Sumber Hukum dan Dalil docx

MAKALAH
SEJARAH PEMIKIRAN HUKUM ISLAM

Oleh:

WILDA YANTI KHOIRIAH
1713040051

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA ISLAM/JINAYAH SIYASAH (JS) B
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1439 H / 2017 M

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemahaman suatu sumber hukum sendiri tidak semena-mena dengan
akal dan pendapat pribadi. Namun telah tentu standar tertentu dalam

penggunaanya, hal tersebut selanjutnya disebut sumber hukum dan dalil. Hal
inilah yang akan berperan dalam tata urutan sumber hukum, hanya Allah
hakim yang maha tinggi dan Maha Kuasa. Rasulullah penyampai hukumhukum Allah kepada manusia. Oleh karena Allah yang menetapkan hukum
sumber hukum yang pertama dan paling utama adalah wahyu Allah yaitu AlQuran, kemudian Sunnah rasul sebagai sumber hukum yang kedua, dan
sumber hukum yang ketiga adalah ijtihad, yang meliputi ijma’, Qiyas, istihsan,
maslahah mursalah, ‘urf (adat istiadat) dan masih ada lagi, tetapi di sini saya
hanya akan membahas yang tertera di atas.
B. Rumusan Masalah
1. Sumber hukum dan dalil al-Qur’an
2. Sumber hukum dan dalil al-Hadits/Sunnah
3. Sumber hukum dan dalil ijma’
4. Sumber hukum dan dalil Qiyas
5. Sumber hukum dan dalil istihsan
6. Sumber hukum dan dalil maslahah mursalah
7. Sumber hukum dan dalil urf (adat istiadat)
C. Tujuan
1. Memahami dan mengetahui Sumber hukum dan dalil al-Qur’an
2. Memahami dan mengetahui Sumber hukum dan dalil al-Hadits/Sunnah
3. Memahami dan mengetahui Sumber hukum dan dalil ijma’
4. Memahami dan mengetahui Sumber hukum dan dalil Qiyas

5. Dapat dipahami Sumber hukum dan dalil istihsan
6. Dapat dipahami Sumber hukum dan dalil maslahah mursalah
7. Dapat dipahami Sumber hukum dan dalil urf (adat istiadat)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sumber Hukum al-Qur’an
Al-Qur’an sebagai sumber hukum yang pertama, kata Al-Quran dalam
bahasa Arab berasal dari kata Qara’a artinya membara, bentuk masdarnya ‫قرأنا‬
1

artinya, bacaan dan apa yang tertulis padanya. Seperti terulang dalam ayat alQur’an.

    
   

Secara istilah al-Quran adalah kalamullah yang diturunkan kepada nabi
Muhammad, tertulis dalam mushaf berbahasa arab, yang sampai kepada kita
dengan jalan mutawatir, bila membacanya mengandung nilai ibadah, dimulai
dengan Surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas.


‫القرآن هو الـمنزل على الرسول الـمكتوب في الـــمصا‬
‫حف الـمقول عنه نقل متو اترا‬
Al-Qur’an adalah (kalamullah) yang diturunkan kepada Rasulullah
tertulis dalam mushaf, diikuti dari Rasulullah secara mutawatir dengan tidak
diragukan.
1. Penjelasan al-Qur’an terhadap hukum-hukum
a. Ijmali (global) yaitu penjelasan yang masih memerlukan penjelasan
lebih lanjut dalam pelaksanaannya contoh: masalah shalat, zakat dan
kaifiyahnya.
b. Tafshili (rinci)yaitu keterangannya jelas dan sempurna, seperti masalah
akidah hukum waris dan sebagainya.
2. Dalalah al-Qur’an terhadap hukum-hukum
a. Qathi yaitu lafal-lafal yang mengandung pengertian tunggal dan tidak
bisa dipahami makna lain darinya.
b. Zhanni yaitu lafal-lafal yang dalam al-Qur’an mengandung pengertian
lebih dari satu dan memungkinkan untuk ditakwilkan.

B. As-Sunnah.
1. Pengertian as-Sunnah
Menurut bahasa berarti perilaku seseorang tertentu, baik perilaku yang

baik atau yang buku, sedangkan menurut istilah ushul fiqh sunnah
Rasulullah seperti yang dikemukakan oleh Muhammad Ajjal al-khatib,
berarti (segala perilaku Rasulullah yang berhubungan dengan hukum, baik
2

berupa ucapan (sunnah Qauliyah). Perbuatan (sunnah Fi’liyah) atau
pengakuan (sunnah Taqririyah)
2. Dalil keabsahan as-Sunnah sebagai sumber hukum
Al-Qur’an memerintahkan kaum muslimin untuk menaati Rasulullah
seperti dalam ayat.

  



      
    
    






 


  
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat
tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya. (Q.S An-Nisa’: 59)

Selain ayat tersebut masih ada juga ayat yang menjelaskan bahwa
pada diri Rasulullah terdapat keteladanan yang baik (Q.S Al-Ahzab: 21),
Bahkan dalam ayat lain Allah memuji Rasulullah sebagai seorang yang
agung akhlaknya (Q.S Al-Qalam: 4) selain itu terdapat juga dalam QS. AnNisa: 65 dna 80 dan QS. An-Nahl: 44)
Ayat-ayat di atas secara tegas menunjukkan wajibnya mengikuti
Rasulullah yang


tidak

lain

adalah

mengikuti sunnah-sunnahnya.

Berdasarkan beberapa ayat tersebut, para sahabat semasa hidup nabi dan
setelah wafatnya telah sepakat atas keharusan menjadikan sunnah
Rasulullah sebagai sumber hukum.
C. Ijma’
1. Pengertian Ijma’
Ijma’ artinya cita-cita, rencana dan kesepakatan. Firman Allah SWT yang
artinya “maka cita-citakanlah urusanmu”
Menurut imam ghazali ijma’ adalah kesepakatan umat Muhammad secara
khusus tentang suatu masalah agama
2. Rukun dan Syarat Ijma’


3

Rukun ijma’ menurut jumhur ulama yaitu:
a. Yang terlihat dalam pembahasan hukum syara’ melalui ijma’ tersebut
adalah seluruh mujtahid.
b. Mujatahid yang terlibat dalam pembahasan hukum itu adalah seluruh
mujtahid yang ada pada masa tersebut.
c. Kesepakan itu diawali setelah masing-masing mujtahid padangannya.
d. Hukum yang disepakati itu adalah hukum syara’
e. Sandaran ijma’ yaitu al-Qur’an dan hadis
3. Syarat-syarat ijma’ menurut jumhur ulama
a. Yang melakukan ijma’ adalah orang yang memenuhi persyaratan
ijtihad
b. Kesepakatan muncul dari mujtahid yang bersifat adil
c. Mujtahid yang terlibat adalah yang berusaha menghindarkan diri dari
ucapan atau perbuatan bid’ah.
4. Kedudukan Ijma’
Ijma’ tidak dijadikan hujjah (alasan) dalam menetapkan hukum
karena yang menjadi alasan adalah kitab dan sunnah atau ijma’ yang
didasarkan kepada kitab dan sunnah. Ijma’ tidaklah termasuk dalil yang

bisa berdiri sendiri. Firman Allah SWT yang artinya “jika kamu berlainan
pendapat dalam suatu masalah, maka hendaklah kamu kembali kepada
Allah dan Rasulnya.
Yang dimaksud kembali kepada Allah yaitu berpedoman dan
bertitik tolak dalam menetapkan suatu hukum kepada al-Qur’an sedangkan
yang di maksud kembali ke rasulnya yaitu berdasarkan kepada sunnah
rasul. Dengan pengertian ijma’ yang dapat menjadi hujjah adalah ijma’
yang berdasarkan kepada al-Qur’an dan sunnah.
D. Qiyas
1. Pengertian Qiyas
Qiyas

menurut

bahasa

artinya

perbandingan,


yaitu

yang

membandingkan sesuatu kepada yang lain dengan persamaan illatnya,
sedangkan menurut istilah Qiyas adalah mengeluarkan (mengambil) suatu
hukum yang serupa dari hukum yang telah disebutkan (sebelum
mempunyai ketetapan) kepada hukum yang telah ada atau telah ditetapkan
oleh kitab dan Sunnah, disebabkan sama illat antara keduanya (asal dan
furu’)
4

2. Rukun dan Syarat qiyas
Para ulama ushul fikih menetapkan bahwa rukun Qiyas itu aada empat,
yaitu ashl (wadah hukum yang ditetapkan melalui nash atau ijma’) far’u
(kasus yang akan ditentukan hukumnya), illat (motivasi hukum) yang
terdapat dan terlibat oleh mujtahid pada ashl dan hukum ashl (hukum yang
telah di tentukan oleh nash atau ijma’)
Para ulama ushul fiqih mengemukakan bahwa setiap rukun qiyas
yang telah dipaparkan di atas harus memenuhi syarat-syarat tertentu,

sehingga Qiyas dapat dijadikan dalil dalam menetapkan hukum, syarat itu
sebagai berikut:
a. Ashl
1) Hukum ashl itu adalah hukum yang telah tetap dan tidak
mengandung kemungkinan dibatalkan
2) Hukum itu ditetapkan berdasarkan syara’
3) Ashl bukan merupakan far’u dan ashl lainnya.
4) Dalil yang menetapkan illat pada ashl itu adalah dalil khusus
5) Ashl itu tidak keluar dari kaidah-kaidah Qiyas.
6) Hukum ashl itu tidak keluar dari kaidah-kaidah Qiyas.
b. Hukum Al-Ashl
1) Tidak bersifat khusus
2) Hukum ashl itu tidak keluar dari ketentuan-ketentuan qiyas
3) Tidak nash
4) Hukum al-Ashl lebih dahulu disyariatkan dari Far’u
c. Far’u
1) Illatnya sama dengan illatnya yang ada pada ashl
2) Hukum ashl tidak diubah setelah dilakukan qiyas
3) Hukum far’u tidak mendahului hukum adil
4) Tidak ada nash atau ijma’, yang menjelaskan hukum far’u

d. Illat
1) Mengandung motivasi hukum, bukan sekedar tanda-tanda atau
induksi hukum.
2) Dapat diukur dan berlaku untuk semua orang .
3) Jelas, nyata, dan bisa ditangkap oleh para indera manusia
4) Merupakan sifat yang sesuai dengan hukum
5) Tidak bertentangan dengan nash ata ijma’
6) Itu tidak datang belakangan dari ashl
7) Bisa ditetapkan dan diterapkan pada kasus hukum
3. Kedudukan Qiyas

5

Menurut jumhur ulama, bahwa qiyas adalah hukum syara’ yang dapat,
menjadi dalam menetapkan suatu hukum dengan alasan. “maka menjadi
pandangan bagi orang-orang berfikir (Q.S al-Hasyr. 2)
Kalimat yang menunjukkan qiyas dalam ayat ini “menjadi pandangan” ini
berarti membandingkan antar hukum yang tidak disebutkan dengan hukum
yang telah ada ketentuannya.
E. Istihsan
Dilihat dari salah bahasa istihsan dari kata bahasa Arab artinya mencari
kebaikan (‫)إستحن – يستحن – إستحسان‬. Al-Hasan menyebutkan makna istihsan
secara bahasa dengan ungkapan ‫ طلب مااجسن‬artinya mencari yang lebih baik.
Istihsan itu adalah berpindah dari suatu hukum yang sudah diberikan
kepada hukum lain yang sebanding karena ada suatu sebab yang dipandang
lebih kuat.
Menurut ulama Hanafiyah, Malikiyah, dan sebagian ulama Hanabillah
bahwa istihsan merupakan dalil yang kuat dalam menetapkan hukum, dengan
alasa. “Barang siapa yang mempergunakan istihsan berarti dia telah membuat
syariat baru”.
Untuk itu imam Asy-Syatibi berpendapat, barangsiapa beristihsan tidak
berarti bahwa ia memulangkannya kepada perasaan dan kemauan hawa
nafsunya, tetapi ia memulangkannya kepada maksud syar’I yang umum dalam
peristiwa-peristiwa yang dikemukakan.
F. Maslahah Mursalah
1. Tinjauan Bahasa
Tersusun dari dua kata yaitu al-maslahah dan al-mursalah kata almaslahah dari ‫ = صلح‬besar, bentuk masdarnya ‫ = مصلحة صلحا‬kebesaran,
kemaslahatan, yaitu sesuatu yang mendatangkan kebaikan.
Kata mursalaha dari kata = mengutus. Bentuk isim maf’ulnya =
diutus, dikirim, dipakai, dipergunakan.
Sedangkan menurut istilah ulama ushul fiqih bermakna “maslahah
mursalah adalah sesuatu yang mengandung kemaslahatan dirasakan oleh
hukum sesuai dengan akal dan tidak terdapat pada asal”

6

“Ia dalah perbuatan yang bermanfaat yang tidak diperintahkan oleh
Allah SWT, kepada hambanya tentang pemeliharaan agamanya, jiwanya,
akalnya, keturunannya dan hartanya.”
2. Kehujjahan Maslahah Mursalah
Di antara para ulama usul ada yang menerima dan adapula yang menolak
berhujjah dengan maslahah mursalah.
a. Ulama-ulama Syafiiyah, hanafiyah dan sebagian ulama malikiyah
tidak menjadikan maslahah sebagai hujjah.
b. Menurut sebagian ulama Maliki dan sebagian ulama syafi’I, tetapi
harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.
c. Diantara ulama yang paling banyak menggunakan maslahah mursalah
ialah imam malik, untuk ini imam al-Qadafi berkata yang artinya:
“sesungguhnya berhujah dengan maslahah mursalah dilakukan oleh
semua madzhab, karena mereka melakukan qiyas dan mereka
membedakan antara satu dengan yang lainnya karena adanya
ketentuan-ketentuan hukum yang mengikat.
G. Urf (adat Istiadat)
Kata urf secara etimologi berarti yang dipandang baik dan diterima
oleh akal sehat. Secara terminologi seperti dikemukakan Abdul Karim Zaidin
yang artinya:
“sesuatu yang tidak asing bagi suatu masyarakat karena tidak menjadi
kebiasaan dan menyatu dengan kehidupan mereka baik berupa perbuatan atau
perkataan”
Para ulama ushul fiqh membedakan antara “adat” dengan “urf’ dalam
kedudukannya

sebagai

dalil

untuk menetapkan

hukum syara’ adat

didefenisikan dengan yang artinya:
“adat adalah sesuatu yang dilakukan secara berulang-ulang tanpa
adanya hubungan rasional”
Apabila kita perhatikan penggunaan urf ini, bukanlah dalil yang berdiri
sendiri, tetapi erat kaitannya dengan al-mashlahah al –mursalah, bedanya
kemaslahatan dalam ‘urf ini telah berlaku sejak lama sampai sekarang.
Sedangkan dalam al-maslahah al-mursalah kemaslahatan itu bisa terjadi pada

7

hal yang sudah bisa berlaku dan mungkin pula pada hal yang belum bisa
berlaku, bahkan pada hal-hal yang akan diberlakukan.

8

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sumber dan dalil hukum Islam merupakan segala sesuatu yang dapat
dijadikan diajar dalam menemukan dan atau menetapkan hukum syara’ dengan
perkembangan yang tepat dan benar. Yang termasuk dalam sumber dan dalil
hukum Islam diantaranya AL-Qur’an, As-Sunnah, Al-Ijma’ dan Al-Qiyas.
Sebagai umat Islam, kita diwajibkan untuk mengetahui serta memperdalam
sumber ajaran agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW, karena sumber
bacaan agama Islam merupakan media penuntun agar kita dapat melaksanakan
semua perintah Allah dari semua larangannya. Agama Islam pun tidak
mempersulit kita dalam mempelajari seluk beluk agama Islam. Karena
terdapat tingkatan sumber ajaran Islam yang harus kita pedomani.
B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan
manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah kami.

9

DAFTAR PUSTAKA
H.A . Djazuli. 2005. Ilmu Fiqh, Edisi Revisi. Jakarta: Prenada Media Group.
Mardani.2013.Ushul Fiqh. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Abdul Wahab Khalaf. Kaidah-kaidah Hukum Islam. DDII. Jakarta: 1972
Muhammad abu Zahrah. Ushul al-Fiqh. Dar Fikr al-Arabi, 1958
Al-Khudari. Ushul al-Fiqh, dar al-Fikr. Beirut. 1981

10

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24