KELOMPOK BUDIDAYA JAMUR TIRAM JATI HURIP (1)

KELOMPOK BUDIDAYA JAMUR TIRAM JATI HURIP SUB KELOMPOK SABILULUNGAN DESA
SINDANGRAJA KECAMATAN JAMANIS
Jl. Raya Jamanis KM 17,5 Lawang Tonjong Tasikmalaya

Nomor

: 04/Kel JH/VII/2013

Lampiran : 1 ( Satu ) berkas
Peihal

: Permohonan Dana

Sindangraja, Juli 2013
Kepada Yth :
Bapak Kepala Dinas Kehutanan
dan Perkebunanan Kab. Tasikmalaya
di Tasikmalaya

Assalamua’laikum Wr. Wb.,
Puji Syukur kami sampaikan kepada Allah SWT semoga kita dilindungi dan diberkahi oleh-Nya

dalam menjalankan aktifitas. Amiin.

Selanjutnya, kami Kelompok Budidaya Jamur Tiram Jati Hurip Sub Kelompok Sabilulungan
Sindangraja Kecamatan Jamanis yang beralamat di Jl. Raya Jamanis KM 17,5 Lawang Tonjong
Tasikmalaya, dengan ini mengajukan permohonan bantuan dana sebesar Rp. 82.820.000,( Delapan puluh Dua Juta Delapan Ratus Dua puluh ribu rupiah ), sebagaimana terlampir. Sebagai
dasar untuk meningkatkan taraf hidup perekonomian masyarakat kami. Adapun acuan bapak kami
lampirkan sebagai berikut :

1.

Daftar Susuna Pengurus

2.

Daftar Nama Calon Penerima Bantuan

3.

Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) Produksi


4.

Peta Desa Sindangraja

Demikian permohanan ini kami sampaikan. Atas perhatian dan terkabulnya permohonan ini,
kami haturkankan terima kasih.

Wasalamu a’laikum Wr. Wb

BAB I
PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan berkembangnya jumlah penduduk yang semakin pesat serta di dorong semakin
berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sangat berpengaruh pada pola
kehidupan masyarakat untuk meningkatkan derajat dan tingkat sosial ekonomi dan pendapatan
keluarga. Untuk membentuk derajat dan ekonomi tersebut, dipenuhi oleh daya adopsi dan inovasi

masyarakat tentang suatu pembaharuaan pada tiap sektor / bidang ekonomi yang dapat
memberikan kontribusi pendapatan penduduk.

Sub sektor pertanian merupakan sub sektor pembangunan ekonomi pedesaan yang tersedia bagi
masyarakat untuk digali dan ditumbuhkan melalui usaha agribisnis sehingga dapat memberikan nilai
tambah bagi kebutuhan masyarakat tani.

Sebagaimana Visi Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya “ Terwujudnya Ketahanan Pangan
Berbasis Agribisnis, sebagai andalan dan Penggerak Pembangunan Kabupaten Tasikmalaya.
Khususnya bidang pertanian mempunyai harapan bahwa mulai tahun 2012 ingin mewujudkan
Tasikmalaya sebagai Kabupaten Tani.

Apabila kita cermati untuk mewujudkan visi tersebut diatas, salah satu faktor yang sangat penting
dan mendapat perhatian khusus yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) petani, karena petani sebagai
ujung tombak dan pelaku pembangunan pertanian yang berada di garis depan. Dengan demikian
perlu di perhatikan tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan serta perlu di tunjang dengan faktor
produksi, faktor modal, dan faktor pemasaran.

Sebagai upaya untuk mengwujudkan Tasikamalaya sebagai kabupaten agraris yang dimulai sejak
tahun 2012, bidang pertanian berupaya melaksanakan kegiatan yang bersifat kemitraan dengan


kelompok tani yang ada di wilayah Tasikmalaya salah satunya kegiatan Agribisnis Budi Daya Jamur
Tiram.

Mengapa harus Jamur Tiram (Pleourotus Ostreatus) ? Karena jamur tiram adalah salah satu
komodit sayuran yang dalam 10 tahun terakhir ini ekonomisnya terus meningkat. Jamur tiram
merupakan produk komersial yang dapat di kembangkan dengan teknik sederhana. Bahan baku
yang dibutuhkan tergolong murah dan mudah diperoleh, dan proses budidaya sendiri tidak
membutuhkan berbagai pestisida atau bahan kimia lainya.

Kosumsi masyarakat akan jamur tiram cukup tinggi, pasar jamur tiram telah jelas serta permintaan
pasar yang selalu naik memudahkan para pembudidaya memasarkan hasil produksi sehingga
produksi jamur tiram mutlak diperlukan dalam skala yang besar mengingat kebutuhan pasar yang
sangat besar pula.

Keunggulan budidaya jamur tiram lainnya adalah umur panennya singkat, dapat dibudidayakan
sepanjang tahun, tidak memerlukan lahan yang luas dan produk sangat laku dipasaran dengan
harga yang relatif mahal.

Dengan memperhatikan hal diatas, kami Kelompok Budi Daya Jamur Tiram Jati Hurip Desa

Sindangraja Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya dengan penuh harapan serta mempunyai
respon cukup besar akan memanfaatkan untuk bergerak dalam bidang agribisnis budi daya jamur
tiram dan sanggup memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Namun dalam pengelolaan Kelompok Budi Daya Jamur Tiram ini masih terdapat kendala yang
dihadapi, yaitu terbatasnya permodalan yang ada, khususnya dalam memenuhi dan melengkapi
sarana produksi, sehingga kapasitas produksi belum bisa memenuhi kebutuhan konsumen yang
cukup banyak.

Hal ini perlu adanya dukungan atau bantuan yang berupa dukungan Finansial atau permodalan
yang cukup besar guna memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana budi daya jamur tiram.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud program pengembangan Kelompok Budi Daya Jamur Tiram Jati Hurip adalah sebagai salah
satu upaya fasilitas bagi pemberdayaan produksi jamur tiram agar dapat menerapkan manajemen
mutu, manajemen usaha, penerapan teknologi tepat guna, dan memudahkan mengakses sarana
produksi jamur serta permodalan dan pemasaran produk. Dengan demikian tujuan utama dari
kegiatan program Kelompok Budi Daya Jamur Tiram Jati Hurip ini antara lain adalah :
1. Mewujudkan sumberdaya sebagai sumberdaya asli daerah ( PAD ).

2. Menumbuh kembangkan jiwa wirausaha anggota kelompok tani.
3. Menggali sumber pendapatan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarga.
4. Menyediakan lapangan pekerjaan dan mengurangi tingkat kemiskinan masyakat.
5. Mendukung program Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya dalam mewujudkan
Tasikmalaya sebagai kabupaten agraris sehingga dapat berkontribusi kebutuhan pangan
baik kebutuhan lokal maupun nasioal

1.3. Manfaat
Dari kegiatan yang dilaksanakan melalui program pengembangan Budi Daya Jamur Tiram, maka
manfaat yang di harapkan antara lain :
1. Memacu peningkatan keunggulan kompetitif produksi jamur di Kabupaten Tasikamalaya,
serta keunggulan komferatif wilayah menjadi penumbuhan usaha-usaha lain.
2. Memacu pengembangan dan peningkatan kualitas SDM
3. Mendorong Tumbuh dan berkembangnya kegiatan di sektor lain.

1.4. Sasaran
Sasaran program Kelompok Budi Daya Jamur Tiram Jati Hurip untuk satu tahun kedepan diarahkan
pada penumbuhan produksi jamur tiram melalui kemitraan usaha agribisnis jamur tiram yang
mampu dan bertanggung jawab dalam usaha bersama melalui kemitraan serta memenuhi
ketentuan-ketentuan yang telah di sepakati.


BAB II
POTENSI DAERAH

2.1 Letak Administratif
Desa sindangraja terletak ± 17,5 km utara kota Tasikmalaya. Secara umum desa tersebut sudah
terbuka, artinya dapat dilalui kendaraan roda empat dan roda dua. Hal tersebut menunjukan telah
tersedianya sarana dan prasarana tranportasi untuk kelancaran kegiatan ekonomi masyarakat
Sedangkan lokasi budidaya jamur tiram berada di Jl. Lawang Tonjong, Desa Sindangraja,
Kecamatan Jamanis, Kabupaten Tasikamalaya menempati lahan seluas 60 m2, dengan daya
tampung jamur sekitar 4000 baglog dengan kapasitas produksi rata-rata 180 kg per bulan. Hal ini
yang menjadi penyesalan kami karena kurang memanfatkan potensi yang ada.

2.2. Letak Topografi

Desa Sindangraja merupakan daerah dengan ketinggian ± 300 meter diatas permukaaan laut. Desa
ini memiliki luas tanas 237 Ha. Terdiri dari lahan sawah 67 Ha dan darat 170 Ha. Sedangkan secara
umum luas tanah di Kecamatan Jamanis yaitu 6.055 Ha, yang terdiri dari lahan sawah 921 Ha dan
lahan darat 5.134 Ha


2.3. Keadaan Iklim
Suhu udara Desa Sindangraja mencapai 28-30oC dengan kelembaban nisbi antara 60 % sampai
80 %. Kondisi iklim ini sangat berpotensi untuk membudidayakan jamur tiram dengan kualiatas yang
baik.

2.4. Sumber Daya Alam

Jenis tanah yang terkandung di Desa Sindangraja yaitu Latosol merah coklat, pH beraneka ragam,
produktivitas tanah sedang sampai tinggi, dan untuk penggunaan lahan untuk pesawahan, kebun,
palawija, holtikultura dan perkebunan.

2.5. Sumber Daya Manusia

Penduduk Desa Sindangraja pada umumnya bermata pencaharian di sektor pertanian (pertanian,
peternakan dan perikanan) serta telah memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang cukup
baik karena berbagai teknologi pertanian sudah masuk dan menguasainya,

2.6. Peluang pasar

a. Pasar Lokal


Pasar lokal dapat diartikan pasar tingkat kecamatan dan kabupaten. Selama ini kebutuhan jamur di
pasar yang ada di daerah Jamanis dan sekitarnya masih di datangkan dari daerah lain, terutama
dari Bandung yang jumlahnaya 80 %. Dengan demikian maka peluang pasar lokal yang tersedia
masih sangat terbuka lebar.

b. Peluang Pasar Regional dan Nasional

Pasar ini lebih luas lagi dari pasar lokal, tentunya kebutuhan jamur tiram menjadi lebih banyak lagi.
Mengingaat meningkatnya kebutuhan masyarakat untuk mengkonsumsi jamur tiram, akan tetapi
penyediaan masih kurang. Dengan demikian, program ini perlu dikembangakan sehingga dapat
memberikan kontribusi kebutuhan yang lebih luas kareana secara regional maupun nasional bahkan
secara individu, jamur tiram yang di konsumsi masyarakat belum mencapai nilai rata-rata perkapita

BAB III
MATA RANTAI BUDI DAYA JAMUR TIRAM
KELOMPOK JATI HURIP SUB KELOMPOK SABILULUNGAN

3.1. Produksi Jamur Tiram
Proses produksi jamur tiram dimulai dengan tahapan persiapan pembuatan pembibitan jamur

dengan komposisi bahan baku utama adalah : serbuk kayu, bekatul, kapur, kawur, dll.

Adapun bahan baku utama proses produksi meliputi :

1. Serbuk kayu, kayu yang diperlukan adalah yang tidak mengandung minyak atau bahan
kimia, tidak bergetah, kering, dan tidak busuk.
2.

Bekatul yang baru dan tidak berbau apek. Bekatul ini berfungsi sebagai bahan nutrisi dan
sumber karbohidrat.

3. Kapur tawur yang berfungsi untuk menjaga keasaman media dan sebagai sumber mineral.
4. Gips, yang berfungsi untuk memperkokoh media tanam dalam polibag sehingga tidak
mudah hancur atau rusak disamping sumber mineral.
5. Pupuk TSP, digunakan untuk mempercepat pertumbuhan miselium dan tumbuh buah jamur.
Selain bahan utama diatas, bahan-bahan penunjang lainya yaitu kantong plastik ukuran 20 x 30 cm,
paralon, kertas koran, karet gelang, alat pemadat berupa botol atau alat pres dan pembakar api
bunsen.

Setelah bahan-bahan tersebut tesedia, serbuk kayu diayak dan dicampur dengan bahan-bahan lain,

yakni bekatul, kapur tuwur, gips, dan pupuk TSP. Beri campuran air secukupnya sampai merata agar
tidak terlalu kering dan jangan terlalu becek. Masukkan campuran tersebut kedalam kantong plastik,
kemudian ditekan dengan botol atau alat pengepres, lalu diikat dengan karet dan distrilisasikan
didalam drum dengan pemanasan 90 - 100oC selama 8 – 9 jam. Dinginkan baglog pada suhu
kamar selama 24 jam dan lanjutkan dengan inokulasi, di ruang inokulasi dengan cara ambil bibit dari
F3 atau F4 menggunakan finset atau sendok yang streril, masukan lewat cincin paralon dan tutup
dengan kertas koran yang steril lalu ikat dengan karet gelang. Selanjutnya inkubasikan di ruangan
khusus dengan suhu antara 22 – 100oC.

3.2. Alur Pemeriharaan Jamur Tiram

Setelah semua langkah diatas dilakukan, perlu pemeliharaan yang cermat namun cukup mudah,
yaitu mmasukan baglog ke rumah jamur, lakukan penyiraman dua sampai tiga kali sehari. Di musim
hujan penyiraman cukup dilakukan satu sampai dua kali saja dalam satu hari. Gunakan sprayer
sehingga siramannya bisa merata. Juga suhu ruangan antara 20 – 22oC dengan kelembaban 95
-100 %. Sebaiknya juga digunakan higrometer dan termometer untuk mengetahui kelembaban dan
suhu ruangan.

Setelah 35 hari proses perawatan dilakukan, maka jamur akan dipanen. Sedangkan panen
berikutnya setiap 10 – 14 hari dari panen pertama.

BAB IV
PELAKSANAAN KEMITRAAN BUDI DAYA
JAMUR TIRAM

4.1. Pelaksanaan Kegiatan di Lapangan
Untuk pelaksanaan agribisnis budi daya jamur tiram ini, dilakukan oleh 10 orang petani dalam satu
kelompok tani sebagai pelaksana kegiatan kemitraan usaha agribisnis jamur tiram.

4.2 Rencana Kebutuhan Jamur Tiram
Mengingat begitu besarnya respon para petani dalam kegiatan agribisnis jamur tiram tersebut, serta
kemampuan yang dimiliki para petani, sangat diharapkan sekali setiap anggota kelompok tani
sanggup membudidayakan jamur dengan jumlah yang sangat banyak. Disamping itu, dengan
kemampuan serta didukung oleh potensi daerah dan peluang pasar yang cukup baik, sehingga
kebutuhan produksi jamur dapat dikembangkan menjadi 1000 baglog sehari.

4.3. Bimbingan dan Monitoring
Selama kegiatan tersebut berlangsung, tidak telepas dari bimbingan dan monitoring yang dilakukan
langsung oleh petugas tingkat kecamatan Jamanis. Kegiatan ini dilakukan dari mulai pencampuran
bahan baku, pengemasan, sterilisasi, inokulasi, sampai inkubasi dan menyimpanan kemudian
pemanenan.

BAB V
ANALISIS EKONOMI BUDI DAYA JAMUR TIRAM

5.1. Analisis Finansial Produksi

Biaya untuk membuat satu buah baglog sekitar Rp 2000,-. Sedangkan untuk satu meter persegi
area penanaman mampu menampung kurang lebih 50 baglog. Lahan penanaman yang kami miliki
seluas 60 m2, 30 % nya baru terisi baglog yaitu sekitar 3000 baglog, untuk peningkatan produksi
1000 baglog perhari selama satu musim panen (40 hari) menambah tenaga kerja produksi,
penambahan alat pencampuran (mixer), alat pengisian dan pengepresan, alat sterilisasi, dan lahan
untuk penyimpanan atau pemeliharaan baglog.

5.1.1. Rencana Produksi
Untuk merealisasikan kapasitas produksi 1000 baglog per hari maka di butuhkan kemitraan
agribisnis yang siap dengan suplai modal untuk kebutuhan sebagai berikut :

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi 1000
baglog perhari selama satu kali panen (40 hari) sejumlah Rp. 82.820.000,- ( Delapan puluh Dua Juta
Delapan Ratus Dua puluh ribu rupiah ).

5.2. Analisis Pemasaran Produksi
Jamur tiram yang di hasilkan dari satu buah baglog apabila tumbuh dengan sempurna,
menghasilkan 0.4 Kg dalam tiga kali masa panen. Apabila harga jual rata-rata jamur tiram Rp
8.000,-, maka satu buah buah baglog dapat menghasilkan Rp 3.200,- setelah dikurangi modal awal
Rp 2.000,- maka laba dari satu buah baglog adalah Rp 1.200,-.

5.2.1. Perhitungan Laba Rugi
Untuk perhitungan laba rugi dapat diketahui sebagai berikut
1. Pemasukan
a.

Volume produksi selama satu musim panen adalah 40.000 baglog.

b.

Bobot jamur untuk tiga kali panen adalah 0,4 Kg jamur.

c.

Tabel jamur dipanen untuk tiga musim adalah 0,4 Kg x 40.000 baglog = 16.000 Kg.

d. Harga jual jamur adalah Rp 8.000/Kg, maka pendapatan adalah 16.000 Kg jamur x Rp 8.000/Kg
= Rp 128.000.000,-

2. Pengeluaran
Dari tabel 2 diketahui bahwa biaya pengeluaran untuk 40.000 baglog adalah Rp 82.820.000,-, maka
laba bersih yang di peroleh adalah pemasukan dikurangi pengeluaran.

Laba bersih = Pemasukan - Pengeluaran
= Rp 128.0000.000 – Rp 82.820.0000
= Rp 45.180.000,- selama 3 kali panen (4 bulan)

5.2.2. Penentuan R.O.I dan BEP

A. Modal Tertanam
a. Modal Tetap
- Permesinan
3 Unit alat pencampuran (mixer)

: Rp 4.000.000,-

3 Unit alat Sterilisasi

: Rp 13.500.000,-

3 Unit alat Pengepresan

: Rp 4.500.000,-

-

Tanah dan Bangunan

Sewa tanah dan bangunan di dua lokasi selama satu tahun Rp 20.000.000.

b. Modal Tidak tetap
1. Modal kerja (modal bahan baku + upah kerja) untuk menghasilkan 40.000 baglog adalah Rp
40.820.000,- (dari tabel 2 yaitu total biaya dikurangi modal tetap).
2. Modal tidak tetap = Rp 82.820.000,B. Pendapatan (laba) bersih / hari adalah := Rp 376.500 / hari

Dengan asumsi 1 bulan = 25 hari kerja, maka laba bersih pertahun adalah 25 x 12 bulan x Rp
376.500,- = Rp 112.950.000,- maka R.O.I diperoleh sebagai berikut :
R.O.I = x 100 %
R.O.I = X 100 %
= 136 %
B.E.P = X 1 Tahun
B.E.P = X 1 Tahun

= 0,72 Tahun

BAB VI
PENUTUP

Demikian usaha kegiatan ini kami sampaikan, semoga menjadi bahan perhatian dalam
mengembangkan usaha dibidang budidaya jamur tiram.

Kami yakin dengan bantuan yang Bapak / Ibu / Sdr berikan kepada kami Insya Alloh kami bisa
berkembang guna meningkatkan tarap hidup anggota, dan masyarakat pada umumnya.