MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN RUANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS VI A SDN 2 KEDAMAIAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN RUANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS VI A SDN 2 KEDAMAIAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

OLEH FATHONAH

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika siswa kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 melalui diskusi kelompok.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung sebanyak 35 siswa. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan kinerja guru, serta soal tes. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas siswa siklus I adalah 43,33% dan pada siklus II 89,50%. Hasil belajar siswa siklus I diperoleh nilai rata-rata 64 dan pada siklus II meningkat menjadi 85 Ketuntasan belajar siswa pada siklus I belum tercapai yaitu 57% dan pada siklus II sudah tercapai dan meningkat menjadi 89%

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode diskusi kelompok dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa pada materi bangun ruang kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.


(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dalam masyarakat, bangsa dan negara (Remenmaos 2011:1). Berbagai usaha pembaharuan kurikulum, perbaikan sistem pengajaran, peningkatan kualitas kemampuan guru, dan lain sebagainya, merupakan upaya ke arah peningkatan mutu pembelajaran. Banyak hal yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut, diantaranya adalah bagaimana cara menciptakan suasana belajar yang baik, mengetahui kebiasaan dan kesenangan belajar siswa agar siswa bergairah dan berkembang sepenuhnya selama proses belajar berlangsung. Untuk itu seharusnya guru mampu memilih metode yang tepat yakni metode yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika di sekolah dasar.

Permasalahan yang umum terjadi di SD adalah rendahnya hasil belajar matematika siswa. Hasil belajar matematika siswa lebih rendah lagi pada pokok bahasan bangun ruang. Berdasarkan hasil pengamatan faktor kesulitan belajar matematika pada materi bangun ruang yang dialami oleh siswa SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung disebabkan oleh : a) Kurangnya minat siswa pada mata pelajaran matematika; b) Motivasi siswa ketika belajar matematika masih rendah


(3)

sehingga siswa malas dan bosan untuk belajar; c) Bangun ruang hanya berupa gambar tidak berupa bentuk benda yang mereka jumpai sehari-hari; d)Siswa sukar membedakan antara sisi pada bangun datar dengan sisi pada bangun ruang; e) Pemaparan konsep tentang bangun ruang tidak dijelaskan secara rinci; f) Siswa tidak melihat objek bangun ruang secara nyata sehingga pengalaman belajar tidak menimbulkan kesan mendalam; g) Suasana monoton di dalam kelas membuat siswa kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.

Berbagai metode pengajaran yang digunakan oleh guru dengan tujuan agar materi bangun ruang lebih mudah diterima oleh siswa. Namun kendala di atas membuat pembelajaran khususnya materi bangun ruang menjadi materi yang tidak disukai oleh siswa. Sehingga proses pembelajaran pada materi bangun ruang menjadi kurang optimal. Hal ini terlihat pada jumlah siswa yang memiliki nilai setara atau melampaui KKM hanya 16 orang (47%) dari 35 siswa. Berarti masih banyak siswa yang hasil belajarnya belum mencapai KKM.

Oleh sebab itu diperlukan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Salah satu metode yang dianggap dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa khususnya pada materi bangun ruang adalah metode diskusi kelompok. Diskusi kelompok adalah salah satu bentuk kegiatan yang dilaksanakan dalam bimbingan. Kegiatan diskusi kelompok merupakan kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan lebih dari satu individu. Kegiatan diskusi kelompok ini dapat menjadi alternatif dalam membantu memecahkan permasalahan seorang individu. Metode ini dapat membantu siswa


(4)

untuk meningkatkan hasil belajar yang diperoleh mencapai atau melebihi target yang diinginkan.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

a) Kurangnya minat siswa pada mata pelajaran matematika.

b) Motivasi siswa ketika belajar matematika masih rendah sehingga siswa malas dan bosan untuk belajar.

c) Bangun ruang hanya berupa gambar tidak berupa bentuk benda yang mereka jumpai sehari-hari.

d) Siswa sukar membedakan antara sisi pada bangun datar dengan sisi pada bangun ruang.

e) Pemaparan konsep tentang bangun ruang tidak dijelaskan secara rinci. f) Siswa tidak melihat objek bangun ruang secara nyata sehingga

pengalaman belajar tidak menimbulkan kesan mendalam.

g) Suasana monoton di dalam kelas membuat siswa kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :


(5)

1) Apakah penggunaan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung pada mata pelajaran Matematika khususnya pada materi bangun ruang? 2) Apakah pembelajaran menggunakan metode diskusi kelompok dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung pada mata pelajaran Matematika khususnya pada materi bangun ruang?

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah :

1) Untuk meningkatkan aktivitas belajar Matematika pada materi bangun ruang melalui metode Diskusi Kelompok terhadap siswa kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

2) Untuk meningkatkan hasil belajar Matematika pada materi bangun ruang melalui metode Diskusi Kelompok terhadap siswa kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:


(6)

1) Bagi siswa

a) Dapat memberikan motivasi belajar dan meningkatkan hasil belajar Matematika kepada siswa kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

b) Meningkatkan proses belajar matematika dengan tidak hanya banyak mencatat materi yang disampaikan guru tetapi lebih ke pemahaman konsep-konsep.

c) Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih memudahkan siswa dalam memahami materi.

2) Bagi guru

a) Sebagai informasi dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelas, menambah pengetahuan guru serta mengembangkan kemampuan guru dalam mempersiapkan diri untuk menjadi guru yang profesional.

b) Berkreasi untuk memperbaiki citra proses pengajaran dan hasil belajar matematika.

3) Bagi SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung

a) Memberikan landasan kebijakan yang akan diambil sebagai upaya untuk perbaikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. b) Meningkatkan Standar Ketuntasan Minimal pada mata pelajaran

matematika kelas VI.

c) Sebagai bahan masukan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran yang tidak membosankan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Belajar dan Pembelajaran

2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar pada dasarnya adalah mengulang, mengingat dan menghapal sesuatu agar dapat diketahui secara lebih mendalam yang didapat dari orang lain maupun atas usaha sendiri. Menurut Sumiati (2009:38) dalam bukunya Metode Pembelajaran “belajar adalah proses perubahan prilaku akibat interaksi individu dengan lingkungannya”. Jadi perubahan prilakunya adalah hasil belajar. Artinya seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Menurut M. Sobry Sutikno dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar (2010:5) mengemukakan bahwa, “ belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Jika kaki seseorang patah karena terkena benda yang berat yang terjatuh dari atas loteng, ini tidak bisa disebut perubahan hasil belajar. Jadi, perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang terjadi secara sadar (disengaja) dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Sejalan dengan hal di atas Ketut Sukardi (2003:15 ) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman, kecuali perubahan tingkah laku


(8)

yang disebabkan oleh proses menjadi matangnya seseorang atau perubahan bersifat temporer.

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Menurut Rudi dan Cepi (2007:1) pembelajaran dapat melibatkan dua pihak, yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah proses belajar (learning process). Menurut Sumiati (2009:1) mengemukakan bahwa pembelajaran pada dasarnya membahas pertanyaan apa, siapa, mengapa, dan bagaimana, dan seberapa baik tentang pembelajaran. Upaya meningkatkan keberhasilan pembelajaran merupakan tantangan yang dihadapi oleh setiap orang yang berkecimpung dalam dunia kependidikan. Banyak upaya yang telah dilakukan, banyak keberhasilan yang telah dicapai, meskipun disadari bahwa apa yang telah dicapai belum sepenuhnya memberikan hasil yang memuaskan sehingga menuntut pemikiran dan kerja keras untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar dan pembelajaran pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Dalam belajar yang terpenting adalah bukan hasil yang diperolehnya. Artinya, belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain atau guru hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar mengajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik.


(9)

2.1.2 Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar dapat terjadi dari proses yang sangat informal sampai dengan yang sangat formal, dari bahan materi yang sangat sederhana sampai bahan materi yang sangat rumit. Aktivitas belajar dapat terjadi dari proses yang alamiah sampai proses yang ilmiah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya adalah “kegiatan / keaktifan”. W.J.S. Poewadarminto menjelaskan aktivitas sebagai suatu kegiatan atau kesibukan. S. Nasution menambahkan bahwa aktivitas merupakan keaktifan jasmani dan rohani dan kedua-keduanya harus dihubungkan. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar

Menurut Sudirman, Faktor yang mempengaruhi belajar pada pokoknya mempengaruhi aktifitas belajar siswa. Faktor yang mempengaruhi belajar adalah : 1). Faktor indogin, ialah faktor yang datang dari pelajar atau mahasiswa sendiri. faktor ini meliputi :

a) Faktor biologis (faktor yang bersifat jasmaniah) b) Faktor psychologis (faktor yang bersifat rohaniah)

2). Faktor exogin, ialah faktor yang datang dari luar pelajar atau mahasiswa Faktor ini meliputi :

a) Faktor lingkungan keluarga b) Faktor lingkungan sekolah. c) Faktor lingkungan masyarakat.

Aktivitas belajar sendiri banyak sekali macamnya, sehingga para ahli mengadakan klasifikasi.

Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2004: 101) menggolongkan aktivitas siswa dalam belajar sebagai berikut :

1) Visual Activities, meliputi kegiatan seperti membaca, memperhatikan (gambar, demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain)

2) Oral Activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.

3) Listening Activities, seperti : mendengarkan uraian, percakapan diskusi, musik dan pidato.


(10)

4) Writting Activities, seperti : menulis cerita, menulis karangan, menulis laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman.

5) Drawing Activities, seperti ; menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor Activities, seperti : melakukan percobaan, membuat konstruksi,

model, mereparasi, bermain dan berternak.

7) Mental Activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

8) Emotional Activities, seperti : menaruh minat, merasa bosan, bergairah, berani, tenang dan gugup.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak terciptanya situasi belajar aktif.

2.1.3 Hasil Belajar

Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Di antara keduanya itu terdapat suatu interaksi. Kemampuan siswa didapat dari proses belajar mengajar. Namun para siswa juga harus mendapatkan hasil belajar melalui kreativitas mereka tanpa adanya intervensi dari orang lain sebagai pengajar. Oleh karena itu, hasil belajar yang dimaksud di sini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakuan dari pengajar (guru). Seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2004:22), “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.


(11)

Selanjutnya Sudjana mengemukakan ada tiga macam hasil belajar mengajar, yaitu:

1. Keterampilan dan kebiasaan 2. Pengetahuan dan pengarahan 3. Sikap dan cita-cita.

Sedangkan menurut Darmansyah (2006:13) hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa setelah menjalani proses pembelajaran. Cece Rahmat (dalam Zainal Abidin. 2004:1) mengatakan bahwa “hasil belajar adalah penggunaan angka pada hasil tes atau prosedur penilaian sesuai dengan aturan tertentu, atau dengan kata lain untuk mengetahui daya serap siswa setelah menguasai materi pelajaran yang telah diberikan.

Selanjutnya peranan hasil belajar menurut Harahap (dalam Abidin 2004:2) yaitu : a) Hasil belajar berperan memberikan informasi tentang kemajuan belajar

siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

b) Untuk mengetahui keberhasilan komponen-komponen pengajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

c) Hasil belajar memberikan bahan pertimbangan apakah siswa diberikan program perbaikan, pengayaan, atau melanjutkan pada program pengajaran berikutnya.

d) Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan bagi siswa yang mengalami kegagalan dalam suatu program bahan pembelajaran.

e) Untuk keprluan supervisi bagi kepala sekolah dan penilik agar guru lebih berkompeten.

f) Sebagai bahan dalam memberikan informasi kepada orang tua siswa dan sebagai bahan mengambil berbagai keputusan dalam pengajaran.


(12)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap, dan pengetahuan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkontruksikan pengetahuan itu ke dalam kehidupan sehari-hari.

2.2Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Belajar matematika merupakan belajar konsep-konsep dan struktur abstrak yang terdapat dalam matematika serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur matematika. Belajar matematika harus melalui proses yang bertahap dari konsep yang sederhana ke konsep yang lebih kompleks. Setiap konsep matematika dapat dipahami dengan baik jika pertama-tama disajikan dalam bentuk konkrit. Pada pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Dalam matematika, setiap konsep berkaitan dengan konsep lain, dan suatu konsep menjadi pra syarat untuk konsep lain. Oleh sebab itu, siswa harus diberi kesempatan untuk memahami setiap konsep yang diberikan.

Dalam pembelajaran matematika di tingkat SD, diharapkan terjadi reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian dalam pembelajaran di kelas. Walaupun penemuan tersebut sederhana dan bukan hal yang baru bagi orang yang telah mengetahuinya, tetapi bagi siswa SD penemuan tersebut merupakan suatu hal yang baru.


(13)

2.2.1 Ruang Lingkup Matematika di Sekolah Dasar

Ruang lingkup matematika di Sekolah Dasar meliputi mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) bilangan

2) geomteri

3) pengolahan data (Depdiknas, 2006).

Cakupan bilangan antara lain bilangan dan angka, perhitungan dan perkiraan. Cakupan geometri antara lain bangun dua dimensi, tiga dimensi, tranformasi dan simetri, lokasi dan susunan berkaitan dengan koordinat. Cakupan pengukuran berkaitan dengan petbandingan kuantitas suaru obyek, penggunaan satuan ukuran dan pengukuran.

2.2.2 Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Tujuan pembelajaran matematika di SD dapat kita lihat di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 SD. Mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algortima, secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika sifat-sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Selain tujuan umum yang menekankan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta memberikan tekanan pada keterampilan dalam penerapan


(14)

matematika juga memuat tujuan khusus matematika SD yaitu: (1) menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan sehari-hari, (2) menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika, (3) mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut, (4) membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.

2.3Metode Pembelajaran

Metode berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Menurut WJS. Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1999:767) Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Menurut Wina Senjaya (2008) metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang digunakan untuk melaksanakan rencana yang sudah disusun. Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa metode merupakan jalan atau cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun metodde yang digunakan dalam pembelajaran matematika adalah antara lain :

1) Metode Ceramah

Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif (Muhibin Syah, 2002:203; Ramayulis, 2010:193).

2) Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab merupakan cara menyajikan materi pembelajaran dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban untuk


(15)

mencapai tujuan (E, Mulyasa, 2010:115: Djamarah dan Zain, 2010:95). Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat berasal dari guru ke siswa, ataupun sebaliknya. Demikian pula dengan jawabannya, bisa berasal dari guru atau siswa.

3) Metode Diskusi

Metode diskusi adalah cara penyampaian atau penyajian bahan pembelajaran dimana guru memberikan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membicarakan atau menganalisis secara ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah (Ramayulis, 2010:194).

4) Metode Demonstrasi

Metode Demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Syah, 2002:208). Metode demonstrasi merupakan suatu cara mengajar dimana guru mempertunjukkan tentang proses sesuatu atau pelaksanaan sesuatu sedangkan murid memperhatikan (Ramayulis, 2010:195)

5) Metode Eksperimen

Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Siswa diberi kesempatan untuk melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri suatu objek, keadaan, atau proses sesusatu (Djamarah dan Zain, 2010:84).

6) Metode Inquiri

Menurut Piaget yang dikutip Mulyasa, bahwa metode inquiri merupakan metode yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan siswa lain (2010:108).


(16)

7) Metode Diskusi Kelompok

Roestiyah N.K (2008:15) berpendapat bahwa “Kerja kelompok adalah salah satu strategi pembelajaran. Suatu cara pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 atau 7 siswa. Mereka bekerja sama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan oleh guru.

8) Metode Karya Wisata

Metode kaarya wisata adalah suatu cara menyajikan materi pelajaran dengan membawa siswa ke objek yang akan dipelajari, dan objek tersebut berada di luar kelas. Alasannya bahwa objek tersebut hanya berada di luar kelas dan pengamatan langsung terhadap objek tersebut adalah lebih baik (Subandijah, 1996:135)

9) Metode Discovery

Menurut Rohani (2004:39) discovery adalah metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa siswa di samping sebagai objek pembelajaran, mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai kemampuan yag mereka miliki.

10)Metode Penugasan

Metode penugasan adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, tugas yang harus dikerjakan siswa bisa secara individual atau secara kelompok (Djamarah dan Zain, 2010:85).


(17)

2.3.1 Metode Pembelajaran Diskusi Kelompok

Dalam kegiatan pembelajaran ada dua unsur pokok kegiatan yaitu unsur kegiatan guru dan unsur kegiatan siswa. Guru melakukan kegiatan terpilih dalam upaya menyampaikan materi dan siswa melakukan serangkaian kegiatan yang disediakan oleh guru sehingga terjadi proses belajar. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri, Djamarah (2010:45) bahwa “Pembelajaran merupakan proses mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar anak didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik untuk melakukan proses belajar”.

Pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok mempunyai arti bahwa dalam menyelesaikan tugasnya siswa diwajibkan untuk berdiskusi dan bekerja sama dengan anggotanya, karena diskusi kelompok memungkinkan siswa belajar secara efektif dan saling membantu. Roestiyah N.K (2008:15) berpendapat bahwa “Kerja kelompok adalah salah satu strategi pembelajaran. Suatu cara pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 atau 7 siswa. Mereka bekerja sama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan oleh guru”. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah anggota dalam setiap kelompok biasanya disesuaikan dengan kebutuhan, karena tidak ada patokan yang pasti tentang jumlah anggota kelompok.

Beberapa manfaat diskusi kelompok menurut Syaiful Bahri, Djamarah (2010:55), yaitu:


(18)

1) Kerja kelompok akan meningkatkan hasil belajar baik secara kualitatif maupun kuantitatif

2) Keputusan kelompok mudah diterima oleh setiap anggota, karena setiap anggota ikut memikirkan dan memutuskan

3) Melalui kerja kelompok dapat dikembangkan perasaan sosial dan pergaulan yang baik

4) Dalam kerja kelompok, individu saling membantu dan saing mengkoreksi kesalahan, ada toleransi satu sama lain.

2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Diskusi Kelompok

Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam teknik belajar diskusi kelompok menurut Roestiyah N.K (2008:16). Beberapa kelebihan metode belajar kelompok yaitu:

1) Tercapai lebih efektif tujuan pembelajaran

2) Keterampilan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah sehingga mempercepat penyelesaian suatu masalah.

3) Meningkatkan kemampuan komunikasi, baik komunikasi lisan atau komunikasi non lisan

4) Menimbulkan keterampilan antarpersonal siswa seperti keterampilan pendelegasian

5) Menimbulkan ciri-ciri sikap yang diharapkan, seperti timbulnya kepercayaan terhadap diri sendiri dan anggota kelompok.

Beberapa kekurangan metode belajar kelompok yaitu :

1) Kesulitan dalam organisasinya, hingga pengukurannya sering dilakukan dengan ukuran yang subjektif.

2) Timbulnya masalah sikap para anggota kelompok, sehingga siswa sering merasa percuma berpendapat karena hal ini akan membuang waktu saja atau takut dalam ambil bagian.

2.3.3 Langkah-langkah Pembelajaran Diskusi Kelompok yaitu :

Menurut Roestiyah N.K (2008:20) langkah-langkah pembelajaran diskusi kelompok antara lain sebagi berikut :


(19)

1) Pendahuluan

a) Menyebutkan tujuan pembelajaran

b) Menyebutkan manfaat apa yang akan diperoleh siswa dari pembelajaran.

c) Membagi siswa dalam kelompok.

d) Menentukan tugas masing-masing kelompok. 2) Pengembangan

a) Siswa secara berkelompok melaksanakan tugas yang telah diberikan, yaitu setiap kelompok mengidentifikasi benda-benda yang termasuk bangun ruang dan mencatatnya di buku tulis.

b) Guru memantau kegiatan siswa dalam setiap kelompok. Jika ada kelompok yang kurang aktif guru memotivasinya.

c) Secara berkelompok siswa mengerjakan tugas lanjutan yang diberikan guru.

d) Guru mencatat kelompok mana yang hasilnya kurang.

e) Setelah waktunya selesai, guru memberikan penguatan kepada kelompok secara klasikal dan diharapkan siswa belajar dari kesalahannya.

3) Penerapan

a) Secara indivudu dalam kelompok siswa mengerjakan soal-soal yang diberikan.

b) Guru berkeliling, jika ada masalah individual segera dipecahkan dalam kelompok, jika adalah masalah umum direvisi secara klasikal.

4) Penutup

a) Secara klasikal guru membuat kesimpulan tentang materi-materi penting yang baru dipelajari.


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) adalah satu penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi meningkat. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan satu model penelitian yang dikembangkan di kelas. Menurut Kurnia Septa (dalam Sekolah Dasar.net) PTK adalah penelitian ilmiah didasarkan pada adanya masalah

pembelajaran dan tindakan perbaikan untuk memecahkan masalah dalam kelas yang diajar. Dengan membuat PTK akan mampu menciptakan formula untuk memperbaiki kualitas hasil belajar siswa. Dengan demikian pendidikan akan lebih baik.

A. Setting Penelitian 1) Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung dengan jumlah siswa 35 orang yang terdiri dari 18 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki.

2) Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung Jalan Hayam Wuruk gang Mangga No 15 Kedamaian Bandar Lampung.


(21)

3) Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

B. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (Classroom action research)

Siklus I

Siklus II

Gambar 1: Alur pelaksanaan tindakan kelas (Arikunto : 2007)

1) Tahap Perencanaan Tindakan

Dalam kegiatan perencanaan ini, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:

a) Menetapkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) b) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan

diterapkan dalam proses belajar mengajar

Perencanaan Pelaksanaan

Observasi Refleksi

Perencanaan

Observasi Refleksi

Pelaksanaan


(22)

c) Menentukan skenario pembelajaran

d) Mempersiapkan sumber, bahan dan alat bantu yang dibutuhkan e) Menyusun lembar kerja siswa (LKS)

f) Mengembangkan format evaluasi untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang disajikan

g) Menyiapkan panduan observasi dan soal-soal tes.

2) Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini menerapkan kegiatan pembelajaran matematika pada materi bangun ruang dengan metode Diskusi Kelompok. Adapun urutan kegiatan sebagai berikut:

Kegiatan Awal (5 menit)

a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan.

b) Guru mengajak siswa mengidentifikasi macam-macam bangun ruang, hal ini bertujuan untuk memberikan motivasi kepada siswa dalam mengikuti proses pembelajaran tentang bangun ruang.

c) Membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari 6 siswa untuk tiap kelompok.

Kegiatan Inti (65 menit)

a) Guru memberikan tes awal (pre tes) untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan dipelajari

b) Guru memberikan penjelasan tentang cara membedakan bangun datar dan bangun ruang.


(23)

c) Guru memberikan penjelasan tentang bangun ruang.

d) Guru memberi beberapa soal (LKS) berupa cara mencari volume bangun ruang yang telah dijelaskan sebelumnya kepada seluruh kelompok.

e) Masing-masing kelompok bekerja sama untuk memecahkan soal yang diberikan.

f) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil jawabannya ke depan kelas.

g) Guru dan siswa mengoreksi jawaban yang diberikan.

Kegiatan Penutup (5 menit)

a) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang disampaikan pada hari ini. b) Guru dan siswa merencanakan waktu untuk melakukan pos tes (evaluasi) untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.

3) Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan dengan mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan observasi, peneliti dibantu oleh teman sejawat yang telah diberikan ijin oleh kepala sekolah untuk memperoleh data yang berkaitan dengan aktivitas belajar siswa dengan memberi tanda checklist (√) pada instrument lembar observasi.


(24)

4) Refleksi terhadap tindakan

Setelah melakukan tindakan dan pengamatan peneliti melakukan refleksi yang mencakup analisis dan penilaian. Dari hasil refleksi kemungkinan muncul permasalahan yang perlu mendapat perhatian, sehingga peneliti melakukan perencanaan ulang, tindakan ulang dan pengamatan ulang serta refleksi ulang. Tahapan ini akan dilakukan secara berulang dan berkelanjutan sampai permasalahan sudah bisa diatasi dengan siklus, rencana, tindakan, observasi dan refleksi.

C. Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan dua teknik, yaitu: teknik tes dan teknik non tes. Sumber data penelitian akan diperoleh secara langsung dari respon siswa.

1) Alat pengumpulan data a) Instrumen observasi

Instrumen observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan kinerja guru dengan menggunakan instrumen lembar observasi.

b) Tes hasil belajar

Tes hasil belajar digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada materi bangun ruang.

2) Jenis data

Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. a) Data kuantitatif


(25)

Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dengan menggunakan instrumen tes formatif pada siklus I dan II. Data kuantitatif ini diperoleh dengan menghitung rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa. Hasil tes formatif (tes akhir) dianalisis menggunakan rumus :

̅ ∑

Keterangan :

̅ : nilai rerata kelas

∑ : jumlah semua nilai siswa : banyak siswa

(Arikunto, 2010:264)

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

Analisis ini dilakukan pada saat refleksi. Hasil analisis ini digunakan untuk melakukan perencanaan lanjutan dalam siklus selanjutnya. Hasil analisis juga dijadikan bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran atau bahkan mungkin sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan model pembelajaran yang tepat, Agip(2006:41). Adapun kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa dalam % adalah sebagai berikut:


(26)

Tabel 3.2. Kriteria TingkatKeberhasilan Siswa Tingkat Keberhasilan Arti

>80 Sangat tinggi

60-79 Tinggi

40-59 Sedang

20-39 Rendah

>20 Sangat rendah (Sumber: Agip, 2006:41)

b) Data kualitatif

Data kualitatif adalah data yang diambil dari kegiatan observasi aktivitas. Data observasi untuk mengetahui kesulitan siswa dan guru selama proses pembelajaran. Analisis ini bertujuan untuk mengungkapkan semua prilaku siswa dan guru dalam pembelajaran siklus I dan II. Nilai aktivitas siswa diperoleh dengan rumus :

Keterangan :

NP : nilai yang dicari atau diharapkan

R : ∑

Sm : ∑ 100 : bilangan tetap

D. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu kegiatan untuk mencermati setiap langkah yang dibuat mulai dari tahap persiapan, proses pembelajaran, hingga kegiatan akhir. Apakah


(27)

setiap proses kegiatan sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Demikian juga dengan analisis data pada PTK adalah analisis terhadap hasil kegiatan pembelajaran. Analisis dilakukan untuk memperkirakan apakah semua aspek pembelajaran yang terlibat didalamnya sudah sesuai dengan kapasitas. (Aunurrahman, dkk. 2009 :9). Analisis data yang dilakukan adalah:

a) Mengambil semua data dari hasil pengamatan siklus 1. Baik data kualitatif maupun data kuantitatif dengan menggunakan rumus:

b) Menganalisis data hasil belajar matematika dengan membuat tabulasi persentase yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik

c) Menguji keberhasilan penelitian dengan cara membandingkan hasil pengolahan data dengan indikator keberhasilan antara tes siklus I, siklus II.

E. Prosedur Penelitian

Seperti telah dikemukakan pada bagian terdahulu, bahwa penelitian tindakan kelas berjalan melalui siklus-siklus dalam sebuah spiral, di mana setiap siklus terdiri dari 4 (empat) tahapan kegiatan yang terus berulang dan meningkat. Sejalan dengan itu maka prosedur pelaksanaan penelitian ini diwujudkan dalam bentuk tahapan-tahapan siklus yang berkesinambungan dan berkelanjutan, di mana untuk setiap siklus terdiri dari 4 (empat) tahapan langkah yang secara garis besar adalah: 1) membuat perencanaan tindakan /perbaikan, 2) implementasi atau pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan, 3) melakukan observasi atau pengamatan atas tindakan perbaikan yang dilakukan, dan 4) melakukan refleksi, termasuk di


(28)

dalamnya analisis, interpretasi dan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan, sehingga bisa diketahui tindakan-tindakan mana yang sudah berhasil sesuai rencana dan tindakan mana yang masih perlu diperbaiki lebih lanjut pada siklus berikutnya.

Untuk lebih jelasnya, prosedur pelaksanaan penelitian ini bisa dipaparkan sebagai berikut:

Siklus 1:

1) Perencanaan Tindakan

a) Mempersiapkan perangkat pembelajaran b) Mempersiapkan skenario pembelajaran

2) Implementasi atau pelaksanaan tindakan

Kegiatan Awal (5 menit)

a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan.

b) Guru mengajak siswa mengidentifikasi macam-macam bangun ruang, hal ini bertujuan untuk memberikan motivasi kepada siswa dalam mengikuti proses pembelajaran tentang bangun ruang. c) Membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari 6 siswa untuk

tiap kelompok. Kegiatan Inti (65 menit)

a) Guru memberikan tes awal (pre tes) untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan dipelajari


(29)

b) Guru memberikan penjelasan tentang cara membedakan bangun datar dan bangun ruang.

c) Guru memberikan penjelasan tentang bangun ruang prisma tegak segitiga.

d) Guru memberi beberapa soal (LKS) berupa cara mencari volume prisma tegak segitiga kepada seluruh kelompok.

e) Masing-masing kelompok bekerja sama untuk memecahkan soal yang diberikan.

f) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil jawabannya ke depan kelas.

g) Guru dan siswa mengoreksi jawaban yang diberikan.

Kegiatan Penutup (5 menit)

a) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang disampaikan pada hari ini.

b) Guru dan siswa merencanakan waktu untuk melakukan pos tes (evaluasi) untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.

3) Observasi atau pengamatan terhadap tindakan

Observasi dilakukan berbarengan dengan tindakan. Untuk mengamati hal berikut ini:

a) Jumlah siswa yang aktif dan tidak aktif b) Ketepatan waktu dalam menampaikan materi c) Kendala yang dihadapi


(30)

d) Kondisi yang mendukung

4) Refleksi

Analisis, interpretasi dan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan, sehingga bisa diketahui tindakan-tindakan mana yang sudah berhasil sesuai rencana dan tindakan mana yang masih perlu diperbaiki lebih lanjut pada siklus berikutnya.

Siklus II

1) Perencanaan tindakan

a) Mempersiapkan perangkat pembelajaran b) Mempersiapkan skenario pembelajaran

2) Tindakan

Kegiatan Awal (5 menit)

a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan.

b) Membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari 6 siswa untuk tiap kelompok.

Kegiatan Inti (65 menit)

a) Guru mengulas secara singkat materi pada pertemuan sebelumnya. b) Guru memberikan soal pre tes untuk mengetahui pengetahuan awal

siswa tentang tabung.


(31)

d) Guru memberi beberapa soal (LKS) tabung kepada seluruh kelompok. e) Masing-masing kelompok bekerja sama untuk memecahkan soal yang

diberikan.

f) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil jawabannya ke depan kelas.

g) Guru dan siswa mendiskusikan jawaban yang diberikan.

Kegiatan Penutup (5 menit)

a) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang disampaikan pada hari ini. b) Guru dan siswa merencanakan waktu untuk pertemuan berikutnya

untuk mengerjakan soal evaluasi.

3) Observasi

Obsevasi dilakukan berbarengan dengan tindakan. Untuk mengamati hal berikut ini:

a) Jumlah siswa yang aktif dan tidak aktif b) Ketepatan waktu

c) Kendala yang dihadapi d) Kondisi yang mendukung

4) Refleksi

Analisis, interpretasi dan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan, sehingga bisa diketahui tindakan-tindakan mana yang sudah berhasil


(32)

sesuai rencana dan tindakan mana yang masih perlu diperbaiki lebih lanjut pada siklus berikutnya.

F. Indikator Keberhasilan

Sebagai indikator keberhasilan belajar yang diharapkan dalam penelitian yang dilakukan ini adalah apabila aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika materi bangun ruang telah menunjukan peningkatan pada setiap siklus nya. Apabila ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar dari siklus I ke siklus II > 70%.


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung pada mata pelajaran matematika dalam materi bangun ruang dapat disimpulkan:

1. Penerapan diskusi kelompok dalam pembelajaran matematika pada materi bangun ruang ternyata dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung. Hal ini sesuai dengan pengamatan observer yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I sampai siklus II.

2. Penerapan diskusi kelompok dalam pembelajaran matematika pada materi bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung.

5.2 Saran

1. Kepada siswa, untuk senantiasa menjaga dan memupuk motivasi belajar dengan demikian semangat belajar akan terus terbina yang secara otomatis akan membentuk budaya senang belajar.

2. Kepada guru, sebaiknya menerapkan diskusi kelompok dalam proses pembelajaran, karena dengan diskusi kelompok siswa akan lebih mudah


(34)

memahami berbagai materi pelajaran karena dapat saling bertukar ilmu dengan sesama teman, siswa yang memiliki kepandaian lebih, dapat membantu temannya yang belum memahami materi yang disampaikan guru. Selain itu diskusi kelompok dapat menciptakan komunitas belajar (learning comunity) yang pada akhirnya menciptakan peningkatan pada aktivitas dan hasil belajar siswa.

3. Kepada Kepala Sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran yang berkaitan dengan diskusi kelompok, agar proses pembelajaran dapat berlangsung lebih baik sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Sekolah juga hendaknya lebih memperhatikan sistem terpadu yang dapat mendukung segala aktifitas belajar terutama terkait dengan kedisiplinan para siswa dan kinerja guru.

Kepada Peneliti agar dapat menggunakan metode diskusi kelompok dalam proses pembelajaran sebagai alternatif pemecahan masalah yang dalam hal ini telah diteliti dan dikaji secara komprehen


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Agib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. CV Irama Widya. Bandung.

Dimyati dan Mudjiono., 1999. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hakim, Thursan,. 2002, Belajar Secara Efektif. Sindur pres, Semarang

Hamalik, Oemar., 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. NCTM Fourseasonnews.,2012. (online) http://www.fourseasonnews.com/2012

/06/pengertian-matematika.html)

Nurkencana, Wayan. 1986. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Usaha Nasional. Sofyan., 2007. (online)

http://zahra-abcde.blogspot.com/2010/04/mengajar-matematika-dengan-pendekatan.html

Sudarman Benu., 2000. (online) http://zahraabcde.blogspot.com/ 2010/04/ mengajar - matematika- dengan- pendekatan.html

Sudjana., 2004, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdikarya, Bandung

Sumiati, Dra. & Asra, M.Ed.,2009, Metode Pembelajaran.Wacana Prima, Bandung.

Sutikno, Sobry M., 2012, Strategi Belajar Mengajar, Refika Aditama, Bandung Widiyarti dan Suranto., 2009, Konsep Mutu dalam Manajemen Pendidikan


(1)

d) Kondisi yang mendukung

4) Refleksi

Analisis, interpretasi dan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan, sehingga bisa diketahui tindakan-tindakan mana yang sudah berhasil sesuai rencana dan tindakan mana yang masih perlu diperbaiki lebih lanjut pada siklus berikutnya.

Siklus II

1) Perencanaan tindakan

a) Mempersiapkan perangkat pembelajaran b) Mempersiapkan skenario pembelajaran

2) Tindakan

Kegiatan Awal (5 menit)

a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan.

b) Membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari 6 siswa untuk tiap kelompok.

Kegiatan Inti (65 menit)

a) Guru mengulas secara singkat materi pada pertemuan sebelumnya. b) Guru memberikan soal pre tes untuk mengetahui pengetahuan awal

siswa tentang tabung.


(2)

d) Guru memberi beberapa soal (LKS) tabung kepada seluruh kelompok. e) Masing-masing kelompok bekerja sama untuk memecahkan soal yang

diberikan.

f) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil jawabannya ke depan kelas.

g) Guru dan siswa mendiskusikan jawaban yang diberikan.

Kegiatan Penutup (5 menit)

a) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang disampaikan pada hari ini. b) Guru dan siswa merencanakan waktu untuk pertemuan berikutnya

untuk mengerjakan soal evaluasi.

3) Observasi

Obsevasi dilakukan berbarengan dengan tindakan. Untuk mengamati hal berikut ini:

a) Jumlah siswa yang aktif dan tidak aktif b) Ketepatan waktu

c) Kendala yang dihadapi d) Kondisi yang mendukung

4) Refleksi

Analisis, interpretasi dan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan, sehingga bisa diketahui tindakan-tindakan mana yang sudah berhasil


(3)

sesuai rencana dan tindakan mana yang masih perlu diperbaiki lebih lanjut pada siklus berikutnya.

F. Indikator Keberhasilan

Sebagai indikator keberhasilan belajar yang diharapkan dalam penelitian yang dilakukan ini adalah apabila aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika materi bangun ruang telah menunjukan peningkatan pada setiap siklus nya. Apabila ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar dari siklus I ke siklus II > 70%.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung pada mata pelajaran matematika dalam materi bangun ruang dapat disimpulkan:

1. Penerapan diskusi kelompok dalam pembelajaran matematika pada materi bangun ruang ternyata dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung. Hal ini sesuai dengan pengamatan observer yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I sampai siklus II.

2. Penerapan diskusi kelompok dalam pembelajaran matematika pada materi bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung.

5.2 Saran

1. Kepada siswa, untuk senantiasa menjaga dan memupuk motivasi belajar dengan demikian semangat belajar akan terus terbina yang secara otomatis akan membentuk budaya senang belajar.

2. Kepada guru, sebaiknya menerapkan diskusi kelompok dalam proses pembelajaran, karena dengan diskusi kelompok siswa akan lebih mudah


(5)

memahami berbagai materi pelajaran karena dapat saling bertukar ilmu dengan sesama teman, siswa yang memiliki kepandaian lebih, dapat membantu temannya yang belum memahami materi yang disampaikan guru. Selain itu diskusi kelompok dapat menciptakan komunitas belajar (learning comunity) yang pada akhirnya menciptakan peningkatan pada aktivitas dan hasil belajar siswa.

3. Kepada Kepala Sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran yang berkaitan dengan diskusi kelompok, agar proses pembelajaran dapat berlangsung lebih baik sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Sekolah juga hendaknya lebih memperhatikan sistem terpadu yang dapat mendukung segala aktifitas belajar terutama terkait dengan kedisiplinan para siswa dan kinerja guru.

Kepada Peneliti agar dapat menggunakan metode diskusi kelompok dalam proses pembelajaran sebagai alternatif pemecahan masalah yang dalam hal ini telah diteliti dan dikaji secara komprehen


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Agib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. CV Irama Widya. Bandung.

Dimyati dan Mudjiono., 1999. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hakim, Thursan,. 2002, Belajar Secara Efektif. Sindur pres, Semarang

Hamalik, Oemar., 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. NCTM Fourseasonnews.,2012. (online) http://www.fourseasonnews.com/2012

/06/pengertian-matematika.html)

Nurkencana, Wayan. 1986. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Usaha Nasional. Sofyan., 2007. (online)

http://zahra-abcde.blogspot.com/2010/04/mengajar-matematika-dengan-pendekatan.html

Sudarman Benu., 2000. (online) http://zahraabcde.blogspot.com/ 2010/04/ mengajar - matematika- dengan- pendekatan.html

Sudjana., 2004, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdikarya, Bandung

Sumiati, Dra. & Asra, M.Ed.,2009, Metode Pembelajaran.Wacana Prima, Bandung.

Sutikno, Sobry M., 2012, Strategi Belajar Mengajar, Refika Aditama, Bandung Widiyarti dan Suranto., 2009, Konsep Mutu dalam Manajemen Pendidikan


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 2 SUMUR PUTRI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 47

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PADA SISWA KELAS VI SDN 2 SUMUR PUTRI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012/2013

0 6 52

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG PERKEMBANGBIAKAN TUMBUHAN DENGAN PENDEKATAN TUTOR SEBAYA PADA SISWA KELAS VI C SD NEGERI 2 KEDAMAIAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 42

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS V SDN 2 SUMBEREJO BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 12 42

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 3 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 8 41

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI LUAS BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIVE TIPE STAD SISWA KELAS VI B SD TUNAS HARAPAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 45

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK BAGI SISWA KELAS IV SDN 2 TANJUNG SARI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 50

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN RUANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS VI A SDN 2 KEDAMAIAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 13 35

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE KERJA KELOMPOK TERHADAP SISWA KELAS V B SDN 2 KEDAMAIAN BANDAR LAMPUNG

1 4 39

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 2 KUPANG TEBA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 3 38