Angka Kejadian Relaps Sindrom Nefrotik pada Anak yang diterapi dengan Kortikosteroid di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dari tahun 2009 sampai 2010

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Sindrom nefrotik adalah kelainan glomerular yang

paling sering

ditemukan pada anak- anak, merupakan suatu kumpulan kelainan glomerular
dengan gejala klinis yang terdiri dari proteinuria masif, hipoalbuminemia, edema
serta hiperkolesterolemia. Hipertensi dapat dijumpai pada semua tipe sindrom
nefrotik (Noer 1997). Hematuria mikroskopik, bahkan azotemia kadang-kadang
ditemukan namun tidak dapat dijadikan petanda untuk membedakan berbagai tipe
sindrom nefrotik (Chesney 1999).
Sindrom nefrotik bisa digolongkan kepada 2 yaitu sindrom nefrotik primer
atau idiopatik dan sindrom nefrotik sekunder. Pada sindrom nefrotik

primer,

faktor etiologinya tidak diketahui atau idiopatik dan sesuai dengan namanya,
sindrom nefrotik ini secara primer terjadi akibat kelainan pada glomerulus itu
sendiri tanpa ada penyebab lain. Golongan ini paling sering dijumpai pada anak.

Sindrom nefrotik

primer dibagi lagi menurut

gambaran histopatologik

berdasarkan istilah dan terminologi menurut rekomendasi International Study of
Kidney Diseases in Children, ISKDC pada tahun 1981.
Sindrom nefrotik sekunder pula ditimbulkan oleh berbagai penyakit
misalnya penyakit metabolik seperti diabetes mellitus atau amiloidosis, infeksi
seperti sifilis, malaria, atau hepatitis, penyakit sistemik bermediasi imunologik
contohnya lupus eritematosus sistemik atau sarkoidosis, neoplasma, ataupun
disebabkan bahan kimia atau efek samping dari obat-obatan (Noer 1997).
Insidens sindrom nefrotik adalah 2 kasus per tahun tiap 100.000 anak
berumur kurang dari 16 tahun, dengan angka prevalensi kumulatif 16 kasus tiap
100.000 anak. Pada anak-anak berumur kurang dari 16 tahun paling sering
ditemukan nefropati lesi minimal yaitu 75%-85% di mana 80% dari pasien
berusia kurang dari 6 tahun dan saat diagnosis dibuat dengan umur rata-rata 2,5
tahun. Insidens di Indonesia sendiri diperkirakan 6 kasus per tahun tiap 100.000


Universitas Sumatera Utara

anak kurang dari 14 tahun. Rasio antara anak lelaki dengan anak perempuan
sekitar 2 : 1 (Wirya 2002).
Kortikosteroid merupakan obat pilihan utama pengobatan awal sindrom
nefrotik walaupun terdapat obat-obat alternatif lain. Sindrom nefrotik dengan
relaps berikutan waktu dosis steroid diturunkan atau dalam 14 hari sesudah
pengobatan steroid dihentikan diklasifikasikan sebagai sindrom nefrotik sensitif
steroid sementara sindrom nefrotik bila dengan dosis penuh sampai 4 minggu
tidak remisi, maka penderita didiagnosis dengan sindrom nefrotik resisten steroid
(non responsif steroid) dan harus diberi imunosupresif non-steroid lain.
Kebanyakan pasien mengalami relaps berulang atau multipel, sehingga berisiko
mengalami efek samping akibat toksisitas steroid, infeksi sistemik, dan
komplikasi lain. Sebagian kecil pasien dengan sindrom nefrotik resisten steroid
juga berisiko mengalami efek samping yang sama seperti pada pasien sindrom
nefrotik sensitif steroid dan dapat disertai komplikasi insufisiensi renal (Naoyuki
et al. 1998).
Proteinuria menghilang 90% pada anak selama pengobatan 8 minggu
dengan prednison, dengan dosis 60 mg/m2/hari untuk 4 minggu, diikuti dengan
40 mg/m2/48 jam untuk 4 minggu berikutnya. Setengah dari pasien ini, remisinya

terjadi dalam minggu pertama dan pada kebanyakan pasien lainnya terjadi remisi
dalam empat minggu berikutnya. Namun banyak pasien kambuh sesudah remisi.
Resiko terjadi relaps dan keseringannnya rupanya dipengaruhi oleh lamanya
pengobatan awal. Kira-kira 80% anak relaps dalam satu tahun apabila prednison
diberikan untuk 4 minggu, 60% relaps sesudah pengobatan 8 minggu, dan hanya
36% relaps apabila prednison diberikan selama 12 minggu (Wirya 2002).
Insiden relaps biasanya terjadi saat dosis pemeliharaan harian diturunkan
karena alasan efek samping atau toksisitas steroid. Resiko terjadi relaps dapat
sebanyak 60-75% dan menurut Alexandru R.C. et al, 2000, relaps diklasifikasikan
menjadi relaps sering (lebih dari 2 x relaps dalam 6 bulan atau lebih dari 4 x
relaps dalam 1 tahun) dan relaps jarang (kurang dari 2 x relaps dalam 6 bulan)
(Denny et al. 2008).

Universitas Sumatera Utara

Menurut suatu penelitian yang dilakukan pada pasien anak yang rawat inap di
departemen kesehatan

anak di RS Dr. Soetomo, Surabaya untuk melihat


frekuensi kejadian relaps dengan regimen standard pengobatan sindrom nefrotik
menurut ISDKC berbanding dengan terapi yang lebih lama dari protokol terapi
standarnya, didapati pada anak yang diterapi dengan kortikosteroid pada durasi
yang lebih lama dari terapi standar kurang kejadian relapsnya (Noer 2005).
Berdasarkan

data-data

yang

diperoleh

dari

hasil-hasil

penelitian

sebelumnya, maka keseringan relaps jelas dipengaruhi oleh lamanya pengobatan
kortikosteroid awal yang diberikan pada pasien sindrom nefrotik. Oleh karena itu,

telah dilakukan penelitian mengenai angka kejadian relaps sindrom nefrotik pada
anak yang diterapi dengan kortikosteroid di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik dari tahun 2009 sampai 2010.

1.2. Rumusan masalah
Berapakah angka kejadian relaps sindrom nefrotik pada anak dengan yang
diterapi dengan kortikosteroid di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
dari tahun 2009 sampai 2010 ?

1.3. Tujuan penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Untuk mengevaluasi keseringan terjadinya kekambuhan pada sindrom nefrotik
pada anak yang diterapi dengan kortikosteroid di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik.

1.3.2. Tujuan khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk menentukan pada kelompok umur anak yang paling sering terjadi
relaps sindrom nefrotik yang diterapi dengan kortikosteroid.
2. Untuk menentukan pada jenis kelamin mana yang sering ditemukan

sindrom nefrotik serta kejadian relaps.

Universitas Sumatera Utara

1.4. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat seperti berikut:
1. Bagi petugas kesehatan
Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan semaksimal mungkin bagi
mengelakkan kemungkinan relaps pada penderita penyakit sindrom
nefrotik.

2. Bagi peneliti
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menjadi kontribusi
sebagai informasi dalam menerapkan pengalaman ilmiah yang diperoleh
untuk peneliti di masa akan datang.

3. Bagi masyarakat
Menambah pengetahuan masyarakat dan seterusnya

meningkatkan


kesadaran mengenai kejadian relaps pada sindrom nefrotik pada anak.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Prevalensi Karsinoma Hepatoseluler di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan pada tahun 2009-2012

1 66 71

Hubungan Jumlah Paritas dengan Perdarahan Postpartum di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada Tahun 2009-2010

0 46 59

Penilaian Fungsi Fisik Pada Penderita Rematik Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Periode Juni – November 2011

0 47 44

Angka Kejadian Relaps Sindrom Nefrotik pada Anak yang diterapi dengan Kortikosteroid di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dari tahun 2009 sampai 2010

0 73 53

Angka Kejadian Relaps Sindrom Nefrotik pada Anak yang diterapi dengan Kortikosteroid di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dari tahun 2009 sampai 2010

0 0 11

Angka Kejadian Relaps Sindrom Nefrotik pada Anak yang diterapi dengan Kortikosteroid di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dari tahun 2009 sampai 2010

0 0 2

Angka Kejadian Relaps Sindrom Nefrotik pada Anak yang diterapi dengan Kortikosteroid di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dari tahun 2009 sampai 2010

0 0 14

Angka Kejadian Relaps Sindrom Nefrotik pada Anak yang diterapi dengan Kortikosteroid di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dari tahun 2009 sampai 2010 Chapter III V

0 0 12

Angka Kejadian Relaps Sindrom Nefrotik pada Anak yang diterapi dengan Kortikosteroid di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dari tahun 2009 sampai 2010

0 0 3

Angka Kejadian Relaps Sindrom Nefrotik pada Anak yang diterapi dengan Kortikosteroid di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dari tahun 2009 sampai 2010

0 0 7