Efek Sosial Framing Media dalam Kasus Wo

Adhe Nuansa Wibisono
Kajian Terorisme FISIP UI
NPM : 1206299023

Efek Sosial Framing Media dalam Penyerangan Woolwich
Makalah Individu – Media dan Terorisme

Latar Belakang
Pada sore hari 22 Mei 2013, Lee Rigby, seorang prajurit Angkatan Darat Inggris dan
Drummer dari Royal Regiment of Fusiliers, dibunuh oleh dua penyerang di dekat Royal
Artillery Barracks di Woolwich, London tenggara. Rigby sedang tidak bertugas dan berjalan
di sepanjang Jalan Wellington ketika ia diserang. Dua pria menabraknya dengan mobil,
kemudian menggunakan pisau yang digunakan untuk menusuk dan membunuhnya sampai
mati. Para pelaku tersebut kemudian menyeret tubuh Rigby ke jalan. Dua penyerang, yang
tetap di tempat kejadian sampai polisi tiba, mengatakan kepada orang yang lewat bahwa
mereka telah membunuh seorang tentara Inggris untuk membalas pembunuhan terhadap
kaum Muslim oleh tentara-tentara Inggris. Beberapa polisi tiba di lokasi sembilan menit
setelah panggilan darurat dari publik, diikuti lima menit kemudian oleh petugas bersenjata.
Kedua penyerang ditembak, ditangkap, dan kemudian dibawa ke rumah sakit yang terpisah.
Kedua pelaku adalah warganegara Inggris keturunan Nigeria yang dibesarkan sebagai orang
Kristen yang kemudian pindah memeluk agama Islam. Serangan itu dikecam oleh para

pemimpin politik dan Muslim di Inggris dan di seluruh dunia pers.
Serangan ini kemudian memicu serangkaian gelombang anti Islam, seperti adanya
aksi demonstrasi yang dilakukan oleh kelompok ultranasionalis terhadap kelompok imigran
dan minoritas muslim, meningkatnya ancaman kepada warga muslim di Inggris dan juga
adanya insiden-insiden pengrusakan fasilitas keagamaan seperti masjid. Proses framing
pemberitaan memang menunjukkan simbolisasi Islam yang menonjol (salience) dari pelaku
penyerangan yaitu Michael Adobelajo yang memberikan pernyataan mengenai doktrindoktrin kegamaan Islam yang memberikannya legitimasi untuk melakukan pembunuhan,
Apakah hal ini juga yang kemudian menjadikan simbol Islam sebagai identitas yang
menonjol dalam kasus penyerangan Woolwich ini yang kemudian memicu gelombang anti
Islam di seluruh Inggris?

1

Jika memang simbol Islam menjadi sesuatu yang menonjol dalam kasus ini, apakah
framing pemberitaan dari media juga memberikan pengaruh bagi peningkatan isu anti Islam
atau fenomena Islamophobia yang semakin marak di Inggris pasca kasus ini. Makalah ini
kemudian diawali dengan sebuah pertanyaan mendasar untuk menelusuri hal itu lebih
dalam, yaitu : Bagaimana efek sosial dari framing media dalam kasus penyerangan
Woolwich?


Kerangka Konsep Media Framing
Robert

Entman

memberikan

penjelasan

bahwa

framing

mengandung

unsur

pemilahan (selection) dan penangkatan isu (salience). Untuk melakukan framing adalah
untuk memilih beberapa aspek dari realitas dan membuatnya menjadi semakin menonjol
(salience) dalam sebuah teks komunikasi, dalam pengertian lain untuk menunjukkan definisi

masalah tertentu, intrepretasi kausal, evaluasi moral dan rekomendasi perlakuan pada
masalah yang telah disebutkan. Framing kemudian melakukan pendefinisian masalah, yaitu
menentukan apa yang dilakukan causal agent, dengan keuntungan dan kerugian apa,
biasanya dilihat dalam kerangka nilai-nilai budaya yang umum. Melakukan diagnosa
penyebab, mengidentifikasi akar utama dari suatu permasalahan, membuat penilaian moral,
melakukan evaluasi terhadap causal agents dan efek yang dihasilkan, dan mengusulkan
solusi, menawarkan rekomendasi perlakuan atas masalah yang ada dan memprediksi efek
sosial yang akan muncul. 1 Norris, Kern dan Just mengatakan bahwa esensi dari framing
adalah menseleksi untuk mengutamakan sejumlah fakta atau melebihkannya dari fakta
yang lain, sehingga secara tanpa sadar menonjolkan penafsiran dari satu peristiwa tertentu.
Ketika framing pemberitaan konvensional merefleksikan norma dan nilai umum yang
beredar luas dalam sebuah masyarakat, pemberitaan alternatif kemudian menawarkan
pemberitaan yang berbeda dan kritis terhadap pemberitaan mainstream, menyediakan cara
alternatif pada pemberitaan suatu peristiwa.2
Framing

juga

menonjolkan


sejumlah

informasi

yang

menjadi

subyek

dari

pemberitaan, dalam upaya membuatnya menjadi salience. Makna dari salience sendiri perlu
didefinisikan lebih rinci : membuat sejumlah informasi lebih menarik perhatian, memiliki arti
dan lebih diingat oleh audiens. Penguatan dari salience menambah kemungkinan bahwa
penerima pesan akan memahami informasi tersebut, menerima penafsiran dan masuk ke
dalam memori audiens (Fiske and Taylor, 1991). Teks dapat membuat sejumlah informasi
1

Robert M. Entman, “Framing : Toward Clarification of a Fractured Paradigm”, Journal of Communication No. 43 (Autumn 1993), Hal

52
2

Pippa Norris, Montague Kern, and Marion Just, “Framing Terrorism”, dalam (Editor) Pippa Norris, Montague Kern, and Marion Just,
“Framing Terrorism : The News Media, The Government and The Public”, (London : Routledge, 2003), Hal 11

2

menjadi lebih menonjol dengan menggunakan penempatan dan pengulangan kata, atau
menghubungkan teks dengan simbol-simbol budaya yang familiar. Meskipun demikian
sebuah gagasan implisit yang tidak terlihat dalam sebuah teks bisa menjadi begitu
menonjol, hal ini dapat terjadi apabila gagasan itu memiliki kesesuaian dengan schemata
yang sudah melekat pada sistem berpikir para audiens penerima pesan. Dalam framing
keberadaan sebuah schemata dan konsep lainnya seperti kategori, teks, stereotype
menunjukkan kluster dari gagasan yang mengarahkan pengolahan informasi individu
(Graber 1989). Dikarenakan salience adalah produk dari interaksi antara teks dan penerima
pesan, kehadiran framing dalam suatu teks, belum tentu memberikan pengaruh kepada cara
berpikir audiens penerima pesan (Entman 1989, Graber 1988).3

Gambar 1. model framing dalam kasus terorisme


Melalui model ini, budaya sosial dipahami untuk dioperasikan pada level yang paling
luas, yang berarti norma, nilai dan kepercayaan yang dominan pada setiap kelompok
masyarakat. Pada kasus pemberitaan “satu-sisi”, terdapat suatu konsesus umum mengenai
bagaimana aksi terorisme seharusnya diterjemahkan dalam setiap kelompok masyarakat
tertentu, termasuk pada hampir sebagian pemimpin arus utama, termasuk pejabat
pemerintah kelompok kepentingan, jurnalis dan masyarakat, serta beberapa suara yang
mewakili perspektif alternatif. Pada pemberitaan “satu-sisi”, maka frame pemberitaan
konvensional akan cenderung menguat dan berpengaruh dimana para politisi, jurnalis dan
publik kemungkinan akan tidak menyadari proses ini dan pemberitaan media cenderung
3

Robert M. Entman, “Framing : Toward Clarification of a Fractured Paradigm”, Journal of Communication No. 43 (Autumn 1993), Hal
53

3

tidak begitu kontroversial. Pemberitaan “satu-sisi” juga cenderung akan terjadi ketika
negara teroris mengendalikan media massa nasional, baik melalui kepemilikan secara
langsung atau melalui kuasa sensor yang meniadakan cara pandang minoritas. Sebaliknya

akan terjadi proses kesadaran dan penyadaran yang lebih besar dalam framing pemberitaan
“dua-sisi”, ketika persepsi dan evaluasi dari aksi-aksi kekerasan politik berbeda tajam
diantara sub-budaya yang ada secara dalam mempengaruhi konflik, dan ketika komunitas
yang terpisah berbagi akses ke media, seperti kelompok Katolik dan Potestan di Belfast,
kelompok Muslim dan Yahudi di Yerusalem dan diantara kelompok Rusia dan Chechen di
Grozny.4
Melalui perluasan konteks seperti ini maka framing pemberitaan dalam setiap
masyarakat dapat dilihat melalui faktor berikut ini : fakta mendasar yang melingkupi aksi
terorisme itu sendiri, dan cara bagaimana aksi terorisme ini diterjemahkan oleh pihak yang
berwenang di pemerintahan (termasuk siaran pers, pidato, pernyataan dari pemimpin politik
dan jurubicara instansi pemerintahan yang terkait, termasuk militer, aparat keamanan,
aparat penegakan hukum dan badan intelijen, termasuk juga para pengamat ahli, kelompok
kepentingan, analis strategis yang berkosentrasi pada isu-isu terorisme). Kemudian melalui
komunike,

manifesto,

pernyataan

pers


atau

wawancara

dengan

jurubicara

yang

mengartikulasikan tuntutan dari kelompok-kelompok alternatif. Sumber yang kredibel
diharapkan dapat membentuk intrepretasi makna dari suatu peristiwa dengan menyediakan
cara alternatif untuk memahami “siapa”, “apa” dan “mengapa” dari suatu aksi terorisme. 5
Framing pemberitaan juga akan mempengaruhi opini publik, khususnya jika terdapat
pemberitaan “satu-sisi”, termasuk apa yang dipahami publik sebagai suatu aksi terorisme,
bagaimana mereka mengevaluasi pelaku dan isu utama yang diperebutkan, dan seberapa
jauh peliputan berita mempengaruhi perhatian dan persepsi publik mengenai risiko dan
ancaman


dari

aksi

terorisme

selanjutnya.

Framing

pemberitaan

diperkirakan

juga

membentuk agenda kebijakan publik, termasuk respon terhadap aksi terorisme oleh pejabat
pemerintah dan pihak keamanan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui opini
publik.6


Profil Pelaku dan Korban Penyerangan Woolwich

4

Pippa Norris, Montague Kern, and Marion Just, “Framing Terrorism”, dalam (Editor) Pippa Norris, Montague Kern, and Marion Just,
“Framing Terrorism : The News Media, The Government and The Public”, (London : Routledge, 2003), Hal 12
5

Pippa Norris, Montague Kern, and Marion Just, “Framing Terrorism”, dalam (Editor) Pippa Norris, Montague Kern, and Marion Just,
“Framing Terrorism : The News Media, The Government and The Public”, (London : Routledge, 2003), Hal 12-13
6

Pippa Norris, Montague Kern, and Marion Just, “Framing Terrorism”, dalam (Editor) Pippa Norris, Montague Kern, and Marion Just,
“Framing Terrorism : The News Media, The Government and The Public”, (London : Routledge, 2003), Hal 13

4

Michael Olumide Adebolajo (Pelaku)
Michael Olumide Adebolajo, lahir di Lambeth dalam keluarga Kristen, kemudian kuliah
sosiologi di University of Greenwich. Adebolajo menjadi salah satu dari dua tersangka pada

kasus pembunuhan Lee Rigby, juga atas tuntutan kepemilikan senjata api. Dia memiliki
sejarah keterlibatan dalam aktivitas Islam radikal termasuk penangkapan sebelumnya dalam
sebuah aksi demonstrasi. Menurut Anjem Choudary, seorang ulama muslim radikal,
Adebolajo mengubah agamanya dari Kristen ke Islam pada tahun 2003 dan memiliki
hubungan dengan kelompok Islam radikal Al Muhajiroun. Adebolajo terlihat memberitakan
retorika anti-Barat di Woolwich pada aksi demonstrasi yang digelar oleh Al Muhajiroun. Pada
tahun 2006, Adebolajo ditangkap disekitar Old Bailey selama aksi protes atas kasus
persidangan Mizanur Rahman. Pada tahun 2010, Adebolajo ditangkap di Kenya bersama lima
orang lainnya. Boniface Mwaniki, kepala unit anti-terorisme Kenya, mengatakan mereka
percaya bahwa Adebolajo berencana untuk mengikuti pelatihan kelompok militan Al-Shabab
yang memiliki jaringan dengan Al Qaeda. Adebolajo mendapatkan bantuan konsuler oleh
Kantor Luar Negeri Inggris. Dia diserahkan kepada pemerintah Inggris di Kenya dan
dideportasi kembali ke Inggris. Pada saat penangkapannya Adebolajo menggunakan nama
Michael Olemendis Ndemolajo.7
Michael Oluwatobi Adebowale (Pelaku)
Michael Oluwatobi Adebowale berusia 22 tahun lahir di Nigeria, Adebowale juga
mengenyam pendidikan tinggi di University of Greenwich. Ibunya adalah petugas percobaan
dan ayahnya seorang anggota staf di Komisi Tinggi Nigeria. Pada tanggal 28 Mei Adebowale
dipulangkan dari rumah sakit dan dibawa ke kantor polisi di selatan London. Adebowale
menjadi salah satu dari dua tersangka pada kasus pembunuhan Lee Rigby, juga atas
tuntutan kepemilikan senjata api.8
Lee Rigby (Korban)
Lee Rigby, seorang tentara dari 2nd Battalion The Royal Regiment of Fusiliers. Rigby
berasal dari Manchester di barat laut Inggris, adalah seorang drummer di sebuah band
militer yang pernah bertugas di Afghanistan, Jerman, dan Siprus. Ia ditempatkan di London
7

The
Telegraph
News,
“Woolwich
attack:
why
was
suspect
Michael
Adebolajo
free
to
kill?”,
http://www.telegraph.co.uk/news/uknews/terrorism-in-the-uk/10077439/Woolwich-attack-why-was-suspect-Michael-Adebolajo-free-tokill.html , diakses pada 31 Mei 2013
8

The
Telegraph
News,
“Woolwich
attack:
why
was
suspect
Michael
Adebolajo
free
to
kill?”,
http://www.telegraph.co.uk/news/uknews/terrorism-in-the-uk/10077439/Woolwich-attack-why-was-suspect-Michael-Adebolajo-free-tokill.html , diakses pada 31 Mei 2013

5

pada saat kematiannya. Lee Rigby bergabung dengan Angkatan Darat pada tahun 2006.
Rigby juga ikut ambil bagian dalam Regimental Recruiting Team di London pada tahun 2011.
"Seorang prajurit yang berpengalaman dan berbakat dan penembak senapan mesin, dia
adalah seorang prajurit sejati dan memilki pengabdian ketentaraan di Afghanistan, Jerman
dan Siprus," kata komandannya Letkol Jim Taylor. Rigby, yang terdaftar pada dinas
ketentaraan pada tahun 2006, juga "seorang parjurit yang populer dan cerdas," kata
seorang rekan di Angkatan Darat Inggris.9

Kronologi Penyerangan Woolwich
Serangan itu terjadi sekitar pukul 14:20 di Wellington Street, dekat persimpangan
dengan John Wilson Street, bagian dari South Circular Road (A205) di Woolwich, sekitar 300
sampai 400 meter dari perimeter Royal Artilerry Barracks dimana Lee Rigby tinggal. Dia
tidak bertugas pada saat itu dan mengenakan jaket Help for Heroes.Rigby kemudian secara
sengaja ditabrak oleh penyerang di dalam mobil, kemudian ditusuk dan dibunuh oleh dua
orang bersenjata dengan pisau. Setelah membunuh Rigby pelaku berusaha untuk
memenggal kepalanya. Berikut ini adalah kronologi kasus penyerangan Woolwich yang
dilakukan oleh Michael Adebolajo dan Michael Adebowale yang menyebabkan kematian
seorang tentara Inggris10 :
Rabu, 22 Mei 2013
14.20 : Serangan terjadi di dekat Royal Artillery Woolwich Barracks Sebuah mobil melaju
melewati batas trotoar dan menabrak seorang pria yang mengenakan jaket Help For Heroes
14.20 : Dua orang pria menyerang korban itu dengan pisau dan pisau daging, menusuknya
hingga tewas kemudian memenggalnya
14.30 : Salah seorang penyerang (Adebolajo) direkam pada rekaman ponsel kemudian
dengan tangan berlumuran darah memegang pisau kemudian berkata bahwa kematian
“tentara Inggris” itu adalah "mata untuk mata" atas kematian banyak muslim
14.30 : Ingrid Loyau-Kennett, seorang scout wanita yang berani mencoba untuk berbicara
dengan penyerang lain (Adebowale)
14.40 : Polisi tiba di tempat kejadian kemudian terjadi tembak menembak antara polisi
dengan pelaku
14.40 : Polisi menembak dan melukai dua tersangka
9

New York Daily News, “Woolwich Attack: British soldier Lee Rigby died 'in the most horrific way possible,' says relative”,
http://www.nydailynews.com/news/crime/london-attack-lee-rigby-identified-british-soldier-hacked-death-article-1.1352671 , diakses
pada 30 Mei 2013
10

Mirror News, “Woolwich attack: Picture timeline of how horrific events unfolded leaving
http://www.mirror.co.uk/news/uk-news/woolwich-attack-picture-timeline-how-1906992, diakses pada 30 Mei 2013

6

soldier

dead”,

Kemudian kita dapat melihat versi kronologi lainnya mengenai kasus penyerangan Woolwich
ini yang terjadi di dekat Royal Artilerry Barracks melalui pernyataan seorang polisi London 11 :
Rabu, 22 Mei 2013
14.20 : Polisi Metropolitan London menerima panggilan pertama yang berkaitan dengan
insiden pada John Wilson Street di Woolwich. Penelepon mengatakan seorang pria sedang
diserang. Panggilan berikutnya menggambarkan dua penyerang.
14.24 : Petugas diperintahkan ke TKP.
14:29 : pertama polisi London tiba dan menemukan korban, yang kemudian dinyatakan
meninggal.
14.34 : Kedua tersangka ditembak dan kemudian dibawa ke rumah sakit setempat yang
terpisah.
Tidak ada keterangan waktu yang resmi dari kepolisian mengenai detail penyerangan
dan pengakuan berikut ini didapat dari salah satu pelaku yang direkam melalui kamera
video oleh seorang pejalan kaki. Pihak yang berwenang juga tidak menggambarkan detail
resmi dari kasus penyerangan ini. Tapi kasus penyerangan ini kurang lebih dapat
digambarkan sebagai berikut: Menurut laporan saksi mata, terdapat dua orang pria kulit
hitam membawa senjata, termasuk pisau dan pistol, mendekati korban di dekat Royal
Artillery Barracks di Woolwich dan mulai menusuknya. Beberapa saksi mata melaporkan
korban itu kemudian itu dipenggal, meskipun ini tidak pernah klarifikasi resmi dari
kepolisian. Saksi lainnya mengatakan korban mengalami pendarahan akut.
Thomas, saksi lain yang dihubungi BBC, mengatakan: "Saya tiba di beberapa saat
setelah hal itu terjadi karena Anda dapat mendengar suara tembakan dari Woolwich High
Street." Pada dasarnya dua orang melakukan serangan penusukan pada tentara muda yang
berjalan di sepanjang jalan, kemudian polisi meresponnya dengan menembak para pelaku di
depan publik, pada saat yang sama aku tidak bisa benar-benar tahu apakah tentara itu
mengalami luka yang fatal atau tidak karena polisi mengerumuninya. 12

Motivasi Pelaku Penyerangan Woolwich
Sebenarnya apa yang menjadi motivasi dari para pelaku penyerangan Woolwich ini
sehingga menyerang seorang tentara Inggris? Kita dapat melihatnya secara lebih mendalam
11

International Business Times, “London Attack 2013 Timeline: A By-The-Minute Account Of The Woolwich Assault”,
http://www.ibtimes.com/london-attack-2013-timeline-minute-account-woolwich-assault-1276903 , diakses pada 31 Mei 2013
12

BBC News London, “Woolwich machete attack leaves man dead”, http://www.bbc.co.uk/news/uk-22630303 , diakses pada 30 Mei
2013

7

pada pernyataan yang diberikan oleh salah seorang pelaku, Michael Adebolajo, ketika ada
seorang saksi mata yang merekam pernyataan Adebolajo sesaat setelah terjadi indisen
penusukan tersebut, pernyataan tersebut kemudian ditayangkan baik di televisi maupun di
internet :
“Alasan kami membunuh orang ini saat ini adalah karena umat Islam sedang sekarat
setiap hari oleh tentara Inggris. Dan tentara Inggris (korban) hanyalah satu orang. Ini adalah
mata diganti mata dan gigi diganti gigi. Demi Allah, kami bersumpah kepada Allah bahwa
kami tidak akan pernah berhenti berjuang sampai anda meninggalkan kami sendirian. Jadi
bagaimana jika kita ingin hidup dengan hukum Syariah di negara Muslim? Kenapa itu berarti
anda harus mengikuti kami dan mengejar kami dan menyebut kami ekstremis dan
membunuh kami. Sebaliknya kebanyakan anda yang ekstrim. Anda adalah orang-orang
yang bila menjatuhkan bom hanya berpikir itu hanya mengenai satu orang? Atau lebih
tepatnya bom yang anda jatuhkan membunuh dan memusnahkan seluruh keluarga? ”.13
Selain itu Michael Adebolajo juga menyitir salah satu ayat dalam surat At-Taubah ayat 5,
untuk melegitimati tindakan pembunuhan yang dilakukannya. Saya memilih untuk
memasukkan versi ayat dalam bahasa Inggris sehingga sesuai dengan apa yang dikatakan
Adebolajo dalam pernyataannya di kasus tersebut, "Slay the mushrikin wherever you find
them, and take them (captive), and besiege them, and prepare for them each ambush..."
(Qur'an 9:5)14
“Kami bersumpah kepada Allah bahwa kita tidak akan pernah berhenti memerangimu
sampai kamu meninggalkan kami sendirian. Kami terpengaruh melalui banyak ayat-ayat
dalam Alquran bahwa kami harus melawan mereka karena mereka melawan kami. Mata
diganti mata dan gigi diganti gigi. Saya minta maaf bahwa perempuan itu harus melihatnya
hari ini tetapi di negeri kamipun perempuan kami harus melihat hal yang sama.
Masyarakatmu tidak akan pernah aman, bubarkan pemerintah Anda. Mereka tidak peduli
tentang Anda. Apakah Anda pikir David Cameron akan turun langsung ke lapangan ketika
kami melakukan penyerbuan bersenjata seperti ini? Apakah Anda pikir para politisi itu akan
mati? Tidak, itu hanya akan terjadi pada orang biasa seperti anda, dan anak Anda. Jadi
singkirkanlah mereka. Katakan kepada mereka untuk menarik pasukan Inggris kembali,
tinggalkanlah tanah kami dan kita semua bisa hidup dalam damai, itu yang saya katakan.
Perdamaian Allah dan rahmat atas anda”.15
13

International Business Times, “London Attack 2013 Timeline: A By-The-Minute Account Of The Woolwich Assault”,
http://www.ibtimes.com/london-attack-2013-timeline-minute-account-woolwich-assault-1276903 , diakses pada 31 Mei 2013
14

The Huffington Post, “How Should Young Muslims on the Streets of Woolwich Be Reading the Qur'an”,
http://www.huffingtonpost.co.uk/michael-mumisa/woolwich-young-muslims-quran_b_3390294.html, diakses pada 10 Juni 2013
15

International Business Times, “London Attack 2013 Timeline: A By-The-Minute Account Of The Woolwich Assault”,
http://www.ibtimes.com/london-attack-2013-timeline-minute-account-woolwich-assault-1276903 , diakses pada 31 Mei 2013

8

Selain itu kita juga akan melihat opini orang-orang terdekat pelaku mengenai latar
belakang dar pelaku. Bakri Muhammad, seorang ulama radikal Inggris yang sekarang
menetap di Lebanon, berkata, “Saya melihat video ini dan saya bisa melihat bahwa dia
adalah orang yang berani. Dalam Islam hal ini dapat dibenarkan, ia tidak menargetkan
warga sipil, ia membunuh seorang militer dalam operasi. Untuk orang di Timur Tengah, dia
adalah pahlawan atas apa yang telah ia lakukan”. Bakri Muhammad kemudian berkata,
“Saya mengenalnya sebagai Michael ketika ia datang ke pertemuan dan kemudian ia
melakukan pertaubatan dan kemudian dikenal sebagai Abdullah, saya dengar dia kemudian
mulai menyebut dirinya Mujahid. Dia bertanya mengenai ilmu agama, ia penasaran. Dia
pertama kali mulai datang ketika protes perang Irak dan perang melawan teror
bermunculan. Apakah saya mempengaruhinya atau tidak, saya tidak tahu. Namun dia
adalah anak yang pendiam, jadi sesuatu yang telah terjadi.”16
Anjem Choudary, mantan ketua umum Al Muhajiroun, kelompok radikal Islam yang
berkembang di Inggris, mengatakan bahwa Adebolajo pernah mengikuti beberapa aksi
demonstrasi pada tahun 2003, Adebolajo juga telah mengikuti kajian-kajian khusus yang
dibimbing oleh Omar Bakri Muhammed, pendiri Al Muhajiroun. Bakri Muhammed adalah
seorang ulama kelahiran Suriah mendirikan Al Muhajiroun di Saudi Arabia pada tahun 1983,
kemudian pemerintah Arab Saudi melarang organisasi ini pada tahun 1986. Bakri
Muhammed kemudian pindah menuju Inggris pada tahun 1986 dan membentuk kembali Al
Muhajiroun pada tahun 1996. Kelompok ini kemudian menggelar acara yang bertajuk “The
Magnificent 19”, sebuah rangkaian acara yang memuji tindakan para pembajak 9/11.
Al Muhajiroun kemudian dilarang oleh pemerintah Inggris pada tahun 2004, tetapi
dibentuk kembali lima tahun kemudian pada tahun 2009. Meskipun demikian, pemerintah
Inggris telah melarang keberadaan Al Muhajiroun dan underbouw-nya Islam4UK pada tahun
2010, di bawah UU Terorisme Tahun 2000. Dua organisasi sayap lainnya, The Saviour Sect
dan Al Ghurabaa, telah dilarang pada tahun 206. Al Muhajiroun atau kelompok yang terkait
dengannya telah diduga memiliki keterlibatan pada dua kasus pengeboman, yaitu pada
pengeboman Tel Aviv 2003 dan sebuah ledakan di luar barak militer di India. Kelompok ini
juga diduga terlibat pada rencana pengeboman pada tahun 2003-2004 di beberapa titik di
London.17
16

The Independent News, “Exclusive: Woolwich killings suspect Michael Adebolajo was inspired by cleric banned from UK after
urging followers to behead enemies of Islam”, http://www.independent.co.uk/news/uk/crime/exclusive-woolwich-killings-suspectmichael-adebolajo-was-inspired-by-cleric-banned-from-uk-after-urging-followers-to-behead-enemies-of-islam-8630125.html , diakses
pada 31 Mei 2013
17

Global News Online, “Background: What is al-Muhajiroun?”, http://globalnews.ca/news/585930/background-what-is-al-muhajiroun/,
diakses pada 10 Juni 2013

9

Abu Nusaybah, teman Adebolajo, menyatakan dalam sebuah wawancara pada BBC
pada tanggal 25 Mei bahwa Adebolajo mengeluhkan tentang pertanyaan Dinas Keamanan
Inggris (MI5) mengenai informasinya akan "orang tertentu". Dia menceritakan keluhan
Adebolajo bahwa MI5 telah memintanya untuk bekerja dengan mereka sebagai informan,
yang kemudian ditolak oleh Adebolajo. Abu Nusaybah mengatakan bahwa Adebolajo
bercerita kepadanya bahwa dia mengalami penyiksaan dan kekerasan seksual selama
berada dalam penahanan di Kenya.18 “Setelah pulang dari Kenya, Adebolajo agak berubah,
dia menjadi lebih pemurung dan pendiam, dan tidak biasanya dia berbicara kepada dirinya
sendiri, ungkap Abu Nusaybah. Anjem Choudary, mantan pemimpin kelompok radikal Inggris
Al Muhajirun, mengatakan bahwa Adebolajo adalah seorang pemeluk agama Kristen yang
masuk Islam sekitar tahun 2003. Choudary mengatakan kepada The Associated Press bahwa
Adebolajo berpartisipasi dalam beberapa kelompok demonstrasi di London pada tahun
2010.19

Analisa Framing Pemberitaan Penyerangan Woolwich

Gambar 2.Judul Headline dalam Kasus Penyerangan Woolwich

18

BBC News, “Woolwich attack: MI5 'offered job to suspect”, http://www.bbc.co.uk/news/uk-22664468 , diakses pada 31 Mei 2013

19

Huffington Post, “Abu Nusaybah, 'Friend' Of London Attack Suspect Michael Adebolajo, Arrested After BBC Interview”,
http://www.huffingtonpost.com/2013/05/25/abu-nusaybah-arrested-michael-adebolajo-london-attack_n_3336344.html , diakses pada
31 Mei 2013

10

Framing dilakukan dengan menonjolkan sejumlah informasi yang menjadi subyek dari
pemberitaan, dalam upaya membuatnya menjadi salience. Makna dari salience sendiri perlu
didefinisikan lebih rinci : membuat sejumlah informasi lebih menarik perhatian, memiliki arti
dan lebih diingat oleh audiens. Penguatan dari salience menambah kemungkinan bahwa
penerima pesan akan memahami informasi tersebut, menerima penafsiran dan masuk ke
dalam memori audiens (Fiske and Taylor, 1991). Teks dapat membuat sejumlah informasi
menjadi lebih menonjol dengan menggunakan penempatan dan pengulangan kata, atau
menghubungkan teks dengan simbol-simbol budaya yang familiar. Meskipun demikian
sebuah gagasan implisit yang tidak terlihat dalam sebuah teks bisa menjadi begitu
menonjol, hal ini dapat terjadi apabila gagasan itu memiliki kesesuaian dengan schemata
yang sudah melekat pada sistem berpikir para audiens penerima pesan. Dalam framing
keberadaan sebuah schemata dan konsep lainnya seperti kategori, teks, stereotype
menunjukkan kluster dari gagasan yang mengarahkan pengolahan informasi individu
(Graber 1989).
Jika melihat dari definisi framing yang demikian maka kita dapat melihat bahwa
maisntream

pemberitaan

berupaya

untuk

melakukan

framing

pemberitaan

dengan

mengutamakan kepada subjek pelaku dan pernyataannya yang sempat direkam oleh
seorang saksi mata. Apa yang kemudian hal yang coba diangkat menjadi lebih salience, kita
bisa melihatnya pada beberapa judul suratkabar di Inggris yang kemudian menjadikan kasus
penyerangan Woolwich ini sebagai berita utama. Pada suratkabar

Daily Mail kita

mendapatkan judul “Blood on his hands, hatred in his eyes” sebagai sebuah teks yang
dipilih disertai dengan gambar pelaku dengan tangan dan pisau yang berlumuran darah.
Elemen yang coba diangkat pada suratkabar ini adalah pelaku ini adalah seorang maniak
pembunuh yang memiliki kebencian yang tidak wajar. Sementara itu pada suratkabar The
Guardian kita mendapatkan judul “You people will never be safe”, yang menekankan bahwa
ancaman dari pelaku terorisme dengan gambar memegang pisau berlumuran darah akan
selalu ada dan terus mengancam kehidupan masyarakat Inggris dan dapat menimbulkan
efek histeria kepada persepsi publik.
Sedangkan suratkabar The Sun menulis dengan headline “We killed this British
soldier. It’s an eye for an eye” yang menjelaskan motivasi pelaku serangan bahwa dia
melakukan serangan kepada tentara Inggris sebagai sebuah tindakan pembalasan
(retaliation) yang dalam bahasanya disebut dengan “an eye for an eye”, dilengkapi juga
dengan gambar pelaku yang memegang dua pisau yang berlumuran darah korban.
Kemudian kita bisa mendapatkan tiga headline yang hampir serupa dari tiga suratkabar
yaitu Daily Express dengan judul “Terror Fanatics Behead Soldier”, lalu Daily Mirror dengan

11

judul berita “Beheaded on a british street” dan kemudian Daily Star dengan “Soldier
Beheaded On London Street”. Daily Mirro dan Daily Star juga memasang gambar pelakunya
secara besar, satu halaman penuh, dan kita juga dapat melihat warna merah pada pisau
dan tangan berlumuran darah dari sang pelaku. Hanya Daily Express saja yang tidak
memasang gambar pelaku secara eksplisit pada headline-nya. Penggunaan kata “behead”
atau “beheaded” yang berarti pemenggalan kepala juga menjadi teks yang dipilih oleh tiga
suratkabar tersebut untuk merepresentasi persepsi dominan dari isi pemberitaan yang akan
ditampilkan.
Apa kemudian yang menjadi salience dalam beberapa pemberitaan ini adalah foto
pelaku yang memgang dua pisau dan berlumuran darah sang korban menjadi begitu
dominan dalam persepsi publik Inggris. Hampiir semua suratkabar memasang gambar
pelaku sebagai cover halaman depan yang kemudian menjadikan sosok pelaku sebagai
simbolisasi dari kasus penyerangan Woolwich ini. Kemudian jika kita melihat dari
penggunaan teks maka kita akan mendapati kata “beheaded” atau pemenggalan kepala
sebagai teks yang dominan muncul dalam berbagai pemberitaan suratkabar mengenai
kasus penyerangan Woolwich ini. Citra akan pembunuh berdarah dingin yang melakukan
pemenggalan kepala kemudian menjadi persepsi umum yang diterima oleh publik Inggris
dalam melihat kasus penyerangan Woolwich.
Hal lain yang kemudian menjadi menonjol terlihat dalam pemberitaan melalui siaran
ulang video pernyataan dari Michael Adebolajo yang kemudian dilansir oleh berbagai
pemberitaan online dan televisi. Berikut beberapa cuplikan pernyataan dari Abodelajo dalam
kasus ini, “Alasan kami membunuh orang ini saat ini adalah karena umat Islam sedang
sekarat setiap hari oleh tentara Inggris”, “Ini adalah mata diganti mata dan gigi diganti gigi.
Demi Allah, kami bersumpah kepada Allah bahwa kami tidak akan pernah berhenti berjuang
sampai anda meninggalkan kami sendirian”, “Kami terpengaruh melalui banyak ayat-ayat
dalam Alquran bahwa kami harus melawan mereka karena mereka melawan kami. Mata
diganti mata dan gigi diganti gigi”. Video pernyataan ini kemudian diunggah melalui situs
Youtube dan juga dilansir oleh berbagai stasiun televisi dan juga situs pemberitaan online.
Melalui titik ini kita bisa melihat bahwa Adebolajo yang menjadikan identitas Islam sebagai
legitimasi atas serangannya kepada Lee Rigby, seorang tentara Inggris.
Dengan menjadikan identitas dan simbolisasi Islam sebagai sesuatu yang menonjol
dalam kasus penyerangan Woolwich ini maka publik akan melihat bahwa tindaka Adobelajo
didorong atas identitasnya sebagai seorang muslim radikal. Persepsi ini kemudian dapat
menggiring publik untuk melihat bahwa Adobelajo = Islam = Terorisme. Bahwa identitas

12

akan

Islam

yang

kemudian

menjadikan

Abodelajo

melakukan

penyerangan.

Dari

pembahasan ini kita kemudian bisa melihat elemen-elemen apa yang kemudian coba
diangkat menjadi sesuatu yang salience dalam pemberitaan. Saya mendapati beberapa
teks dan citra yang kemudian cukup dominan diangkat adalah : “Blood, knife, african
people,

beheaded,

muslim,

islam,

retaliation,

terror”.

Teks dominan

ini

kemudian

mempengaruhi persepsi publik dan kemudian menghasilkan respon yang cukup dinamis,
diantaranya adalah meningkatnya gejala anti-muslim dan islamophobia di kalangan publik
Inggris. Apakah kemunculan teks dominan ini kemudian juga ada kaitannya dengan gejala
anti islam yang kemudian terjadi?

Efek Sosial dan Isu Anti Islam Pasca Penyerangan Woolwich
Pasca

serangan

Woolwich

yang

dimana

framing

pemberitaan

menunjukkan

simbolisasi yang menonjol antara Islam dengan pelaku serangan memicu efek sosial yang
menjurus kepada rasialisme dan islamophobia. Hal ini bisa dilihat dari berbagai insiden
seperti aksi demonstrasi oleh kelompok ultra nasionalis English Defense League (EDL),
meningkatnya ancaman kepada warga muslim dan juga adanya serangan terhadap
bangunan keagamaan seperti masjid. Beberapa contoh insiden yang menunjukkan adanya
isu anti muslim, islamophobia dan rasialisme dapat dilihat dalam beberapa insiden berikut
ini :
Demonstrasi anti Islam, Puluhan pendukung Liga Pertahanan Inggris melemparkan
botol ke arah polisi dan meneriakkan slogan-slogan anti-Muslim di Woolwich setelah
pembunuhan tentara pada Rabu sore. Sekitar 100 orang, termasuk beberapa mengenakan
penutup kepala dicetak dengan "EDL", terlibat dalam bentrokan dengan polisi selama
kurang dari satu jam. Pemimpin EDL Tommy Robinson mengatakan: "Mereka memotong
kepala tentara kita, ini adalah Islam. Itulah yang kita lihat hari ini Mereka telah memotong
salah satu kepala tentara kita di jalanan London" Kami adalah generasi yang diajarkan
melalui sekolah bahwa Islam adalah agama damai. Ini tidak. Ini tidak pernah ada. 20
Pembakaran dan pengrusakan masjid, Dua orang telah didakwa atas serangan
terpisah di masjid. Tersangka pembakaran Andrew John Grindlay, 45, dari Rochester, dengan
bermotif agama kerusakan kriminal dan perampokan. Tersangka lainnya adalah Geoffrey
Ryan, 43, atas dugaan percobaan pembakaran setelah ia dikabarkan masuk ke masjid
dengan pisau di Braintree, Essex. English Defence League, sebuah kelompok sayap kanan
20

The
Guardian
News,
“Woolwich
attack
prompts
fears
of
backlash
against
British
http://www.guardian.co.uk/uk/2013/may/23/woolwich-attack-backlash-british-muslims , diakses pada 31 Mei 2013

13

Muslims ”,

dengan kuat kecenderungan anti-Islam, telah mengadakan serangkaian protes, sementara
organisasi komunitas Muslim telah melaporkan adanya peningkatan dalam serangan dan
pelecehan terhadap kelompok muslim. Salah satu masjid di kota Inggris utara Grimsby telah
dihancurkan, dan kata "ISLAM" yang dipulas dalam huruf merah besar di Royal Air Force
Bomber Command di Green Park London, dekat dengan Istana Buckingham. Dua orang telah
didakwa dalam serangan pembakaran.21
Ancaman pembunuhan dan tindak kekerasan, Tell Mama (Measuring Anti
Muslim Attack), sebuah kelompok yang berbasis di London yang memantau gejala kekerasan
anti-Muslim. Mengabarkan bahwa terdapat 38 laporan tentang insiden anti-Muslim kebanyakan dari mereka secara online dan delapan pada tingkat jalanan. Sebagai
perbandingan, pada tahun pertama operasinya (hingga Maret 2013) Tell Mama tercatat 632
insiden secara total, rata-rata sekitar 12 minggu. Tell Mama mengatakan insiden terbaru
yang terlibat, paling buruk, mereka mengancam untuk membunuh warga muslim tetapi
sebagian besar adalah ancaman yang lebih ringan - meludah, komentar negatif tentang
Muslim dan satu insiden di mana seorang wanita diancam dengan kekerasan. Ia juga
mengatakan di atas rekaman serangan terhadap masjid ada lima ancaman lebih lanjut
untuk menyerang bangunan keagamaan.

Kesimpulan
Kasus penyerangan Woolwich ini menjadi pemicu bagi lahirnya gelombang baru anti
muslim

dan

islamophobia

di

Inggris.

Michael

Adobelajo

dan

Michael

Adebowale

menggunakan doktrin dan identitas Islam sebagai dasar legitimasi melakukan penyerangan
dan pembunuhan kepada tentara Inggris, Lee Rigby. Adobelajo beralasan bahwa serangan
ini dimaksudkan sebagai tindakan balasan (retaliation) dari pendudukan tentara Inggris di
beberapa negara-negara muslim. Pesan yang disampaikan Adobelajo kemudian menjadi
sumber intreperatsi yang dominan mengenai pengaruh identitas Islam dalam kasus
penyerangan ini. Adobelajo berkali-kali menyebutkan teks-teks yang berkaitan dengan Islam
dalam pernyataannya. Kemudian pesan ini semakin diperkuat dengan framing pemberitaan
yang menunjukkan beberapa teks yang dominan seperti ““Blood, knife, african people,
beheaded, muslim, islam, retaliation, terror”. Citra seorang Adobelajo yang memegang pisau
berlumuran darah dan kemudian membuat pernyataan akan komitmen keagamaannya
menjadi suatu citra yang begitu mendalam dalam benak publik Inggris, bahwa terorisme di
Inggris kembali hadir.
21

Huffington
Post,
“Lee
Rigby,
UK
Soldier,
Died
From
Cuts,
Stab
Wounds,
Autopsy
Says”,
http://www.huffingtonpost.com/2013/05/29/lee-rigby-died-cuts-stab-wounds-autopsy_n_3352738.html , diakses pada 31 Mei 2013

14

Efek sosial dari penyerangan Woolwich dan framing pemberitaan yang menyertainya
dengan menonjolkan simbol-simbol dominan seperti identitas Islam kemudian memicu
gelombang anti-muslim, islamophobia dan rasialisme yang didorong oleh kelompok
ultranasionalis English Defence League (EDL). Meningkatnya gelombang anti muslim ini juga
disertai dengan meningkatnya insiden kekerasan kepada kelompok muslim seperti adanya
demonstrasi anti islam, pengrusakan masjid dan adanya ancaman pembunuhan kepada
kelompok muslim. Dengan demikian dapat dikatakan peristiwa Woolwich dan framing
pemberitaan yang menyertainya juga mendorong terjadinya peningkatan gelombang
islamophobia yang sampai saat ini terus berlangsung.

Referensi
Entman, Robert M. “Framing : Toward Clarification of a Fractured Paradigm”, Journal
of Communication No. 43 (Autumn 1993)
Norris, Pippa, Montague Kern, and Marion Just, “Framing Terrorism”, dalam (Editor)
Pippa Norris, Montague Kern, and Marion Just, “Framing Terrorism : The News Media, The
Government and The Public”, (London : Routledge, 2003)
The Telegraph News, “Woolwich attack: why was suspect Michael Adebolajo free to
kill?”,

http://www.telegraph.co.uk/news/uknews/terrorism-in-the-uk/10077439/Woolwich-

attack-why-was-suspect-Michael-Adebolajo-free-to-kill.html , diakses pada 31 Mei 2013
New York Daily News, “Woolwich Attack: British soldier Lee Rigby died 'in the most
horrific way possible,' says relative”, http://www.nydailynews.com/news/crime/london-attacklee-rigby-identified-british-soldier-hacked-death-article-1.1352671 , diakses pada 30 Mei
2013
Mirror News, “Woolwich attack: Picture timeline of how horrific events unfolded
leaving

soldier

dead”,

http://www.mirror.co.uk/news/uk-news/woolwich-attack-picture-

timeline-how-1906992, diakses pada 30 Mei 2013
International Business Times, “London Attack 2013 Timeline: A By-The-Minute
Account Of The Woolwich Assault”, http://www.ibtimes.com/london-attack-2013-timelineminute-account-woolwich-assault-1276903 , diakses pada 31 Mei 2013
The Independent News, “Exclusive: Woolwich killings suspect Michael Adebolajo was
inspired by cleric banned from UK after urging followers to behead enemies of Islam”,
http://www.independent.co.uk/news/uk/crime/exclusive-woolwich-killings-suspect-michaeladebolajo-was-inspired-by-cleric-banned-from-uk-after-urging-followers-to-behead-enemiesof-islam-8630125.html , diakses pada 31 Mei 2013

15

BBC

News,

“Woolwich

attack:

MI5

'offered

job

to

suspect”,

http://www.bbc.co.uk/news/uk-22664468 , diakses pada 31 Mei 2013
Huffington Post, “Abu Nusaybah, 'Friend' Of London Attack Suspect Michael Adebolajo,
Arrested After BBC Interview”, http://www.huffingtonpost.com/2013/05/25/abu-nusaybaharrested-michael-adebolajo-london-attack_n_3336344.html , diakses pada 31 Mei 2013
The Guardian News, “Woolwich attack prompts fears of backlash against British
Muslims”,

http://www.guardian.co.uk/uk/2013/may/23/woolwich-attack-backlash-british-

muslims , diakses pada 31 Mei 2013
Huffington Post, “Lee Rigby, UK Soldier, Died From Cuts, Stab Wounds, Autopsy
Says”,

http://www.huffingtonpost.com/2013/05/29/lee-rigby-died-cuts-stab-wounds-

autopsy_n_3352738.html , diakses pada 31 Mei 2013

16

Dokumen yang terkait

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN DAN PENDAPATAN USAHATANI ANGGUR (Studi Kasus di Kecamatan Wonoasih Kotamadya Probolinggo)

52 472 17

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

Efek Hipokolesterolemik dan Hipoglikemik Patigarut Butirat

2 94 12

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5