Kata populasi Kata populasi Kata populasi

Kata populasi (population/universe) dalam statistika merujuk pada sekumpulan
individu dengan karakteristik khas yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian
(pengamatan). Populasi dalam statistika tidak terbatas pada sekelompok orang, tetapi juga
binatang atau apa saja yang menjadi perhatian kita. Misalnya populasi bank swasta di
Indonesia, tanaman, rumah, alat-alat perkantoran, dan jenis pekerjaan.
Menurut Margono (2010:118), “Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian
kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan”. Sedangkan menurut
Sukmadinata (2011:250) mengemukakan bahwa populasi adalah “kelompok besar dan
wilayah yang menjadi lingkup penelitian kita”. Senada dengan itu, Arikunto (2002:108)
mengemukakan bahwa populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian”. Kaitannya dengan
batasan tersebut, populasi dapat dibedakan berikut ini.
a. Populasi terbatas atau populasi terhingga, yaitu populasi yang memiliki batas kuantitatif
secara jelas karena memiliki karakteristik yang terbatas. Misalnya 5.000.000 orang guru
SMA pada awal tahun 1985 dengan karakteristik masa kerja 2 tahun, lulusan program strata
1, dan lain-lain.
b. Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga, yaitu populasi yang tidak dapat ditemukan
batas-batasnya, sehingga tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah secara kuantitatif.
Misalnya guru di Indonesia, yang berarti jumlahnya harus dihitung sejak guru pertama ada
sampai sekarang dan yang akan datang.
Dalam keadaan seperti itu jumlahnya tidak dapat dihitung, hanya dapat digambarkan
suatu jumlah objek secara kualitas dengan karakteristik yang bersifat umum yaitu orangorang, dahulu, sekarang, dan yang akan menjadi guru, populasi seperti ini disebut juga

parameter.
Dari beberapa literature atau pendapat para ahli di atas, dapat penulis simpulkan
bahwa populasi merupakan keseluruhan elemen, unit elementer, unit penelitian, unit analisis

yang memiliki karakteristik tertentu yang dijadikan sebagai objek penelitian. Pengertian
populasi tidak hanya berkenaan dengan siapa tetapi juga berkenaan dengan apa. Istilah
elemen, unit elementer, unit penelitian, atau unit analisis yang terdapat pada batasan populasi
di atas merujuk pada siapa yang akan diteliti atau unit di mana pengukuran dan inferensi
akan dilakukan (individu, kelompok, atau organisasi), sedang penggunaan kata karakteristik
merujuk pada apa yang akan diteliti. Apa yang diteliti tidak hanya merujuk pada isi, yaitu
data apa tetapi juga merujuk pada cakupan (scope) dan juga waktu.

2.2 Sifat Populasi
Margono (2010:119) mengemukakan bahwa persoalan populasi bagi suatu penelitian
harus dibedakan ke dalam sifat berikut ini.
a. Populasi yang bersifat homogen, yaitu populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat yang
sama. Misalnya, seorang dokter yang akan melihat golongan darah seseorang, maka ia cukup
mengambil setetes darah saja. Dokter itu tidak perlu satu botol, sebab setetes dan sebotol
darah, hasilnya akan sama saja.
b. Populasi yang bersifat heterogen, yaitu populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat atau

keadaaan yang bervariasi, sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya.
Meskipun banyak populasi yang anggotanya terbatas jumlahnya seperti jumlah mobil
di Jakarta, jumlah mahasiswa Universitas Indonesia dimana keduanya sebenarnya dapat
dihitung namun karena hal itu sulit dilakukan maka dianggap tidak terbatas. Metode
penarikan/pengambil data dengan jelas mewakili/melibatkan seluruh anggota populasi
disebut sensus.
Seorang peneliti meskipun mengetahui bahwa metode sensus ini akan banyak
memerlukan pemikiran, memakan waktu yang lama serta relatif mahal, namum tetap
melakukan sensus, hal ini disebabkan oleh karena:

a. Untuk ketelitian
Suatu penelitian sering meminta ketelitian dan kecermatan yang tinggi, sehingga
memerlukan data-data yang besar jumlahnya. Apabila unsur ketelitian dan kecermatan ini
harus diprioritaskan maka harus digunakan metode sensus.
b. Sumber bersifat heterogen
Apabila menghadapi sumber informasi yang bersifat heterogen dimana sifat dan
karakteristik masing-masing sumber sulit untuk dibedakan maka lebih baik digunakan
metode sensus.

2.3 Pengertian Sampel

Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut
penelitian sampel. Menurut Sugiyono (2010:215) sampel adalah “sebagian dari populasi itu”.
Populasi itu misalnya penduduk diwilayah tertentu, jumlah pegawai pada organisasi tertentu,
jumlah guru dan murid di sekolah tertentu dan sebagainya. Sementara itu, Margono
(2010:121) mengemukakan bahwa sampel adalah “sebagai bagian dari populasi, sebagai
contoh (monster) yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu”. Senada dengan itu,
Sudjana (2005:6) mengemukakan bahwa sampel adalah “sebagian yang diambil dari
populasi”. Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut dapat penulis simpulkan bahwa
sampel adalah sebagian bagian dari populasi yang diambil.
Kerja statistik melalui sampel dimungkinkan dengan alasan ukuran populasi, masalah
biaya, masalah waktu, percobaan yang sifatnya merusak, masalah ketelitian dan masalah
ekonomis. Banyaknya anggota suatu sampel disebut ukuran sampel, sedangkan suatu nilai
yang menggambarkan ciri sampel disebut statistik. Sampel diharapkan bisa mewakili
populasi, karena itu sampel dibagi dua, yaitu sampel representatif dan sampel
nonrepresentatif. Sampel representatif adalah sampel yang bisa mewakili keadaan

populasinya, dan sampel nonrepresentatif adalah sampel yang tidak dapat mewakili
populasinya. Dengan demikian sebagai penduga parameter ada dua kemungkinan nilai
statistik yang diperoleh, yaitu persis sama dengan parameternya atau tidak sama (lebih besar
atau lebih kecil).


2.4 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel merupakan suatu proses pemilihan dan penentuan jenis sampel
serta perhitungan besarnya sampel yang akan menjadi subjek atau objek penelitian. Untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik
sampling yang digunakan. Menurut Sugiyono (2010:217) Teknik sampling pada dasarnya
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Nonprobability Sampling.
Probability

Sampling

meliputi

simple

random,

proportionate

stratified


random,

disproportionate stratified random, dan area random. Non probability sampling meliputi
sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling
jenuh, dan snowball sampling.
Berikut ini keterangan-keterangan mengenai sampel tersebut di atas.
a. Probability Sampling
Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
1. Simple random sampling
Simple random sampling adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung
dilakukan pada unit sampling. Dengan demikian setiap unit sampling sebagai unsur populasi
yang terpencil memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel atau untuk mewakili
populasi. Contoh populasi terdiri dari 500 orang mahasiswa program S1 (unit sampling).

Untuk memperoleh sampel sebanyak-sebanyak 150 orang dari populasi tersebut, digunakan
teknik ini, baik dengan cara undian, ordinal, maupun tabel bilangan random.
2. Proportionate stratified random sampling
Teknik ini hampir sama dengan simple random sampling namun penentuan sampelnya

memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam populasi.
Misalnya, populasi adalah karyawan PT. XYZ berjumlah 125. Dengan tingkat
kesalahan 5% diperoleh besar sampel adalah 95. Populasi sendiri terbagi ke dalam tiga bagian
(marketing, produksi dan penjualan) yang masing-masing berjumlah :
Marketing
Produksi
Penjualan
Maka

: 15
: 75
: 35
jumlah sample yang diambil berdasarkan masing-masing bagian tersebut

ditentukan kembali dengan rumus n = (populasi kelas / jml populasi keseluruhan) x jumlah
sampel yang ditentukan
Marketing
: 15 / 125 x 95
= 11,4 dibulatkan 11
Produksi

: 75 / 125 x 95
= 57
Penjualan
: 35 / 125 x 95
= 26.6 dibulatkan 27
Sehingga dari keseluruhan sample kelas tersebut adalah 11 + 57 + 27 = 95 sampel.
3. Disproportionate Stratified Random Sampling
Disproporsional stratified random sampling adalah teknik yang hampir mirip dengan
proportionate stratified random sampling dalam hal heterogenitas populasi. Namun,
ketidakproporsionalan penentuan sample didasarkan pada pertimbangan jika anggota
populasi berstrata namun kurang proporsional pembagiannya.
Misalnya, populasi karyawan PT. XYZ berjumlah 1000 orang yang berstrata
berdasarkan tingkat pendidikan SMP, SMA, DIII, S1 dan S2. Namun jumlahnya sangat tidak
seimbang yaitu :
SMP : 100 orang
SMA : 700 orang
DIII : 180 orang

S1
S2


: 10 orang
: 10 orang
Jumlah karyawan yang berpendidikan S1 dan S2 ini sangat tidak seimbang (terlalu

kecil dibandingkan dengan strata yang lain) sehingga dua kelompok ini seluruhnya ditetapkan
sebagai sampel.
4. Cluster Sampling
Cluster sampling atau sampling area digunakan jika sumber data atau populasi sangat
luas misalnya penduduk suatu provinsi, kabupaten, atau karyawan perusahaan yang tersebar
di seluruh provinsi. Untuk menentukan mana yang dijadikan sampelnya, maka wilayah
populasi terlebih dahulu ditetapkan secara random, dan menentukan jumlah sample yang
digunakan pada masing-masing daerah tersebut dengan menggunakan teknik proporsional
stratified random sampling mengingat jumlahnya yang bisa saja berbeda.
Contoh:
Peneliti ingin mengetahui tingkat efektivitas proses belajar mengajar di tingkat SMA.
Populasi penelitian adalah siswa SMA seluruh Indonesia. Karena jumlahnya sangat banyak
dan terbagi dalam berbagai provinsi, maka penentuan sampelnya dilakukan dalam tahapan
sebagai berikut :
1. Menentukan sample daerah. Misalnya ditentukan secara acak 10 Provinsi yang akan

dijadikan daerah sampel.
2. Mengambil sampel SMA di tingkat Provinsi secara acak yang selanjutnya disebut sampel
provinsi. Karena provinsi terdiri dari Kabupaten/Kota, maka diambil secara acak SMA
tingkat Kabupaten yang akan ditetapkan sebagai sampel (disebut Kabupaten Sampel), dan
seterusnya, sampai tingkat kelurahan / Desa yang akan dijadikan sampel. Setelah
digabungkan, maka keseluruhan SMA yang dijadikan sampel ini diharapkan akan
menggambarkan keseluruhan populasi secara keseluruhan.
b. Nonprobability Sampling

Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel. Teknik sampel ini meliputi, sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh,
snowball.
1. Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik sampling yang menggunakan nomor urut dari
populasi baik yang berdasarkan nomor yang ditetapkan sendiri oleh peneliti maupun nomor
identitas tertentu, ruang dengan urutan yang seragam atau pertimbangan sistematis lainnya.
Contoh:
Akan diambil sampel dari populasi karyawan yang berjumlah 125. Karyawan ini
diurutkan dari 1–125 berdasarkan absensi. Peneliti bisa menentukan sampel yang diambil

berdasarkan nomor genap (2, 4, 6, dan seterusnya) atau nomor ganjil (1, 2, 3, dan seterusnya),
atau bisa juga mengambil nomor kelipatan (2, 4, 8, 16, dan seterusnya).
2. Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik sampling yang menentukan jumlah sampel dari
populasi yang memiliki ciri tertentu sampai jumlah kuota (jatah) yang diinginkan.
Misalnya akan dilakukan penelitian tentang persepsi siswa terhadap kemampuan
mengajar guru. Jumlah Sekolah adalah 10, maka sampel kuota dapat ditetapkan masingmasing 10 siswa per sekolah.
3. Sampling Incidential
Incidential merupakan teknik penentuan sampel secara kebetulan atau siapa saja yang
kebetulan (incidential) bertemu dengan peneliti yang dianggap cocok dengan karakteristik
sampel yang ditentukan akan dijadikan sampel.
Misalnya penelitian tentang kepuasan pelanggan pada pelayanan Mall A. Sampel
ditentukan berdasarkan ciri-ciri usia di atas 15 tahun dan baru pernah ke Mall A tersebut,

maka siapa saja yang kebetulan bertemu di depan Mall A dengan peneliti (yang berusia di
atas 15 tahun) akan dijadikan sampel.
4. Purposive Sampling
Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
khusus sehingga layak dijadikan sampel. Misalnya, peneliti ingin meneliti permasalahan
seputar daya tahan mesin tertentu. Maka sampel ditentukan adalah para teknisi atau ahli

mesin yang mengetahui dengan jelas permasalahan ini atau penelitian tentang pola
pembinaan olahraga renang. Maka sampel yang diambil adalah pelatih-pelatih renang yang
dianggap memiliki kompetensi di bidang ini. Teknik ini biasanya dilakukan pada penelitian
kualitatif.
5. Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah sampel yang mewakili jumlah populasi. Biasanya dilakukan
jika populasi dianggap kecil atau kurang dari 100. Misalnya akan dilakukan penelitian
tentang kinerja guru di SMA XXX Jakarta. Karena jumlah guru hanya 35, maka seluruh guru
dijadikan sampel penelitian
6. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan jumlah sampel yang semula kecil
kemudian terus membesar ibarat bola salju. Misalnya akan dilakukan penelitian tentang pola
peredaran narkoba di wilayah A. Sampel mula-mula adalah 5 orang narapidana, kemudian
terus berkembang pada pihak-pihak lain sehingga sampel atau responden terus berkembang
sampai ditemukannya informasi yang menyeluruh atas permasalahan yang diteliti.

2.5 Prosedur Penarikan Sampel
Untuk memudahkan pemahaman kita mengenai bagaimana cara penarikan sampel
serta cara memperoleh sampel yang refresentatif maka ada beberapa langkah atau prosedur

dalam melakukan pengambilan sampel. Kuncoro (2003:104) menyebutkan bahwa dalam
melakukan pengambilan sampel, dapat dilakukan langkah-langkah berikut, diantaranya: (1)
Menentukan populasi target, (2) Membuat kerangka sampling, (3) Menentukan ukuran
sampel, (4) Menentukan teknik dan rencana pengambilan sampel, (5) Melakukan
pengambilan sampel.
Berdasarkan pendapat di atas, maka langkah-langkah penarikan sampel dapat kita
uraikan sebagai berikut: (1) Pertama yang harus ditentukan dalam langkah mendesain
penarikan sampel adalah menentukan populasi sasaran dengan tegas, yang dilanjutkan
dengan penentuan populasi studi dari populasi sasaran tadi. (2) Menentukan area populasi,
hal ini berkaitan dengan data penelitian yang akan dijadikan lokasi penelitian. (3)
Menentukan ukuran populasi (size of population) sebagai dasar untuk menarik sampel.
Biasanya populasi diambil dari data sensus. Carilah data tersebut secara lengkap, dapatkan
data yang akurat dan up to date. (4) Buatlah kerangka sampling dengan memasukan data dari
populasi studi secara lengkap dan jelas, serta hal yang terpenting adalah satuan-satuan
sampling diberi nomor sesuai dengan jumlah digit populasinya, secara berurutan dari nomor
paling kecil sampai dengan nomor yang paling besar. (5) Tentukan ukuran sampel dengan
menggunakan rumus-rumus yang sesuai. (6) Gunakan tabel angka random ataupun program
komputer sebagai alat seleksi. (7) Satuan sampling terpilih sebagai anggota sampel,
merupakan langkah terakhir dari desain sampling yang pada hakikatnya merupakan cerminan
dari populasi.

III. KESIMPULAN
Kegiatan penelitian selain dilakukan secara sensus, dapat dilakukan dengan penarikan
sampel. Alasannya adalah karena metode penarikan sampel lebih praktis, biayanya lebih

hemat, serta memerlukan waktu dan tenaga yang lebih sedikit dibandingkan dengan metode
sensus. Pengambilan sebagian dari keseluruhan objek, dan atas hasil penelitian suatu
keputusan atau kesimpulan mengenai keseluruhan objek populasi dibuat, disebut sebagai
metode penarikan sampel.
Penelitian yang memakai sampel untuk meneliti atau menyelidiki karakteristik objek
penelitian, dilakukan dengan beberapa alasan antara lain: objek yang diteliti sifatnya mudah
rusak, objek yang diteliti bersifat homogen, tidak mungkin meneliti secara fisik seluruh objek
populasi,

untuk

menghemat

biaya,

untuk,

menghem
at waktu dan tenaga, serta keakuratan hasil sampling. Dalam konteks penelitian kualitatif,
penentuan sampel didasarkan pada proses sampling sebagai parameter populasi yang
dinamis. Hal ini dapat dipahami karena kekuatan dari penelitian kualitatif terletak pada
kekayaan informasi yang dimiliki oleh responden, dari kasus yang diteliti, dan kemampuan
analitis peneliti. Sehingga penentuan sampel dalam penelitian kualitatif disesuaikan dengan
tujuan penelitian, masalah penelitian, teknik pengumpulan data, dan keberadaan kasus yang
kaya akan informasi (atau oleh kecukupan informasi yang diperoleh).