Ajaran Tuhan Sri Kapiladeva Kepada Srimati Devahuti

  Ajaran Tuhan Sri Kapiladeva Kepada

Srimati Devahuti

  Dari Srimad Bhagavatam Skanda Ketiga-bagian Keempat Status Quo

  BAB TIGA PULUH URAIAN TUHAN KAPILADEVA TENTANG KARMAPHALA YANG MERUGIKAN Sloka 1 kapila tasyaitasya jano vedoru-vikramam iva

  Terjemahan Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Seperti sekumpulan awan, tidak mengetahui kekuatan pengaruh angin, orang yang sibuk dalam kesadaran material tidak mengetahui hebatnya faktor waktu, yang menyeret dirinya.

  Penjelasan Tokoh politik besar-pandita bernama Canakya mengatakan bahwa sedetik pun waktu tidak bisa dikembalikan lagi walupun ada orang yang sanggup membayar jutaan dollar untuk itu. Seseorang tidak bisa menghitung besarnya kerugian yang diakibatkan menyiayiakan waktu yang sangat berharga. Apakah itu material atau spiritual, seseorang harus siap sedia memanfaatkan setiap waktu untuk menyelesaikan setiap urusan. Setiap mahluk yang hidup dalam wujud badan tertentu, dalam kurun waktu tertentu pula, dianjurkan di dalam kitab suci bahwa dalam ukuran waktu yang sangat singkat dia harus menamatkan Kesadaran Krishna- nya dan dengan demikian mencapai pembebasan dari pengaruh waktu. Tetapi, sayang sekali, orang yang tidak dalam Kesadaran Krishna diseret oleh kekuatan waktu tanpa mereka memiliki pengetahuan, seperti awan didorong oleh angin.

  Sloka 2 yam yam artham duhkhena sukha-hetave tam tam dhunoti ñ chocati yat-krte

  Terjemahan Apapun yang dihasilkan seorang materialis dengan penuh duka dan usaha keras untuk apa yang disebut kebahagian, Personalitas Tuhan Yang Maha Esa, sebagai faktor waktu, menghancurkannya, dan dengan alasan ini pula mahluk itu bersedih.

  Penjelasan Fungsi utama dari faktor waktu sebagai wakil Tuhan Yang Maha Esa, adalah menghancurkan segala sesuatu. Orang materialis dalam kesadaran material, sibuk menghasilkan begitu banyak hal atas nama perkembangan ekonomi. Mereka mengira bahwa dengan meningkatkan kepuasan keperluan material mereka akan bahagia, tetapi mereka lupa bahwa segala sesuatu yang telah mereka hasilkan akan dihancurkan pada waktunya oleh sang waktu. Dari sejarah kita dapat melihat bahwa begitu banyak kerajaan yang perkasa di atas bumi ini yang dibangun Tetapi tetap saja orang-orang bodoh materialistik tidak mau mengerti bahwa mereka hanya membuang-buang waktu dalam memproduksi kebutuhan material, yang dipastikan lenyap pada waktunya. Pemborosan energi ini berhubungan dengan kebodohan manusia, yang tidak mengetahui bahwa sebenarnya dia itu kekal yang mempunyai kesibukan kekal pula. Mereka tidak tahu bahwa rentang kehidupan dalam jenis badan ini hanya sekejap dalam perjalanan yang abadi. Dengan tidak mengetahui kenyataan itu, mereka menganggap kehidupan waktu yang sekejap itu sebagai segala-galanya dan membuang-buang waktu untuk memajukan keadaan ekonomi.

  Sloka 3 yad adhruvasya dehasya durmatih i manyate grha-ksetra- ca

  Terjemahan Orang materialis yang salah arah tidak mengetahui bahwa badannya ini tidak kekal dan keterikatan terhadap rumah, tanah dan kekayaan yang dihubungkan dengan badan tersebut, juga sementara. Hanya karena kebodohan, dia menganggap bahwa segala sesuatu itu kekal.

  Penjelasan Orang materialis berpikir bahwa orang yang sibuk dalam kesadaran Krishna adalah orang gila yang membuang waktunya dengan mengucapkan Hare Krishna, tetapi sebenarnya dia tidak tahu bahwa dirinya sendirilah yang berada dalam wilayah yang paling gelap dari kegilaan karena menerima badan ini sebagai suatu yang kekal. Dan sehubungan dengan badannya pula, dia menerima rumah, negeri, masyarakat dan semua perlengkapan lainnya sebagai suatu yang kekal. Paham materialistik mengenai keabadian dari rumah, tanah, dan sebagainya ini disebut ilusi atau maya. Hal itu sangat jelas disebutkan disini. Mohad grha-ksetra- vasuni : hanya karena ilusi orang-orang materialis menganggap rumah, tanah dan uangnya sebagai suatu yang kekal. Karena khayalan ini, kehidupan keluarga, kehidupan kebangsaan dan perkembangan ekonomi, yang merupakan faktor yang sangat penting dalam peradaban modern, telah tumbuh. Orang yang sadar Krishna mengetahui bahwa perkembangan ekonomi umat manusia hanyalah ilusi sementara.

  Di bagian lain dari Srimad-Bhagavatam, anggapan badan itu sebagai diri, anggapan yang lain seperti hubungan darah, tanah kelahiran sebagai suatu yang keramat dan patut dipuja, dinyatakan sebagai hasil peradaban binatang. Bagaimanapun juga, kalau seseorang berada dalam kesadaran Krishna, dia bisa mempergunakan hal ini untuk pengabdian kepada Tuhan. Itulah proposisi yang sangat tepat. Segala sesuatu memiliki suatu hubungan dengan Krishna. Ketika semua perkembangan ekonomi dan kemajuan material dipergunakan untuk kemajuan perkembangan kesadaran Kishna, suatu langkah baru dari kehidupan yang progresif dimulai.

  Sloka 4 jantur vai bhava etasmin yonim anuvrajet m sa labhate nirvrtim na virajyate

  Terjemahan Mahluk hidup, dalam keadaan jenis kehidupan apapun dia dilahirkan, mempunyai jenis kepuasan tertentu dalam kehidupannya, dan dia tidak pernah menolak berada dalam situasi dan kondisi seperti itu.

  Penjelasan Kepuasan mahluk hidup dalam jenis badan tertentu, bahkan dalam keadaan yang sangat buruk, disebut ilusi. Seorang manusia yang berada dalam posisi yang lebih tinggi mungkin merasa tidak enak dari standar kehidupan manusia yang lebih rendah, akan tetapi orang yang berada dari tingkatan rendah itu tetap merasakan juga adannya kepuasan dalam kedudukan itu, karena pengaruh maya, eksternal energi. Maya mempunyai dua tingkat kegiatan, yang pertama disebut praksepatmika, dan yang kedua avaranatmika. Avaranatmika artinya “menutupi” dan praksepatmika artinya “tertarik kebawah.” Di setiap kehidupan, orang materialistik atau binatang akan puas karena pengetahunnya ditutupi oleh pengaruh maya. Dalam tingkat kehidupan yang lebih rendah, perkembangan kesadaran demikian rendahnya sehingga seseorang tidak mengerti apakah dia itu bahagia atau bersedih. Inilah yang disebut avaranatmika . Bahkan babi pun yang hidupnya dari makan kotoran. Merasakan dirinya bahagia, walaupun seorang yang berada dalam sifat yang lebih tinggi melihat babi itu memakan kotoran. Alangkah buruknya kehidupan seperti itu.

  Sloka 5 naraka-stho 'pi deham vai na s tyaktum icchati nirvrtau deva- -vimohitah

  Terjemahan Mahluk hidup yang terbatas merasa puas dalam tingkatan hidupnya yang tertentu; dengan dibingungkan oleh pengaruh energi yang menutupinya, dia merasakan kecenderungan yang sangat kecil untuk melepaskan bentuk badannya, walaupun dia berada di neraka, karena dia juga merasa senang.

  Penjelasan Dikatakan, bahwa pada suatu hari, Dewa Indra raja surga, dikutuk oleh Brhaspati, guru spiritualnya, karena kelakuannya yang tidak baik, menjadi babi di dunia kita ini. Sesudah beberapa waktu, dewa Brahma ingin memanggil kembali dewa Indra ke surga. Indra dalam wujudnya sebagai seekor babi, lupa terhadap keadaan sebelumnya dan dia menolak untuk kembali ke surga. inilah pengaruh maya. Bahkan dewa Indra pun lupa kepada keadaan hidup sebelumnya dan merasa puas dengan tingkatan kehidupan sebagai babi. Karena pengaruh maya jiwa yang terbatas. Kasihan terhadap bentuk tubuhnya yang khusus, dan seandainya dia diminta, “Buanglah badan ini dan segeralah kembali ke wujud seorang raja,” maka dia tetap menolak. Ikatan ini sangat kuat pengaruhnya terhadap semua mahluk. Krishna secara pribadi mengatakan, “Tinggalkan segala sesuatu di dunia material ini. Datanglah kepada-Ku, dan Aku melindungi dirimu dari segala acaman bahaya,” tetapi kita tetap tidak setuju. Mengapa kami harus menyerahkan diri kepada Krishna dan kembali ke kerajaan-Nya? Inilah pengaruh maya. Setiap orang puas dengan tingkat kehidupannya sendiri, betapa pun buruknya hal itu.

  Sloka 6

  • dravina-bandhusu - - - ha- -hrdaya bahu manyate

  Terjemahan Kepuasan seperti itu menancap dalam – dalam keterikatan akan badan, istri, rumah, anak- anak, ternak, kekayaan dan teman-taman. Dalam hubungan seperti itu, mahluk yang terbatas menganggap dirinya cukup sempurna.

  Penjelasan Apa yang disebut kesempurnaan kehidupan manusia seperti itu, adalah pikiran yang kacau balau. Karena itu dikatakan, bahwa orang yang materialistik betapapun pandainya tetap tidak baik karena masih dalam kehidupan material yang sementara. Orang yang berbuat dalam tingkatan mental, tidak bisa naik ke tingkatan spiritual. Orang-orang seperti itu pasti meluncur lagi ke kehidupan material. Apa yang disebut hubungan kemasyarakatan, persahabatan dan cinta, orang yang terbatas kemampuannya nampaknya merasa puas sepenuhnya.

  Sloka 7

  • es karoty aviratam ho

  Terjemahan Walaupun dia selalu terbakar oleh kekhawatiran, orang-orang bodoh seperti itu selalu melakukan kegiatan-kgiatan yang serba jahat, yang tidak pernah bebas dari harapan, untuk mempertahankan apa yang disebut kehidupan keluarga dan masyarakat.

  Penjelasan Dikatakan bahwa lebih mudah mempertahankan sebuah kerajaan besar daripada mempertahankan keluarga kecil, terutama dewasa ini pada saat pengaruh Kali-yuga demikian kuatnya mengoda setiap orang dan yang penuh dengan kekawatiran karena menganggap pengaruh maya itu sebagai kenyataan. Keluarga yang kita pertahankan di ciptakan oleh maya; hal itu adalah gambaran yang salah dari keluarga yang sebenarnya yang ada di Krishnaloka. Di Krishnaloka juga ada keluarga, teman-teman, masyarakat, ayah, ibu; segala sesuatu ada di sana dan kekal. Di sini seperti juga badan kita selalu berubah, hubungan keluarga pun berubah. Kadang-kadang kita ada dalam keluarga manusia, kadang-kadang dalam keluarga para dewa, kadang-kadang ada dalam keluarga kucing, anjing dan sebagainya. Keluarga, masyarakat dan hubungan-hubungan teman-teman adalah muncul dan tengelam, dan karena itulah disebut asat . Dikatakan bahwa selama kita terpaku kepada asat yang sementara itu, kita selalu dirundung oleh kekawatiran. Orang-orang materialis tidak tahu bahwa keluarga, masyarakat dan kekerabatan di dunia material ini hanyalah bayangan, dan dengan demikian mereka terpikat. Sebenarnya hatinya hangus terbakar, tetapi dari kesemua ketidakyamanan itu, mereka tetap juga bekerja untuk mempertahankan keluarga yang palsu itu karena mereka tidak mempunyai informasi yang benar tentang hubungan keluarga dengan Krishna.

  Sloka 8 Terjemahan Dia memberikan hati dan perasaannya kepada wanita, yang kecantikannya palsu karena maya. Dia menikmati rayuan dan pelukan wanita di tempat sepi, dan dia pun terpikat oleh kata-kata manis dari anak-anaknya yang kecil-kecil.

  Penjelasan Kehidupan keluarga di dalam wilayah maya adalah penjara bagi mahluk hidup yang abadi. Di penjara seorang tahanan di belenggu dengan rantai baja dan terali besi. Sama saja, seorang mahluk hidup terbelenggu oleh kecantikan wanita, dengan pelukkannya yang mesra dan kata- kata manisnya di tempat yang sepi dari apa yang disebut cinta, dan juga oleh ucapan-ucapan lucu dan manis dari anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Demikianlah dia lupa terhadap identitas dirinya yang sejati. Di dalam sloka ini kata strinam asatinam mengacu bahwa cinta kasih wanita hanyalah untuk menggoncangkan hati laki-laki. Sebenarnya di dunia material ini tidak ada cinta. Tetapi yang ada ialah baik yang laki-laki maupun perempuan keduanya senang memuaskan indera- inderanya sendiri-sendiri. Dengan alasan kepuasan indera seorang wanita menciptakan cinta yang ilusi dan lelaki pun menjadi terpukau sehingga lupa kepada identitasnya yang sejati. Kalau sudah ada anak-anak sebagai akibat dari hubungan seperti itu, maka ikatan berikutnya ialah anak. Cinta kepada wanita yang di rumah dan pembicaraan dengan anak merupakan sebuah penjara yang aman, karena itu dia tidak bisa meninggalkan rumahnya. Orang yang seperti itu, di istilahkan menurut Veda sebagai seorang grhamedi, yang artinya “orang yang pusat perhatiannya adalah rumah.” Grhasta mengacu kepada orang yang hidup dengan keluarga, istri dan anak-anaknya, tetapi tujuan sebenarnya ialah mengembangkan kesadaran Krishna. Karena itu seseorang di nasehatkan untuk menjadi grhasta dan tidak menjadi grhamedi . Mengenai kesadaran dari seorang grhasta untuk keluar dari kehidupan keluaarga yang diciptakan oleh ilusi dan masuk ke keluarga yang sejati dengan Krishna, mengingat urusan dari grhamedi secara berulang-ulang di belenggu oleh apa yang disebut kehidupan keluarga dari satu kehidupan ke kehidupan berikutnya dan terus menerus berada dalam kegelapan maya.

  Sloka 9 Terjemahan

  Kepala keluarga yang terikat sekali dalam kehidupan keluarga tetap tinggal dalam keluarganya, yang penuh dengan urusan politik dan diplomasi. Selalu menyebarkan penderitaan dan dikendalikan oleh perbuatan-perbuatan untuk memuaskan indera-indera, demikianlah dia berbuat hanya untuk mengimbangi reaksi dari semua penderitaannya, dan jika sukses menggimbangi penderitaannya itu, dia menganggap dirinya berbahagia.

  Penjelasan Di dalam Bhagavad-gita Personalitas Tuhan Yang Maha Esa Sendiri yang menyatakan bahwa dunia ini sebagai suatu yang tidak kekal dan penuh dengan penderitaan. Sama sekali tidak ada pertanyaan tentang kebahagian di dunia ini, apakah kebahagiaan pribadi, keluarga, masyarakaat atau negara. Jika ada sesuatu sedang terjadi mengatasnamakan kebahagiaan, maka itupun adalah ilusi. Di dunia ini, bahagia artinya sukses mengimbangi efek dari cerdasnya berdiplomasi, maka hidupnya akan gagal. Jangankan masyarakat manusia, bahkan dalam kehidupan yang lebih rendah pun seperti binatang, burung dan lebah, sangat pandai mengatur keperluan hidupnya seperti makan, tidur dan berketurunan. Masyarakat manusia berlomba-lomba secara nasional atau sendiri-sendiri, dan di dalam seluruh usahanya untuk mencapai sukses itu seluruh masyarakat manusia diwarnai oleh diplomasi. Kita harus selalu ingat bahwa di samping semua diplomasi dan semua kecerdasan dalam perjuangan untuk mempertahankan hidup itu, segala sesuatu akan berakhir dalam sekejap saja sesuai dengan kehendak dari yang agung. Karena itu, semua usaha kita untuk bahagia di dunia material ini hanyalah sebuah khayalan yang disuguhkan oleh maya.

  Sloka 10 Terjemahan

  Dia menyelamatkan uangnya dengan cara kekerasan di sini dan di sana, dan walaupun dia bekerja mengabdi kepada keluarganya, tetap saja yang dia makan hanya sedikit dari hasil yang dia kejar, dan untuk semua usahanya yang kejam itu dia pergi ke neraka.

  Penjelasan Ada sebuah pepatah dalam bahasa Bengali, “Pemilik rumah tempatku mencuri, menuduhku sebagai maling.” Anggota keluarga yang dihidupi penuh kejahatan, tidak pernah merasa puas. Orang uang mengabdi dalam keluarga seperti itu, dipastikan oleh takdir untuk masuk dalam kehidupan yang penuh neraka. Misalnya, seorang maling mencuri sesuatu untuk mempertahankan keluarganya, lalu tertangkap dan masuk penjara. Inilah jumlah akhir dari eksistensi material dan ikatan terhadap masyarakat material, kekerabatan dan cinta. Walupun seorang kepala keluarga selalu sibuk mencari uang dengan cara apapun untuk kelangsungan hidup keluarganya, maka dia tidak dapat menikmati lebih dari apa yang patut dinikmati orang, dengan tanpa tindak kejahatan. Orang yang mempunyai tanggungan banyak, besar penghasilannya, akan tetapi yang dia makan dan yang dia pakai tetap saja hanya cukup untuk dirinya sendiri, bahkan mungkin saja dia menerima sisa-sisa yang ditinggalkan oleh keluarganya. Itulah makna dari diselimuti oleh maya. Proses maya berlangsung sama, di manapun juga. Prinsipnya juga sama bagi seorang pemimpin besar. Orang-orang yang berjuang keras untuk mengabdi kepada masyarakat dan negaranya sering dibunuh oleh orang-orangnya sendiri karena salah pengabdian. Dengan kata lain, orang tidak bisa puas kalau menggantungkan pengabdiannya kepada maya, walaupun sebenarnya dia tidak bisa lepas dari pengabdian karena memang pengabdian adalah kedudukan dasarnya yang konstitusional. Mahluk hidup secara konstitusional adalah bagian tunggal dari Mahluk Utama, akan tetapi dia telah lupa akan pengabdiannya kepada Mahluk Utama itu dan mengalihkan perhatiannya untuk mengabdi kepada yang lain: inilah yang disebut maya. Yang lain itulah yang dia anggap tuannya, padahal tuannya yang asli ialah Tuhan Yang Maha Esa. Kepala keluarga menganggap dirinya sebagai penguasa dari keluarga atau memimpin sebuah negara menganggap dirinya sebagai penguasa yang tertinggi, padahal dia sebenarnya dia itu mengabdi, dan dengan mengarahkan pengabdiannya kepada maya maka dia pasti menuju neraka. Karena itu orang yang waras harus menuju ke titik kesadaran Krishna dan sibuk mengabdi ke pada Tuhan Yang Maha Esa, menyerahkan seluruh hidupnya, kekayaan, kecerdasan dan seluruh kemampuannya untuk berbicara sepenuhnya.

  Sloka 11 Terjemahan

  Kalau dia menderita karena pekerjaannya, maka dia akan mencoba dan mencoba lagi memajukan dirinya sendiri, akan tetapi kalau gagal dalam usahanya itu dan hancur, dia menerima uang dari orang lain karena sangat rakus.

  Sloka 12 Terjemahan Demikianlah orang yang malang, gagal memelihara keluarganya, buruk segala prilaku baiknya.

  Dia selalu memikirkan kegagalannya, dan sangat berkeluh kesah secara mendalam.

  Sloka 13 Terjemahan

  Dengan melihat dia sudah tidak sanggup lagi menghidupi dirinya, istri dan yang lain-lainnya tidak lagi memperlakukan dia sehormat seperti sebelumnya, seperti seorang petani miskin yang tidak lagi memperlihatkan perhatiannya kepada lembu tua yang sakit-sakitan.

  Penjelasan Tidak hanya sekarang ini, akan tetapi sudah sejak dahulu kala, tak seorang pun suka akan orang tua yang tidak sanggup membiayai keluarganya. Bahkan di zaman modern pun di beberapa masyarakat di beberapa negara, orang-orang tua diberikan racun sehingga mati dalam waktu secepat mungkin. Pada masyarakat yang kanibalistik (buas) kakek yang sudah tua dibunuh dengan sengaja, sambil mengadakan pesta dengan hidangan daging si kakek itu sendiri. Contoh yang diberikan adalah seorang petani yang tidak menyukai lembu jantan yang sudah tua karena tidak lagi bisa bekerja. Begitu pula seorang kepala keluarga yang sudah tua dan tidak sanggup lagi mencari nafkah, maka dia tidak lagi disukai oleh istrinya, anak-anaknya dan anggota keluarga yang lain dan Karena itu dia diabaikan (apalagi diberikan penghormatan). Karena itu adalah bijaksana, untuk menolak keterikatan kepada keluarga sebelum dia begitu tua dan berlindung kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dapat memperhatikan dirinya dan karena itu dia tidak akan di abaikan oleh apa yang disebut keluarga.

  

Sloka 14

Terjemahan

  Seorang kepala keluarga yang bodoh tidaklah menjadi enggan dalam kehidupan keluarga serta dipelihara oleh mereka yang dulunya di pelihara. Perubahan bentuk karena pengaruh usia tua, maka dia mempersiapkan dirinya untuk menerima kematian yang pasti.

  Penjelasan Ikatan pada keluarga demikian kuat sehingga walaupun seseorang itu dilalaikan oleh anggota keluarganya karena usia tuanya, tetap saja dia tidak sanggup menolak kasih sayang keluarga sehingga tetap tinggal di rumah seperti seekor anjing. Di dalam kehidupan menurut Veda, seseorang harus meninggalkan kehidupan keluarga semasih badannya cukup kuat. Di nasehatkan bahwa sebelum usia tuanya itu terjadi dan belum jatuh sakit, seseorang harus meninggalkan kehidupan keluarga dan sepenuhnya menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, dalam sisa-sisa hidupnya. Karena itu kitab suci menyarankan bahwa begitu seseorang mencapai usia 55 tahun, maka dia harus meninggalkan keluarganya dan hidup di dalam hutan. Sesudah mempersiapkan dirinya sepenuh hati, lalu menjadi sannyasi dan menyebarkan ilmu pengetahuan spiritual kepada setiap orang di setiap rumah.

  Sloka 15 Terjemahan

  Demikianlah dia bertahan tinggal di rumah seperti seekor anjing dengan memakan apa saja yang diberikan kepadanya dengan tidak peduli. Digoda oleh banyak penyakit seperti ganguan pencernaan dan hilangnya nafsu makan, dia makan sesuap saja dan menjadi cacat serta tidak sanggup lagi bekerja

  Penjelasan Sebelum mati seseorang tentu sakit dan cacat, sehingga kalau dia dilalaikan oleh anggota keluarganya, maka hidupnya tidak lebih dari seekor anjing karena terlibat dalam keadaan yang begitu menyulitkan. Literatur Veda menengaskan bahwa sebelum kondisi seperti itu tiba, seseorang hendaknya pergi dari rumah dan mati tanpa sepengetahuan anggota keluarganya. Jika seseorang bisa berbuat seperti itu, keluar dari rumah dan meninggal tanpa sepengetahuan anggota keluarganya, maka hal itu dianggap kematian yang agung. Akan tetapi orang yang terpikat kepada kehidupan keluarga ingin agar kalau sudah meninggal diarak dalam upacara besar, walupun dia sendiri tidak menyaksikan upacara seperti itu, tetap saja masih menginginkan badan kasarnya diperlakukan dengan penuh kemewahan. Begitulah dia merasa bahagia tanpa mengetahui ke mana dia akan pergi sesudah meninggalkan badannya untuk menuju kekehidupan berikutnya.

  Sloka 16 Terjemahan

  Dalam kondisi sakit seperti itu, matanya menonjol keluar karena tekanan angin dari dalam dan kelenjarnya padat karena lendir. Sulit bernafas, dan kalau dia bernafas maka keluarlah suara “ghura-ghura” dari tengorokkannya yang seperti berderak-derak

  Sloka 17 Terjemahan

  Dalam keadaan seperti ini dia berada dalam cengkeraman maut dan tergeletak lemas, dikelilingi oleh kenalan dan keluarga yang meratapinya, dan walaupun dia ingin berbicara dengan mereka, hal itu tidak bisa karena dia sudah berada dalam kekuasaan waktu.

  Penjelasan Untuk sekedar basa-basi, kalau seseorang sedang terbaring di ranjang kematian, teman- temannya datang kepadanya, kadang-kadang menangis dengan keras memanggil yang sudah mati, “Oh temanku” Oh suamiku.” Dalam keadaan yang sangat menyedihkan seperti itu orang yang sedang sekarat ingin bicara kepada keluarganya mengutarakan keinginnannya, akan tetapi karena dia sudah sepenuhnya berada di bawah kawalan waktu – kematian – dia tidak dapat mengatakan hal itu dan hal ini menyebabkan sakit yang tak terkira. Sedangkan dia sendiri sudah berada dalam kesakitan, kelenjar-kelenjar dan tenggorokkannya tersumbat lendir. Dia sudah ada dalam posisi yang amat sulit. Dan pada saat seperti itu disapa lagi oleh kerabat dan kenalan, hal itu menambah lagi sakitnya yang sudah amat sangat dan gawat itu.

  Sloka 18 Terjemahan

  Demikianlah orang yang sibuk dengan pikirannya yang tidak terkendalikan untuk memelihara keluarganya, mati dalam kesedihan yang sangat besar seraya menyaksikan teman-temanya menangis. Di amati dalam keadaan sangat menyedihkan, rasa sakit yang hebat dan tanpa kesadaran.

  Penjelasan Di dalam Bhagavad-gita dikatakan bahwa pada waktu kematian tiba, seseorang akan terserap pikirannya terhadap hal-hal yang dia lakukan selama hidupnya. Orang yang tidak memiliki gagasan lain kecuali mempertahankan keluarganya, tentu hal itu saja yang diinginkannya pada waktu menjelang ajal. Itulah hal yang wajar dari orang kebayakkan. Mereka sama sekali tidak tahu takdir hidupnya; dia hanya sibuk memikirkan kecantikan istrinya, menyelamatkan urusan keluaarganya, pada saat terakhir, tak seorang pun puas bagaimana dia harus memajukan kondisi ekonomi keluarganya; setiap orang berpikir bahwa dia tidak sanggup menyediakan jatah untuk kepentingan keluarganya itu. Karena kasih sayang yang sangat dalam terhadap keluarganya, di lupa terhadap tugas pokoknya mengendalikan pikiran dan perasaanya serta mengembangkan kehidupan spiritual. Kadang-kadang orang yang sekarat menguasakan urusan keluarganya kepada anaknya atau beberapa temanya seperti berikut, “Aku akan pergi, tolonglah perlihara keluargaku.” Dia sama sekali tidak tahu ke mana dia akan pergi, tetap saja dalam saat yang kritis seperti itu dia masih khawatir akan kehidupan keluaganya. Kadang- kadang orang yang sedang sekarat memohon kepada dokter untuk memperpanjang usianya beberap atahun lagi untuk merencanakan menjaga keluargnya supaya tuntas. Inilah penyakit material dari jivatma yang terbelenggu. Dia sama sekali lupa pada tugas utama dan pertama sadar akan Krishna. Tetapi selalu serius merencanakan kesejahteraan keluarganya walupun dia selalu berganti keluarga, dari keluarga yang satu ke keluarga yang lain.

  Sloka 19 Terjemahan Pada saat kematian, dia melihat utusan dewa maut datang di depannya, matanya penuh kemarahan, dan dengan ketakutan yang sangat besar dia diseret melalui kotoran dan air kencing.

  Penjelasan Ada dua jenis perpindahan jivatma sesudah meninggalkan badan kasar ini. Satu diantaranya pergi menuju Yamaraja, pengawas tindakan kejahatan dan dosa, dan yang lain pergi ke planet yang lebih tinggi , sampai pada yang tertinggi yaitu Vaikuntha. Disini Kapila menguraikan bagaimana orang-orang yang sibuk dalam kehidupanya hanya untuk kepuasan indera-indera mempertahankan keluarga diperlakukan oleh utusan Yamaraja, yang disebut Yamaduta. Pada saat kematian, Yamaduta datang sebagai utusan untuk mengambil tindakan kepada mereka yang semasa hidupnya sangat senang memuaskan indera-inderanya. Mereka menangkap jivatma orang yang sudah mati itu dan menyeretnya ke planet Yamaraja. Keadaan di planet tersebut diuraikan dalam sloka berikutnya.

  Sloka 20 Terjemahan

  Sebagai seorang penjahat yang tertangkap untuk menjalani hukuman dari aparat negara, demikianlah orang yang sibuk dalam kegiatan memuaskan indera-indera ditangkap oleh Yamaduta, lalu mengikat lehernya dengan tali yang kuat serta membungkus badan halusnya sehingga dengan demikian dia bisa menerima hukuman yang keras dan intensif.

  Penjelasan Setiap mahluk hidup mempunyai badan kasar dan badan halus. Badan halus ditutupi oleh pikiran, ego kecerdasan dan kesadaran. Dikatakan di dalam kitab suci bahwa para utusan Yamaraja membungkus badan halus si pelaku kejahatan dan membawanya ke wilayah Yamaraja untuk dihukum sedemikian rupa sesuai dengan perbuatannya. Dia tidak mati dalam mengalami hukuman itu, sebab kalau dia mati maka siapa yang akan menerima hukumannya? Bukanlah tugas dari utusan Yamaraja untuk membunuh seseorang. Sebab kenyataanya tidak mungkin membunuh jivatma karena kekal, dia hanya merasakan penderitaannya sehubungan dengan aktivitas semasa hidupnya yang memuaskan indera-inderanya saja. Proses penghukuman tersebut dijelaskan di dalam Caitanya-caritramrta. Mula-mula utusan Yamaraja menangkap pelaku dan membawa si pelaku kejahatan ke sebuah perahu di tengah sungai. Di sana dia dicelupkan ke dalam air dengan menjambak rambut di kepalanya dan membiarkan beberapa saat di bawah air sepenunya sampai lemas. Sesudah itu utusan itu mengangkatnya lagi ke atas air memberi kesempatan untuk bernafas beberapa saat, dan selanjutnya dicelupkan kembali ke dalam air seperti tadi hingga lemas. Jenis hukuman seperti ini dilakukan kepada orang-orang yang lupa kepada dirinya yang sejati, oleh Yamaraja, seperti yang diuraikan di dalam sloka berikutnya.

  Sloka 21 Terjemahan Sambil diseret oleh utusan Yamaraja, dia merasa sesak dan menggigil. Dalam perjalannya itu dia digigit terus oleh anjing dan karena itu dia teringat lagi akan dosa-dosa di waktu hidupnya. Dengan demikian dia sangat hebat menderita kesakitan.

  Penjelasan Dari sloka ini bahwa perjalanan menuju planet Yamaraja, si pelaku kejahatan yang ditangkap oleh utusan Yamaraja melewati banyak anjing yang menyalak dan mengigitnya dengan garang sekali yang mengingatkan dia akan semua kesalahan semasa hidupnya, yang hanya memuaskan nafsu inderanya. Juga dikatakan di dalam Bhagavad-gita bahwa orang bisa menjadi buta dan buruk semua pemikirannya jika telah terkena pengaruh dari keinginan untuk memuaskan nafsu. Intinya lupa daratan. Kamai tais tair hrta-jnanah. Semua kecerdasan seseorang akan hancur berantakan jika terlalu memuaskan indera, termasuk lupa terhadap akibat kepuasan tersebut berupa penderitaan. Dalam hal ini kesempatan untuk mengingat kembali semua kejahatan selama hidupnya yang memuaskan nafsu inderanya belaka, diberikan dengan adanya suara gongongan dan gigitan anjing yang diatur oleh Yamaraja. Selama kita hidup di dunia yang sementara ini, aktivitas pemuasan nafsu indera tersebut, malah di propagandakan di zaman modern ini dengan aturan-aturan resmi. Di setiap negara di seluruh dunia, aktivitas seperti itu didorong oleh peraturan pemerintah dalam bentuk keluarga berencana. Para wanita diberi pil anti hamil, bahkan dilayani di dalam klinik khusus untuk melakukan aborsi yang disebut dengan MR (Mentruation Regulation). Ini terjadi tidak lain karena memenuhi keinginan indera belaka. Sebenarnya, kehidupan seksual adalah untuk mendapatkan anak yang baik. Tetapi karena rakyat tidak mampu mengekang indera dan pikiran (karena tidak ada lembaga yang mengajarkan pengendalian diri), maka rakyat yang lugu itu berjatuhan menjadi korban kejahatan dari pemuasan nafsu indera, dan semuaya dihukum sesudah mati seperti yang diuraikan di dalam buku Srimad-Bhagavatam.

  Sloka 22 Terjemahan

  Di bawah sengatan matahari, si pelaku kejahatan harus melewati jalan yang terbuat dari pasir yang panas dengan pelindung pohon hutan api di kanan kiri jalan. Punggungnya dipecuti oleh utusan Yamaraja.

  Sloka 23 Terjemahan

  Sambil melewati jalan yang menuju ke tempat tinggal Yamaraja, dia jatuh pingsan dan sering tak sadarkan diri, akan tetapi dia dipaksa untuk berdiri kembali. Demikianlah keadaanya sehingga dia dengan cepat dibawa ketempat Yamaraja.

  Sloka 24 Terjemahan

  Demikianlah dia harus melewati 99.000 yojana dalam 2 atau 3 detik, dan segera dia sibuk

  Penjelasan Satu yojana dihitung sekitar 8 mil, dan dia harus melewati jalan sepanjang 792.000 mil dalam waktu hanya beberapa saat saja. Badan halus yang dibungkus oleh utusan Yamaduta itu untuk dapat menempuh jarak sepanjang itu dengan cepat dan pada saat yang sama harus tahan terhadap penderitaan. Penutup atau atau pembungkus ini walupun masih bersifat material, terdiri dari bahan yang sangat halus dan bagus, yang tidak diketahui oleh sarjana dunia, dari unsur apa bahan itu dibuat. Melewati 792.000 mil dalam beberapa waktu nampaknya sangat hebat menurut perhitungan penjelajah ruang angkasa modern. Mereka itu para penjelajah ruang angkasa paling banyak bisa menempuh 18.000 mil per jam, tetapi di sini kita baca bahwa roh orang yang jahat menempuh 792.000 mil dalam 2 atau 3 menit saja, padahal itu masih dalam tingkat material, tidak spiritual.

  Sloka 25 Terjemahan

  Dia ditepatkan di tengah-tengah tumpukan kayu yang sedang terbakar, dan anggota badannya ditaruh di atas api. Dalam hal-hal tertentu dia dipaksa untuk memakan dagingnya sendiri atau dimakan oleh yang lain.

  Penjelasan Dari sloka ini sampai sloka berikutnya uraian tentang hukuman akan disampaikan. Uraian yang pertama ialah bahwa si pelaku kejahatan diharuskan memakan dagingnya sendiri, dibakar dengan api, atau orang-orang lain yang ada di sana diperbolehkan untuk memakannya. Dalam perang besar yang terakhir, rakyat yang ada dalam kamp konsentrasi sering memakan kotoran mereka sendiri, sehingga tidak mengherankan kalau di Yamasadana, tempat Yamaraja, orang yang semasa hidupnya senang memakan orang lain harus memakan dagingnya sendiri.

  Sloka 26 Terjemahan

  Isi perutnya ditarik keluar oleh anjing-anjing dan burung ganas dari neraka walupun dia masih tetap hidup untuk menyaksikan hal itu dengan matanya sendiri, dan dia pun menjadi korban dari gigitan nyamuk, ular, kalajengking dan serangga lainnya yang menggigitnya.

  Sloka 27 Terjemahan

  Selanjutnya anggota badannya dipotong-potong dan diremukkan oleh gajah. Dia juga digelindingkan dari puncak bukit, dan selanjutnya ditangkap untuk dicelupkan di dalam air atau dimasukan ke dalam gua.

  Sloka 28 Laki-laki dan perempuan yang hidupnya dibina dengan hubungan seksual yang tak menurut aturan/sah dijebloskan ke dalam bermacam-macam kawah yang sangat mengerikan kondisinya yang disebut kawah Tamisra, Andha-tamisra dan Raurava

  Penjelasan Kehidupan materialistik di dasarkan pada kehidupan seksual. Semua orang, yang mengalami ganguan dan godaan yang keras dan intensif dalam hidupnya di dunia ini, juga berdasarkan kepada hubungan seksual. Karena itu di dalam peradaban Veda kehidupan seksual hanya diperkenalkan dalam bata-batas tertentu; yaitu bagi pasangan suami istri dan itupun hanya untuk mendapatkan keturunan. Akan tetapi kalau hubungan seksual iti menjurus kepada pemuasan hawa nafsu dan sembunyi-sembunyi, yang laki maupun yang permpuan menunggu hukuman yang keras baik di dunia ini maupan setelah mati. Hukuman di dunia berupa penyakit virus seperti sipilis dan GO, dan dalam kehidupan yang akan datang, seperti yang kita lihat di dalam halaman-halaman Srimad-Bhagavatam, mereka dijebloskan di dalam kawah dengan keadaan derita yang beraneka ragam. Di dalam Bhagavad-gita, Bab pertama, hubungan seksual yang tidak sah, juga amat dikutuk, dan dikatakan bahwa orang yang melahirkan anak karena hubungan seksual yang tak sah akan di kirim ke neraka. Hal itu di perjelas lagi di sini di dalam Bhagavatam bahwa pelaku dari kegiatan seperti itu diletakan di kawah yang disebut Tamisra, Andha-tamisra dan Raurava.

  Sloka 29 Terjemahan

  Kapiladeva melanjutkan: Ibuku yang terkasih, sering dikatakan bahwa kita mengalami surga dan neraka di planet ini, karena hukuman yang bersifat neraka sering dapat dilihat juga di planet bumi ini.

  Penjelasan Orang-orang yang tidak percaya sering tidak menerima pernyataan-pernyataan kitab suci tentang adanya neraka. Mereka menolak uraian yang sah dan otoritas seperti itu. Oleh karena itu Kapiladeva menekankan kepada mereka dengan mengatakan bahwa kondisi dari neraka- neraka tersebut juga bisa dilihat di dunia ini. Jadi neraka itu tidak hanya ada di planet Yamaraja. Di planet Yamaraja, orang-orang yang penuh dosa diberikan kesempatan untuk melatih diri di neraka agar tidak lagi mengulangi hal itu dalam hidupnya yang akan datang, dan selanjutnya dia diberikan kesempatan untuk lahir di planet yang lain untuk meneruskan kehidupannya yang buruk itu. Misalnya jika seseorang dihukum untuk tetap di neraka dengan makan kotoran dan air kencing, maka dia melatih kebiasaan seperti itu di planet Yamaraja, sesudah itu dia diberikan badan khusus untuk itu seperti babi atau anjing sehingga dengan demikian dapat dengan enak makan kotoran dan air kencing untuk kenikmatan hidupnya. Seperti telah di nyatakan sebelumnya bahwa di setiap kondisi neraka, setiap roh merasakan dirinya enak dan bahagia. Kalau tidak tentu dia tidak kebal untuk merasakan penderitaan itu.

  Sloka 30 Sesudah meninggalkan badannya ini, orang yang memelihara dirinya sendiri dan keluarganya dengan cara-cara yang penuh kejahatan dan dosa, menderita neraka termasuk anggota keluarganya itu juga terkena akibatnya.

  Penjelasan Kekeliruan dalam peradaban dunia modern ialah bahwa orang tidak percaya akan adanya kehidupan sesudah kematian. Tetapi apakah dia itu percaya atau tidak percaya, kehidupan sesudah kematian tetap ada, dan seseorang harus menjalaninya kalau dia itu menyimpang dari perintah kitab suci yang sah dan berwibawa seperti Veda dan Purana. Jenis kehidupan yang lebih rendah dari manusia tdak bertanggung jawab terhadap semua perbuatannya karena dia memang bertindak sedemikian rupa yang tidak menyimpang dari hukum alam, tetapi dalam kehidupan sebagai manusia yang kesadarannya sudah berkembang, jika seseorang tidak bertanggung jawab terhadap perbuatannya, maka tentu akan menerima hukuman di neraka seperti yang diuraikan di sini.

  Sloka 31 Terjemahan

  Dia pergi sendiri ke daerah yang paling gelap dari neraka sesudah melepaskan badan kasarnya ini, dan uang yang dia peroleh dengan melukai orang lain adalah jalan yang dilalui pada waktu meninggalkan dunia ini.

  Penjelasan Kalau seseorang mendapat uang dengan cara yang tidak halal dan mempertahankan keluarganya dengan uang tersebut, dan uang itu dinikmati oleh semua anggota keluarga, tetapi dia sendiri yang pergi ke neraka. Orang yang menikamti hidupnya dengan uang atau dengan irihati terhadap kehidupan orang lain, dan menikmatinya dengan keluarga atau teman- temannya, akibat dosanya itu akan dia tanggung sendiri yang ditimbulkan oleh kejahatan seperti itu dan hubungan seksual yang tidak sesuai aturan. Misalnya, jjika seseorang mendapat uang dengan membunuh orang lain dan dengan uang tersebut dia memelihara keluarganya, mereka yang menikmati uang tersebut ikut serta untuk menerima hasilnya dan dikirim ke neraka, tetapi yang benar-benar otak kejahatan itu medapatkan hukuman khusus. Akibat kenimatan material hanyalah akibat dosanya yang dia terima, bukan uangnya saja. Sebenarnya uang itu dia tinggalkan di dunia ini, sehingga hanya akibatnya yang dia bawa ke neraka. Begitu juga di dunia ini, jika seseorang mendapat uang dengan cara membunuh misalnya, maka hanya dia yang dihukum gantung, walupun anggota keluarganya ikut terkena dosa. Dan orang yang melakukan pembunuhan itu dan memelihara keluarganya, namun hanya si pelaku itu sendiri yang dihukum sebagai pembunuh. Si pembunuh adalah lebih bertanggung jawab terhadap kejahatan tersebut. Seseorang sarjana terkemuka Canakya Pandita mengatakan, bahwa apapun yang dimiliki oleh seseorang lebih baik dipergunakan untuk pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena itulah hak milik yang kekal. Kekacauan itu datang dan pergi, meloncat-loncat seperti katak. Kadang-kadang kita yang ditinggalkan, kadang-kadang kita yang meninggalkan, pokoknya selalu akan berpisah. Cara terbaik untuk mempergunakan uang ialah untuk menuju ke kesadaran Krishna.

  Sloka 32 Demikianlah dengan rencana Tuhan Yang Maha Esa, orang yang gigih sekali mempertahankan untuk menjaga keluarganya dijebloskan ke dalam neraka untuk menikmati hukuman atas kejahatannya, seperti orang yang telah kehilangan harta kekayaannya.

  Penjelasan Contoh yang dipergunakan disini ialah orang yang menderita akibat perbuatannya yang penuh dosa, diumpamakan seperti orang yang kehilangan kekayaannya. Bentuk penjelmaan dalam wujud badan manusia dicapai setelah melalui banyak proses kelahiran, merupakan modal yang sangat berharga. Daripada menemuhi tujuan untuk mencapai pembebasan, kalau seseorang mempergunakan kehidupan ini hanya untuk memelihara apa yang disebut keluarga dan karena itu banyak melakukan kejahatan dan hal-hal yang terlarang, maka dia dibandingkan dengan orang yang kehilangan seluruh harta kekayaan yang selalu bersedih. Kalau harta benda itu hilang, tentu saja tidak usah berkeluh kesah. Tetapi kalau kekayaan itu masih ada, lebih baik dimanfaatkan dengan sepantasnya dan karena itu mendapat keuntungan yang abadi. Mungkin ada alasan, kalau seseorang meninggalkan hasil kejahatannya, maka dosanya pun ikut bersama uang tersebut. Tetapi secara khusus disebutkan di sini bahwa dengan rencana Tuhan Yang Maha Esa (daivemasaditam), walaupun uang hasil kejahatannya sudah dibuang, tetapi akibat dari kejahatannya itu harus tetap diterima. Jika seseorang mencuri uang, lalu tertangkap dan uangnya dikembalikan, dia tetap saja tidak bebas dari hukuman atas kejahatannya. Menurut peraturan dan undang-undang negara, walaupun dia sudah mengembalikan uang itu, dia harus menjalani hukuman. Sama saja, uang yang dia peroleh dengan cara yang tidak benar mungkin saja ditinggalkan karena pelakunya meninggal dunia, tetapi rencana dari yang lebih tinggi menyeret dia karena perbuatannya, sehingga dia harus masuk neraka.

  Sloka 33 Terjemahan

  Karena itu orang yang sangat keras mempertahankan keluarganya hanya dengan cara-cara yang tidak benar tentu saja pergi ke kawasan yang paling gelap di neraka, ynag dikenal dengan istilah Andha-tamisra.

  Penjelasan Tiga suku kata yang sangat penting di dalam sloka ini. Kevalena artinya “hanya dengan cara- cara yang berdosa” adharmena artinya “tidak benar” atau “bertentangan dengan agama” dan kutumba -bharana artinya “pemelihara keluarga.” Mempertahankan anggota keluarga tentu adalah kewajiban seorang kepala keluarga, akan tetapi seseorang harus mendapat penghasilannya dengan cara-cara yang telah ditentukan di dalam agama. Di dalam Bhagavad- gita diuraikan bahwa Tuhan Yang Maha Esa telah membagi sistem masyarakat menjadi empat kelas menurut kualitas dan pekerjaannya. Terlepas dari Bhagavad-gita, di setiap masyarakat manusia, seseorang dikenal dengan jenis pekerjaan yang dilakukannya dan juga sesuai dengan kualitas pribadi orang tersebut. Mislanya, kalau seseorang membuat peralatan rumah tangga dari kayu, dia disebut tukang kayu, seseorang yang bekerja sebagai tukang besi, disebut tukang besi. Sama saja, orang yang sibuk dalam dunia pengobatan atau lapangan teknik mempunyai tugas dan pola khusus dan tersendiri. Semua jenis kegiatan manusia tersebut telah dibagi oleh dalam Bhagavad-gita dan litertur Veda yang lain, tugas dan kewajiban seorang brahmana, ksatrya, vaisya dan sudra sudah ditentukan. Orang harus bekerja dengan jujur sesuai dengan kualifikasinya. Tidak boleh bertindak dengan curang, yang memang bukan kualifikasinya. Jika seorang brahmana yang bekerja sebagai seoran pendeta sehingga dengan demikian memberikan penerangan kesadaran moralitas kepada para pengikutnnya, tetapi tidak cakap dalam bidangnya itu, maka dia sebenarnya menipu masyarakat umum. Janganlah bertindak yang tidak jujur seperti itu. Hal yang sama juga berlaku terhadap ksatrya dan vaisya. Secara khusus disebutkan bahwa cara-cara hidup mereka yang mecoba mengembangkan kesadaran Krishna yang mendapatkan uangnya dengan cara yang tidak jujur (kevalam) maka dia akan dikirim ke kawasan neraka yang paling gelap. Sebaliknya, jika seseorang berusaha dengan sejujur-jujurnya untuk memelihara kehidupan keluarganya sesuai dengan yang ada di sastra maka sama sekali tidak ada hambatan dalam mengurus keluarganya itu.

  Sloka 34 Terjemahan

  Setelah melalui semua penderitaan, keadaan yang bersifat neraka dan telah pula melalui tingkat kertertiban yang teratur yaitu bentuk yang paling rendah dari kehidupan binatang sebelum menjadi manusia dan sesudah disucikan dari segala dosanya, dia akan lahir kembali sebagai manusia di dunia ini.

  Penjelasan Seperti seorang narapidana, yang telah menjalani kehidupan yang penuh derita di dalam penjara. Dia akan dibebaskan lagi/ orang yang selalu sibuk dalam aktivitas yang jahat dan tidak sabar, dijebloskan ke dalam neraka, dan kalau dia sudah menjalani hukuman itu seperti misalnya lahir sebagai anjing, kucing atau babi, melalui proses evolusi yang bertahap, pada akhirnya dia kembali lahi lahir sebagai manusia. Didalam Bhagavad-gita dinyatakan bahwa walaupun seseorang yang sibuk mempraktekan sistem yoga tidak menyelesaikan hal itu dengan sempurna, kemudian jatuh karena satu dan lain hal, kehidupannya yang akan datang sebagai manusia dijamin sepenuhnya. Dinyatakan bahwa orang yang seperti itu yang telah jatuh dari proses yoga, diberikan kesempatan dalam hidupnya uang amat jujur dan saleh. Diperkirakan bahwa “keluarga kaya” mengacu pada saudagar kaya karena orang pada umumnya yang sibuk dalam dunia bisnis adalah sangat kaya. Orang yang sibuk dalam proses keinsyafan diri atau menghubungkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, tetapi jatuh lalu diberi kesempatan untuk lahir dalam keluarga yang sangat kaya seperti itu. Atau dia diberi kesempatan untuk lahir dalam keluarga brahmana yang sangat saleh; dengan kata lain, dia dijamin untuk tetap lahir dalam bentuk manusia, dalam kehidupan yang akan datang. Dapat di simpulkan bahwa jika seseorang tidak ingin jatuh ke dalam neraka seperti Tamisra atau Andha-tamisra, maka dia harus ikut dalam proses kesadaran Krishna yang merupakan sistem yoga kelas utama, karena kalau seseorang tidak sanggup mencapai kesadaran Krishna dengan sepenuhnya, dia dijamin dalam hidupnya yang akan datang, paling tidak lahir dalam keluarga manusia. Dia tidak mungkin dikirim ke neraka. Kesadaran Krishna adalah kehidupan paling murni, dan hal itu melindungi umat manusia dari kejatuhannya ke neraka yang nantinya lahir dalam bentuk anjing, kucing atau babi. Demikianlah akhir dari penjelasan Bhaktivedanta Skanda ketiga, Bab ketiga puluh tiga dari Srimad-Bhagavatam, dengan judul “Uraian dari Tuhan Kapiladeva tentang Karmaphala Yang Merugikan.”

  BAB TIGA PULUH SATU Perintah Kapiladeva Tentang Siklus Mahluk Hidup

  Sloka 1 Terjemahan

  Personalitas Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Di bawah pengawasan Tuhan Yang Maha Esa, dan sesuai dengan akbat dari perbuatannya, mahluk hidup, jiwa, dimasukan ke dalam rahim seorang wanita melalui sperma lelaki untuk menerima jenis badan tertentu.