Gambaran Penggunaan Antimikroba pada Musim Hujan dan Musim Kemarau di Kota Medan Tahun 2013

(1)

PADA MUSIM HUJAN DAN MUSIM KEMARAU

DI KOTA MEDAN TAHUN 2013

Oleh :

YESSIE ELENDA SIREGAR

NIM : 110100231

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kasih sayang dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini. Shalawat serta salam tidak lupa diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, seorang manusia yang sangat mulia.

Adapun tujuan penulisan proposal penelitian adalah untuk memaparkan pemikiran dan pengetahuan mengenai penelitian yang akan dilaksanakan Penelitian ini berjudul Gambaran Penggunaan Antimikroba pada Musim Hujan dan Musim Kemarau di Kota Medan Tahun 2013.

Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), Sp.A(K), selaku rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Datten Bangun, M.Sc, Sp.FK, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. dr. H. Soekimin, Sp.PA, selaku Dosen Penguji I di Seminar Proposal Penelitian yang memberikan nasihat- nasihat dalam penyempurnaan karya tulis ilmiah ini.

5. Ibu Nenni Dwi A. Lubis, SP, M.Si, selaku Dosen Penguji I di Seminar Hasil Penelitian yang memberikan nasihat- nasihat dalam penyempurnaan karya tulis ilmiah ini.

6. dr. Dina Aprillia, Sp.PD, selaku Dosen Penguji II yang memberikan nasihat- nasihat dalam penyempurnaan karya tulis ilmiah ini.

7. Pemilik apotek dan apoteker yang telah berjasa memberikan kesempatan untuk mengambil data penelitian sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.


(4)

8. Seluruh Staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bimbingan selama perkuliahan dan penulisan karya tulis ilmiah ini. 9. Orangtua penulis yang selalu memberikan kasih sayang, doa dan semangat

kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah dan pendidikan. 10. Adik penulis, Aulia Nisa yang tidak bosan- bosannya menemani dalam

mengerjakan karya tulis ilmiah ini.

11. Teman- teman penulis yaitu Marfiratur Rahmah Zega, Helvina Siahaan, Shera Adila, dan Sona Anggrani yang memberikan semangat dan menemani dalam proses pengerjaan karya tulis ilmiah.

12. Teman- teman mahasiswa FK USU stambuk 2011, dan khususnya Irsan Thermanto, Nurhidayani, Grace Roseliny, yang telah memberi saran, kritik, dukungan materi, dan moril dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penelitian ini.

Medan, 5 Januari 2015


(5)

ABSTRAK

Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya morbiditas dan mortalitas di Indonesia. Untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri digunakan antibiotik. Di Indonesia, kita mengenal adanya musim hujan dan musim kemarau. Untuk itu, penelitian ini dilaksanakan guna mengetahui gambaran penggunaan antimikroba pada musim hujan dan musim kemarau di Kota Medan dan dalam hal ini ditelaah melalui jumlah penggunaan antimikroba pada musim hujan dan musim kemarau.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional. Sampel terdiri dari 370 resep dari apotek di Kota Medan. Pengumpulan data dilakukan melalui pengambilan resep dari apotek kemudian mengolah resep yang mengandung antimikroba dan ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi.

Hasil penelitian dalam bentuk tabel distribusi frekuensi menunjukkan bahwa penggunaan antimikroba berdasarkan jumlah peresepan antimikroba pada musim hujan adalah 52,9% dan musim kemarau sebanyak 49,7%, berdasarkan golongan antimikroba pada musim hujan paling banyak dari golongan obat anti tuberkulosis yaitu 23,46% dan musim kemarau paling banyak dari golongan sefalosporin yaitu 30,43%, berdasarkan bentuk sediaan antimikroba pada musim hujan adalah sediaan per-oral 100% dan musim kemarau adalah per-oral 100%, berdasarkan aturan pakai antimikroba menunjukkan bahwa masih terdapat kesalahan penulisan aturan pakai antimikroba pada musim hujan sebanyak 14% dan pada musim kemarau sebanyak 13% di Kota Medan Tahun 2013. Kata kunci: penggunaan antimikroba, musim hujan, musim kemarau


(6)

ABSTRACT

Infectious diseases are still the major cause of morbidity and mortality in Indonesia. Most of the time, antibiotics are used to cure infection diseases because of the bacteria . In Indonesia we have rainy season and dry season. For that, this study had like to find out description of infectious diseases antimicrobial usage in rainy season and dry season in Medan by antimicrobial prescription in rainy season and dry season.

This study is as descriptive study with cross-sectional design. Samples consisted of 370 recipes from pharmacies in Medan. The data was collected through the recipes from pharmacies. Then the recipes which is consist of antimicrobial and showed in frequency distribution.

The result of this study in frequency distribution table showed that antimicrobial use based on the number of antimicrobial prescribing in rainy season is 52,9% and dry season is 49,7%, based on class of antimicrobials in rainy season is anti tuberculosis drug (23,46%) and dry season is cephalosporin (30,43%), based on antimicrobial dosage form in rainy season is per-oral (100%) and dry season is per-oral (100%), based on antimicrobial rules showed that there is still an error writing in rainy season (14%) and dry season (13%) in Medan in

2013.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 2

1.3. Tujuan Masalah ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Antimikroba ... 4

2.1.1. Mekanisme Kerja Antimikroba ... 4

2.1.2. Pembagian Jenis Antimikroba... 5

2.1.3. Golongan-golongan Antimikroba ... 5

2.2. Infeksi ... 6

2.2.1. Pengertian Infeksi dan Penyakit Infeksi ... 6

2.2.2. Proses Terjadinya Penyakit ... 6

2.2.3. Infeksi Bakteri ... 7

2.2.4. Klasifikasi Bakteri ... 7

2.3. Musim Hujan 2013 ... 7


(8)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI

OPERASIONAL ... 9

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 9

3.2. Definisi Operasional... 9

BAB 4 METODE PENELITIAN... 11

4.1. Jenis Penelitian ... 11

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 11

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 11

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 13

4.5. Metode Pengolahan Data ... 13

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 14

5.1. Hasil Penelitian ... 14

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 14

5.1.2. Jumlah Peresepan Antimikroba per Musim ... 16

5.1.3. Penggunaan Antimikroba Menurut Golongan .... Antimikroba per Musim ... 16

5.1.4. Penggunaan Antimikroba Menurut Bentuk ... Sediaan Antimikroba per musim ... 17

5.1.5. Penggunaan Antimikroba Menurut Aturan ... Pakai Antimikroba per Musim... 18

5.2. Pembahasan ... 20

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 23

6.1. Kesimpulan ... 23

6.2. Saran ... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 24 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 5.1 Distribusi Jumlah Apotek dan Luas Wilayah Menurut ...

Kecamatan di Kota Medan ... 15 5.2. Jumlah Peresepan Antimikroba pada Musim Hujan dan...

Musim Kemarau ... 16 5.3. Distribusi Frekuensi Golongan Antimikroba pada Musim...

Hujan dan Musim Kemarau ... 17 5.4. Distribusi Frekuensi Bentuk Sediaan Antimikroba per-oral ..

pada Musim Hujan dan Musim Kemarau ... 18 5.5. Penggunaan Aturan Pakai Antimikroba Menurut ...

Kandungan Antimikroba pada Musim Hujan ... 19 5.6. Penggunaan Aturan Pakai Antimikroba Menurut ...


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 1. Trias Penyebab Penyakit ... 7 2. Kerangka Konsep ... 9


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Daftar Riwayat Hidup ... 26

2. Surat Persetujuan Komisi Etik ... 27

3. Surat Izin Penelitian... 28


(12)

ABSTRAK

Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya morbiditas dan mortalitas di Indonesia. Untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri digunakan antibiotik. Di Indonesia, kita mengenal adanya musim hujan dan musim kemarau. Untuk itu, penelitian ini dilaksanakan guna mengetahui gambaran penggunaan antimikroba pada musim hujan dan musim kemarau di Kota Medan dan dalam hal ini ditelaah melalui jumlah penggunaan antimikroba pada musim hujan dan musim kemarau.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional. Sampel terdiri dari 370 resep dari apotek di Kota Medan. Pengumpulan data dilakukan melalui pengambilan resep dari apotek kemudian mengolah resep yang mengandung antimikroba dan ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi.

Hasil penelitian dalam bentuk tabel distribusi frekuensi menunjukkan bahwa penggunaan antimikroba berdasarkan jumlah peresepan antimikroba pada musim hujan adalah 52,9% dan musim kemarau sebanyak 49,7%, berdasarkan golongan antimikroba pada musim hujan paling banyak dari golongan obat anti tuberkulosis yaitu 23,46% dan musim kemarau paling banyak dari golongan sefalosporin yaitu 30,43%, berdasarkan bentuk sediaan antimikroba pada musim hujan adalah sediaan per-oral 100% dan musim kemarau adalah per-oral 100%, berdasarkan aturan pakai antimikroba menunjukkan bahwa masih terdapat kesalahan penulisan aturan pakai antimikroba pada musim hujan sebanyak 14% dan pada musim kemarau sebanyak 13% di Kota Medan Tahun 2013. Kata kunci: penggunaan antimikroba, musim hujan, musim kemarau


(13)

ABSTRACT

Infectious diseases are still the major cause of morbidity and mortality in Indonesia. Most of the time, antibiotics are used to cure infection diseases because of the bacteria . In Indonesia we have rainy season and dry season. For that, this study had like to find out description of infectious diseases antimicrobial usage in rainy season and dry season in Medan by antimicrobial prescription in rainy season and dry season.

This study is as descriptive study with cross-sectional design. Samples consisted of 370 recipes from pharmacies in Medan. The data was collected through the recipes from pharmacies. Then the recipes which is consist of antimicrobial and showed in frequency distribution.

The result of this study in frequency distribution table showed that antimicrobial use based on the number of antimicrobial prescribing in rainy season is 52,9% and dry season is 49,7%, based on class of antimicrobials in rainy season is anti tuberculosis drug (23,46%) and dry season is cephalosporin (30,43%), based on antimicrobial dosage form in rainy season is per-oral (100%) and dry season is per-oral (100%), based on antimicrobial rules showed that there is still an error writing in rainy season (14%) and dry season (13%) in Medan in

2013.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya morbiditas dan mortalitas, khususnya di negara- negara berkembang seperti Indonesia. Banyak kasus- kasus demam berdarah, diare, tuberkulosis, dan lain- lain, yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia (Darmadi,2008). Menurut Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (2014), ada tujuh penyakit yang perlu diwaspadai pada saat musim hujan yaitu Diare, Demam Berdarah, Leptospirosis, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Penyakit kulit, Penyakit saluran cerna lain, dan Perburukan penyakit kronik yang mungkin memang sudah diderita.

Menurut Brashers (2007) penyebab infeksi bisa berupa virus, bakteri, jamur, protozoa, atau parasit. Oleh karena itu, bakteri adalah salah satu penyebab infeksi. Mengutip data WHO tahun 2011, Infeksi Saluran Pernapasan Bawah menyebabkan 3,2 juta orang meninggal. Berdasarkan jumlah penduduk tahun 2012, diperhitungkan sasaran penemuan kasus baru TB Paru BTA (+) di Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 21.145 jiwa, dan hasil cakupan penemuan kasus baru TB Paru BTA (+) yaitu 17.459 kasus atau 82,57% (Profil kesehatan Sumatera Utara, 2012). Oleh karena itu, dibutuhkan obat untuk mengatasinya.

Salah satu obat untuk mengatasi infeksi adalah antimikroba antara lain antibiotik. Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri (Permenkes, 2011).

Hippocrates mengemukakan bahwa barang siapa yang ingin mempelajari ilmu kedokteran, harus memperhatikan keadaan musim dan akibatnya, memperhatikan dan mempelajari tentang angin, udara, kedudukan kota, terbit dan tenggelamnya matahari, kebiasaan makan dan minum, pakaian dan gizi, air yang digunakan penduduk, keadaan tanah, kebiasaan hidup masyarakat, dan lain-lain (Budiarto,2003). Dari kutipan di atas, jelaslah bahwa Hippocrates menekankan


(15)

pentingnya menentukan pengaruh berbagai faktor lingkungan, cuaca dan kebiasaan hidup terhadap timbulnya penyakit.

Sesuai dengan pernyataan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (2014) di atas, pada musim hujan tentunya lebih banyak penyakit infeksi sehingga penulis tertarik untuk meneliti pengaruh (musim) terhadap penggunaan antimikroba pada musim hujan dan musim kemarau.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimana gambaran penggunaan antimikroba pada musim hujan dan musim kemarau di Kota Medan tahun 2013?”

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran penggunaan antimikroba pada musim hujan dan musim kemarau di Kota Medan tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui distribusi penggunaan antimikroba pada musim hujan dan musim kemarau berdasarkan jumlah peresepan antiikroba.

2. Mengetahui distribusi penggunaan antimikroba pada musim hujan dan musim kemarau berdasarkan jenis atau golongan antimikroba.

3. Mengetahui distribusi penggunaan antimikroba pada musim hujan dan musim kemarau berdasarkan bentuk sediaan antimikroba.

4. Mengetahui distribusi penggunaan antimikroba pada musim hujan dan musim kemarau berdasarkan aturan pakai antimikroba.


(16)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Bagi masyarakat umum, data hasil penelitian ini dapat menjadi informasi untuk selalu menjaga kebersihan agar infeksi oleh bakteri bisa di hindari. 2. Memberikan informasi kepada farmasi agar penyediaan antimikroba

cukup jumlah dan jenisnya di apotek.

3. Di bidang akademik/ilmiah, memperkaya ilmu pengetahuan dan memperkokoh landasan teoritis ilmu kedokteran, khususnya tentang

gambaran penggunaan antimikroba pada musim hujan dan musim kemarau di Kota Medan.

4. Di bidang pengembangan penelitian, memberikan masukan data bagi peneliti lain yang ingin menggali dan memperdalam lebih jauh topik-topik tentang penggunaan antimikroba.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Antimikroba

Menurut Setiabudy (2011) antimikroba adalah obat pembasmi mikroba, terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok parasit. Khususnya mikroba yang merugikan manusia. Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain. Saat ini, banyak antibiotik dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh.

2.1.1. Mekanisme Kerja Antimikroba

Menurut Brooks et al. (2007) terdapat lima mekanisme kerja antimikroba yaitu:

1. Melalui Toksisitas Selektif yang berarti bahwa obat tersebut berbahaya bagi patogen tanpa membahayakan pejamu. Toksisitas selektif dapat berfungsi sebagai reseptor spesifik yang diperlukan untuk perlekatan obat. 2. Inhibisi Sintesis Dinding Sel. Cedera pada dinding sel, misal karena

lisozim atau inhibisi pada pembentukannya dapat menyebabkan sel menjadi lisis. Dinding sel mengandung polimer kompleks peptidoglikan yang khas secara kimiawi, terdiri dari polisakarida dan polipeptida dengan banyak hubungan silang. Polisakarida tersebut biasanya mengandung gula amino N-asetilglukosamin dan asam asetilmuramat. Asam asetilmuramat ditemukan hanya pada bakteri.

3. Inhibisi Fungsi Membran Sel. Sitoplasma semua sel yang hidup diikat oleh membran sitoplasma, yang bekerja sebagai barier permeabilitas selektif, berfungsi sebagai transpor aktif sehingga mengontrol komposisi internal sel. Jika integritas fungsional membran sitoplasma terganggu, makromolekul dan ion dapat keluar dari sel sehingga dapat menyebabkan kerusakan atau kematian sel.


(18)

4. Inhibisi Sintesis Protein. Bakteri mempunyai ribosom 70S, sedangkan sel mamalia mempunyai ribosom 80S. Subunit setiap tipe ribosom, komposisi kimianya, dan spesifisitas fungsionalnya cukup berbeda untuk menjelaskan mengapa obat antibiotik dapat menghambat sintesis protein pada ribosom bakteri tanpa berefek besar pada ribosom mamalia.

5. Inhibisi Sintesis Asam Nukleat yaitu dengan menghambat sintesis RNA atau DNA bakteri. Ada obat yang berikatan pada RNA polimerase dependen-DNA bakteri. Ada juga yang menghambat DNA girase. Antimikroba yang termasuk dalam kelompok ini ialah rifampisin, dan golongan kuinolon (Setiabudy, 2011).

2.1.2. Pembagian Jenis Antimikroba

Berdasarkan kerja antimikroba terhadap kuman, antimikroba terdiri dari yang bersifat bakteriostatik dan yang bersifat bakterisid (Brooks et al., 2007), yaitu:

1. Antimikroba yang bersifat bakteriostatik, contohnya adalah sulfonamide, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetoprim, linkomisin, klindamisin, dan asam amino salisilat. Obat bakteriostatik bekerja dengan mencegah pertumbuhan kuman, tidak membunuhnya, pembunuhan kuman sangat bergantung pada daya tahan tubuh.

2. Antimikroba yang bersifat bakterisid misalnya penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol, dan isoniazid. Antimikroba ini secara aktif membunuh kuman.

2.1.3. Golongan-golongan Antimikroba Berdasarkan Ketersediaan Obat Antimikroba di Indonesia

Menurut MIMS (2013/2014) pengolongan antimikroba sebagai berikut : 1. Penisilin

2. Sefalosporin 3. Kloramfenikol 4. Makrolid


(19)

5. Kuinolon 6. Tetrasiklin

7. Kombinasi Antibakterial 8. Klindamisin

9. Aminoglikosida

10. Obat Anti Tuberkulosis

2.2. Infeksi

2.2.1. Pengertian Infeksi dan Penyakit Infeksi

Menurut Kamus Saku Kedokteran Dorland (2012) infeksi adalah invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh, terutama yang menyebabkan cedera selular lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin, replikasi intraselular, atau respons antigen-antibodi. Sedangkan penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen dan bersifat sangat dinamis.

2.2.2. Proses Terjadinya Penyakit

Secara umum, proses terjadinya penyakit melibatkan tiga faktor yang saling berinteraksi, yaitu:

1. Faktor penyebab penyakit yang sering disebut agen (agent); 2. Faktor manusia, yang sering disebut pejamu (host);

3. Faktor lingkungan.

Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi dan dalam epidemiologi disebut Segitiga Epidemiologi atau disebut Trias Penyebab Penyakit (Darmadi, 2008). Berikut ini gambaran segitiga epidemiologi :


(20)

Gambar 1. Trias Penyebab Penyakit

2.2.3. Infeksi Bakteri

Infeksi bakteri mencakup multiplikasi bakteri patogenik dalam tubuh, meskipun orang tersebut asimtomatik (Brooks, 2007). Bakteri menimbulkan beberapa efek sakitnya dengan melepaskan senyawa seperti enzim, endotoksin, ataupun eksotoksin (Pierce, 2007).

2.2.4. Klasifikasi Bakteri

Menurut Brooks (2007) bakteri terdiri atas bermacam- macam jenis yang dibagi- bagi sesuai dengan karakteristik atau sifatnya yang menyebabkan terjadinya berbagai macam penyakit. Klasifikasi yang tepat dari bakteri yang menyebabkan infeksi, merupakan bagian yang penting, sehingga antimikroba yang tepat dapat segera diberikan. Klasifikasi bakteri sebagian besar didasarkan pada bentuk bakteri, misalnya basil dan kokus. Serta sifat pewarnaan Gram yaitu : 1. Bakteri Gram-positif

2. Bakteri Gram-negatif

2.3. Musim Hujan 2013

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) (2013) mengelompokan pola distribusi curah hujan rata-rata bulanan di seluruh wilayah Indonesia. Secara klimatologis wilayah Indonesia terdiri atas:

1. Daerah-daerah yang mempunyai batas yang jelas secara klimatologis antara periode musim hujan dan periode musim kemarau, yang selanjutnya disebut daerah Zona Musim (ZOM).


(21)

2. Daerah-daerah yang tidak mempunyai batas yang jelas secara klimatologis antara periode musim hujan dan musim kemarau, yang selanjutnya disebut daerah Non Zona Musim (Non ZOM).

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data periode 30 tahun (tahun 1981 –2010), wilayah Indonesia terdiri atas 342 Zona Musim (ZOM), yaitu Sumatera 54 ZOM, Jawa 150 ZOM, Bali 15 ZOM, Nusa Tenggara Barat 21 ZOM, Nusa Tenggara Timur 23 ZOM, Kalimantan 22 ZOM, Sulawesi 42 ZOM, Kepulauan Maluku 9 ZOM dan Papua 6 ZOM.

Sebanyak 3 ZOM di Sumatera, awal musim hujan antara dasarian I – III Juli 2013, meliputi Langkat, Deli Serdang, Kota Medan, Serdang Bedagai, sebagian Simalungun, sebagian Asahan, Tebing Tinggi, Barat Laut Rokan Hilir.

2.4. Musim Kemarau 2013

Awal Musim Kemarau 2013 pada 54 Zona Musim (ZOM) di Sumatera, sebagian besar wilayah diprakirakan berkisar pada bulan Mei 2013. Awal Musim Kemarau Kota Medan yaitu antara dasarian III Mei – I Juni 2013 (BMKG,2013).

Menurut Frumkin et al. (2008) musim mempengaruhi berkembangnya penyakit tropik dan meningkatkan risiko vector borne diseases, mempengaruhi risiko foodborne, waterborne diseases dan emerging infectious diseases. Menurut Okatini, dkk (2007) keadaan banjir menyebabkan adanya perubahan lingkungan seperti: banyaknya genangan air, lingkungan menjadi becek, berlumpur, serta banyak timbunan sampah yang menyebabkan mudahnya kuman berkembang biak.


(22)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Penggunaan Antimikroba - Jumlah Peresepan

pada : - Golongan Antimikroba

- Musim Hujan - Bentuk Sediaan

- Musim Kemarau - Aturan Pakai

Gambar 2. Kerangka konsep

3.2. Definisi Operasional

1. Musim terdiri dari Musim Hujan dan Musim Kemarau

a. Definisi operasional : Musim hujan (Bulan penghujan) adalah periode dimana jumlah curah hujan bulanan lebih dari 150 mm dan musim kemarau (Bulan kering) adalah periode dimana jumlah curah hujan bulanan kurang dari 150 mm.

b. Cara pengukuran adalah dengan data dari BMKG Kota Medan pada tahun 2013.

c. Skala pengukuran dinyatakan dalam skala nominal.

2. Penggunaan antimikroba terdiri

a. Definisi operasional : Pemberian obat antimikroba yang tepat sesuai dengan indikasinya.


(23)

3. Jumlah peresepan antimikroba

a. Definisi operasional : Jumlah peresepan antimikroba adalah keseluruhan obat antimikroba pada resep yang menjadi sampel penelitian.

b. Skala pengukuran dinyatakan dalam skala nominal.

4. Penggolongan antimikroba

a. Definisi operasional: penggolongan antimikroba adalah pengelompokan antimikroba berdasarkan komposisinya yang dilihat di MIMS dari nama dagang yang ada di resep.

b. Skala pengukuran dinyatakan dalam skala nominal.

5. Bentuk sediaan

a. Bentuk sediaan adalah bentuk formulasi obat hingga didapat suatu produk yang siap untuk di minum atau dipakai supaya tercapai efek terapi yang diinginkan ,misalnya,sirup, suspensi, kapsul, kaplet, tablet.

b. Skala pengukuran dinyatakan dalam skala nominal.

6. Aturan pakai antimikroba

a. Aturan pakai antimikroba adalah petunjuk penggunaan obat antimikroba yang telah teruji dan dipakai untuk terapi.


(24)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan desain cross sectional untuk melihat penggunaan antimikroba pada musim hujan dan musim kemarau (Sastroasmoro, 2013).

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Pengumpulan data penelitian dilaksanakan selama satu bulan yakni Bulan September 2014.

4.2.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan. Adapun pertimbangan memilih lokasi tersebut karena:

1. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara sehingga distribusi apotek dan masyarakat yang menebus resep ke apotek banyak 2. Masih tingginya kejadian infeksi yang disebabkan oleh bakteri di Kota

Medan.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi target adalah seluruh resep dari dokter umum dan dokter spesialis di apotek pada musim hujan dan musim kemarau di Kota Medan. Populasi terjangkau penelitian ini adalah resep dari dokter umum dan dokter spesialis di apotek terpilih pada musim hujan dan musim kemarau di Kota Medan tahun 2013.


(25)

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah subyek yang diambil dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi serta tidak termasuk dalam kriteria eksklusi. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah:

1. Kriteria Inklusi : Resep pada musim hujan dan musim kemarau tahun 2013.

2. Kriteria Eksklusi : Resep antimikroba yang bersifat topikal.

Adapun jumlah sampel minimum yang diperlukan dihitung berdasarkan rumus di bawah ini : (Sastroasmoro, 2013)

Jumlah sampel minimum = Dimana:

Zα = nilai distribusi normal baku menurut tabel Z pada α tertentu Zβ = nilai distribusi normal baku menurut tabel Z pada β tertentu S = simpang baku kedua kelompok (ditetapkan dari literatur) x1– x2 = perbedaan klinis yang diinginkan (clinical judgement)

Pada penelitian ini, ditetapkan nilai α sebesar 0,05 (tingkat kepercayaan 95%) sehingga untuk uji hipotesis 2 arah diperoleh nilai Zα sebesar 1,96. Nilai β yang digunakan adalah 0,05 (besarnya kekuatan 95%) sehingga diperoleh nilai Zβ sebesar 1,645. Penentuan s diperoleh dari pustaka sebesar 53% yaitu 0,53 dengan p value = 0,01. Dan clinical judgement yang diinginkan sebesar 20% atau 0,2. Berdasarkan rumus di atas, besarnya sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

n1 = n2 = 182,46

Dari hasil tersebut, besar sampel minimal yang diperlukan dibulatkan menjadi 185 resep. Pada penelitian ini sampel yang diambil berjumlah 370 dengan 185 resep pada musim hujan yaitu Bulan Juli tahun 2013 dan 185 resep pada musim kemarau yaitu Bulan Mei tahun 2013. Karena seluruh apotek yang ada di


(26)

Kota Medan homogen, maka pengambilan sampel di apotek manapun, dianggap mewakili populasi.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data telah tersusun dalam bentuk resep yang didapat dari apotek, meliputi jumlah resep, golongan, bentuk sediaan, aturan pakai antimikroba pada musim hujan dan musim kemarau.

4.5. Metode Pengolahan Data

Tahapan pengolahan data meliputi editing, coding, entry, cleaning, dan saving. Setelah data dikumpulkan, dilakukan pemeriksaan ketepatan dan kelengkapan resep. Selanjutnya, mengubah nama antimikroba menjadi data angka atau bilangan agar lebih mudah dimasukkan ke program komputer.Kemudian semua resep antimikroba yang telah dimasukkan ke dalam komputer diperiksa kembali untuk melihat kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pemasukan data. Data yang telah benar-benar tepat akan disimpan.


(27)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di apotek yang berada di Kota Medan, Sumatera Utara. Menurut Pemerintah Kota Medan (2013) berdasarkan luas geografisnya, Kota Medan memiliki luas wilayah 265,1 km2 yang dibagi menjadi 21 kecamatan dan pada tiap- tiap kecamatan terdapat sejumlah apotek dengan perincian sebagai berikut pada tabel 5.1.


(28)

Tabel 5.1. Distribusi Jumlah Apotek dan Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Medan

No. Kecamatan Luas

(km2)

Jumlah Apotek

1 Medan Tuntungan 20,68 17

2 Medan Johor 14,58 28

3 Medan Amplas 11,19 13

4 Medan Denai 9,05 36

5 Medan Area 5,52 32

6 Medan Kota 5,27 49

7 Medan Maimun 2,98 12

8 Medan Polonia 9,01 18

9 Medan Baru 5,84 47

10 Medan Selayang 12,81 16

11 Medan Sunggal 15,44 50

12 Medan Helvetia 13,16 28

13 Medan Petisah 5,33 42

14 Medan Barat 6,82 32

15 Medan Timur 7,76 53

16 Medan Perjuangan 4,09 40

17 Medan Tembung 7,99 32

18 Medan Deli 20,84 10

19 Medan Labuhan 36,67 7

20 Medan Marelan 23,82 16

21 Medan Belawan 26,25 4


(29)

5.1.2. Jumlah Peresepan Antimikroba per Musim

Jumlah peresepan antimikroba pada musim hujan dan musim kemarau disajikan dalam tabel 5.2 di bawah ini :

Tabel 5.2. Jumlah Peresepan Antimikroba pada Musim Hujan dan Musim Kemarau

Resep Musim Hujan Musim Kemarau

n % n %

Antimikroba 98 52,9 92 49,7

Bukan Antimikroba 87 47,1 93 50,3

Total 185 100 185 100

Dari tabel di atas, didapatkan jumlah peresepan antimikroba pada musim hujan adalah 98 resep (52,9%) yang mengandung antimikroba dari total 185 resep. Dan jumlah peresepan antimikroba pada musim kemarau adalah 92 resep (49,7%) yang mengandung antimikroba dari total 185 resep.

5.1.3. Penggunaan Antimikroba Menurut Golongan Antimikroba per Musim

Penggunaan antimikroba pada musim hujan berdasarkan golongan antimikroba paling banyak dari golongan obat anti tuberkulosis yaitu 23 resep dengan persentase 23,46%. Selanjutnya disusul oleh golongan penisilin 20 resep (20,40%), sedangkan antimikroba golongan kloramfenikol, tetrasiklin, dan aminoglikosida tidak diresepkan.

Sedangkan penggunaan antimikroba pada musim kemarau berdasarkan golongan antimikroba paling banyak dari golongan sefalosporin yaitu 28 resep (30,43%). Selanjutnya disusul oleh golongan penisilin 19 resep (20,65%), sedangkan antimikroba golongan kloramfenikol, tetrasiklin, kombinasi antibakterial dan aminoglikosida tidak diresepkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 5.3.


(30)

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Golongan Antimikroba pada Musim Hujan dan Musim Kemarau

Golongan Antimikroba Musim Hujan Musim Kemarau

n % n %

Penisilin 20 20,40 19 20,65

Sefalosporin 19 19,38 28 30,43

Kloramfenikol 0 0 0 0

Makrolid 11 11,22 8 8,69

Kuinolon 8 8,16 8 8,69

Tetrasiklin 0 0 0 0

Kombinasi Antibakterial 2 2,04 0 0

Klindamisin 15 15,30 15 16,30

Aminoglikosida 0 0 0 0

Obat Anti Tuberkulosis 23 23,46 14 15,21

Total 98 100 92 100

5.1.4. Penggunaan Antimikroba Menurut Bentuk Sediaan Antimikroba per Musim

Penggunaan antimikroba pada musim hujan dan musim kemarau berdasarkan bentuk sediaan antimikroba pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa semua peresepan antimikroba bentuk sediaannya per-oral (100%). Tidak didapatkan bentuk sediaan injeksi maupun tetes mata. Selanjutnya, distribusi penggunaan antimikroba pada musim hujan dan musim kemarau berdasarkan bentuk sediaan antimikroba per-oral ditunjukkan pada tabel 5.4.


(31)

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Bentuk Sediaan Antimikroba Per-oral pada Musim Hujan dan Musim Kemarau

Bentuk Sediaan Antimikroba Musim Hujan Musim Kemarau

n % n %

Drop 5 5,10 4 4,35

Kapsul 33 33,67 2 2,17

Pulveres 2 2,04 38 41,30

Sirup 15 15,30 19 20,65

Tablet 43 43,87 29 31,52

Total 98 100 92 100

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa pada musim hujan sebanyak 43 resep antimikroba dalam bentuk tablet (43,87%). Kapsul sebanyak 33 resep (33,67%), sirup sebanyak 15 resep (15,30%). Sisanya berbentuk drop dan pulveres masing- masing 5 resep (5,10%) dan 2 resep (2,04%).

Dan pada musim kemarau terdapat 38 resep antimikroba dalam bentuk kapsul (41,30%). Tablet sebanyak 29 resep (31,52%), sirup sebanyak 19 resep (20,65%). Sisanya berbentuk drop dan kaplet masing- masing 4 resep (4,35%) dan 2 resep (2,17%).

5.1.5. Penggunaan Antimikroba Menurut Aturan Pakai Antimikroba per Musim

Penggunaan antimikroba pada musim hujan berdasarkan aturan pakai antimikroba menunjukkan bahwa dari 23 resep yang mengandung Obat Anti Tuberkulosis, semua resep (100%) penulisan aturan pakainya benar, dari 20 resep yang mengandung Amoksisilin, terdapat 16 resep (80%) yang penulisan aturan pakainya benar, sedangkan 2 resep yang mengandung Ko-trimoksazol, semuanya (100%) penulisan aturan pakainya tidak benar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.5.


(32)

Tabel 5.5. Penggunaan Aturan Pakai Antimikroba Menurut Kandungan Antimikroba pada Musim Hujan

Kandungan Antimikroba

Aturan Pakai

Jumlah Sesuai Tidak Sesuai

Per hari Resep n % n %

Amoksisilin 3x 20 16 80 4 20

Sefiksim 2x 11 10 90,91 1 9,09

Sefadroksil 2x 8 6 75 2 25

Azitromisin 1x 2 1 50 1 50

Eritromisin 2-4x 6 6 100 0 0

Spiramisin 3x 1 1 100 0 0

Klaritromisin 2x 2 2 100 0 0

Siprofloksasin 2x 2 1 50 1 50

Levofloksasin 1x 6 6 100 0 0

Ko-trimoksazol 2x 2 0 0 2 100

Klindamisin 3-4x 15 12 80 3 20

Obat Anti Tuberkulosis 1x 23 23 100 0 0

Total 98 84 14

Sedangkan penggunaan antimikroba pada musim kemarau berdasarkan aturan pakai antimikroba menunjukkan bahwa dari 19 resep yang mengandung Amoksisilin, semua resep (100%) penulisan aturan pakainya benar, dari 16 resep yang mengandung Sefadroksil, terdapat 11 resep (68,75%) yang penulisan aturan pakainya benar, dari 15 resep yang mengandung Klindamisin, terdapat 11 resep (73,33%) yang penulisan aturan pakainya benar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.6.


(33)

Tabel 5.6. Penggunaan Aturan Pakai Antimikroba Menurut Kandungan Antimikroba pada Musim Kemarau

Kandungan Antimikroba

Aturan Pakai

Jumlah Sesuai Tidak Sesuai

Per hari Resep n % n %

Amoksisilin 3x 19 19 100 0 0

Sefiksim 2x 12 11 91,67 1 8,33

Sefadroksil 2x 16 11 68,75 5 31,25

Azitromisin 1x 3 3 100 0 0

Eritromisin 2-4x 3 2 66,67 1 33,33

Spiramisin 3x 2 1 50 1 50

Siprofloksasin 2x 4 4 100 0 0

Levofloksasin 1x 4 4 100 0 0

Klindamisin 3-4x 15 11 73,33 4 26,67

Obat Anti Tuberkulosis 1x 14 14 100 0 0

Total 92 80 12

5.2. Pembahasan

Menurut WHO (2003) hujan lebat dapat menyebabkan masuknya agen yang mengkontaminasi ke dalam persediaan air. Pada saat kondisi kemarau dapat mempengaruhi ketersediaan air bersih sehingga meningkatkan risiko penyakit yang berhubungan dengan kebersihan.

Hal ini juga bisa dikarenakan pengetahuan masyarakat yang masih kurang tentang menjaga kebersihan, juga perilaku masyarakat yang suka jajan sembarangan serta jarang mencuci tangan sebelum makan. Pada musim hujan (curah hujan >150mm), seringkali terjadi banjir di beberapa wilayah, banjir bisa menyebabkan air dan lingkungan menjadi kotor sehingga bakteri lebih mudah untuk berkembang biak dan menyebabkan sakit. Sedangkan pada musim kemarau (curah hujan <150mm) karena jarang terjadi hujan, lingkungan yang kering menjadikan debu dan bakteri beterbangan sehingga mencemari manusia secara


(34)

langsung yang kemungkinan bisa menyebabkan infeksi saluran pernafasan. Dan bisa pula hal tersebut mencemari makanan yang ada di pinggir jalan yang selanjutnya apabila di konsumsi pada orang yang daya tahan tubuhnya kurang baik, menyebabkan terkena infeksi. Pada musim hujan, suhu yang rendah dapat menyebabkan kuman diare berkembang dengan cepat dan begitu pula dengan perkembangan serangga vektor seperti tikus, kecoa, lalat (WHO,2003).

Dari hasil statistik, didapatkan penggunaan antimikroba golongan obat anti tuberkulosis (OAT) pada musim hujan 23 resep dibandingkan pada musim kemarau 14 resep. Perbedaan ini menyatakan bahwa antimikroba golongan OAT lebih banyak diresepkan pada musim hujan dibanding musim kemarau.

Pada penelitian ini, semua bentuk sediaan antimikroba pada musim hujan dengan musim kemarau yang diperoleh dari sampel resep berupa per-oral. Karena biasanya resep yang masuk ke apotek ditebus oleh pasien yang berobat jalan sehingga lebih mudah pamakaiannya jika diberikan secara oral.

Selain itu, dinilai dari bentuk sediaannya, pada musim hujan sebanyak 76 resep dalam bentuk kapsul dan tablet dibanding 22 resep yang berbentuk drop, pulveres dan sirup. Oleh sebab itu, diduga infeksi yang terjadi lebih banyak mengenai orang dewasa. Pada musim kemarau diperoleh hasil yang hampir sama, yaitu sebanyak 69 resep diindikasikan untuk orang dewasa dan 23 resep untuk anak- anak.

Pada peresepan antimikroba golongan makrolid (eritromisin, spiramisin dan klaritromisin), levofloksasin, dan obat anti tuberkulosis di musim hujan, penulisan aturan pakainya sudah sesuai (100%). Dan pada musim kemarau, kesesuaian penulisan aturan pakai antimikroba di dapati pada amoksisilin, azitromisin, golongan kuinolon (siprofloksasin dan levofloksasin) dan obat anti tuberkulosis.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ternyata masih ada beberapa penulisan resep yang tidak sesuai dengan aturan pemakaian antimikroba yang tertulis dalam buku referensi. Ini bisa dilihat pada peresepan abat ko-trimoksazol yang seharusnya diberikan dua kali sehari, namun tertulis satu kali sehari. Dan ada


(35)

pula ketidaksesuaian pada beberapa antibiotik lainnya baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau.


(36)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan mengenai gambaran penggunaan antimikroba pada musim hujan dan musim kemarau di Kota Medan tahun 2013 adalah sebagai berikut : 1. Penggunaan antimikroba berdasarkan jumlah peresepan antimikroba pada

musim hujan adalah 52,9% dan musim kemarau sebanyak 49,7%.

2. Penggunaan antimikroba berdasarkan golongan antimikroba pada musim hujan paling banyak dari golongan obat anti tuberkulosis yaitu 23,46% dan musim kemarau paling banyak dari golongan sefalosporin yaitu 30,43%. 3. Penggunaan antimikroba berdasarkan bentuk sediaan antimikroba pada

musim hujan adalah sediaan per-oral 100% dan musim kemarau adalah per-oral 100%.

4. Penggunaan antimikroba berdasarkan aturan pakai antimikroba menunjukkan bahwa masih terdapat kesalahan penulisan aturan pakai antimikroba pada musim hujan sebanyak 14% dan pada musim kemarau sebanyak 13%.

6.2. Saran

Untuk peneliti selanjutnya agar dapat meneliti gambaran penggunaan antimikroba pada musim hujan dan musim kemarau menggunakan desain cohort study dan jumlah sampel secara keseluruhan. Disarankan juga untuk dokter- dokter agar meminimalkan kesalahan penulisan resep antimikroba sehingga sesuai dengan aturan pakainya.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, 2013. Prakiraan Musim Kemarau. BMKG.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, 2013. Prakiraan Musim Hujan. BMKG.

Brashers, Valentina, L., 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Brooks, Geo, F., Butel, Janet, S., Morse, Stephen, A., 2007. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick,& Adelberg. Jakarta : EGC.

Budiarto, Eko, Anggraeni, Dewi, 2003. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : EGC. Darmadi, 2008. Infeksi Nosokomial : Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta

: Salemba Medika.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012. Dinas Kesehatan, RSUD Kabupaten/ Kota. Dorland, W.A., 2012. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31. Jakarta : EGC.

Frumkin, H., Hess, J., Luber, G., Malilay, J. and McGeehin, M., 2008. Climate Change: The Public Health Response. American Journal of Public Health, 98: 227-36.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Peraturan Menteri Kesehatan.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Penyakit Musim Hujan yang Harus Diwaspadai dan Langkah Antisipasinya. Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

MIMS, 2012. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer.

Okatini, M., Purwana, R., Djaja, I.M., 2007. Hubungan Faktor Lingkungan dan Karakteristik Individu terhadap Kejadian Penyakit Leptospirosis di Jakarta, 2003- 2005. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta: 11.

Pierce, A.G., Borley, N.R., 2007. Surgery at A Glance. Jakarta: Erlangga.

Sastroasmoro, Sudigdo, 2013. Dasar- Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : Sagung Seto.


(38)

Setiabudy, R., Gan, Vincent, H.S., 2007. Antimikroba. Dalam : Staf Pengajar FK UI, ed. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Gaya Baru, 571.

World Health Organization (WHO), (2003). Climate Change and Human Health, Risks and Responses, Geneva.


(39)

Nama : Yessie Elenda Siregar Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 5 Juli 1992 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Komp. Suka Maju Indah Blok F No.7 Medan Riwayat Pendidikan : 1. TK Al-Asyiyah Medan Krio ( 1997 – 1998 )

2. SD Al-Washliyah Medan Krio ( 1998 – 2004 ) 3. MTs Negeri 3 Medan ( 2004 – 2007 )

4. SMA Negeri 4 Medan ( 2007 – 2010 )

5. Fakultas Kedokteran USU ( 2011 – sekarang ) Riwayat Pelatihan : Seminar “Scripta Research Festival” 2012

Riwayat Organisasi : Anggota Divisi Hubungan Masyarakat TBM FK USU 2012-2013, SCORE PEMA FK USU 2012-2013.


(40)

(41)

(42)

(43)

Lampiran 4

Data Induk Penelitian

No. Resep

Musim Mengandung Antimikroba

Golongan Antimikroba

Aturan Pakai Antimikroba

1 Hujan Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

2 Hujan Ya Kuinolon 1 x sehari

3 Hujan Ya Kuinolon 2 x sehari

4 Hujan Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

5 Hujan Ya Kuinolon 1 x sehari

6 Hujan Ya Makrolid 2 x sehari

7 Hujan Tidak - -

8 Hujan Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

9 Hujan Ya Klindamisin 2 x sehari

10 Hujan Ya Penisilin 1 x sehari

11 Hujan Tidak - -

12 Hujan Tidak - -

13 Hujan Ya Kombinasi

Antibakterial

2 x sehari

14 Hujan Ya Sefalosporin 3 x sehari

15 Hujan Tidak - -

16 Hujan Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

17 Hujan Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

18 Hujan Tidak - -


(44)

20 Hujan Tidak - -

21 Hujan Tidak - -

22 Hujan Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

23 Hujan Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

24 Hujan Ya Kuinolon 3 x sehari

25 Hujan Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

26 Hujan Ya Makrolid 3 x sehari

27 Hujan Ya Sefalosporin 3 x sehari

28 Hujan Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

29 Hujan Tidak - -

30 Hujan Ya Klindamisin 3 x sehari

31 Hujan Ya Penisilin 3 x sehari

32 Hujan Ya Kuinolon 1 x sehari

33 Hujan Ya Kuinolon 1 x sehari

34 Hujan Ya Penisilin 3 x sehari

35 Hujan Ya Klindamisin 2 x sehari

36 Hujan Tidak - -

37 Hujan Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

38 Hujan Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

39 Hujan Tidak - -

40 Hujan Ya Sefalosporin 2 x sehari

41 Hujan Tidak - -

42 Hujan Tidak - -


(45)

44 Hujan Tidak - -

45 Hujan Tidak - -

46 Hujan Tidak - -

47 Hujan Tidak - -

48 Hujan Ya Sefalosporin 2 x sehari

49 Hujan Tidak - -

50 Hujan Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

51 Hujan Tidak - -

52 Hujan Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

53 Hujan Tidak - -

54 Hujan Ya Kuinolon 1 x sehari

55 Hujan Tidak - -

56 Hujan Tidak - -

57 Hujan Ya Penisilin 3 x sehari

58 Hujan Tidak - -

59 Hujan Ya Makrolid 2 x sehari

60 Hujan Tidak - -

61 Hujan Tidak - -

62 Hujan Ya Sefalosporin 2 x sehari

63 Hujan Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

64 Hujan Ya Sefalosporin 2 x sehari

65 Hujan Ya Penisilin 3 x sehari

66 Hujan Ya Sefalosporin 2 x sehari

67 Hujan Ya Makrolid 2 x sehari

68 Hujan Tidak - -

69 Hujan Ya Penisilin 2 x sehari


(46)

71 Hujan Ya Klindamisin 3 x sehari

72 Hujan Ya Sefalosporin 2 x sehari

73 Hujan Tidak - -

74 Hujan Tidak - -

75 Hujan Tidak - -

76 Hujan Tidak - -

77 Hujan Ya Penisilin 3 x sehari

78 Hujan Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

79 Hujan Tidak - -

80 Hujan Ya Penisilin 3 x sehari

81 Hujan Ya Klindamisin 3 x sehari

82 Hujan Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

83 Hujan Ya Penisilin 3 x sehari

84 Hujan Tidak - -

85 Hujan Tidak - -

86 Hujan Tidak - -

87 Hujan Ya Klindamisin 3 x sehari

88 Hujan Tidak - -

89 Hujan Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

90 Hujan Tidak - -

91 Hujan Ya Makrolid 3 x sehari

92 Hujan Ya Klindamisin 3 x sehari

93 Hujan Tidak - -

94 Hujan Tidak - -

95 Hujan Tidak - -

96 Hujan Ya Klindamisin 3 x sehari


(47)

98 Hujan Ya Obat Anti Tuberkulosis

1 x sehari

99 Hujan Tidak - -

100 Hujan Ya Sefalosporin 2 x sehari

101 Hujan Tidak - -

102 Hujan Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

103 Hujan Ya Kuinolon 1 x sehari

104 Hujan Ya Penisilin 3 x sehari

105 Hujan Ya Sefalosporin 2 x sehari

106 Hujan Ya Makrolid 4 x sehari

107 Hujan Tidak - -

108 Hujan Ya Makrolid 3 x sehari

109 Hujan Ya Penisilin 4 x sehari

110 Hujan Ya Klindamisin 3 x sehari

111 Hujan Ya Kombinasi

Antibakterial

2 x sehari

112 Hujan Ya Sefalosporin 2 x sehari

113 Hujan Ya Sefalosporin 2 x sehari

114 Hujan Ya Makrolid 3 x sehari

115 Hujan Tidak - -

116 Hujan Tidak - -

117 Hujan Ya Makrolid 1 x sehari

118 Hujan Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

119 Hujan Tidak - -

120 Hujan Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

121 Hujan Tidak - -


(48)

123 Hujan Tidak - -

124 Hujan Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

125 Hujan Tidak - -

126 Hujan Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

127 Hujan Tidak - -

128 Hujan Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

129 Hujan Tidak - -

130 Hujan Ya Sefalosporin 2 x sehari

131 Hujan Tidak - -

132 Hujan Tidak - -

133 Hujan Ya Sefalosporin 3 x sehari

134 Hujan Tidak - -

135 Hujan Tidak - -

136 Hujan Tidak - -

137 Hujan Tidak - -

138 Hujan Ya Penisilin 2 x sehari

139 Hujan Ya Penisilin 3 x sehari

140 Hujan Ya Penisilin 3 x sehari

141 Hujan Tidak - -

142 Hujan Tidak - -

143 Hujan Ya Penisilin 3 x sehari

144 Hujan Ya Sefalosporin 2 x sehari

145 Hujan Ya Sefalosporin 2 x sehari

146 Hujan Tidak - -

147 Hujan Tidak - -

148 Hujan Tidak - -


(49)

150 Hujan Tidak - -

151 Hujan Ya Sefalosporin 2 x sehari

152 Hujan Ya Klindamisin 3 x sehari

153 Hujan Tidak - -

154 Hujan Tidak - -

155 Hujan Ya Penisilin 3 x sehari

156 Hujan Ya Penisilin 3 x sehari

157 Hujan Ya Klindamisin 2 x sehari

158 Hujan Tidak - -

159 Hujan Ya Penisilin 3 x sehari

160 Hujan Ya Penisilin 2 x sehari

161 Hujan Ya Klindamisin 3 x sehari

162 Hujan Tidak - -

163 Hujan Tidak - -

164 Hujan Tidak - -

165 Hujan Tidak - -

166 Hujan Tidak - -

167 Hujan Tidak - -

168 Hujan Tidak - -

169 Hujan Ya Klindamisin 3 x sehari

170 Hujan Tidak - -

171 Hujan Tidak - -

172 Hujan Tidak - -

173 Hujan Tidak - -

174 Hujan Tidak - -

175 Hujan Tidak - -

176 Hujan Tidak - -

177 Hujan Ya Makrolid 2 x sehari

178 Hujan Tidak - -


(50)

180 Hujan Ya Penisilin 3 x sehari

181 Hujan Tidak - -

182 Hujan Tidak - -

183 Hujan Ya Klindamisin 3 x sehari

184 Hujan Tidak - -

185 Hujan Tidak - -

186 Kemarau Ya Klindamisin 3 x sehari

187 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

188 Kemarau Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

189 Kemarau Tidak - -

190 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

191 Kemarau Tidak - -

192 Kemarau Tidak - -

193 Kemarau Tidak - -

194 Kemarau Tidak - -

195 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

196 Kemarau Ya Klindamisin 3 x sehari

197 Kemarau Ya Klindamisin 3 x sehari

198 Kemarau Tidak - -

199 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

200 Kemarau Tidak - -

201 Kemarau Ya Klindamisin 3 x sehari

202 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

203 Kemarau Tidak - -

204 Kemarau Tidak - -

205 Kemarau Tidak - -

206 Kemarau Tidak - -

207 Kemarau Tidak - -


(51)

209 Kemarau Ya Sefalosporin 3 x sehari

210 Kemarau Tidak - -

211 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

212 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

213 Kemarau Tidak - -

214 Kemarau Tidak - -

215 Kemarau Tidak - -

216 Kemarau Ya Kuinolon 2 x sehari

217 Kemarau Tidak - -

218 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

219 Kemarau Tidak - -

220 Kemarau Tidak - -

221 Kemarau Tidak - -

222 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

223 Kemarau Tidak - -

224 Kemarau Tidak - -

225 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

226 Kemarau Tidak - -

227 Kemarau Tidak - -

228 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

229 Kemarau Ya Klindamisin 3 x sehari

230 Kemarau Tidak - -

231 Kemarau Tidak - -

232 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

233 Kemarau Tidak - -

234 Kemarau Tidak - -

235 Kemarau Tidak - -

236 Kemarau Tidak - -

237 Kemarau Ya Obat Anti

Tuberkulosis


(52)

238 Kemarau Ya Klindamisin 3 x sehari

239 Kemarau Ya Klindamisin 3 x sehari

240 Kemarau Tidak - -

241 Kemarau Tidak - -

242 Kemarau Tidak - -

243 Kemarau Tidak - -

244 Kemarau Tidak - -

245 Kemarau Tidak - -

246 Kemarau Tidak - -

247 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

248 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

249 Kemarau Ya Klindamisin 3 x sehari

250 Kemarau Tidak - -

251 Kemarau Ya Sefalosporin 1 x sehari

252 Kemarau Tidak - -

253 Kemarau Tidak - -

254 Kemarau Tidak - -

255 Kemarau Tidak - -

256 Kemarau Tidak - -

257 Kemarau Tidak - -

258 Kemarau Ya Klindamisin 3 x sehari

259 Kemarau Tidak - -

260 Kemarau Ya Klindamisin 2 x sehari

261 Kemarau Ya Klindamisin 3 x sehari

262 Kemarau Tidak - -

263 Kemarau Tidak - -

264 Kemarau Tidak - -

265 Kemarau Ya Makrolid 1 x sehari

266 Kemarau Ya Makrolid 1 x sehari


(53)

268 Kemarau Tidak - -

269 Kemarau Tidak - -

270 Kemarau Tidak - -

271 Kemarau Tidak - -

272 Kemarau Tidak - -

273 Kemarau Tidak - -

274 Kemarau Tidak - -

275 Kemarau Ya Kuinolon 1 x sehari

276 Kemarau Ya Klindamisin 3 x sehari

277 Kemarau Tidak - -

278 Kemarau Tidak - -

279 Kemarau Ya Sefalosporin 3 x sehari

280 Kemarau Ya Kuinolon 2 x sehari

281 Kemarau Tidak - -

282 Kemarau Tidak - -

283 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

284 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

285 Kemarau Tidak - -

286 Kemarau Ya Makrolid 4 x sehari

287 Kemarau Tidak - -

288 Kemarau Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

289 Kemarau Tidak - -

290 Kemarau Tidak - -

291 Kemarau Ya Makrolid 2 x sehari

292 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

293 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

294 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

295 Kemarau Ya Kuinolon 1 x sehari


(54)

297 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

298 Kemarau Tidak - -

299 Kemarau Tidak - -

300 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

301 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

302 Kemarau Tidak - -

303 Kemarau Tidak - -

304 Kemarau Tidak - -

305 Kemarau Ya Klindamisin 1 x sehari

306 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

307 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

308 Kemarau Ya Kuinolon 2 x sehari

309 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

310 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

311 Kemarau Tidak - -

312 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

313 Kemarau Tidak - -

314 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

315 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

316 Kemarau Tidak - -

317 Kemarau Ya Sefalosporin 3 x sehari

318 Kemarau Tidak - -

319 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

320 Kemarau Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

321 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

322 Kemarau Tidak - -

323 Kemarau Tidak - -

324 Kemarau Tidak - -


(55)

326 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

327 Kemarau Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

328 Kemarau Ya Kuinolon 1 x sehari

329 Kemarau Tidak - -

330 Kemarau Ya Kuinolon 1 x sehari

331 Kemarau Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

332 Kemarau Tidak - -

333 Kemarau Ya Kuinolon 2 x sehari

334 Kemarau Ya Klindamisin 2 x sehari

335 Kemarau Ya Klindamisin 3 x sehari

336 Kemarau Tidak - -

337 Kemarau Tidak - -

338 Kemarau Tidak - -

339 Kemarau Tidak - -

340 Kemarau Tidak - -

341 Kemarau Tidak - -

342 Kemarau Tidak - -

343 Kemarau Tidak - -

344 Kemarau Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

345 Kemarau Tidak - -

346 Kemarau Tidak - -

347 Kemarau Ya Makrolid 1 x sehari

348 Kemarau Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

349 Kemarau Tidak - -

350 Kemarau Tidak - -


(56)

352 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

353 Kemarau Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

354 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

355 Kemarau Ya Makrolid 3 x sehari

356 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

357 Kemarau Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

358 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

359 Kemarau Ya Makrolid 3 x sehari

360 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

361 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

362 Kemarau Ya Sefalosporin 3 x sehari

363 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

364 Kemarau Tidak - -

365 Kemarau Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

366 Kemarau Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

367 Kemarau Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

368 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

369 Kemarau Tidak - -

370 Kemarau Ya Obat Anti

Tuberkulosis


(1)

209 Kemarau Ya Sefalosporin 3 x sehari

210 Kemarau Tidak - -

211 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

212 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

213 Kemarau Tidak - -

214 Kemarau Tidak - -

215 Kemarau Tidak - -

216 Kemarau Ya Kuinolon 2 x sehari

217 Kemarau Tidak - -

218 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

219 Kemarau Tidak - -

220 Kemarau Tidak - -

221 Kemarau Tidak - -

222 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

223 Kemarau Tidak - -

224 Kemarau Tidak - -

225 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

226 Kemarau Tidak - -

227 Kemarau Tidak - -

228 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

229 Kemarau Ya Klindamisin 3 x sehari

230 Kemarau Tidak - -

231 Kemarau Tidak - -

232 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

233 Kemarau Tidak - -

234 Kemarau Tidak - -

235 Kemarau Tidak - -

236 Kemarau Tidak - -

237 Kemarau Ya Obat Anti

Tuberkulosis


(2)

238 Kemarau Ya Klindamisin 3 x sehari

239 Kemarau Ya Klindamisin 3 x sehari

240 Kemarau Tidak - -

241 Kemarau Tidak - -

242 Kemarau Tidak - -

243 Kemarau Tidak - -

244 Kemarau Tidak - -

245 Kemarau Tidak - -

246 Kemarau Tidak - -

247 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

248 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

249 Kemarau Ya Klindamisin 3 x sehari

250 Kemarau Tidak - -

251 Kemarau Ya Sefalosporin 1 x sehari

252 Kemarau Tidak - -

253 Kemarau Tidak - -

254 Kemarau Tidak - -

255 Kemarau Tidak - -

256 Kemarau Tidak - -

257 Kemarau Tidak - -

258 Kemarau Ya Klindamisin 3 x sehari

259 Kemarau Tidak - -

260 Kemarau Ya Klindamisin 2 x sehari

261 Kemarau Ya Klindamisin 3 x sehari

262 Kemarau Tidak - -

263 Kemarau Tidak - -

264 Kemarau Tidak - -

265 Kemarau Ya Makrolid 1 x sehari

266 Kemarau Ya Makrolid 1 x sehari


(3)

268 Kemarau Tidak - -

269 Kemarau Tidak - -

270 Kemarau Tidak - -

271 Kemarau Tidak - -

272 Kemarau Tidak - -

273 Kemarau Tidak - -

274 Kemarau Tidak - -

275 Kemarau Ya Kuinolon 1 x sehari

276 Kemarau Ya Klindamisin 3 x sehari

277 Kemarau Tidak - -

278 Kemarau Tidak - -

279 Kemarau Ya Sefalosporin 3 x sehari

280 Kemarau Ya Kuinolon 2 x sehari

281 Kemarau Tidak - -

282 Kemarau Tidak - -

283 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

284 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

285 Kemarau Tidak - -

286 Kemarau Ya Makrolid 4 x sehari

287 Kemarau Tidak - -

288 Kemarau Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

289 Kemarau Tidak - -

290 Kemarau Tidak - -

291 Kemarau Ya Makrolid 2 x sehari

292 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

293 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

294 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

295 Kemarau Ya Kuinolon 1 x sehari


(4)

297 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

298 Kemarau Tidak - -

299 Kemarau Tidak - -

300 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

301 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

302 Kemarau Tidak - -

303 Kemarau Tidak - -

304 Kemarau Tidak - -

305 Kemarau Ya Klindamisin 1 x sehari

306 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

307 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

308 Kemarau Ya Kuinolon 2 x sehari

309 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

310 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

311 Kemarau Tidak - -

312 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

313 Kemarau Tidak - -

314 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

315 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

316 Kemarau Tidak - -

317 Kemarau Ya Sefalosporin 3 x sehari

318 Kemarau Tidak - -

319 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

320 Kemarau Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

321 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

322 Kemarau Tidak - -

323 Kemarau Tidak - -

324 Kemarau Tidak - -


(5)

326 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

327 Kemarau Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

328 Kemarau Ya Kuinolon 1 x sehari

329 Kemarau Tidak - -

330 Kemarau Ya Kuinolon 1 x sehari

331 Kemarau Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

332 Kemarau Tidak - -

333 Kemarau Ya Kuinolon 2 x sehari

334 Kemarau Ya Klindamisin 2 x sehari

335 Kemarau Ya Klindamisin 3 x sehari

336 Kemarau Tidak - -

337 Kemarau Tidak - -

338 Kemarau Tidak - -

339 Kemarau Tidak - -

340 Kemarau Tidak - -

341 Kemarau Tidak - -

342 Kemarau Tidak - -

343 Kemarau Tidak - -

344 Kemarau Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

345 Kemarau Tidak - -

346 Kemarau Tidak - -

347 Kemarau Ya Makrolid 1 x sehari

348 Kemarau Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

349 Kemarau Tidak - -

350 Kemarau Tidak - -


(6)

352 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

353 Kemarau Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

354 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

355 Kemarau Ya Makrolid 3 x sehari

356 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

357 Kemarau Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

358 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

359 Kemarau Ya Makrolid 3 x sehari

360 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

361 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

362 Kemarau Ya Sefalosporin 3 x sehari

363 Kemarau Ya Sefalosporin 2 x sehari

364 Kemarau Tidak - -

365 Kemarau Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

366 Kemarau Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

367 Kemarau Ya Obat Anti

Tuberkulosis

1 x sehari

368 Kemarau Ya Penisilin 3 x sehari

369 Kemarau Tidak - -

370 Kemarau Ya Obat Anti

Tuberkulosis