Salah satu Ayat Al Quran yang Berhubunga

Salah satu Ayat Al-Qur'an yang Berhubungan dengan Keimanan
Surah Al-Fath Ayat 10
‫ك ْإنماَ ْيباَيعون ْالل نه ْيد ْالل نه ْفمو م م‬
ْ ‫ن‬
‫ث ْع مملىَ ْن م ن‬
‫ماَ ْي من نك ث ث‬
‫ن ْن مك م م‬
‫س ه‬
‫ف ه‬
‫ق ْأي ن ه‬
‫ن ْال ن ه‬
‫م م ث‬
‫ن ْي ثمباَي هثعون م م ه ن م ث م ه ث م‬
‫إه ن‬
‫ه ْوم م‬
‫ث ْفمإ هن ن م‬
‫م ْفم م‬
‫ديهه ن‬
‫م ن‬
‫م ن‬
‫ه ن‬

‫ذي م‬
‫م‬
‫م‬
َ‫ما‬
‫ماَ ْ م‬
‫جمرا ْع م ه‬
‫سيِ ثؤ نهتيِ ه‬
‫ه ْأ ن‬
‫عاَهم م‬
‫ه ْفم م‬
‫ظيِ م‬
‫ه ْالل ن م‬
‫د ْع مل ميِ ن ث‬
‫أونمفىَ ْب ه م‬
Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji
setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar
janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa
menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.
Dalam surah al furqan ayat 70-71
‫ن الن ل د‬

‫ونل ي ن د‬
68). ‫ه إ ذلل‬
‫ها آ ن‬
‫ن نل ي ندد ع‬
‫ع الل ل ذ‬
‫وال ل ذ‬
‫قت ععلو ن‬
‫عو ن‬
‫س ال لذتي ن‬
‫م ن‬
‫حلر ن‬
‫ه إ ذل لن ه‬
‫ذي ن‬
‫م الل ل ع‬
‫ن ن‬
‫ف ن‬
‫خنر ن‬
‫ن‬
‫ك يل دق أ ن‬
‫ن‬

‫د‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ل‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ما‬
‫ثا‬
‫ل‬
‫ذ‬
‫ل‬
‫ع‬
‫ف‬
‫ي‬
‫ن‬
‫م‬
‫و‬
ۚ
‫ن‬
‫نو‬

‫ز‬
‫ي‬
‫ل‬
‫و‬
‫ق‬
‫ح‬
‫ل‬
‫با‬
‫ذ‬
‫ع‬
‫ن‬
‫ن‬
‫د‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫مم ن‬
‫ه‬
‫ن‬
‫ذ‬

‫ق ن‬
‫م م‬
Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak
berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan)
dosa (nya),
‫ع ن‬
(69). ‫هاهنا‬
‫خل يند ذ‬
‫م ال د ذ‬
‫في ذ‬
‫ة موي م ن‬
‫م ذ‬
‫ذا ع‬
‫ه ال د ن‬
‫و ن‬
‫م ن‬
‫ه ع‬
‫قنيا ن‬
‫عنف ل ن ع‬

‫ب ين د‬
‫ي يمضا م‬
(yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab
itu, dalam keadaan terhina,
‫و ن‬
‫فعأول لنئ ذ ن‬
‫حا ن‬
‫ك ي عب ندق ع‬
‫م ن‬
(70). ‫ن‬
‫ل ن‬
‫و ن‬
‫سننا ت‬
‫ع ذ‬
‫كا ن‬
‫ه مسييهمئاهتههنم ن‬
‫صال ذ ه‬
‫إ ذلل ممنن نتا ن‬
‫ح ن‬
‫م ن‬

‫ل الل ل ع‬
‫ع ن‬
‫وآ ن‬
‫مهل ن‬
‫تۗ ن‬
‫ن ن‬
‫ب ن‬
‫ه ن‬
‫غ ع‬
‫ما‬
‫فوهرا نر ذ‬
‫حي ه‬
‫الل ل ع‬
kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan
mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Ayat-ayat ini masih dalam rangkaian penjelasan tentang potret ‘ibâd al-Rahmân. Jika dalam
ayat sebelumnya diterangkan tentang perbuatan terlarang yang ditinggalkan oleh para
hamba Yang Maha Penyayang beserta ancaman bagi siapa pun yang melanggarnya, maka
dalam ayat ini dijelaskan tentang masih adanya masih terbukanya ampunan bagi orangorang yang bertaubat.

Pintu Ampunan bagi yang Bertaubat
Allah Swt berfirman: Illâ man tâba wa âmana wa ‘amila shâlih[an] (kecuali orang-orang yang
bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shalih). Ayat ini diawali dengan huruf illâ. Huruf
tersebut memberikan makna istitsnâ`(pengecualian), yakni mengecualikan kalimat
sebelumnya dengan ayat sesudahnya. Dalam ayat sebelumnya disebutkan tentang ancaman
siksa keras lagi menghinakan bagi orang-orang yang melanggar perbuatan terlarang, yakni:
menyembah selain-Nya, membunuh jiwa yang diharamkan, dan berzina. Kemudian dalam

ayat ini disebutkan orang yang diperkecualikan dari ancaman siksa tersebut. Mereka yang
diperkecualikan itu adalah orang-orang yang bertaubat, beriman, dan beramal shalih.
Dijelaskan al-Asfahani, kata al-tawb berarti meninggalkan dosa pada sebaik-baiknya
bentuk. Secara syar’i, kata tersebutmengandung empat perkara, yakni: meninggalkan dosa
karena keburukannya, menyesali kelalaian yang telah dilakukan, bertekad untuk tidak
mengulangi dosa lagi, dan memperbaiki dengan amal. Ketika terkumpul empat perkara ini,
telah sempurna syarat-syarat taubah.
Sedangkan: wa âmana (dan beriman). Artinya, dia membenarkan semua yang dibawa Nabi
Muhammad SAW. Adapun: wa ‘amila shâlih[an] (dan mengerjakan amal shalih)
mengerjakan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang Allah
SWT. Demikian Ibnu Jarir dalam tafsirnya.
Mengenai pentingnya keberadaan amal shalih dalam bertaubat juga disebutkan dalam

beberapa ayat, seperti firman Allah SWT: tersebut di samping berguna mendatangkan pahala
juga dapat menghapus kesalahan.Rasulullah SAW bersabda: Dan ikutilah keburukan dengan
kebaikan yang menghapusnya (keburukan) (HR al-Tirmidzi dan Ahmad).
Dengan demikian, ayat ini menerangkan bahwa mereka yang telah telanjur mengerjakan tiga
perbuatan terlarang di atas, selama mau bertaubat di dunia, maka pintu ampunan terhadap
mereka masih terbuka. Syaratnya dia mau bertaubat, beriman, dan beramal shalih.
Dijelaskan al-Qurthubi, tidak ada perbedaan di kalangan para ulama
bahwaistitsnâ` (pengecualian) ini berguna bagi orang kafir dan pelaku perzinaan.Mereka
berbeda pendapat mengenai pelaku pembunuhan. Perbedaan tersebut disebabkan adanya
ancaman bagi pelaku pembunuhan secara sengaja terhadap Muslim. Dalam QS al-Nisa [4]:
93 disebutkan, balasan bagi mereka adalah neraka Jahannan, kekal di dalamnya, mendapat
murka dan laknat-Nya, dan disediakan azab yang besar.
Menurut Ibnu Katsir, dalam ayat ini terdapat penunjukan yang jelas tentang absahnya taubat
bagi pembunuh. Tidak ada pertentangan ayat ini dengan QS al-Nisa’ [4]: 93
tersebut. Alasannya, sekalipun ayat tersebut Madaniyyah, namun bersifat mutlak, sehingga
digunakan untuk dalil bagi orang yang belum bertaubat. Sebab, ayat
tersebut muqayyadah (terikat) dengan taubat. Allah SWT juga berfirman: Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya (TQS al-Nisa [4]: 48). Di samping itu, juga
terdapat beberapa hadits yanng shahih mengenai absahnya taubat bagi pelaku pembunuh,

seperti hadits yang mengisahkan seseorang yang telah membunuh 100 orang, kemudian dia
bertaubat, lalu taubatnya diterima Allah SWT. Dan hadit-hadits lainnya.
Mengenai terbukanya pintu ampunan bagi orang-orang yang masih hidup dan mau
bertaubat juga disebutkan dalam firman-Nya: Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang
melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat

Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya” (TQS al-Zumar [39]: 53). Juga
firman-Nya: Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya
sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi) (QS al-Zumar
[39]: 54).Ayat ini jelas menunjukkan terbukanya pintu taubat bagi orang kafir yang mau
beriman dan masuk Islam. Jika tidak demikian, tentu mereka tidak akan diseru demikian.
Keburukan Diganti Kebajikan
Kemudian Allah SWT berfirman: Fa ulâika yubaddilul-Lâh sayy`iâtihim hasanât(maka
kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan). Kata menunjuk kepada mereka yang
memenuhi tiga sifat yang dijelaskan sebelumnya, yakni: bertaubat, beriman, dan berama
shalih. Keburukan mereka akan diganti Allah SWT dengan kebajikan.
Ada beberapa penjelasan mengenai maksud digantikannya sayy`iâtmereka
dengan hasanât. Menurut al-Syaukani, pengertiannya adalah Allah SWT menghapus dari
mereka kemaksiatan dan mengokohkan untuk mereka ketaatan. Al-Hasan, sebagaimana
dikutip al-Syaukani, mengatakan bahwa Allah SWT menukar keimanan bagi mereka sebagai

ganti kemusyrikan, terbebas dari keraguan, dan terjaga dari kefasikan. Dikatakan juga oleh
al-Alusi, bahwa Allah menghapus kemaksiatan mereka sebelumnya dengan taubat dan
mengokohkan kedudukan taubatnya dengan ketaatan mereka berikutnya.
Ayat ini diakhiri dengan firman-Nya: Wakânal-Lâh Ghafûr[an] Rahîm[an] (dan adalah Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang). Frasa ini memberikan penegasan masih
terbukanya pintu ampunan bagi orang yang bertaubat.Diterangkan al-Jazairi, Ghafûr berarti
yang memiliki maghfirah (ampunan) bagi hamba-hamba-Nya yang bertaubat. Rahîmberarti
yang memiliki rahmah (kasih sayang) kepada mereka. Sehingga Dia tidak mengazab mereka
karena taubat mereka.
Taubat yang Sungguh-sungguh
Kemudian dalam ayat berikutnya Allah SWT berfirman: Wa man tâba wa ‘amila
shâlih[an] (dan orang yang bertaubat dan mengerjakan amal shalih).Pengertian tâbadalam
ayat ini tidak berbeda dengan ayat sebelumnya.Demikian pula dengan dan ‘amila
shâlih[an]. Sehingga ayat ini menunjuk kepada siapa saja yang telah berhenti dari kekufuran
dan kemaksiatan, menyesali pelanggarannnya itu, dan bertekad untuk tidak mengulangi
dosa lagi, serta mengerjakan amal shalih dan ketaatan.
Terhadap orang-orang yang melakukan demikian, maka mereka dinyatakan: Fa innahu
yatûbu ilal-Lâh matâb[an] (maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat
yang sebenar-benarnya). Kata yatûbu merupakan bentukal-fi’l al-mudhâri’ dari
kata tâba. Demikian juga kata matâb[an], merupakan bentuk mashdar dari kata tâba. Dalam
konteks kalimat ayat ini, kata tersebut memberikan makna ta`kîd (menguatkan). Sehingga
ayat ini memberikan penegasan bahwa siapa pun yang bertaubat dan beramal shalih, maka
mereka sesungguhnya telah bertaubat dengan sebenar-benar-Nya. Dijelaskan al-Qurthubi,

sesungguhnya dia telah bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya, maka Allah pun
menerima taubatnya dengan sebenar-benarnya.
Bertolak dari ayat ini, maka semua pelaku pelanggaran, baik dalam perkara akidah maupun
syariah, tidak boleh berputus asa terhadap ampunan Allah SWT. Mereka masih diberi
kesempatan untuk bertaubat. Sebagaimana ditegaskan ayat ini, taubat itu harus diiringi
dengan keimanan dan amal shalih. Inilah solusi satu-satunya bagi orang ingin mendapat
ampunan-Nya.Bahkan menjadi orang yang dicintai-Nya sebagaimana ditegaskan dalam
firman-Nya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orangorang yang menyucikan diri (TQS al-Baqarah [2]: 222). Maka bersegeralah bertaubat selagi
pintu taubat masih terbuka. Wal-Lâh a’lam bi al-shawâb.
Kesimpulan
1. Solusi satu-satunya bagi pelaku pelanggaran akidah dan syariah adalah bertaubat,
yang diiringi dengan keimanan dan amal shalih
2. Syarat bertaubat adalah dengan: (1) berhenti dari maksiat, (2) menyesali
pelanggarannya, (3) bertekad untuk tidak mengulangi dosa lagi, (4) dan memperbaiki
dengan amal shalih.

TUGAS AIK 1

Dosen pengampu :

Khairul Anam, SH., M.kes

Nama

:

Erika Lydia Anggraini

Npm

:

1748201110018

Tahun ajaran 2017