Gambaran Penggunaan Antimikroba pada Musim Hujan dan Musim Kemarau di Kota Medan Tahun 2013

4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Antimikroba
Menurut Setiabudy (2011) antimikroba adalah obat pembasmi mikroba,

terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok parasit. Khususnya
mikroba yang merugikan manusia. Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh
suatu mikroba, terutama fungi yang dapat menghambat atau membasmi mikroba
jenis lain. Saat ini, banyak antibiotik dibuat secara semisintetik atau sintetik
penuh.

2.1.1. Mekanisme Kerja Antimikroba
Menurut Brooks et al. (2007) terdapat lima mekanisme kerja antimikroba
yaitu:
1.


Melalui Toksisitas Selektif yang berarti bahwa obat tersebut berbahaya
bagi patogen tanpa membahayakan pejamu. Toksisitas selektif dapat
berfungsi sebagai reseptor spesifik yang diperlukan untuk perlekatan obat.

2.

Inhibisi Sintesis Dinding Sel. Cedera pada dinding sel, misal karena
lisozim atau inhibisi pada pembentukannya dapat menyebabkan sel
menjadi lisis. Dinding sel mengandung polimer kompleks peptidoglikan
yang khas secara kimiawi, terdiri dari polisakarida dan polipeptida dengan
banyak hubungan silang. Polisakarida tersebut biasanya mengandung gula
amino N-asetilglukosamin dan asam asetilmuramat. Asam asetilmuramat
ditemukan hanya pada bakteri.

3.

Inhibisi Fungsi Membran Sel. Sitoplasma semua sel yang hidup diikat oleh
membran sitoplasma, yang bekerja sebagai barier permeabilitas selektif,
berfungsi sebagai transpor aktif sehingga mengontrol komposisi internal
sel.


Jika

integritas

fungsional

membran

sitoplasma

terganggu,

makromolekul dan ion dapat keluar dari sel sehingga dapat menyebabkan
kerusakan atau kematian sel.

Universitas Sumatera Utara

5


4.

Inhibisi Sintesis Protein. Bakteri mempunyai ribosom 70S, sedangkan sel
mamalia mempunyai ribosom 80S. Subunit setiap tipe ribosom, komposisi
kimianya,

dan

spesifisitas

fungsionalnya

cukup

berbeda

untuk

menjelaskan mengapa obat antibiotik dapat menghambat sintesis protein
pada ribosom bakteri tanpa berefek besar pada ribosom mamalia.

5.

Inhibisi Sintesis Asam Nukleat yaitu dengan menghambat sintesis RNA
atau DNA bakteri. Ada obat yang berikatan pada RNA polimerase
dependen-DNA bakteri. Ada juga yang menghambat DNA girase.
Antimikroba yang termasuk dalam kelompok ini ialah rifampisin, dan
golongan kuinolon (Setiabudy, 2011).

2.1.2. Pembagian Jenis Antimikroba
Berdasarkan kerja antimikroba terhadap kuman, antimikroba terdiri dari
yang bersifat bakteriostatik dan yang bersifat bakterisid (Brooks et al., 2007),
yaitu:
1.

Antimikroba yang bersifat bakteriostatik, contohnya adalah sulfonamide,
tetrasiklin,

kloramfenikol,

eritromisin,


trimetoprim,

linkomisin,

klindamisin, dan asam amino salisilat. Obat bakteriostatik bekerja dengan
mencegah pertumbuhan kuman, tidak membunuhnya, pembunuhan kuman
sangat bergantung pada daya tahan tubuh.
2.

Antimikroba yang bersifat bakterisid misalnya penisilin, sefalosporin,
aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol, dan isoniazid. Antimikroba
ini secara aktif membunuh kuman.

2.1.3. Golongan-golongan Antimikroba Berdasarkan Ketersediaan Obat
Antimikroba di Indonesia
Menurut MIMS (2013/2014) pengolongan antimikroba sebagai berikut :
1.

Penisilin


2.

Sefalosporin

3.

Kloramfenikol

4.

Makrolid

Universitas Sumatera Utara

6

5.

Kuinolon


6.

Tetrasiklin

7.

Kombinasi Antibakterial

8.

Klindamisin

9.

Aminoglikosida

10.

Obat Anti Tuberkulosis


2.2.

Infeksi

2.2.1. Pengertian Infeksi dan Penyakit Infeksi
Menurut Kamus Saku Kedokteran Dorland (2012) infeksi adalah invasi
dan

pembiakan

mikroorganisme

pada

jaringan

tubuh,

terutama


yang

menyebabkan cedera selular lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin, replikasi
intraselular, atau respons antigen-antibodi. Sedangkan penyakit infeksi adalah
penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen dan bersifat sangat dinamis.

2.2.2. Proses Terjadinya Penyakit
Secara umum, proses terjadinya penyakit melibatkan tiga faktor yang
saling berinteraksi, yaitu:
1.

Faktor penyebab penyakit yang sering disebut agen (agent);

2.

Faktor manusia, yang sering disebut pejamu (host);

3.


Faktor lingkungan.
Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi dan dalam epidemiologi

disebut Segitiga Epidemiologi atau disebut Trias Penyebab Penyakit (Darmadi,
2008). Berikut ini gambaran segitiga epidemiologi :

Universitas Sumatera Utara

7

Gambar 1. Trias Penyebab Penyakit

2.2.3. Infeksi Bakteri
Infeksi bakteri mencakup multiplikasi bakteri patogenik dalam tubuh,
meskipun orang tersebut asimtomatik (Brooks, 2007). Bakteri menimbulkan
beberapa efek sakitnya dengan melepaskan senyawa seperti enzim, endotoksin,
ataupun eksotoksin (Pierce, 2007).

2.2.4. Klasifikasi Bakteri
Menurut Brooks (2007) bakteri terdiri atas bermacam- macam jenis yang

dibagi- bagi sesuai dengan karakteristik atau sifatnya yang menyebabkan
terjadinya berbagai macam penyakit. Klasifikasi yang tepat dari bakteri yang
menyebabkan infeksi, merupakan bagian yang penting, sehingga antimikroba
yang tepat dapat segera diberikan. Klasifikasi bakteri sebagian besar didasarkan
pada bentuk bakteri, misalnya basil dan kokus. Serta sifat pewarnaan Gram yaitu :
1.

Bakteri Gram-positif

2.

Bakteri Gram-negatif

2.3.

Musim Hujan 2013
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika

(BMKG) (2013)

mengelompokan pola distribusi curah hujan rata-rata bulanan di seluruh wilayah
Indonesia. Secara klimatologis wilayah Indonesia terdiri atas:
1.

Daerah-daerah yang mempunyai batas yang jelas secara klimatologis
antara periode musim hujan dan periode musim kemarau, yang selanjutnya
disebut daerah Zona Musim (ZOM).

Universitas Sumatera Utara

8

2.

Daerah-daerah yang tidak mempunyai batas yang jelas secara klimatologis
antara periode musim hujan dan musim kemarau, yang selanjutnya disebut
daerah Non Zona Musim (Non ZOM).
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data periode 30 tahun (tahun

1981 –2010), wilayah Indonesia terdiri atas 342 Zona Musim (ZOM), yaitu
Sumatera 54 ZOM, Jawa 150 ZOM, Bali 15 ZOM, Nusa Tenggara Barat 21
ZOM, Nusa Tenggara Timur 23 ZOM, Kalimantan 22 ZOM, Sulawesi 42 ZOM,
Kepulauan Maluku 9 ZOM dan Papua 6 ZOM.
Sebanyak 3 ZOM di Sumatera, awal musim hujan antara dasarian I – III
Juli 2013, meliputi Langkat, Deli Serdang, Kota Medan, Serdang Bedagai,
sebagian Simalungun, sebagian Asahan, Tebing Tinggi, Barat Laut Rokan Hilir.

2.4.

Musim Kemarau 2013
Awal Musim Kemarau 2013 pada 54 Zona Musim (ZOM) di Sumatera,

sebagian besar wilayah diprakirakan berkisar pada bulan Mei 2013. Awal Musim
Kemarau Kota Medan yaitu antara dasarian III Mei – I Juni 2013 (BMKG,2013).
Menurut Frumkin et al. (2008) musim mempengaruhi berkembangnya
penyakit tropik dan meningkatkan risiko vector borne diseases, mempengaruhi
risiko foodborne, waterborne diseases dan emerging infectious diseases. Menurut
Okatini, dkk (2007) keadaan banjir menyebabkan adanya perubahan lingkungan
seperti: banyaknya genangan air, lingkungan menjadi becek, berlumpur, serta
banyak timbunan sampah yang menyebabkan mudahnya kuman berkembang biak.

Universitas Sumatera Utara