CALK 1 Tahun 2013

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan
dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan
keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus
kas dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna
dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumberdaya. Laporan
Keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer,
dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan,
mengevaluasi efektifitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan
ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
Tujuan Laporan Keuangan Pemerintah disusun untuk menyajikan informasi yang
bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan
baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan:
a. menyajikan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk
membiayai seluruh pengeluaran;

b. menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi
dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan;
c. menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam
kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai;
d. menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh
kegiatannya dan mencukupi kebutuhan masyarakat;
e. menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan
berkaitan dengan sumber-sumber penerimaan, baik jangka pendek maupun jangka
panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman;
f. menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan Pemerintah Daerah,
mengenai kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama
periode pelaporan.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan pemerintah daerah
menyediakan informasi mengenai pendapatan, belanja, pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas
dana, dan arus kas pemerintah daerah.

1.2.

Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta diselenggarakan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Keuangan Pemerintah
Daerah. Landasan hukum penyusunan Laporan Keuangan Daerah Daerah Istimewa
Yogyakarta:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ;
d. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah ;
1

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2013
e.

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa
Yogyakarta;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
h. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah;

i. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah;
j. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2007 tentang
Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2007 Nomor 4) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2008 Nomor 11);
k. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2012 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
Anggaran 2013 (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012
Nomor 10);
l. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Kewenangan Dalam Urusan Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran
Daerah Daerah Istimewa Yogyakarya Tahun 2013 Nomor 9);
m. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2013 tentang
Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2013 (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
2013 Nomor 9);

n. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Kebijakan Akuntansi jo. Peraturan Gubernur Nomor 56 Tahun 2012 tentang Perubahan
Peraturan Gubernur Nomor 44 Tahun 2009 tentang Kebijakan Akuntnansi.
o. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 22.2 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan Barang Persediaan (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2010 Nomor 22.2);
p. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 13 Tahun 2011 tentang
Perubahan atas Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 42 Tahun 2010
tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (Berita Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011 Nomor 13);
q. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 37 Tahun 2011 tentang
Pedoman Kapitalisasi Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2011 Nomor 37);
r. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 52 Tahun 2011 tentang
Verifikasi, Klasifikasi dan Penilaian Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012 tanggal 30 November 2011);
s. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 78 Tahun 2012 tentang
Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Daerah Istimewa

2


PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2013

t.

u.

v.

1.3.

Yogyakarta Tahun Anggaran 2013 (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2012 Nomor 78);
Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 56 Tahun 2013 tentang
Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2013 (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2013 Nomor 56);
Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 57 Tahun 2013 tentang
Perubahan atas Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2013 (Lembaran Daerah Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013 Nomor 57);
Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 58 Tahun 2013 tentang
Pengelolaan Dana Keistimewaan (Lembaran Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
2013 Nomor 58).

Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan
Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan adalah sebagai berikut:
Bab I
Pendahuluan
1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
1.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan
1.3. Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan
Bab II
Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target Kinerja APBD
2.1. Ekonomi Makro
2.2. Kebijakan Umum Pengelolaan Keuangan
2.3. Indikator Pencapaian Target Kinerja APBD
Bab III
Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan

3.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan
Bab IV
Kebijakan Akuntansi
4.1. Entitas Akuntansi/Pelaporan Keuangan Daerah
4.2. Basis Akuntansi yang mendasari Penyusunan Laporan Keuangan
4.3. Basis Pengukuran yang mendasari Penyusunan Laporan Keuangan
4.4. Penerapan Kebijakan Akuntansi Berkaitan Dengan Kententuan Yang Ada
Dalam SAP pada SKPD
Bab V
Penjelasan Pos-Pos Laporan Keuangan
5.1. Rincian dan Penjelasan Pos-Pos Pelaporan Keuangan
5.1.1. Pendapatan
5.1.2. Belanja dran Transfer
5.1.3. Pembiayaan Netto
5.1.4. Aset
5.1.5. Kewajiban
5.1.6. Ekuitas Dana
5.1.7. Komponen-Komponen Aliran Kas Netto
Bab VI.
Penjelasan atas informasi-informasi nonkeuangan

Bab VII.
Penutup

3

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2013
BAB II
EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN
PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD
2.1. Ekonomi Makro
a. Visi Jangka Panjang
Visi pembangunan DIY yang akan dicapai dua puluh tahun mendatang adalah Daerah
Istimewa Yogyakarta pada Tahun 2025 sebagai Pusat Pendidikan, Budaya dan Daerah Tujuan
Wisata Terkemuka di Asia Tenggara dalam lingkungan Masyarakat yang Maju, Mandiri dan
Sejahtera.
Filosofi yang mendasari pembangunan daerah DIY adalah Hamemayu Hayuning Bawana,
sebagai cita-cita luhur untuk mewujudkan tata nilai kehidupan masyarakat Yogyakarta
berdasarkan nilai budaya. Hakekat budaya adalah hasil cipta, karsa dan rasa, yang diyakini
masyarakat sebagai sesuatu yang benar dan bermanfaat. Demikian pula budaya Jawa, yang

diyakini oleh masyarakat DIY sebagai salah satu acuan dalam hidup bermasyarakat, baik ke
dalam maupun ke luar. Ini berarti bahwa budaya tersebut bertujuan untuk mewujudkan
masyarakat gemah ripah loh jinawi, ayom, ayem, tata, titi, tentrem, kerta raharja. Dengan
kata lain, budaya tersebut akan bermuara pada kehidupan masyarakat yang penuh dengan
kedamaian, baik ke dalam maupun ke luar.
Enam nilai dasar budaya (Hamemayu Hayuning Bawana, Sangkan Paraning Dumadi,
Manunggaling Kawula Gusti, Tahta Untuk Rakyat, Golong-Gilig Sawiji Greget Sengguh Ora
Mingkuh, Catur Gatra Tunggal dengan Sumbu Tugu-Krapyak, dan Pathok Negara) dalam
konteks keistimewaan Yogyakarta didudukkan sebagai nilai rujukan deskriptif dan preskriptif,
yang selanjutnya dijabarkan sebagai pemandu gerak nyata kehidupan di Yogyakarta.
Konsep Hamemayu Hayuning Bawana bermakna sangat luas, karena Bawana sendiri
dipahami sebagai yang tangible dan intangible serta sebagai bawana alit dan bawana ageng.
Dalam pemahaman seperti itu, maka konsep ini memiliki kapasitas luas menjadi rujukan
hidup bermasyarakat baik bagi lingkungan keluarga, masyarakat maupun lingkungan yang
lebih luas (negara). Konsep ini mengandung makna adanya kewajiban untuk melindungi,
memelihara, serta membina keselamatan dunia dan lebih mengedepankan kepentingan
masyarakat daripada kepentingan pribadi maupun kelompok.
Konsep Sangkan Paraning Dumadi berawal dari keyakinan bahwa Tuhan ialah asal-muasal
dan tempat kembali segala sesuatu (sangkan paraning dumadi). Dunia yang tergelar dengan
seluruh isinya termasuk manusia berasal dari Tuhan dan kelak akan kembali kepada Tuhan

(mulih mula mulanira). Dengan kekuasaan-Nya yang tanpa batas, Tuhan menciptakan dunia
beserta isinya (jagad gedhé; makro kosmos), termasuk manusia (jagad cilik; mikro kosmos),
dengan keagungan cinta kasih-Nya. Tuhan adalah penguasa di atas segala penguasa yang
pernah ada di dunia. Tuhan tidak dapat digambarkan dengan perumpamaan apa pun (tan
kena kinaya apa). Ciptaan Tuhan beraneka ragam wujud dan derajatnya, berubah-ubah, dan
bersifat sementara (owah gingsir ing kanyatan, mobah mosiking kahanan), bahkan manusia
hidup di dunia ini hanyalah bersifat sementara seakan-akan sekadar singgah sejenak untuk
meneguk air (urip iku bebasan mung mampir ngombé), sedangkan Tuhan merupakan
Kenyataan Sejati (Kasunyatan Jati) yang bersifat Azali dan Abadi, tiada berawal maupun tiada
berakhir.

4

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2013
Dunia dengan segala isinya yang diciptakan Tuhan ini beraneka rupa wujudnya dan
berjenjang-jenjang derajatnya. Namun demikian semua tertata dan terkait satu sama lain
secara selaras, serasi, dan seimbang (harmonis). Masing-masing unsur atau komponen
memiliki peran dan fungsi yang telah ditentukan secara kodrati oleh Tuhan, sehingga apabila
terjadi ketidaktepatan posisi atau ketidaktepatan fungsi atas salah satu unsur atau

komponen, maka terjadilah kekacauan (disharmoni). Kekacauan pada satu satuan kenyataan
(unit realitas) akan mengguncangkan seluruh tatanan alam semesta (kosmos). Manunggaling
Tuhan dengan Manusia akan mengakibatkan ketentraman.
Konsep ini menjadi inspirasi Manunggaling Kawula lan Gusti yang berdimensi vertikal dan
horizontal. Manunggaling Kawula Gusti dapat dimaknai dari sisi kepemimpinan yang
merakyat dan disisi lain dapat dimaknai sebagai piwulang simbol ketataruangan.
Manunggaling Kawula Gusti memberikan pengertian bahwa manusia secara sadar harus
mengedepankan niat baik secara tulus ikhlas dalam kehidupannya. Dalam hal kepemimpinan,
makna Manunggaling Kawula Gusti adalah mampu memahami dan sadar kapan kita
memimpin dan kapan kita dipimpin. Ketika memimpin harus mementingkan kepentingan
yang dipimpin, sedang pada saat dipimpin mengikuti kepemimpinan sang pemimpin.
Konsep Tahta Untuk Rakyat dari segi maknanya tidak dapat dipisahkan dari konsep
Manunggaling Kawula Gusti, karena pada hakekatnya keduanya menyandang semangat yang
sama, yakni semangat keberpihakan, kebersamaan dan kemenyatuan antara penguasa dan
rakyat, antara Kraton dan Rakyat. Sri Sultan HB X meneguhkan tekad Tahta Bagi
Kesejahteraan Kehidupan Sosial-Budaya Rakyat, wujud komitmen Kraton Kasultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat yang akan selalu membela kepentingan rakyat, dengan berusaha
untuk bersama rakyat, dan memihak rakyat. Tekad ini melanjutkan tekad ayah beliau, Sultan
HB IX, Tahta Untuk Rakyat. Tahta Untuk Rakyat harus dipahami dalam konteks keberpihakan
Kraton terhadap rakyat dalam rangka menegakkan keadilan dan kebenaran serta
meningkatkan kualitas hidup rakyat. Oleh karena itu, Tahta Untuk Rakyat juga harus dipahami
sebagai penyikapan Kraton yang diungkapkan dengan bahasa sederhana Hamangku,
Hamengku, Hamengkoni. Dengan demikian, Tahta Untuk Rakyat menegaskan hubungan dan
keberpihakan Kraton terhadap Rakyat, sebagaimana tertuang dalam konsep filosofis
Manunggaling Kawula Gusti. Keberadaan Kraton karena adanya rakyat, sementara rakyat
memerlukan dukungan Kraton agar terhindar dari eksploitasi yang bersumber dari
ketidakadilan dan keterpurukan. Kraton tidak akan ragu-ragu memperlihatkan keberpihakan
terhadap Rakyat, sebagaimana pernah dilaksanakan pada masa-masa Revolusi dulu.
Falsafah Golong Gilig merupakan konsep pemikiran yang awalnya berperan untuk
memberikan spirit perjuangan melawan penjajahan. Konsep ini melambangkan menyatunya
cipta, rasa dan karsa yang dengan tulus ikhlas untuk memohon hidayah kepada Tuhan untuk
kemakmuran rakyat. Selain itu juga melambangkan persatuan dan kesatuan antara pemimpin
dengan yang dipimpin atau manunggaling Kawula-Gusti.
Sawiji, untuk mencapai cita-cita yang diinginkan, harus selalu ingat kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan konsentrasi harus diarahkan ke tujuan atau visi itu. Greget, bermakna dinamik dan
semangat yang harus disalurkan melalui jalan Allah SWT dan diarahkan ke tujuan melalui
saluran yang wajar. Sengguh, bermakna kebanggaan dan kepercayaan penuh pada pribadinya
untuk mencapai tujuan namun tidak disertai kesombongan. Ora Mingkuh, bermakna
bertanggung jawab menghadapi halangan dan kesulitan yang timbul dalam perjalanan
menuju ke tujuan (cita-cita). Konsep di atas menyandang makna mengenai kesatupaduan
5

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2013
antara komunitas, etos kerja, keteguhan hati, dan tanggungjawab sosial untuk membangun
bangsa dan negara dan untuk menciptakan kesejahteraan bersama.
Catur Gatra Tunggal merupakan filosofi dan juga konsep dasar pembentukan inti kota. Catur
Gatra Tunggal yang memiliki arti kesatuan empat susunan yang terdiri atas kraton, masjid,
alun-alun, dan pasar merupakan elemen-elemen identitas kota atau jatidiri kota yang
diletakkan sebagai unsur keabadian kota. Dengan perkataan lain, apabila elemen-elemen inti
kota tersebut diabaikan, maka inti keistimewaan Yogyakarta secara tata ruang fisik akan
terabaikan juga. Lebih ekstrimnya lagi apabila empat elemen ini ditiadakan atau tertiadakan
maka Yogyakarta akan tertiadakan juga secara fisik.
Konsep ini tidak lepas dari keberadaan sumbu imajiner Gunung Merapi–Laut Selatan.
Yogyakarta adalah kota yang mengambil rujukan tema perennial (abadi) berupa alam
(gunung-laut) dan kemudian membangun filosofi humanism metaphoric di atasnya.
Keberadaan sumbu imaginer dari Gunung Merapi–Laut Selatan dan sumbu filosofis antara
Tugu-Kraton-Panggung Krapyak telah menghamparkan cultural landscape (pusaka saujana,
sejauh mata memandang). Pathok Negara, adalah salah satu konsep penting yang
memberikan nilai keistimewaan tata ruang Yogyakarta, yang tidak hanya sekedar ditandai
dengan dibangunnya empat sosok masjid bersejarah (Mlangi, Ploso Kuning, Babadan, dan
Dongkelan), melainkan juga memberikan tuntunan teritori spasial yang didalamnya secara
implisit menyandang nilai pengembangan ekonomi masyarakat, pengembangan agama Islam,
dan tentu saja pengembangan pengaruh politik kasultanan. Secara spasial, Pathok Negara
telah membangkitkan satuan-satuan permukiman baru yang terus berkembang sampai saat
ini.
Masjid Pathok Negara yang tersebar di empat penjuru pinggiran kota Yogyakarta berfungsi
sebagai benteng pertahanan secara sosial kemasyarakatan. Hal ini dimungkinkan karena
kawasan Masjid-masjid Pathok Negara tersebut berfungsi sebagai kawasan keagamaan
sekaligus kawasan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Para ulama yang berada di Masjid
Pathok Negara tersebut adalah para ahli di bidang agama dan perekonomian. Pengaruh sosial
yang buruk dari luar dapat ditangkal oleh kawasan-kawasan tersebut, selaku garda depan
terhadap anasir-anasir asing.
Hamemayu Hayuning Bawana mengandung makna sebagai kewajiban melindungi,
memelihara, serta membina keselamatan dunia dan lebih mementingkan berkarya untuk
masyarakat daripada memenuhi ambisi pribadi. Dunia yang dimaksud mencakup seluruh
perikehidupan, baik dalam skala kecil (keluarga) maupun dalam skala lebih besar yang
mencakup masyarakat dan lingkungan hidup, dengan mengutamakan darma bakti bagi
kehidupan orang banyak dan tidak mementingkan diri sendiri.
Bertolak dari pemahaman di atas, serta dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) DIY dan perkembangan lingkungan strategis, maka perlu
diwujudkan suatu kondisi dinamis masyarakat yang maju namun tetap menjunjung tinggi
nilai-nilai budaya yang adiluhung, sehingga dirumuskan Visi Pembangunan DIY yang akan
dicapai selama lima tahun mendatang (2012-2017), yaitu Daerah Isti ewa Yogyakarta Ya g
Lebih Berkarakter, Berbudaya, Maju, Ma diri da “ejahtera Me yo gso g Peradaba Baru
Daerah Istimewa Yogyakarta yang lebih berkarakter dimaknai sebagai kondisi masyarakat
yang lebih memiliki kualitas moral tertentu yang positif, memanusiakan manusia sehingga
mampu membangun kehidupan yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain. Pengertian

6

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2013
lebih berkarakter sebenarnya berkorelasi baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan berbudaya, karena kararkter akan terbentuk melalui budaya.
Daerah Istimewa Yogyakarta yang berbudaya dimaknai sebagai kondisi dimana budaya lokal
mampu menyerap unsur-unsur budaya asing, serta mampu memperkokoh budaya lokal, yang
kemudian juga mampu menambah daya tahan serta mengembangkan identitas budaya
masyarakat setempat dengan kearifan lokal (local wisdom) dan keunggulan lokal (local
genius). Berbudaya juga dimaknai sebagai upaya pemberadaban melalui proses inkulturasi
dan akulturasi. Inkulturasi adalah proses internalisasi nilai-nilai tradisi dan upaya keras
mengenal budaya sendiri, agar berakar kuat pada setiap pribadi, agar terakumulasi dan
terbentuk menjadi ketahanan budaya masyarakat. Sedangkan akulturasi adalah proses
sintesa budaya lokal dengan budaya luar, karena sifat lenturnya budaya lokal, sehingga secara
selektif mampu menyerap unsur-unsur budaya luar yang memberi nilai tambah dan
memperkaya khasanah budaya lokal.
Daerah Istimewa Yogyakarta yang maju dimaknai sebagai peningkatan kualitas kehidupan
masyarakat secara lebih merata. Peningkatan kualitas kehidupan adalah kondisi dimana
terjadi peningkatan mutu kehidupan masyarakat dari berbagai aspek atau ukuran dibanding
daerah lain. Lebih merata dimaknai sebagai menurunnya ketimpangan antar penduduk dan
menurunnya ketimpangan antar wilayah.
b. Misi Jangka Panjang
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka ditempuh melalui empat misi pembangunan daerah
sebagai berikut:
1) Membangun peradaban yang berbasis nilai-nilai kemanusiaan;
2) Menguatkan perekonomian daerah yang didukung dengan semangat kerakyatan, inovatif
dan kreatif;
3) Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik;
4) Memantapkan prasarana dan sarana daerah.
Misi membangun peradaban berbasis nilai-nilai kemanusiaan, dimaknai sebagai misi yang
diemban untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, mengembangkan pendidikan
yang berkarakter yang didukung dengan pengetahuan budaya, pelestarian dan
pengembangan hasil budaya, serta nilai-nilai budaya. Misi ini juga mengemban upaya untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta menjunjung tinggi nilai-nilai budaya untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia. Misi ini juga dimaknai sebagai upaya mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat, meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Misi ini juga dimaknai sebagai upaya mendorong peningkatan derajat kesehatan seluruh
masyarakat, serta meningkatkan kualitas kehidupan manusia secara paripurna, yakni
memenuhi kebutuhan manusia yang terentang mulai dari kebutuhan fisik sampai sosial.
Misi menguatkan perekonomian daerah yang didukung dengan semangat kerakyatan,
inovatif dan kreatif, dimaknai sebagai misi yang diemban untuk meningkatan daya saing
pariwisata guna memacu pertumbuhan ekonomi daerah yang berkualitas dan berkeadilan.
Misi ini juga mengemban upaya untuk meningkatkan produktivitas rakyat agar rakyat lebih
menjadi subyek dan aset aktif pembangunan daerah dan mampu menciptakan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan merata, mengurangi tingkat kemiskinan, mengurangi ketimpangan
7

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2013
pendapatan dan tingkat pengangguran, serta membangkitkan daya saing agar makin
kompetitif.
Misi meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik, dimaknai sebagai misi yang
diemban untuk mendorong pemerintah daerah ke arah katalisator dan mampu mengelola
pemerintahan secara efisien, efektif, mampu menggerakkan dan mendorong dunia usaha dan
masyarakat lebih mandiri. Misi ini juga mengemban upaya untuk menyelenggarakan
pemerintahan yang bertanggung jawab, efektif, dan efisien. Misi ini juga dimaknai sebagai
upaya menjaga sinergitas interaksi yang konstruktif di antara domain negara, sektor swasta,
dan masyarakat, meningkatkan efektivitas layanan birokrasi yang responsif, transparan, dan
akuntabel, serta meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik.
Misi memantapkan prasarana dan sarana daerah, dimaknai sebagai misi yang diemban
dalam upaya meningkatkan pelayanan publik dengan memperhatikan kelestarian lingkungan
dan kesesuaian Tata Ruang. Misi ini juga mengemban upaya dalam menyediakan layanan
publik yang berkualitas yang sesuai dengan tata ruang, serta daya dukung dan daya tampung
lingkungan.
c. Tujuan
Mengacu kepada misi yang telah ditetapkan, maka tujuan yang hendak dicapai atau
dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun adalah, sebagai berikut:
1) Misi Membangun peradaban berbasis nilai-nilai kemanusiaan, dengan tujuan:
a) Mewujudkan peningkatan pengetahuan budaya, pelestarian dan pengembangan hasil
budaya;
b) Mewujudkan pengembangan pendidikan yang berkarakter;
c) Mewujudkan peningkatan derajat kualitas hidup;
2) Misi Menguatkan perekonomian daerah yang didukung dengan semangat kerakyatan,
inovatif dan kreatif, dengan tujuan:
a) Memacu pertumbuhan ekonomi daerah yang berkualitas dan berkeadilan yang
didukung dengan semangat kerakyatan, inovatif dan kreatif.
b) Mewujudkan peningatan daya saing pariwisata.
3) Misi Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik, dengan tujuan:
a. Mewujudkan pengelolaan pemerintahan secara efisien dan efektif.
4) Misi Memantapkan prasarana dan sarana daerah, dengan tujuan:
a. Mewujudkan pelayanan publik.
b. Menjaga kelestarian lingkungan dan kesesuaian Tata Ruang.
d. Sasaran
Mengacu kepada misi yang telah ditetapkan, maka sasaran yang hendak dicapai atau
dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun adalah sebagai berikut:
1) Misi: Membangun peradaban yang berbasis nilai-nilai kemanusiaan, dengan sasaran:
a) Peran serta dan apresiasi masyarakat dalam pengembangan dan pelestarian budaya
meningkat.
b) Melek huruf masyaraakat meningkat.
c) Aksesibilitas pendidikan meningkat.
d) Daya saing pendidikan meningkat.
e) Harapan hidup masyarakat meningkat.
8

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2013
2) Misi: Menguatkan perekonomian daerah yang didukung semangat kerakyatan, inovatif
dan kreatif, dengan sasaran:
a) Pendapatan masyarakat meningkat.
b) Ketimpangan antar wilayah menurun.
c) Kesenjangan pendapatan masyarakat menurun.
d) Kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara meningkat.
e) Lama tinggal wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara meningkat.
3) Misi: Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik, dengan sasaran:
a) Akuntabilitas kinerja pemerintah daerah meningkat.
b) Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah meningkat.
4) Misi: Memantapkan prasarana dan sarana daerah, dengan sasaran:
a) Layanan publik meningkat, terutama pada penataan sistem transportasi dan akses
masyarakat di pedesaan.
b) Kualitas lingkungan hidup meningkat.
c) Pemanfaatan ruang terkendali.
e. Strategi
Strategi yang ditempuh untuk mencapai misi, adalah sebagai berikut:
1) Strategi untuk mencapai misi: Membangun peradaban yang berbasis nilai-nilai
kemanusiaan, yaitu:
a) Memperkuat dan memperluas jejaring dan kerjasama dengan semua pihak dalam
mengelola dan melestarikan aset budaya secara berkesinambungan.
b) Mengembangkan kerjasama dan jejaring dengan pendidikan tinggi, lembaga-lembaga
riset, dunia usaha dan pemerintah untuk mewujudkan kemandirian masyarakat.
c) Perluasan akses pendidikan dasar sampai pendidikan menengah termasuk akses
pembiayaan bagi penduduk miskin.
d) Meningkatkan kapasitas lembaga pendidikan dalam mengembangkan proses belajar
mengajar berbasis multikultur dan nilai-nilai budaya luhur.
e) Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat secara adil dan merata, agar hidup
dalam lingkungan sehat, serta berperilaku hidup bersih dan sehat.
2) Strategi untuk mencapai misi: Menguatkan perekonomian daerah yang didukung
semangat kerakyatan, inovatif dan kreatif, yaitu:
a) Meningkatkan produktivitas rakyat, sehingga rakyat secara lebih konkret menjadi
subyek dan aset aktif pembangunan.
b) Membangkitkan daya saing produk unggulan wilayah agar makin kompetitif.
c) Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan merata.
d) Mengembangkan pariwisata berbasis budaya dan potensi lokal dengan
mengedepankan peran serta masyarakat.
e) Meningkatkan inovasi, penajaman promosi, peningkatan aksesibilitas dan konektivitas,
pengembangan SDM pariwisata, serta sinergisitas antar pelaku wisata.
3) Strategi untuk mencapai misi: Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik, yaitu:
a) Meningkatkan efektivitas kinerja birokrasi dan layanan publik yang responsif,
transparan dan akuntabel.

9

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2013
b) Meningkatkan profesionalisme pengelolaan keuangan daerah, optimalisasi
pemanfaatan aset daerah, perbaikan dan peningkatan kinerja BUMD, serta
optimalisasi pendapatan daerah.
4) Strategi untuk mencapai misi: Memantapkan prasarana dan sarana daerah, yaitu:
a) Mengembangkan sarana dan prasarana untuk mengatasi disparitas antar wilayah
dengan meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
transportasi.
b) Pelestarian fungsi lingkungan hidup menuju pembangunan yang berkelanjutan.
c) Pemanfaatan ruang mengacu rencana tata ruang, serta daya dukung dan daya
tampung lingkungan.
2.1.1. Kondisi Ekonomi Makro Daerah Tahun 2013
a. Pertumbuhan Ekonomi
Laju pertumbuhan ekonomi DIY selama 2009-2013 cenderung mengalami kenaikan.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 sebesar 5,40 % mengalami peningkatan
dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun 2012 yang besarnya 5,32%.
Tabel II.1
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi DIY, 2009-2013
6
5,5
5
4,5
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0

5,03

4,88

5,16

5,32

5,40

4,43

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Sumber: Berita Resmi Statistik Februari 2014, BPS DIY

Tingginya laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai selama tahun 2013 didorong oleh
pertumbuhan positif di semua sektor perekonomian. Pertumbuhan yang tertinggi
terjadi di sektor industri pengolahan, yang mampu tumbuh sebesar 7,81 persen,
setelah pada tahun sebelumnya mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) sebesar
2,28 persen. Golongan industri makanan, minuman, dan tembakau; industri tekstil,
produk tekstil, alas kaki dan kulit; dan industri furnitur memberi kontribusi terbesar
terhadap pertumbuhan di sektor industri pengolahan. Produksi industri pengolahan
tersebut sangat dipengaruhi oleh permintaan domestik melalui kegiatan pariwisata
maupun permintaan ekspor.
Pertumbuhan tertinggi berikutnya dihasilkan oleh sektor listrik, gas dan air bersih
sebesar 6,54 persen dan sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 6,30 persen.
10

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2013
Sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa yang cukup dominan
dalam struktur perekonomian DIY juga mampu tumbuh meyakinkan masing-masing
sebesar 6,20 persen dan 5,57 persen. Sektor pertanian menjadi lapangan usaha yang
memiliki laju pertumbuhan terendah, meskipun masih tumbuh positif sebesar 0,63
persen dan mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Besarnya andil atau sumbangan masing-masing sektor dalam menghasilkan
pertumbuhan ekonomi di DIY didominasi oleh sektor-sektor yang memiliki nilai nominal
besar, walaupun pertumbuhan sektor yang bersangkutan relatif kecil. Sektor yang
memberi sumbangan terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi DIY tahun 2013 adalah
sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan andil 1,31 persen. Besarnya andil yang
diberikan oleh sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa terhadap pertumbuhan
ekonomi DIY masing-masing sebesar 0,98 persen, meskipun dari sisi pertumbuhan yang
dihasilkan sektor industri pengolahan menjadi yang tertinggi. Andil yang terendah
terhadap pertumbuhan ekonomi DIY diberikan oleh sektor pertambangan dan
penggalian sebesar 0,03 persen.
Tabel II.2
Pertumbuhan PDRB DIY Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013
Pertumbuhan (%)
2012
4,19
1,98
-2,28
7,11
5,97
6,69
6,21

Sektor

Pertumbuhan (%)
2013

Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel-Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa
9,95
Perusahaan
7,09
Jasa-jasa
5,32
DIY
Sumber: Berita Resmi Statistik , 5Februari 2014, BPS DIY

0,63
4,92
7,81
6,54
6,07
6,20
6,30
6,23
5,57
5,40

Nilai PDRB di DIY tahun 2013 mencapai Rp. 63,690 trilyun atas harga berlaku atau
sebesar Rp 24,36 trilyun atas harga konstan. Nilai tersebut meningkat sebesar Rp. 6,87
trilyun (atas harga berlaku) atau sebesar Rp. 1,051 trilyun (atas harga konstan). Empat
sektor dengan kontribusi terbesar terhadap nilai PDRB DIY tahun 2013 adalah sektor
perdagangan, jasa, pertanian dan sektor industri pengolahan.
Tabel II.3
Nilai PDRB DIY Menurut Lapangan Usaha, 2011-2013 (Miliar Rupiah)
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan

ADH Berlaku

ADH Konstan

2013

2013

8,861,281
416,531
8,771,188
11

3.730.297
167.669
3.142.836

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2013
Lapangan Usaha

ADH Berlaku

ADH Konstan

2013

2013

Listrik, Gas dan Air Bersih
796,704
Bangunan
6,908,381
Perdagangan, Hotel-Restoran
13,152,524
Pengangkutan dan Komunikasi
5,400,530
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
6,543,153
Jasa-jasa
12,840,026
PDRB DIY
63,690,318
Sumber : Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2013

229.640
2.459.172
5.225.055
2.744.146
2.552.445
4.316214
24,360,798

Kontribusi sektor pembentuk PDRB tahun 2013 di DIY tidak mengalami perubahan
signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2012. Meskipun kontribusi beberapa sektor
mengalami perubahan, namun masih didominasi oleh sektor Perdagangan Hotel dan
Restoran, Jasa-jasa, Pertanian dan Industri Pengolahan. Pada tahun 2013 kontribusi
sektor Perdagangan Hotel Restoran menempati urutan tertinggi dengan nilai kontribusi
sebesar 20,65%, kemudian diikuti oleh sektor Jasa 20,16%, sektor Pertanian 13,91%
sektor Industri Pengolahan 13,77%, sektor bangunan 10,84%, sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan 10,27%, sektor pengangkutan dan komunikasi 8,47%,
sektor listrik, gas dan air bersih 1,25% dan kontribusi paling kecil adalah sektor
pertambangan dan penggalian dengan nilai kontribusi 0,65%.
Tabel II.4
Kontribusi Sektor Terhadap PDRB di DIY, 2009-2013
Lapangan Usaha

2009

2010

2011

2012

Pertanian
15,38
14,50
14,23
14,65
Pertambangan dan Penggalian
0,71
0,67
0,70
0,67
Industri Pengolahan
13,35
14,02
14,36
13,35
Listrik, Gas dan Air Bersih
1,35
1,33
1,31
1,28
Bangunan
10,70
10,59
10,78
10,85
Perdagangan, Hotel-Restoran
19,72
19,74
19,79
20,09
Pengangkutan dan Komunikasi
9,20
9,03
8,83
8,60
Keuangan, Persewaan dan Jasa
9,88
9,98
9,96
10,30
Perusahaan
Jasa-jasa
19,71
20,07
20,05
20,23
Sumber : Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2013

2013
13,91
0,65
13,77
1,25
10,85
20,65
8,48
10,27
20,16

Sementara itu, nilai dan laju pertumbuhan PDRB menurut penggunaan tahun 2013
menunjukkan kontribusi terbesar berasal dari Rp 33.293,53 milyar atas dasar harga
berlaku atau sebesar Rp 11.937,09 milyar atas dasar harga konstan. Dengan nilai
tersebut, kontribusi sektor rumah tangga terhadap PDRB DIY tahun 2013 sebesar
52,27%. Sementara itu konsumsi pemerintah sebesar Rp16.809,33 milyar atas dasar
harga berlaku atau Rp 4.923,54 milyar atas dasar harga konstan, atau tingkat
kontribusinya sebesar 26,39%. Pembentukan Modal Tetap Bruto pada tahun 2013

12

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2013
berkontribusi sebesar 31,25% yaitu sebesar Rp 19.908,29 milyar atas dasar harga
berlaku atau Rp 6.413,76 milyar atas dasar harga konstan.
Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2013 banyak disumbang oleh konsumsi rumah
tangga dan konsumsi pemerintah dengan laju pertumbuhan masing-masing sebesar
5,82 % dan 5,31 %.
Tabel II.5
Nilai dan Laju Pertumbuhan PDRB DIY Menurut Penggunaan
Tahun 2011-2013

No

Lapangan Usaha

1
2
3

Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Pemerintah
Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB)
Lainnya *)
PDRB

4

Atas Dasar
Harga Berlaku
(Milyar Rp)
2013
33.293,53
16.809,33

Atas Dasar
Harga Konstan
(Milyar Rp)
2013
11.937,09
4.923,54

19.908,29

6.413,76

5,02

3.143,38
63.690,32

968,84
24.567,48

-2,13
5,40

Laju
Pertumb.
2013 (%)
5,82
5,31

Sumber : BPS DIY

*)termasuk ekspor, impor, konsumsi lembaga nirlaba, perubahan inventori dan diskrepansi
statistik (residual

Nilai PDRB per kapita di DIY atas dasar harga berlaku pada tahun 2013 mencapai Rp.
17,98 juta atau meningkat 9,95 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2012
yang besarnya Rp. 16,35 juta. Selanjutnya PDRB per kapita atas dasar harga konstan
pada tahun 2013 mencapai Rp. 6,94 juta, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2012
yang besarnya Rp. 6,68 juta, atau ada peningkatan 3,78 persen.
Tabel II.6
Nilai PDRB Per Kapita DIY, 2009-2013 (Rupiah)
Tahun

Atas Dasar Harga Berlaku

Atas Dasar Harga Konstan

2009
2010
2011
2012
2013

12.083.874
13.030.767
14.613.135
16.350.082
17.980.000

5.855.379
6.010.224
6.245.315
6.680.202
6.940.000

Sumber: BPS DIY

b. Inflasi
Laju inflasi di Kota Yogyakarta tahun 2013 sebesar 7,32%. Angka inflasi tahun 2013 ini
lebih tinggi dibandingkan inflasi tahun 2012 yang besarnya 4,31% atau naik 3,01%.
Kenaikan laju inflasi 2013 dibandingkan tahun 2012 yang relatif tinggi berasal dari
Transpor dan Komunikasi, kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau dengan masing-masing sebesar 9,15%, 4,21% dan
1,25%. Untuk kelompok Perumahan sebesar 2,19%, Pendidikan Rekreasi dan Olah raga
sebesar 1,74 % Kesehatan 1,15%, sedangkan penurunan terjadi pada Sektor Sandang
sebesar 3,56%.
13

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2013
Tabel II.7
Laju Inflasi Kota Yogyakarta Tahun 2012-2013
Menuru Kelompok Pengeluaran
No

Laju Inflasi
(%) 2012

Kelompok Pengeluaran

Laju Inflasi
(%) 2013

Umum
4,31
Bahan Makanan
8,10
Makanan Jadi, Minuman,Rokok &
6,90
Tembakau
3
Perumahan
2,99
4
Sandang
3,56
5
Kesehatan
1,93
6
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
1,43
7
Transpor dan Komunikasi
1,30
Sumber: Berita Resmi Statistik 2 Januari 2104, BPS DIY

7,32
12,31
8,15

1
2

5,18
0,00
3,08
3,17
10,45

c. Investasi
Perkembangan sektor Industri Kecil Menengah (IKM) DIY pada tahun 2013 sebanyak
84.234 unit usaha mengalami peningkatan 2,29 %, bila dibandingkan dengan tahun
2012 yang jumlahnya sebanyak 82.344 unit usaha. Unit usaha tersebut meliputi industri
pangan, sandang dan kulit, kimia dan bahan bangunan, logam dan elektronika, dan
industri kerajinan. Jumlah unit usaha terbanyak adalah industri pangan kemudian
diikuti industri kerajinan.
Sektor Industri di DIY mempunyai peranan yang cukup besar dalam penyerapan tenaga
kerja, pada tahun 2013 dapat menyerap 303.227 orang dan pada tahun 2012 dapat
menyerap tenaga kerja sejumlah 301.385 orang, atau mengalami peningkatan sejumlah
0,61%.
Tabel II.8
Perkembangan IKM di DIY, 2009-2013
IKM
Unit usaha (UU)
Tenaga kerja (orang)

2009

2010

2011

2012

2013

77.851

78.122

80.056

82.344

84.234

291.391

292.625

295.461

301.385

310,173

Nilai investasi (Rp 000)

871.110.097

878.063.496

1.003.678.054

1.151.820

1,064,180

Nilai produksi (Rp 000)

2.325.582.931

2.821.218.797

3.053.031.164

3.500.662

3,294.485

Nilai bahan (Rp 000)

1.321.234.176

1.358.293.612

1.352.479.088

1.369.114

1.449.435

Sumber : Disperindagkop UKM DIY

d. Angkatan Kerja dan Ketenagakerjaan
Jumlah angkatan kerja DIY menurut data BPS pada tahun 2012 sebanyak 1.944.858
orang atau sebesar 70,85 % dari total penduduk DIY berumur 15 tahun keatas. Jumlah
angkatan kerja pada tahun 2012 ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2011 yang
jumlahnya 1.872.912 orang. Dari total penduduk berumur 15 tahun ke atas di DIY tahun
2012, sebanyak 68,04% merupakan penduduk yang bekerja, sedangkan 2,81%
merupakan pengangguran. Tingkat pengangguran terbuka diperoleh dengan
membandingkan atara jumlah pengangguran dengan angkatan kerja.

14

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2013
Tabel II.9
Penduduk Berumur 15 tahun Keatas Menurut Kegiatan di DIY
2010
Kegiatan

Orang

2011
%

Orang

2012
%

Orang

%

Angkatan Kerja

1.882.296

69,76

1.872.912

68,77

1.944.858

70,85

1. Bekerja

1.775.148

65,79

1.798.595

66,04

1.867.708

68,04

107.148

3,97

74.317

2,73

77.150

2,81

815.838

30,24

850.717

31,23

800.214

29,15

279.420

10,36

282.226

10,36

279.521

10,18

437.630

16,22

429.555

15,77

412.624

15,03

98.788

3,66

138.936

5,10

108.069

3,94

2.698.134

100,00

2.723.629

100,00

2.745.072

100,00

2. Pengangguran
Bukan Angkatan
Kerja
1. Sekolah
2. Mengurus
RumahTangga
3. Lainnya
Jumlah

Sumber: DIY Dalam Angka, 2011-2013 , BPS DIY

Selama periode 2010-2012 komposisi penduduk yang bekerja menurut lapangan
pekerjaan utamanya tidak banyak mengalami perubahan. Empat sektor yang relatif
banyak menyerap tenaga kerja di DIY adalah sektor pertanian, sektor perdagangan,
hotel dan restoran, sektor jasa-jasa dan sektor industri pengolahan. Penduduk yang
bekerja di sektor pertanian sebanyak 26,91%,sektor perdagangan, hotel dan restoran
sebanyak 24,87%, sektor jasa-jasa sebanyak 18,76% dan sektor industri pengolahan
sebanyak 15,13%.
Sedangkan sektor dengan jumlah tenaga kerja yang relatif rendah yaitu sektor
konstruksi (7,11%), sektor pengangkutan dan komunikasi (3,28%) , sektor keuangan,
real estate dan jasa perusahaan (3,06%) dan sektor lainnya (pertambangan, penggalian,
listrik, gas dan air) sebanyak 0,87%.
Tabel II.10
Presentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama,
Februari 2010-Agustus 2013
2010

2011

2012

2013

Lapangan Pekerjaan Utama
Feb

Ags

Feb

Ags

Feb

Ags

Feb

Ags

Pertanian

32,21

30,40

24,31

23,97

24,24

26,91

23,43

27,86

Industri Pengolahan

15,06

13,92

14,17

14,83

15,65

15,13

13,36

13,45

4,73

6,19

5,61

7,40

5,88

7,11

6,63

5,55

dan

22,93

24,69

25,97

26,70

27,00

24,87

26,77

25,98

dan

4,45

3,80

4,71

3,79

3,94

3,28

3,9

3,49

Keuangan, Real Estate dan

2,18

2,18

2,18

2,78

2,75

3,06

3,36

2,9

17,43

17,93

21,76

19,60

20,33

18,76

21,36

20,0

1,01

0,89

1,30

0,93

0,21

0,87

1,19

0.76

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

Konstruksi
Perdagangan,

Hotel

Restoran
Pengangkutan
Komunikasi
Jasa Perusahaan
Jasa - jasa
Lainnya

(Pertambangan,

Penggalian , Listrik, Gas dan
Air)
Total

15

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2013
Sumber: Berita Resmi Statistik (BRS) 6November 2013, BPS DIY

Menurut status pekerjaan utamanya, penduduk yang bekerja di DIY sebagian bekerja
sebagai buruh/karyawan/pegawai. Hal ini terlihat pada data Agustus tahun 2013, yaitu
39,88% penduduk bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai. Selanjutnya sebanyak
19,60% penduduk bekerja sebagai buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar, 16,03%
merupakan pekerja keluarga/tidak dibayar, 12,86% berusaha sendiri, 7,08% merupakan
pekerja bebas, dan sebanyak 4,56% merupakan penduduk yang berusaha dibantu
buruh tetap.
Tabel II.11
Presentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama,
Februari 2010-Agustus 2013
2010

2011

2012

2013

Status Pekerjaan Utama
Feb
Berusaha Sendiri
Berusaha

dibantu

Buruh

Tidak

Ags

Feb

Ags

Feb

Ags

Feb

Ags

14,55

13,75

15,29

13,91

13,80

12,69

13,67

12,86

24,54

24,35

17,49

19,35

20,51

18,78

19,66

19,60

3,49

3,90

4,27

4,27

3,96

4,38

4,05

4,56

31,20

30,57

39,34

40,12

38,61

39,06

40,05

39,88

7,50

8,56

8,59

8,40

7,38

8,70

8,99

7,08

18,73

18,87

15,02

13,95

15,73

16,38

13,59

16,03

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

Tetap/Buruh Tidak Dibayar
Berusaha dibantu Buruh Tetap
Buruh/Karyawan/Pegawai
Pekerja Bebas
Pekerja Keluarga/tak Dibayar
Total

Sumber: BRS 6 November 2013, BPS DIY

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan perbandingan antara penduduk
angkatan kerja dengan penduduk usia kerja. Hasil Sakernas Agustus 2013 menunjukan
bahwa TPAK di D.I. Yogyakarta adalah sebesar 68,89 persen, angka tersebut lebih
rendah jika dibandingkan keadaan Agustus 2012 yang besarnya 70,85 persen atau
selama kurun waktu satu tahun turun 1,96 poin. Secara umum TPAK tidak banyak
berubah, tetapi terdapat kecenderungan TPAK Agustus lebih rendah dibandingkan
TPAK Pebruari. Pola perbandingan TPAK periode 2011-2013 ditampilkan pada Gambar
I.7. Bila ditinjau menurut jenis kelamin kecenderungan TPAK laki-laki lebih tinggi dari
TPAK perempuan. TPAK laki-laki hasil Sakernas Agustus 2013 di D.I. Yogyakarta sebesar
77,53 persen dan TPAK perempuan sebesar 60,64 persen. Bila dibedakan menurut
wilayah, kecenderungan TPAK pedesaan lebih tinggi dari TPAK perkotaan. TPAK
pedesaan Agustus 2013 di D.I. Yogyakarta sebesar 75,34 persen dan TPAK perkotaan
sebesar 65,67 persen.

16

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2013
Tabel II.12
TPAK di DIY, Agustus 2011-Agustus 2013

Sumber: BRS 6 November 2013, BPS DIY

Selama periode 2009-2013 Tingkat Pengangguran Terbuka di DIY cenderung
mengalami penurunan. Pada Agustus 2009 tingkat pengangguran terbuka di DIY
sebesar 6,00%, kemudian pada Agustus 2010 menurun menjadi 5,69%, pada Agustus
tahun 2011 dan 2012 turun menjadi 3,97% selanjutnya pada tahun 2013 turun lagi
menjadi 3,34%. Angka tingkat pengangguran terbuka DIY jika dibandingkan dengan
nasional masih lebih baik, hal ini dapat dilihat selama periode 2009-2013 tingkat
pengangguran terbuka DIY selalu lebih rendah dari tingkat pengangguran terbuka
nasional.
Tabel II.13
Tingkat Pengangguran Terbuka di DIY dan di Tingkat Nasional
Februari 2009-Agustus 2013 (%)

Sumber: BRS 6 November 2013, BPS DIY

Fluktuasi perkembangan tingkat pengangguran terbuka Daerah Istimewa Yogyakarta
Agustus 2011 – Agustus 2013 menurut kabupaten/kota disajikan pada Gambar I.9
dibawah ini.
Variasi
tingkat pengangguran terbuka terjadi pada semua
kabupaten/kota, tingkat pengangguran terbuka tertinggi terjadi di Kota Yogyakarta,
17

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2013
yaitu sebesar 6,57 persen dan terendah di kabupaten Kulon Progo yaitu 2,94 persen.
Kabupaten Bantul dan kabupaten Gunung Kidul selama Agustus 2011-Agustus 2013
terus mengalami penurunan sementara kabupaten/kota yang lain bervariasi.
Tabel II.14
Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Kabupaten/Kota di DIY,
Agustus 2011 dan Agustu 2013 (%)

Sumber: BRS 6 November 2013, BPS DIY

e. Penduduk Miskin
Jumlah penduduk miskin di DIY pada tahun 2012 menurut data BPS sebanyak 565.350
orang atau sebesar 15,88% dari total penduduk DIY. Jumlah penduduk miskin di DIY
pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 0,80% dari tahun 2011 yang
banyaknya ada 16,08%.
Jumlah penduduk miskin tahun 2012 di wilayah kota/urban sebanyak 305.340 orang
atau 13,13%, sedangkan penduduk miskin di wilayah desa/rural sebanyak 259.550 ribu
orang atau sebesar 21,76%.
Tabel II.15
Jumlah Penduduk Miskin di DIY Menurut Wilayah, 2005-2012
Kota/Urban

Desa/Rural

Jumlah Total

Tahun

Jumlah
(000)

% thd
penduduk
Kota

Jumlah
(000)

% thd
penduduk
Desa

Jumlah
(000)

% thd
penduduk
DIY

2005

340,30

16,02

285,50

24,23

625,80

18,95

2006

346,00

17,85

302,70

27,64

648,70

19,15

2007

335,30

15,63

298,20

25,03

633,50

18,99

2008

324,16

14,99

292,12

24,32

616,28

18,32

2009

311,47

14,25

274,31

22,60

585,78

17,23

2010

308,36

13,38

268,94

21,95

577,30

16,83

2011

304,34

13,16

256,55

21,82

560,88

16,08

18

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2013
Kota/Urban
Tahun

Jumlah
(000)

% thd
penduduk
Kota

Desa/Rural
Jumlah
(000)

2012
305,34
13,13
259,44
Sumber: DIY Dalam Angka 2013, BPS DIY

Jumlah Total

% thd
penduduk
Desa

Jumlah
(000)

% thd
penduduk
DIY

21,76

565,35

15,88

Tabel II.16
Grafik Persentase Penduduk Miskin DIY

Sumber: DIY Dalam Angka 2013, BPS DIY

Jumlah penduduk miskin di wilayah desa lebih tinggi dibanding di kota. Hal ini
menunjukkan bahwa konsentrasi penduduk miskin masih berada di wilayah perdesaan,
dimana sebagian besar penduduk perdesaan merupakan penduduk dengan tingkat
pendidikan yang relatif masih rendah dan bekerja di sektor pertanian. Karakteristik
tersebut, secara umum menggambarkan bahwa penduduk perdesaan memiliki
pendapatan yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan penduduk perkotaan.
Namun demikian, jika dilihat trendnya selama periode 2006-2012, jumlah penduduk
miskin cenderung mengalami penurunan, baik itu di wilayah kota maupun desa.
2.1.2. Kondisi Ekonomi Daerah
Kondisi ekonomi suatu daerah dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan suatu daerah.
Adanya pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya peningkatan produksi di suatu
daerah pada periode waktu tertentu. Adanya peningkatan produksi diharapkan mampu
meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga juga terjadi peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Dalam perekonomian terbuka, pertumbuhan ekonomi tidak hanya dipengaruhi oleh
aktivitas perekonomian di wilayah tersebut namun juga dipengaruhi oleh perekonomian
global. Demikian halnya dengan perekonomian di DIY, tidak hanya dipengaruhi oleh
aktivitas ekonomi penduduk DIY namun juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti
kondisi ekonomi nasional dan bahkan ekonomi global.

19

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2013
Sektor Unggulan
Penentuan sektor unggulan di DIY didasarkan pada kontribusi sektor terhadap
perekonomian DIY. Ukuran yang digunakan adalah besarnya kontribusi sektor terhadap
pembentukan PDRB DIY. Dikatakan sektor unggulan apabila kontribusinya terhadap nilai
PDRB DIY dari waktu ke waktu secara konsisten relatif besar. Berikut adalah nilai PDRB DIY
selama kurun waktu 2007-2013 berdasarkan lapangan usaha (sektor).
Tabel II.17
Grafik Nilai PDRB DIY Tahun 2007-2013
Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah)

Sumber: DIY Dalam Angka 2013 Diolah, BPS DIY

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ada empat sektor yang mendominasi
perekonomian DIY yaitu sektor jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor
pertanian dan sektor industri pengolahan.
a. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR)
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada tahun 2013 mengalami
pertumbuhan sebesar 6.20% dalam struktur PDRB DIY. Sektor PHR menempati
peringkat teratas dalam pembentukan struktur PDRB DIY tahun 2013. Pertumbuhan di
sektor PHR diantaranya didorong oleh peningkatan kunjungan wisatawan dan
banyaknya kegiatan di DIY sepanjang tahun 2013, termasuk kegiatan Meeting,
Incentive, Conference, Exhibition (MICE). Pada tahun 2013 tercatat terdapat 13.695
MICE yang dilaksanakan di DIY atau mengalami peningkatan sebesar 6,12% jika
dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan MICE di DIY menunjukan bahwa DIY
memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai