Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Algoritma Kriptografi Cipher Block Berbasis Bentuk Kincir Angin untuk Pengamanan Citra Digital pada Android

Perancangan Algoritma Kriptografi Cipher Block Berbasis Bentuk Kincir
Angin untuk Pengamanan Citra Digital pada Android

Artikel Ilmiah

Peneliti :
Septian Dwi Cahyo (672010131)
Alz Danny Wowor, S.Si., M.Cs.
Hendro Steven Tampake, S.Kom.

Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2015

Perancangan Algoritma Kriptografi Cipher Block Berbasis Bentuk Kincir
Angin untuk Pengamanan Citra Digital pada Android

Artikel Ilmiah


Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
Untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer

Peneliti :
Septian Dwi Cahyo (672010131)
Alz Danny Wowor, S.Si., M.Cs.
Hendro Steven Tampake, S.Kom.

Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2015
i

ii

iii


iv

v

vi

vii

Perancangan Algoritma Kriptografi Cipher Block Berbasis Bentuk Kincir
Angin untuk Pengamanan Citra Digital pada Android

1)

Septian Dwi Cahyo,2)Alz Danny Wowor,3)Hendro Steven Tampake
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email: 1) 672010131@student.uksw.edu, 2) alzdanny.wowor@staff.uksw.edu,
3)
hendro.steven@staff.uksw.edu


Abstract
Digital image needs to be secured to prevent misuse by unauthorized parties, then the required
security system for digital imagery. Cryptography can be used as a tool for securing the digital image.
This paper designed the cryptographic block ciphers based on the shape of a windmill using selective
bitplane techniques and implemented on Android platform. The algorithm proved that it can be used
as an alternative in securing digital imagery.
Keyword : Cipher Block, Cryptography, Windmill, Selective Bitplane Technique.

Abstrak
Citra digital perlu diamankan untuk mencegah penyalah gunaan oleh pihak yang tidak bertanggung
jawab, maka dibutuhkan system pengamanan untuk citra digital. Kriptografi dapat digunakan sebagai
alat untuk mengamankan citra digital tersebut. Tulisan ini merancang kriptografi blok cipher berbasis
pada bentuk kincir angin menggunakan teknik selective bitplane dan diimplementasikan pada platform
Android. Algoritma tersebut membuktikan bahwa dapat digunakan sebagai alternatif dalam
pengamanan citra digital.
Kata Kunci : Blok Cipher, Kriptografi, Kincir Angin, Selective Bitplane.

1)


Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen
Satya Wacana
2)
Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universaitas Kristen Satya Wacana
3)
Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universaitas Kristen Satya Wacana

1

1.

Pendahuluan

Bidang multimedia saat ini tengah berkembang dengan sangat pesat. Didukung oleh
perkembangan teknologi yang semakin canggih seperti maraknya media sosial, multimedia
menjadi sarana mengekspresikan diri untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain. Media
yang sering digunakan yakni melalui citra yang diambil dengan kamera smartphone.
Terkadang cara mengekspresikan diri yang terlalu berlebihan dimanfaatkan oleh orang yang
tidak bertanggung jawab sehingga merugikan orang lain yang memiliki privasi khusus
terhadap citra tersebut. Citra yang tersimpan dapat saja dimanipulasi, diambil, atau

dihilangkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab sehingga menjadi informasi yang
berbeda dari bentuk aslinya.
Untuk mengamankan citra digital terdapat beberapa cara seperti steganografi dan
kriptografi. Steganografi dinilai kurang efektif dan efisien karena teknik tersebut
membutuhkan tempat atau wadah untuk menyembunyikan informasi sedangkan kriptografi
merupakan proses menyandikan citra ke bentuk visual lain yang tidak bermakna lagi dimana
citra akan dikemas sedemikian rupa agar menjadi bentuk citra lain dan tidak dapat dikenali
lagi [1]. Kriptografi dipilih karena informasi akan diacak sedemikian rupa tanpa
membutuhkan tempat atau wadah lain untuk menyembunyikannya sehingga hasil dari
pengacakan tidak memiliki memori yang terlalu besar. Kriptografi yang digunakan adalah
blokcipher yang merupakan kriptografi simetris karena data yang masuk dibagi kedalam blok
– blok data saat melakukan enkripsi dan dekripsi. Pembagian kedalam blok – blok data dan
proses yang terpisah terhadap blok data tersebut menjadikan kriptografi blok memiliki
kecepatan proses yang tinggi. Selain itu kriptografi blokcipher memiliki distribusi dan
manajemen kunci yang lebih baik karena jumlah kunci yang lebih sedikit [2].
Beranjak dari permasalahan diatas, dilakukan perancangan kriptografi baru yang
memiliki kecepatan proses tinggi karena akan diimplementasi pada perangkat berbasis mobile
serta memiliki tingkat pengacakan yang tinggi. Kriptografi baru yang dirancang yaitu
algoritma kriptografi cipher blok yang berbasis pada bentuk kincir angin dikombinasikan
dengan teknik selective bitplane untuk pempercepat proses enkripsi dan dekripsi karena

dengan teknik selektif hanya sebagian komponen citra dienkripsi namun sebagai efeknya citra
dienkripsi secara keseluruhan. Algoritma yang berbasis pada bentuk kincir angin memiliki
empat putaran dimana dalam tiap putaran memiliki proses pengacakan bit dan operasi XOR
dengan key. Diakhir proses algoritma yang berbasis pada bentuk kincir angin, bit hasil
enkripsi dipecahkan kembali dan digabungkan kembali dengan hasil selektif.
2.

Tinjauan Pustaka

Penelitian sebelumnya yang berjudul “Enkripsi Selektif Citra Digital dengan Stream
Cipher Berbasiskan pada Fungsi Chaotik Logistic Map” pada penelitian ini membahas
enkripsi selektif yang dilakukan hanya pada bit-bit MSB dari pixel citra. Fungsi chaos yang
digunakan adalah logistic map. Nilai awal logistic map berperan sebagai kunci rahasia.
Hasil eksperimen memperlihatkan bahwa algoritma enkripsi ini dapat mengenkripsi citra
dengan baik dan mendekripsinya kembali tepat sama seperti citra semula. Keamanan
algoritma telah ditunjukkan dari analisis histogram yang terlihat seimbang antara pixel
bernilai rendah dengan pixel yang bernilai tinggi, sehingga menyulitkan kriptanalisis
dengan analisis statistik. Eksperimen perubahan parameter nilai chaos memperlihatkan
bahwa algoritma ini aman dari serangan exhaustive attack [3].
Pada penelitian selanjutnya yang berjudul “Algoritma Enkripsi Selektif Citra Digital

dalam Ranah Frekuensi Berbasis Permutasi Chaos” menyimpulkan bahwa pixel di dalam
cipher-image mempunyai korelasi yang melemah atau mendekati nol sehingga pixel

2

bertetangga tidak berhubungan lagi satu sama lain. Ruang kunci yang cukup besar
membuat
algoritma ini aman dari serangan brute force attack. Kelemahan algoritma
enkripsi ini adalah lossy encryption, yakni citra hasil dekripsi tidak tepat sama dengan
citra semula. Sebagian informasi citra yang hilang karena enkripsi dan dekripsi dilakukan
dalam ranah DCT. Selain itu, kualitas citra hasil dekripsi juga ditentukan oleh pemilihan
ukuran matriks koefisien DCT yang diacak dengan Arnold Cat Map. Meskipun termasuk
lossy encryption, tetapi bila kualitas citra hasil dekripsi bukan masalah yang penting,
maka algoritma ini tepat digunakan untuk aplikasi yang memerlukan delay yang rendah [4].
Penelitian lain yang berjudul “Implementasi Algoritma RC6 Untuk Enkripsi Citra
Pada MMS Dengan Menggunakan J2ME” membahas tentang suatu kriptosistem dapat
berjalan dengan baik, maka pemilihan metode enkripsi yang dipergunakan harus
disesuaikan dengan seberapa tinggi tingkat keamanan yang diinginkan. Semakin aman
suatu kriptosistem, maka proses pengamanannya akan membutuhkan waktu yang lebih
banyak dan kompleksitas yang lebih tinggi. Sistem tidak bisa bekerja dengan baik untuk

mengolah data yang berukuran besar. Proses ini mungkin tidak akan membuat aplikasi
nyaman untuk digunakan, kecuali pada handphone yang memiliki spesifikasi yang besar.
Lambatnya proses enkripsi ini tidak bisa dihindari, karena besarnya data yang diolah untuk
melakukan proses pengacakan data, enkripsi dan dekripsi citra. Pada uji coba sistem,
didapatkan hasil bahwa program bekerja membutuhkan lama baik pada saat dekripsi
maupun enkripsi [5].
Penelitian terdahulu yang diambil digunakan sebagai acuan untuk merancang serta
mengimplementasi algoritma kriptografi cipherblok berbasis pada bentuk kincir angin yang
dikombinasikan dengan teknik selektif pada platform android.
Selanjutnya akan dijelaskan secara umum proses enkripsi dan dekripsi dapat
diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Proses Enkripsi dan Dekripsi

Berdasarkan Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa kriptografi terdiri dari dua proses
utama yakni proses enkripsi dan proses dekripsi, peranan kunci sangatlah penting dalam
proses tersebut (disamping pula algoritma yang digunakan) sehingga kerahasiaannya
sangatlah penting. Algoritma enkripsi menghasilkan blok cipherteks yang berukuran sama
dengan blok plainteks, sedangkan dekripsi dilakukan dengan cara yang serupa seperti
enkripsi. Misalkan blok plainteks (C) yang berukuran m bit dinyatakan dalam vector

C (c1 , c 2 , c 3 ,  , c m )
(1)
dimana ci adalah 0 atau 1 untuk i = 1, 2, 3, … , m dan blok cipherteks (H) adalah
H h1 , h2 , h3 ,  , hm
(2)
yang dalam hal ini hi adalah 0 atau 1 untuk i = 1, 2, 3, … , m.
Berdasarkan pada persamaan 1, apabila m blok merupakan hasil pembagian dari bit
penyusun plainteks maka dapat dinyatakan sebagai

3

C1 , C 2 ,  , C n
untuk setiap blok plainteks Ci, bit – bit penyusunnya dapat dinyatakan sebagai vector
Ci
c i1 , c i 2 ,  , c im

(3)

(4)
Secara sistematis, proses enkripsi merupakan pengoperasian fungsi E (enkripsi) menggunakan

K (kunci) pada C (plainteks) sehingga dihasilkan H (cipherteks).
(5)
EK C H
Sedangkan untuk proses dekripsi, merupakan pengoperasian fungsi D (dekripsi)
menggunakan K pada H sehingga dihasilkan C.
(6)
DK H C
Sehingga dari dua hubungan tersebut berlaku :

DK E K C

(7)

H

Mempercepat proses enkripsi dan dekripsi digunakan teknik selective bitplane yang
memisahkan antara MSB (Most Significant Bit) dan LSB (Less Significant Bit) dimana MSB
merupakan bit yang paling berarti sedangkan LSB merupakan bit yang kurang berarti. Apabila
susunan bit pada setiap byte adalah b8 b7 b6 b5 b4 b3 b2 b1 maka MSB merupakan b8 b7 b6 b5
dan LSB adalah b4 b3 b2 b1. Jumlah bit MSB yang dienkripsi mempengaruhi tingkat keamanan.

Jika hanya satu bit yang dienkripsi, maka tujuh bit sisanya (yang tidak ikut dienkripsi) masih
dapat memperlihatkan wujud objek di dalam citra, sehingga tingkat keamanannya rendah.
Oleh karena itu setelah enkripsi 1-bit MSB masih diperlukan prosedur permutasi tambahan
untuk mengacak pixel agar diperoleh efek confusion [3].
Menurut Stinson sebuah sistem kriptografi terdiri dari lima-tuple (Five-tuple) (P, C, K,
E , D) , yang memenuhi kondisi [6]:
1. P adalah himpunan berhingga dari plainteks,
2. C adalah himpunan berhingga dari cipherteks,
3. K merupakan ruang kunci (keyspace), adalah himpunan berhingga dari kunci,
4. E adalah himpunan fungsi enkripsi ek : P C ,
5. D adalah himpunan fungsi dekripsi d k : C P ,
Plainteks yang berupa citra merupakan suatu matriks dimana indeks baris dan
kolomnya menyatakan suatu titik pada citra tersebut dan elemen matriksnya yang disebut
pixel menyatakan tingkat keabuan pada titik tersebut sehingga apabila dinyatakan dalam
matriks maka

f ( x, y )

f (0,0)
f (1,0)

f (N

1,0)

f (0,1)
f (1,1)

f (N





1,1) 

f (0, M 1)
f (1, M 1)

f (N

1, M

(8)

1)

Matriks yang dinyatakan citra digital berukuran N yakni baris atau tinggi dan M yakni
kolom atau lebar citra sehingga
0
0
0

y N 1;
x M 1;
f ( x, y ) L 1;

(9)
4

Dimana L merupakan maksimal warna intensitas yang dimiliki oleh pixel dengan matriks
f(x,y) untuk nilai warna dimulai dari 0 hingga 255. Untuk setiap pixel memiliki tiga (3)
byte yakni byte red , green, dan blue. Byte tersebut secara umum terpisah berdasarkan
komponen warna penyusun dalam setiap pixel. Merujuk pada persamaan 8 maka dapat
dinyatakan dalam grafik sebagai Grafik 1.
Origin
0
1
2
3
...

0 1 2 3 ...

... N-1

y

...
M-1
x

Satu Pixel

f (x,y)

Grafik 1. Pixel Citra

Selanjtnya akan dijelaskan mengenai Selective Bitplane, seperti yang telah disampaikan
MSB dipilih karena pada umumnya bit antara nilai pada setiap byte yang berdekatan adalah
sama. Misalkan untuk decimal 255 adalah 11111111, untuk 250 adalah 11111010, untuk 252
adalah 11111100 apabila diperhatikan maka setiap MSB adalah sama untuk ketiga decimal
tersebut. Sehingga apabila diambil MSB untuk diproses dapat menghasilkan MSB baru yang
dapat membentuk decimal baru yang sangat jauh berbeda misalkan 11111111 menjadi
10111111. Empat digit bit didepan berubah dari 1111 menjadi 1011 yang jika di ubah menjadi
decimal yakni 15 menjadi 11 sehingga apabila digabungkan kembali dengan LSB akan
memiliki nilai yang sangat jauh berbeda pula.
Selanjutnya untuk mengetahui nilai keacakan hasil enkripsi yakni cipherteks dengan
plainteks menggunakan diferensiasi data yang pengertiannya yakni perbandingan selisih
antara dua titik. Dalam kalkulus, metode ini sering disebut sebagai turunan atau kemeringan
dari data. Jika diberikan kumpulan data ((x1,y1), (x2,y2), (x3,y3), …, (xn,yn)) dengan syarat
bahwa xi 255) {
throw new IllegalArgumentException("block size harus 1 ->
255.");
}
int numberToPad = 8 - msg.length % 8;
byte[] paddedMsg = new byte[msg.length + numberToPad];
System.arraycopy(msg, 0, paddedMsg, 0, msg.length);
for (int i = msg.length; i < (paddedMsg.length - 2); i++) {
paddedMsg[i] = 00;
}
paddedMsg[paddedMsg.length - 1] = (byte) numberToPad;
return paddedMsg;
}

Source 2. Padding Bit Citra

Source 3 merupakan metode yang berisi rangkaian perintah untuk melakukan proses
enkripsi dan dekripsi. Dapat dijelaskan yakni :
public static Bitmap ImageEncrypt(String imgFile, String password, int[] position)
merupakan nama metode yang digunakan untuk mengenkripsi citra, memiliki
kembalian berupa bitmap dengan variable input bertipe String imgFile,password dan
integer array position.
byte[] pixels = ExtractPixels(imgFile);
merupakan perintah untuk memanggil metode ExtractPixel dengan input imgFile,
dimana metode tersebut berisi perintah yang digunakan untuk memisahkan tiap pixel
pada citra serta mendapatkan nilai pixel.
byte[] bits = ExtractBit(pixels, position);
merupakan perintah untuk mengubah komponen warna pada setiap pixel kedalam
bentuk bit.
byte[] sisa = new byte[bits.Length - Windmill.BlockSize];
digunakan untuk mendapatkan MSB yang selanjutnya di masukkan kedalam blok bit.
List blocks = DistributeToBlocks(bits);
Digunakan untuk memasukkan bit kedalam blok bit yang telah dirancang.
byte[] cipherBF = EncryptWindmill(blocks, password);
berisi rangkaian perintah pengacakan bit.
byte[] cipherSisa = EncryptXOR(sisa, password);

15

perintah yang digunakan untuk melakukan proses XOR antara bit citra dengan bit
kunci.
byte[] gabung = Gabung(cipherBF, cipherSisa);gabung = ReturnBit(pixels, gabung,
position);
perintah tersebut digunakan untuk menata ulang serta menggabungkan MSB dengan
LSB, selanjutnya membentuk hasil penggabungan sebagai sebuah pixel.
Image cipherImage = CombinePixels(imgFile, gabung);
Perintah terakhir yakni merakit kembali pixel yang telah terbentuk agar menjadi
bentuk citra baru.
public static Bitmap ImageEncrypt(String imgFile, String password, int[] position)
{
byte[] pixels = ExtractPixels(imgFile);
byte[] bits = ExtractBit(pixels, position);
List blocks = DistributeToBlocks(bits);
byte[] sisa = new byte[bits.Length - Windmill.BlockSize];
byte[] cipherBF = EncryptWindmill(blocks, password);
byte[] cipherSisa = EncryptXOR(sisa, password);
byte[] gabung = Gabung(cipherBF, cipherSisa);
gabung = ReturnBit(pixels, gabung, position);
Image cipherImage = CombinePixels(imgFile, gabung);
return cipherImage;
}
public static Bitmap Decrypt(string imgFile, string password, int[] position)
{
byte[] pixels = ExtractPixels(imgFile);
byte[] bits = ExtractBit(pixels, position);
List blocks = DistributeToBlocks(bits);
byte[] sisa = new byte[bits.Length - Windmill.BlockSize];
byte[] plainBF = DecryptWindmill(blocks, password);
byte[] plainSisa = DecryptXOR(sisa, password);
byte[] gabung = Gabung(plainBF, plainSisa);
gabung = ReturnBit(pixels, gabung, position);
Image cipherImage = CombinePixels(imgFile, gabung);
return cipherImage;
}

Source 3. Proses Enkripsi Dekripsi

Selanjutnya akan dijelaskan tentang hasil implementasi algoritma terhadap citra serta
perbandingan antara citra asli dengan citra hasil enkripsi dapat dilihat pada table 3. Dari hasil
implementasi yang ditunjukkan oleh table 3 dapat dilihat bahwa perubahan antara gambar asal
dengan hasil enkripsi sangat signifikan serta citra hasil enkripsi tidak dapat dikenali sebagai
sebuah gambar yang utuh.
Perbandingan Citra Asli – Citra Enkripsi – Citra Dekripsi
Citra Asli
Detail Citra
Citra Dekripsi

Nama : Ahiko.JPG
Ukuran : 61.882 Byte
Size : 500 x 500

Nama : AhikoEnk.JPG
Ukuran : 61.896 Byte
Size : 500 x 500

Nama : AhikoDek.JPG
Ukuran : 61.896 Byte
Size : 500 x 500
16

Nama : Flower.JPG
Ukuran : 64.078 Byte
Size : 528 x 396

Nama : FlowerEnk.JPG
Ukuran : 64.104 Byte
Size : 528 x 396

Nama : FlowerDek.JPG
Ukuran : 64.104 Byte
Size : 528 x 396

Nama : Istana.JPG
Ukuran : 106.593 Byte
Size : 600 x 400

Nama : IstanaEnk.JPG
Ukuran : 106.704 Byte
Size : 600 x 400

Nama : IstanaDek.JPG
Ukuran : 106.704 Byte
Size : 600 x 400

Nama : Minion.JPG
Ukuran : 69.337 byte
Size : 300 x 566

Nama : MinionEnk.JPG
Ukuran : 69.504 Byte
Size : 300 x 566

Nama : MinionDek.JPG
Ukuran : 69.504 Byte
Size : 300 x 566

Nama : Lena.JPG
Ukuran : 96.271 Byte
Size : 512 x 512

Nama : LenaEnk.JPG
Ukuran : 96.304 Byte
Size : 512 x 512

Nama : LenaDek.JPG
Ukuran : 96.304 Byte
Size : 512 x 512

17

Nama : Papper.JPG
Ukuran : 91.773 Byte
Size : 512 x 512

Nama : PapperEnk.JPG
Ukuran : 91.804 Byte
Size : 512 x 512

Nama : PapperDek.JPG
Ukuran : 91.804 Byte
Size : 512 x 512

Nama : TajMahal.JPG
Ukuran : 73.460 Byte
Size : 428x640

Nama :
TajMahalEnk.JPG
Ukuran : 73.504 Byte
Size : 428x640

Nama : TajMahalDek.JPG
Ukuran : 73.504 Byte
Size : 428x640

Tabel 3. Tabel Perbandingan Gambar

Selanjutnya akan dibahas tentang hasil uji korelasi terhadap citra asli dengan citra hasil
enkripsi, hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.
Citra
Nilai Korelasi
Citra Asli
Citra Terenkripsi
Red
Green
Blue
Ahiko.JPG
AhikoEnk.JPG
0,0049
0,0012
0,0013
Flower.JPG
FlowerEnk.JPG
0,0052 -0,0010
0,0038
Istana.JPG
IstanaEnk.JPG
0,0039
0,0061
0,0029
Minion.JPG
MinionEnk.JPG
0,0048
0,0048
-0,0020
Lena.JPG
LenaEnk.JPG
-0,0005 0,0023
-0,0002
Papper.JPG
PapperEnk.JPG
0,0035 -0,0027 -0,0008
TajMahal.JPG
TajMahalEnk.JPG
0,0044
0,0027
0,0027
Tabel 4. Tabel Hasil Uji Korelasi

Nilai pada tabel 4 didapat dari persamaan 13, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
setiap komponen warna untuk setiap pixel antara citra asli dengan citra hasil enkripsi sangat
tidak berhubungan, sehingga dapat dikatakan secara statistika bahwa kriptografi yang telah
dibuat sangat baik dalam segi kekuatan pengacakan sehingga tidak mudah untuk dipecahkan.
Selanjutnya akan membahas tentang pengujian memori dan pengujian waktu untuk
proses, pengujian dilakukan terhadap perangkat mobile dengan sistem operasi Android
Jellybean, ditunjukkan pada grafik 3 untuk perbandingan hasil uji memori.

18

Grafik 3. Perbandingan Hasil Uji Memori

Merujuk pada grafik 3 untuk perbandingan memori dapat dijelaskan sebagai grafik berbentuk
Box Plot yakni hasil perhitungan data dengan mengambil kwartil 1(Q1),kwartil 2(Q2), kwartil
3(Q3), nilai maximum, nilai minimum dari kumpulan data byte citra asli dengan kumpulan
byte citra enkripsi, Q didapat dengan persamaman
i
N F
(21)
Qi bi 1 4
f
Dengan :
Qi = kuartil ke-i(1,2,3)
bi = tepi bawah kelas kuartil ke-i
N= banyaknya data
F= frekwensi kumulatif kelas sebelum kelas kuartil
l = lebar kelas
f= frekwensi kelas kwartil
selanjutnya akan diberikan total jumlah memori dari tiap gambar uji yang diujikan pada table
5, dapat dilihat bahwa penambahan memori terjadi karena padding dalam bentuk persen yang
didapat dari persamaan
a b
W
a
(22)
100
Untuk a adalah memori asli, b memori hasil enkripsi
Nama Gambar
Ahiko.JPG
Flower.JPG
Istana.JPG
Minion.JPG
Lena.JPG
Papper.JPG
TajMahal.JPG

Memory Asal(Byte)
61882
64078
106,593
69337
96271
91773
73460

Memory Hasil(Byte)
61896
64104
106704
69504
96304
91804
73504

Selisih
Penambahan(%)
0,023
0,041
0,104
0,241
0,034
0,034
0,060

Tabel 5. Tabel Perbandingan Total Memori

19

Merujuk pada table 5 dapat dijelaskan yakni rata – rata penambahan kerena proses
padding berdasarkan gambar yang diuji cobakan yakni sebesar 0,076591%.

Grafik 4. Perbandingan Hasil Uji Waktu Proses

Berdasarkan Grafik 4 dapat dilihat yakni untuk sumbu Y merupakan satuan waktu dalam
milisecond (ms), dari hasil tersebut dapat disimpulkan yakni proses operasi untuk tiap citra
selalu berbeda tergantung besaran ukuran memori dari citra tersebut, semakin besar memori
yang dimiliki maka semakin lama proses yang dibutuhkan.
5.

Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapat beberapa kesimpulan yakni : (1)
Dengan teknik kriptografi yang berbasis pada bentuk kincir angin serta teknik Selektive
Bitplane dapat membuktikan bahwa teknik tersebut menghasilkan metodologi kriptografi
simetris dan dapat memenuhi lima-tuple (five-tuple). (2) Lama proses yang dibutuhkan dalam
mengenkripsi citra dipengaruhi oleh besaran kapasitas memori dari perangkat yang digunakan
serta dari besaran memori yang dimiliki oleh citra itu sendiri. (3) Kriptografi yang dirancang
terbukti efektif untuk mengenkripsi citra pada platform android, dibuktikan dari grafik serta
pengujian yang telah dilakukan. (4) Terjadi penambahan memori pada citra yang dienkripsi
sehingga terdapat nilai warna yang berbeda dari citra asli apabila didekripsi kembali. (5) dari
hasil pengujian memori dan waktu, kriptografi yang dibuat terbukti sangat rigan dalam segi
waktu dan memori untuk proses. (6) Hasil pengujian menggunakan metode black-box dan
beta test, hasil dari sebagian besar fitur berjalan dengan baik dan disetujui oleh responden.
Saran pengembangan yang dapat diberikan untuk penelitian lebih lanjut sebagai berikut : (1)
Aplikasi dapat dikembangkan tidak hanya memberikan data citra, tapi juga dapat menampung
data teks.(2) Aplikasi bisa dikembangkan untuk dapat berjalan pada smartphone dengan
sistem operasi windows phone OS, IOS, dan BlackBerry OS.
6.

Daftar Pustaka
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]

Guillermito. 2004, Steganography : A few tools to discover hidden data.
Munir, Rinaldi. 2012. Pengembangan Algoritma Enkripsi Selectif Citra Digital
Dalam Ranah Spasial Dengan Mode CBC-like Berbasis Chaos.
Munir, Rinaldi. 2011. Enkripsi Selektif Citra Digital dengan Stream Chipher
Berbasiskan pada Fungsi Chaotik Logistic Map.
Munir, Rinaldi. 2012. Algoritma Enkripsi Selektif Citra Digital dalam Ranah
Frekuensi Berbasis Permutasi Chaos
Ismuharyanti, Fitri. 2011, Implementasi Algoritma RC6 Untuk Enkripsi Citra
Pada MMS Dengan Menggunakan J2ME.

20

[6]
[7]
[8]
[9]

[10]
[11]

Stinson, D. R. 1995. Cryptography: Theory and Practice. CRC Press, Boca
Raton, London, Tokyo.
Mongomery, C. Douglas., Runger, C. George. 2003. Applied Statstics and
Probability for Engineers. John Wiley & Sons Inc.USA.
Mulyana, Eueung. 2012. App Inventor : Ciptakan Sendiri Aplikasi Androidmu,
Penerbit Andi, Jogjakarta.
A. Miftahur, Rahim., Hidayatno, Achmad., Isnanto, R. Rizal. 2010. Teknik
Penyembunyian Data Rahasia Dengan Menggunakan Citra Digital Sebagai
Berkas Penampung, Seminar Tugas Akhir.
Ranjan, Rajiv., dan Pal, Arup Kumar. 2012. Encryption of Image Using Chaotic
Maps, International Conference on Recent Trends in Engineering & Technology.
Rachman, A. Kurnia. 2010. Perbandingan Mode Chiper Electronic Code Book
dan Chiper Block Chaining Dalam Pengamanan Data, Universitas Diponegoro.
Semarang. Volume 3 Nomor 1.

21

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan dan Implementasi Image Watermarking dengan Spread Spectrum Berbasis Android Platform

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Sistem Informasi Kota Salatiga Berbasis Web menggunakan Teknologi CSS3 dan HTML 5

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan dan Pengimplementasian Sales Mobile Application Menggunakan Teknologi Location Based Service dan Google Cloud Messaging (Studi Kasus: PT. Armada Internasional Motor, Magelang)

0 0 25

BAB 2 MAKALAH Makalah Pertama - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penentuan Luas Lahan Datar Menggunakan Metode Pendekatan Lingkaran dan Metode Pendekatan Segitiga Sferik (Teorema Girard) dengan Memanfaatkan Google Maps Dan Goo

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penentuan Luas Lahan Datar Menggunakan Metode Pendekatan Lingkaran dan Metode Pendekatan Segitiga Sferik (Teorema Girard) dengan Memanfaatkan Google Maps Dan Google Earth = Determination of the

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ekstraksi dan Identifikasi Komponen Kimia Minyak Bekatul Beras Merah dengan Metode Kromatografi Gas – Spektroskopi Massa (GC-MS) = Extraction And Chemical Compounds Identification of Red Rice B

0 0 19

BAB II MAKALAH - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penentuan Luas Lahan Berkontur dengan Bantuan Google Earth = Determination of the Contoured Land Area on the Earth by Using Google Earth

0 0 42

i OPTIMASI PRODUKSI PEMANIS ALAMI CAIR DARI TANAMAN Stevia rebaudiana Bertoni OPTIMIZATION OF LIQUID NATURAL SWEETENER PRODUCTION FROM Stevia rebaudiana Bertoni Oleh: Tiara Kasih Mirasanti 652013040 TUGAS AKHIR - Institutional Repository | Satya Wacana Ch

1 1 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penentuan Distribusi Total Kerugian Aggregat (Total Aggregate Loss) Manfaat Rawat Jalan Berdasarkan Simulasi

0 0 22

TUGAS AKHIR - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Lama Pemeraman Tempe terhadap Produksi Isoflavon Genistein dan Kandungan Senyawa Fenolik Total = The Effect of Tempe Incubation Time on the Yield of Isoflavone Genistein

0 1 37