360570160 Laporan Kuliah Lapangan Bi Malang

PERAN BANK INDONESIA DALAM MENJAGA STABILITAS
KEUANGAN MENURUT PERSPEKTIF AKUNTANSI

LAPORAN KULIAH LAPANGAN

Diajukan sebagai Laporan Kuliah Lapangan di Bank Indonesia Malang
pada Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta

Disusun oleh:
Ria Kurniawati
142120110

PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA

HALAMAN PENGESAHAN

Judul


: Peran Bank Indonesia Dalam Menjaga Stabilitas Keuangan
Menurut Perspektif Akuntansi

Nama

: Ria Kurniawati

NIM

: 142120110

Laporan ini telah disetujui pada:
Tanggal…………………...
Oleh:
Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Marita, SE.,MSi.,Ak.,CA

NIY. 2 7403 97 0159 1

Sutoyo, DRS.,MSi.
NIP. 1962 0101 1991 03 1 001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Akuntansi

Dr. Hiras Pasaribu, M.Si.,Ak.,CA
NIP. 1956 0606 1990 03 1 001

KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan dengan judul Peran
Bank Indonesia Dalam Menjaga Stabilitas Keuangan Menurut Perspektif
Akuntansi. Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi
persyaratan akhir Kuliah Lapangan. Dengan membuat laporan ini, diharapkan kita
mampu untuk mengetahui tentang Peran Bank Indonesia Dalam Menjaga
Stabilitas Keuangan Menurut Perspektif Akuntansi.
Dalam penyelesaian laporan ini, saya banyak mengalami kesulitan,

terutama karena dikarenakan kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang.
Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya laporan ini
dapat terselesaikan dengan baik. Karena itu, sudah sepantasnya saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Hiras Pasaribu, M.Si., CA. selaku Ketua Jurusan Prodi Akuntansi.
2. Seluruh Dosen Pembimbing Lapangan.
3. Ibu Marita, SE., M.Si., Ak., CA dan Bapak Sutoyo, DRS., Msi. selaku dosen
pembimbing penyusunan laporan, dan
4. Semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan laporan ini.
Saya sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan laporan ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu, saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna
penulisan laporan yang lebih baik lagi di masa mendatang. Saya juga meminta
maaf apabila dalam proses pembuat laporan ada pihak yang merasa dirugikan.
Harapan saya, semoga laporan ini dapat membantu dalam proses belajar
para mahasiswa serta menjadi sebuah referensi yang berguna untuk pihak yang
membutuhkan.
Yogyakarta, 5 Mei 2015

RK


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................................ 2
1.4 Manfaat...................................................................................................... 2
BAB II PENDEKATAN MASALAH................................................................. 3
2.1 Teori............................................................................................................ 3
2.1.1 Definisi Stabilitas Sistem Keuangan................................................ 3
2.1.2 Faktor-faktor Pendukung Stabilitas Sistem Keuangan..................... 4
2.1.3 Pentingnya Stabilitas Sistem Keuangan........................................... 5
2.2 Gambaran Umum Perusahaan.................................................................... 5
2.2.1 Sejarah Bank Indonesia.................................................................... 5
2.2.2 Struktur Organisasi........................................................................... 7
2.2.3 Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Bank Indonesia............................ 8

2.2.4 Profil Dewan Gubernur.................................................................... 9
2.2.5 Lokasi Perusahaan............................................................................13
2.3 Pembahasan................................................................................................14
2.3.1 Peran Bank Indonesia Dalam Stabilitas Keuangan
14
2.3.2 Peran Akuntansi Dalam Stabilitas Keuangan...................................16
2.3.3 Langkah Analisis Stabilitas Keuangan.............................................17
2.3.4 Perangkat Untuk Menjaga Stabilitas Keuangan...............................19
BAB III PENUTUP ............................................................................................21
3.1 Kesimpulan ...............................................................................................21
3.2 Saran .........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN GAMBAR

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Krisis keuangan yang terjadi di berbagai belahan dunia termasuk
Indonesia pada tahun 1997 semakin menyadarkan akan pentingnya stabilitas
sistem keuangan. Ketidakstabilan sistem keuangan menimbulkan dampak

yang buruk yakni hilangnya kepercayaan masyarakat dan menurunnya
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan. Disamping itu biaya pemulihan
ekonomi khususnya sektor keuangan akibat krisis sangat besar. Sementara
proses pemulihannya berjalan kurang sesuai harapan. Oleh karena itu,stabilitas
sistem keuangan wajib dipelihara untuk menjamin kepentingan publik.
Dalam beberapa tahun terakhir paska krisis semakin banyak bank
sentral maupun organisasi keuangan internasional yang secara khusus
membentuk divisi/unit khusus untuk memonitor dan menilai kondisi keuangan
negara masing-masing dan menerbitkannya dalam suatu laporan stabilitas
keuangan.
Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas
utama Bank Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga
stabilitas sistem keuangan (perbankan dan sistem pembayaran). Keberhasilan
Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter tanpa diikuti oleh stabilitas
sistem keuangan, tidak akan banyak artinya dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan. Kebijakan moneter memiliki dampak yang
signifikan terhadap stabilitas keuangan. Sebaliknya, stabilitas keuangan
merupakan pilar yang mendasari efektivitas kebijakan moneter. Sistem
keuangan merupakan salah satu alur transmisi kebijakan moneter, sehingga
bila terjadi ketidakstabilan sistem keuangan maka transmisi kebijakan moneter

tidak dapat berjalan secara normal. Sebaliknya, ketidakstabilan moneter secara
fundamental akan mempengaruhi stabilitas sistem keuangan akibat tidak
efektifnya fungsi sistem keuangan. Inilah yang menjadi latar belakang

mengapa stabilitas sistem keuangan juga masih merupakan tugas dan
tanggung jawab Bank Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut muncul suatu rumusan masalah mengenai
bagaimana peran Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas sistem keuangan
menurut perspektif akuntansi?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah ntuk mengetahui langkah
yang ditempuh oleh Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas sistem keuangan
menurut perspektif akuntansi.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan laporan ini adalah
1. Akademisi
Memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai peran Bank
Indonesia dalam menjaga stabilitas sistem keuangan sehingga dapat
menambah literatur dan kepustakaan yang berkaitan dengan Bank

Indonesia khususnya mengenai peran Bank Indonesia dalam menjaga
stabilitas sistem keuangan menurut perspektif akuntansi.
2. Praktisi
Memberikan masukan tentang pentingnya menjaga stabilitas
keuangan sehingga yang diharapkan dapat bernilai guna.

BAB II
PENDEKATAN MASALAH
2.1 Teori
2.1.1 Definisi Stabilitas Sistem Keuangan
Stabilitas sistem keuangan belum memiliki pengertian baku yang
diterima secara internasional. Oleh karena itu, muncul beberapa definisi
mengenai SSK yang pada intinya mengatakan bahwa suatu sistem
keuangan memasuki tahap tidak stabil pada saat sistem tersebut telah
membahayakan dan menghambat kegiatan ekonomi. Beberapa definisi
SSK menyebutkan bahwa, sistem keuangan yang stabil mampu
mengalokasikan sumber dana dan menyerap kejutan yang terjadi sehingga
dapat mencegah gangguan terhadap kegiatan sektor riil dan sistem
keuangan. Sistem keuangan yang stabil adalah sistem keuangan yang kuat
dan tahan terhadap berbagai gangguan ekonomi sehingga tetap mampu

melakukan fungsi intermediasi, melaksanakan pembayaran dan menyebar
risiko secara baik. Stabilitas sistem keuangan adalah suatu kondisi dimana
mekanisme ekonomi dalam penetapan harga, alokasi dana dan pengelolaan
risiko berfungsi secara baik dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Beberapa pengertian stabilitas sistem keuangan pada intinya
mengatakan bahwa suatu sistem keuangan memasuki tahap tidak stabil
pada saat sistem tersebut telah membahayakan dan menghambat kegiatan
ekonomi. Arti stabilitas sistem keuangan dapat dipahami dengan
melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan
ketidakstabilan di wilayah keuangan. Ketidakstabilan sistem keuangan
bisa didisebabkan oleh berbagai penyebab dan gejolak. Hal ini umumnya
berhubungan antara kegagalan pasar, baik karena pengaruh struktural
maupun perilaku. Kegagalan tersebut dapat bersumber dari eksternal dan
internal (Alam S, 2003).

Sementara

itu,

Schinasi


(2006a)

mendefinisikan

stabilitas

keuangan sebagai kondisi dimana sistem keuangan:
a. secara efisien memfasilitasi alokasi sumber daya dari waktu ke waktu,
dari deposan ke investor, dan alokasi sumber daya ekonomi secara
keseluruhan,
b. dapat menilai/ mengidentifikasi dan mengelola risiko keuangan,
c. dapat dengan baik menyerap gejolak yang terjadi pada sektor
keuangan,
d. secara umum, stabilitas sistem keuangan adalah ketahanan sistem
keuangan terhadap guncangan perekonomian, sehingga fungsi
intermediasi, sistem pembayaran dan penyebaran risiko tetap berjalan
dengan semestinya.
Meningkatnya kecenderungan globalisasi sektor keuangan yang didukung
oleh perkembangan teknologi menyebabkan sistem keuangan menjadi

semakin terintegrasi tanpa jeda waktu dan batas wilayah. Selain itu,
inovasi produk-produk keuangan semakin bertambah dinamis dan
bermacam-macam dengan kerumitan yang semakin tinggi. Berbagai
perkembangan tersebut selain dapat memicu ketidakstabilan sistem
keuangan,

juga

mengakibatkan

semakin

susahnya

mengatasi

ketidakstabilan tersebut.
Identifikasi terhadap sumber ketidakstabilan sistem keuangan
umumnya lebih bersifat forward looking (melihat ke depan). Hal ini
diperuntukan

mengetahui

resiko

yang

akan

timbul

serta

akan

mempengaruhi kondisi sistem keuangan kedepan. Atas dasar hasil
identifikasi tersebut, selanjutnya dilaksanakan analisis sampai seberapa
besar resiko berpotensi menjadi semakin membahayakan, meluas dan
sistemik (Alam S, 2003).
2.1.2

Faktor-faktor Pendukung Stabilitas Sistem Keuangan
Menurut Bank Indonesia dalam Booklet Stabilitas Sistem
Keuangan terdapat empat faktor terkait yang mendukung terciptanya
stabilitas sistem keuangan, yakni:
a. lingkungan ekonomi makro yang stabil,

b. lembaga keuangan yang dikelola dengan baik,
c. pengawasan institusi keuangan yang efektif, dan
d. sistem pembayaran yang aman dan handal.
2.1.3

Adanya tekanan pada salah satu faktor berdampak pada faktor lainya.
Pentingnya Stabilitas Sistem Keuangan
Sistem keuangan memegang peran yang sangat penting. Jika
sistem keuangan mengalami ketidakstabilan dan tidak berfungsi dengan
efisien, penempatan dana tidak akan berjalan dengan baik sehingga dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan pengalaman, sistem
keuangan yang tidak stabil, terlebih jika sampai mengakibatkan krisis,
memerlukan biaya yang sangat tinggi untuk upaya penyelamatannya.
Biaya yang sangat tinggi diperlukan untuk mengembalikan stabilitas
sistem keuangan. Selain itu, diperlukan waktu yang lama untuk
menumbuhkan

kembali

kepercayaan

masyarakat

terhadap

sistem

keuangan. Sistem keuangan yang tidak stabil cenderung akan rentan
terhadap berbagai gejolak sehingga mengganggu perputaran roda
perekonomian (Alam S, 2003).

2.2 Gambaran Umum Perusahaan
2.2.1 Sejarah Bank Indonesia
Pada tahun 1828 Pemerintah Hindia Belanda mendirikan De
Javasche Bank sebagai bank sirkulasi yang bertugas mencetak dan
mengedarkan uang. Tahun 1953, Undang-Undang Pokok Bank Indonesia
menetapkan pendirian Bank Indonesia untuk menggantikan fungsi De
Javasche Bank sebagai bank sentral, dengan tiga tugas utama di bidang
moneter, perbankan, dan sistem pembayaran. Di samping itu, Bank
Indonesia diberi tugas penting lain dalam hubungannya dengan
Pemerintah dan melanjutkan fungsi bank komersial yang dilakukan oleh
DJB sebelumnya.
Pada tahun 1968 diterbitkan Undang-Undang Bank Sentral yang
mengatur kedudukan dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral,
terpisah dari bank-bank lain yang melakukan fungsi komersial. Selain tiga
tugas pokok bank sentral, Bank Indonesia juga bertugas membantu

Pemerintah sebagai agen pembangunan mendorong kelancaran produksi
serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat.
Tahun 1999 merupakan babak baru dalam sejarah Bank Indonesia,
sesuai dengan UU No.23/1999 yang menetapkan tujuan tunggal Bank
Indonesia yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Pada tahun 2004, Undang-Undang Bank Indonesia diamandemen
dengan fokus pada aspek penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas
dan wewenang Bank Indonesia, termasuk penguatan governance.
Pada tahun 2008, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang No.2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagai
bagian dari upaya menjaga stabilitas sistem keuangan. Amandemen
dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan perbankan nasional dalam
menghadapi krisis global melalui peningkatan akses perbankan terhadap
Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek dari Bank Indonesia.
Malang merupakan sebuah karesidenan yang terbentuk pada tahun
1926, kemudian pada tahun 1928 Malang memiliki kantor pemerintahan
sendiri. Malang merupakan daerah dengan iklim yang cocok untuk
bercocok tanam, sehingga pada saat itu Malang merupakan salah satu kota
dengan pendapatan ekonomin yang berasal dari sektor perkebunan. Akibat
pertumbuhan ekonomi tersebut muncullah berbagai pembangunan di kota
Malang salah satunya yaitu bagunana bank.
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda di kota Malang
diperkirakan terdapat dua bank besar di kawasan alun-alun kotak yaitu
Javasche Bank (BI) dan Escomto (Bank Mandiri). Kedua bank ini sangat
berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya perekonomian di kota Malang
yang kaya akan hasil perkebunannya. Hampir seluruh Javasche Bank (BI)
menggunakan bangunan bersejarah peninggalan Belanda, Javasche Bank
(BI) kota Malang diperkirakan berdiri tahun 1915 dan diresmikan pada
tanggal 1 Desember 1915 setelah gedung Javasche Bank di kota-kota
lainya selesai dibangun.
Segi fisik arsitekturalnya, bangunan Javasche Bank (BI) relatif
tidak mengalami perubahan, perubahan yang terjadi hanyalah pergantian
cat yang telah kusam. Perubahan lain yang terjadi adalah pergantian

material asli atap dengan material baru setelah terjadi peristiwa
pembakaran bangunan-bangunan publik Belanda di Malang pada
Desember 1947, namun karena memiliki dinding yang tebal akhirnya yang
terbakarhanya atapnya saja. Pembakaran tersebut dilakukan karena
penduduk kota Malang takut Belanda akan kembali ke Indonesia. Setelah
kejadian tersebut diperbaiki kembali pada 31 Juli 1947. Pemugaran resmi
dilakukan pada tahun 1950-an setelah kondisi Republik Indonesia stabil,
selain itu juga terbentuknya Undang-Undang Gula dan Agraria sehingga
membuat kota Malang perlahan kembali mengalami pertumbuhan
2.2.2

ekonomi. Pemugaran selanjutnya terjadi pada tahun 1970-an.
Struktur Organisasi

2.2.3

Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Bank Indonesia


Visi

Sumber : www.bi.go.id

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di
regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta
pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil


Misi

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi
kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas.
2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan
efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal
untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat
berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang
berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas
sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan
kepentingan nasional.
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia
yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta
melaksanakan tata kelola yang berkualitas dalam rangka melaksanakan
tugas yang diamanatkan UU.


Sasaran Strategis
Untuk mewujudkan Visi dan Misi tersebut, Bank

Indonesia

menetapkan sasaran strategis jangka menengah panjang, yaitu :
1. Memperkuat pengendalian dari sisi permintaan dan penawaran
2. Menjaga stabilitas nilai tukar
3. Mendorong pasar keuangan yang dalam dan efisien
4. Menjaga SSK yang didukung dengan penguatan surveillance SP
5. Mewujudkan keuangan inklusif yang terarah, efisien, dan sinergis
6. Memelihara SP yang aman, efisien, dan lancer
7. Memperkuat pengelolaan keuangan BI yang akuntabel
8. Mewujudkan proses kerja efektif dan efisien dengan dukungan SI,
kultur, dan governance
9. Mempercepat ketersediaan SDM yang kompeten

10. Memperkuat aliansi strategis dan meningkatkan persepsi positif BI
11. Memantapkan kelancaran transisi pengalihan fungsi pengawasan bank
ke OJK
2.2.4

Profil Dewan Gubernur
1. Agus D.W. Martowardojo, Gubernur Bank Indonesia
Agus D.W. Martowardojo lahir di Belanda pada 1956. Gelar
Sarjana Ekonomi diraih dari Universitas Indonesia. Beliau juga
memperluas wawasan dengan mengikuti berbagai program di State
University of New York, Harvard Business School, Standford University,
dan Wharton Executive Education.
Perjalanan karirnya diawali di dunia perbankan. Mulai di Bank of
America, kemudian di Bank Niaga pada 1986. Sejak 1995, Beliau diminta
untuk menjadi Direktur Utama PT. Bank Bumiputera dan pada 1998
sebagai Direktur Utama PT. Bank Ekspor Impor Indonesia. Selama kurun
waktu 1999-2002, bertugas sebagai Managing Director Bank Mandiri.
Pada Oktober 2002, setelah menjabat Penasehat untuk Ketua BPPN,
ditugaskan menjadi Dirut PT. Bank Permata Tbk. dan sejak Mei 2005
hingga Mei 2010, memimpin PT. Bank Mandiri Tbk. sebagai Dirut.
Penghargaan yang diraih Beliau antara lain Indonesia’s Best
Executive in 2009 dari Asiamoney, The Indonesian Banker Leadership
Achievement Award 2010 dari The Asian Banker, dan terpilih sebagai
Finance Minister of the Year 2012 untuk level dunia dan Asia-Pasifik versi
The Banker pada Februari 2012.
Sebelum diangkat sebagai Gubernur BI, Beliau menjabat sebagai
Menteri Keuangan Republik Indonesia sejak 20 Mei 2010. Selanjutnya,
sesuai dengan Keputusan Presiden RI No.45/P Tahun 2013, tanggal 13
April 2013, diambil sumpahnya sebagai Gubernur Bank Indonesia pada
tanggal 24 Mei 2013. Masa jabatan Agus D.W. Martowardojo sebagai
Gubernur Bank Indonesia adalah untuk periode 2013 – 2018.
2. Mirza Adityaswara, Deputi Gubernur Senior

Mirza Adityaswara, lahir di Surabaya pada 1965. Gelar Sarjana
Ekonomi diraih dari Universitas Indonesia, kemudian Mirza memperoleh
gelar Master of Applied Finance dari Macquarie University, Sydney,
Australia.
Beliau mengawali karir sebagai Dealer di Bank Sumitomo Niaga
pada tahun 1989. Sejak tahun 2002 hingga Oktober 2005, Beliau menjabat
sebagai Director, Head of Securities Trading & Research, Bahana
Sekuritas, kemudian pada November ditahun yang sama beliau diminta
menjadi Director, Head of Equity Research & Bank Analysis di Credit
Suisse Securities Indonesia. Selama kurun waktu 2008 – 2010, Mirza
bertugas sebagaiManaging Director, Head of Capital Market, Mandiri
Sekuritas, sekaligus sebagai Kepala Ekonom Bank Mandiri Group.
Sebelum diangkat sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia,
Beliau menjabat sebagai Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS) dan sejak April 2012 ditugaskan sebagai Kepala
Eksekutif LPS sekaligus Dewan Komisioner. Selanjutnya, sesuai dengan
Keputusan Presiden RI No.113/P Tahun 2013 tanggal 30 September 2013,
diambil sumpahnya sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia pada
tanggal 3 Oktober 2013 untuk periode 2013 - 2014. Jabatan tersebut
diperpanjang berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 62/P Tahun 2014,
Mirza Adityaswara ditetapkan sebagai Deputi Gubernur Senior Bank
Indonesia untuk masa jabatan selama 5 (lima) tahun.
3. Halim Alamsyah, Deputi Gubernur
Lahir di Bangka, 6 Maret 1957. Menyelesaikan pendidikan Sarjana
Ekonomi di Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, dan pendidika
Sarjana Hukum di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, gelar Master of
Arts dalam bidang

Development

Economics,

Boston

University,

Massachussets, USA dan meraih gelar Doktornya dalam bidang Ilmu
Ekonomi, dari Universitas Indonesia, Jakarta.
Beliau ini memulai karirnya di Bank Indonesia pada tahun 1982
sebagai staf analis kredit, di Urusan Kredit Koperasi. Tahun 1985, ia mulai
berkiprah sebagai staf peneliti di Urusan Ekonomi dan Statistik. Tahun
1999 diangkat sebagai Deputi Direktur Direktorat Riset Ekonomi dan

Kebijakan Moneter. Selang satu setengah tahun kemudian, tepatnya Juli
2000, Halim Alamsyah diangkat sebagai Kepala Biro Gubernur Bank
Indonesia. Pada Juli 2002 beliau dipromosikan sebagai Direktur Pusat
Pendidikan dan Studi Kebanksentralan. Sejak Januari 2003, ia berturutturut ia menempati pos sebagai Direktur Direktorat Riset Ekonomi dan
Kebijakan Moneter, Direktur Direktorat Perencanaan Strategis dan
Hubungan Masyarakat pada April 2005, dan Direktur Direktorat Statistik
dan Moneter pada Pebruari 2006, sebelum akhirnya ditempatkan sebagai
Direktur DPNP pada Maret 2007.
Halim Alamsyah diangkat sebagai Deputi Gubernur Bank
Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden RI No.63/P Tahun 2010
tanggal 1 Juni 2010 dan diambil sumpahnya (dilantik) pada tanggal 17
Juni 2010.
4. Ronald Waas, Deputi Gubernur
Ronald Waas, lahir di Tanjung Pinang pada 1955. Ronald meraih
gelar sarjananya di Fakultas Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung di
tahun 1980, dan meraih gelar Master of International Affairs (MIA) di
Columbia University pada tahun 1996.
Mulai bekerja di Bank Indonesia pada tahun 1981 dan selama
berkarir di Bank Indonesia beliau sempat menjabat sebagai Direktur
Direktorat Teknologi Informasi selama tiga tahun (2004 s/d 2007),
kemudian dilanjutkan dengan menjabat sebagai Direktur Unit Khusus
Manajemen Informasi pada tahun 2007 s/d 2009 dan terakhir beliau
menjabat sebagai Direktur Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran.
Ronald Waas diangkat sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia
berdasarkan Keputusan Presiden RI No.75/P Tahun 2011 tanggal 21
Desember 2011 dan diambil sumpahnya (dilantik) pada tanggal
29 Desember 2011.
5. Perry Warjiyo, Deputi Gubernur
Perry Warjiyo lahir di Sukoharjo pada 1959. Gelar S1 diraih Perry
dari Universitas Gajah Mada di Yogyakarta (1982), sementara gelar
Master dan PhD di bidang moneter dan keuangan internasional diperoleh
dari Iowa State University, AS, masing-masing pada 1989 dan 1991.

Perry memulai karirnya di Bank Indonesia sejak 1984. Perry
mempunyai karier yang panjang dan cemerlang di Bank Indonesia
khususnya di area riset ekonomi dan kebijakan moneter, pengelolaan
devisa, isu-isu internasional, serta transformasi organisasi. Pada 2007 2009, Perry mendapat mandat menduduki posisi penting sebagai Direktur
Eksekutif di International Monetary Fund (IMF), mewakili 13 negara
anggota yang tergabung dalam South-East Asia Voting Group (SEAVG).
Selanjutnya Perry meneruskan kariernya di BI sebagai Kepala Direktorat
Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI mulai 2009 hingga 2012.
Sejak awal 2013, Perry menjabat sebagai Asisten Gubernur yang
membawahi area kebijakan moneter dan internasional. Perry aktif
mengajar di di sejumlah universitas di Indonesia. Ia juga telah
menghasilkan dan mempublikasikan sejumlah buku, jurnal, dan makalah
di bidang ekonomi, moneter, dan isu-isu internasional.
Perry Warjiyo diangkat sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia
berdasarkan Keputusan Presiden RI No.28/P Tahun 2013 tanggal 5 April
2013, dan diambil sumpahnya (dilantik) pada 15 April 2013.
6. Hendar, Deputi Gubernur
Hendar dilahirkan pada tahun 1957 di Bandung – Jawa Barat.
Setelah menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi, Universitas
Padjajaran – Bandung, pada tahun 1982 ia mendapatkan gelar Sarjana
Ekonomi di bidang ilmu manajemen. Pada tahun 1995, Hendar
memperoleh gelar MA di bidang Ekonomi Pembangunan dari Center for
Development Economics, Williams College, AS. Selanjutnya, pada tahun
2010 Hendar mendapatkan gelar doktor di bidang ekonomi dari
Universitas Padjadjaran- Bandung. Sebagai kader Pimpinan Bank
Indonesia, pada tahun 2008 Hendar menjadi wakil Bank Indonesia untuk
mengikuti Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) Aangkatan 41
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia.
Setelah menyelesaikan pendidikan calon pegawai Bank Indonesia,
Hendar memulai perjalanan karirnya di Bank Indonesia pada tahun 1983
sebagai staf pada Urusan Kredit Umum. Sejak tahun 1995, Hendar
memperoleh penugasan pada bidang kajian ekonomi makro, neraca
pembayaran serta analisa dan perencanaan kebijakan moneter. Terakhir

beliau menjabat sebagai Asisten Gubernur Bidang Sistem Pembayaran,
Pengedaran Uang dan Pengelolaan Sistem Informasi. Dalam kapasitasnya
mewakili Bank Indonesia, beliau aktif dalam berbagai forum pertemuan
internasional seperti antara lain Executives’ Meeting of East Asia Pacific
Central Banks (EMEAP) dan BIS Meeting on Government Bonds Market
Development.
Hendar diangkat sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 89/P Tahun 2013 tanggal 27 Juli
2013 dan diambil sumpahnya (dilantik) pada tanggal 2 Agustus 2013.
2.2.5

Lokasi Perusahaan
Selain kantor pusat di Jakarta, Bank Indonesia mempunyai 41
Kantor Bank Indonesia (KBI) di Indonesia beserta 4 kantor perwakilan di
luar negeri, yaitu London, Singapura, New York, dan Tokyo. KBI Malang
berada dibawah koordinasi KBI Surabaya (Jawa Timur). Wilayah kerja
KBI Malang meliputi:
 Kabupaten Lumajang,
 Kabupaten dan Kota Malang,
 Kabupaten dan Kota Pasuruan,
 Kabupaten dan Kota Probolinggo, dan
 Kota Batu.
Kantor Bank Indonesia Malang beralamatkan di Jalan Merdeka Utara
No.7 Alun-alun Kota Malang. Telp: 0341-366054

2.3 Pembahasan
2.3.1 Peran Bank Indonesia Dalam Stabilitas Keuangan
Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki lima peran utama
dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Kelima peran utama yang
mencakup kebijakan dan instrumen dalam menjaga stabilitas sistem
keuangan itu adalah:
Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas
moneter antara lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar
terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan
moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan
stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek

ekonomi. Kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu
ketat, akan cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi, sebaliknya.
Oleh karena itu, untuk menciptakan stabilitas moneter, Bank Indonesia
telah menerapkan suatu kebijakan yang disebut inflation targeting
framework.
Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan
kinerja lembaga keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan
kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan melalui mekanisme
pengawasan dan regulasi. Seperti halnya di negara-negara lain, sektor
perbankan memiliki pangsa yang dominan dalam sistem keuangan. Oleh
sebab itu, kegagalan di sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan
keuangan dan mengganggu perekonomian. Untuk mencegah terjadinya
kegagalan tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan perbankan yang
efektif haruslah ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar melalui kewenangan
dalam pengawasan dan pembuat kebijakan serta penegakan hukum (law
enforcement) harus dijalankan. Bukti yang ada menunjukkan bahwa
negara-negara yang menerapkan disiplin pasar, memiliki stabilitas sistem
keuangan yang kokoh. Sementara itu, upaya penegakan hukum (law
enforcement) dimaksudkan untuk melindungi perbankan dan stakeholder
serta sekaligus mendorong kepercayaan terhadap sistem keuangan. Untuk
menciptakan stabilitas di sektor perbankan secara berkelanjutan, Bank
Indonesia telah menyusun Arsitektur Perbankan Indonesia dan rencana
implementasi Basel II.
Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan
menjaga kelancaran sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure
to settle) pada salah satu peserta dalam sistem sistem pembayaran, maka
akan timbul risiko potensial yang cukup serius dan mengganggu
kelancaran sistem pembayaran. Kegagalan tersebut dapat menimbulkan
risiko yang bersifat menular (contagion risk) sehingga menimbulkan
gangguan yang bersifat sistemik. Bank Indonesia mengembangkan
mekanisme dan pengaturan untuk mengurangi risiko dalam sistem
pembayaran yang cenderung semakin meningkat. Antara lain dengan
menerapkan sistem pembayaran yang bersifat real time atau dikenal

dengan nama sistem RTGS (Real Time Gross Settlement) yang dapat lebih
meningkatkan keamanan dan kecepatan sistem pembayaran. Sebagai
otoritas dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki informasi dan
keahlian

untuk

mengidentifikasi

risiko

potensial

dalam

sistem

pembayaran.
Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank
Indonesia dapat mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam
stabilitas keuangan. Melalui pemantauan secara macroprudential, yaitu
mengatur stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan dan secara
komprehensif mempersiapkan terjadinya risiko sistemik di sektor
keuangan dengan upaya membatasi dampak berantai terhadap keseluruhan
ekonomi Negara. Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor
keuangan dan mendeteksi potensi kejutan yang berdampak pada stabilitas
sistem keuangan. Melalui riset, Bank Indonesia dapat mengembangkan
instrumen dan indikator macroprudential untuk mendeteksi kerentanan
sektor keuangan.
Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman
sistim keuangan melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last
resort (LoLR). Fungsi LoLR merupakan peran tradisional Bank Indonesia
sebagai bank sentral dalam mengelola krisis guna menghindari terjadinya
ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi sebagai LoLR mencakup
penyediaan likuiditas pada kondisi normal maupun krisis. Fungsi ini hanya
diberikan kepada bank yang menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi
memicu terjadinya krisis yang bersifat sistemik. Pada kondisi normal,
fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang mengalami kesulitan
likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan untuk membayar
kembali. Dalam menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia
harus menghindari terjadinya moral hazard. Oleh karena itu, pertimbangan
risiko sistemik dan persyaratan yang ketat harus diterapkan dalam
2.3.2

penyediaan likuiditas tersebut.
Peran Akuntansi Dalam Stabilitas Keuangan
Dalam lingkup stabilitas keuangan sendiri, akuntansi berperan
dalam hal pengawasan pada sektor keuangan yang diwujudkan melalui
pemantauan secara macroprudential, yaitu mengatur stabilitas sistem

keuangan secara keseluruhan dan secara komprehensif mempersiapkan
terjadinya risiko sistemik di sektor keuangan dengan upaya membatasi
dampak berantai terhadap keseluruhan ekonomi negara. Macroprudential
lebih mengarah kepada sistim keuangan secara keseluruhan dengan
sasaran agar tidak terjadi permasalahan untuk menghindari biaya yang
akan dibebankan kepada pemerintah (pembayar pajak). Macroprudential
terfokus pada aktivitas lembaga-lembaga keuangan yang memiliki
pengaruh signifikan pada pasar maupun sistem keuangan. Informasi dari
Macroprudential ini akan membantu para pembuat kebijakan mengenai
perlunya bail-out (atau tidak) terhadap suatu institusi keuangan yang
tengah mengalami kesulitan likuiditas. Bail-out menjelaskan situasi
dimana sebuah entitas yang bangkrut atau hampir bangkrut, bail-out
umumnya adalah respon terhadap adanya respon terhadap adanya
kesuliatan pada aliran dana jangka pendek dimana entitas yang mengalami
kesulitan dana likuid namun memiliki aset yang cukup hingga masalah
keuangan jangka pendek dapat diselesaikan.
Di Indonesia, upaya memonitor dan menjaga stabilitas sistem
keuangan telah dilakukan oleh Bank Indonesia sejak pertengahan tahun
2003 dengan mengembangkan berbagai metode analisis macroprudential
yang mengevaluasi tingkat kesehatan, kekuatan dan kelemahan sistem
keuangan nasional. Analisis macroprudential yang dilakukan selama ini
dipublikasikan dalam suatu Kajian Stabilitas Keuangan secara berkala,
telah membantu dalam menganalisis dan menyajikan informasi mengenai
ketahanan sistem perbankan dan dampak terhadap sistem keuangan bila
terjadi guncangan. Analisis dilakukan antara lain melalui pelaksanaan
stress test dengan berbagai alternatif skenario untuk membantu
menentukan tingkat sensitivitas atau daya tahan sistem keuangan nasional
terhadap berbagai guncangan ekonomi. Disamping itu, dilakukan juga
analisis aspek kualitatif terkait dengan pemenuhan sistem keuangan
Indonesia terhadap standar internasional. Dalam rangka memonitor serta
menjaga stabilitas sistem keuangan tersebut Bank Indonesia telah
mengembangkan beberapa perangkat yang berfungi sebagai Early
Warning System (EWS) seperti Financial Stability Indeks (FSI), Macro

Stress Test, Probability of Default (PD), Model EWS leading indicator
2.3.3

sektor properti, transition matrices, dan stress test micro perbankan.
Langkah Analisis Stabilitas Keuangan
Setelah pemahaman stabilitias sistim keuangan dan sasaran yang
akan dicapai disepakati dan dipahami, maka pelaksanaan analisis simpul
simpul kerawanan yang dapat menyebabkan instabilitas akan dapat
dilakukan dengan mudah dalam organisasi bank sentral. Terdapat dua
pendekatan yang saling melengkapi:
Pertama, memfokuskan kepada berbagai faktor risiko yang berasal
dari dalam sistem keuangan itu sendiri yaitu terdiri dari lembaga
keuangan, pasar keuangan dan infrastruktur keuangan seperti settlement
yang dilakukan oleh bank sentral maupun lembaga lainnya. Unsur internal
sistim keuangan ini akan selalu dihadapkan kepada berbagai faktor risiko
seperti risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan risiko operational.
Peningkatan kompleksitas sistem keuangan di tunjukan dengan pesatnya
pasar di credit derivatives. Instrumen ini relative masih baru yang
bentuknya bisa beraneka ragam. Meskipun instrument ini sangat baik
untuk mitigasi risiko, namun terdapat kemungkinan bahwa tehnis
penilaiannya akan rumit serta dapat menimbulkan moral hazard atau
rentan terjadinya spekulasi dan fraud. Lembaga keuangan baik yang
melakukan mitigasi dengan menjual risikonya kepada pihak lain masih
dapat ter ekspose risiko. Tanpa disadari bahwa risiko sistemik akan dapat
manganulir persepsi bahwa risikonya telah dijual, sedangkan lembaga
yang membeli risiko ternyata sudah terlalu besar risiko yang dibelinya dan
tidak bisa dimitigasi ke lambaga lain. Jika terjadi default atas maka hanya
bail-out dari otoritas yang dapat menyelesaikannya.
Kedua, pendekatan dengan menekankan risiko yang berasal dari
luar sistem keuangan. Pendekatan ini telah dipahami oleh para pengambil
kebijakan beberapa tahun terakhir. Perkembangan yang pesat perdagangan
instrumen derivatives atas surat hutang dan harga assets, termasuk juga
gangguan makro ekonomi seperti turunnya harga komoditi serta terjadinya
ketidak seimbangan dalam ekonomi dunia dan pasar keuangan akan dapat
menimbulkan risiko instabilitas. Untuk melakukan identifikasi dari sumber
instabilitas, kita memerlukan berbagai indikator yang dapat memberikan

informasi tanda tanda terjadinya instabilitas. Dengan mendasarkan
perbandingan beberapa indikator pada waktu tertentu dengan pada waktu
normal, maka kita bisa melakukan analisis seberapa besar perbedaan atas
indikator instabilitas tersebut. Jika perbedaannya besar dengan trend yang
meningkat maka kita bisa mengindikasikan kondisi keuangan mengarah
kepada isntabilitas. Namun demikian, sering sekali mendapatkan kesulitan
untuk melakukan interpretasi atas berbagai indikator isntabilitas karena
indikator normal kadang ]kadang sulit untuk ditentukan mengingat
perkembangan ekonomi yang sangat dinamis. Berbagai informasi yang
belum secara terintegrasi dalam sistim keuangan merupakan faktor yang
penting untuk dapat dijadikan judgment dalam melakukan analisis kondisi
sistim keuangan. Analisis dampak negatif atas guncangan ekonomi makro
terhadap stabilitas sistim keuangan juga dapat diterapkan. Macro stress
testing merupakan pendekatan yang biasanya digunakan dalam analisis ini
dengan tujuan untuk mengukur ketahanan bank atau lembaga kuangan
dalam menghadapi berbagai shocks atas kondisi ekonomi dan respon
kebijakan makro ekonomi yang diperlukan dari otoritas. Lembaga
keuangan dan pasar keuangan sudah semakin terintegrasi serta sangat
tinggi ketergantungannya sehingga analisis keterkaitan antar lembaga dan
pasar

keuangan

sangat

membantu

untuk

mengukur

sejauhmana

permasalahan yang mungkin timbul di lembaga atau pasar keuangan dapat
menimbulkan dampak sistemik di sistim keuangan.
Bank sentral mempunyai tanggung jawab khusus dalam melakukan
analisis dan memonitor sistem keuangan. Terintegrasinya lembaga dan
pasar keuangan dengan pasar global telah membuat bank sentral perlu
melakukan analisis sistim keuangan global dalam laporan stabilitas sistim
keuangannya yang dipublikasikan secara rutin.
2.3.4

Perangkat Untuk Menjaga Stabilitas Keuangan
Dalam menjaga stabilitas sistem keuangan, bank sentral harus
melakukan assessment atas kerentanan dan mengeluarkan regulasi apabila
diperlukan agar dampak negatifnya dapat dihindari serta risiko

sistemiknya dapat diminimalisir. Bank sentral mempunyai banyak
perangkat kebijakan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, yaitu:
Pertama, peran lender of last resort dapat diterapkan pada saat
terjadi permasalahan likuiditas perbankan untuk mencegah terjadinya
krisis yang bersifat sistemik.
Kedua, bank sentral dapat melakukan operasi monetar dalam
bentuk intervensi di pasar valas maupun pasar likuiditas.
Ketiga, secara lebih dini bank sentral mengatur laju pertumbuhan
kredit.
Keempat, dalam hal pengawasan microprudential berada di bank
sentral, maka pengawasan micro dapat secara mudah disinkronisasikan
dengan kebijakan macroprudential. Harmonisasi langkah pencegahan
terhdap krisis ini sangat panting dilakukan dalam kondisi masih normal.
Dengan demikian regulasi yang bersifat macroprudential untuk mencegah
adanya sistemik risk dapat dikeluarkan oleh ban sentral untuk
melaksanakantugasnya yang menyangkut kebijakan untuk menjaga
stabilitas sistim keuangan. Dalam hal pengawasan bank berada di bank
sentral, maka regulasi yang bersifat microprudential juga dapat
dikeluarkan oleh bank sentral.
Kelima, peraturan kehati hatian diharapkan akan dapat menurunkan
risiko kepada level dimana bank mampu untuk menyerap dan juga untuk
meningkatkan ketahanan lembaga keuangan. Salah satu motive penerapan
risk mangement diharapkan meningkatkan efisiensi industri perbankan
serta ketahanan industri perbankan agar mempunyai permodalan yang
sesuai dengan risiko yang dihadapi. Peraturan kehati hatian juga dapat
dipakai oleh otoritas untuk memperlambat pertumbuhan yang terlalu cepat
sehingga risikonya mudah dikendalikan oleh bank. Namun demikian
metodelogi menentukan permodalan yang counter cyclical ini secara
tehnik sangat bervariasi dan mengandung banyak kelemahan, dengan
kemungkinan terjadi overstated tingkat modalnya.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa:
1. Peranan bank Indonesia sebagai bank sentral sangat penting bagi stabilitas
keuangan,
2. Dalam menjaga stabilitas keuangan, Bank Indonesia mempunyai lima
peran, yaitu:


menjaga kestabilan moneter.



menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat, khususnya
perbankan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi.



kewenangan mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.



mengakses informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan
melalui fungsi sebagai riset dan pemantauan



melalui fungsi bank sentral berfungsi sebagai jaring pengaman sistem
keuangan sebagai leader of the last resort (LoLR).

3. Akuntansi berperan dalam hal pengawasan pada sektor keuangan yang
diwujudkan melalui pemantauan secara macroprudential yang lebih
mengarah kepada sistem keuangan secara keseluruhan agar tidak terjadi
permasalahan penghindaran biaya yang akan dibebankan kepada
pemerintah

(pembayar

pajak).

Informasi

Macro-prudential

akan

membantu pembuat kebijakan mengenai perlunya bail-out (atau tidak)
terhadap institusi keuangan yang tengah mengalami kesulitan likuiditas.
Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa:
3.2 Saran
1. Bagi Bank Indonesia:
Sebaiknya dibuat kebijakan khusus yang mengatur stabilitas keuangan
dan lebih cepat dalam memberikan solusi terhadap permasalahan stabilitas
keuangan yang begitu fluktuatif.
2. Bagi masyarakat:
Masarakat harus turut aktif dalam menjaga stabilitas keuangan.
DAFTAR PUSTAKA
Alam S. 2013. Pengertian dan Peran Bank Sntral. Diunduh tanggal 2 Mei 2015.
http://www.zakapedia.com/2014/10/pengertian-bank-sentral-perandan.html#_
Bank Indonesia. Stabilitas Sistem Keuangan. Diunduh tanggal 2 Mei 2015.
http://www.bi.go.id/id/perbankan/ssk/peranbi/peran/Contents/Default.aspx
Junaidi. 2010. Bank Sentral Dalam Menjaga Stabilitas Sistim Keuangan. Diunduh
tanggal 2 Mei 2015.
http://junaidipiscesguru.blogspot.com/2010/06/peran-bank-sentral-dalam
menjaga.html
Noveesha, Mira. 2014. Peran Aktif Bank Indonesia Dalam Menjaga Sistem
Keuangan Agar Tetap Stabil. Diunduh tanggal 2 Mei 2015.
http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2014/11/09/peran-aktif-bankindonesia-dalam-menjaga-sistem-keuangan-agar-tetap-stabil-701877.html

Rozali, Rais. 2014. Peran Pengawasan Perbankan Oleh Bank Indonesia, Otoritas
Jasa keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan. Diunduh tanggal 2 Mei
2015.
https://zalirais.wordpress.com/2014/12/30/peran-pengawasan-perbankanoleh-bank-indonesia-otoritas-jasa-keuangan-dan-lembaga-penjaminsimpanan/
Wikipedia. Bank Indonesia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Indonesia

LAMPIRAN GAMBAR

Gb.1 Lokasi Bank Indonesia Malang

Gb.2 Sambutan dari pihak kampus UPN “Veteran” Yogyakarta

Gb.3 Pengisian Materi dari Pihak Bank Indonesia Malang