpulkan
dan ditulis sebagai kitab pada tahun 25 H (tahun 647 M) tetapi
ternyata dalam studi tentang hak-hak asasi manusia oleh
kebanyakan para sarjana tidak disinggung sama sekali. Padahal
kalau dibandingkan dengan naskah-naskah di atas, semuanya
tertinggal tujuh sampai tiga belas abad di belakang Konstitusi
Madinah dan al-Qur’an.
Secara historis, berbicara tentang konsep HAM menurut Islam dapat
dilihat dari isi Piagam Madinah. Terdapat sedikitnya lima makna
pokok kandungan alenia tersebut, yaitu pertama, penempatan nama
Allah SWT pada posisi teratas, kedua, perjanjian masyarakat (social
contract) tertulis, ketiga, kemajemukan peserta, keempat,
keanggotaan terbuka (open membership), dan kelima, persatuan
dalam ke-bhineka-an (unity in diversity).
Hak asasi manusia yang terkandung dalam Piagam Madinah dapat
diklasifikasi menjadi tiga, yaitu hak untuk hidup, kebebasan, dan
hak mencari kebahagiaan.
1. Hak untuk hidup
Pasal 14 mencantumkan larangan pembunuhan terhadap orang
mukmin untuk kepentingan orang kafir dan tidak boleh membantu

orang kafir untuk membunuh orang mukmin. Bahkan pada pasal 21
memberikan ancaman pidana mati bagi pembunuh kecuali bila
pembunuh tersebut dimaafkan oleh keluarga korban.
2. Kebebasan
Dalam konteks ini, kebebasan dapat dibagi menjadi empat kategori,
yaitu:
a. Kebebasan mengeluarkan pendapat
Musyawarah merupakan salah satu media yang diatur dalam Islam
dalam menyelesaikan perkara yang sekaligus merupakan bentuk
penghargaan terhadap kebebasan mengeluarkan pendapat.
b. Kebebasan beragama
Kebebasan memeluk agama masing-masing bagi kaum Yahudi dan
kaum Muslim tertera di dalam pasal 25.
c. Kebebasan dari kemiskinan
Kebebasan ini harus diatasi secara bersama, tolong menolong serta
saling berbuat kebaikan terutama terhadap kaum yang lemah. Di
dalam Konstitusi Madinah upaya untuk hal ini adalah upaya kolektif
bukan usaha individual seperti dalam pandanagn Barat.
d. Kebebasan dari rasa takut
Larangan melakukan pembunuhan, ancaman pidana mati bagi
pelaku, keharusan hidup bertetangga secara rukun dan dami,
jaminan keamanan bagi yang akan keluar dari serta akan tinggal di
Madinah merupakan bukti dari kebebasan ini.
3. Hak mencari kebahagiaan
Dalam Piagam Madinah, seperti diulas sebelumnya, meletakkan
nama Allah SWT pada posisi paling atas, maka makna kebahagiaan
itu bukan hanya semata-mata karena kecukupan materi akan tetapi
juga harus berbarengan dengan ketenangan batin.

Relevansi Konsep HAM dalam UU No. 39 tahun 1999 dan Islam

Walaupun tidak sampai pada tingkatan studi kritis dan dengan
mencoba melakukan komparasi secara sederhana antara konsep hak
asasi manusia yang tertuang dalam UU No. 39 tahun 1999 dengan
konsep HAM dalam Islam melalui pendekatan relevansional maka
studi ini bermaksud menjawab pertanyaan sejauh mana relevansi
antar kedua konsep tersebut.
Untuk melakukan kajian ini penulis membagi ke dalam beberapa
domain, antara lain Ketuhanan Yang Maha Esa, keadilan,
kesejahteraan bersama,
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Piagam Madinah dimulai dengan kalimat basmalah. Dalam pasal 22
ditegaskan bahwa orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir
tidak akan menolong pelaku kejahatan dan juga tidak akan
membelanya. Bilamana terjadi peristiwa atau perselisihan di antara
pendukung Piagam Madinah yang dikhawatirkaan akan
menimbulkan bahaya dan kerusakan, penyelesaiannya menurut
ketentuan Allah, demikian ditetapakan dalam pasal 42.
Sedangkan dalam UU. No. 39 tahun 1999 tepatnya pada bagian
“Ketentuan Umum” point 1 disebutkan bahwa hak asasi manusia
merupakan sebuah hak yang melekat pada manusia dalam
eksistensinya sebagai ciptaan Tuhan dan merupakan anugerah-Nya.
Artinya persoalan penghormatan dan perlindungan HAM tidak saja
menempatkan manusia pada posisi sentral (antropoSentris) akan
tetapi terdapat dimensi transendental yang juga harus diperhatikan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep penegakan
Ketuhanan Yang Maha Esa, yang dalam terminologi Islam disebut
tauhid tertera baik dalam Piagam Madinah maupun UU tentang
HAM.

2. Keadilan
Keadilan tercantum secara tegas baik di dalam Islam yang tertera
dalam al-Qur’an maupun dalam Piagam Madinah maupun di dalam
UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan konstitusi
mana saja di dunia ini. Bahkan kata keadilan ini bergema pada
setiap ada persekutuan sosial, tidak terkecuali dalam suatu keluarga.
Keadilan, menurut Daniel Webster, adalah kebutuhan manusia yang
paling luhur.
Pasal 17, 18, dan 19 UU No. 39 tahun 1999 secara umum
menetapkan bahwa bahwa setiap warga negara mempunyai hak
untuk memperoleh keadilan. Tentu saja cara mmeperolehnya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan melalui mekanisme yang telah
diatur. Semua perkara, kasus, dan sengketa yang terjadi dalam
masyarakat harus diselesaikan melalui jalur hukum.
Menurut SM. Amin, hukum adalah kumpulan peraturan yang terdiri
dari norma-norma dan sanksi-sanksi yang bertujuan mengadakan
ketertiban dalam pergaulan manusia sehingga keadilan, keamanan
dan ketertiban terpelihara. Sedangkan dalam konsepsi Islam, berbuat
adil merupakan aktivitas yang dekat dengan takwa.
3. Kesejahteraan bersama
Dalam pasal 36 UU No. 39 tahun 1999 disebutkan bahwa setiap
orang mempunyai hak untuk memiliki demi pengembangan dirinya
dengan cara yang tidak melanggar hukum. Lebih jauh lagi dalam
pasal 27 (2) UUD 1945 ditetapkan bahwa tiap-tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
Hak untuk mendapatkan kesejahteraan dalam Islam merupakan
salah satu yang diutamakan. Ajaran zakat, infaq dan sodaqoh

merupakan bentuk kepedulian Islam terhdapa terciptanya
kesejahteraan bersama dan kebebasan dari kemiskinan. Selain itu,
Islam juga sangat mengutamakan kebersamaan dan menganjurkan
tolong menolong terutama terhadap kaum miskin dan lemah dan
oleh karena itu, Islam mengharamkan riba

Dari uraian diatas cukup memberikan bukti bahwa islam sangat
melindungi HAM, tidak seperti yang dituduhkan kalangan barat
bahwa islam tidak cinta damai, islam tidak menghormati darah,
tetapi justru sebaliknya.
Sumber: http://sagimansmart.wordpress.com/2011/03/16/hak-asasimanusia-ham/

Hak asasi manusia merujuk kepada hak yang dimiliki oleh semua
insan. Konsep hak asasi manusia adalah berdasarkan memiliki suatu
bentuk yang sama sebagaimana yang dimiliki oleh semua insan
manusia yang tidak dipengaruhi oleh asal, ras, dan warga negara.
Oleh karena itu secara umum hak asasi manusia dapat diartikan
sebgai hak-hak yang telah dimiliki seseorang sejak ia lahir dan
merupakan pemberian Tuhan. Ruang lingkup hak asasi manusia itu
sendiri adalah:
1.

Hak untuk hidup

2.

Hak untuk memperoleh pendidikan

3.

Hak untuk hidup bersama-sama seperti orang lain

4.

Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama

5.

Hak untuk mendapatkan pekerjaan

Dalam hal proses penegakan hukum, apabila implementasi lebih
berorientasi pada penghoirmatan terhadaphak asasi manusia maka
akan lebih “menggugah” masyarakat untuk menjunjung tinggi
hukum itu sendiri.
Dalam hubungannya dengan hal ini, hak asasi manusia memiliki dua
segi yaitu segi moral dan segi perundangan. Apabila dilihat dari segi
moral, hak asasi manusia merupakan suatu tanggapan moral yang
didukung oleh anggota masyarakat. Sehubungan dengan segi ini
anggota masyarakat akan mengakui wujud hak tertentu yang harus
dinikmati oleh setiap individu, yang dianggap sebagai sebagaian
dari sifat manusia, walaupun mungkin tidak tercantum dalam
undang-undang. Jadi, masyarakat pun mengakui secara moral akan
eksistensi hak asasi yang dimiliki oleh setiap manusia.
Dari segi perundangan, hak asasi manusia diartikan sebagai
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia. Dalam konteks nasional,
tak dapat dipungkiri bahwa isi dari adat istiadat dan budaya yang
ada di Indonesia juga mengandung pengakuan terhadap hak dasar
dari seorang manusia. Apabila dilihat dari konteks ini, maka
sebenarnya bangsa Indonesia sudah memiliki pola dasar dalam
pengakuannya terhadap hak asasi manusia. Dasar-dasar hak asasi
manusia di Indonesia terletak pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal
29 ayat 2, pasal 30 ayat 1, dan pasal 31 ayat 1 Undang-Undang
Dasar 1945.
Sedangkan dalam hubungannya dengan konteks internasional, hak
asasi manusia (HAM) merupakan substansi dasar dalam kehidupan

bermasyarakat di dunia, yang terdiri dari berbagai macam unsur adat
istiadat serta budaya yang tumbuh dan berkembang di dalamnya.
Jadi yang dimaksud dengan hukum hak asasi manusia internasional
adalah hukum mengenai perlindungan terhadap hak-hak individu
atau kelompok yang dilindungi secara internasional dari
pelanggaran yang terutama dilakukan oleh pemerintah atau
aparatnya, termasuk di dalam upaya penggalakan hak-hak tersebut.
Oleh karena itu, dengan dilakukan dialog dan pedekatan antar suku
bangsa di dunia, maka dimungkinkan dapat mewujudkan penerapan
hak asasi manusia yang jujur dan berkeadilan. Dalam hal hak asasi
manusia dilihat dari konteks internasional ini, tentu penerapan,
mekanisme penegakan hingga penyelesaiannya pun lebih kompleks
bila dibandingkan dengan penanganan hak asasi manusia dalam
lingkup nasional.
Walaupun perkembangan dunia sudah semakin maju dan kompleks,
selama ini penegakan hak asasi manusia hanya diikat perjanjian
bilateral antarnegara yang sifatnya moral. Padahal di sisi lain,
masyarat internasional harusloah tunduk pada mekanisme
internasional dalam hal penegakan hak asasi manusia. Oleh karena
itu, instrumen internasional sangatlah dibutuhkan untuk
mewujudkannya. Dalam hubungannya dengan penulisan makalah
ini, sebagai awal kita harus mengetahui mengenai konsep hukum
internasional itu sendiri. Hukum internasional diartikan sebagai
hukum yang hanya mengatur hubungan antar negara.
Kemudian pada masa setelah Perang Dunia ke-II diperluas hingga
mencakup organisasi internasional sebagai subyek hukum
internasional yang memiliki hak-hak tertentu berdasarkan hukum
internasional. Manusia sebagai individu dianggap tidak memiliki
hak-hak menurut hukum internasional, sehingga manusia lebih
dianggap sebagai obyek hukum daripada sebagai subyek hukum
internasional. Teori-teori mengenai sifat hukum internasional ini

kemudian membentuk kesimpulan bahwa perlakuan negara terhadap
warga negaranya tidak diatur oleh hukum internasional, sehingga
tidak ada pengaruhnya terhadap hak negara-negara lainnya. Karena
hukum internasional tidak dapat diterapkan terhadap pelanggaran
HAM suatu negara terhadap warga negaranya, maka seluruh
permasalahan ini secara eksklusif berada di bawah yurisdiksi
domestik setiap negara. Dengan kata lain, masalah HAM merupakan
urusan dalam negeri setiap negara sehingga negara lain tidak berhak
bahkan dilarang untuk turut campur tangan terhadap pelanggaran
HAM di dalam suatu negara.
Dari keseluruhan alasan itulah, maka kelompok kami ingin
mendeskripsikan mengenai mekanisme penegakan hak asasi
manusia internasional baik dari konsep mekanisme,
perkembangannya dari dahulu maupun implementasinya dalam
perkembangan dunia saat ini.
Sumber: http://bryantobing01.blog.com/hak-asasi-manusia/

Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak
manusia itu dilahirkan. Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak
yang melekat dengan kodrat kita sebagai manusia yang bila tidak
ada hak tersebut, mustahil kita dapat hidup sebagai manusia. Hak ini
dimiliki oleh manusia semata – mata karena ia manusia, bukan
karena pemberian masyarakat atau pemberian negara. Maka hak
asasi manusia itu tidak tergantung dari pengakuan manusia lain,
masyarakat lain, atau Negara lain. Hak asasi diperoleh manusia dari
Penciptanya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan hak yang
tidak dapat diabaikan.

Sebagai manusia, ia makhluk Tuhan yang mempunyai martabat
yang tinggi. Hak asasi manusia ada dan melekat pada setiap
manusia. Oleh karena itu, bersifat universal, artinya berlaku di mana
saja dan untuk siapa saja dan tidak dapat diambil oleh siapapun. Hak
ini dibutuhkan manusia selain untuk melindungi diri dan martabat
kemanusiaanya juga digunakan sebagai landasan moral dalam
bergaul atau berhubungan dengan sesama manusia.
Pada setiap hak melekat kewajiban. Karena itu,selain ada hak
asasi manusia, ada juga kewajiban asasi manusia, yaitu kewajiban
yang harus dilaksanakan demi terlaksana atau tegaknya hak asasi
manusia (HAM). Dalam menggunakan Hak Asasi Manusia, kita
wajib untuk memperhatikan, menghormati, dan menghargai hak
asasi yang juga dimiliki oleh orang lain.
Kesadaran akan hak asasi manusia , harga diri , harkat dan
martabat kemanusiaannya, diawali sejak manusia ada di muka bumi.
Hal itu disebabkan oleh hak – hak kemanusiaan yang sudah ada
sejak manusia itu dilahirkan dan merupakan hak kodrati yang
melekat pada diri manusia. Sejarah mencatat berbagai peristiwa
besar di dunia ini sebagai suatu usaha untuk menegakkan hak asasi
manusia.
Sebelum dibahas lebih mendalam mengenai hak asasi manusia di
Indonesia, terlebih dahulu kita membahas sekelumit sejarah
perkembangan dan perumusan hak asasi manusia di Dunia.
Perkembangan atas pengakuan hak asasi manusia ini berjalan secara
perlahan dan beraneka ragam. Perkembangan tersebut antara lain
dapat ditelusuri sebagai berikut.
1. Hak Asasi Manusia di Yunani
Filosof Yunani, seperti Socrates (470-399 SM) dan Plato (428348 SM) meletakkan dasar bagi perlindungan dan jaminan

diakuinya hak – hak asasi manusia. Konsepsinya menganjurkan
masyarakat untuk melakukan sosial kontrol kepada penguasa yang
zalim dan tidak mengakui nilai – nilai keadilan dan kebenaran.
Aristoteles (348-322 SM) mengajarkan pemerintah harus
mendasarkan kekuasaannya pada kemauan dan kehendak warga
negaranya.
2. Hak Asasi Manusia di Inggris
Inggris sering disebut–sebut sebagai negara pertama di dunia
yang memperjuangkan hak asasi manusia. Tonggak pertama bagi
kemenangan hak-hak asasi terjadi di Inggris. Perjuangan tersebut
tampak dengan adanya berbagai dokumen kenegaraan yang berhasil
disusun dan disahkan. Dokumen-dokumen tersebut adalah sebagai
berikut :
MAGNA CHARTA
Pada awal abad XII Raja Richard yang dikenal adil dan
bijaksana telah diganti oleh Raja John Lackland yang bertindak
sewenang–wenang terhadap rakyat dan para bangsawan.
Tindakan sewenang-wenang Raja John tersebut mengakibatkan
rasa tidak puas dari para bangsawan yang akhirnya berhasil
mengajak Raja John untuk membuat suatu perjanjian yang
disebut Magna Charta atau Piagam Agung.
Magna Charta dicetuskan pada 15 Juni 1215 yang prinsip
dasarnya memuat pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi
manusia lebih penting daripada kedaulatan raja. Tak seorang pun
dari warga negara merdeka dapat ditahan atau dirampas harta
kekayaannya atau diasingkan atau dengan cara apapun dirampas
hak-haknya, kecuali berdasarkan pertimbangan hukum. Piagam
Magna Charta itu menandakan kemenangan telah diraih sebab
hak-hak tertentu yang prinsip telah diakui dan dijamin oleh

pemerintah. Piagam tersebut menjadi lambang munculnya
perlindungan terhadap hak-hak asasi karena ia mengajarkan
bahwa hukum dan undang-undang derajatnya lebih tinggi
daripada kekuasaan raja.
Isi Magna Charta adalah sebagai berikut :
Raja beserta keturunannya berjanji akan menghormati
kemerdekaan, hak, dan kebebasan Gereja Inggris.
Raja berjanji kepada penduduk kerajaan yang bebas untuk
memberikan hak-hak sebagi berikut :
Para petugas keamanan dan pemungut pajak akan
menghormati hak-hak penduduk.
Polisi ataupun jaksa tidak dapat menuntut seseorang
tanpa bukti dan saksi yang sah.
Seseorang yang bukan budak tidak akan ditahan,
ditangkap, dinyatakan bersalah tanpa perlindungan negara
dan tanpa alasan hukum sebagai dasar tindakannya.
Apabila seseorang tanpa perlindungan hukum sudah
terlanjur ditahan, raja berjanji akan mengoreksi
kesalahannya.
PETITION OF RIGHTS
Pada dasarnya Petition of Rights berisi pertanyaan-pertanyaan
mengenai hak-hak rakyat beserta jaminannya. Petisi ini diajukan
oleh para bangsawan kepada raja di depan parlemen pada tahun
1628. Isinya secara garis besar menuntut hak-hak sebagai
berikut :

Pajak dan pungutan istimewa harus disertai persetujuan.
Warga negara tidak boleh dipaksakan menerima tentara di
rumahnya.
Tentara tidak boleh menggunakan hukum perang dalam
keadaan damai.

HOBEAS CORPUS ACT
Hobeas Corpus Act adalah undang- undang yang mengatur
tentang penahanan seseorang dibuat pada tahun 1679. Isinya
adalah sebagai berikut :
Seseorang yang ditahan segera diperiksa dalam waktu 2
hari setelah penahanan.
Alasan penahanan seseorang harus disertai bukti yang sah
menurut hukum.
BILL OF RIGHTS
Bill of Rights merupakan undang-undang yang dicetuskan
tahun 1689 dan diterima parlemen Inggris, yang isinya mengatur
tentang :
Kebebasan dalam pemilihan anggota parlemen.
Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat.
Pajak, undang-undang dan pembentukan tentara tetap
harus seizin parlemen.

Hak warga Negara untuk memeluk agama menurut
kepercayaan masing-masing .
Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.
3. Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat
Pemikiran filsuf John Locke (1632-1704) yang merumuskan hakhak alam,seperti hak atas hidup, kebebasan, dan milik (life, liberty,
and property) mengilhami sekaligus menjadi pegangan bagi rakyat
Amerika sewaktu memberontak melawan penguasa Inggris pada
tahun 1776. Pemikiran John Locke mengenai hak – hak dasar ini
terlihat jelas dalam Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat yang
dikenal dengan DECLARATION OF INDEPENDENCE OF THE
UNITED STATES.
Revolusi Amerika dengan Declaration of Independence-nya
tanggal 4 Juli 1776, suatu deklarasi kemerdekaan yang diumumkan
secara aklamasi oleh 13 negara bagian, merupakan pula piagam hak
– hak asasi manusia karena mengandung pernyataan “Bahwa
sesungguhnya semua bangsa diciptakan sama derajat oleh Maha
Pencipta. Bahwa semua manusia dianugerahi oleh Penciptanya hak
hidup, kemerdekaan, dan kebebasan untuk menikmati kebhagiaan.
John Locke menggambarkan keadaan status naturalis, ketika
manusia telah memiliki hak-hak dasar secara perorangan. Dalam
keadaan bersama-sama, hidup lebih maju seperti yang disebut
dengan status civilis, locke berpendapat bahwa manusia yang
berkedudukan sebagai warga negara hak-hak dasarnya dilindungi
oleh negara.
Declaration of Independence di Amerika Serikat menempatkan
Amerika sebagai negara yang memberi perlindungan dan jaminan
hak-hak asasi manusia dalam konstitusinya, kendatipun secara resmi

rakyat Perancis sudah lebih dulu memulainya sejak masa Rousseau.
Kesemuanya atas jasa presiden Thomas Jefferson presiden Amerika
Serikat lainnya yang terkenal sebagai “pendekar” hak asasi manusia
adalah Abraham Lincoln, kemudian Woodrow Wilson dan Jimmy
Carter.
Amanat Presiden Flanklin D. Roosevelt tentang “empat
kebebasan” yang diucapkannya di depan Kongres Amerika Serikat
tanggal 6 Januari 1941 yakni :
Kebebasan untuk berbicara dan melahirkan pikiran (freedom of
speech and expression).
Kebebasan memilih agama sesuai dengan keyakinan dan
kepercayaannya (freedom of religion).
Kebebasan dari rasa takut (freedom from fear).
Kebebasan dari kekurangan dan kelaparan (freedom from
want).
Kebebasan- kebebasan tersebut dimaksudkan sebagai kebalikan
dari kekejaman dan penindasan melawan fasisme di bawah
totalitarisme Hitler (Jerman), Jepang, dan Italia. Kebebasan –
kebebasan tersebut juga merupakan hak (kebebasan) bagi umat
manusia untuk mencapai perdamaian dan kemerdekaan yang abadi.
Empat kebebasan Roosevelt ini pada hakikatnya merupakan tiang
penyangga hak-hak asasi manusia yang paling pokok dan mendasar.
4. Hak Asasi Manusia di Prancis
Perjuangan hak asasi manusia di Prancis dirumuskan dalam suatu
naskah pada awal Revolusi Prancis. Perjuangan itu dilakukan untuk
melawan kesewenang-wenangan rezim lama. Naskah tersebut
dikenal dengan DECLARATION DES DROITS DE L’HOMME ET

DU CITOYEN yaitu pernyataan mengenai hak-hak manusia dan
warga negara. Pernyataan yang dicetuskan pada tahun 1789 ini
mencanangkan hak atas kebebasan, kesamaan, dan persaudaraan
atau kesetiakawanan (liberte, egalite, fraternite).
Lafayette merupakan pelopor penegakan hak asasi manusia
masyarakat Prancis yang berada di Amerika ketika Revolusi
Amerika meletus dan mengakibatkan tersusunnya Declaration des
Droits de I’homme et du Citoyen. Kemudian di tahun 1791, semua
hak-hak asasi manusia dicantumkan seluruhnya di dalam konstitusi
Prancis yang kemudian ditambah dan diperluas lagi pada tahun 1793
dan 1848. Juga dalam konstitusi tahun 1793 dan 1795. revolusi ini
diprakarsai pemikir – pemikir besar seperti : J.J. Rousseau, Voltaire,
serta Montesquieu. Hak Asasi yang tersimpul dalam deklarasi itu
antara lain :
1) Manusia dilahirkan merdeka dan tetap merdeka.
2) Manusia mempunyai hak yang sama.
3) Manusia merdeka berbuat sesuatu tanpa merugikan pihak lain.
4) Warga Negara mempunyai hak yang sama dan mempunyai
kedudukan serta pekerjaan umum.
5) Manusia tidak boleh dituduh dan ditangkap selain menurut
undang-undang.
6) Manusia mempunai kemerdekaan agama dan kepercayaan.
7) Manusia merdeka mengeluarkan pikiran.
8) Adanya kemerdekaan surat kabar.
9) Adanya kemerdekaan bersatu dan berapat.

10) Adanya kemerdekaan berserikat dan berkumpul.
11) Adanya kemerdekaan bekerja,berdagang, dan melaksanakan
kerajinan.
12) Adanya kemerdekaan rumah tangga.
13) Adanya kemerdekaan hak milik.
14) Adanya kemedekaan lalu lintas.
15) Adanya hak hidup dan mencari nafkah.

5. Hak Asasi Manusia oleh PBB
Setelah perang dunia kedua, mulai tahun 1946, disusunlah
rancangan piagam hak-hak asasi manusia oleh organisasi kerja sama
untuk sosial ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang terdiri dari
18 anggota. PBB membentuk komisi hak asasi manusia
(commission of human right). Sidangnya dimulai pada bulan januari
1947 di bawah pimpinan Ny. Eleanor Rossevelt. Baru 2 tahun
kemudian, tanggal 10 Desember 1948 Sidang Umum PBB yang
diselenggarakan di Istana Chaillot, Paris menerima baik hasil kerja
panitia tersebut. Karya itu berupa UNIVERSAL DECLARATION
OF HUMAN RIGHTS atau Pernyataan Sedunia tentang Hak – Hak
Asasi Manusia, yang terdiri dari 30 pasal. Dari 58 Negara yang
terwakil dalam sidang umum tersebut, 48 negara menyatakan
persetujuannya, 8 negara abstain, dan 2 negara lainnya absen. Oleh
karena itu, setiap tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari Hak
Asasi Manusia.
Universal Declaration of Human Rights antara
mencantumkan, Bahwa setiap orang mempunyai Hak :

lain

Hidup
Kemerdekaan dan keamanan badan
Diakui kepribadiannya
Memperoleh pengakuan yang sama dengan orang lain
menurut hukum untuk mendapat jaminan hokum dalam
perkara pidana, seperti diperiksa di muka umum, dianggap
tidak bersalah kecuali ada bukti yang sah
Masuk dan keluar wilayah suatu Negara
Mendapatkan asylum
Mendapatkan suatu kebangsaan
Mendapatkan hak milik atas benda
Bebas mengutarakan pikiran dan perasaan
Bebas memeluk agama
Mengeluarkan pendapat
Berapat dan berkumpul
Mendapat jaminan sosial
Mendapatkan pekerjaan
Berdagang
Mendapatkan pendidikan
Turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat

Menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan
keilmuan
Majelis umum memproklamirkan Pernyataan Sedunia tentang
Hak Asasi Manusia itu sebagai tolak ukur umum hasil usaha sebagai
rakyat dan bangsa dan menyerukan semua anggota dan semua
bangsa agar memajukan dan menjamin pengakuan dan pematuhan
hak-hak dan kebebasan- kebebasan yang termasuk dalam pernyataan
tersebut. Meskipun bukan merupakan perjanjian, namun semua
anggota PBB secara moral berkewajiban menerapkannya.

6. Hak Asasi Manusia di Indonesia
Hak Asasi Manusia di Indonesia bersumber dan bermuara pada
pancasila. Yang artinya Hak Asasi Manusia mendapat jaminan kuat
dari falsafah bangsa, yakni Pancasila. Bermuara pada Pancasila
dimaksudkan bahwa pelaksanaan hak asasi manusia tersebut harus
memperhatikan garis-garis yang telah ditentukan dalam ketentuan
falsafah Pancasila. Bagi bangsa Indonesia, melaksanakan hak asasi
manusia bukan berarti melaksanakan dengan sebebas-bebasnya,
melainkan harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang
terkandung dalam pandangan hidup bangsa Indonesia, yaitu
Pancasila. Hal ini disebabkan pada dasarnya memang tidak ada hak
yang dapat dilaksanakan secara multak tanpa memperhatikan hak
orang lain.
Setiap hak akan dibatasi oleh hak orang lain. Jika dalam
melaksanakan hak, kita tidak memperhatikan hak orang lain,maka
yang terjadi adalah benturan hak atau kepentingan dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak
asasi manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara
kodrati melekat dan tidak terpisah dari manusia yang harus
dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat
kemanusisan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta
keadilan.
Berbagai instrumen hak asasi manusia yang dimiliki Negara
Republik Indonesia,yakni:
Undang – Undang Dasar 1945
Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi
Manusia
Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia
Di Indonesia secara garis besar disimpulkan, hak-hak asasi
manusia itu dapat dibeda-bedakan menjadi sebagai berikut :
Hak – hak asasi pribadi (personal rights) yang meliputi
kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan memeluk agama,
dan kebebasan bergerak.
Hak – hak asasi ekonomi (property rights) yang meliputi
hak untuk memiliki sesuatu, hak untuk membeli dan menjual
serta memanfaatkannya.
Hak – hak asasi politik (political rights) yaitu hak untuk
ikut serta dalam pemerintahan, hak pilih (dipilih dan memilih
dalam pemilu) dan hak untuk mendirikan partai politik.
Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam
hukum dan pemerintahan ( rights of legal equality).

Hak – hak asasi sosial dan kebudayaan ( social and culture
rights). Misalnya hak untuk memilih pendidikan dan hak
untukmengembangkan kebudayaan.
Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan
dan perlindungan (procedural rights). Misalnya peraturan
dalam hal penahanan, penangkapan, penggeledahan, dan
peradilan.
Secara konkret untuk pertama kali Hak Asasi Manusia
dituangkan dalam Piagam Hak Asasi Manusia sebagai lampiran
Ketetapan Permusyawarahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
XVII/MPR/1998.
Sumber: http://emperordeva.wordpress.com/about/sejarah-hakasasi-manusia/