Sejarah Perkembangan Islam Di Eropa
Sejarah Perkembangan Islam Di Eropa
Islam mulai masuk ke Eropa sudah dimulai dari berabad-abad yang lalu. Semua itu di awali oleh
penaklukan negara Andalusia pada tahun 756 M – 1492 M di Semenanjung Iberia. Kemudian
berlanjut melalui Sisilia serta penaklukan wilayah Balkan yang dilakukan oleh kekhalifahan
Utsmaniyyah. Kehadiran dan perkembangan Islam di Eropa kemudian berlanjut dari imigrasi
besar-besaran umat Islam yang berada di negara-negara Islam menuju Eropa setelah selesai
perang dunia kedua.
Proses Penaklukan
fotoinviaggio.it
Umat muslim mulai memasuki benua Eropa sejak adanya permintaan bantuan kepada Musa bin
Nushair yang waktu itu menjabat Gubernur Afrika Utara oleh seorang bansawan Gothia Barat
bernama Graf Yulian yang sedang berkuasa di Geuta Afrika Utara. Waktu itu dia meminta
bantuan agar Gubernur bisa membantu keluarga “Witiza” yang sedang menghadapi konflik
dengan tentara roderik yang waktu itu memberontak merebut singgasana keluarga “Witiza” pada
tahun 710 M.
Singkat cerita, permintaan itu disampaikan oleh Musa kepada khalifah Walid bin Abdul Malik di
Damaskus. Diluar dugaan permintaan itu dengan catatan agar Musa berhati-hati. Sebagai
antisipasi dan penjagaan, maka dikirimlah 200 orang pasukan yang dipimpin oleh Tharif bin
Malik. Pasukan ini mendarat di Tarifa. Setelah diselidiki, Tharif bin Malik akhirnya meyakinkan
Musa akan kesungguhan Graf yulian yang memang benar-benar meminta bantuan. Musa pun
menyampaikan kepada Khalifah Walid bin Walid, setelah berunding dikirimlah pasukan pilihan
yang dipimpin Thariq bin Ziyad seorang panglima besar yang gagah dan sangat berani, pasukan
ini dikirim melalui kota Tanger yang menyebrangi serat Giblatar.
Pada tahun 91 H atau 710 M, pasukan Thariq bin Ziyad mendarat di Spanyol tepat disaat
kekuatan dan konsentrasi pasukan Roderik sedang bergerak menuju wilayah Spanyol utara, hal
ini dilakukan guna menghindari pemberontakan. Namun satu hal yang menarik dari
kepemimpinan Thariq bin Ziyad ini, ketika semua kapal telah mendarat, dia memerintahkan
kepada anak bawahnya untuk membakar semua kapal yang ada, hal ini dilakukan agar semua
pasukannya berjuang dengan sungguh-sungguh, mengeluarkan segenap kemampuan yang
dimiliki, dan tak ada lagi dalam pikiran pasukannya untuk mundur atau pulang kecuali sudah
menang. Strategi nekad yang dilakukan oleh Thariq bin Ziyad ini terkenal hingga sekarang.
Srategi yang dilakukan Thariq bin Ziyad ternyata memberikan efek yang sangat besar dan bisa
membakar semangat para pasukannya, akhirnya dengan perjuangan yang tak pantang menyerah
mereka bisa menaklukkan benteng lawan walau pada saat itu jumlah musuh jauh lebih banyak
dari pada pasukan kaum muslimin. Pada suatu pertempuran di kota Xeres, tentara Rodherik
banyak yang tewas, hal ini berarti semakin memudahkan langkah pasukan kaum muslimin untuk
menaklukkan kota-kota selanjutnya. Akhirnya kota demi kota bisa direbut, sebut saja seperti
kota Malaga, Cordova dan Toledo yang menjadi ibukota Gothia Barat.
Kabar keberhasilan Thariq bin Ziyad ini berhembus ke telinga Musa bin Nushair yang akhirnya
ingin turut menyusulnya ke Spanyol dengan turut membawa pasukan sebanyak 10.00 orang. Di
kota Toledo keduanya bertemu dan sempat terjadi persilisihan, namun itu tidak terjadi lama
karena bisa didamaikan oleh khalifah. Setelah damai, keduanya bahu membahu melanjutkan
perjuangan untuk menaklukkan kota-kota berikutnya seperti Saragosa, Casytylia, Arogan
dan Barcelona hingga pegunungan Pyrenia.
Hampir seluruh Andalusia kecuali wilayah Glacia sudah berada dalam genggaman kaum
muslimin hanya dalam kurun waktu 7 tahun. Pada masa pemerintahan Bani Umayah di
Damaskus, Andalusia dipimpin oleh seorang gubernur dan diantara yang memimpin waktu itu
adalah Abdul Aziz, yang tak lain adalah putra Musa sendiri. Saat Bani Umayyah runtuh yang
ditandai oleh berdirinya daulah Bani Abbasiyah di Baghdad yang dipimpin oleh Abdul Abbas
As-safaf, semua keturunan Bani Umayyah dibunuh semua. Namun ada salah seorang keturunan
Bani Umayah bernama Abdur Rahman yang berhasil meloloskan diri dan kabur menuju spanyol.
Di sana dia membangun kerajaan Bani Umayah kembali dan mampu bertahan cukup lama dari
193 H – 458 H atau 756-1065 M.
Faktor Pendukung Keberhasilan Penaklukan Eropa
Jika kita lihat dari perjalanannya, penaklukan demi penaklukan yang terjadi di Eropa seperti
yang terjadi di Prancis Tengah dan Italia oleh kaum muslimin begitu serasa di mudahkan. Hal ini
bisa terjadi karena adanya dukungan baik dari faktor internal maupun eksternal.
Faktor Internal
Faktor internal yang turut mendukung keberhasilan penaklukan Eropa salah satunya karena para
penguasa, pemimpin sampai prajuritnya yang begitu kompak. Pasda saat itu para pemimpin diisi
oleh sosok-sosok yang kuat, tegas, percaya diri serta bertanggung jawan. Di sisi lain para
prajuritnya pun ikut terbawa sikap pemimpinnya hingga melahirkan prajurit-prajurit yang hebat
pula. Mereka pun berani dan sabar dalam menghadapi setiap persoalan yang dihadapi. Dan yang
tak kalah pentingnya dari itu semua adalah ajaran umat islam yang sering ditunjukkan oleh para
pemimpin dan pasukan Islam. Dalam penaklukan mereka mengajarkan arti persaudaraan,
toleransi serta tolong menolong. Sikap-sikap itulah yang membuat mereka disambut hangat oleh
para penduduk Spanyol pada waktu itu.
Faktor Eksternal
Sedangkan faktor eksternalnya adalah kondisi di Spanyol sendiri pada waktu itu yang
memprihatinkan baik kondisi sosial, ekonomi atau politiknya. Secara politik, wilayah spanyol
sangat terkoyak-koyak menjadi beberapa negara kecil dan semua rakyatnya dibagi dalam sistem
kasta-kasta yang tentu itu semua sangat membuar rakyat tersiksa dan melarat. Ditambah
penguasa yang ada seperti Gothic sangat kejam dan tidak bersikap toleran kepada agama yang di
anut para rakyatnya. Hal inilah yang membuat para kaum yang tertindas menantikan
pembebasan, dan pada akhirnya yang berhasil membebaskan mereka adalah kaum muslimin.
Peradaban Islam Masuk ke Eropa dengan 5 Cara Ini
1. Melalui Andalusia (Spanyol)
Ketika kaum muslimin berhasil menaklukkan Spanyol dan Sisilia selama 8 abad, ternyata itu
sangat memberikan pengaruh kebudayaan Islam di Eropa. Oleh sebab itu, peradaban Islam
akhirnya menyebar di tempat yang berbeda-beda seperti di Granada, Cordova, Toledo dan
Sevilla. Pada waktu itu penduduk asli Andalusia kebanyakan menganut ajaran masehi, namun
ketika peradaban arab mulai masuk akhirnya menjadi terpecah belah. Bahkan mereka mengganti
bahasa umum yang sering digunakan menjadi bahasa arab. Penduduk yang mulai mengenal
peradaban arab sering mengenal istilah Mozabarabes yang jika dalam bahasa arab itu biasa
disebut musta’rib. Oleh sebab itu pula, banyak pendeta nasrani menerjemahkan Injil ke dalam
bahasa arab.
2. Melalui Sisilia (Daerah otonomi Italia)
Menurut sejarah yang ada, Sisilia pernah menjadi salah satu bagian dari wilayah peradaban
Islam.Wilayah ini menjadi salah satu pintu penghubung utama dunia Islam dengan Eropa karena
letaknya yang berdekatan dengan Tunisia di Afrika Utara. Saat berada di bawah kekuasaan
Islam, Sisilia berkembang begitu pesat dan berubah menjadi pusat peradaban dan perniagaan.
3. Melalui Albania (Wilayah Balkan)
Salah satu posisi faktor utama dan yang membuka peluang pengenalan rakyat Balkan kepada
Islam adalah posisi geografis Balkan yang strategis. Secara keseluruhan, perkenalan mereka
terhadap Islam melalui jalur Albania.
4. Melalui kedatangan orang-orang Salib di Timur Islam
Invasi atas Sisilia dan Spanyol memberi arti bahwa di daerah pinggiran Kristen Latin kelak suatu
saat Islam akan hadir.
5. Pertukaran perdagangan antara barat dan timur melalui Mesir
Pengaruh Peradaban Islam di Eropa
1. Orang-orang yahudi yang dulu menderita dan terhina dibawah kekuasaan Ghatia kini dibawah
pemerintahan Islam dilindungi dan diperbolehkan bergerak disektor perdagangan.
2. Ketika dibawah kekuasaan Bangsa Arab, mereka yang selama ini hidup tertekan kini
diperlakukan dengan baik. Sehingga pada masa pemerintahan Islam tiba, mereka memperoleh
dan menikmati hak-haknya sebagai warga negara sipil secara utuh. Disisi lain, bangsa arab bisa
memperkokoh perdamaian dan stabilitas antar etnis dan suku yang saling berbeda. Oleh karena
itu, bangsa Spanyol patuh terhadap pemerintahan Islam mendapatkan sikap toleran seperti apa
yang diharapkan.
3. Saat abad 12 Masehi, pengaruh ilmu pengetahuan dan peradaban islam di Eropa sangat
berkembang pesat yang menimbulkan gerakan kebangkitan kembali pusaka Yunani di Eropa
pada abad ke 14 M. Perkembangan pemikiran Yunani di Eropa ini berkat melalui terjemahan
tulisan arab yang dipelajari kemudian diterjemahkan kembali dalam bahasa latin.
Bukti Peradaban Islam di Eropa
1. Ditemukannya berbagai buku terje mahan dari bahasa arab ke Ibrani, Latin dan Thalia. Pada
masa Eropa awal, buku-buku itu memenuhi perpustakaan-perpustakaan yang ada. buku-buku
yang terkenal pada waktu itu adalah karangan Ibnu Sina dan Ar-razi yang diantaranya karangan
buku tentang ilmu filsafat dan ilmu kedokteran.
2. Adanya kata yang berasal dari bahasa arab yang masih digunakan oleh bangsa Eropa sampai
sekarang. Kalimat-kalimat ini bisa ditemukan dalam bahasa Italia, Portugis, Spanyol dan masih
banyak yang lainnya.
Perkembangan Islam di Berbagai Negara di Eropa
1. Pada tahun 1975 di Spanyol sekelompok pemuda masuk Islam, disana mereka membangun
peradaban muslim di kota Cordova. Selanjutnya pada tahun 1978 setelah memohon izin pada
pemerintah Cordova, mereka akhirnya bisa melaksanakan Shalat Idul Fitri di Kathedral. Bahkan
pada saat itu, walikota Tulio Angulia memberikan kebijakan tentang tolerasni antar umat
beragama. Hal yang dia lakukan salah satunya menawarkan kepada umat Islam menggunakan
taman kota untuk shalat berjamaah dan Idul Adha, tak lupa diapun memberikan tenda besar agar
umat Islam bisa semakin khusyuk dan nyaman ketika shalat. Terdapat pula sekolah yang
dikelola oleh Dr. Umar Faruq Abdullah yang mengajar ilmu Al-quran, bahasa arab, hadist, fiqih,
tafsir dan masih banyak yang lainnya.
2. Di negara Belgia, berdiri sebuah gedung Islamic Center sebagai pusat kegiatan dakwah islam.
Pada tahun 1980 diselenggarakan Mukhtamar Islam di Eropa tepatnya di kota Brussel. Pada
waktu itu umat Islam yang berada di Belgia mencapai 150.000 orang.
3. Pada awal abad 15 H di Austria, tepatnya pada tahun 1979 di kota Wina, dibangun sebuah
gedung Islamic Center yang memiliki kapasitas 30.000 orang. Di gedung ini terdapat berbagai
fasilitas seperti perpustakaan, perumahan, madrasah, serta masjid jami’. Di sana pun agama
Islam menjadi agama yang kedua di akui setelah agama Kristen.
4. Telah dibangun sebuah masjid yang megah di kota Almeo, Belanda. Di kota ini juga terbentuk
fererasi organisasi Islam yang dipimpin warga asli belanda yang bernama Abdul Wahib Van
Bomel. Abdul wahib memperjuangkan agar semua buruh yang beragama Islam bisa diberi
kesempatan keleluasaan waktu untuk menjalankan shalat lima waktu. Di kota Redderect pada
tanggal 14 oktober 1983, telah dibangun sebuah masjid yang memiliki kapasitas 500 orang yang
dilengkapi berbagai fasilitas, diantaranya tempat wudhu, ruang tamu, ruang diskusi dan masih
banyak yang lainnya. Pertumbuhan umat Islam di negara ini juga sangat pesat dan dari tahun ke
tahun terus meningkat. Yang awalnya hanya ratusan orang kini bertambah menjadi ratusan ribu
orang.
5. Sudah menjadi rahasia umum, Roma merupakan pusat peradaban umat Khatolik. Di sini
banyak berdiri yang jumlahnya mencapai hampir 900-an, baik itu gereaja milik Khatolik,
Orthodox, Protestan, Snayoge ataupun Yunani. Memang perkembangan Islam di wilayah ini
tidak seperti wilayah Eropa lainnya yang tumbuh begitu pesat. Meskipun begitu, pada tahun
1984 umat islam berhasil meletakkan batu pertama untuk pembangunan masjid di Taman Most
Antene di Pariali. Masjid ini sendiri diresmikan pada tahun 1995.
6. Di negara Inggris, perkembangan umat Islam cukup bagus. Hal ini terjadi karena adanya
dukungan dan faktor kepindahan Universitas Islam Toledo dari Spanyol menuju Inggris. Sejak
saat itu perkembangan Islam di sini mulai menyebar dan mulai bisa diterima oleh penduduk asli.
Ada salah satu tokoh yang sangat berjasa dalam penyebaran agama Islam, yakni Mozarebes.
Adapaun penyebaran paham dan pengembangan Islam itu dilakukan setiap hari Sabtu dan
Minggu, baik kepada anak-anak maupun orang dewasa. Pasca perang dunia kedua, terjadi arus
imigrasi kaum muslimin menuju Eropa tak terkecuali Inggris. Hal ini semakin meningkatkan
pertumbuhan umat Islam di negara ini.
7. Perkembangan umat Islam di Jerman terbilang sangat cepat, sehingga dalam sebuah penelitian
sekitar 40% penduduk Jerman yang dibawah 18 tahun sudah memeluk agama Islam. Kekuatan
Islam di sini sangat kuat karena menyatukan berbagai kelompok yang ada dan bisa menambah
percaya diri umat Islam di sini k menyebarkan ajaran Islam lebih luas lagi.
Kesimpulan
Secara garis besar, masuknya umat Islam ke Eropa berkat Invasi Turki ke wilayah Eropa
yang melalui Sisilia, Spanyol dan penaklukan Balkan. Namun tetap yang paling memberi andil
besar adalah penaklukan negeri Andalusia atau yang sering kita sebut Spanyol mengingat kaum
muslimin pernah menguasai bangsa ini lebih dari 7 abad. Di Spanyol juga menjadi tempat
peradaban umat Islam Eropa baik dalam hubungan ekomomi, sosial, politik atau peradaban antar
negara. Bisa disimpulkan perkembangan Islam di Eropa hingga bisa berkembang pesat seperti
saat ini berkat khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang pada periode klasik.
Perkembangan Islam Di Eropa
Islam memiliki sejarah tersendiri di benua yang sering disebut dengan benua biru ini. Sepuluh
abad yang lalu, islam adalah agama yang berjaya dibeberapa wilayah eropa terutama Spanyol
dan pemerintahan islam banyak membawa kemajuan di benua tersebut meskipun hal ini bertolak
belakang dengan keadaan islam di Eropa saat ini (baca fungsi agama dalam kehidupan manusia).
Untuik mengetahui lebih lanjut tentang sejarah dan perkembangan islam di Eropa simak
penjelasan berikut ini (baca juga sejarah yahudi dan sejarah islam dunia)
ads
Masuknya Islam ke Eropa
Berbeda halnya dengan proses masuknya Islam di Amerika yang dipelopori oleh masyarajat
kelas bawah, Islam masuk ke Eropa melalui jalur kekuasaan yakni pada masa daulat Bani
Umayah, dibawah kepemimpinan Khalifah Al Walid dan yang berkedudukan di Damaskus. Pada
saat itu, Khalifah Al walid mengirimkan pasukan ke Afrika Utara untuk memperluas
wilayahnya. Pada sekitar tahun 709 masehi, Mus bin Nusyair yang saat itu menjabat sebagai
Gubernur Afrika mengutus Thariq bin Ziad beserta pasukannya mengadakan penjajakan wilayah
ke daerah benua Eropa yakni Spanyol dan ternyata pasukan tersebut berhasil menduduki wilayah
Spanyol tanpa melakukan perlawanan yang berarti. Selanjutnya pada tahun 710, Thariq bin Ziad
dan pasukannya yang mayoritas merupakan masyarakat Arab dan barbar mengulangi misinya
untuk memperluas wilayah dengan menyebrangi laut Tengah menuju daratan Spanyol dan ia
serta pasukannya mendarat pada suatu bukit yang kemudian dinamakan jabal Thariq atau yang
dikenal dengan nama Gibraltar.
Pasukan Thariq bin Ziad harus berperang melawan pasukan Raja Spanyol yakni Raja Roderick
dan peperangan tersebut berlangsung selama delapan hari dan akhirnya dimenangkan oleh
pasukan Islam sedangkan raja Roderick dan pengikutnya melarikan diri ke arah barat laut.
Wilayah Spanyol yang dikuasai diantaranya adalah Archidona, Toledo, dan Granada kemudian
berhasil ditundukkan, dan Musa bin Nusyair menyusul ke Spanyol. Selanjutnya dengan bantuan
pasukan Spanyol yang tersisa dan dukungan rakyat Spanyol yang tertindas oleh Roderick,
Pasukan Islam berhasil menguasai Prancis dan negara-negara tetangganya hingga ke
Skandanavia, Jerman, Polandia, Albania Hongaria, rumania, dan Bulgaria.
Masa Pemerintahan Islam
Setelah Spanyol dikuasai pasukan muslim, Spanyol kemudian menjadi salah satu bagian atau
propinsi dari Dinasti Bani Umayah dan beribukota di Sevilla. Beberapa Gubernur yang pernah
memerintah disana diantaranya adalah Musa bin Nusyair, Abdul Aziz bin Musa bin Musyair, lalu
Abdur Rahman As Saqafi, Al Samah bin Malik, dan selanjutnya diganti oleh Abdur Rahman Al
Ghafiqi yang meninggal setelah perang melawan Prancis. Gubernur terakhir bani Umayah di
Spanyol adalah Yusuf Al Fiqri yang menggantikan Abdur Rahman Al Ghafiqi. Saat
pemerintahan bani Abbasiyah, Abdur Rahman bin Mu’awiyah bin Hisyam yang merupakan
keturunan Bani Abbasiyah melarikan diri ke Spanyol dan mendirikan kekhalifahan disana.
Selanjutnya khalifah
Abdur Rahman berhasil menaklukkan Spanyol dan mendapat julukan Ad-Dakhil yang artinya
“sang Penakluk”. Pemerintahan Islam di Spanyol berakhir setelah delapan abad lamanya
kekuasaan dan sekitar tahun 1492 – 1502, dan juga setelah raja-raja Eropa yang beragama
Kristen bersatu terutama Raja Spanyol dan raja Portugal. Setelah itu perkembangan islam
terhenti di benua Eropa.
Kemajuan Pemerintahan Islam di Eropa
Selama delapan abad umat islam memerintah di Spanyol, banyak sejarah dan kemajuan yang
telah dicapai mengingat delapan abad bukanlah waktu yang singkat. Umat islam berhasil
membawa sejarah yang baik bagi penduduk Spanyol karena mereka tidak memperlakukan
penduduk Spanyol sebagai jajahan dan berlaku-semena-mena.
Pemerintahan islam memperlakukan penduduk Spanyol dengan baik dan tidak
membatasi kegiatan mereka. Hal inilah yang menyebabkan Spanyol memiliki
catatan sejarah yang lebih baik dibandingkan dengan sejarah negara Eropa lainnya.
Berikut ini adalah beberapa kemajuan yang ditorehkan umat muslim kala itu. (baca
ilmu pendidikan islam dan hakikat pendidikan islam)
1. Sejarah agama islam mencatat pada masa itu pemerintahan islam diEropa
banyak melahirkan ulama besar seperti Imam Al Auza’i, seorang tokoh ilmu
Fiqih, dan juga ulama-ulama lain di bidang tasawuf, fikih, hadits dan
sebagainya.
2. Lahirnya filsuf dan ilmuwan islam seperti Ibnu Rusydi, seorang filusuf dan ahli
di bidang kedokteran. Serta beberapa ahli astronomi terkenal seperti Al Irqali
dari Toledo dan Al Majriti dari Kordoba dan Ibnul Aflah dari Sevilla.
3. Di masa pemerintahannya, islam mewariskan berbagai bangunan indah
sebagai karya di bidang arsitektur seperti Istana Ja’fariah, Istana Al Hamra di
Granada, Masjid Cordova, Masjid Sevilla dan Tembok Toledo, serta Istana Al
makmun. Masjid kala itu tidak hanya berfungsi sebagai tempat menunaikan
shalat wajib, shalat jum’at akan tetapi kegiatan lain seperti zakat (baca
penerima zakat dan syarat penerima zakat) serta tempat pengajaran
Alqur’an (baca manfaat membaca Alqur’an dalam kehidupan dan manfaat
membaca Alqur’an bagi ibu hamil)
Masa Kejatuhan Pemerintahan Islam Eropa
Setelah kejatuhan tentara dan keuasaan islam di Spanyol, Raja Spanyol Ferdinand yang menikah
dengan Ratu Portugal Elisabeth melarang segala bentuk aktifitas dakwah islam secara terangterangan dan sembunyi. Mereka juga mengusir umat muslim dari Spanyol dan memaksanya
masuk agama kristen. Tidak ada penduduk Spanyol yang boleh memakai nama Arab ataupun
nama islam. Jika ada yang melanggar maka orang tersebut akan mendapat hukuman penggal
kepala. Pada tahun 1610, Granada menjadi daerah terakhir yang dilepas oleh pemerintahan Islam
di Spanyol dan sekitar 50.00 umat muslim diusir dari wilayah tersebut tanpa boleh membawa
apapun sehingga banyak dari mereka yang meninggal di perjalanan.
Raja-raja Eropa yang bersatu dan menang atas tentara islam selanjutnya lupa diri dan
menjadikan diri mereka sebagai penjajah negara lain untuk memperluas wilayah dan
mendapatkan lebih banyak harta. Hal inilah yang mendorong mereka untuk menjajah negaranegara lain seperti negara islam dan termasuk Indonesia yang pada saat itu memiliki beberapa
kerajaan islam di wilayahnya.
Islam Eropa Saat Ini
Setelah masa penjajahan tersebut dimulai maka hubungan negara Eropa dengan islam terputus
dan hal ini terjadi sebelum abad ke delapan belas. Setelah banyak negara islam dan daerah yang
lepas dari penjajahan bangsa Eropa barulah hubungan tersebut dimulai kembali. Abad tersebut
kemudian dikenal dengan nama abad kebangkitan. Banyaknya imigran muslim yang merantau
dan menetap di Eropa selanjutnya menjadi cikal bakal berkembangnya islam di zaman modern.
Tidak hanya itu banyak pelajar muslim yang kemudian pergi dan menetap di Eropa untuk
menuntut ilmu. Kemudian berdirilah organisasi islam yang disebut Young Muslim Association
in Europa (YMAE). Organisasi tersebut bertanggung jawab untuk mengembangkan dakwah dan
upaya mengenalkan islam kepada masyarakat Eropa. Banyaknya masjid dan makanan halal yang
tersedia di Eropa adalah salah satu bukti berkembangnya islam di benua ini.
Saat ini islam sudah banyak mengalami kemajuan di negara-negara Eropa dan banyak
masyarakat Eropa yang sudah menganutnya. Meskipun beberapa negara bertindak semena-mena
dan melarang muslim melakukan kewajibannya seperti Prancis yang melarang warganya
terutama wanita untuk mengenakan hijab (baca wanita dalam islam, kedudukan wanita dan
peran wanita dalam islam). Meskipun demikian, tetap saja hal ini tidak menggentarkan iman dan
keinginan mereka untuk tetap istiqamah melaksanakan perintah Allah SWT dan menjahuhi
larangannya.
Sejarah Perkembangan Islam di Benua Eropa Bacaan madani 1:26:00 PM Kisah Islami , Sejarah
Islam 0 Comments Berdasarkan kenyataan sejarah, Islam memasuki benua Eropa melalui empat
periode yaitu: 1. Periode kekhalifahan Islam di Spanyol (Andalusia) selama ± 8 abad dan
pemerintahan umat Islam di beberapa pulau, di antaranya: Prancis Selatan, Sicilia, dan Italia
Selatan. Kekhalifahan Islam di Spanyol berakhir pada tahun 1492, setelah penguasa Kristen
memaksa khalifah terakhir dari dinasti Bani Umayyah II, Abu Abdillah untuk menyerah. Setelah
itu, umat Islam Spanyol dihadapkan pada tiga pilihan, yaitu: masuk Kristen, keluar dari Spanyol,
atau dibunuh. Mereka banyak yang meninggalkan Spanyol dan pindah ke Benua Afrika, bahkan
ada juga yang ke Benua Amerika. Demikian pula pada abad XI, bangsa Norman di Sicilia dan
Italia Selatan telah menaklukkan pemerintahan Islam di Mediterania, wilayah-wilayah Prancis
Selatan, Sicilia, dan Italia Selatan. 2. Adanya penyebaran tentara Mongol pada abad ke-13. Di
antara penguasa Mongol, yakni Dinasti Khan beragama Islam, kekuasaannya berpusat di Sungai
Volga sebelah utara Laut Kaspia dan Laut Tengah, ia meninggalkan penduduk Muslim di sekitar
Sungai Volga hingga Kaukasus dan Krimea, yang terdiri dari orang-orang Tartar. Kemudian
mereka menyebar ke berbagai wilayah kekaisaran Rusia, dan membangun koloni di berbagai
tempat. Mereka menjadi penduduk Finlandia, wilayah Polandia, dan Ukraina. 3. Periode
ekspansi kekhalifahan Turki Usmani sekitar abad ke-14 dan ke-15 ke wilayah Balkan dan Eropa
Tengah. Akibat dari ekspansi itu sampai sekarang terdapat kaum Muslim keturunan Turki di
Yugoslavia, Rumania, Yunani, Bosnia Herzegovina, dan di Albania. Bahkan di Albania umat
Islam merupakan penduduk mayoritas. 4. Periode kaum imigran Muslim memasuki benua Eropa
setelah perang dunia ke-2, terutama ke negara-negara industri, seperti: Prancis, Jerman, Inggris
Belanda dan Belgia. Di bawah ini akan dikemukakan keberadaan kaum Muslim di beberapa
negara dari benua Eropa. 1. Spanyol Kaum Muslim yang mendiami Spanyol dewasa ini terdiri
dan keturunan umat Islam yang terusir pada peristiwa Reqonquista (1492 M), kaum imigran
pencari kerja yang bertempat tinggal di Spanyol hanya untuk sementara, dan kaum imigran yang
menetap di Spanyol. Jumlah mereka menurut catatan Jongen S. Nielson pada tahun 1990 adalah
sebesar 250.000 orang. Mereka berasal dan Maroko, Afrika, Timur Tengah, Asia Selatan, dan
Asia Tenggara. Pada tahun 1992, terdapat kesepakatan antara pemerintah Spanyol dan
Comission Islamica Espana (Komisi Islam Spanyol), yang isinya : Kaum Muslimin diizinkan
untuk memberikan pengajaran agama di sekolah negeri ataupun swasta. Kaum Muslimin diberi
izin membangun sekolah yang dikelola sendiri. Izin melaksanakan ibadah di angkatan
bersenjata, rumah sakit, dan penjara. Memperoleh keringanan pajak. Izin merayakan hari raya
keagamaan dan difasilitasi untuk memperoleh makanan halal. 2. Perancis Jumlah penduduk
Muslim di Prancis cukup banyak (±7% dari total penduduk). Mereka berasal dari Aljazair,
Maroko, Tunisia, Afrika, Sub Sahara, wilayah Laut Hitam, dan dari berbagai wilayah Timur
Tengah (Mesir, Libanon, Suriah, Yordania, dan Irak) dan Asia Tengah (Turki, Iran, Afganistan,
dan Pakistan). Pada tahun 1992, di Prancis terdapat sekitar 1.300 organisasi Muslim. Di antara
organisasi-organisasi tersebut, ada yang hanya bergerak di bidang keagamaan, terutama dakwah,
seperti Jama’ah At-Tablig Wa ad Dakwah dan Foiet Pratique (Iman dan Praktik), ada juga
organisasi yang menjadikan agama bukan sebagai satu-satunya tema pokok kegiatan, misalnya:
Generation Egalite (Generasi Kesamaan), France Plus (Prancis Plus), dan Generation Beur
(Generasi Emigran Afrika Utara). Organisasi-organisasi yang kebanyakan anggotanya berusia
muda tersebut sering menyampaikan protes ketidaksetujuan mereka dijadikan warga kelas dua di
Prancis. Selama beberapa tahun terakhir ini, ada upaya untuk mengkoordinasi organisasi-
organisasi kaum Muslim di Prancis yang cukup banyak itu. Hal ini ditandai dengan didirikannya
Federation Nationale des Musulmans de France (FNMF = Federasi Nasional Muslim Prancis),
Union des Organisation Islamiques de France (UDIF = Serikat Organisasi Islam Perancis), dan
Conceil Relegieux de Islam en France (CORIF = Dewan keagamaan Islam di Perancis). CORIF
didirikan pada 6 November 1989 di bawah Departemen Dalam Negeri. Dewan ini
beranggotakan 15 orang pemuka Muslim Prancis, yang tugasnya melakukan pengkajian
mengenai masalah-masalah kaum Muslim Prancis. Selain banyaknya organisasi-organisasi
Islam, keberadaan kaum Muslimin di Prancis itu ditandai dengan : a. Didirikannya masjidmasjid, pemukiman-pemukiman warga Muslim, dan sekolah-sekolah untuk warga Muslim. b.
Makin banyaknya wanita yang berjilbab di jalan-jalan. c. Mengadakan pameran buku-buku
Islam di Prancis. d. Banyaknya toko-toko yang menyediakan makanan-makanan halal. e.
Berkembangnya beberapa kelompok tarekat (kelompok sufi), seperti Tarekat Qadiriah, Tarekat
Tijaniah, Tarekat Naqsyabandiah, dan Tarekat Bektasyi. Selain di Spanyol dan Prancis, kaum
Muslim di Benua Eropa juga terdapat di negara-negara lainnya. Seperti di Inggris, Jerman,
Belanda, Belgia, Swedia, Denmark, Norwegia, Swiss, Australia, dan Italia. Keberadaan kaum
Muslimin di negara-negara tersebut makin meningkat, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Disalin dari : http://www.bacaanmadani.com/2017/02/sejarah-perkembangan-islam-dibenua.html
Terima kasih sudah berkunjung.
Pembahasan tentang perkembangan Islam di Benua Eropa pada bab ini dibatasi pada beberapa
negara, sebagai gambaran umum tentang keberadaan Islam di Eropa, yaitu Andalusia (Spanyol),
Rusia, dan Inggris secara sekilas. Perkembangan Islam di wilayah lain di Benua Eropa dapat
kalian telusuri dari berbagai sumber.
a.
Andalusia
(Spanyol)
Pada masa pemerintahan Bani Umayah di Damaskus, Andalusia dipimpin oleh Amir (gubernur)
di antaranya oleh putra Musa sendiri, yaitu Abdul Aziz. Runtuhnya kebesaran Bani Umayah di
Damaskus dengan berdirinya daulah Bani Abbasyah di bawah pimpinan Abdul Abbas As Safah
(penumpah darah) yang berpusat di Baghdad, yang menyebabkan seluruh keluarga Kerajaan
Bani Umayah ditumpas. Namun, salah seorang keturunan dari Bani Umayah, yaitu Abdur
Rahman berhasil melarikan diri dan menyusup ke Spanyol. Di sana dia mendirikan Kerajaan
Bani Umayah yang mampu bertahan sejak tahun 193-458 H (756-1065 M).
Kondisi masyarakat Spanyol sebelum Islam mereka memeluk agama Katolik, dan sesudah Islam
tersebar luas tidak sedikit dari mereka yang memeluk agama Islam secara suka rela. Hubungan
antar agama selama itu dapat berjalan dengan baik karena raja-raja Islam yang berkuasa
memberi kebebasan untuk memeluk agamanya masing-masing. Oleh karena itu, tidak
mengherankan jika di sana telah terjadi percampuran darah juga terdapat orang-orang yang
berbahasa Arab, beradat istiadat Arab, meskipun tetap memeluk agama nenek moyang mereka.
Keberadaan kerajaan Islam di Spanyol merupakan perantara sekaligus obor kebudayaan dan
peradaban. Ilmu pengetahuan kuno dan filsafat ditemukan kembali. Di samping itu, Spanyol
menjadi pusat kebudayaan, karena banyaknya para sarjana dan mahasiswa dari berbagai pelosok
dunia berkumpul menuntut ilmu di Granada, Cordova, Seville, dan Toledo.
Di kota-kota tersebut banyak terlahir ilmuwan terkemuka, seperti Abdur Rabbi (sastrawan
terkemuka), Ali ibnu Hazm (penulis 400 jilid buku sejarah, agama, logika, adat istiadat), Al
Khatib (ahli sejarah), Ibnu Khaldun (ahli filsafat yang terkenal dengan bukunya
“Muqaddimah”), Al Bakri dan Al Idrisi (ahli ilmu bumi), dan Ibnu Batuta (pengembara terkenal
yang menjelajahi negeri-negeri Islam di dunia).
Kemudian lahir pula seorang ahli filsafat yang lain, yakni Solomon bin Gabirol, Abu Bakar
Muhammad, Ibnu Bajjah (ahli filsafat abad ke- 12 pentafsir karya-karya Aristoteles), dan Ibnu
Rusyd (ahli bintang, sekaligus seorang dokter dan ahli filsafat). Adapun sumbangan utama Ibnu
Rusyd di bidang pengobatan ialah buku ensiklopedi dengan judul Al Kuliyat fit At Tibb, serta
buku filsafat Thahafut At Tahafut.
Perlu pula diketahui bahwa peranan wanita-wanita muslim di Spanyol saat itu tidak hanya
mengurus dapur mereka, tetapi mereka juga memberikan sumbangan besar di bidang
kesusasteraan, seperti Nazhun, Zaynab, Hamda, Hafsah, Al-Kalayyah, Safia dan Marian dari
Seville (adalah seorang guru terkenal). Penulis-penulis wanita dan dokter-dokter wanita, seperti
Sysyah, Hasanah At Tamiyah, dan Ummul Ula serta masih banyak lagi.
Pada abad 12 di Spanyol didirikan pabrik kertas pertama. Kenangan pertama dari peristiwa itu
ialah kata “Rim” melalui kata “Ralyme” (Perancis Selatan) diambil dari bahasa Spanyol “
Risma” dari bahasa Arab “Rizma” artinya bendel.
Berakhirnya kekuasaan Bani Umayah di Spanyol di bawah kekuasaan Khalifah Sulaiman,
diganti oleh dinasti-dinasti Islam kecil, seperti Al- Murabithin, Al-Muhades (Muwahidun), dan
kerajaan Bani Ahmar. Setelah delapan abad umat Islam menguasai Andalusia pada tahun 898 H
(1492 M). Raja Abdullah menyerahkan kunci kota Granada kepada Ferdinand pemimpin kaum
Salib, yang selanjutnya beliau menduduki istana Al Hambra, di mana sebelum itu Khalifah
Abdullah bersedia menandatangani perjanjian yang terdiri atas 72 pasal. Di antara isinya antara
lain Ferdinand akan menjamin keselamatan jiwa keluarga Raja Bani Ahmar, demikian pula
kehormatan dan kekayaan mereka. Dalam pada itu, kemerdekaan beragama pun akan dijamin
terhadap kaum muslimin yang tinggal di Andalusia.
Akan tetapi, di kemudian hari perjanjian tersebut diingkari oleh Ferdinand sendiri dan malah
mendesak semua pasukan Raja Abdullah untuk masuk Kristen, jika menolak diusir dan harta
bendanya disita. Pertumbuhan agama Islam di Eropa sekarang memang cukup sulit
dibandingkan dengan berdakwah di Asia-Afrika, yang masyarakatnya terlanjur sekuler, namun
karena kegigihan para mubaligh berdakwah sehingga dalam perkembangannya agama Islam
semakin baik dalam kualitas maupun kuantitasnya. Apalagi setelah Paus Paulus II membuka
dialog antar umat beragama, seperti yang dilakukan terhadap tokoh-tokoh muslim khususnya
dari Indonesia dan pada masa hidupnya Paus Paulus II pernah mengundang Menteri Agama RI
untuk menjelaskan praktek kerukunan hidup beragama di tanah air.
Di Spanyol atau Andalusia pada tahun 1975 sekelompok pemuda masuk Islam, mereka
mendirikan masyarakat muslim di Cordova. Kemudian pada tahun 1978 mereka dapat
melaksanakan Shalat Idul Adha di Kathedral (bekas masjid) setelah memohon izin Uskup
Cordoba Monseigneur Infantes Floredo. Bahkan, walikota Tulio Anguila melaksanakan teori
kerukunan beragama. Ia menawarkan umat Islam menggunakan taman kota dengan diberi
kemah besar untuk melaksanakan shalat Idul Adha dan shalat berjamaah. Di sana terdapat
madrasah yang dikelola Dr. Umar Faruq Abdullah yang mengajar bahasa Arab, ilmu al-Qur'an,
tafsir, fiqih, hadis dan lain sebagainya.
b.
Rusia
Sampai akhir abad ke-10 M orang-orang Rusia masih menyembah berhala. Rusia jatuh ke
tangan Islam di bawah pimpinan panglima Qutaibah bin Muslim pada masa Khalifah Walid bin
Abdul Malik sampai permulaan Khalifah Sulaiman.
Pada saat itu Qutaibah mampu meluaskan penaklukan ke semua negeri yang terletak di dua
sungai Jihun dan Sihun. Qutaibah juga berdakwah kepada penduduk untuk memeluk agama
Islam dan meninggalkan penyembahan berhala. Karena kebijaksanaan Qutaibah, maka banyak
penduduk negeri itu masuk agama Islam.
Keberhasilan Qutaibah dimulai tahun 86 H sampai 91 H dan dapat menguasai semua negeri ini
sampai mendekati perbatasan Cina. Qutaibah berhasil mendirikan masjid besar di Bukhara yang
dinamakan Jami Qutaibah. Ia mengirim para ahli fiqih ke rumah-rumah rakyat untuk
mengajarkan ajaran Islam, dan membolehkan menerjemahkan al-Qur'an ke dalam bahasa yang
dikenal di daerah tersebut.
Keberadaan pemerintahannya yang berpaham komunis yang anti Islam, cukup menjadi
hambatan bagi perkembangan Islam di Rusia. Chechnya adalah salah satu korban keganasan
tentara Rusia. Chechnya merupakan negara kecil di kawasan Kaukasus, Rusia yang
berpenduduk 1,5 juta dan mayoritas beragama Islam. Presidennya yang bernama Dzhokar
Dudayef adalah seorang muslim yang taat.
Pasca runtuhnya rezim Bolshevik yang anti-agama pada 1991, umat Islam Rusia bangkit lagi
setelah hampir tiga perempat abad di bawah tekanan. Kebangkitan umat Islam di Rusia terlihat
dari tingginya animo menunaikan haji dan umrah, minat mempelajari al-Qur'an, serta
peningkatan jumlah jemaah dan masjid. Pada 2008, lebih dari 32.000 muslim Rusia menunaikan
haji. Diperkirakan sebanyak 7.000 masjid berdiri di seluruh Rusia, sementara ketika komunis
tumbang hanya ada 100 masjid. Moskwa, dengan sekitar 2,5 juta muslim, menjadikannya
sebagai kota dengan penduduk muslim terbesar di Eropa. Saat ini diperkirakan 18 persen dari
total penduduk atau 25 juta warga Rusia memeluk agama Islam. Melihat perkembangan yang
demikian pesat, sebagian pakar memprediksikan bahwa tahun 2050 Rusia akan menjadi Negara
Islam terbesar di Eropa.
c.
Inggris
Inggris termasuk salah satu negara yang cukup bagus perkembangan Islamnya. Hal ini didukung
dengan pemindahan Universitas Islam Toledo di Spanyol ke Inggris. Sejak itu Inggris
mempunyai Universitas Cambridge dan Oxford. Mozarabes salah satu tokoh yang amat berjasa
dan aktif dalam penyebaran ilmu pengetahuan agama Islam. Ia mengganti namanya menjadi
Petrus Al Ponsi, dan beliau menjadi dokter istana Raja Henry I. Pengembangan Islam dilakukan
tiap hari libur, seperti hari Sabtu dan Ahad baik untuk anak-anak maupun orang dewasa.
Beberapa organisasi Islam yang ada di Inggris adalah:
1) The Islamic Council of Europe (Majlis Islam Eropa) berfungsi sebagai pengawas kebudayaan
Eropa.
2) The Union of Moslem Organization (Persatuan Organisasi Islam Inggris).
3)
The
Asociation
of
British
Moslems
(Perhimpunan
Muslim
Inggris).
4) Islamic Fondation dan Moslem Institute. Keduanya bergerak di bidang penelitian,
beranggotakan orang-orang Inggris dan imigran.
Di pusat kota London dibangun Central Mosque (Masjid Agung) yang selesai pembangunannya
pada tahun 1977 terletak di Regents Park, dan mampu menampung 4000 jamaah, dilengkapi
perpustakaan dan ruang administrasi serta kegiatan sosial. Di samping itu, orang-orang Islam
Inggris juga membeli sebuah gereja seharga 85.000 poundsterling di pusat kota London yang
akan dijadikan pusat pendidikan ilmu agama Islam. Pemeluk agama Islam di sini selain bangsa
Inggris sendiri juga imigran Arab, Turki, Mesir, Cyprus, Yaman, Malaysia dan lain-lain yang
jumlahnya ± 1 ½ juta orang (menurut catatan The Union of Moslem Organization), dan di sini
agama Islam merupakan agama nomor dua setelah Kristen.
Al-Qur'an pertama kali diperkenalkan di Inggris oleh Robert Katton yang ditejemahkan ke
dalam bahasa latin. Kemudian kamus Arab-Inggris pertama disusun sarjana Inggris E.W.Lanes.
Di negeri ini juga pada tahun 1985 muncul seorang walikota muslim yang bernama Muhammad
Ajeeb di Stradford Inggris. Dan sejak itu, masyarakat muslim dan mahasiswa Universitas
Oxford mendirikan “Pusat Kajian Islam”.
Sejarah Peradaban Islam di Eropa (711M1492M)
May 1
Posted by alqabas_6179
BAB I : PENDAHULUAN
Ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran di daerah Semenanjung Arab, bangsa-bangsa
Eropa justru mulai bangkit dari tidurnya yang panjang, yang kemudian banyak dikenal dengan
Renaissance. Kebangkitan tersebut bukan saja dalam bidang politik, dengan keberhasilan Eropa
mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi. Harus diakui, bahwa justru dalam bidang ilmu dan teknologi
itulah yang mendukung keberhasilan negara-negara baru Eropa. Kemajuan-kemajuan Eropa
tidak dapat dipisahkan dari peran Islam saat menguasai Spanyol.[1]
Dari Spanyol Islam itulah Eropa banyak menimba ilmu pengetahuan. Ketika Islam mencapai
masa keemasannya, kota Cordoba dan Granada di Spanyol merupakan pusat-pusat peradaban
Islam yang sangat penting saat itu dan dianggap menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu, orangorang Eropa Kristen, Katolik maupun Yahudi dari berbagai wilayah dan negara banyak belajar di
perguruan-perguruan tinggi Islam di sana. Islam menjadi “guru” bagi orang Eropa[2] Di sini
pula mereka dapat hidup dengan aman penuh dengan kedamaian dan toleransi yang tinggi,
kebebasan untuk berimajinasi dan adanya ruang yang luas untuk mengekspresikan jiwa-jiwa
seni dan sastra.[3]
Penduduk keturunan Spanyol dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu: Pertama,
kelompok yang telah memeluk Islam; Kedua, kelompok yang tetap pada keyakinannya tetapi
meniru adat dan kebiasaan bangsa Arab, baik dalam bertingkah laku maupun bertutur kata;
mereka kemudian dikenal dengan sebutan Musta’ribah, dan Ketiga, kelompok yang tetap
berpegang teguh pada agamanya semula dan warisan budaya nenek moyangnya. Tidak sedikit
dari mereka, yang nonmuslim, menjadi pejabat sipil maupun militer, di dalam kekuasaan Islam
Spanyol. Mereka pun mendapat keleluasaan dalam menjalankan ibadah mereka tanpa diganggu
atau mendapat rintangan dari penguasa muslim saat itu, sesuatu yang tidak pernah terjadi
sebelumnya saat penguasa Kristen memerintah Spanyol.[4]
BAB II : PEMBAHASAN
A. Masuknya Islam ke Eropa
Dalam sejarah ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, tanah Spanyol lebih banyak dikenal
dengan nama Andalusia, yang diambil dari sebutan tanah Semenanjung Liberia. Julukan
Andalusia ini berasal dari kata Vandalusia, yang artinya negeri bangsa Vandal, karena bagian
selatan Semenanjung ini pernah dikuasai oleh bangsa Vandal sebelum mereka dikalahkan oleh
bangsa Gothia Barat pada abad V. Daerah ini dikuasai oleh Islam setelah penguasa Bani Umayah
merebut tanah Semenanjung ini dari bangsa Gothi Barat pada masa Khalifah Al-Walid ibn Abdul
Malik.[5]
Islam masuk ke Spanyol (Cordoba) pada tahun 93 H (711 M) melalui jalur Afrika Utara di
bawah pimpinan Tariq bin Ziyad yang memimpin angkatan perang Islam untuk membuka
Andalusia.[6]
Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya
sebagai salah satu provinsi dari Dinasti Bani Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara
itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik mengangkat
Hasan ibn Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah Al-Walid,
Hasan ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman Al-Walid itu, Musa ibn
Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko.
Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah
satu provinsi dari Khalifah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30
H (masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa al-Walid).[7]
Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini terdapat kantung-kantung
yang menjadi basis kekuasaan Kerajaan Romawi, yaitu Kerajaan Gotik.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling
berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn
Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia
menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan
perang lima ratus orang di antaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal
yang disediakan oleh Julian. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan
yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif ibn Malik dan kemelut yang
terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan
yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M
mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.[8]
Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penaklukan Spanyol karena pasukannya lebih
besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang
didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid.
Pasukan itu kemudian menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.[9] Sebuah
gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya,
dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya daerah ini, maka terbukalah
pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di Bakkah, Raja Roderick dapat
dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya menaklukkan kota-kota penting seperti Cordova,
Granada dan Toledo (Ibu kota kerajaan Goth saat itu).[10] Sebelum menaklukkan kota Toledo,
Thariq meminta tambahan pasukan kepada Musa ibn Nushair di Afrika Utara. Lalu dikirimlah
5000 personil, sehingga jumlah pasukan Thariq 12000 orang. Jumlah ini tidak sebanding dengan
pasukan ghothic yang berjumlah 25.000 orang.[11]
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan untuk penaklukan
wilayah yang lebih luas lagi. Musa bin Nushair pun melibatkan diri untuk membantu perjuangan
Thariq. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk
bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre.[12]
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn
Abdil Aziz tahun 99 H/717 M, dengan sasarannya menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia
dan Prancis Selatan. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum muslimin yang geraknya
dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh
ke Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.[13]
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat
dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal.
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri
Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik,
dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol
terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu,
penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu
aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang
merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen.
Yang tidak bersedia disiksa dan dibunuh secara brutal.[14] Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem
kelas, sehingga, keadaannya diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan
hak. Di dalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas dan juru
pembebasnya mereka temukan dari orang Islam.[15] Berkenaan dengan itu, Ameer Ali, seperti
dikutip oleh Imamuddin mengatakan, ketika Afrika (Timur dan Barat) menikmati kenyamanan
dalam segi material, kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan tetangganya di jazirah Spanyol
berada dalam keadaan menyedihkan di bawah kekuasaan tangan resi penguasa Visighotic. Di sisi
lain, kerajaan berada dalam kemelut yang membawa akibat pada penderitaan masyarakat.[16]
akibat perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi tempat-tempat
perlawanan dan pemberontakan. Perpecahan dalam negeri Spanyol ini banyak membantu
keberhasilan campur tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan itu amat banyak coraknya dan
sudah ada jauh sebelum kerajaan Gothic berdiri.
Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke
Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol berada di
bawah pemerintahan Romawi, berkat kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian juga
pertambangan, industri, dan perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang baik.
Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian lumpuh
dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa digarap,
beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah dengan daerah lain sulit dilalui akibat jalan-jalan
tidak mendapat perawatan.[17]
Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan
politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, Raja Goth
terakhir yang dikalahkan Islam.
Awal kehancuran kerajaan Ghot adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya
dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo,
diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak, dan
anak Witiza. Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderick.
Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin. Sementara itu, terjadi pula
konflik antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah. Julian juga
bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam untuk
menguasai Spanyol. Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh
Tharif, Tariq, dan Musa.[18]
Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah tentara Roderick yang terdiri dari para budak
yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang. Selain itu, orang Yahudi yang selama ini
tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum
Muslimin.[19]
Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh
penguasa, tokoh-tokoh pejuang, dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah
Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak,
bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap
persoalan. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam,
yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan
yang terdapat dalam pribadi kaum Muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut
kehadiran Islam di sana.
B. Perkembangan Islam di Spanyol
Sejak pertama kali Islam menginjakkan kakinya ditanah Spanyol hingga jatuhnyua kerajaan
Islam terakhir di sana sekitar tujuh setengan abad lamanya, Islam memainkan peranan yang
besar, baik dalam bidang kemajuan intelektual (filsafat, sains, fikih, musik dan kesenian, bahasa
dan sastra), kemegahan bangunan fisik (Cordova dan Granada).[20] Sejarah panjang yang dilalui
umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode yaitu :
1. Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah
Bani Umayah yang terpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol
belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik dari dalam maupun
dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite penguasa, terutama
akibat perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, terdapat perbedaan pandangan antara
Khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Khairawan. Masing-masing
mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu,
terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat
singkat. Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini
ada hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di
dalam etnis Arab sendiri terdapat dua golongan yang terus-menerus bersaing yaitu suku Qaisy
(Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini sering kali menimbulkan
konflik politik, terutama ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada
saat itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu
yang agak lama.[21] Periode ini berakhir dengan datangnya Abdurrahman Al-Dakhil ke Spanyol
pada tahun 138 H/755 M.
2. Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima
atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang
oleh Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki
Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Ia berhasil
mendirikan dinasti Bani Umayah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini
adalah Abdurrahman Al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman Al-Ausath, Muhammad ibn
Abdurrahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan baik di bidang
politik maupun bidang peradaban. Abdurrahman Al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan
sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang
kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abdul Rahman
Al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu
Islam mulai masuk ke Eropa sudah dimulai dari berabad-abad yang lalu. Semua itu di awali oleh
penaklukan negara Andalusia pada tahun 756 M – 1492 M di Semenanjung Iberia. Kemudian
berlanjut melalui Sisilia serta penaklukan wilayah Balkan yang dilakukan oleh kekhalifahan
Utsmaniyyah. Kehadiran dan perkembangan Islam di Eropa kemudian berlanjut dari imigrasi
besar-besaran umat Islam yang berada di negara-negara Islam menuju Eropa setelah selesai
perang dunia kedua.
Proses Penaklukan
fotoinviaggio.it
Umat muslim mulai memasuki benua Eropa sejak adanya permintaan bantuan kepada Musa bin
Nushair yang waktu itu menjabat Gubernur Afrika Utara oleh seorang bansawan Gothia Barat
bernama Graf Yulian yang sedang berkuasa di Geuta Afrika Utara. Waktu itu dia meminta
bantuan agar Gubernur bisa membantu keluarga “Witiza” yang sedang menghadapi konflik
dengan tentara roderik yang waktu itu memberontak merebut singgasana keluarga “Witiza” pada
tahun 710 M.
Singkat cerita, permintaan itu disampaikan oleh Musa kepada khalifah Walid bin Abdul Malik di
Damaskus. Diluar dugaan permintaan itu dengan catatan agar Musa berhati-hati. Sebagai
antisipasi dan penjagaan, maka dikirimlah 200 orang pasukan yang dipimpin oleh Tharif bin
Malik. Pasukan ini mendarat di Tarifa. Setelah diselidiki, Tharif bin Malik akhirnya meyakinkan
Musa akan kesungguhan Graf yulian yang memang benar-benar meminta bantuan. Musa pun
menyampaikan kepada Khalifah Walid bin Walid, setelah berunding dikirimlah pasukan pilihan
yang dipimpin Thariq bin Ziyad seorang panglima besar yang gagah dan sangat berani, pasukan
ini dikirim melalui kota Tanger yang menyebrangi serat Giblatar.
Pada tahun 91 H atau 710 M, pasukan Thariq bin Ziyad mendarat di Spanyol tepat disaat
kekuatan dan konsentrasi pasukan Roderik sedang bergerak menuju wilayah Spanyol utara, hal
ini dilakukan guna menghindari pemberontakan. Namun satu hal yang menarik dari
kepemimpinan Thariq bin Ziyad ini, ketika semua kapal telah mendarat, dia memerintahkan
kepada anak bawahnya untuk membakar semua kapal yang ada, hal ini dilakukan agar semua
pasukannya berjuang dengan sungguh-sungguh, mengeluarkan segenap kemampuan yang
dimiliki, dan tak ada lagi dalam pikiran pasukannya untuk mundur atau pulang kecuali sudah
menang. Strategi nekad yang dilakukan oleh Thariq bin Ziyad ini terkenal hingga sekarang.
Srategi yang dilakukan Thariq bin Ziyad ternyata memberikan efek yang sangat besar dan bisa
membakar semangat para pasukannya, akhirnya dengan perjuangan yang tak pantang menyerah
mereka bisa menaklukkan benteng lawan walau pada saat itu jumlah musuh jauh lebih banyak
dari pada pasukan kaum muslimin. Pada suatu pertempuran di kota Xeres, tentara Rodherik
banyak yang tewas, hal ini berarti semakin memudahkan langkah pasukan kaum muslimin untuk
menaklukkan kota-kota selanjutnya. Akhirnya kota demi kota bisa direbut, sebut saja seperti
kota Malaga, Cordova dan Toledo yang menjadi ibukota Gothia Barat.
Kabar keberhasilan Thariq bin Ziyad ini berhembus ke telinga Musa bin Nushair yang akhirnya
ingin turut menyusulnya ke Spanyol dengan turut membawa pasukan sebanyak 10.00 orang. Di
kota Toledo keduanya bertemu dan sempat terjadi persilisihan, namun itu tidak terjadi lama
karena bisa didamaikan oleh khalifah. Setelah damai, keduanya bahu membahu melanjutkan
perjuangan untuk menaklukkan kota-kota berikutnya seperti Saragosa, Casytylia, Arogan
dan Barcelona hingga pegunungan Pyrenia.
Hampir seluruh Andalusia kecuali wilayah Glacia sudah berada dalam genggaman kaum
muslimin hanya dalam kurun waktu 7 tahun. Pada masa pemerintahan Bani Umayah di
Damaskus, Andalusia dipimpin oleh seorang gubernur dan diantara yang memimpin waktu itu
adalah Abdul Aziz, yang tak lain adalah putra Musa sendiri. Saat Bani Umayyah runtuh yang
ditandai oleh berdirinya daulah Bani Abbasiyah di Baghdad yang dipimpin oleh Abdul Abbas
As-safaf, semua keturunan Bani Umayyah dibunuh semua. Namun ada salah seorang keturunan
Bani Umayah bernama Abdur Rahman yang berhasil meloloskan diri dan kabur menuju spanyol.
Di sana dia membangun kerajaan Bani Umayah kembali dan mampu bertahan cukup lama dari
193 H – 458 H atau 756-1065 M.
Faktor Pendukung Keberhasilan Penaklukan Eropa
Jika kita lihat dari perjalanannya, penaklukan demi penaklukan yang terjadi di Eropa seperti
yang terjadi di Prancis Tengah dan Italia oleh kaum muslimin begitu serasa di mudahkan. Hal ini
bisa terjadi karena adanya dukungan baik dari faktor internal maupun eksternal.
Faktor Internal
Faktor internal yang turut mendukung keberhasilan penaklukan Eropa salah satunya karena para
penguasa, pemimpin sampai prajuritnya yang begitu kompak. Pasda saat itu para pemimpin diisi
oleh sosok-sosok yang kuat, tegas, percaya diri serta bertanggung jawan. Di sisi lain para
prajuritnya pun ikut terbawa sikap pemimpinnya hingga melahirkan prajurit-prajurit yang hebat
pula. Mereka pun berani dan sabar dalam menghadapi setiap persoalan yang dihadapi. Dan yang
tak kalah pentingnya dari itu semua adalah ajaran umat islam yang sering ditunjukkan oleh para
pemimpin dan pasukan Islam. Dalam penaklukan mereka mengajarkan arti persaudaraan,
toleransi serta tolong menolong. Sikap-sikap itulah yang membuat mereka disambut hangat oleh
para penduduk Spanyol pada waktu itu.
Faktor Eksternal
Sedangkan faktor eksternalnya adalah kondisi di Spanyol sendiri pada waktu itu yang
memprihatinkan baik kondisi sosial, ekonomi atau politiknya. Secara politik, wilayah spanyol
sangat terkoyak-koyak menjadi beberapa negara kecil dan semua rakyatnya dibagi dalam sistem
kasta-kasta yang tentu itu semua sangat membuar rakyat tersiksa dan melarat. Ditambah
penguasa yang ada seperti Gothic sangat kejam dan tidak bersikap toleran kepada agama yang di
anut para rakyatnya. Hal inilah yang membuat para kaum yang tertindas menantikan
pembebasan, dan pada akhirnya yang berhasil membebaskan mereka adalah kaum muslimin.
Peradaban Islam Masuk ke Eropa dengan 5 Cara Ini
1. Melalui Andalusia (Spanyol)
Ketika kaum muslimin berhasil menaklukkan Spanyol dan Sisilia selama 8 abad, ternyata itu
sangat memberikan pengaruh kebudayaan Islam di Eropa. Oleh sebab itu, peradaban Islam
akhirnya menyebar di tempat yang berbeda-beda seperti di Granada, Cordova, Toledo dan
Sevilla. Pada waktu itu penduduk asli Andalusia kebanyakan menganut ajaran masehi, namun
ketika peradaban arab mulai masuk akhirnya menjadi terpecah belah. Bahkan mereka mengganti
bahasa umum yang sering digunakan menjadi bahasa arab. Penduduk yang mulai mengenal
peradaban arab sering mengenal istilah Mozabarabes yang jika dalam bahasa arab itu biasa
disebut musta’rib. Oleh sebab itu pula, banyak pendeta nasrani menerjemahkan Injil ke dalam
bahasa arab.
2. Melalui Sisilia (Daerah otonomi Italia)
Menurut sejarah yang ada, Sisilia pernah menjadi salah satu bagian dari wilayah peradaban
Islam.Wilayah ini menjadi salah satu pintu penghubung utama dunia Islam dengan Eropa karena
letaknya yang berdekatan dengan Tunisia di Afrika Utara. Saat berada di bawah kekuasaan
Islam, Sisilia berkembang begitu pesat dan berubah menjadi pusat peradaban dan perniagaan.
3. Melalui Albania (Wilayah Balkan)
Salah satu posisi faktor utama dan yang membuka peluang pengenalan rakyat Balkan kepada
Islam adalah posisi geografis Balkan yang strategis. Secara keseluruhan, perkenalan mereka
terhadap Islam melalui jalur Albania.
4. Melalui kedatangan orang-orang Salib di Timur Islam
Invasi atas Sisilia dan Spanyol memberi arti bahwa di daerah pinggiran Kristen Latin kelak suatu
saat Islam akan hadir.
5. Pertukaran perdagangan antara barat dan timur melalui Mesir
Pengaruh Peradaban Islam di Eropa
1. Orang-orang yahudi yang dulu menderita dan terhina dibawah kekuasaan Ghatia kini dibawah
pemerintahan Islam dilindungi dan diperbolehkan bergerak disektor perdagangan.
2. Ketika dibawah kekuasaan Bangsa Arab, mereka yang selama ini hidup tertekan kini
diperlakukan dengan baik. Sehingga pada masa pemerintahan Islam tiba, mereka memperoleh
dan menikmati hak-haknya sebagai warga negara sipil secara utuh. Disisi lain, bangsa arab bisa
memperkokoh perdamaian dan stabilitas antar etnis dan suku yang saling berbeda. Oleh karena
itu, bangsa Spanyol patuh terhadap pemerintahan Islam mendapatkan sikap toleran seperti apa
yang diharapkan.
3. Saat abad 12 Masehi, pengaruh ilmu pengetahuan dan peradaban islam di Eropa sangat
berkembang pesat yang menimbulkan gerakan kebangkitan kembali pusaka Yunani di Eropa
pada abad ke 14 M. Perkembangan pemikiran Yunani di Eropa ini berkat melalui terjemahan
tulisan arab yang dipelajari kemudian diterjemahkan kembali dalam bahasa latin.
Bukti Peradaban Islam di Eropa
1. Ditemukannya berbagai buku terje mahan dari bahasa arab ke Ibrani, Latin dan Thalia. Pada
masa Eropa awal, buku-buku itu memenuhi perpustakaan-perpustakaan yang ada. buku-buku
yang terkenal pada waktu itu adalah karangan Ibnu Sina dan Ar-razi yang diantaranya karangan
buku tentang ilmu filsafat dan ilmu kedokteran.
2. Adanya kata yang berasal dari bahasa arab yang masih digunakan oleh bangsa Eropa sampai
sekarang. Kalimat-kalimat ini bisa ditemukan dalam bahasa Italia, Portugis, Spanyol dan masih
banyak yang lainnya.
Perkembangan Islam di Berbagai Negara di Eropa
1. Pada tahun 1975 di Spanyol sekelompok pemuda masuk Islam, disana mereka membangun
peradaban muslim di kota Cordova. Selanjutnya pada tahun 1978 setelah memohon izin pada
pemerintah Cordova, mereka akhirnya bisa melaksanakan Shalat Idul Fitri di Kathedral. Bahkan
pada saat itu, walikota Tulio Angulia memberikan kebijakan tentang tolerasni antar umat
beragama. Hal yang dia lakukan salah satunya menawarkan kepada umat Islam menggunakan
taman kota untuk shalat berjamaah dan Idul Adha, tak lupa diapun memberikan tenda besar agar
umat Islam bisa semakin khusyuk dan nyaman ketika shalat. Terdapat pula sekolah yang
dikelola oleh Dr. Umar Faruq Abdullah yang mengajar ilmu Al-quran, bahasa arab, hadist, fiqih,
tafsir dan masih banyak yang lainnya.
2. Di negara Belgia, berdiri sebuah gedung Islamic Center sebagai pusat kegiatan dakwah islam.
Pada tahun 1980 diselenggarakan Mukhtamar Islam di Eropa tepatnya di kota Brussel. Pada
waktu itu umat Islam yang berada di Belgia mencapai 150.000 orang.
3. Pada awal abad 15 H di Austria, tepatnya pada tahun 1979 di kota Wina, dibangun sebuah
gedung Islamic Center yang memiliki kapasitas 30.000 orang. Di gedung ini terdapat berbagai
fasilitas seperti perpustakaan, perumahan, madrasah, serta masjid jami’. Di sana pun agama
Islam menjadi agama yang kedua di akui setelah agama Kristen.
4. Telah dibangun sebuah masjid yang megah di kota Almeo, Belanda. Di kota ini juga terbentuk
fererasi organisasi Islam yang dipimpin warga asli belanda yang bernama Abdul Wahib Van
Bomel. Abdul wahib memperjuangkan agar semua buruh yang beragama Islam bisa diberi
kesempatan keleluasaan waktu untuk menjalankan shalat lima waktu. Di kota Redderect pada
tanggal 14 oktober 1983, telah dibangun sebuah masjid yang memiliki kapasitas 500 orang yang
dilengkapi berbagai fasilitas, diantaranya tempat wudhu, ruang tamu, ruang diskusi dan masih
banyak yang lainnya. Pertumbuhan umat Islam di negara ini juga sangat pesat dan dari tahun ke
tahun terus meningkat. Yang awalnya hanya ratusan orang kini bertambah menjadi ratusan ribu
orang.
5. Sudah menjadi rahasia umum, Roma merupakan pusat peradaban umat Khatolik. Di sini
banyak berdiri yang jumlahnya mencapai hampir 900-an, baik itu gereaja milik Khatolik,
Orthodox, Protestan, Snayoge ataupun Yunani. Memang perkembangan Islam di wilayah ini
tidak seperti wilayah Eropa lainnya yang tumbuh begitu pesat. Meskipun begitu, pada tahun
1984 umat islam berhasil meletakkan batu pertama untuk pembangunan masjid di Taman Most
Antene di Pariali. Masjid ini sendiri diresmikan pada tahun 1995.
6. Di negara Inggris, perkembangan umat Islam cukup bagus. Hal ini terjadi karena adanya
dukungan dan faktor kepindahan Universitas Islam Toledo dari Spanyol menuju Inggris. Sejak
saat itu perkembangan Islam di sini mulai menyebar dan mulai bisa diterima oleh penduduk asli.
Ada salah satu tokoh yang sangat berjasa dalam penyebaran agama Islam, yakni Mozarebes.
Adapaun penyebaran paham dan pengembangan Islam itu dilakukan setiap hari Sabtu dan
Minggu, baik kepada anak-anak maupun orang dewasa. Pasca perang dunia kedua, terjadi arus
imigrasi kaum muslimin menuju Eropa tak terkecuali Inggris. Hal ini semakin meningkatkan
pertumbuhan umat Islam di negara ini.
7. Perkembangan umat Islam di Jerman terbilang sangat cepat, sehingga dalam sebuah penelitian
sekitar 40% penduduk Jerman yang dibawah 18 tahun sudah memeluk agama Islam. Kekuatan
Islam di sini sangat kuat karena menyatukan berbagai kelompok yang ada dan bisa menambah
percaya diri umat Islam di sini k menyebarkan ajaran Islam lebih luas lagi.
Kesimpulan
Secara garis besar, masuknya umat Islam ke Eropa berkat Invasi Turki ke wilayah Eropa
yang melalui Sisilia, Spanyol dan penaklukan Balkan. Namun tetap yang paling memberi andil
besar adalah penaklukan negeri Andalusia atau yang sering kita sebut Spanyol mengingat kaum
muslimin pernah menguasai bangsa ini lebih dari 7 abad. Di Spanyol juga menjadi tempat
peradaban umat Islam Eropa baik dalam hubungan ekomomi, sosial, politik atau peradaban antar
negara. Bisa disimpulkan perkembangan Islam di Eropa hingga bisa berkembang pesat seperti
saat ini berkat khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang pada periode klasik.
Perkembangan Islam Di Eropa
Islam memiliki sejarah tersendiri di benua yang sering disebut dengan benua biru ini. Sepuluh
abad yang lalu, islam adalah agama yang berjaya dibeberapa wilayah eropa terutama Spanyol
dan pemerintahan islam banyak membawa kemajuan di benua tersebut meskipun hal ini bertolak
belakang dengan keadaan islam di Eropa saat ini (baca fungsi agama dalam kehidupan manusia).
Untuik mengetahui lebih lanjut tentang sejarah dan perkembangan islam di Eropa simak
penjelasan berikut ini (baca juga sejarah yahudi dan sejarah islam dunia)
ads
Masuknya Islam ke Eropa
Berbeda halnya dengan proses masuknya Islam di Amerika yang dipelopori oleh masyarajat
kelas bawah, Islam masuk ke Eropa melalui jalur kekuasaan yakni pada masa daulat Bani
Umayah, dibawah kepemimpinan Khalifah Al Walid dan yang berkedudukan di Damaskus. Pada
saat itu, Khalifah Al walid mengirimkan pasukan ke Afrika Utara untuk memperluas
wilayahnya. Pada sekitar tahun 709 masehi, Mus bin Nusyair yang saat itu menjabat sebagai
Gubernur Afrika mengutus Thariq bin Ziad beserta pasukannya mengadakan penjajakan wilayah
ke daerah benua Eropa yakni Spanyol dan ternyata pasukan tersebut berhasil menduduki wilayah
Spanyol tanpa melakukan perlawanan yang berarti. Selanjutnya pada tahun 710, Thariq bin Ziad
dan pasukannya yang mayoritas merupakan masyarakat Arab dan barbar mengulangi misinya
untuk memperluas wilayah dengan menyebrangi laut Tengah menuju daratan Spanyol dan ia
serta pasukannya mendarat pada suatu bukit yang kemudian dinamakan jabal Thariq atau yang
dikenal dengan nama Gibraltar.
Pasukan Thariq bin Ziad harus berperang melawan pasukan Raja Spanyol yakni Raja Roderick
dan peperangan tersebut berlangsung selama delapan hari dan akhirnya dimenangkan oleh
pasukan Islam sedangkan raja Roderick dan pengikutnya melarikan diri ke arah barat laut.
Wilayah Spanyol yang dikuasai diantaranya adalah Archidona, Toledo, dan Granada kemudian
berhasil ditundukkan, dan Musa bin Nusyair menyusul ke Spanyol. Selanjutnya dengan bantuan
pasukan Spanyol yang tersisa dan dukungan rakyat Spanyol yang tertindas oleh Roderick,
Pasukan Islam berhasil menguasai Prancis dan negara-negara tetangganya hingga ke
Skandanavia, Jerman, Polandia, Albania Hongaria, rumania, dan Bulgaria.
Masa Pemerintahan Islam
Setelah Spanyol dikuasai pasukan muslim, Spanyol kemudian menjadi salah satu bagian atau
propinsi dari Dinasti Bani Umayah dan beribukota di Sevilla. Beberapa Gubernur yang pernah
memerintah disana diantaranya adalah Musa bin Nusyair, Abdul Aziz bin Musa bin Musyair, lalu
Abdur Rahman As Saqafi, Al Samah bin Malik, dan selanjutnya diganti oleh Abdur Rahman Al
Ghafiqi yang meninggal setelah perang melawan Prancis. Gubernur terakhir bani Umayah di
Spanyol adalah Yusuf Al Fiqri yang menggantikan Abdur Rahman Al Ghafiqi. Saat
pemerintahan bani Abbasiyah, Abdur Rahman bin Mu’awiyah bin Hisyam yang merupakan
keturunan Bani Abbasiyah melarikan diri ke Spanyol dan mendirikan kekhalifahan disana.
Selanjutnya khalifah
Abdur Rahman berhasil menaklukkan Spanyol dan mendapat julukan Ad-Dakhil yang artinya
“sang Penakluk”. Pemerintahan Islam di Spanyol berakhir setelah delapan abad lamanya
kekuasaan dan sekitar tahun 1492 – 1502, dan juga setelah raja-raja Eropa yang beragama
Kristen bersatu terutama Raja Spanyol dan raja Portugal. Setelah itu perkembangan islam
terhenti di benua Eropa.
Kemajuan Pemerintahan Islam di Eropa
Selama delapan abad umat islam memerintah di Spanyol, banyak sejarah dan kemajuan yang
telah dicapai mengingat delapan abad bukanlah waktu yang singkat. Umat islam berhasil
membawa sejarah yang baik bagi penduduk Spanyol karena mereka tidak memperlakukan
penduduk Spanyol sebagai jajahan dan berlaku-semena-mena.
Pemerintahan islam memperlakukan penduduk Spanyol dengan baik dan tidak
membatasi kegiatan mereka. Hal inilah yang menyebabkan Spanyol memiliki
catatan sejarah yang lebih baik dibandingkan dengan sejarah negara Eropa lainnya.
Berikut ini adalah beberapa kemajuan yang ditorehkan umat muslim kala itu. (baca
ilmu pendidikan islam dan hakikat pendidikan islam)
1. Sejarah agama islam mencatat pada masa itu pemerintahan islam diEropa
banyak melahirkan ulama besar seperti Imam Al Auza’i, seorang tokoh ilmu
Fiqih, dan juga ulama-ulama lain di bidang tasawuf, fikih, hadits dan
sebagainya.
2. Lahirnya filsuf dan ilmuwan islam seperti Ibnu Rusydi, seorang filusuf dan ahli
di bidang kedokteran. Serta beberapa ahli astronomi terkenal seperti Al Irqali
dari Toledo dan Al Majriti dari Kordoba dan Ibnul Aflah dari Sevilla.
3. Di masa pemerintahannya, islam mewariskan berbagai bangunan indah
sebagai karya di bidang arsitektur seperti Istana Ja’fariah, Istana Al Hamra di
Granada, Masjid Cordova, Masjid Sevilla dan Tembok Toledo, serta Istana Al
makmun. Masjid kala itu tidak hanya berfungsi sebagai tempat menunaikan
shalat wajib, shalat jum’at akan tetapi kegiatan lain seperti zakat (baca
penerima zakat dan syarat penerima zakat) serta tempat pengajaran
Alqur’an (baca manfaat membaca Alqur’an dalam kehidupan dan manfaat
membaca Alqur’an bagi ibu hamil)
Masa Kejatuhan Pemerintahan Islam Eropa
Setelah kejatuhan tentara dan keuasaan islam di Spanyol, Raja Spanyol Ferdinand yang menikah
dengan Ratu Portugal Elisabeth melarang segala bentuk aktifitas dakwah islam secara terangterangan dan sembunyi. Mereka juga mengusir umat muslim dari Spanyol dan memaksanya
masuk agama kristen. Tidak ada penduduk Spanyol yang boleh memakai nama Arab ataupun
nama islam. Jika ada yang melanggar maka orang tersebut akan mendapat hukuman penggal
kepala. Pada tahun 1610, Granada menjadi daerah terakhir yang dilepas oleh pemerintahan Islam
di Spanyol dan sekitar 50.00 umat muslim diusir dari wilayah tersebut tanpa boleh membawa
apapun sehingga banyak dari mereka yang meninggal di perjalanan.
Raja-raja Eropa yang bersatu dan menang atas tentara islam selanjutnya lupa diri dan
menjadikan diri mereka sebagai penjajah negara lain untuk memperluas wilayah dan
mendapatkan lebih banyak harta. Hal inilah yang mendorong mereka untuk menjajah negaranegara lain seperti negara islam dan termasuk Indonesia yang pada saat itu memiliki beberapa
kerajaan islam di wilayahnya.
Islam Eropa Saat Ini
Setelah masa penjajahan tersebut dimulai maka hubungan negara Eropa dengan islam terputus
dan hal ini terjadi sebelum abad ke delapan belas. Setelah banyak negara islam dan daerah yang
lepas dari penjajahan bangsa Eropa barulah hubungan tersebut dimulai kembali. Abad tersebut
kemudian dikenal dengan nama abad kebangkitan. Banyaknya imigran muslim yang merantau
dan menetap di Eropa selanjutnya menjadi cikal bakal berkembangnya islam di zaman modern.
Tidak hanya itu banyak pelajar muslim yang kemudian pergi dan menetap di Eropa untuk
menuntut ilmu. Kemudian berdirilah organisasi islam yang disebut Young Muslim Association
in Europa (YMAE). Organisasi tersebut bertanggung jawab untuk mengembangkan dakwah dan
upaya mengenalkan islam kepada masyarakat Eropa. Banyaknya masjid dan makanan halal yang
tersedia di Eropa adalah salah satu bukti berkembangnya islam di benua ini.
Saat ini islam sudah banyak mengalami kemajuan di negara-negara Eropa dan banyak
masyarakat Eropa yang sudah menganutnya. Meskipun beberapa negara bertindak semena-mena
dan melarang muslim melakukan kewajibannya seperti Prancis yang melarang warganya
terutama wanita untuk mengenakan hijab (baca wanita dalam islam, kedudukan wanita dan
peran wanita dalam islam). Meskipun demikian, tetap saja hal ini tidak menggentarkan iman dan
keinginan mereka untuk tetap istiqamah melaksanakan perintah Allah SWT dan menjahuhi
larangannya.
Sejarah Perkembangan Islam di Benua Eropa Bacaan madani 1:26:00 PM Kisah Islami , Sejarah
Islam 0 Comments Berdasarkan kenyataan sejarah, Islam memasuki benua Eropa melalui empat
periode yaitu: 1. Periode kekhalifahan Islam di Spanyol (Andalusia) selama ± 8 abad dan
pemerintahan umat Islam di beberapa pulau, di antaranya: Prancis Selatan, Sicilia, dan Italia
Selatan. Kekhalifahan Islam di Spanyol berakhir pada tahun 1492, setelah penguasa Kristen
memaksa khalifah terakhir dari dinasti Bani Umayyah II, Abu Abdillah untuk menyerah. Setelah
itu, umat Islam Spanyol dihadapkan pada tiga pilihan, yaitu: masuk Kristen, keluar dari Spanyol,
atau dibunuh. Mereka banyak yang meninggalkan Spanyol dan pindah ke Benua Afrika, bahkan
ada juga yang ke Benua Amerika. Demikian pula pada abad XI, bangsa Norman di Sicilia dan
Italia Selatan telah menaklukkan pemerintahan Islam di Mediterania, wilayah-wilayah Prancis
Selatan, Sicilia, dan Italia Selatan. 2. Adanya penyebaran tentara Mongol pada abad ke-13. Di
antara penguasa Mongol, yakni Dinasti Khan beragama Islam, kekuasaannya berpusat di Sungai
Volga sebelah utara Laut Kaspia dan Laut Tengah, ia meninggalkan penduduk Muslim di sekitar
Sungai Volga hingga Kaukasus dan Krimea, yang terdiri dari orang-orang Tartar. Kemudian
mereka menyebar ke berbagai wilayah kekaisaran Rusia, dan membangun koloni di berbagai
tempat. Mereka menjadi penduduk Finlandia, wilayah Polandia, dan Ukraina. 3. Periode
ekspansi kekhalifahan Turki Usmani sekitar abad ke-14 dan ke-15 ke wilayah Balkan dan Eropa
Tengah. Akibat dari ekspansi itu sampai sekarang terdapat kaum Muslim keturunan Turki di
Yugoslavia, Rumania, Yunani, Bosnia Herzegovina, dan di Albania. Bahkan di Albania umat
Islam merupakan penduduk mayoritas. 4. Periode kaum imigran Muslim memasuki benua Eropa
setelah perang dunia ke-2, terutama ke negara-negara industri, seperti: Prancis, Jerman, Inggris
Belanda dan Belgia. Di bawah ini akan dikemukakan keberadaan kaum Muslim di beberapa
negara dari benua Eropa. 1. Spanyol Kaum Muslim yang mendiami Spanyol dewasa ini terdiri
dan keturunan umat Islam yang terusir pada peristiwa Reqonquista (1492 M), kaum imigran
pencari kerja yang bertempat tinggal di Spanyol hanya untuk sementara, dan kaum imigran yang
menetap di Spanyol. Jumlah mereka menurut catatan Jongen S. Nielson pada tahun 1990 adalah
sebesar 250.000 orang. Mereka berasal dan Maroko, Afrika, Timur Tengah, Asia Selatan, dan
Asia Tenggara. Pada tahun 1992, terdapat kesepakatan antara pemerintah Spanyol dan
Comission Islamica Espana (Komisi Islam Spanyol), yang isinya : Kaum Muslimin diizinkan
untuk memberikan pengajaran agama di sekolah negeri ataupun swasta. Kaum Muslimin diberi
izin membangun sekolah yang dikelola sendiri. Izin melaksanakan ibadah di angkatan
bersenjata, rumah sakit, dan penjara. Memperoleh keringanan pajak. Izin merayakan hari raya
keagamaan dan difasilitasi untuk memperoleh makanan halal. 2. Perancis Jumlah penduduk
Muslim di Prancis cukup banyak (±7% dari total penduduk). Mereka berasal dari Aljazair,
Maroko, Tunisia, Afrika, Sub Sahara, wilayah Laut Hitam, dan dari berbagai wilayah Timur
Tengah (Mesir, Libanon, Suriah, Yordania, dan Irak) dan Asia Tengah (Turki, Iran, Afganistan,
dan Pakistan). Pada tahun 1992, di Prancis terdapat sekitar 1.300 organisasi Muslim. Di antara
organisasi-organisasi tersebut, ada yang hanya bergerak di bidang keagamaan, terutama dakwah,
seperti Jama’ah At-Tablig Wa ad Dakwah dan Foiet Pratique (Iman dan Praktik), ada juga
organisasi yang menjadikan agama bukan sebagai satu-satunya tema pokok kegiatan, misalnya:
Generation Egalite (Generasi Kesamaan), France Plus (Prancis Plus), dan Generation Beur
(Generasi Emigran Afrika Utara). Organisasi-organisasi yang kebanyakan anggotanya berusia
muda tersebut sering menyampaikan protes ketidaksetujuan mereka dijadikan warga kelas dua di
Prancis. Selama beberapa tahun terakhir ini, ada upaya untuk mengkoordinasi organisasi-
organisasi kaum Muslim di Prancis yang cukup banyak itu. Hal ini ditandai dengan didirikannya
Federation Nationale des Musulmans de France (FNMF = Federasi Nasional Muslim Prancis),
Union des Organisation Islamiques de France (UDIF = Serikat Organisasi Islam Perancis), dan
Conceil Relegieux de Islam en France (CORIF = Dewan keagamaan Islam di Perancis). CORIF
didirikan pada 6 November 1989 di bawah Departemen Dalam Negeri. Dewan ini
beranggotakan 15 orang pemuka Muslim Prancis, yang tugasnya melakukan pengkajian
mengenai masalah-masalah kaum Muslim Prancis. Selain banyaknya organisasi-organisasi
Islam, keberadaan kaum Muslimin di Prancis itu ditandai dengan : a. Didirikannya masjidmasjid, pemukiman-pemukiman warga Muslim, dan sekolah-sekolah untuk warga Muslim. b.
Makin banyaknya wanita yang berjilbab di jalan-jalan. c. Mengadakan pameran buku-buku
Islam di Prancis. d. Banyaknya toko-toko yang menyediakan makanan-makanan halal. e.
Berkembangnya beberapa kelompok tarekat (kelompok sufi), seperti Tarekat Qadiriah, Tarekat
Tijaniah, Tarekat Naqsyabandiah, dan Tarekat Bektasyi. Selain di Spanyol dan Prancis, kaum
Muslim di Benua Eropa juga terdapat di negara-negara lainnya. Seperti di Inggris, Jerman,
Belanda, Belgia, Swedia, Denmark, Norwegia, Swiss, Australia, dan Italia. Keberadaan kaum
Muslimin di negara-negara tersebut makin meningkat, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Disalin dari : http://www.bacaanmadani.com/2017/02/sejarah-perkembangan-islam-dibenua.html
Terima kasih sudah berkunjung.
Pembahasan tentang perkembangan Islam di Benua Eropa pada bab ini dibatasi pada beberapa
negara, sebagai gambaran umum tentang keberadaan Islam di Eropa, yaitu Andalusia (Spanyol),
Rusia, dan Inggris secara sekilas. Perkembangan Islam di wilayah lain di Benua Eropa dapat
kalian telusuri dari berbagai sumber.
a.
Andalusia
(Spanyol)
Pada masa pemerintahan Bani Umayah di Damaskus, Andalusia dipimpin oleh Amir (gubernur)
di antaranya oleh putra Musa sendiri, yaitu Abdul Aziz. Runtuhnya kebesaran Bani Umayah di
Damaskus dengan berdirinya daulah Bani Abbasyah di bawah pimpinan Abdul Abbas As Safah
(penumpah darah) yang berpusat di Baghdad, yang menyebabkan seluruh keluarga Kerajaan
Bani Umayah ditumpas. Namun, salah seorang keturunan dari Bani Umayah, yaitu Abdur
Rahman berhasil melarikan diri dan menyusup ke Spanyol. Di sana dia mendirikan Kerajaan
Bani Umayah yang mampu bertahan sejak tahun 193-458 H (756-1065 M).
Kondisi masyarakat Spanyol sebelum Islam mereka memeluk agama Katolik, dan sesudah Islam
tersebar luas tidak sedikit dari mereka yang memeluk agama Islam secara suka rela. Hubungan
antar agama selama itu dapat berjalan dengan baik karena raja-raja Islam yang berkuasa
memberi kebebasan untuk memeluk agamanya masing-masing. Oleh karena itu, tidak
mengherankan jika di sana telah terjadi percampuran darah juga terdapat orang-orang yang
berbahasa Arab, beradat istiadat Arab, meskipun tetap memeluk agama nenek moyang mereka.
Keberadaan kerajaan Islam di Spanyol merupakan perantara sekaligus obor kebudayaan dan
peradaban. Ilmu pengetahuan kuno dan filsafat ditemukan kembali. Di samping itu, Spanyol
menjadi pusat kebudayaan, karena banyaknya para sarjana dan mahasiswa dari berbagai pelosok
dunia berkumpul menuntut ilmu di Granada, Cordova, Seville, dan Toledo.
Di kota-kota tersebut banyak terlahir ilmuwan terkemuka, seperti Abdur Rabbi (sastrawan
terkemuka), Ali ibnu Hazm (penulis 400 jilid buku sejarah, agama, logika, adat istiadat), Al
Khatib (ahli sejarah), Ibnu Khaldun (ahli filsafat yang terkenal dengan bukunya
“Muqaddimah”), Al Bakri dan Al Idrisi (ahli ilmu bumi), dan Ibnu Batuta (pengembara terkenal
yang menjelajahi negeri-negeri Islam di dunia).
Kemudian lahir pula seorang ahli filsafat yang lain, yakni Solomon bin Gabirol, Abu Bakar
Muhammad, Ibnu Bajjah (ahli filsafat abad ke- 12 pentafsir karya-karya Aristoteles), dan Ibnu
Rusyd (ahli bintang, sekaligus seorang dokter dan ahli filsafat). Adapun sumbangan utama Ibnu
Rusyd di bidang pengobatan ialah buku ensiklopedi dengan judul Al Kuliyat fit At Tibb, serta
buku filsafat Thahafut At Tahafut.
Perlu pula diketahui bahwa peranan wanita-wanita muslim di Spanyol saat itu tidak hanya
mengurus dapur mereka, tetapi mereka juga memberikan sumbangan besar di bidang
kesusasteraan, seperti Nazhun, Zaynab, Hamda, Hafsah, Al-Kalayyah, Safia dan Marian dari
Seville (adalah seorang guru terkenal). Penulis-penulis wanita dan dokter-dokter wanita, seperti
Sysyah, Hasanah At Tamiyah, dan Ummul Ula serta masih banyak lagi.
Pada abad 12 di Spanyol didirikan pabrik kertas pertama. Kenangan pertama dari peristiwa itu
ialah kata “Rim” melalui kata “Ralyme” (Perancis Selatan) diambil dari bahasa Spanyol “
Risma” dari bahasa Arab “Rizma” artinya bendel.
Berakhirnya kekuasaan Bani Umayah di Spanyol di bawah kekuasaan Khalifah Sulaiman,
diganti oleh dinasti-dinasti Islam kecil, seperti Al- Murabithin, Al-Muhades (Muwahidun), dan
kerajaan Bani Ahmar. Setelah delapan abad umat Islam menguasai Andalusia pada tahun 898 H
(1492 M). Raja Abdullah menyerahkan kunci kota Granada kepada Ferdinand pemimpin kaum
Salib, yang selanjutnya beliau menduduki istana Al Hambra, di mana sebelum itu Khalifah
Abdullah bersedia menandatangani perjanjian yang terdiri atas 72 pasal. Di antara isinya antara
lain Ferdinand akan menjamin keselamatan jiwa keluarga Raja Bani Ahmar, demikian pula
kehormatan dan kekayaan mereka. Dalam pada itu, kemerdekaan beragama pun akan dijamin
terhadap kaum muslimin yang tinggal di Andalusia.
Akan tetapi, di kemudian hari perjanjian tersebut diingkari oleh Ferdinand sendiri dan malah
mendesak semua pasukan Raja Abdullah untuk masuk Kristen, jika menolak diusir dan harta
bendanya disita. Pertumbuhan agama Islam di Eropa sekarang memang cukup sulit
dibandingkan dengan berdakwah di Asia-Afrika, yang masyarakatnya terlanjur sekuler, namun
karena kegigihan para mubaligh berdakwah sehingga dalam perkembangannya agama Islam
semakin baik dalam kualitas maupun kuantitasnya. Apalagi setelah Paus Paulus II membuka
dialog antar umat beragama, seperti yang dilakukan terhadap tokoh-tokoh muslim khususnya
dari Indonesia dan pada masa hidupnya Paus Paulus II pernah mengundang Menteri Agama RI
untuk menjelaskan praktek kerukunan hidup beragama di tanah air.
Di Spanyol atau Andalusia pada tahun 1975 sekelompok pemuda masuk Islam, mereka
mendirikan masyarakat muslim di Cordova. Kemudian pada tahun 1978 mereka dapat
melaksanakan Shalat Idul Adha di Kathedral (bekas masjid) setelah memohon izin Uskup
Cordoba Monseigneur Infantes Floredo. Bahkan, walikota Tulio Anguila melaksanakan teori
kerukunan beragama. Ia menawarkan umat Islam menggunakan taman kota dengan diberi
kemah besar untuk melaksanakan shalat Idul Adha dan shalat berjamaah. Di sana terdapat
madrasah yang dikelola Dr. Umar Faruq Abdullah yang mengajar bahasa Arab, ilmu al-Qur'an,
tafsir, fiqih, hadis dan lain sebagainya.
b.
Rusia
Sampai akhir abad ke-10 M orang-orang Rusia masih menyembah berhala. Rusia jatuh ke
tangan Islam di bawah pimpinan panglima Qutaibah bin Muslim pada masa Khalifah Walid bin
Abdul Malik sampai permulaan Khalifah Sulaiman.
Pada saat itu Qutaibah mampu meluaskan penaklukan ke semua negeri yang terletak di dua
sungai Jihun dan Sihun. Qutaibah juga berdakwah kepada penduduk untuk memeluk agama
Islam dan meninggalkan penyembahan berhala. Karena kebijaksanaan Qutaibah, maka banyak
penduduk negeri itu masuk agama Islam.
Keberhasilan Qutaibah dimulai tahun 86 H sampai 91 H dan dapat menguasai semua negeri ini
sampai mendekati perbatasan Cina. Qutaibah berhasil mendirikan masjid besar di Bukhara yang
dinamakan Jami Qutaibah. Ia mengirim para ahli fiqih ke rumah-rumah rakyat untuk
mengajarkan ajaran Islam, dan membolehkan menerjemahkan al-Qur'an ke dalam bahasa yang
dikenal di daerah tersebut.
Keberadaan pemerintahannya yang berpaham komunis yang anti Islam, cukup menjadi
hambatan bagi perkembangan Islam di Rusia. Chechnya adalah salah satu korban keganasan
tentara Rusia. Chechnya merupakan negara kecil di kawasan Kaukasus, Rusia yang
berpenduduk 1,5 juta dan mayoritas beragama Islam. Presidennya yang bernama Dzhokar
Dudayef adalah seorang muslim yang taat.
Pasca runtuhnya rezim Bolshevik yang anti-agama pada 1991, umat Islam Rusia bangkit lagi
setelah hampir tiga perempat abad di bawah tekanan. Kebangkitan umat Islam di Rusia terlihat
dari tingginya animo menunaikan haji dan umrah, minat mempelajari al-Qur'an, serta
peningkatan jumlah jemaah dan masjid. Pada 2008, lebih dari 32.000 muslim Rusia menunaikan
haji. Diperkirakan sebanyak 7.000 masjid berdiri di seluruh Rusia, sementara ketika komunis
tumbang hanya ada 100 masjid. Moskwa, dengan sekitar 2,5 juta muslim, menjadikannya
sebagai kota dengan penduduk muslim terbesar di Eropa. Saat ini diperkirakan 18 persen dari
total penduduk atau 25 juta warga Rusia memeluk agama Islam. Melihat perkembangan yang
demikian pesat, sebagian pakar memprediksikan bahwa tahun 2050 Rusia akan menjadi Negara
Islam terbesar di Eropa.
c.
Inggris
Inggris termasuk salah satu negara yang cukup bagus perkembangan Islamnya. Hal ini didukung
dengan pemindahan Universitas Islam Toledo di Spanyol ke Inggris. Sejak itu Inggris
mempunyai Universitas Cambridge dan Oxford. Mozarabes salah satu tokoh yang amat berjasa
dan aktif dalam penyebaran ilmu pengetahuan agama Islam. Ia mengganti namanya menjadi
Petrus Al Ponsi, dan beliau menjadi dokter istana Raja Henry I. Pengembangan Islam dilakukan
tiap hari libur, seperti hari Sabtu dan Ahad baik untuk anak-anak maupun orang dewasa.
Beberapa organisasi Islam yang ada di Inggris adalah:
1) The Islamic Council of Europe (Majlis Islam Eropa) berfungsi sebagai pengawas kebudayaan
Eropa.
2) The Union of Moslem Organization (Persatuan Organisasi Islam Inggris).
3)
The
Asociation
of
British
Moslems
(Perhimpunan
Muslim
Inggris).
4) Islamic Fondation dan Moslem Institute. Keduanya bergerak di bidang penelitian,
beranggotakan orang-orang Inggris dan imigran.
Di pusat kota London dibangun Central Mosque (Masjid Agung) yang selesai pembangunannya
pada tahun 1977 terletak di Regents Park, dan mampu menampung 4000 jamaah, dilengkapi
perpustakaan dan ruang administrasi serta kegiatan sosial. Di samping itu, orang-orang Islam
Inggris juga membeli sebuah gereja seharga 85.000 poundsterling di pusat kota London yang
akan dijadikan pusat pendidikan ilmu agama Islam. Pemeluk agama Islam di sini selain bangsa
Inggris sendiri juga imigran Arab, Turki, Mesir, Cyprus, Yaman, Malaysia dan lain-lain yang
jumlahnya ± 1 ½ juta orang (menurut catatan The Union of Moslem Organization), dan di sini
agama Islam merupakan agama nomor dua setelah Kristen.
Al-Qur'an pertama kali diperkenalkan di Inggris oleh Robert Katton yang ditejemahkan ke
dalam bahasa latin. Kemudian kamus Arab-Inggris pertama disusun sarjana Inggris E.W.Lanes.
Di negeri ini juga pada tahun 1985 muncul seorang walikota muslim yang bernama Muhammad
Ajeeb di Stradford Inggris. Dan sejak itu, masyarakat muslim dan mahasiswa Universitas
Oxford mendirikan “Pusat Kajian Islam”.
Sejarah Peradaban Islam di Eropa (711M1492M)
May 1
Posted by alqabas_6179
BAB I : PENDAHULUAN
Ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran di daerah Semenanjung Arab, bangsa-bangsa
Eropa justru mulai bangkit dari tidurnya yang panjang, yang kemudian banyak dikenal dengan
Renaissance. Kebangkitan tersebut bukan saja dalam bidang politik, dengan keberhasilan Eropa
mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi. Harus diakui, bahwa justru dalam bidang ilmu dan teknologi
itulah yang mendukung keberhasilan negara-negara baru Eropa. Kemajuan-kemajuan Eropa
tidak dapat dipisahkan dari peran Islam saat menguasai Spanyol.[1]
Dari Spanyol Islam itulah Eropa banyak menimba ilmu pengetahuan. Ketika Islam mencapai
masa keemasannya, kota Cordoba dan Granada di Spanyol merupakan pusat-pusat peradaban
Islam yang sangat penting saat itu dan dianggap menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu, orangorang Eropa Kristen, Katolik maupun Yahudi dari berbagai wilayah dan negara banyak belajar di
perguruan-perguruan tinggi Islam di sana. Islam menjadi “guru” bagi orang Eropa[2] Di sini
pula mereka dapat hidup dengan aman penuh dengan kedamaian dan toleransi yang tinggi,
kebebasan untuk berimajinasi dan adanya ruang yang luas untuk mengekspresikan jiwa-jiwa
seni dan sastra.[3]
Penduduk keturunan Spanyol dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu: Pertama,
kelompok yang telah memeluk Islam; Kedua, kelompok yang tetap pada keyakinannya tetapi
meniru adat dan kebiasaan bangsa Arab, baik dalam bertingkah laku maupun bertutur kata;
mereka kemudian dikenal dengan sebutan Musta’ribah, dan Ketiga, kelompok yang tetap
berpegang teguh pada agamanya semula dan warisan budaya nenek moyangnya. Tidak sedikit
dari mereka, yang nonmuslim, menjadi pejabat sipil maupun militer, di dalam kekuasaan Islam
Spanyol. Mereka pun mendapat keleluasaan dalam menjalankan ibadah mereka tanpa diganggu
atau mendapat rintangan dari penguasa muslim saat itu, sesuatu yang tidak pernah terjadi
sebelumnya saat penguasa Kristen memerintah Spanyol.[4]
BAB II : PEMBAHASAN
A. Masuknya Islam ke Eropa
Dalam sejarah ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, tanah Spanyol lebih banyak dikenal
dengan nama Andalusia, yang diambil dari sebutan tanah Semenanjung Liberia. Julukan
Andalusia ini berasal dari kata Vandalusia, yang artinya negeri bangsa Vandal, karena bagian
selatan Semenanjung ini pernah dikuasai oleh bangsa Vandal sebelum mereka dikalahkan oleh
bangsa Gothia Barat pada abad V. Daerah ini dikuasai oleh Islam setelah penguasa Bani Umayah
merebut tanah Semenanjung ini dari bangsa Gothi Barat pada masa Khalifah Al-Walid ibn Abdul
Malik.[5]
Islam masuk ke Spanyol (Cordoba) pada tahun 93 H (711 M) melalui jalur Afrika Utara di
bawah pimpinan Tariq bin Ziyad yang memimpin angkatan perang Islam untuk membuka
Andalusia.[6]
Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya
sebagai salah satu provinsi dari Dinasti Bani Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara
itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik mengangkat
Hasan ibn Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah Al-Walid,
Hasan ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman Al-Walid itu, Musa ibn
Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko.
Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah
satu provinsi dari Khalifah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30
H (masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa al-Walid).[7]
Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini terdapat kantung-kantung
yang menjadi basis kekuasaan Kerajaan Romawi, yaitu Kerajaan Gotik.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling
berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn
Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia
menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan
perang lima ratus orang di antaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal
yang disediakan oleh Julian. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan
yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif ibn Malik dan kemelut yang
terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan
yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M
mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.[8]
Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penaklukan Spanyol karena pasukannya lebih
besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang
didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid.
Pasukan itu kemudian menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.[9] Sebuah
gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya,
dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya daerah ini, maka terbukalah
pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di Bakkah, Raja Roderick dapat
dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya menaklukkan kota-kota penting seperti Cordova,
Granada dan Toledo (Ibu kota kerajaan Goth saat itu).[10] Sebelum menaklukkan kota Toledo,
Thariq meminta tambahan pasukan kepada Musa ibn Nushair di Afrika Utara. Lalu dikirimlah
5000 personil, sehingga jumlah pasukan Thariq 12000 orang. Jumlah ini tidak sebanding dengan
pasukan ghothic yang berjumlah 25.000 orang.[11]
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan untuk penaklukan
wilayah yang lebih luas lagi. Musa bin Nushair pun melibatkan diri untuk membantu perjuangan
Thariq. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk
bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre.[12]
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn
Abdil Aziz tahun 99 H/717 M, dengan sasarannya menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia
dan Prancis Selatan. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum muslimin yang geraknya
dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh
ke Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.[13]
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat
dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal.
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri
Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik,
dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol
terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu,
penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu
aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang
merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen.
Yang tidak bersedia disiksa dan dibunuh secara brutal.[14] Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem
kelas, sehingga, keadaannya diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan
hak. Di dalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas dan juru
pembebasnya mereka temukan dari orang Islam.[15] Berkenaan dengan itu, Ameer Ali, seperti
dikutip oleh Imamuddin mengatakan, ketika Afrika (Timur dan Barat) menikmati kenyamanan
dalam segi material, kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan tetangganya di jazirah Spanyol
berada dalam keadaan menyedihkan di bawah kekuasaan tangan resi penguasa Visighotic. Di sisi
lain, kerajaan berada dalam kemelut yang membawa akibat pada penderitaan masyarakat.[16]
akibat perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi tempat-tempat
perlawanan dan pemberontakan. Perpecahan dalam negeri Spanyol ini banyak membantu
keberhasilan campur tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan itu amat banyak coraknya dan
sudah ada jauh sebelum kerajaan Gothic berdiri.
Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke
Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol berada di
bawah pemerintahan Romawi, berkat kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian juga
pertambangan, industri, dan perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang baik.
Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian lumpuh
dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa digarap,
beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah dengan daerah lain sulit dilalui akibat jalan-jalan
tidak mendapat perawatan.[17]
Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan
politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, Raja Goth
terakhir yang dikalahkan Islam.
Awal kehancuran kerajaan Ghot adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya
dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo,
diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak, dan
anak Witiza. Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderick.
Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin. Sementara itu, terjadi pula
konflik antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah. Julian juga
bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam untuk
menguasai Spanyol. Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh
Tharif, Tariq, dan Musa.[18]
Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah tentara Roderick yang terdiri dari para budak
yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang. Selain itu, orang Yahudi yang selama ini
tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum
Muslimin.[19]
Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh
penguasa, tokoh-tokoh pejuang, dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah
Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak,
bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap
persoalan. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam,
yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan
yang terdapat dalam pribadi kaum Muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut
kehadiran Islam di sana.
B. Perkembangan Islam di Spanyol
Sejak pertama kali Islam menginjakkan kakinya ditanah Spanyol hingga jatuhnyua kerajaan
Islam terakhir di sana sekitar tujuh setengan abad lamanya, Islam memainkan peranan yang
besar, baik dalam bidang kemajuan intelektual (filsafat, sains, fikih, musik dan kesenian, bahasa
dan sastra), kemegahan bangunan fisik (Cordova dan Granada).[20] Sejarah panjang yang dilalui
umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode yaitu :
1. Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah
Bani Umayah yang terpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol
belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik dari dalam maupun
dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite penguasa, terutama
akibat perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, terdapat perbedaan pandangan antara
Khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Khairawan. Masing-masing
mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu,
terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat
singkat. Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini
ada hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di
dalam etnis Arab sendiri terdapat dua golongan yang terus-menerus bersaing yaitu suku Qaisy
(Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini sering kali menimbulkan
konflik politik, terutama ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada
saat itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu
yang agak lama.[21] Periode ini berakhir dengan datangnya Abdurrahman Al-Dakhil ke Spanyol
pada tahun 138 H/755 M.
2. Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima
atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang
oleh Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki
Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Ia berhasil
mendirikan dinasti Bani Umayah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini
adalah Abdurrahman Al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman Al-Ausath, Muhammad ibn
Abdurrahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan baik di bidang
politik maupun bidang peradaban. Abdurrahman Al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan
sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang
kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abdul Rahman
Al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu