Kualitas layanan dan kualitas P

BAB III
DASAR TEORI
3.1. Pengertian Blending.
Blending ialah suatu tahapan yang masih masuk dalam proses pengolahan batubara, pengertian
blending yaitu suatu proses pencampuran beberapa batubara yang memiliki kualitas rendah atau kualitas
yang berbeda sehingga membentuk satu batubara dengan kualitas tertentu yang diinginkan. Target
kualitas yang ingin dicapai dalam blending berbeda-beda. Ada yang menjadikan Sulfur sebagai target
pencapaian ada juga yang menjadikan kalori sebagai acuan target yang ingin dicapai.
Rumus dasar perhitungan Blending.

(Batubara A x P) +( Batubara B x P )
n
= Batubara
C

Dimana :
Batubara A
Batubara B
Batubara C
n
P


=
=
=
=
=

Batubara yang akan dicampur.
Sebagai pencampur batubara A.
Batubara dari hasil akhir pencampuran.
Banyaknya batubara dari pencampur dan yang dicampur
Parameternya.

3.2. Perhitungan Blending.
Proses perhitungan blending yang perlu diperhatikan dalam menghitung dan mengkalkulasi
blending adalah bahwa hanya kualitas yang bersifat kuantitatif yang bisa langsung dihitung dengan
cumulatif. Sedangkan kualitas yang kualitataif tidak bisa dihitung secara matematika. Perhitungan hasil
pencampurannya lebih bersifat probablilty atau kemungkinan saja, dan tidak dapat dipastikan. Parameter
kuantitatif adalah parameter yang dalam satuannya terdapat unsur berat seperti Kalorific Value
( Kcal/kg ), TM, IM, Ash, VM, dan Ultimate semuanya dinyatakan dalam persen ( % ) berat dan lain – lain.

Contoh rumus yang parameternya kuantitatif.
NGV = ( GCV x
) - ( 49,2 H + 5,5 W )

Dimana :
TM
= total moisture
Mi
= inherent moisture
H
= kadar hidrogen
W
= jumlah total moisture + total moisture pengganti abu

(tiap 10 % abu  1 % air)
Sedangkan parameter yang kualitatif misalnya adalah AFT, HGI, Sweeling index, dan lain-lain.
Adapula parameter yang kuantitatif tetapi tidak bisa langsung dihitung dengan kumulatif berat
batubara yang dicampurkan. Dalam hal ini parameter tersebut dapat dikatakan indirect kuntitatif. Untuk
parameter jenis ini harus dikalkulasi dulu agar parameter tersebut dapat dinyatakan sebagai % berat atau
satuan berat dalam in coal. Parameter ini biasanya dinyatakan bukan in coal melainkan dalam kondisi

yang lain. Contoh parameter ini adalah Ash Analysis, dimana % masing-masing parameter komponen
abu tersebut dinyatakan dalam % in Ash.
Oleh karena itu, persen tersebut terlebih dahulu harus dikonversikan kedalam % in coal, baru dapat
dikalkulasikan dangan kumulatif. Namun demikian apabila batubara yang diblending memiliki kadar abu
yang sama, maka perhitungan Ash analysis tersebut dapat dihitung dengan kumulatif langsung.
Selain kualitas yang penting dalam blending adalah sistem blending itu sendiri. Kesempurnaan
batubara hasil blending tergantung pada homogenitas pencampurannya.Dalam suatu blending semakin
kecil proprsi blending pencampuran semakin homogen hasil blending tersebut. Blending merupakan
salah satu teknik di dalam pengendalian mutu. Oleh karena itu, dalam memilih cara blending harus
memperhatikan keuntungan cara dan biaya yang dikeluarkan untuk mencapai hasil yang homogen. Ada
dua jenis parameter yang berbeda dalam mem-blending batubara, yaitu :
- Parameter aditif yaitu parameter yang apabila kita mem-blending 1000 ton batubara yang mempunyai
kandungan ash 14% dengan 1000 ton batubara yang mempunyai kandunganash 16%, akan diperoleh
2000 ton batubara dengan kandungan ash 15%. Parameter-parameter yang mempunyai sifat aditif antara
lain, kandungan ash, moisture, dan total sulfur.
- Parameter yang mempunyai sifat nonaditif maupun aditif, misalkan bila kita mencampurkan 1000 ton
batubara yang mempunyai indeks HGI 48 dengan 1000 ton batubara yang mempunyai indeks HGI 52
mungkin saja tidak diperoleh 2000 ton batubara yang indeks HGI 50. Untuk mengetahui hasil blending-an
ini harus diadakan percobaan. Parameter-parameter dalam batubara yang mempunyai
sifat aditif maupun nonaditif antara lain Hardgrove Grindability Index, Ash Fusion Temperature, Crucible

Swelling Number, Plasticity, Gray King Coke.
3.3.

a.
b.
c.
d.
e.

3.3.1.

Parameter Kualitas Batubara
Adapun baberapa macam parameter-parameter kualitas batubara yang perlu diketahui dalam
melakukan blending adalah sebagai berikut :
Analisa Proximate
Analisa Ultimate
Analisa Kalori ( Callorific Value )
Analisa HGI ( Hardgrove Grindability Index )
Analisa Total Sulfur


Analisa Proximate.
Merupakan analisa pendahuluan untuk mengetahui kualitas batubara secara pasar maupun
perdangangan. Sifatnya mendasar dan hanya dilakukan untuk mengetahui hal-hal pokok unsur
pembentuk batubara. Analisis proximate terdiri dari 4 nilai analisis yang jika dijumlahkan akan bernilai
100%, yaitu :

a.

Kandungan Air / Lengas.
Metode ini untuk menentukan kadar air lembab dalam contoh yang akan dianalisa. Kandungan air
batubara sangat tergantung dengan kondisi batubara yang akan dianalisa.
Nilai Moisture dapat digunakan untuk menghitung hasil-hasil analisa kedalam basis (kondisi) yang
berbeda misalnya dry basis, dry ash free, mineral matter free, as received, dan lain-lain.
Perhitungan ini dilakukan untuk membandingkan dua hasil analisis contoh yang sama tetapi
dilakukan pada tempat yang berbeda atau diperlukan juga untuk pengklasifikasian batubara. Keberadaan
kandungan air pada batubara dari waktu ke waktu dan dari suatu tempat ke tempat lainnya dapat
berubah mengiluti perubahan kondisi dimana contoh tersebut berada. Sebaiknya pengepakan dilakukan
denagn hati-hati sehingga kehilangan kadar air selama pengangkutan diatasi seminimal mungkin.

-


Lengas dapat menempel dipermukaan partikel atau didalam partikel batubara, yaitu :
Kadar lengas bebas ( free moisture )
Kadar lengas inherent ( inherent moisture )
Kadar lengas total ( total moisture )
Air yang terkandung dalam batubara menyebabkan penurunan mutu batubara karena :
Menurunkan nilai kalori dan memerlukan sejumlah kalor untuk penguapan
Menurunkan titik nyala
Memperlambat proses pembakaran dan menambah volume gas buang
b.

Kandungan Abu / Ash Content.
Metode ini untuk menentukan kandungan abu dari contoh batubara. Dalam analisa batubara, abu
didefinisikan sebagai sisa pembakaran yang tinggal setelah batubara dipijarkan. Sisa ini merupakan hasil
perubahan kimia ketika proses pengabuan terjadi.
Abu merupakan residu anorganik yang terjadi setelah batubara dibakar yang terdiri dari oksidaoksida logam maupun nonlogam. Kandungan abu dalam batubara dapat menurunkan nilai kalor yang
akan terbawa bersama gas pembakaran melalui ruang bakar dan daerah konveksi dalam bentuk abu
terbang. Semakin tinggi kandungan abu dan tergantung komposisinya mempengaruhi tingkat
pengotoran ( fouling ), keausan dan korosi alat yang dilalui.
Di dalam dapur atau dalam generator gas, abu dapat meleleh pada suhu tinggi menghasilkan massa

yang disebut slag.
c.

Zat Terbang / Volatile Matter.
Metode ini untuk menentukan kandungan senyawa volatile/zat terbang sesuai dengan metode
standar yang digunakan. Zat terbang terdiri atas gas-gas yang mudah terbakar seperti H 2, CO, metan,
H2O, dan gas CO2. Zat terbang mempunyai hubungan erat dengan rank batubara, makin kecil prosentase
zat terbang makin tinggi rank batubara.
Untuk menganalisanya maka contoh ditempatkan si crusible/cawan/besi amu keramik, kemudian
dimasukkan ke oven 7-10 menit. Sehingga akan tertinggal residu padat yang terdiri dari karbon dan
mineral yang telah berubah bentuk. Ini untuk menetukan batas tinggi rendahnya kadar abu.
d.

Karbon Tertambat / Fixed Carbon.
Karbon tertambat atau fixed carbon adalah karbon yang terdapat dalam batubara yang berupa zat
padat. Jumlahnya ditentikan oleh kadar air, abu, dan zat terbang. Data analisa fixed carbon dipakai dalam

klasifikasi batubara. Proses pembakaran dan proses permentasi fixed carbon kemungkinan mengandung
sedikit prosentase nitrogen, sulfur, dan hidrogen. Perbandingan antar fixed carbon dengan volatile
matter disebut rasio bahan bakar (fuel ratio).

Fixed carbon (%) = 100 – (% VM + % M + % Ash)
% Fixed carbon
Rasio Bahan Bakar ( fuel Ratio ) =
% Volatile Matter
3.3.2.

Analisa Ultimate.
Merupakan analis sederhana yang menunjukkan unsur pembentuk batubara dengan
mengabaikan senyawa-senyawa kompleks yang ada. Sebagian besar senyawa organik penyusun
batubara terdiri dari C dan H dan biasanya jumlah nitrogen di dalam batubara nilainya lebih rendah
daripada unsur lain.
Hasil analisa ultimat digunakan untuk menetukan kualitas dan jenis lapisan batubara selama penyelidikan
cadangan batubara, sehingga dapat ditentukan kelas atau keperluan teknis lainnya.
Pada umumnya hasil analisis ini dilaporkan dengan basis daf atau dmmf. Unsur yang diperoleh
adalah :

1.

Karbon dan hidrogen.
pembentuk utama bahan organik dalam batubara. Terlepas dalam bentuk CO2 dan H2O sewaktu

pembakaran. Akan tetapi CO2 ada juga dari karbonat dan H2O dari lempung.

2.

Nitrogen.

3.

4.

Berasosisisai hanya dengan bahan organi. Dapat mendorong terjadinya polusi bila batubara terbakar.
Sulfur.

-

Terdapat dalam 3 bentuk yaitu :
- Sulphur organik
: terikat dengan bahan organik
Sulfur piritik ( FeS2) : bagian dari mineral sulpida, dapat dihilangkan dengan pencucian.
Sulfur Sulfat

: kebanyakan sebagai kalsium sulfat, natrium sulfat, besi sulfat. Pirit dapat
dihilangkan pada saat penggerusan dan pencucian, karena hanya melekat secara fisik pada batubara.

Oksigen.
Okigen pada batubara diperlukan dari 100% dikurangi jumlah persen karbon, hidrogen, nitrogen, total
sulfur dan abu.
3.3.3. Nilai Kalori / Calorific Value.
Metode ini untuk menentukan nilai kaloari dari contoh menggunakan alat yaitu Calorimeter. Nilai
kalori adalah jumlah panas ( kalor ) yang dihasilkan oleh pembakaran sempurna contoh batubara di
laboratorium.
Di dalam analisa kualitas batubara di laboratorium menurut ASTM (AmericanStandart for Testing
Material), dilaporkan dengan menyebutkan beberapa dasar analisa kualitas batubara yaitu :
1. As Received (AR) adalah batubara hasil dari proses penambangan, sehingga masih diperhitungkan total
moisture dan abu yang ada pada batubara.
2. Air Dried Base (ADB) adalah batubara yang telah mengalami proses pemanasan lanjutan, sehingga
kandungan air bebasnya hilang pada kondisi temperatur dan kelembaban standar sehingga tidak

diperhitungkan lagi. Pada kondisi ini batubara dikatakan dalam dasar udara kering yang masih
mengandung abu dan inherent moisture.
3. Dried Basic (DB) adalah keadaan batubara kondisi dasar udara kering yang dipanaskan pada suhu

standar, sehingga batubara dalam kondisi dasar kering dan bebas dari kandungan air total tapi masih
mengandung abu.
4. Dried Ash Free (DAF) adalah batubara bersih dan bebas dari abu maupun total moisture.
5. Dried Mineral Matter Free (DMMF) adalah batubara bersih kering yang telah bebas dari mineral-mineral
pengotor yang berasal dari zat bukan organik pada batubara saat proses pembentukannya.
1.
2.

Adapun sifat-sifat kalori batubara adalah sebagai berikut :
Nilai Kalori batubara bergantung pada peringkat batubara. Semakin tinggi peringkat batubara, semakin
tinggi nilai kalorinya.
Pada batubara yang sama nilai kalori dapat dipengaruhi oleh moisture dan juga Abu. Semakin tinggi
moisture atau abu, semakin kecil nilai kalorinya.
3.3.4. Ash Fusion Temperature ( AFT ).
Ash Fusion Temperature yaitu menggambarkan karakteristik pelunakan dan pelelehan ash, dan
diukur menurut standar prosedur tertentu dengan cara pemanasan secara gradual terhadap sample
yang sudah disiapkan dalam bentuk cone untuk selanjutnya diamati profil perubahannya.
Analisa biasanya dilakukan dengan dua kondisi pemanasan, yaitu kondisi oksidasi dan kondisi
agak reduksi. Pada kondisi reduksi, pemanasan dilakukan dalam tabung pembakaran yang dialiri oleh
campuran 50% gas hidrogen dan 50% gas karbondioksida, sedangkan pada kondisi oksidasi pemanasan
dilakukan dalam tabung pembakaran yang dialiri oleh 100% gas karbondioksida. Sifat – sifat AFT adalah
sebagai berikut :
a. Ash Fusion Temperature dalam batubara sangat bervariasi, ada yang homogen dalam satu seam, ada
juga yang sangat heterogen baik secara vertikal seam maupun secara lateral.
b. Nilai AFT tergantung pada mineral matter yang dikandung oleh batubara.
c. Pada batubara produksi, nilai AFT dapat dipengaruhi oleh dilusi atau material yang terbawa pada saat
penambangan.
d. AFT tidak selalu dapat dikorelasikan dengan ash analysis, karena sebenarnya abu yang di gunakan pada
saat pengujian bentuknya bukan oksida semuanya, melainkan masih dalam bentuk mineral.
e. Adapun kegunaan dari AFT adalah :
f. Ash Fusion Temperature dalam utilisasi dijadikan indikasi karakteristik ash dalam pembakaran.
g. Nilai AFT rendah tidak diinginkan dalam utilisasinya karena dianggap dapat menyebabkan slagging atau
fouling pada pipa-pipa boiler.
h. AFT juga digunakan dalam membuat rumus empiris untuk memprediksi kecenderungan terjadinya
slagging dalam boiler.

3.3.5. Ash Analysis.
Analisa ash bertujuan untuk mengetahui kandungan abu yang terdapat pada batubara yaitu
apabila dilakukan pembakaran terhadap batubara, maka batubara akan meninggalkan sisa pembakaran
berupa abu. Abu batubara ini terdiri dari senyawa-senyawa seperti : SiO 2, Al2O3, TiO2, Fe2O3, Mn3O4,
MgO, CaO, Na2O3, K2O, P2O5. Pengetahuan mengenai komposisi sebenarnya dari ash sangat penting

untuk memprediksi karakteristik dan behaviour batubara jika digunakan dalam berbagai aplikasi di dunia
industri.
Sifat-sifat ash analisys :
a. Ash Analysis didalam batubara bersifat tidak typical dan bervariasi dari satu seam ke seam lainnya atau
didalam seam itu sendiri.
b. Kandungan komposisi abu tergantung pada unsur pembentuk batubara, dan juga dipengaruhi oleh abu
yang berasal dari luar seperti dilusi atau material yang terbawa selama penambangan.
c. Abu batubara dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu : Abu lignitic dan Abu Bituminous.

a.
b.
c.
d.

3.4. Blending Plan.
Sebelum pelaksanaan blending dilakukan, maka hal utama yang harus dilakukan adalah membuat
blending plan atau simulasi blending. Dimana dalam blending plan terdapat target kualitas yang ingin
dicapai, kualitas masing-masing batubara yang akan di blending, atau kebutuhan kualitas batubara yang
harus ditambang dan harus dicampurkan untuk memenuhi kualitas target yang sudah ditentukan. Hal ini
sangat penting dilakukan dalam rangka efiensi dari blending tersebut.
Dalam menyusun suatu blending plan hal-hal yang perlu diperhatikan dan ditentukan yaitu :
Parameter yang bersifat kualitatif.
Sensitifitas blending.
Strategi pencampuran.
Blending cost atau biaya blending.
3.4.1. Parameter Yang Bersifat Kualitatif.
Dalam mensimulasikan kualitas blending, yang harus diperhatikan adalah bahwa tidak semua
parameter kualitas batubara dapat disimulasikan dengan perhitungan cumulative. Parameter yang tidak
bisa dihitung secara cumulative adalah parameter yang bersifat kualitatif.
Untuk menentukan dari hasil blending untuk jenis parameter tersebut maka harus dibuat simulasi
composite, yaitu dengan mencampurkan batubara yang akan diblending dengan proporsi blending yang
sudah ditentukan, kemudian dianalisa. Hasil analisa tersebut merupakan prediksi kualitas hasil blending.

3.4.2. Sensitifitas Blending.
Sensitifitas blending adalah tingkat pengaruh dari suatu batubara blending terhadap hasil
blending. Sensifikasi blending ini menjadi hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan terutama pada
blending batubara dengan rasio kuantitas blending yang cukup tinggi. Sensitifitas blending ini sangat erat
kaitannya dengan efeinsi blending tersebut.
Suatu blending yang dilakukan dengan rasio kuantitas yang cukup besar akan menjadi tidak berarti
karena pengaruhnya tidak cukup signifikan dalam merubah kualitas asal. Nilai pengaruh dari suatu
blending sebagai contoh untuk menentukan sensitifitas blending untuk dua batubara dengan target
parameternya ialah sulfur batubara A, dimana batubara A sulfurnya 1.00% dan CV=5000, dan batubara B
sulfurnya 0.5% dan CV=5500.
Tabel.3.1.
Tabel simulasi
A

S = 1.00%

1

2

3

4

5

6

7

8

9

11

12

13

B

S = 0.50%

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

A+B

0.7

0.8

0.8

5

3

8

S A+B = ?

0.9

0.9

0.9

0.9

0.9

0.9

0.9

0.9

0.9

2

3

4

4

5

6

6

6

CV=5000
A

cal/g

1

2

3

4

5

6

7

8

9

11

12

13

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

525

516

512

510

507

506

505

505

504

504

503

503

0

7

5

0

1

3

6

0

5

2

8

6

14

15

16

1

1

1

503

503

502

3

1

9

CV=5500
B

cal/g

A+
B

CV A+B = ?

Dari tabel diatas terlihat bahwa minimum rasio blending untuk sulfur
13 : 1, diatas rasio ini nilainya
tidak signifikan karena perubahannya masih dalam toleransi flutuasi laboratorium untuk parameter
masing – masing.
Jadi sebagai patokan dalam menentukan sensitifitas blending adalah nilai toleransi laboratorium atau
yang disebut repeatability dari parameter yang dijadikan sebagai target.
Contoh lain dari rasio blending yang besar terhadap sensitifitas blending, misalnya pada manajement
monitoring. Misalnya suatu shipment dengan target muat 60000 ton dengan target sulfur 0.45 % dan
progress pemuatan sudah mencapai 58000 ton dengan sulfur 0.60. kekurangan 2000 ton.
Sedangkan shiepment tersebut memiliki range yang cukup lebar karena sensitifitas blending kecil.
Namun demikian keputusan penambahan 2000 ton tersebut harus mempertimbangkan aspek lain dan
hasil akhir kualitas.
Tabel. 3.2.
Rasio blending
Progress
Kekuranga
n
Kumulatif

58000

0.60

0.60

0.60

0.60

0.60

0.60

2000
60000

0.45
0.60

0.50
0.60

0.55
0.60

0.60
0.60

0.65
0.60

0.70
0.60

Secara teoritis terlihat diatas bahwa penambahan 2000 ton dengan sulfur 0.45% atau 0.70%
menghasilkan hasil kumulatif yang sama. Kalau hanya mempertimbangkan kualitas akhir saja, yang
paling ekonomis adalah dengan menambahkan batubara yang memiliki kadar sulfur 0.70%. Tapi dalam
mempertimbangkan homogenitas dari muatan, maka batubara yang cocok untuk menyelesaikan
shipment tersebut adalah 0.60 %

Untuk blending yang dilakukan dengan fasilitas blending yang memadai, sampling hanya
dilakukan satu kali yaitu pada batubara campuran. Sedangkan untuk blending yang menggunakan
fasilitas kurang memadai sampling dilakukan terhadap masing-masing batubara yang dicampurkan.
3.4.3.

1.
2.
3.
4.

Strategi Pencampuran.
Pencampuran suatu blending yang baik adalah dengan mencampurkan dua atau lebih batubara
menggunakan unit loading rate terkecil.
Sistem pencampuran atau blending yang mungkin terjadi dengan tingkat homogen yang mengecil secara
berurutan.
Unit Pencampur
Unit Rasio Pencampuran
Belt conveyor
Fee rate (tph)
Bucket Loader
Jumlah Bucket
Dump Truck
Jumlah Dump truck
Barge
Jumlah Barge
Dari unit pencampur yang pertama merupakan blending yang paling homogen karena memiliki unit
loading terkecil perhitungan waktu.
Sedangkan unit pencampur kedua sampal keempat memiliki unit loading besar sesuai dengan alat yang
digunakan untuk melakukan blending batubaranya.
Selain itu, blending dengan menggunakan unit seperti pada unit pencampur kedua dan ketiga harus
memperhitungkan jarak masing-masing batubara yang diblending. Karena pencampuran harus dilakukan
pada waktu yang sama, atau paling tidak berurutan pada tiap satuan rasio.
3.4.4. Blending Cost atau Biaya Blending.
Blending dapat dilakukan dari satu pit atau tambang yang sama dan juga pit yang berbeda.
Apabila blending dengan pit batubara dari pit yang berbeda maka blending cost penting untuk
diperhitungkan. Hal ini dikarenakan production cost dari pit tersebut berbeda dan juga harga jual dari
batubara-batubara blending juga berbeda. Biaya produksi harus dihitung sampai tempat dimana proses
blending dilakukan. Hal ini untuk mengontrol apakah ada benefit atau keuntungan dari proses blending.
Karena boleh jadi suatu blending bahkan merugikan kalau biaya cumulative cost dari batubara hasil
blending ada dibawah harga jual batubara tersebut.
3.5.

Strategi Sampling Pada Blending.
Sampling merupakan hal yang penting dalam proses strategi blending. Begitu juga dalam
blending batubara, sampling merupakan proses yang penting untuk penelitian atau ketetapan
perhitungan blending sangat ditentukan oleh reliabilitas samplingnya.
Lot sampling pada batubara dapat dilakukan dengan cara :
1. Masing-masing batubara yang diblending dijadikan lot masing – masing.
2. Masing-masing batubara tersebut dijadikan bagian dari lot batubara hasil blending.
Cara yang pertama biasanya dilakukan agar lebih menjamin bahwa hasil analisa dari batubara
blending benar-benar sesuai dengan perhitungan. Karena dengan cara ini proses pencampuran kualitas
terjadi dilaboratorium dengan proporsi yang lebih akurat. Dengan cara ini jumlah lot sample tergantung
dari banyaknya batubara jenis batubara yang diblending.

Strategi seperti ini sering digunakan pada rasio blending yang cukup besar atau kualitas batubara yang
diblending variabilitasnya cukup tinggi.
Sedangkan cara yang kedua adalah dengan menganggap bahwa masing – masing batubara
yang diblending merupakan bagian dari total lot. Jadi cara sampling seperti ini hanya memiliki satu lot
sample saja yang merupakan batubara campuran. Sedangkan banyaknya increment masing-masing
batubara sesuai dengan proporsi blendingnya.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Tahap-Tahapan Penambangan.
Penambangan dilakukan dengan sistem Back Filling, yaitu dimana penambangan yang dilakukan
tanpa membuat jenjang atau slope, dimana lapisan penutup batubara ( OB ) yang diambil dan digunakan
sebagai penutup atau menimbun kembali bekas tambang yang sudah habis diambil batubaranya.
4.1.1. Pengupasan Over Burden ( OB ).
Sebelum melakukan pengupasan OB dilakukan pengukuran untuk mengetahui volume OB,
karena setiap perusahaan mempunyai target produksi. Setelah pengukuran dilakukan, dilanjutkan proses
Blasting yang bertujuan untuk mempermudah proses pengupasan matrial, mudah dibongkar dan
mempermudah pemuatan dengan menggunakan Excavator .
Untuk Blasting, kedalaman lubang bor tidak boleh sampai pada lapisan batubara dan diberi jarak  1
meter agar tidak merusak kedudukan lapisan batubara.
Alat yang digunakan untuk pengupasan OB yaitu PC 1250 dan alat angkut HD 465. Sedangkan pada
dumpingan, untuk alat gusur Dozer. Dalam pengunaan alat harus diperhitungkan apakah alat tersebut
singkron atau bekerja secara baik, apabila alat tersebut tidak seimbang maka sangat merugikan,
disebabkan kostnya tinggi.

Foto 4.1.
Exsposet OB ( pengupasan over burden )
4.1.2. Cleaning Batubara
Cleaning yaitu proses untuk membersihkan matrial – matrial yang dalam bentuk partings yang
bertujuan untuk menghilangkan matrial pengotor pada lapisan atas batubara. Dalam cleaning ini tidak
bisa menggunakan alat pengupas OB tetapi menggunakan alat khusus yang pada bucket nya dipasang
Plat ( besi yang rata untuk menjaga permukaan batu bara tetap rata ). Dalam proses ini yang perlu
diperhatikan yaitu matrial pengotor seperti lumpur. Alat yang berlumpur tidak diperbolehkan untuk
cleaning karena bisa menambah pengotor, sehingga merusak nilai kalori batubara tersebut. Matrialmatrial yang bisa menjadi pengotor yaitu debu, lumpur, dan lain-lain. Alat yang digunakan untuk cleaning
yaitu PC 200 dan PC 300.

Foto 4.2.
Cleaning
Coal ( membersihk
an batubara )
Batubara
yang
sudah
selesai
dicleaning
tidak
boleh langsung di
ambil
batubara
nya( collect ) karna
dilakukan
pengukuran

terlebih dahulu pengukuran yang disebut mine coal yang bertujuan mengetahui volume batubara yang
akan diambil.
Batubara yang sudah di bersihkan ( cleaning ) tidak boleh dibiarkan lama-lama terbuka karena bisa
mengurangi atau mempengaruhi kualitas batubara yang disebabkan oleh faktor alam maupun faktor
manusia dan juga menghambat kemajuan tambang ( sequent tambang). Faktor alam yang
mempengaruhi kualitas batubara yaitu debu, hujan, dan juga lumpur, sedangkan faktor manusia
yang mempengaruhi kualitas batubara yaitu dari kotoran-kotoran atau sampah dari alat-alat mekanis
seperti oli maupun bahan bakar.

Foto 4.3.
Proses
Pembersihan
Batubara
Dengan
Menggunakan
Alat Mekanis
4.1.3. Pengam
bilan Batubara.
Dalam
pengambilan
batubara harus
hati-hati karena
tidak boleh sampai kepartings. Pengambilan batubara juga tidak boleh dalam bentuk bongkahan besar
jadi perlu dicollect ( pengecilan ukuran lagi ). Batubara yang sudah dicollect lalu diloading ke alat houling
dan dibawa ketempat penyimpanan batubara sementara ( Run Of mine ) yang jarak jalan angkutnya
kurang lebih 2 km dari tambang. Dimana pada Rom Stocpile dipisahkan batubara sesuai seam masingmasing. Fungsi dari pemisahan batubara sesuai dengan seam masing-masing ini, agar nilai-nilai
parameternya tidak berubah atau tetap sama dengan hasil survey awal yang sudah diketahui nilai-nilai
parameternya, sehingga mempermudahkan dalam melakukan proses blending.

4.1.4. Coal Preparations Plant( CPP ).
Konsep CPP Khusus

Batu bara yang ada pada R.O.M
diangkut menggunakan Loader dan
dimasukkan pada Hopper bagian Crusher
untuk melakukan pengolahan atau pengecilan
ukuran batubara yaitu maximal 50 mm.

Gambar. 4.1.
Flow Chat Pengolahan Batubara
a.

R.O.M ( Run Of Mine ).
R.O.M adalah tempat penyimpanan batubara sementara. Dimana Run Of Mine ( R.O.M ) ini dibuat
dekat pada Crusher, fungsi pembuatan R.O.M ini dekat dengan Crusher yaitu agar batubara yang telah
diletakkan pada R.O.M ini bisa langsung di Crashing atau proses pengecilan ukuran batubara. Setiap
batubara yang dari tambang sampai ke R.O.M dipisahkan tempat nya sesuai dengan seam batubara
tersebut, sebab harus dipisahkan karena setiap seam mempunyai kualitas berbeda. Pada lokasi
penyimpanan batubara sementara atau R.O.M harus bersih dan jangan sampai ada lumpur, apabila kotor
sangat mempengaruhi kualitas batubara tersebut.

Foto 4.4.
R.O.M (Run of
Mine)
b.

Crusher.
Crusher
ialah sebuah alat
mekanis
yang
digunakan
sebagai
penghancur
batubara
atau
alat
yang
digunakan untuk
pengecilan ukuran batubara sesuai yang diinginkan. Jenis alat ini mempunyai dua jenis sistem kerja
untuk menghancurkan batubara yaitu Single Pulley Drum dan Double Pulley Drum.
1. Single Pulley Drum.
Single Pulley Drum adalah bagian dalam pada Crusher yang berfungsi sebagai penghancur batubara
dimana pada jenis ini hanya mempunyai satu Pulley Drum saja yang berbentuk seperti drum atau pipa
dan mempunyai gigi-gigi ( Teeth ) yang berfungsi sebagai penghancur.
2. Double Pulley Drum.
Double Pulley Drum adalah bagian dalam pada Crusher yang berfungsi sebagai penghancur batubara
dimana pada jenis ini mempunyai dua Pulley Drum yang berfungsi sebagai alat penghancur.
Crusher yang digunakan pada PT. Madhani Talatah Nusantara ini yaitu menggunakan alat Crusher
Double Pulley Drum sebab sistem kerjanya lebih cepat karena mempunyai dua Pulley Drum, sehingga
dalam proses peremukan batubara nya lebih maksimal. Ukuran batubara yang dihasilkannya kurang dari
50 mm. Produksi maksimal crusher ini dalam melakukan Crushing batubara 250 ton/jam dan produksi
Crusher bisa juga diketahui dengan bucket Loader. Bagian - bagian pada Crusher yaitu :
1. Grizlle.
Grizlle yaitu bagian yang berfungsi untuk menahan matrial-matrial yang besar agar tidak bisa masuk
kedalam Hopper. Ukuran batubara yang bisa masuk ke Hopper yaitu diameter < 25 cm, sedangkan
yang lebih besar maka akan tertahan pada Grizlle.

s

2.

Foto 4.5
Grizlle
Hopper.

Hopper
yaitu
tempat
untuk
memasukkan
batubara
sekaligus tempat
penampungan
batubara
dan
tempat
untuk
pengumpanan
batubara.
Batubara
yang
berada
pada
R.O.M
dimasukkan
kedalam Hopper dan dari Hopper diumpan sehingga masuk pada bagian Crusher.
Foto 4.6
Hopper
3.

Impack Roller.
Impack Roller yaitu bagian yang dibuat untuk menahan beban berat batubara yang dimasukkan dihopper
dan Impack Roller terbuat dari besi yang dipasang pada bagian bawah Hopper. Fungsi Impack Roller ini
juga sebagai tempat untuk memasang Katrol Belt Conveyor, sebagai alat angkut untuk batubara yang
dimasukkan pada Hopper

Foto 4.7
Impack
Roller dan Skitb
oard
4. Skitboard.
Skitboard yaitu
berfungsi
sebagai dinding
penahan matrial
agar
tidak
terjatuh
atau
keluar
pada
Belt Conveyor. Skitbord dipasang dua buah pada kiri dan kanan pada Belt Conveyor. Seperti pada foto
diatas yang letaknya tepat diatas Impack Roller yang berwarna kuning.
5. Magnetic Separator.
Magnetic Separator yaitu berfungsi sebagai alat pengambil logam, agar tidak masuk ke Crusher. Alat ini
selalu pasang pada Crusher agar Logam tidak masuk. Alat ini secara otomatis apabila ada logam, akan
mengambilnya sendiri karena adanya magnet.

Foto 4.8
Magnetik
Saparator
6. Motor
Penggerak.
Motor
Penggerak yaitu
berfungsi
sebagai
penggerak pulley
Crusher . Motor
Penggerak disini
menggunakan
listrik. Pada Crusher yang menggunakan Double Pulley Drum jadi motor penggerak yang digunakan dua
juga.

Foto 4.9
Motor
Penggerak
7. Teeth Crusher.
Teeth
Crusher yait
u
alat
penghancur
yang
menempel
pada Pulley
Drum, yang
berbentuk
seperti gigi –

gigi dan sistem kerjanya diputar oleh pulley drum. Bahan yang dibuat untuk Teeth Crusher yaitu dari
baja.
Foto 4.10
Teeth Crusher
8.

Pulley Drum.
Pulley
Drum
yaitu alat yang
berfungsi
sebagai pemutar
Teeth
Crusher
yang bentuknya
seperti
drum. Pulley
Drum
ini
berputar
berlawanan arah
sehingga
batubara yang masuk menalami proses peremukan.
Foto 4.11
Pulley Drum

9.

Belt Conveyor.
Belt
Conveyor
yaitu alat yang
berfungsi
mengangkut
atau membawa
matrial
yang
sudah dicrushing
dan di tumpuk
pada stockpile.
Belt Conveyor ini
terbuat
dari
karet.
Sistem
kerjanya
yaitu
memutari Frame
Conveyor
dan digerakkan oleh motor penggerak.
Foto 4.12
Conveyor

10. Frame Conveyor.
Frame Conveyor yaitu tempat memasang Belt Conveyor atau tempat landasan Belt Conveyor berputar.

11. Radial Stacker.
Radial Stacker yaitu tempat lintasan conveyor yang berfungsi untuk mengarahkan atau memindahkan
conveyor untuk membuang atau menumpuk batubara sesuai yang diinginkan.
12. Panel.
Panel yaitu suatu alat yang berfungsi sebagai alat pengoprasian dari Cusher.

Foto 4.13
Panel
Pengoprasian
Crusher
4.1.5. Stockpil
e.
Stockpile
adalah
tempat
penyimpanan
batubara
yang
sudah dicrushing
dan
belum
dilakukan
kepengapalan. Pada Stockpile ini batubara juga dipisahkan sesuai seam batubara dari tambang agar
memudahkan untuk peningkatan kualitas atau blending. Batubara yang sudah dicruhsing diambil
samplenya untuk mengetahui kualitasnya. Jadi pada stockpile ini harus ada sample perseam batubara.
Stockpile Management berfungsi sebagai penyangga antara pengiriman dan proses. Sebagai persediaan
strategis terhadap gangguan yang bersifat jangka pendek atau jangka panjang. Stockpile juga berfungsi
sebagai proses homogenisasi dan atau pencampuran batubara untuk menyiapkan kualitas yang
dipersyaratkan. Disamping tujuan di atas di stockpile juga digunakan untuk mencampur batubara supaya
homogenisasi bertujuan untuk menyiapkan produk dari satu tipe material dimana fluktuasi di dalam
kualitas batubara dan distribusi ukuran disamakan . Dalam proses homogenisasi ada dua tipe yaitu
blending dan mixing. Blending bertujuan untuk memperoleh produk akhir dari dua atau lebih tipe batubara
yang lebih dikenal dengan komposisi kimia dimana batubara akan terdistribusi secara merata dan tanpa
ada lagi jumlah yang cukup besar untuk mengenali salah satu dari tipe batubara tersebut ketika proses
pengambilan contoh dilakukan. Dalam proses blending batubara harus tercampur secara merata.
Sedangkan mixing merupakan salah satu tipe batubara yang tercampur masih dapat dilokasikan dalam
kuantitas kecil dari hasil campuran material dari dua atau lebih tipe batubara. Proses penyimpanan, bisa
dilakukan:
• Dekat tambang, biasanya masih berupa lumpy coal
• Dekat Pelabuhan

• Ditempat
Pengguna
batubara
Foto 4.15
Stockpile
4.1.6.
Penga
mbilan Sample.
Penga
mbilan Sample
ini
dilakukan
pada
saat
batubara
yang
sudah dicrusher
dan
terletak
pada stockpile. Pengambilan sample ini dilakukan yang bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai parameter
batubara yang ada pada stockpile agar memudahkan untuk melakukan proses blending. Cara
pengambilan sample ini yaitu bisa ditumpukan batubara pada stockpile dan juga bisa pada crusher,
apabila pada tumpukan pada stockpile maka cara pengambilannya dengan menentukan suatu tata letak
dari stockpile dengan teliti, dan buat suatu gambar datar dilihat dari atas untuk stockpile tersebut. Pada
pengambilan sample,stockpile dibagi menjadi daerah-daerah Yng kira-kira mengandung massa yang
sama dari batubara yang bisa didekati, kemudian diberi tanda atau kode. Sedangkan, jika pada crusher
yang berproduksi maka dilakukan selang waktu tertentu yang bertujuan untuk benar-benar mewakili dari
sekian banyak batubara yang ada dan agar hasil pengujian samplenya lebih baik. Sample ini diambil
sesuai dengan seam masing-masing batubara, dan disimpan pada tempat khusus atau kantung sample,
lalu diberi label masing-masing seam batubara sehingga memudahkan untuk pemisahannya lalu siap
dibawa ke laboratorium, dimana disini bekerja sama dengan PT. Geoservice Limited yang menganalisa
samplenya. Dari data analisa ini digunakan sebagai acuan sebagai untuk melakukan blending.

Foto 4.15
Pengambilan Sample

4.1.7. Blending.
Blending ini dilakukan pada PT. Madhani Talatah Nusantara dengan suatu proses pencampuran
beberapa batubara yang memiliki kualitas rendah atau kualitas yang berbeda sehingga membentuk satu
batubara dengan kualitas tertentu yang diinginkan.
Blending ini dilakukan pada stockfile pada saat batubara akan dimuat ke Ponton dengan cara
pencampuran menggunakan alat angkut Dump Truck ( DT ) dengan kapasitas muatan 25 ton.
Disini sistem pemuatan batubara keponton tidak menggunakan Conveyor tetapi menggunakan Dump
Truck yang langsung masuk keponton, agar pencampurannya tercampur secara homogen dilakukan
pengadukan dengan Excavator.
Perhitungan untuk melakukan blending dilakukan sangat hati - hati untuk mencapai hasil yang
diinginkan sehingga membuat konsumen puas dengan produk kita. Apabila hasil blendingnya tidak
sesuai dengan kualitas yang diinginkan maka konsumen tidak ingin membelinya ( Pinalty ). Sistem
pencampuran dilakukan dengan Dump Truck.
a. Proses Perhitungan Blending.
Proses blending yang dilakukan pada PT. Madhani Talatah Nusantara dengan sistem blending yaitu
berdasarkan dengan parameter-parameter batubara tersebut. Sistem blending ini yaitu sebelum
melakukan blending hal yang perlu diketahui yaitu parameter batubara perseam nya dan target yang
ingin dicapai dengan blending. Tujuan blending ini sendiri yaitu terutama, batubara yang mempunyai nilai
kalori yang rendah bisa ikut terjual, dan nilai kalori batubara tersebut tidak melebihi dari permintaan,
apabila lebih tinggi dari permintaan kita akan rugi sedangkan apabila lebih rendah maka batubara kita
tidak laku. Rumus untuk mencari hasil blending berdasarkan parameter yang dilakukan pada PT.
Madhani Talatah Nusantara agar hasil blendingnya sesuai dengan permintaan.

Rumus blending yang digunakan ada 2 yaitu :
- Rumus untuk mencari nilai TS, Ash, IM dan TM.

X 100

A =
( Pb x M ) + (Pb2 x M2 )

M + M2
- Rumus untuk mencari nilai Calorific Value ( Nilai Kalori )

A =
( Pb x M ) + (Pb2 x M2 )
M + M2
Keterangan
- A
- Pb
- Pb2
- M
- M2

-

:
=
=
=
=
=

Hasil Blending
Parameter Batubara ( A )
Parameter Batubara ( B )
Jumlah batubara ( A ) yang akan diblending
Jumlah batubara ( B ) yang akan diblending

Suatu contoh proses blending yang dilakukan oleh PT. Madhani Talatah Nusantara ke ponton
( Barge ) TBA 01 dengan kafasitas muatan 8000 ton, sedangkan permintaan suatu perusahaan atau
konsumen, membutuhkan batubara sebanyak 8000 ton, dengan Total Sulfur 3 %, Ash 18%, IM 7 %,
TM 12 % dan CV 6700. Untuk mendapatkan hasil dari permintaan tersebut maka adanya dilakukan
proses blending tersebut agar sesuai dengan permintaan diatas tersebut.
Penyelesaian
Jadi sisa stock yang batubara yang ada pada stockfile yaitu Seam 13 dengan TS 2.31%, ASH 10.00%, IM
6.90%, TM 13.50%, CV 6.315 kcal/kg dan Seam 14 dengan TS 2.22%, ASH 6.92%, IM 5.91%, TM
10.89%, CV 6.804 kcal/ kg. Dari data ini kita belum bisa ketahui hasil blendingnya. Untuk mengetahui
hasil blendingnya perlu kita mempertimbangkan banyaknya batubara pencampur dan batubara yang
akan dicampur.
Untuk menentukan banyaknya batubara dalam melakukan blending adalah dengan cara probabilitas atau
kemungkinan nilai yang muncul. Dalam hal ini juga diketahui beberapa prinsip dalam menentukan
banyaknya, yaitu :
- Banyaknya permintaan dari konsumen.
Jumlah seam yang dijadikan pencampur maupun yang akan dicampur yang ada pada stockpile.
Tetap pada acuan awal permintaan konsumen yang dijadikan target hasil yang perlu dicapai.
Target parameter seperti TS, Ash, IM, TM nilainya tidak boleh melebihi dari pada permintaan dan
sebaliknya untuk CV nilainya tidak boleh lebih rendah dari permintaan.
Kembali pada hal ekonomis, menguntungkan atau tidaknya dari hasil blending tersebut.
Tabel 4.1.
Perhitungan Blending.
Table Blending 1.

BARGE

QTY

TS

(8000 )

(MT)

BA
(%)
RGE

Permintaan

8.000

( 8000 )
(MT)
3.00
18.00
7.00
Permintaan
8.000

S-13

2.000

S-14

S-13
6.000
2.22%
S-14

HASIL Blending

8.000

2.31%

ASH

IM

TM

(%)

QTY(%)

TS(%)

CV (adb)

Remarks
TM
CV (adb)

ASH
kcal/kg IM

(%)
(%)
(%)
12.00
6.700
3.00
18.00
7.00

10.00%1.800
6.90% 2.31%
13.50%10.00%
6,315 6.90%
6.92%

5.91% 10.89%
6,804
6.200
2.22%
6.92%
5.91%

2.24
7.69
6.16
HASIL Blending
8.000

11.54
2.24

6.682
7.61
6.13

(%)

kcal/kg

12.00

6.700

13.50%

6,315

10.89%

6,804

PINALTY
11.48

6.694

PINALTY

Table Blending 2.
BARGE

QTY

TS

ASH

IM

TM

CV (adb)

(8000 )

(MT)

(%)

(%)

(%)

(%)

kcal/kg

Permintaan

8.000

3.00

18.00

7.00

12.00

6.700

S-13

1.700

2.31%

10.00%

6.90%

13.50%

6,315

S-14

6.300

2.22%

6.92%

5.91%

10.89%

6,804

HASIL Blending

8.000

2.24

7.57

6.12

11.44

6.700

BARGE

QTY

TS

ASH

IM

TM

CV (adb)

( 8000 )

(MT)

(%)

(%)

(%)

(%)

kcal/kg

Permintaan

8.000

3.00

18.00

7.00

12.00

6.700

S-13

1.500

2.31%

%

6.90%

13.50%

6,315

S-14

6.500

2.22%

6.92%

5.91%

10.89%

6,804

HASIL Blending

8.000

2.24

7.50

6.10

11.38

6.712

BARGE

QTY

TS

ASH

IM

TM

CV (adb)

( 8000 )

(MT)

(%)

(%)

(%)

(%)

kcal/kg

Permintaan

8.000

3.00

18.00

7.00

12.00

6.700

Remarks

Table

KURANG AMAN

Blending 3.

Remarks

Table

10.00

KURANG AMAN

Blending 4.
Table Blending 5.
Remarks

10.00
S-13

1.400

2.31%

%

6.90%

13.50%

6,315

S-14

6.600

2.22%

6.92%

5.91%

10.89%

6,804

HASIL Blending

8.000

2.24

7.46

6.08

11.35

6.718

Blending 6.

KURANG AMAN

Remarks

Table

BARGE

QTY

TS

ASH

IM

TM

CV (adb)

( 8000 )

(MT)

(%)

(%)

(%)

(%)

kcal/kg

Permintaan

8.000

3.00

18.00

7.00

12.00

6.700

Remarks

Table

10.00
S-13

1.100

2.31%

%

6.90%

13.50%

6,315

S-14

6.900

2.22%

6.92%

5.91%

10.89%

6,804

HASIL Blending

8.000

2.23

7.34

6.05

11.25

6.737

BARGE

QTY

TS

ASH

IM

TM

CV (adb)

( 8000 )

(MT)

(%)

(%)

(%)

(%)

kcal/kg

Permintaan

8.000

3.00

18.00

7.00

12.00

6.700

KURANG AMAN

Blending 7.
Remarks

Table

10.00
S-13

900

2.31%

%

6.90%

13.50%

6,315

S-14

7.100

2.22%

6.92%

5.91%

10.89%

6,804
TITIK

HASIL Blending

8.000

2.23

7.27

6.02

11.18

6.749

BARGE

QTY

TS

ASH

IM

TM

CV (adb)

( 8000 )

(MT)

(%)

(%)

(%)

(%)

kcal/kg

Permintaan

8.000

3.00

18.00

7.00

12.00

6.700

AMAN

Blending 8.
Remarks

Table

10.00
S-13

300

2.31%

%

6.90%

13.50%

6,315

S-14

7.700

2.22%

6.92%

5.91%

10.89%

6,804

HASIL Blending

8.000

2.22

7.04

5.95

10.99

6.786

TITIK AMAN

Blending 9.

-

Dari tabel perhitungan blending diatas sudah diketahui hasil blending dari seam 13 dan 14 dan
banyaknya masing-masing seam batubara. Dari beberapa table perhitungan blending diatas yang akan
digunakan untuk melakukan proses blendingnya yaitu table blending 8, dengan banyaknya seam 13 yaitu
500 ton dan seam 14 yaitu 7500 ton. Untuk TS 2.23 %, Ash 7.11 %, IM 5.95 %, TM 10.89 % dan CV
6.773 kcal/kg. Dari hasil table blending 8tersebut diatas dapat dilihat bahwa hasil dari blending nya yang
diambil dari hasil perhitungan yang dalam keadaan titik aman dalam permintaan, dimana dari hasil
blending ini tidak saling merugikan dari pihak konsumen maupun perusahaan ini sendiri. Faktor-faktor
yang menyebabkan kenapa harus mengambil perhitungan blending pada table blending 8yaitu :
Nilai-nilai parameter yang dihasilkan dari blendingnya masuk dalam permintaan konsumen atau dalam
keadaan titik aman.
Banyaknya batubara masing-masing seam mudah dalam melakukan blendingnya karena dilihat dari
sistem blendingnya dengan menggunakan Dump Truck dengan kapasitas muatan yaitu 25 ton.

-

Banyaknya batubara seam 13 yang mempunyai nilai Ash dan Total Moisture yang tinggi ikut terjual
dengan harga yang lebih menguntungkan.
Bisa saja dilakukannya blending pada titik yang tidak aman karena masih masuk atau sesuai dalam
permintaan konsumen, seperti table blending 3 diatas dan sebaliknya padatable blending 9 hasil
blendingnya masuk titik aman tetapi tidak diambil untuk memblending disebabkan banyaknya batubara
seam 13 sangat sedikit digunakan sebagai pencampur dan untuk dalam hal ekonomis kurang
menguntungkan. Untuk dalam hal lebih ekonomis dapat dilihat pada table blending 3 ini sangat
menguntungkan, karena batubara seam 13 banyak yang ikut terjual dengan harga yang tinggi. Tetapi kita
perlu juga mempertimbangkan aspek lain yang bisa saja mempengaruhi nilai-nilai parameter batubara
dalam pengangkutan, seperti hujan dan lain-lain.
b. Sistem Pencampuran Pada Blending.
Sistem pencampuran yaitu dilakukan pada saat pemuatan batubara pada Barge dengan
menggunakan Dump Truck dan unit rasionya yaitu retasinya.
Jadi proses ini dihitung berapa rit batubara A dan berapa rit batubara B sampai sesuai dengan banyak
komposisi blendingannya.
Sebagai contoh dibawah ini tabel simulasi sistem pencampuran yang dilakukan PT. Madhani Talatah
Nusantara yang dilakukan pada saat pemuatan batubara ke Barge sesuai dengan perhitungan blending.
Table 4.2.
Perhitungan Retasi Dalam Melakukan Blending
To : MV. Royal Ocean ( Bg.Robby 127 )
Cargo 8.000 MT
NOTE

Discriptions

Seam 13
Seam 14

Qty ( ton )
TOTAL RIT

20 Rit
300 Rit

KOMPOSISI UNTUK 1X BLENDING
Jadi dari table
diatas dapat
1 : 15
diketahui
perbandingan rasio retasinya yaitu 1 : 15 yang artinya dalam 1 rit Seam 13 dan dicampur dengan 15 rit
Seam 14.
Seam 13
Seam 14

1 Rit
15 Rit

BAB V

320 Rit

KESIMPULAN DAN SARAN

-

-

-

1.
2.

5.1. Kesimpulan.
Dari hasil pembahasan mengenai blending dapat disimpulkan :
Kegiatan blending merupakan salah satu kegiatan pengendalian mutu kualitas batubara dari dua jenis
atau lebih batubara yang dicampurkan dengan kualitas berbeda untuk memperoleh satu jenis batubara
dengan kualitas yang sesuai dengan spesifikasi dalam permintaan konsumen.
Dalam suatu proses blending yang akan merubah nilai parameter hasil blendingnya ialah banyak
batubara pencampur dan batubara yang akan dicampur untuk mencapai hasil sesuai dengan permintaan.
Untuk nilai Total Sulfur, Ash, Inherent Moisture, Total Moisture tidak boleh melebihi dari permintaan dan
untuk Calorific Value tidak boleh rendah dari permintaan dan dalam blending yang harus selalu
diperhatikan yaitu Total Moisture-nya karena apabila hujan sangat mempengaruhi nilainya, apabila
nilai Total Moisture-nya naik maka nilaiCalorific Value-nya pun berubah menjadi rendah.
Dari hasil blending batubara seam 13 yang banyaknya 500 ton, nilai parameter TS 2.31%, Ash 10.00%,
IM 6.90%, TM 13.50%, CV 6.315 kcal/kg dengan batubara seam 14 yang banyaknya 7.500 ton, nilai
parameter TS 2.22%, Ash 6.92%, IM 5.91%, TM 10.89%, CV 6.804 kcal/kg menghasilkan batubara
dengan nilai parameter yang baru yaitu TS 2.23%, Ash 7.11%, IM 5.97%, TM 11.05%, dan CV 6.773
kcal/kg.
5.2. Saran.
Dalam proses pengambilan batubara perlu diperhatikan lagi hal kebersihan karena sangat mempengaruhi
nilai parameter batubara tersebut.
Dalam pencampuran batubara tersebut harus dilakukan pencampuran yang benar-benar homogen.