Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fraud Dalam Kegiatan Pengadaan Barang dan Jasa

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fraud Dalam Kegiatan Pengadaan Barang dan Jasa

Nur Hidayati 1 , J.M.V Mulyadi 2 1.2 Universitas Pancasila, Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, 12640

ABSTRACT

The purpose of this study is to examine whether variables such as quality of goods/services procurement committee, income of goods/services procurement committee, procurement system and procurement system, procurement ethic of goods/services and internal control system have influence to fraud of goods/ services procurement in the ministry of health affairs agency. Population in this research is all auditor related in process of procurement of goods/services, while the object of research (sample) that is as much as 56 people. The technique of determining the sample using purposive sampling method. Data were tested using validity test, reliability test, multicolinearity test, heteroskedasticity test, multiple regression analysis, hypothesis test and coefficient of determination. The result of the research shows that the quality of procurement committee variables significantly and negatively affect the fraud of procurement of goods/services. The income of the procurement committee does not significantly affect the procurement of goods/ services, procurement system and procedures have significant effect and negative to the goods/ service procurement, ethics have significant effect and negative to the procurement of goods/services and internal control system significantly and

negative to the fraud of procurement of goods / services.

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah variabel seperti kualitas panitia pengadaan barang/jasa, penghasilan panitia pengadaan barang/ jasa, sistem dan prosedur pengadaan barang/jasa, etika pengadaan barang/jasa, dan sistem pengendalian internal memiliki pengaruh terhadap fraud pengadaan barang/jasa di Lingkungan Instansi Kementerian Kesehatan RI. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang terkait dalam proses pengadaan barang/ jasa, sedangkan yang dijadikan objek penelitian (sampel) yaitu sebanyak 56 orang. Teknik penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling. Data diuji menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, analisis regresi berganda, uji hipotesis dan koefisien determinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kualitas panitia pengadaan berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap fraud pengadaan barang/jasa. Penghasilan panitia pengadaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap terhadap fraud pengadaan barang/jasa, sistem dan prosedur pengadaan berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap fraud pengadaan barang/jasa, etika berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap fraud pengadaan barang/ jasa dan sistem pengendalian internal berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap fraud pengadaan barang/jasa.

INFO ARTIKEL JEL Classsification:

M41 M42 H57

Keywords: fraud, procurement committee, system and procedures, ethics, internal control.

*Email Korespondensi: 1 nurhida.janeeta@gmail.com, 2 mulyadi@univpancasila.ac.id

Nur Hidayati, J.M.V Mulyadi: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi...

1. Pendahuluan

upaya preventif dan edukatif melalui sosialisasi Fraud yang terjadi di sektor publik berupa

dan pendidikan anti korupsi, pembentukan korupsi (corruption), penyalahgunaan aset Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG) dan

(asset misappropriation), maupun pernyataan pembentukan Whistle Blower System (WBS) palsu atau salah pernyataan (fraudulent

di masing-masing Instansi Pemerintah, namun statements). Fraud tersebut dapat dikategorikan

semuanya itu masih belum cukup memadai sebagai tindak pidana korupsi (seperti untuk mewujudkan iklim pemerintahan yang disebutkan dalam Undang-Undang No. 31 tahun

bebas dari korupsi.

1999 junto Undang-Undang No. 20 tahun 2001 Suharti dkk, (2015) menyatakan sumber yang menyatakan bahwa perbuatan curang dan

korupsi terbesar dalam sektor keuangan perbuatan yang merugikan keuangan negara

publik adalah pengadaan barang/jasa. Hal merupakan jenis-jenis tindak pidana korupsi).

ini didukung oleh data yang dirilis Indonesia Negara selalu menanggung kerugian Procurement Watch (IPW) yang menunjukkan negara akibat dari praktik fraud yang terjadi

bahwa 70% kasus korupsi di Indonesia terus menerus. Salah satu fraud yang banyak

berbentuk penyimpangan pengadaan barang/ terjadi di lingkungan pemerintah adalah tindak

jasa Pengadaan barang/jasa menjadi faktor pidana korupsi. Seperti fenomena yang beredar

yang sangat rentan terhadap korupsi. Meskipun terkait isu korupsi pengadaan e-KTP yang Pemerintah melalui Keputusan Presiden No. diduga merugikan negara sebesar kurang lebih

80 tahun 2013 sebagaimana telah dilakukan Rp2,3 triliun. (detik.com, 27 April 2017). Kasus

beberapa kali perubahan menjadi Peraturan korupsi sudah banyak yang terungkap dan para

Presiden Nomor 4 tahun 2015 berusaha pelakunya telah diproses secara hukum, namun

mengatur agar pelaksanaan proses pengadaan belum ada indikasi bahwa tindak korupsi itu akan

dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien, segera berakhir, justru semakin banyak tindak

namun dalam pelaksanaannya masih dijumpai korupsi yang terungkap dan bahkan pelakunya

terjadinya fraud. Data KPK memperlihatkan semakin banyak dan beragam. Berbagai upaya

bahwa pengadaan barang/jasa menempati telah dilakukan pemerintah untuk memberantas

urutan kedua terbesar setelah perkara penyuapan korupsi, yaitu dengan membentuk Komisi

dari seluruh perkara yang ditangani oleh KPK Pemberantasan Korupsi (KPK), meningkatkan sepanjang tahun 2011 – 2015 seperti ditunjukkan

peran lembaga penegak hukum, melakukan pada grafik 1. dibawah ini.

Sumber : Data KPK 2015 (Materi Pengendalian dan Pencegahan Gratifikasi oleh KPK)

Grafik 1. Jenis perkara yang ditangani KPK tahun 2011 – 2015

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 2, Desember 2017, hal 275-294 ISSN 2339 - 1545

Suharti, dkk (2015) menyatakan setiap internal maupun eksternal instansi. Gelderman, tahunnya, BPK maupun KPK melaporkan Ghijsen dan Brugman (2006), menunjukkan adanya kasus pengadaan yang mengandung

bahwa pemahaman pejabat pengadaan terhadap unsur tindak pidana korupsi, tetapi tidak peraturan berpengaruh signifikan dan positif banyak yang masuk ke persidangan. Beberapa

terhadap ketaatan peraturan, sehingga mencegah kasus pengadaan yang berhasil diselesaikan terjadinya penyimpangan. Jatiningtyas dan

di pengadilan, justru mematahkan legenda Kiswara (2011), dalam hasil penelitian bahwa mark up hanya 30%. Istilah 30%

menunjukkan adanya perbedaan hasil penelitian adalah kebocoran yang terjadi menurut Prof.

untuk pengaruh kualitas panitia pengadaan Dr. Soemitro Djojohadikusumo (Tuanakotta,

terhadap terjadinya fraud pengadaan barang/ 2007:279). Padahal, jumlah uang negara yang

jasa yang ditinjau dari sudut pandang responden dikelola melalui proses pengadaan pada tahun

panitia pengadaan dan responden auditor BPKP. 2014 diperkirakan sekitar Rp600 triliun (APBN)

Hasil penelitian dengan responden panitia dan Rp320 triliun (APBD). Selain itu, menurut

pengadaan menunjukkan bahwa kualitas panitia catatan IPW, setiap tahunnya ada sekitar 400

pengadaan tidak berpengaruh terhadap terjadinya ribu paket pekerjaan di 560 kabupaten/kota di

fraud pengadaan barang/jasa, sebaliknya hasil seluruh Indonesia. Paket pekerjaan ini belum

penelitian dengan responden auditor BPKP termasuk paket yang ada di BUMN dan BUMD

menunjukkan bahwa kualitas panitia pengadaan yang nilainya juga tak sedikit.

berpengaruh secara negatif dan signifikan Indonesia Corruption Watch (ICW)

terhadap terjadinya fraud pengadaan Arifianti, menyebutkan dari 122 kasus korupsi kesehatan,

dkk (2015), membuktikan bahwa integritas

43 kasus diantaranya merupakan kasus dan kompetensi pokja ULP/pejabat pengadaan pengadaan alat kesehatan dengan kerugian

berimplikasi positif untuk menekan terjadinya negara sebesar Rp. 442,0 milyar. Dari 122 kasus

fraud.

tersebut sebagian besar diantaranya bermodus Rijkckeghem dan Weder (1997), hasil pene- penggelembungan harga barang/jasa. Hal ini

litiannya menunjukkan adanya hubungan yang bisa dimaklumi karena kasus yang ditindak

negatif dan signifikan antara penghasilan apa- umumnya adalah kasus korupsi pengadaan alat

ratur pemerintah dengan tingkat korupsi. Wilopo kesehatan, obat dan pembangunan/rehabilitasi

(2006), hasil penelitiannya membuktikan bahwa rumah sakit dan puskesmas (Sindonews.com, 26

kesesuaian kompensasi memberikan pengaruh Januari 2015).

tidak signifikan terhadap perilaku tidak etis Beberapa peneliti telah melakukan dan kecurangan akuntansi. Sulistiyowati

penelitian terkait faktor-faktor yang mem- (2007), menemukan bahwa secara parsial pengaruhi terjadinya fraud. Hasil penelitian kepuasan gaji tidak berpengaruh terhadap

menunjukkan inkonsistensi terhadap faktor- persepsi aparatur pemerintah daerah tentang faktor yang memperngaruhi terjadinya fraud.

tindak pidana korupsi. Thoyibatun (2009), World Bank (2001), menemukan bahwa hasil penelitiaannya menunjukkan bahwa ketidakmampuan personil yang terkait dengan

kesesuaian sistem kompensasi berpengaruh kegiatan pengadaan barang/jasa sebagai negatif terhadap kecenderungan kecurangan salah satu penyebab belum berfungsinya

akuntansi. Aji (2013), menemukan bukti bahwa sistem pengadaan barang/jasa secara baik di

ada pengaruh yang negatif dan signifikan Indonesia. Sartono (2006), hasil penelitiannya

dalam penilaian penghasilan panitia pengadaan menunjukkan adanya pengaruh kualitas panitia

terhadap penyimpangan dalam pengadaan pengadaan barang/jasa terhadap terjadinya fraud

barang/jasa pemerintah. Arifianti, dkk (2015), pengadaan barang/jasa baik dari sudut pandang

mengungkapkan bahwa kebijakan pemberian

Nur Hidayati, J.M.V Mulyadi: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi...

kompensasi belum mampu berkontribusi untuk menekan terjadinya fraud.

Sartono (2006), hasil penelitian menun- jukkan adanya pengaruh sistem dan prosedur pengadaan barang/jasa terhadap terjadinya fraud pengadaan barang/jasa dari sudut pandang eksternal instansi. Jatiningtyas dan Kiswara (2011), hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan hasil penelitian untuk pengaruh sistem dan prosedur pengadaan terhadap terjadinya fraud pengadaan barang/jasa yang ditinjau dari sudut pandang responden panitia pengadaan dan responden auditor BPKP. Hasil penelitian dengan responden panitia pengadaan menunjukkan bahwa sistem dan prosedur pengadaan tidak berpengaruh terhadap terjadinya fraud pengadaan barang/jasa, sebaliknya hasil penelitian dengan responden auditor BPKP menunjukkan bahwa sistem dan prosedur pengadaan berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap terjadinya fraud pengadaan

Sartono (2006), hasil penelitiannya menun- jukkan adanya perbedaan hasil penelitian untuk pengaruh etika pengadaan terhadap terjadinya fraud pengadaan barang/jasa yang ditinjau dari sudut pandang responden panitia pengadaan dan responden auditor BPKP. Hasil penelitian dengan responden panitia pengadaan menunjukkan bahwa etika pengadaan tidak berpengaruh terhadap terjadinya fraud pengadaan barang/ jasa, sebaliknya hasil penelitian dengan responden auditor BPKP menunjukkan bahwa etika pengadaan berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap terjadinya fraud pengadaan. Jatiningtyas dan Kiswara (2011), menemukan hasil yang berbeda antara pengaruh etika pengadaan terhadap terjadinya fraud pengadaan barang/jasa ketika responden berasal dari kelompok yang berbeda. Responden dari internal menyatakan etika pengadaan tidak berpengaruh terhadap terjadinya fraud pengadaan barang/ jasa, sebaliknya hasil penelitian dengan responden auditor BPKP menunjukkan bahwa etika pengadaan berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap terjadinya fraud pengadaan.

Aji (2013), menemukan bukti bahwa ada pengaruh yang negatif dan signifikan dalam

etika pengadaan terhadap penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.

Sartono (2006), hasil penelitian menun- jukkan adanya perbedaan hasil penelitian untuk pengaruh sistem pengendalian internal terhadap terjadinya fraud pengadaan barang/jasa. Hasil penelitian dengan responden panitia pengadaan menunjukkan bahwa sistem pengendalian internal tidak berpengaruh terhadap terjadinya fraud pengadaan barang/jasa, sebaliknya dengan responden auditor BPKP menunjukkan bahwa sistem pengendalian internal berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap ter- jadinya

fraud pengadaan. Thoyibatun (2009), hasil penelitiannya kesesuaian sistem

pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap kecenderungan akuntansi. Jatiningtyas dan Kiswara (2011), menemukan hasil yang berbeda dalam penelitiannya. Responden dari internal menyatakan pengendalian inter- nal tidak berpengaruh terhadap terjadinya fraud pengadaan barang/jasa, sebaliknya responden auditor BPKP menunjukkan bahwa pengendalian internal berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap terjadinya fraud pengadaan. Arifianti, dkk (2015), membuktikan bahwa sistem pengendalian internal yang baik

berimplikasi positif untuk menekan terjadinya fraud.

2. Telaah Teori dan Pengembangan

Hipotesis

The Association of Certified Fraud Examin- ers (ACFE) atau Asosiasi Pemeriksa Kecurangan

Bersertifikat merupakan organisasi profesional yang bergerak di bidang pemeriksaan atas kecurangan yang berkedudukan di Amerika

Serikat. Organisasi ini mengklasifikasikan fraud (kecurangan) dalam hubungan kerja beserta ranting dan anak rantingnya yang dikenal dengan istilah “Fraud Tree” seperti dapat dilihat pada gambar 1. (Priantara, 2013). Adapun ketiga jenis fraud berdasarkan perbuatan itu adalah:

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 2, Desember 2017, hal 275-294 ISSN 2339 - 1545

1. Penyalahgunaan atas asset ( Asset Misap- keuangan sangat menjadi perhatian auditor, propriation)

masyarakat, atau para LSM, namun tidak Asset misappropriation meliputi penyalah-

menjadi perhatian akuntan forensik. gunaan/pencurian aset atau harta perusahaan

Fraud dalam menyusun laporan keuangan atau pihak lain. Fraud jenis ini merupakan

dapat berupa salah saji (misstatement baik bentuk fraud yang paling mudah dideteksi

overstatement maupun understatement). karena sifatnya yang tangible atau dapat

3. Korupsi (Corruption) diukur/dihitung (defined value).

Korupsi merupakan jenis fraud yang

2. Pernyataan palsu atau pelaporan yang paling sulit dideteksi karena menyangkut dibuat salah (Fraudulent Statement)

kerja sama dengan pihak lain. Fraud Fraudulent statement seringkali diidentikan

jenis ini banyak terjadi di negara-negara sebagai management fraud atau fraud

berkembang yang penegakan hukumnya yang dilakukan oleh manajemen karena

masih lemah dan kurang kesadaran akan mayoritas pelaku berada pada tingkat

tata kelola yang baik sehingga faktor manajerial. Fraud jenis ini meliputi tindakan

integritasnya masih dipertanyakan. Korupsi yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif

sering kali tidak dapat dideteksi karena para suatu perusahaan atau instansi pemerintah

pihak yang bekerja sama menikmati keun- untuk menutupi kondisi keuangan yang

tungan (simbiosis mutualisme). Termasuk sebenarnya dengan melakukan rekayasa

dalam fraud ini adalah penyalahgunaan keuangan ( financial engineering) dalam

wewenang/konflik kepentingan (conflict of penyajian laporan keuangannya untuk

interest), penyuapan (bribery), penerimaan memperoleh keuntungan atau mungkin

yang tidak sah/illegal (illegal gratuities), dapat dianalogikan dengan istilah window

dan pemerasan secara ekonomi (economic dressing.

extortion).

Jenis kecurangan fraudulent Statement berkenaan dengan penyajian laporan

Nur Hidayati, J.M.V Mulyadi: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi...

Sumber: Priantara (2013:68), The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE)

Gambar 1. Fraud Tree

Pengaruh Kualitas Panitia Pengadaan staf operasional, anggota panitia lelang dan

Terhadap Fraud Pengadaan Barang/Jasa

pihak-pihak berwenang yang memberi otorisasi Thai (2001) mengungkapkan bahwa pro-

dalam kegiatan pengadaan (World Bank 2001). fesionalisme atau kualitas panitia pengadaan

World Bank (2001), menemukan bahwa merupakan faktor yang ikut mempengaruhi

ketidakmampuan personil yang terkait dengan keberhasilan suatu sistem pengadaan dalam

kegiatan pengadaan barang/jasa sebagai mencapai tujuan yang telah ditetapkan. salah satu penyebab belum berfungsinya

Dalam laporan yang dibuatnya World Bank sistem pengadaan barang/jasa secara baik di mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang

Indonesia. Sartono (2006), hasil penelitiannya menyebabkan belum berfungsinya sistem

menunjukkan adanya pengaruh kualitas panitia pengadaan pemerintah di Indonesia antara lain

pengadaan barang/jasa terhadap terjadinya fraud adalah kurangnya kemampuan sebagian besar

pengadaan barang/jasa baik dari sudut pandang

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 2, Desember 2017, hal 275-294 ISSN 2339 - 1545

internal maupun eksternal instansi. Gelderman, terjadi. Hal ini beranjak dari pemikiran bahwa Ghijsen dan Brugman (2006), menunjukkan

penyimpangan biasanya dimulai karena adanya bahwa pemahaman pejabat pengadaan terhadap

ketidakseimbangan antara penghasilan dengan peraturan berpengaruh signifikan dan positif

kebutuhan hidup yang wajar. terhadap ketaatan peraturan, sehingga mencegah

Penyimpangan yang semula hanya terjadinya penyimpangan. Arifianti, dkk (2015),

dilakukan untuk mencukupi kebutuhan hidup membuktikan bahwa integritas dan kompetensi

yang wajar, lambat laun berkembang menjadi pokja ULP/pejabat pengadaan berimplikasi lebih buruk dan mengarah kepada keserakahan

positif untuk menekan terjadinya fraud. dan sifat tamak. Penyimpangan yang semula

H 1 : Kualitas panitia pengadaan ber-pengaruh mungkin hanya berdampak kerugian negara terhadap fraud pengadaan barang/jasa

dalam jumlah kecil, selanjutnya akan bertambah menjadi penyimpangan yang berdampak pada

Pengaruh Penghasilan Panitia Penga-daan

kerugian negara yang sangat besar. Dengan

Terhadap Fraud Pengadaan Barang/Jasa

diterapkannya konsep keadilan internal maupun Selain aspek kualitas panitia pengadaan,

keadilan eksternal, diharapkan tidak ada lagi aspek lain yang perlu diperhatikan dalam

pemicu untuk “dimulainya” suatu penyimpangan mewujudkan proses pengadaan yang obyektif

yang pada akhirnya akan menekan dan adalah penghasilan Panitia Pengadaan. Per-

mengurangi tingkat penyimpangan yang terjadi. sonil panitia pengadaan merupakan bagian

Rijkckeghem dan Weder (1997), hasil dari aparatur pemerintah dan mendapatkan

penelitiannya menunjukkan adanya hubungan penghasilan sebagai pegawai negeri berdasarkan

yang negatif dan signifikan antara penghasilan peraturan yang berlaku ditambah dengan aparatur pemerintah dengan tingkat korupsi. honorarium sebagai panitia pengadaan.

Wilopo (2006), hasil penelitiannya membuktikan Upaya mencari tambahan penghasilan ini

bahwa kesesuaian kompensasi memberikan mungkin saja dilakukan dengan segala cara

pengaruh tidak signifikan terhadap perilaku tidak termasuk dengan memanfaatkan jabatan dan

etis dan kecurangan akuntansi. Sulistiyowati kewenangan yang dimiliki. Misalnya personil

(2007), menemukan bahwa secara parsial Panitia Pengadaan ‘mengatur” jalannya proses

kepuasan gaji tidak ber-pengaruh terhadap pengadaan untuk memenangkan salah satu

persepsi aparatur pemerintah daerah tentang peseta pengadaan dengan meminta imbalan

tindak pidana korupsi. Thoyibatun (2009), sejumlah uang tertentu.

hasil penelitiaannya menunjukkan bahwa Konsep keadilan internal dan keadilan

kesesuaian sistem kompensasi berpengaruh eksternal merupakan hal yang sangat diper-

negatif terhadap kecenderungan kecurangan hatikan dalam sektor swasta. Keadilan internal

akuntansi. Aji (2013), menemukan bukti bahwa terutama ditujukan untuk menjaga motivasi

ada pengaruh yang negatif dan signifikan kerja, sedangkan konsep keadilan terutama

dalam penilaian penghasilan panitia pengadaan ditujukan untuk “menahan” terjadinya terhadap penyimpangan dalam pengadaan perpindahan pegawai ke perusahaan lain.

barang/jasa pemerintah. Arifianti, dkk (2015), Untuk sektor pemerintah, konsep keadilan

mengungkapkan bahwa kebijakan pemberian internal dan keadilan eksternal dalam hal

kompensasi belum mampu berkontribusi untuk pemberian gaji (kompensasi) seharusnya juga

menekan terjadinya fraud.

diterapkan. Baik konsep keadilan keadilan

H 2 : Penghasilan panitia pengadaan ber- internal maupun keadilan eksternal bisa

pengaruh terhadap fraud pengadaan dijadikan sebagai salah satu strategi untuk

barang/jasa

mengurangi tingkat penyimpangan yang

Nur Hidayati, J.M.V Mulyadi: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi...

Pengaruh Sistem dan Prosedur Penga-daan

satu penyebab tidak dapat diterapkannya

Terhadap Fraud Pengadaan Barang/Jasa

sistem dan prosedur di lapangan adalah Aspek lain yang ikut menentukan jalannya

adanya kesimpangsiuran, ketidakjelasan sistem pengadaan adalah ketentuan dan prosedur

inter-pretasi atas ketentuan sebagai akibat pengadaan barang/jasa itu sendiri. Ketentuan

tumpang tindihnya berbagai peraturan dan prosedur pengadaan juga berpengaruh

mengatur berbagai aspek pengadaan terhadap keberhasilan suatu sistem pengadaan

pemerintah (World Bank 2001). pemerintah dalam men-capai tujuan yang telah

4. Mendorong terciptanya kompetisi secara ditetapkan (Thai, 2001).

fair.

Sistem dan prosedur pengadaan pemerintah Sistem dan prosedur pengadaan seharusnya yang baik (Jourdain dan Balgobin, 2003)

mendorong untuk terjadinya kompetisi se- memiliki beberapa karakteristik antara lain:

cara sehat. Rose-Ackerman (1996) dalam

1. Transparency

Celentani dan Ganuza (2001) menyatakan

2. Economy

bahwa secara umum, perubahan yang ber-

3. Efficiendy and timeliness

tujuan mendorong kompetisi dalam suatu

4. Fairness and equity

perekonomian akan membantu mengurangi Dari rangkuman berbagai literatur, terdapat

dorongan untuk melakukan korupsi. beberapa karakteristik suatu sistem dan prosedur

5. Menyediakan mekanisme feedback dan pengadaan pemerintah yang baik, yaitu:

complaint apabila terjadi ketidaktaatan

1. Memiliki landasan hukum yang jelas dan pada ketentuan yang telah digariskan. transparan.

Sistem dan prosedur pengadaan juga Landasan hukum dari sistem dan pro-sedur

harus memiliki mekanisme feedback yang berlaku harus cukup kuat sehingga

sehingga memungkinkan upaya perbaikan upaya penegakan ketentuan yang diaturnya

dan penyempurnaan yang diperlukan. bisa dilakukan secara efektif (World Bank

Mekanisme complaint juga perlu diciptakan 2001)

untuk memperkuat upaya untuk dipatuhinya Transparansi suatu peraturan merupa-kan

ketentuan yang digariskan. World Bank hal yang sangat penting untuk menciptakan

mengungkapkan bahwa salah satu penyebab suatu peraturan yang mampu mendorong

belum berfungsinya sistem pengadaan di kompetisi, per-dagangan dan investasi serta

Indonesia secara baik adalah kurangnya mencegah ditumpangi oleh kepentingan

tindak lanjut terhadap berbagai protes pihak tertentu( OECD, 2002).

dalam proses pengadaan dan tidak adanya

2. Dapat dimengerti (understandable) oleh pemantauan yang sistematik terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.

kepatuhan atas peraturan dan prosedur Sistem dan prosedur pengadaan pemerintah

pengadaan (Word Bank, 2001). seharusnya mudah didapat dan dipahami

Sartono (2006), hasil penelitian

oleh pihak-pihak yang berkepentingan. menunjukkan adanya pengaruh sistem dan Hal ini bisa dicapai dengan melakukan

prosedur pengadaan barang/jasa terhadap kodifikasi dan publikasi yang memadai

terjadinya fraud pengadaan barang/jasa dari atas berbagai peraturan/ketentuan yang

sudut pandang eksternal instansi. Jatiningtyas diterbitkan (OECD, 2002)

dan Kiswara (2011), hasil penelitian menun-

3. Dapat diterapkan (applicable). jukkan pengaruh sistem dan prosedur pengadaan Sistem dan prosedur pengadaan pemerintah

terhadap terjadinya fraud pengadaan barang/ tidak boleh mengatur hal-hal yang tidak

jasa yang ditinjau dari sudut pandang responden dapat diimplementasikan di lapangan. Salah

auditor BPKP.

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 2, Desember 2017, hal 275-294 ISSN 2339 - 1545

H 3 : Sistem dan Prosedur Pengadaan ber-

H 4 : Etika Pengadaan berpengaruh terhadap pengaruh terhadap fraud pengadaan

fraud pengadaan barang/jasa. barang/jasa.

Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Pengaruh Etika Pengadaan Terhadap Fraud

Terhadap Fraud Pengadaan Barang/Jasa Pengadaan Barang/Jasa

Menurut pasal 1 butir 1 Peraturan Etika pengadaan juga merupakan salah satu

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 aspek penting yang perlu diperhatikan untuk

Tahun 2008 yang dimaksud dengan sistem terciptanya pengadaan pemerintah yang sehat.

pengendalian intern adalah proses yang integral Etika pengadaan berkaitan dengan kelaziman

pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan dalam praktek dunia usaha yang dianggap akan

secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh menciptakan sistem persaingan usaha yang

pegawai untuk memberikan keyakinan memadai adil. Etika dalam pengadaan akan mencegah

atas tercapainya tujuan organisasi melalui penyalahgunaan wewenang atau kolusi untuk

kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan keuntungan pribadi atau golongan yang secara

pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, langsung atau tidak dapat merugikan negara.

dan ketaatan terhadap peraturan perundang- Dalam kegiatan pengadaan pemerintah,

undangan.

beberapa praktek yang tidak sehat yang perlu Lebih lanjut pada pasal 3 dijelaskan dihilangkan antara lain:

bahwa sistem pengendalian intern terdiri atas

1. Pemberian imbalan/hadiah kepada panitia unsur lingkungan pengendalian, penilaian pengadaan atau pejabat pada intansi yang

resiko, kegiatan pengendalian, informasi dan menyelenggarakan kegia-tan pengadaan.

komunikasi dan pemantauan. Penerapan Sistem

2. Adanya peserta pengadaan yang tidak Pengendalian Internal yang baik diyakini mampu

memiliki kompetensi dan kemampuan untuk menekan terjadinya tindak kecurangan. untuk melaksanakan pekerjaan (peserta

Dalam pengadaan barang dan jasa Sistem pengadaan hanya bertindak sebagai calo).

Pengendalian Internal dapat diterapkan mulai

3. Pemberian discount (potongan harga) dari perencanaan pengadaan sampai dengan

yang dilakukan secara tersembunyi yang pelaksanaan pengadaan sehingga tindakan diberikan kepada oknum panitia pengadaan

tersebut dapat menurunkan potensi terjadinya

ataupun pejabat pada ins-tansi yang fraud dalam kegiatan pengadaan barang/ menyelenggarakan kegiatan pengadaan .

jasa.

Sartono (2006), hasil penelitiannya menun- Sartono (2006), hasil penelitian jukkan adanya pengaruh etika pengadaan

menunjukkan sistem pengendalian internal terhadap terjadinya fraud pengadaan barang/

berpengaruh secara negatif dan signifikan jasa yang ditinjau dari sudut pandang terhadap terjadinya fraud pengadaan. Thoyibatun responden auditor BPKP. Jatiningtyas dan (2009), hasil penelitiannya menunjukkan Kiswara (2011), menemukan hasil bahwa etika

kesesuaian sistem pengendalian internal pengadaan berpengaruh secara negatif dan

berpengaruh negatif terhadap kecenderungan signifikan terhadap terjadinya fraud pengadaan

akuntansi. Jatiningtyas dan Kiswara (2011), dengan responden auditor BPKP. Aji (2013),

menemukan hasil bahwa pengendalian internal menemukan bukti bahwa ada pengaruh yang

berpengaruh secara negatif dan signifikan negatif dan signifikan dalam etika pengadaan

terhadap terjadinya fraud pengadaan dengan terhadap penyimpangan dalam pengadaan responden auditor BPKP. Arifianti, dkk (2015), barang/jasa pemerintah.

membuktikan bahwa sistem pengendalian

Nur Hidayati, J.M.V Mulyadi: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi...

internal yang baik berimplikasi positif untuk menekan terjadinya fraud.

H 5 : Etika Pengadaan berpengaruh terhadap fraud pengadaan barang/jasa

3. Metode

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor di Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan yang telah mempunyai pengalaman minimal satu tahun dalam melakukan audit pengadaan barang/jasa. Jumlah populasi seluruhnya sebanyak 129 orang dengan klasifikasi jabatan auditor utama, auditor madya, auditor muda, auditor pertama. Penentuan jumlah sampel yang diambil menggunakan rumus Slovin dengan margin/sampling error sebesar 10% (Mulyanto dan Wulandari, 2010:103) sehingga diperoleh sebanyak 56 responden. Metode pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner, wawancara dan telaah dokumen.

Fraud pengadaan barang/jasa dalam penelitian ini adalah seberapa jauh penilaian responden terhadap tingkat penyimpangan yang terjadi dalam kegiatan pengadaan barang/ jasa pemerintah terutama yang berakibat pada kerugian keuangan negara. Kualitas Panitia Pengadaan adalah sejumlah penilaian responden terhadap kualitas personel Panitia Pengadaan dilihat dari beberapa indikator, yaitu tingkat integritas, kompetensi, independensi dan obyektifitas yang dimiliki oleh Personel Panitia Pengadaan barang/jasa dalam menjalankan tugasnya. Penghasilan Panitia Pengadaan dalam penelitian ini adalah tingkat kelayakan penghasilan sah (resmi) yang diterima oleh Panitia Pengadaan barang/jasa menurut penilaian responden. Penilaian dilakukan dengan menekankan pada beberapa dimensi, yaitu keadilan internal, keadilan eksternal dan juga seberapa besar penghasilan yang diterima telah memberikan insentif kepada Panitia Pengadaan untuk tidak menyalahgunakan jabatan dan kewenangan yang dimiliki.

Sistem dan Prosedur Pengadaan dalam penelitian ini adalah seberapa baik sistem dan prosedur pengadaan barang/jasa yang berlaku pada saat ini menurut penilaian responden. Penilaian dilakukan dengan memperhatikan beberapa indikator, yaitu: kejelasan landasan hukum, tingkat kesulitan bagi subyek pengadaan untuk memahami ketentuan, tingkat kesulitan penerapan ketentuan di lapangan, insentif untuk terciptanya kompetisi yang sehat, serta seberapa baik mekanisme pengaduan yang telah diatur dalam ketentuan tersebut. Etika Pengadaan dalam penelitian ini adalah sejauhmana penilaian responden terhadap terciptanya praktek pengadaan barang/jasa yang sehat di lapangan. Penilaian dilakukan dengan melihat seberapa banyak praktek bisnis yang sehat telah tercipta yang diharapkan akan memperkecil peluang untuk terjadinya penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa. Sistem Pengendalian Internal adalah penilaian responden terhadap penerapan SPI dalam proses pengadaan yang menurut Mulyadi (2002), COSO dalam Arens (2008) dan Sawyer (2003) terdiri dari Lingkungan Pengendalian, Penilaian Resiko, Kegiatan Pengendalian, Informasi dan Komunikasi dan Pemantauan.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Sartono (2006) Penilaian dilakukan dengan memberikan tingkat persetujuan ataupun ketidaksetujuan responden terhadap pernyataan tersebut dengan menggunakan 5 skala likert dari skala

1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 5 (sangat setuju). Sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, maka dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Validitas menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur, kenyataan (actually) dan tujuan dari pengukuran. Sementara reliabilitas adalah kemampuan alat ukur untuk mengukur berkali-kali dan menghasilkan data yang sama (Mulyanto dan Wulandari, 2010:97). Pernyataan valid apabila nilai korelasi (kolom Corrected

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 2, Desember 2017, hal 275-294 ISSN 2339 - 1545

Item-Total Correction) > 0,3 (Mulyanto dan dependennya. Hipotesis penelitian dikatakan Wulandari, 2010:125)., reliabilitas terpenuhi

terbukti jika hasil pengujian menunjukkan manakala nilai Cronbac’h Alpha > 0,6 (Mulyanto

nilai siginifikansi < 0,05 artinya ada pengaruh dan Wulandari, 2010:126).

signifikan antara variabel independen dengan Pengujian awal harus dilakukan terhadap

variabel dependen.

data penelitian sebelum dilakukan uji statistik lebih lanjut, yaitu dengan melakukan uji asumsi

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji Uji validitas menunjukkan nilai korelasi

multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas. skor item dengan skor total untuk semua

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah pertanyaan > 0,3 maka seluruh item pernyataan

dalam model regresi, variabel pengganggu kuisioner untuk seluruh variabel dinyatakan

atau residual memiliki distribusi normal, uji valid. Hasil uji relibilitas menunjukkan nilai normalitas dibuktikan melalui One-Sample cronbach alpha untuk seluruh variabel > 0,6 Kolmogorov-Smirnov Test, jika signifikan > α, sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh item

maka data variabel berdistribusi normal. Untuk adalah reliable (andal). Hasil uji normalitas

lebih memperjelas sebaran data dalam penelitian menunjukkan bahwa data terdistribusi normal, ini maka akan disajikan grafik normal P-Plot. Uji terlihat dari nilai Kolmogorov-Smirnov Z

multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah sebesar 0,562 dan signifikan pada angka 0,911 dalam model regresi ditemukan adanya korelasi

berada di atas batas erorr yaitu 0,5 sehingga antar variabel bebas (independen), metode

dapat disimpulkan data terdistribusi normal. deteksi yaitu dengan melihat nilai tolerance dan

Hasil uji multikolinieritas menunjukkan bahwa Variance Inflation Factor (VIF). Apabila tidak variabel-variabel bebas dalam penelitian tidak ada variabel independen yang memiliki nilai

menunjukkan nilai tolerance kurang dari tolerance < 0,10 atau nilai VIF > 10, maka dalam

1,0. Demikian juga dengan hasil perhitungan model regresi tidak terdapat multikolinieritas

Variance Inflation Factor (VIF) tidak (Ghozali, 2013:106). Uji heteroskedastisitas

ada yang nilainya kurang dari 10 sehingga bertujuan menguji apakah dalam model regresi

dapat disimpulkan tidak ada multikolinieritas terjadi ketidaksamaan variance dan residual

antar variabel bebas dalam model regresi ini. satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Hasil uji heteroskedastisitas menggunakan Uji Jika variance dari residual satu pengamatan

Glejser diperoleh nilai signifikansi sebesar 1,000 ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut

menurut Gujarati dalam Ghozali (2013:142), homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

hasil penelitian variabel dependen nilai absolut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik

residual (AbsRes) terhadap variabel independen adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi

dengan probabilitas signifikannya di atas tingkat heteroskesdastisitas, cara mendeteksi dengan

kepercayaan 5%, maka dapat disimpulkan model Uji Glejser dengan probabilitas signifikannya regresi tidak mengandung Heteroskedastisitas di atas tingkat kepercayaan 5%, maka dapat

Pengujian hipotesis dalam penelitian disimpulkan model regresi tidak mengandung

dilakukan dengan Uji regresi linier berganda. Heteroskedastisitas.

Berdasarkan hasil olah data dengan menggunakan Pengujian hipoesis dalam penelitian ini

SPSS diperoleh hasil seperti pada Tabel 1. menggunakan uji regresi berganda. Uji koefsien

determinasi dan uji F digunakan untuk menguji model penelitian ( goodness of fit model), Uji t digunakan untuk menguji pengaruh masin- masing variabel independen terhadap variabel

Nur Hidayati, J.M.V Mulyadi: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi...

Tabel 1. Hasil Pengujian Hipotesis

Variabel Independen

B Std. Error

t hitung Sig.

Kualitas Panitia Pengadaan

-2.609 .012 Penghasilan Panitia Pengadaan

-.466 .643 Sistem dan Prosedur Pengadaan

-2.886 .006 Etika Pengadaan

-3.458 .001 Sistem Pengendalian Internal

40.268 .000 R Square

Adjusted R Square

F hitung

Sig. F

.000 b

Berdasarkan hasil analisa regresi berganda Fraud (Y). Variabel Penghasilan Panitia tersebut dapat dibentuk persamaan regresi linear

Pengadaan (X2) diperoleh nilai p value (sig) berganda sebagai berikut:

sebesar 0,643 > 5 % maka H a 1 ditolak dan Y = 6,291 – 0,279 X1 – 0,023 X2 – 0,215 X3 menerima H 0 1, artinya Penghasilan Panitia

– 0,258 X4 – 0,330 X5 + e Pengadaan (X2) secara parsial tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap Fraud (Y). Berdasarkan tabel di atas diketahui nilai

Variabel Sistem dan Prosedur Pengadaan (X3) adjusted R 2 sebesar 0,928, artinya ada hubungan

diperoleh nilai p value (sig) sebesar 0,006 < 5 yang sangat tinggi antara variabel bebas % maka H

0 1 ditolak dan menerima H a 1, artinya Kualitas Panitia Pengadaan, Penghasilan Panitia

Sistem dan Prosedur Pengadaan (X3) secara Pengadaan, Sistem dan Prosedur Pengadaan,

parsial mempunyai pengaruh yang signifikan Etika Pengadaan dan Sistem Pengendalian terhadap Fraud (Y). Variabel Etika Pengadaan

Internal terhadap variabel terikat Fraud. Hal (X4) diperoleh nilai p value (sig) sebesar 0,001

ini berarti sebesar 92,8% variasi Fraud dapat < 5 % maka H 0 1 ditolak dan menerima H a 1,

dijelaskan oleh variasi dari kelima variabel artinya Etika Pengadaan (X4) secara parsial

bebas, sedangkan sisanya sebesar (100% - mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap 92,8%) 7,2% dipengaruhi oleh faktor lainnya

Fraud (Y). Variabel Sistem Pengendalian yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Internal (X5) diperoleh nilai dengan p value Dari tabel diatas untuk uji F menunjukkan (sig) sebesar 0,013 < 5 % maka H 0 nilai signifikan sebesar 0,000 < 5 % maka H 1 ditolak

a 1, artinya Sistem Pengendalian simultan ada pengaruh yang signifikan antara Internal (X5) secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Fraud (Y).

0 dan menerima H

ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa secara

Kualitas Panitia Pengadaan, Penghasilan Panitia Pengadaan, Sistem dan Prosedur Pengadaan,

Pengaruh Kualitas Panitia Pengadaan Etika Pengadaan dan Sistem Pengendalian

Terhadap Fraud Pengadaan Barang/Jasa

Internal secara bersama-sama terhadap Fraud. Hasil uji t menunjukkan bahwa untuk

Hasil uji parsial (uji t) menunjukkan variabel Kualitas Panitia Pengadaan (X1) bahwa Kualitas Panitia Pengadaan mempunyai diperoleh p value (sig) sebesar 0,012 < 5 %

pengaruh yang signifikan terhadap fraud

pengadaan barang/jasa (Y). Terjadinya fraud Kualitas Panitia Pengadaan (X1) secara parsial

maka H 0 1 ditolak dan menerima H a 1, artinya

pengadaan barang/jasa dapat dikurangi dengan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

meningkatkan kualitas panita pengadaan. Hasil

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 2, Desember 2017, hal 275-294 ISSN 2339 - 1545

penelitian ini sejalan dengan Sartono (2006), yang yang akan mewarnai arah berjalannya suatu menunjukkan adanya pengaruh kualitas panitia

sistem pengadaan barang/jasa. Integritas yang penga-daan barang/jasa terhadap terjadinya baik dari panitia pengadaan akan mendorong fraud pengadaan barang dan jasa baik dari sudut

terlaksananya proses pengadaan yang bersih, pandang internal maupun eksternal instansi.

bebas korupsi, kolusi dan nepotisme. Hasil Sementara Gelderman, Ghijsen dan Brugman

penelitian menunjukkan sebagian besar (2006), menunjukkan bahwa pemahaman pejabat

responden berpendapat bahwa kondisi panita pengadaan terhadap peraturan berpengaruh pengadaan yang selalu menjunjung tinggi signifikan dan positif terhadap ketaatan

integritas akan menurunkan potensi terjadinya peraturan, sehingga mencegah terjadinya fraud. Kasus fraud yang sering dijumpai di penyimpangan Hasil penelitian ini juga sejalan

Indonesia diawali dengan panitia pengadaan dengan Jatiningtyas dan Kiswara (2011), yang

yang tidak mempunyai integritas sehingga menunjukkan bahwa kualitas panitia pengadaan

mudah untuk dihasut oleh pihak lain sehingga berpengaruh secara negatif dan signifikan

terjadi perilaku yang menyimpang dalam proses terhadap terjadinya fraud pengadaan dari sudut

pengadaan.

pandang responden eksternal. Demikian pula Mengingat strategisnya posisi Panitia pendapat Arifianti, dkk (2015), membuktikan

Pengadaan, maka diperlukan kompetensi bahwa integritas dan kompetensi pokja ULP/

minimal untuk bisa menjabat sebagai Panitia pejabat pengadaan berimplikasi positif untuk

Pengadaan. Tuntutan kompetensi minimal menekan terjadinya fraud. Hasil penelitian tidak

antara lain pemahaman mengenai sistem dan mendukung Jatiningtyas dan Kiswara (2011)

prosedur pengadaan serta pemahaman yang yang menunjukkan bahwa kualitas panitia

cukup memadai mengenai barang/jasa yang pengadaan tidak berpengaruh secara negatif dan

akan diadakan. Hasil penelitian menunjukkan signifikan terhadap terjadinya fraud pengadaan

sebagian besar responden berpendapat dari sudut pandang responden internal.

bahwa kompetensi yang dimiliki panitia

Panitia pengadaan merupakan salah pengadaan akan menurunkan potensi terjadinya satu subyek (pelaku) pengadaan barang/jasa

fraud. Dengan kompetensi yang memadai pemerintah dan aktivitas serta keputusan permasalahan didalam pengadaan seperti barang yang dilakukannya akan sangat menentukan

yang tidak sesuai spesifikasi, kekurangan jalannya proses pengadaan. Segala aktivitas dan

volume dan keterlambatan barang bisa dihindari keputusan yang diambil oleh Panitia Pengadaan

atau dikurangi.

merupakan hal yang sangat krusial karena Proses pengadaan barang/jasa pemerintah berhadapan langsung dengan kepentingan dari

merupakan proses yang penuh dengan berbagai berbagai subyek pengadaan barang/jasa lainnya.

muatan kepentingan masing-masing subyek Untuk itu kemampuan dan profesionalisme

pengadaan barang/jasa. Untuk itu seluruh personel panitia sangat berpengaruh terhadap

proses pengadaan barang/jasa haruslah berjalan terjadinya fraud pengadaan barang dan jasa.

secara obyektif dan independen (Jourdain Dalam penelitian ini, profesionalisme

dan Balgobin, 2003). Untuk mewujudkan atau kualitas Panitia Pengadaan dilihat dari

hal ini Panitia Pengadaan sebagai personil beberapa dimensi yaitu integritas, kompetensi,

yang menyelenggarakan proses ini harus serta obyektivitas dan independensi. Integritas

mengedepankan prinsip obyektifitas dan merupakan hal pertama dan mendasar yang perlu

ketidakberpihakan kepada kepentingan salah ditekankan dalam setiap subyek (pelaku) suatu

satu atau sekelompok peserta proses pengadaan sistem, termasuk sistem pengadaan barang/jasa

barang/jasa. Hasil penelitian menunjukkan pemerintah karena integritas personil inilah

sebagian besar responden berpendapat bahwa

Nur Hidayati, J.M.V Mulyadi: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi...

kondisi panita pengadaan yang selalu menjunjung terhadap penyimpangan dalam pengadaan tinggi Obyektifitas dan Independensi akan

barang/jasa pemerintah.

menurunkan potensi terjadinya fraud. Dengan Dari penelitian yang pernah dilakukan, bersikap obyektif dan independen pelaksanaan

faktor penghasilan merupakan salah satu faktor pengadaan akan berjalan dengan baik. Banyak

yang diduga berpengaruh terhadap terjadinya kasus pengadaan berupa pembelian barang korupsi, termasuk didalamnya korupsi yang yang sebenarnya tidak sesuai dengan kebutuhan

dilakukan melalui penyimpangan dalam kegiatan instansi/masyarakat, hal ini disebabkan panitia

pengadaan barang/jasa pemerintah. Rijckeghem pengadaan tidak obyektif dan independen.

dan Weder (1997) dalam Lambsdorff Panitia berpihak terhadap salah satu pemegang

(1999). Penghasilan aparatur pemerintah kepentingan yang telah menjanji-kan hadiah/

seharusnya dapat memenuhi kebutuhan hidup pemberian, sehingga barang yang dibeli bukan

pegawai beserta keluarganya secara wajar. yang dibutuhkan oleh instansi/masyarakat.

Ketidakseimbangan antara penghasilan yang diterima aparatur pemerintah dibandingkan Pengaruh Penghasilan Panitia Pengadaan dengan tingkat kebutuhan hidup pada tingkat

Terhadap Terjadinya Fraud Pengadaan

yang wajar akan memaksa mereka untuk secara

Barang/Jasa

kreatif mencari tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Hasil uji parsial (uji t) menunjukkan Dalam penelitian ini, penghasilan panitia

bahwa Penghasilan Panitia Pengadaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengadaan dilihat dari beberapa dimensi yaitu

fraud pengadaan barang/jasa (Y). Terjadinya keadilan internal, keadilan eksternal dan insentif

yang memadai. Keadilan internal mensyaratkan fraud pengadaan barang/jasa tidak dapat

bahwa tambahan honor yang diterima panitia diyakini berkurang dengan penghasilan panitia

pengadaan seimbang dengan beban kerja, pengadaan yang meningkat. Hasil penelitian

tugas dan tanggung jawab sebagai panitia ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan

pengadaan. Keadilan eksternal mensyaratkan oleh Wilopo (2006), yang membuktikan bahwa

bahwa penghasilan yang diterima oleh panitia kesesuaian kompensasi memberikan pengaruh

tidak signifikan terhadap perilaku tidak etis dan pengadaan setara dengan penghasilan yang diterima pada jabatan sejenis di sektor swasta

kecurangan akun-tansi. Sementara Sulistiyowati (2007), menemukan bahwa secara parsial / non pemerintah. Insenstif dikatakan memadai

apabila penghasilan yang diterima oleh panitia kepuasan gaji tidak berpengaruh terhadap

pengadaan menciptakan kondisi yang tidak persepsi aparatur pemerintah daerah tentang

menyalahgunakan jabatan dan kewenangan tindak pidana korupsi. Demikian dengan

Arifianti, dkk (2015), yang mengungkapkan yang dimiliki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bahwa kebijakan pemberian kompensasi belum penghasilan panitia pengadaan tidak ber-

mampu berkontribusi untuk menekan terjadinya fraud.

pengaruh siginifikan terhadap terjadinya fraud pengadaan barang/jasa. Hal tersebut dapat

Hasil penelitian tidak mendukung Thoyiba- terjadi disebabkan responden tidak seluruhnya

tun (2009), yang menyatakan kesesuaian sistem kompensasi berpengaruh negatif terhadap meyakini bahwa penghasilan pantia pengadaan

telah sesuai dengan beban kerjanya. Menteri kecenderungan kecurangan akuntansi. Demikian

Keuangan melalui Peraturan Menteri telah juga dengan Aji (2013), yang menemukan bukti

bahwa ada pengaruh yang negatif dan signifikan menetapkan standar biaya masukan untuk honor panitia pengadaan namun terkadang karena

dalam penilaian penghasilan panitia pengadaan keterbatasan anggaran honor yang dibayarkan

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 2, Desember 2017, hal 275-294 ISSN 2339 - 1545

tidak sesuai dengan beban kerja masing-pasing panitia pengadaan. Penyebab selanjutnya adalah sebagian responden menyatakan bahwa penghasilan yang diterima oleh panitia pengadaan tidak setara dengan penghasilan yang diterima pada jabatan sejenis di sektor swasta / non pemerintah karena sebagian responden berpendapat bahwa di sektor swasta tidak ada tambahan honor kepada panitia pengadaan karena telah melekat pada tugas pokok bagian pengadaan. Kondisi lain yang menyebabkan adalah karena responden menyatakan bahwa penghasilan yang diterima oleh panitia pengadaan tidak diyakini menciptakan kondisi yang tidak menyalahgunakan jabatan dan kewenangan yang dimiliki. Hal tersebut sejalan dengan kondisi di Indonesia bahwa masih banyak dijumpai panitia yang menyalahgunakan wewenang meskipun telah diberikan tambahan honor panitia pengadaan.

Pengaruh Sistem dan Prosedur Pengadaan

Terhadap Fraud Pengadaan Barang/Jasa

Hasil uji parsial (uji t) menunjukkan bahwa Sistem dan Prosedur Pengadaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap fraud pengadaan barang/jasa (Y). Terjadinya fraud pengadaan barang/jasa dapat di-kurangi dengan meningkatkan Sistem dan Prosedur Pengadaan. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Sartono (2006), yang menunjukkan adanya pengaruh sistem dan prosedur pengadaan barang/jasa terhadap terjadinya fraud pengadaan barang/jasa dari sudut pandang eksternal instansi. Demikian juga dengan Jatiningtyas dan Kiswara (2011), hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem dan prosedur pengadaan berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap terjadinya fraud pengadaan Hasil penelitian tidak mendukung pendapat Sartono (2006) dan Jatiningtyas dan Kiswara (2011), yang menunjukkan tidak ada pengaruh sistem dan prosedur pengadaan barang/jasa terhadap terjadinya fraud pengadaan barang/jasa dari sudut pandang internal instansi.

Aspek lain yang ikut menentukan jalannya

sistem pengadaan barang/jasa adalah ketentuan dan prosedur pengadaan barang /jasa itu sendiri. Ketentuan dan prosedur pengadaan barang/jasa juga berpengaruh terhadap keberhasilan suatu sistem pengadaan barang/jasa pemerintah dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Thai, 2001).

Dalam penelitian ini sistem dan prosedur pengadaan diukur menggunakan empat instumen. Instrumen yang pertama yaitu ketentuan mengenai sistem dan prosedur pengadaan barang/jasa dapat dimengerti oleh pihak yang berkepentingan. (understandable). Sistem dan prosedur pengadaan yang mudah dimengerti baik oleh panitia dan penyedia barang diyakini dapat mengurangi resiko terjadinya fraud. Dengan sistem dan prosedur yang baik dan mudah dimengerti akan menjaga proses pelaksanaan pengadaan tetap berjalan sesuai dengan ketentuan. Pemerintah selalu berusaha memperbaiki sistem dan prosedur pengadaan, misalnya dengan menggunakan sistem baru yaitu Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) meskipun langkah tersebut belum mampu menghilangkan fraud secara keseluruhan namun setidaknya langkah ini diyakini membatasi gerak para pelaku kecurangan.