BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Komponen Arus Kas, Laba Akuntansi, dan Ukuran Perusahaan terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pasar Modal Pengertian Pasar Modal

  Menurut Subagyo (1999: 102), “Pasar modal adalah pasar yang dikelola secara terorganisir dengan aktifitas perdagangan surat berharga, seperti saham, obligasi, option, warrant, right issue dengan menggunakan jasa perantara komisioner dan underwriter.” Sedangkan Anoraga dan Pakarti (2001: 74) membagi definisi pasar modal menjadi 3, yaitu:

  1. Definisi dalam arti luas Pasar modal adalah kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang keuangan, serta surat-surat berharga jangka panjang dan jangka pendek, primer dan tidak langsung.

  2. Definisi dalam arti menengah Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warka kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham, obligasi, pinjaman berjangka, hipotek, dan tabungan serta deposito berjangka.

3. Definisi dalam arti sempit

  19 Pasar modal adalah pasar terorganisir yang

  memperdagangkan saham dan obligasi dengan memakai jasa makelar, komisioner, dan underwriter. Pasar modal juga dapat didefinisikan sebagai perdagangan instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk modal sendiri (stock) maupun utang (bond) baik yang diterbitkan oleh pemerintah (public

outhorites ) maupun oleh perusahaan swasta (private sector).

  Dengan demikian, pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial market). Dalam pasar keuangan diperdagangkan semua bentuk utang modal sendiri, baik jangka pendek maupun jangka panjang, yang bersifat tangible maupun intangible. Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

2.1.2 Arus Kas

2.1.2.1 Pengertian Arus Kas

  Laporan arus kas adalah laporan yang mengikhtisarkan penerimaan dan pengeluaran kas dari sebuah kesatuan usaha untuk suatu periode waktu tertentu. Laporan arus kas merupakan salah satu komponen laporan keuangan yang wajib untuk disampaikan oleh perusahaan yang mencatat sahamnya di bursa efek pada laporan keuangannya. Laporan arus kas sendiri berguna untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pengeluaran kas pada suatu entitas untuk satu periode. Menurut PSAK (2007: 29), laporan arus kas melaporkan tiga klasifikasi aktivitas, yaitu “laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasi menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan”. Selain itu laporan arus kas juga menunjukkan arus kas masuk dan arus kas keluar dari masing-masing aktivitas tersebut.

  Tujuan utama laporan arus kas adalah memberikan informasi tentang penerimaan kas dan pembayaran kas suatu entitas selama periode tertentu. Tujuan lain adalah memberikan informasi kepada kreditor, investor, dan pemakai lainnya dalam: 1. menilai kemampuan perusahaan untuk menimbulkan arus kas bersih positif di masa yang akan datang

  2. kemampuan perusahaan menyelesaikan menilai kewajibannya seperti melunasi hutang kepada kreditor

  3. menilai alasan tentang terjadinya perbedaan antara laba bersih dan dihubungkan dengan pembayaran dan penerimaan kas 4. menilai pengaruh transaksi kas pembelanjaan dan investasi bukan kas terhadap posisi keuangan perusahaan

  Laporan arus kas melaporkan arus kas melalui tiga jenis transaksi, yaitu: 1. arus kas dari aktivitas operasi, yaitu arus kas dari transaksi yang mempengaruhi laba bersih.

  2. arus kas dari aktivitas investasi, yaitu arus kas dari transaksi yang mempengaruhi investasi dari aktiva lancar.

  3. arus kas dari aktivitas pendanaan, yaitu arus kas dari transaksi yang mempengaruhi ekuitas dan utang perusahaan.

2.1.2.2 Arus Kas dari Aktivitas Operasi

  Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar (PSAK 2004 No. 2, Paragraf 12).

  Arus kas dari aktivitas operasi terutama dividen merupakan aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan.

  Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi pendapatan laba atau rugi bersih. Beberapa contoh arus kas dari operasi adalah: (PSAK 2004 No. 2, Paragraf 13) 1. penerimaan kas dari penjualan barang atau jasa 2. penerimaan kas dari royalti, komisi, dan pendapatan lain 3. pembayaran kas kepada pemasok barang atau jasa 4. pembayaran kas kepada karyawan 5. penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan premi, klain, anuitas, dan manfaat asuransi lainnya

  6. pembayaran kas atau penerimaan kembali pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi

  7. penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan transaksi usaha dan perdagangan.

  Terdapat dua metode alternatif pelaporan arus kas dari aktivitas operasi dalam laporan arus kas (PSAK 2004 No.2, paragraf 17). Kedua metode tersebut adalah:

  1. Metode Langsung

  Metode langsung melaporkan sumber kas operasi dan penggunaan kas operasi. Sumber utama kas operasi adalah kas yang diterima dari para pelanggan. Sedangkan penggunaan utama dari kas operasi meliputi kas yang dibayarkan kepada pemasok atas barang dan jasa serta kas yang dibayarkan kepada pegawai sebagai upah. Perbedaan antara penerimaan kas dan pembayaran kas dalam suatu operasi merupakan arus kas bersih dari aktivitas operasi.

  Keunggulan metode ini adalah bahwa metode ini melaporkan sumber dan penerimaan kas dalam laporan arus kas. Kelemahan utamanya adalah bahwa data yang dibutuhkan seringkali tidak mudah didapat dan biaya pengumpulan umumnya mahal.

  2. Metode Tidak Langsung

  Metode tidak langsung melaporkan arus kas operasi yang dimulai dengan laba bersih dan kemudian disesuaikan dengan pendapatan serta beban yang tidak melibatkan penerimaan atau pembayaran kas. Dengan kata lain, laba bersih akrual disesuaikan dengan menentukan jumlah bersih arus kas dari aktivitas. Keunggulan utama dari metode tidak langsung adalah bahwa metode ini memusatkan pada perbedaan antara laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi. Dalam hal ini, metode tersebut menunjukkan hubungan antara laporan laba rugi, neraca dan laporan arus kas. Karena datanya dapat tersedia dengan segera, maka metode tidak langsung pada umumnya lebih mudah dibanding metode langsung.

2.1.2.3 Arus Kas dari Aktivitas Investasi

  Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah: (PSAK 2004 No. 2, Paragraf 15) 1. pembayaran uang untuk membeli aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, dan aktiva jangka panjang lain, termasuk pengembangan yang dikapitalisasikan dan aktiva tetap yang dibangun sendiri.

  2. penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan, aktiva tidak berwujud, dan aktiva jangka panjang lain.

  3. perolehan saham atau instrumen keuangan perusahaan lain.

  4. uang muka pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta pelunasannya (kecuali yang dilakukan oleh lembaga keuangan).

  5. pembayaran sehubungan dengan future contracts, forward

  contracts, option contracts , dan swap contracts kecuali

  apabila kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan (dealing or trading), atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.

2.1.2.4 Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan

  Pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu dilakukan sebab berguna untuk memprediksi klain terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah: (PSAK 2004 No. 2,

  Paragraf 16) 1. penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya.

  2. pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menebus saham perusahaan.

  3. penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman wesel, hipotik, dan pinjaman lainnya.

  4. pelunasan pinjaman.

  5. pembayaran kas oleh penyewa guna usaha (lessee) untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa guna usaha pembiayaan.

2.1.3 Laporan Laba Rugi

  2.1.3.1 Definisi Laporan Laba Rugi (Statement of Income)

  Laporan laba rugi (statement of income) adalah “laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu” (Kieso). Melalui definisi ini dapat disimpulkan bahwa laporan laba rugi memperlihatkan adanya pendapatan bersih atau kerugian bersih sebagai hasil dari operasi perusahaan selama periode tertentu. Singkatnya, laporan ini merupakan laporan hasil dari aktivitas perusahaan atau merupakan ringkasan yang logis dari penghasilan dan biaya dari suatu perusahaan untuk periode tertentu.

  2.1.3.2 Kegunaan Laporan Laba Rugi

  Laporan laba rugi digunakan untuk membantu pemakai laporan keuangan memprediksi arus kas masa depan dengan berbagai cara. Investor dan kreditor dapat menggunakan informasi yang terdapat dalam laporan laba rugi untuk: 1. mengevaluasi kinerja masa lalu perusahaan.

  2. memberikan dasar untuk memprediksi kinerja masa depan.

  3. menilai resiko ketidakpastian pencapaian arus kas masa depan.

2.1.3.3 Laba Akuntansi

  Laba akuntansi adalah perbedaan antara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode-periode tersebut. Menurut Belkaoui, definisi tentang laba mengandung lima sifat berikut: 1. laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi, yaitu timbulnya hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil tersebut.

  2. laba akuntansi didasarkan pada postulat periodik laba itu, artinya merupakan prestasi perusahaan itu pada periode tertentu.

  3. laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan batasan tersendiri tentang apa yang termasuk hasil.

  4. laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan hasil tertentu.

  5. laba akuntansi didasarkan pada prinsip matching artinya hasil dikurangi biaya yang diterima/dikeluarkan dalam periode yang sama.

  Beberapa konsep laba, perhitungan laba, serta mereka yang membutuhkannya disusun Hendriksen (1992: 155) dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1 Tabel Konsep Laba Konsep Laba Perhitungan Laba Penerima Informasi

  Value Added Harga jual produksi dan Pegawai, pemilik, kreditor jasa perusahaan dikurangi dan pemerintah (Tambahan Nilai) harga pokok barang, dan jasa yang dijual

  

Laba Bersih Perusahaan Kelebihan hasil (revenue) Pemegang saham,

dari biaya, seluruh pemegang obligasi, dan (Enterprise Net Income) pendapatan (gain) dan rugi. pemerintah .

  Biaya tidak termasuk bunga, pajak, dan bagi hasil.

Laba Bersih Bagi Investor Sama seperti enterprise Pemegang saham,

income , tetapi setelah pemegang obligasi, dan dikurangi pajak kreditor jangka panjang. penghasilan. Laba Bersih Bagi Laba bersih kepada Pemegang saham biasa Pemegang Sah pemegang saham dikurangi (sekarang dan yang

am Residual dividen saham preferen. potensial) terkecuali

prioritas pembayaran tidak (Residual Equity Holders) terpenuhi

  Laba dalam laporan keuangan sering digunakan oleh manajemen untuk menarik calon investor dan kreditor sehingga laba sering direkayasa sedemikian rupa oleh manajemen untuk mempengaruhi keputusan akhir pihak-pihak tersebut. Pihak internal perusahaan secara umum mempunyai lebih banyak informasi mengenai kondisi nyata perusahaan saat ini dan prospeknya di masa depan dibanding pihak eksternal. Oleh karena itu, kualitas laba akuntansi yang dilaporkan oleh manajemen menjadi pusat perhatian pihak eksternal perusahaan. FASB (Financial Accounting Standard

  

Board ) menyatakan bahwa informasi laba yang dihitung

  dengan dasar akrual biasanya dapat menunjukkan informasi prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan informasi penerimaan dan pengeluaran kas (arus kas), sehingga laba dapat diinterpretasikan sebagai alat untuk mengkonfirmasi harapan-harapan investor atau pemakai lain dalam menilai kinerja perusahaan. Hal ini didasarkan asumsi bahwa investor telah memakai segala informasi yang dipublikasikan sebagai basis keputusan investasi melalui prediksi laba. Laba dipakai sebagai sarana untuk mengubah atau mengambil keputusan. Dengan kata lain, laba dipakai sebagai sarana untuk menyampaikan informasi yang sifatnya private dari suatu perusahaan, sehingga laba mengandung informasi yang lebih dari apa yang ditanggap oleh pasar, sehingga pasar dapat dikatakan akan bereaksi terhadap pengumuman laba.

  Laba akuntansi merupakan ukuran kinerja perusahaan. Pentingnya informasi laba akuntansi tercantum secara jelas dalam PSAK No. 25, yaitu: laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja suatu perusahaan selama satu periode tertentu. Informasi tentang kinerja suatu perusahaan di masa yang akan datang. Informasi tersebut sering kali digunakan untuk memperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan kas dan aktiva yang disamakan dengan kas di masa yang akan datang.

2.1.4 Ukuran Perusahaan (Firm Size)

  Ukuran Perusahaan adalah ukuran sebuah perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total aset perusahaan yang menjadi sampel di dalam penelitian ini. Bentuk logaritma digunakan karena pada umumnya nilai aset perusahaan sangat besar, sehingga untuk menyeragamkan nilai dengan variabel lainnya nilai aset sampel diubah ke dalam bentuk logaritma terlebih dahulu.

  Menurut Riyanto (1999:313), yaitu: “besar kecilnya perusahaan dilihat dari nilai equity, nilai penjualan, atau nilai total aktiva”. Menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang usaha kecil, menjelaskan bahwa perusahaan yang memiliki hasil penjualan tahunan sebanyak Rp1.000.000.000.000,- (satu milyar rupiah) digolongkan ke dalam kelompok usaha kecil. Dengan adanya ketentuan ini, maka dapat dinyatakan bahwa perusahaan yang memiliki hasil penjualan tahunan di atas Rp1.000.000.000.000,- (satu milyar rupiah) dapat dikelompokkan ke dalam industri menengah dan besar.

  Selain itu, ukuran perusahaan yang didasarkan pada total

  assets yang dimiliki oleh perusahaan diatur dengan ketentuan

  BAPEPAM No. 11/PM/1997, yang menyatakan bahwa: “Perusahaan menengah atau kecil adalah perusahaan yang memiliki jumlah kekayaan (total assets) tidak lebih dari 100 milyar rupiah”.

  Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki perusahaan, karena total aktiva perusahaan bernilai milyaran rupiah, maka hal ini dapat disederhanakan dengan mentransformasikannya ke dalam logaritma natural. Menurut Trisnadewi (2012: 58), ukuran perusahaan juga dapat dihitung dengan:

  =

2.1.5 Saham

2.1.5.1 Pengertian Saham

  Salah satu bentuk efek yang diperdagangkan dalam pasar modal adalah saham. Saham merupakan surat berharga sebagai tanda pemilikan atas perusahaan penerbitnya (Ang, 1997: 11). Saham dapat diperjualbelikan pada bursa efek, yaitu tempat yang dipergunakan untuk memperdagangkan efek sesudah pasar perdana. Penerbitan surat berharga saham akan memberikan berbagai keuntungan bagi perusahaan perbankan.

2.1.5.2 Nilai Saham

  Menurut Ang (1997: 6), nilai suatu saham berdasarkan fungsinya dapat dibagi atas tiga kelompok:

  1. Par Value (Nilai Nominal)

  Par value atau disebut juga stated value atau face value atau menurut bahasa Indonesia disebut sebagai nilai

  nominal. Nilai nominal suatu saham adalah nilai yang tercantum pada saham yang bersangkutan yang berfungsi untuk tujuan akuntansi. Nilai ini tidak digunakan untuk mengukur sesuatu.

  2. Base Price (Nilai Dasar) Nilai dasar suatu saham sangat erat kaitannya dengan nilai pasar suatu saham yang dipergunakan di dalam perhitungan indeks harga saham. Nilai dasar suatu saham baru merupakan nilai perdananya. Nilai dasar ini dapat berubah sesuai aksi emiten yang dilakukan.

  3. Market Price (Nilai Pasar) Nilai pasar merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena nilai pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Apabila pasar bursa efek sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price). Jadi harga pasar inilah yang menyatakan naik turunnya suatu saham.

2.1.5.3 Bentuk Saham

  Bentuk saham dapat dikelompokkan dalam tiga kategori saham berdasarkan hak tagih, berdasarkan peralihan hak, dan berdasarkan kinerja (Darmadji dan Hendi, 2001: 6).

  1. Berdasarkan hak tagih atau klaim:

  a. Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa adalah jenis saham yang memiliki hak klaim berdasar laba/rugi yang diperoleh perusahaan.

  Pemegang saham biasa mendapat prioritas paling akhir dalam hal pembagian deviden dan penjualan asset perusahaan jika terjadi likuidasi.

  b.

  Saham Preferen (Prefered Stock) Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antar obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki.

  2. Berdasarkan peralihan hak: a.

  Saham Atas Unjuk (Bearer Stock) Saham atas unjuk merupakan jenis saham yang memiliki karakteristik tidak tercantum nama pemilik, dengan tujuan agar saham tersebut dapat dengan mudah dipindahtangankan dari suatu investor ke investor lainnya. Secara hukum, bahwa siapa yang memegang saham tersebut maka dialah diakui sebagai pemiliknya.

  b.

  Saham Atas Nama (Registered Stock ) Saham atas nama mencantumkan nama dari pemilik saham pada lembar saham. Saham atas nama juga dapat dipindahtangankan tetapi harus melalui prosedur tertentu.

3. Berdasarkan kinerja saham: a.

  Blue Chip Stock

  Blue chip stock merupakan saham biasa dari

  suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi sebagai

  leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar deviden.

  b.

   Income Stock

  Income stock merupakan saham dari suatu emiten

  yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.

  c.

  Growth Stock

  Growth stock merupakan saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.

  d.

  Speculative Stock

  Speculative stock adalah saham suatu perusahaan

  yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang meskipun belum pasti.

  e.

  Counter Cyclical Stock

  Counter cyclical stock merupakan saham yang

  tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.

2.1.6 Return Saham

  Menurut Robert Ang (1997: 20-2), “return merupakan tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya”.

  Dengan demikian, return adalah suatu tingkat pengembalian baik keuntungan atau kerugian dari investasi yang dilakukan oleh investor. Pengembalian bagi pemegang saham dapat berupa penerimaan deviden tunai ataupun adanya harga perubahan saham pada suatu periode.

  Tanpa adanya tingkat keuntungan yang dinikmati dari suatu investasi, tentunya investor (pemodal) tidak akan melakukan investasi.

  Jadi setiap investasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang, mempunyai tujuan utama mendapatkan keuntungan yang disebut sebagai return, baik langsung maupun tidak langsung.

  Komponen return terdiri dari dua jenis, yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain (keuntungan selisih harga).

  

Current income merupakan keuntungan yang diperoleh melalui

  pembayaran yang bersifat periode seperti pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, dividen, dan sebagainya. Disebut sebagai pendapatan lancar, maksudnya adalah keuntungan yang diterima biasanya dalam bentuk kas atau setara kas, sehingga dapat diuangkan secara cepat, seperti bunga / jasa giro dan dividen tunai.

  Komponen kedua dari return adalah capital gain, yaitu keuntungan yang diterima karena adanya selisih antara harga jual dengan harga beli saham dari suatu instrumen investasi. Capital gain sangat tergantung dari harga pasar instrumen investasi, yang berarti bahwa instrumen investasi harus diperdagangkan di pasar. Dengan adanya perdagangan maka akan timbul perubahan nilai suatu instrumen investasi yang memberikan capital gain. Besarnya capital

  

gain dilakukan dengan analisis return historis yang terjadi pada

  periode sebelumnya, sehingga dapat ditentukan besarnya tingkat kembalian yang diinginkan (expected return). Expected return merupakan return (tingkat kembalian) yang diharapkan oleh investor atas suatu investasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.

  Faktor yang mempengaruhi return suatu investasi meliputi faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Faktor internal perusahaan meliputi kualitas dan reputasi manajemen, struktur permodalan, struktur hutang, tingkat laba yang dicapai, dan kondisi intern lainnya di dalam perusahaan.

  Rumus untuk menghitung estimasi hasil yang diharapkan (expected return) menurut Sunariyah (2000) dapat dilihat sebagai berikut:

  

2.1.7 Pengaruh Komponen Arus Kas, Laba Akuntansi, dan Ukuran

Perusahaan terhadap Return Saham

2.1.7.1 Pengaruh Informasi Arus Kas Operasi dengan Return Saham

  Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue activities), umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih, dan merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasi perusahaan dapat menghasilkan kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar.

  Livnat dan Zarowin (1990) dalam Ninna Daniati (2006) yang menguji komponen arus kas menemukan bukti bahwa komponen arus kas mempunyai hubungan yang lebih kuat dengan expected return saham dibanding hubungan total arus kas dengan return. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ninna Daniati (2006) yang memperoleh hasil tidak adanya pengaruh yang signifikan antara arus kas operasi terhadap expected

  return saham.

  Secara teori, semakin tinggi arus kas operasional perusahaan maka semakin tinggi kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga semakin besar pula nilai

  

expected return saham. Sebaliknya, semakin rendah arus kas

  operasional perusahaan maka semakin kecil kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga semakin kecil pula nilai expected return saham.

2.1.7.2 Pengaruh Informasi Arus Kas Investasi dengan Return Saham

  Aktivitas investasi adalah aktivitas yang menyangkut perolehan atau pelepasan aktiva jangka panjang (aktiva tidak lancar) serta investasi lain yang tidak termasuk dalam setara kas, mencakup aktivitas meminjamkan uang dan mengumpulkan piutang tersebut serta memperoleh dan menjual investasi dan aktiva jangka panjang produktif.

  Aktivitas investasi mencerminkan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.

  Miller dan Rock (1985) dalam Ninna Daniati (2006) melakukan pengujian mengenai pengaruh investasi pada

  expected return saham. Hasil studi ini menemukan bahwa

  peningkatan investasi berhubungan dengan peningkatan arus kas masa yang akan datang dan mempunyai pengaruh positif dengan expected return saham pada saat pengumuman investasi baru. Penelitian yang dilakukan oleh Ninna Daniati (2006) memperoleh hasil adanya pengaruh yang signifikan dan negatif antara arus kas investasi terhadap expected return saham.

  Secara teori, semakin tinggi arus kas investasi perusahaan maka semakin tinggi kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga semakin besar pula nilai

  expected return saham. Sebaliknya, semakin rendah arus kas

  investasi perusahaan maka semakin kecil kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga semakin kecil pula nilai

  expected return saham.

2.1.7.3 Pengaruh Informasi Arus Kas Pendanaan dengan Return Saham

  Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi ekuitas dan pinjaman perusahaan. Arus kas pendanaan berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan.

  Miller dan Rock (1985) dalam Ninna Daniati (2006) dengan

  signaling theory menjelaskan bahwa pasar akan bereaksi

  negatif terhadap pengumuman pendanaan dari kas karena akan berpengaruh terhadap arus kas dari operasi yang lebih rendah untuk masa yang akan datang. Selain itu ia juga mengidentifikasi adanya sinyal lain yang berpengaruh terhadap arus kas dari pendanaan, yaitu perubahan dividen yang sangat erat hubungannya dengan expected return saham. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ninna Daniati (2006) belum berhasil membuktikan adanya pengaruh yang signifikan dan positif antara arus kas pendanaan terhadap expected return saham.

  Secara teori, semakin tinggi arus kas pendanaan perusahaan maka semakin tinggi kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga semakin besar pula nilai

  expected return saham. Dan sebaliknya, semakin rendah arus

  kas pendanaan perusahaan maka semakin kecil kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga semakin kecil pula nilai expected return saham.

2.1.7.4 Pengaruh Informasi Arus Kas dengan Return Saham

  Arus kas melaporkan arus kas masuk dan arus kas keluar yang utama dari suatu perusahaan selama satu periode.

  Tujuan utama laporan arus kas adalah memberikan informasi tentang penerimaan kas dan pembayaran kas suatu entitas selama periode tertentu. Tujuan lain adalah memberikan informasi kepada kreditor, investor, dan pemakai lainnya dalam menentukan kemampuan perusahaan untuk menimbulkan arus kas bersih positif di masa yang akan datang, menentukan kemampuan perusahaan menyelesaikan kewajibannya seperti melunasi hutang kepada kreditor, menentukan alasan tentang terjadinya perbedaan antara laba bersih dan dihubungkan dengan pembayaran dan penerimaan kas serta menentukan pengaruh transaksi kas pembelanjaan dan investasi bukan kas terhadap posisi keuangan perusahaan.

  

2.1.7.5 Pengaruh Informasi Laba Akuntansi dengan Return

Saham

  Laba adalah selisih dari pendapatan perusahaan dikurangi dengan biaya barang terjual. Biaya barang terjual adalah semua biaya yang dikorbankan yang untuk perusahaan pemanufakturan, mulai dari tahap ketika bahan baku masuk ke pabrik, diolah, dan hingga dijual. Semua biaya-biaya langsung yang berhubungan dengan penciptaan produk tersebut dikelompokkan sebagai cost barang terjual.

  Febrianto (2005) dalam penelitiannya yang menguji angka laba mana antara laba kotor, laba operasi, dan laba bersih yang direaksi lebih kuat oleh investor dan seberapa signifikan perbedaan reaksi pasar terhadap ketiga angka laba tersebut. Penelitian Febrianto (2005) ini menyimpulkan bahwa angka laba kotor lebih mampu memberikan gambaran yang lebih baik tentang hubungan laba dan harga saham yang sangat erat pula hubungannya dengan expected return saham. Laba kotor lebih terkendali oleh manajemen karena rekening cost barang terjual menentukan daya saing produk di pasar.

  Manajemen pasti berusaha untuk mengendalikan biaya tersebut pada tingkat yang rendah agar produk bisa dijual dengan harga yang kompetitif. Rekening yang membentuk biaya barang terjual pun relatif bebas dari pilihan metode akuntansi, jikapun ada itu hanya pilihan antara FIFO dan LIFO yang di dalam penelitian dibuktikan tidak mempengaruhi keputusan investor dan masalah pembebanan biaya overhead pabrik yang sebenarnya tidak terlalu mengubah nilai akhir biaya barang terjual. Metode ABC dan Just in Time misalnya, adalah bukti bahwa manajemen berusaha keras untuk mengendalikan biaya barang terjual.

  Dalam penyusunan laporan laba rugi, laba kotor dilaporkan lebih awal dari dua angka laba lainnya, artinya perhitungan angka laba kotor akan menyertakan lebih sedikit komponen pendapatan dan biaya dibanding angka laba lainnya.

  Karena semakin detail perhitungan suatu angka laba akan semakin banyak pilihan metode akuntansi sehingga semakin rendah kualitas laba. Hasil penelitian yang dilakukan Ninna Daniati (2006) diperoleh hasil adanya pengaruh yang signifikan dan positif antara laba kotor terhadap expected

  return saham.

  Secara teori, semakin besar laba yang diperoleh perusahaan maka semakin tinggi minat investor untuk berinvestasi di perusahaan, sehingga semakin besar pula nilai

  

expected return saham. Dan sebaliknya, semakin kecil laba yang diperoleh perusahaan maka semakin kecil minat investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut, sehingga semakin kecil pula nilai expected return saham.

2.1.7.6 Pengaruh Ukuran Perusahaan dengan Return Saham

  Ukuran perusahaan adalah rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun.

  Perusahaan dengan firm size kecil cenderung mempunyai

  return yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan dengan firm size yang lebih besar, fenomena ini biasa disebut dengan size effect. Di dalam penelitian Banz (1981) dinyatakan bahwa

  saham dengan nilai kapitalisasi pasar yang rendah atau memiliki firm size kecil dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibanding saham dengan firm

  size yang lebih besar. Jadi secara umum, dapat dinyatakan

  adanya suatu hubungan negatif antara tingkat pengembalian saham dengan ukuran perusahaan.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

a. Penelitian Ninna Daniati dan Suhairi (2006)

  Penelitian Ninna Daniati dan Suhairi (2006) dengan judul penelitian “Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Arus Kas, Laba Kotor, dan Size Perusahaan terhadap Expected Return Saham Pada Industri Textile dan Automotive yang Terdaftar di BEI”. Hasil penelitian diperoleh bahwa arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap Expected

  

Return Saham; Arus kas investasi berpengaruh negatif terhadap Expected

Return Saham; Laba kotor berpengaruh positif terhadap Expected Return

  Saham; dan Size berpengaruh negatif terhadap Expected Return Saham.

b. Penelitian Pradhono dan Yulius Jogi Christiawan (2004)

  Penelitian Pradhono dan Yulius Jogi Christiawan (2004) dengan judul penelitian “Pengaruh Economic Value Added, Residual Income,

  

Earnings , dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang Diterima Oleh

  Pemegang Saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ)” dengan mengambil sampel pada perusahaan publik di BEJ tahun 2000 – 2002. Hasil penelitian diperoleh bahwa variabel arus kas operasi dan earning berpengaruh signifikan terhadap return yang diterima oleh pemegang saham. Sedangkan economic value added dan residual income tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.

  

c. Penelitian Miranda Octora, Yuliana Salim, dan Thio Anastasia

Petrolina (2005)

  Penelitian Miranda Octora, Yuliana Salim, dan Thio Anastasia Petrolina (2005) dengan judul penelitian “Analisa Pengaruh Penilaian Kinerja dengan Konsep Konvensional dan Konsep Value Based terhadap

  

Rate of Return” . Sampel penelitian mengambil 50 perusahaan yang

  terdaftar di BEJ tahun 2001. Hasil penelitian diperoleh bahwa arus kas operasional berpengaruh positif terhadap return saham, sedangkan

  economic value added tidak berpengaruh terhadap return saham.

d. Penelitian Poppy Dian Indira Kusuma (2005)

  Penelitian Poppy Dian Indira Kusuma (2005) dengan judul penelitian “Nilai Tambah Kandungan Informasi Laba dan Arus Kas Operasi”. Penelitian menggunakan periode 1995-2000 pada perusahaan yang terdaftar di BEJ. Hasil penelitian diperoleh bahwa laba tidak berpengaruh terhadap return saham, sedangkan arus kas operasional berpengaruh terhadap return saham.

2.3 Kerangka Konseptual

  Arus kas operasi merupakan aktivitas penghasil utama perusahaan dan aktivitas lain yang bukan dari aktivitas investasi dan pendanaan. Semakin besar arus kas dari aktivitas operasi maka semakin besar ketertarikan investor untuk berinvestasi, karena investor menganggap semakin besar arus kas perusahaan maka akan semakin mudah perusahaan untuk membiayai operasi perusahaan,melunasi pinjaman, dan membayar deviden.

  Arus kas dari aktivitas investasi merupakan aktivitas yang menyangkut perolehan atau pelepasan aktiva jangka panjang (aktiva tidak lancar) serta investasi lain yang tidak termasuk dalam setara kas, mencakup aktivitas meminjamkan uang dan mengumpulkan piutang tersebut. Arus kas dari aktivitas investasi memiliki hubungan positif dengan return saham yang berarti pula berhubungan dengan return yang diharapkan. Semakin banyak investasi yang terjadi pada perusahaan maka semakin besar pula sumber daya untuk menghasilkan pendapatan di masa yang akan datang. Dengan demikian investor akan tertarik untuk berinvestasi dan harga saham akan naik sehingga

  return saham akan naik pula.

  Arus kas dari aktivitas pendanaan merupakan aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi ekuitas dan pinjaman perusahaan yang meliputi hasil dari penerbitan surat berharga ekuitas, seperti saham biasa. Semakin tinggi arus kas masuk dari pendanaan berarti jumlah hutang dan beban bunga yang harus dibayarkan kepada pihak eksternal semakin meningkat pula, hal ini akan mengurangi laba maupun deviden yang akan diterima investor sehingga investor cenderung akan merespon negatif, dimana hal ini direfleksikan terhadap return perusahaan akan cenderung turun.

  Laporan laba rugi memuat banyak angka laba, yaitu laba kotor, laba operasi, dan laba bersih. Ada juga laba akuntansi, yang kesemuanya mempunyai tujuan untuk mengukur tingkat efisiensi kinerja perusahaan. Laba akuntansi di sini diproksi dari laba bersih setelah pajak, semakin tinggi laba yang terjadi maka semakin tinggi pula return.

  Ukuran perusahaan adalah ukuran sebuah perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total aset perusahaan yang menjadi sampel di dalam penelitian ini.

  Dari uraian di atas, peneliti akan menggambarkan kerangka konseptual dalam penelitian ini sebagai berikut:

  H

  1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi (X 1 ) H

  2 Arus Kas dari Aktivitas Investasi (X 2 ) Return

  Saham

  H

  3 Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan (X ) 3 (Y)

  H

  4 Laba Akuntansi (X 4 ) H

  5 Ukuran Perusahaan (X ) 5 H

  6 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis

  Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Dari kerangka konseptual yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H 1 : arus kas dari aktivitas operasi berpengaruh terhadap return saham. H 2 : arus kas dari aktivitas investasi berpengaruh terhadap return saham. H

3 : arus kas dari aktivitas pendanaan berpengaruh terhadap return saham.

H : laba akuntansi berpengaruh terhadap return saham.

4 H 5 : ukuran perusahaan berpengaruh terhadap return saham.

  H

  6 : komponen arus kas, laba akuntansi, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap return saham.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan - Tingkat Pengetahuan Penderita Dan Keluarga Penderita Tentang Kanker Payudara Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2013

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas 2.1.1 Pengertian - Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Lanjut Usia Oleh Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial (UPT) Tuna Rungu Wicara Dan Lanjut Usia Di Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Ko

0 0 38

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah - Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Lanjut Usia Oleh Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial (UPT) Tuna Rungu Wicara Dan Lanjut Usia Di Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kotamadya Pema

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Pendapatan Wanita pada Usaha Lemang dn Kontribusinya pada Pendapatan Keluarga (Studi kasus : Kota Tebing Tinggi)

0 0 13

Analis Dampak Perubahan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Terhadap Biaya Input dan Output Ayam Broiler di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus: Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang)

0 1 39

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analis Dampak Perubahan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Terhadap Biaya Input dan Output Ayam Broiler di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus: Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang)

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN - Analis Dampak Perubahan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Terhadap Biaya Input dan Output Ayam Broiler di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus: Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang)

0 1 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Peranan Sektor Pertanian dalam Mengurangi Ketimpangan Pedapatan Antar Daerah di Provinsi Sumatera Utara

0 0 20

Analisis Pengaruh Volume Produksi Kedelai, Jagung, Ubi Kayu dan Ubi Jalar Terhadap Tingkat Konsumsi Beras di Sumatera Utara

0 0 18

ANALISIS USIA ARRESTER PADA JARINGAN DISTRIBUSI TERHADAP SAMBARAN KILAT DENGAN MENGGUNAKAN ATP- EMTP Studi Kasus PLN Ranting Medan Johor Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Ele

0 0 11