BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas Saham dan Return Saham pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pasar Modal

  Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.

  Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagi pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Sedangkan tempat dimana terjadinya jual beli sekuritas disebut dengan bursa efek. Oleh karena itu, bursa efek merupakan arti dari pasar modal secara fisik. Untuk kasus di Indonesia terdapat satu bursa efek, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI). Sejak tahun 2007, Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) bergabung dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (Tandelilin, 2010:26).

  Pasar modal merupakan pasar yang dimanfaatkan untuk memobilisasi dana, baik dari dalam maupun luar negeri. Kehadiran pasar modal memperbanyak pilihan sumber dana (khususnya dana jangka panjang) bagi perusahaan. Hal ini berarti keputusan pembelanjaan dapat menjadi semakin bervariasi.

  Produk pasar modal merupakan alternatif investasi yang sangat menarik bagi para pemodal atau investor karena dapat memberikan tingkat hasil dan tingkat likuiditas yang tinggi yang dapat diperjualbelikan setiap saat, sehingga investor dapat dengan mudah melakukan penjualan asset apabila memerlukan dana yang segera sifatnya.

  Disamping sebagai alternatif investasi yang sangat menarik bagi para pemodal, pasar modal juga dapat dijadikan sebagai alternatif sumber pembiayaan yang tidak kalah menariknya bagi dunia usaha dibandingkan dengan perbankan atau lembaga keuangan lainnya yang terdapat di pasar uang. Menariknya pasar modal sebagai alternatif sumber biaya bagi dunia usaha, dikarenakan keunggulan pasar modal didalam hal memberikan pembiayaan dalam jumlah yang relatif besar dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Sumber pembiayaan yang diperoleh dunia usaha melalui pasar modal umumnya mencapai ratusan miliar bahkan triliunan rupiah dan bersifat jangka panjang sehingga dapat disimpulkan bahwa sumber dana dari pasar modal adalah sesuatu yang sangat tepat bagi pembiayaan proyek-proyek investasi yang dilakukan dunia usaha guna menunjang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang.

  Pasar modal berperan penting dalam menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana. Disamping itu, pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien, karena dengan adanya pasar modal maka pihak yang kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling optimal. Asumsinya, investasi yang memberikan

  return relatif besar adalah sektor-sektor yang paling produktif yang ada di pasar.

  Dengan demikian, dana yang berasal dari investor dapat digunakan secara produktif oleh perusahaan-perusahaan tersebut.

  Pada pasar modal Indonesia, cakupan tujuan dan misinya bersifat lebih luas, sesuai dengan idealisme bangsa Indonesia yang berusaha untuk menjalankan perekonomian yang berasaskan kekeluargaan. (Publikasi dan Brosur Informasi BAPEPAM).

  Untuk mewujudkan tujuan tersebut ada tiga aspek mendasar yang ingin dicapai pasar modal Indonesia, yaitu:

  1. Mempercepat proses perluasan partisipasi masyarakat dalam pemilikan saham-saham perusahaan.

  2. Pemerataan pendapatan masyarakat melalui pemilikan saham.

  3. Menggairahkan masyarakat dalam mengerahkan dan penghimpunan dana untuk digunakan secara produktif.

2.2 Efisiensi Pasar

  Pasar yang efisien adalah pasar dimana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia (Tandelilin, 2010:219). Secara umum, efisiensi pasar didefinisikan sebagai hubungan antara harga sekuritas dengan informasi. Bagaimana suatu pasar bereaksi terhadap suatu informasi untuk mencapai harga keseimbangan yang baru merupakan hal yang penting. Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi pasar yang seperti ini disebut pasar efisien.

  Pasar efisien dapat terjadi karena peristiwa-peristiwa sebagai berikut (Jogiyanto, 2003:393):

  1. Investor adalah penerima harga (price takers), yang berarti harga sekuritas ditentukan oleh banyak investor yang menentukan demand dan supply. Hal ini dapat terjadi jika pelaku pasar terdiri dari sejumlah besar institusi-institusi dan individual-individual rasional yang mampu menginterpretasikan informasi dengan baik.

  2. Informasi tersedia secara luas kepada semua pelaku pasar pada saat yang bersamaan dan harga untuk memperoleh informasi tersebut murah.

  3. Informasi yang dihasilkan secara acak (random) dan tiap-tiap pengumuman informasi sifatnya random satu dengan yang lainnya. Informasi dihasilkan secara random mempunyai arti bahwa investor tidak dapat memprediksi kapan emiten akan mengumumkan informasi yang baru.

  4. Investor bereaksi dengan menggunakan informasi secara penuh dan cepat, sehingga harga dari sekuritas berubah dengan semestinya mencerminkan informasi tersebut untuk mencapai keseimbangan harga yang baru.

  Konsep pasar efisien dapat membantu dalam memahami bagaimana sebenarnya mekanisme harga yang terjadi di pasar, Fama (1970) mengklasifikasikan bentuk pasar yang efisien ke dalam tiga Efficient Market

  Hypothesis (EMH), sebagai berikut: (Tandelilin, 2010:223-224) 1.

  Efisien dalam bentuk lemah (weak form) Pasar efisien dalam bentuk lemah berarti semua informasi di masa lalu (historis) akan tercermin dalam harga yang terbentuk sekarang. Oleh karena itu, informasi historis tersebut (seperti harga dan volume perdagangan, serta peristiwa di masa lalu) tidak bisa lagi digunakan untuk memprediksi perubahan harga di masa yang akan datang, karena sudah tercermin pada harga saat ini. Implikasinya adalah bahwa investor tidak akan bisa memprediksi nilai pasar saham di masa datang dengan menggunakan data historis, seperti yang dilakukan dalam analisis teknikal.

  2. Efisien dalam bentuk setengah kuat (semi strong) Pasar efisien dalam bentuk setengah kuat berarti harga pasar saham yang terbentuk sekarang telah mencerminkan informasi historis ditambah dengan semua informasi yang dipublikasikan (seperti earning, dividen, pengumuman

  stock split , penerbitan saham baru, kesulitan keuangan yang dialami

  perusahaan, dan peristiwa-peristiwa terpublikasi lainnya yang berdampak pada aliran kas perusahaan di masa mendatang). Pada pasar edisien bentuk setengah kuat, return tak normal hanya terjadi di seputar pengumuman (publikasi) suatu peristiwa sebagai representasi dari respon pasar terhadap pengumuman tersebut. Suatu pasar dinyatakan efisien dalm bentuk setengah kuat bila informasi terserap atau direspon dengan cepat oleh pasar (dalam satu hingga dua spot waktu atau hari di seputar pengumuman). Return tak normal yang terjadi berkepanjangan (lebih dari tiga spot waktu) mencerminkan sebagian repson pasar terlambat dalam menyerap atau menginterpretasi informasi, dan dengan demikian dianggap pasar tidak efisien dalam bentuk setengah kuat.

  3. Efisien dalam bentuk kuat (strong form) Pasar efisien dalam bentuk kuat berarti harga pasar saham yang terbentuk sekarang telah mencerminkan informasi historis ditambah dan semua informasi yang dipublikasikan ditambah dengan informasi yang tidak dipublikasikan. Pada pasar efisien bentuk kuat tidak akan ada seorang investor pun yang bisa memperoleh return tak normal.

  2.3 Studi Peristiwa (event study)

Studi peristiwa (event study) digunakan untuk mempelajari reaksi pasar

  terhadap suatu peristiwa, baik pada saat peristiwa itu terjadi maupun beberapa saat setelah peristiwa itu terjadi. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga sekuritas yang bersangkutan. Untuk melihat apakah harga saham akan meningkat atau menurun setelah peristiwa itu terjadi, atau sudah terpengaruh sebelum peristiwa tersebut terjadi secara resmi. Besarnya dampak suatu peristiwa terhadap jenis saham tidaklah sama. Dampak tersebut dapat berupa dampak negatif dan positif. Investor menggunakan ‘return’, yaitu perbandingan harga saat ini dengan harga sebelumnya, sebagai tolak ukur dampak suatu peristiwa. Khusus dalam event studies yang mempelajari peristiwa spesifik, tolak ukur return yang digunakan adalah abnormal return (Samsul, 2006:273).

  2.4 Pemecahan Saham (Stock Split)

2.4.1 Pengertian Pemecahan Saham

  Menurut kamus besar istilah keuangan dan investasi, “pemecahan saham atau

  

stock split merupakan pemecahan jumlah saham yang beredar dari suatu

  perusahaan tanpa penambahan apapun dalam ekuitas pemegang saham.” Stock

  

split adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh para manager perusahaan dengan

  melakukan perubahan terhadap jumlah saham yang beredar dan nominal perlembar saham sesuai dengan split factor-nya.

   Stock split merupakan hal yang biasa terjadi dalam suatu perusahaan. Stock split berarti memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Stock split

  mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham yang beredar tanpa transaksi jual beli yang mengubah besarnya modal. Stock split merupakan perubahan nilai nominal per lembar saham dan menambah jumlah saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecahan (split factor). Harga per lembar saham baru setelah

  

stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Stock split dilakukan pada

  saat harga saham dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi kemampuan investor untuk membelinya. Dengan demikian, sebenarnya stock split tidak menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak mempunyai nilai ekonomis (Jogiyanto, 2003:415).

  Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pemecahan saham atau stock split akan meningkatkan jumlah lembar saham yang diperdagangkan dan secara proporsi akan menurunkan nilai per lembar sahamnya. Pemecahan saham (stock split) merupakan upaya yang dilakukan agar saham terlihat lebih menarik bagi investor, sekalipun tidak meningkatkan kemakmuran investor.

  Misalnya jumlah saham yang beredar adalah 1 juta lembar dengan nilai Rp 1,000,- per lembar. Nilai ekuitas perusahaan adalah sebesar 1 juta x Rp 1,000,- = Rp 1 milyar. Perusahaan memecah dari satu lembar saham untuk dijadikan sebanyak 2 lembar saham, sehingga harga per lembar saham baru adalah menjadi Rp 500,- dan jumlah saham beredar menjadi sebanyak 2 juta lembar. Nilai ekuitas perusahaan tidak berubah, yaitu tetap sebesar 2 juta x Rp 500,- = Rp 1 milyard (Jogiyanto, 2003:416).

  Menurut Samsul (2006:190), ada dua jenis stock split yang dapat dilakukan yaitu:

  1. Split up, berarti satu saham lama ditarik dari peredaran dan diganti dengan 2 saham baru tetapi nominal saham baru itu lebih kecil, yaitu ½ dari nominal sebelumnya. Tindakan split up hanya akan menaikkan jumlah saham dan menurunkan nominal saham, tetapi tidak mengubah total modal disetor dan total ekuitas.

  2. Split down atau reverse split, berarti tindakan menurunkan jumlah saham beredar. Tujuan split down adalah untuk meningkatkan harga saham di pasar agar image perusahaan meningkat. Split down dilakukan dengan menarik kembali sejumlah saham yang beredar dan diganti dengan satu saham baru yang nominalnya lebih tinggi, tetapi tidak mengubah total modal disetor dan total ekuitas. Split 5:1 berarti 5 saham lama diganti dengan satu saham baru.

2.4.2 Alasan melakukan Stock Split

  Pemecahan saham atau stock split menjadi sesuatu yang perlu dipertimbangkan oleh para investor dalam mengambil keputusan, karena para manajer memiliki alasan atau motivasi yang berbeda dalam memecah saham.

  Ada beberapa alasan mengapa manajer perusahaan melakukan stock split seperti yang dikemukakan oleh Scott, et al (dalam Margaretha, 2004:74):

  1. Agar harga saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan jumlah pemegang saham dan meningkatkan likuiditas perdagangan saham.

  2. Sebagian besar manajer perusahaan yang melakukan split percaya bahwa stock

  

split akan mengembalikan harga saham pada kisaran perdagangan yang

  optimal yang selanjutnya dapat menambah daya tarik investor untuk memiliki saham tersebut sehingga membuat saham likuid untuk diperdagangkan. Hal ini akan mengubah investor odd lot menjadi round lot.

  3. Untuk membawa informasi mengenai kesempatan investasi yang berupa peningkatan laba dan deviden kas.

  Menurut Kieso dan Weygandt (2007:60), alasan perusahaan melakukan stock

  split yaitu:

  1. Untuk menyesuaikan harga pasar saham perusahaan pada tingkat dimana individu dapat lebih banyak menginvestasikan dananya pada saham tersebut.

  2. Untuk menyebarkan atau memperluas pemegang saham dengan meningkatkan jumlah saham yang beredar dengan nilai pasar yang dapat dijangkau.

  3. Untuk menguntungkan pemegang saham yang ada dengan memberi kesempatan pada mereka untuk mengambil manfaat dari suatu penyesuaian pasar yang tidak sempurna setelah stock split. Perusahaan melakukan stock split untuk menambah jumlah saham yang beredar dengan menjadikan harga saham lebih murah sehingga dapat menarik minat investor dan saham perusahaan menjadi lebih likuid diperdagangkan di bursa saham. Tujuan umum yang diperoleh dari stock split adalah penurunan harga saham yang selanjutnya menambah daya tarik untuk memiliki saham tersebut sehingga membuat saham lebih likuid diperdagangkan dan mengubah investor add lot menjadi round lot. Add lot adalah kondisi dimana investor membeli saham dibawah 500 lembar (1 lot), sedangkan round lot adalah investor yang membeli saham minimal 500 lembar (1 lot).

  Menurut Ahmad (2004:196) stock split bertujuan untuk menurunkan harga saham sehingga dapat menarik investor dan memberikan keuntungan bagi para investor jika dividen yang dibayarkan lebih besar. Menurut Irham dan Yovi (2009;107) menyatakan bahwa ada beberapa tujuan suatu perusahaan melakukan stock split, yaitu:

  1. Untuk menghindari harga saham yang terlalu tinggi sehingga memberatkan publik untuk membeli/memiliki saham tersebut.

  2. Mempertahankan tingkat likuiditas saham.

  3. Menarik investor yang berpotensi lebih banyak guna memiliki saham tersebut.

  4. Menarik minat investor kecil untuk memiliki saham tersebut karena jika terlalu mahal maka kepemilikan dana dari investor kecil tidak akan terjangkau.

  5. Menambah jumlah saham yang beredar.

  6. Memperkecil risiko yang akan terjadi, terutama bagi investor yang ingin memiliki saham tersebut dengan kondisi harga saham yang rendah maka karena sudah dipecah tersebut artinya telah terjadi diversifikasi investasi.

2.4.3 Teori Pemecahan Saham (Stock Split)

  Secara teoritis, motivasi yang melatarbelakangi perusahaan yang melakukan pemecahan saham serta dampak yang telah ditimbulkan tertuang dalam beberapa teori, antara lain Signaling Theory dan Trading Range Theory (Mason dan Roger, 1998 dalam Ayu, 2010:11).

  

Signaling theory menyatakan bahwa stock split dianggap perusahaan

  memberikan sinyal yang baik kepada publik berkaitan dengan prospek perusahaan yang bagus dimasa depan, karena perusahaan yang melakukan pemecahan saham adalah perusahaan yang memiliki saham dengan harga yang tinggi, harga saham yang tinggi tersebutlah sebagai sinyal bahwa perusahaan memilik prospek masa depan yang baik, dimana harga saham yang tinggi mencerminkan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik (Jogiyanto, 2003:419).

  Copeland (1979) dalam Jogiyanto (2003) menyatakan bahwa stock split memerlukan biaya transaksi yang besar, misalnya mencetak sertifikat baru sehingga perusahaan yang memiliki prospek yang baik saja yang mampu menanggung biaya tersebut. Jika bereaksi pada waktu pemecahan saham bukan berarti pasar bereaksi atas informasi stock split yang tidak memiliki nilai ekonomis, melainkan mengetahui prospek perusahaan di masa depan yang disinyalkan melalui pemecahan saham. Jadi faktor yang memotivasi perusahaan melakukan pemecahan saham adalah kinerja perusahaan.

  Menurut Trading Range Theory, harga saham yang terlalu tinggi menyebabkan saham tidak likuid, hal tersebut berkaitan dengan kemampuan tiap- tiap investor yang berbeda-beda, oleh karena itu perusahaan melakukan pemecahan saham dalam upaya mengarahkan harga saham pada interval tertentu yang tidak terlalu mahal. Dengan melakukan pemecahan saham maka harga saham menjadi tidak terlalu tinggi sehingga mampu dijangkau oleh calon investor dan pada akhirnya meningkatkan likuiditas saham. Sehingga menurut teori ini, perusahaan melakukan stock split karena memandang harga sahamnya terlalu tinggi, dengan kata lain harga saham yang terlalu tinggi itu yang akan mendorong perusahaan melakukan pemecahan saham.

2.5 Likuiditas Saham

  Likuiditas saham merupakan salah satu indikator untuk melihat reaksi pasar terhadap suatu pengumuman. Likuiditas saham dapat dilihat dari volume perdagangan yang terjadi pada suatu saham. Volume perdagangan saham merupakan rasio antara jumlah lembar saham perusahaan yang diperdagangankan pada waktu tertentu dengan jumlah lembar saham perusahaan yang beredar pada waktu tertentu.

  Menurut Asri dan Faizal (1998) Trading Volume Activity (TVA) merupakan suatu instrumen yang digunakan sebagai alat ukur untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi volume perdagangan saham suatu perusahaan di pasar modal. Volume perdagangan saham merupakan salah satu parameter aktivitas jual beli saham di Bursa, semakin meningkat jual beli saham maka aktivitas perdagangan saham di bursa juga akan semakin meningkat. Hal tersebut akan berpengaruh pada permintaan dan penawaran akan saham tersebut. Semakin meningkat permintaan dan penawaran suatu saham, maka pengaruhnya pun akan semakin besar terhadap fluktuasi harga saham di bursa. Sedangkan semakin meningkatnya volume perdagangan saham hal tersebut menandakan bahwa saham tersebut semakin diminati oleh masyarakat sehingga akan membawa pengaruh terhadap naik atau turunnya return saham tersebut.

  Trading Volume Activity (TVA) atau aktivitas volume perdagangan adalah

  suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter volume saham yang diperdagangkan di pasar (Sutrisno, 2000:6). Adapun formula untuk menghitung Trading Volume Activity

  (TVA) adalah sebagai berikut:

  Saham perusahaan i yang diperdagangkan pada waktu t, dimana: i = Nama perusahaan t = Waktu tertentu

2.6 Return Saham

  Return saham atau pengembalian saham merupakan salah satu aspek terpenting dalam melakukan analisis investasi. Return saham adalah tingkat keuntungan yang akan dinikmati oleh investor atas suatu investasi yang dilakukannya. Besarnya return saham dapat terlihat dari adanya abnormal return yang diperoleh investor berkaitan dengan adanya peristiwa pemacahan saham. Abnormal return adalah selisih antara return yang sesungguhnya terjadi dengan return ekspektasi. Abnormal return yang positif menunjukkan bahwa

  return yang diterima lebih besar dari pada return yang diharapkan, sebaliknya jika

return yang diterima itu lebih kecil dari pada yang diharapkan maka disebut

abnormal return negatif.

  Perhitungan abnormal return pada penelitian ini menggunakan model yang disesuaikan pasar yaitu market adjusted model. Pada model ini menganggap bahwa penduga paling baik untuk return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat itu. Jika return indeks pasar pada saat pengumuman adalah 10% maka expected return semua sekuritas pada saat yang sama adalah sama dengan

  

return indeks pasarnya yaitu 10%. Jika return suatu sekuritas pada saat yang sama

  sebesar 25% maka abnormal return untuk sekuritas tersebut adalah 15% (Jogiyanto, 2003:445).

  Rumus yang digunakan yaitu sesuai dengan market adjusted model sebagai berikut: Menghitung abnormal return: Keterangan: ARit = abnormal return saham i pada hari ke t Rit = actual return saham i pada hari ke t ER = expected return pasar pada hari ke t

  Langkah-langkah dalam menghitung abnormal return, yaitu:

  1. Menghitung actual return

  Actual return saham yang diperoleh dengan mencari selisih antara harga

  sekarang dikurangi dengan harga saham hari sebelumnya dibagi harga saham hari sebelumnya. Menghitung actual return untuk mengetahui perbandingan harga saham hari ini dengan harga saham pada hari sebelumnya digunakan persamaan sebagai berikut:

  Keterangan: Rit = Return saham i pada waktu t Pit = Harga saham i pada waktu t Pit-1 = Harga saham i pada waktu t-1 2.

  Menghitung expected return

  

Expected return dihitung dengan mengunakan indeks pasar karena menurut

market adjusted model penduga terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas

  adalah indeks pasar pada saat hari itu. Indeks pasar yang digunakan adalah IHSG, maka untuk menghitung expected returnnya digunakan rumus : Keterangan: ER = expected return

  IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan pada hari ke t

  t

  IHSG t-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada hari ke t-1

2.7 Penelitian Terdahulu

  Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah:

  1. Edward Ferdyca Sitompul (2011) melakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh pemecahan saham terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham (Studi Kasus:Perusahaan yang Go Publik di BEI ). Hasil penelitian diperoleh terdapat perbedaan yang signifikan terhadap harga saham sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan ukuran kecil, sedangkan harga saham pada perusahaan ukuran besar tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada saat sebelum dan sesudah stock split. Hasil uji beda Paired T-Test pada volume perdagangan saham menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada saat sebelum dan sesudah dilakukannya stock split.

  2. Ellen Rusliati dan Nur Farida (2010) meneliti pengaruh pemecahan saham terhadap likuiditas saham dan return saham pada 30 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006–2008. Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat penurunan baik pada volume perdagangan saham maupun return saham. Sehingga pemecahan saham berpengaruh signifikan terhadap return saham dan volume perdagangan saham.

  3. Winda Sari Lubis (2010) meneliti pengaruh pemecahan saham terhadap perubahan harga saham dan likuiditas saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemecahan saham tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham, pemecahan saham berpengaruh negatif terhadap likuiditas saham (bid ask spread) secara signifikan, dan pemecahan saham tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap naik turunnya likuiditas saham (Trading Volume Activity).

  4. I Gusti Mila W. (2010) meneliti tentang analisis pengaruh pemecahan saham terhadap volume perdagangan dan abnormal return saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa pada hipotesis pertama tidak ada pengaruh signifikan rata-rata volume perdagangan sebelum dan sesudah pemecahan saham. Sedangkan hipotesis kedua menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pemecahan saham. Artinya volume perdagangan saham dan abnormal return tidak mendapatkan reaksi dari pasar.

  5. Wang Sutrisno (2000) melakukan penelitian tentang pengaruh stock split terhadap likuiditas saham dan return saham di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini mengambil sampel perusahaan yang melakukan kebijakan pemecahan saham pada periode tahun 1996–1997, sampel yang digunakan adalah 15 perusahaan. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa pemecahan saham mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, persentase spread dan volume perdagangan saham, tapi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap varians saham dan abnormal return baik ditinjau secara individual maupun sebagai sebuah portofolio sehingga dapat disimpulkan bahwa stock split tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham.

  6. Iguh Wijanarko (2012) meneliti tentang analisis pengaruh pemecahan saham (Stock Split) terhadap likuiditas saham dan return saham (study kasus pada perusahaan yang terdaftar di BEI Periode 2007-2011). Penelitian ini dilakukan pada 31 perusahaan yang melakukan pemecahan saham terdaftar di BEI pada tahun 2007-2011. Penelitian ini menggunakan analisis uji statistik uji beda dua rata-rata dengan periode pengamatan selama 10 hari yaitu t = -5 (5 hari sebelum pemecahan saham) dan t = 5 (5 hari sesudah pemecaham saham). Sedangkan metode penentuan sample menggunakan purposive

  sampling . Dari hasil uji one sample t test yang menunjukkan bahwa pasar bereaksi secara cepat dilihat dari abnormal return dengan tingkat signifikansi 0,003 pada hari pertama setelah stock split dan tingkat signifikansi 0,001 untuk trading volume activity. Sedangkan berdasarkan hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan pada abnormal return sebelum dan setelah stock split dengan tingkat signifikan 0,582 namun menunjukkan perbedaan terhadap trading volume activity dimana tingkat signifikan 0,027.

Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu Teknik

  

Peneliti Judul Penelitian Variabel Analisis Hasil Penelitian

No (Tahun) Data

  1. Edward Analisis Pengaruh Volume Uji beda terdapat perbedaan Ferdyca Pemecahan Saham perdagangan Paired T- yang signifikan Sitompul Terhadap Harga saham dan Test terhadap harga

(2011) Saham Dan Volume harga saham saham sebelum dan

  Perdagangan Saham sesudah stock split (Studi Kasus: pada perusahaan Perusahaan yang Go ukuran kecil, Publik di BEI Periode sedangkan harga 2006-2007) saham pada perusahaan ukuran besar tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada saat sebelum dan sesudah stock split. Hasil uji beda Paired T-Test pada volume perdagangan saham menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada saat sebelum dan sesudah dilakukannya stock split.

  2. Ellen Pengaruh Pemecahan Abnormal Sample t test Menunjukkan hasil

Rusliati Saham Terhadap return dan pengujian bid-ask dan Esti Likuiditas Saham dan bid-ask spread spread dan Nur Return Saham Pada abnormal return Farida Perusahaan yang sebelum dan

(2010) Terdaftar di BEI sesudah dilakukan periode 2006 – 2008. stock split berbeda signifikan, artinya berpengaruh terhadap likuiditas,

  3. Winda Sari Lubis (2010)

  Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) terhadap Perubahan Harga Saham dan Likuiditas Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

  

Harga saham

dan bid ask spread uji beda dua sampel berpasangan Tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham, pemecahan saham berpengaruh negatif terhadap likuiditas saham (bid ask spread) secara signifikan, dan pemecahan saham tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap naik turunnya likuiditas saham (Trading Volume Activity ) 4.

  I Gusti Ayu Mila W. (2010) Analisis Pengaruh

  Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Volume Perdagangan Saham dan Abnormal Return Saham pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI tahun 2007 – 2009 Volume perdagangan saham dan abnormal return

  Uji beda dua rata-rata Tidak ada pengaruh signifikan rata-rata volume perdagangan sebelum dan sesudah pemecahan saham.

  Dan tidak terdapat pengaruh yang signifikan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pemecahan saham. Artinya volume perdagangan saham dan abnormal return tidak mendapatkan reaksi dari pasar.

  5. Wang Sutrisno (2000) Pengaruh Stock Split

  Terhadap Likuiditas dan Return Saham di Bursa Efek Jakarta Volume perdagangan saham dan abnormal return saham

  Uji beda dua rata-rata dan analisis regresi berganda Aktivitas split mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap volume Perdagangan tetapi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap abnormal return

  6. Iguh Analisis Pengaruh Volume uji beda dua hasil uji one sample Wijanar Pemecahan Saham perdagangan rata-rata dan t test yang ko (Stock Split) saham dan uji one menunjukkan (2012) Terhadap Likuiditas abnormal sample t test bahwa pasar

  Saham Dan Return return bereaksi Saham secara cepat dilihat (Study Kasus Pada dari abnormal

  Perusahaan Yang return dengan Terdaftar BEI tingkat signifikansi Periode 2007-2011) 0,003 pada hari pertama setelah stock split dan tingkat signifikansi 0,001 untuk trading volume activity .

  Sedangkan berdasarkan hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan pada abnormal return sebelum dan setelah stock split dengan tingkat signifikan 0,582 namun menunjukkan perbedaan terhadap trading volume activity dimana tingkat signifikan 0,027.

2.8 Kerangka Konseptual

  Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh pemecahan saham terhadap likuiditas saham yang diproksikan kepada volume perdagangan dan melihat bagaimana pengaruh pemecahan saham terhadap return saham, yang diukur dari abnormal return.

  Pemecahan saham atau stock split merupakan salah satu cara yang dilakukan emiten untuk menjaga agar saham tetap berada pada kisaran perdagangan yang maksimal, sehingga para calon investor masih memiliki kemampuan untuk membeli saham. Pemecahan saham yang menjadikan harga saham menjadi lebih murah diharapkan akan mampu menjaga tingkat perdagangan saham dalam rentang yang optimal dan menjadikan saham lebih likuid. Harga saham yang murah akan menyebabkan investor membelinya sehingga akan meningkatkan volume perdagangan saham. Volume perdagangan saham merupakan salah satu parameter aktivitas jual beli saham di bursa, semakin meningkat jual beli saham maka aktivitas perdagangan saham di bursa juga akan semakin meningkat. Hal tersebut akan berpengaruh pada permintaan dan penawaran akan saham tersebut. Semakin meningkat permintaan dan penawaran suatu saham, maka pengaruhnya pun akan semakin besar terhadap fluktuasi harga saham di bursa. Sedangkan semakin meningkatnya volume perdagangan saham hal tersebut menandakan bahwa saham tersebut semakin diminati oleh masyarakat sehingga akan membawa pengaruh terhadap naik atau turunnya return saham tersebut.

  Berdasarkan penelitian yang dilakukan Copeland (1979), mengenai pemecahan saham (stock split) menemukan bahwa stock split berpengaruh terhadap likuiditas saham. Studi yang dilakukan oleh Fama, Fisher, Jansen, dan Roll (1969) menemukan adanya abnormal return sebelum pengumuman stock

  split dilakukan. (Jogiyanto, 2003:416-417)

  Kerangka konseptual dalam penelitian ini dirumuskan berdasarkan tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu yang digambarkan sebagai berikut: Likuiditas Saham

  Pemecahan saham (Stock Split)

  Return Saham

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual

  Namun, beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa pemecahan saham tidak memberikan peningkatan return yang berarti. Untuk itu perlu dilakukan pengujian tentang adanya potensi return yang akan diterima oleh investor setelah melakukan pemecahan saham. Untuk melihat apakah pemecahan saham (stock split) saham mempengaruhi return yang akan diterima oleh investor. Bila pemecahan saham mempunyai kandungan informasi yang menguntungkan maka akan berpengaruh terhadap saham yang terlihat dari perubahan volume perdagangan saham, hal ini disebabkan karena pemecahan saham membuat harga saham menjadi lebih rendah yang akan mendorong investor melakukan transaksi.

  Besarnya pengaruh tersebut tercemin dalam besarnya perubahan yang terjadi dalam volume perdagangan saham.

2.9 Hipotesis

  Berdasarkan kerangka konseptual, maka dihipotesiskan sebagai berikut:

  1. Pemecahan saham (stock split) berpengaruh signifikan terhadap likuiditas saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

  2. Pemecahan saham (stock split) berpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Stock Split dan Financial Ratio Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

4 82 120

Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Abnormal Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Abnormal Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 84 79

Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas Saham dan Return Saham pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

14 130 117

Pengaruh Dividend Yield dan Likuiditas Saham Terhadap Return Saham pada Perusahaan Industri Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2014

0 5 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Komponen Arus Kas, Laba Akuntansi, dan Ukuran Perusahaan terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 31

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pasar Modal - Pengaruh Stock Split dan Financial Ratio Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

0 0 27

Pengaruh Stock Split dan Financial Ratio Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

0 0 12

Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Abnormal Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pemecahan Saham (Stock Splits) 2.1.1.1 Pengertian Pemecahan Saham - Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Abnormal Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Abnormal Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 8