no 29 widya wati 01 belajar pembelajaran dan asesmen2

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

OLEH:
WIDYA WATI

DOSEN PEMBIMBING:
Prof. FESTIYED, MS

KONSENTRASI PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2010

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Belajar dan Pembelajaran yang dibimbing oleh ibu Prof. Dr Festiyed, M.Si.
Makalah yang ditulis penulis ini berbicara mengenai Belajar dan
Pembelajaran. Penulis menuliskannya dengan mengambil dari beberapa sumber

baik dari buku maupun dari internet dan membuat gagasan dari beberapa sumber
yang ada tersebut.
Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu
penulis dalam penyelesaian makalah ini. Hingga tersusun makalah yang sampai
dihadapan pembaca pada saat ini.
Penulis juga menyadari bahwa makalah yang penulis tulis ini masih
banyak kekurangan. Karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk
menyampaikan saran atau kritik yang membangun demi tercapainya makalah
yang lebih baik.

Padang,

November 2010

Widya Wati

1

DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................3
BAB II BELAJAR DAN PEMBELAJARAN ......................................................5
A. PENGERTIAN BELAJAR .......................................................................... 5
B. BELAJAR DAN FASE-FASE PERKEMBANGANNYA ........................ 11
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR.................. 13
1.

Faktor Internal ........................................................................................ 13

2.

Faktor-faktor eksogen/eksternal ............................................................. 21

D. PENGERTIAN PEMBELAJARAN .......................................................... 23
E. CIRI-CIRI PEMBELAJARAN .................................................................. 26
F.


ASESMEN ................................................................................................. 29
1.

Pengertian Asesmen ............................................................................... 29

2.

Perbedaan Asesmen dan Evaluasi .......................................................... 30

3.

Tujuan Asesmen ..................................................................................... 30

4.

Cara Mengumpulkan Asesmen............................................................... 30

G.

TAKSONOMI PERILAKU INDIVIDU ................................................ 32


BAB III PENUTUP ..............................................................................................43
Kesimpulan .................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................44

2

BAB I PENDAHULUAN

Belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep, suatu idea, gagasan pokok
dalam konsep ini ialah bahwa belajar itu tidak hanya berlangsung di lembagalembaga pendidikan formal seseorang masih dapat memperoleh pengetahuan
kalau ia mau, setelah ia selesai mengikuti pendidikan di suatu lembaga pendidikan
formal. Ditekankan pula bahwa belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang
berlangsung sepanjang kehidupan seseorang. Bedasarkan idea tersebut konsep
belajar sepanjang hayat sering pula dikatakan sebagai belajar berkesinambungan
(continuing learning). Dengan terus menerus belajar, seseorang tidak akan
ketinggalan zaman dan dapat memperbaharui pengetahuannya, terutama bagi
mereka yang sudah berusia lanjut. Dengan pengetahuan yang selalu diperbaharui
ini, mereka tidak akan terasing dan generasi muda, mereka tidak akan menjadi
snile atau pikun secara dini, dan tetap dapat memberikan sumbangannya bagi

kehidupan di lingkungannya.
Belajar erat kaitannya dengan psikologi. Dalam hal ini, Made Pidarta
mengemukakan : psikologi atau jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia.
Jiwa itu sendiri adalah roh dalam mengendalikan jasmani. Karena itu jiwa atau
psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia yang berada dan
melekat dalam diri manusia itu sendiri.
Jiwa manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani, sejak dari
masa bayi, kanak-kanak dan seterusnya sampai dewasa dan masa tuã. Makin besar
anak itu makin berkembang pula jiwanya. Dengan melalui tahap-tahap tertentu
dan akhimya anak ito mencapai kedewasaan balk dari segi kejiwaan maupun dari
segi jasmani.

3

Dalam perkembangan jiwa dan jasmani tersebut, manusia perlu belajar.
Masa belajar itu bertingkat-tingkat, sejalan dengan fase-fase perkembangannya,
sejak masa kanak-kanak sampai masa tua. Dan sini dapat dipahami bahwa belajar
merupakan kebutuhan sebagai bekal untuk menempuh kehidupan disepanjang
hayatnya.
Melalui pembahasan ini dimaksudkan untuk lebih memahami hakekat

belajar dan pembelajaran, faktor-faktor yang mempengaruhinya berlangsung
secara terus-menerus dan berkesinambungan sejak dari buaian sampai hang lahat.

4

BAB II BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

A. PENGERTIAN BELAJAR
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan
penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih
Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan
individu berlangsung melalui kegiatan belajar.
Pengertian belajar yang disampaikan oleh beberapa para ahli, dapat dilihat
sebagai berikut :
Moh. Surya (1997) : ―belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya‖.
Witherington (1952) : ―belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang
dimanifestasikan


sebagai

pola-pola

respons

yang

baru

berbentuk

keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan‖.
Crow & Crow dan (1958) : ― belajar adalah diperolehnya kebiasaankebiasaan, pengetahuan dan sikap baru‖.
Hilgard (1962) : ―belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul
perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu
situasi‖
Di Vesta dan Thompson (1970) : ― belajar adalah perubahan perilaku yang
relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman‖.


5

Gage & Berliner : ―belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang
muncul karena pengalaman‖
Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar
adalah perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciriciri dari perubahan perilaku, yaitu :
1.

Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari
individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang
bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan,
misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin
meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar.
Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar tentang psikologi pendidikan.
Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang Psikologi
Pendidikan. Begitu juga, setelah belajar Psikologi Pendidikan dia menyadari
bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh
sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan

Psikologi Pendidikan.

2.

Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya
merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah
diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan
pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang
mahasiswa telah belajar Psikologi Pendidikan tentang ―Hakekat Belajar‖.

6

Ketika dia mengikuti perkuliahan ―Strategi Belajar Mengajar‖, maka
pengetahuan, sikap dan keterampilannya tentang ―Hakekat Belajar‖ akan
dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam mengikuti perkuliahan ―Strategi
Belajar Mengajar‖.
3.


Perubahan yang fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang
maupun masa mendatang. Contoh : seorang mahasiswa belajar tentang
psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan keterampilannya dalam
psikologi

pendidikan

dapat

dimanfaatkan

mengembangkan perilaku dirinya sendiri

untuk

mempelajari

dan


maupun mempelajari dan

mengembangkan perilaku para peserta didiknya kelak ketika dia menjadi
guru.
4.

Perubahan yang bersifat positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah
kemajuan. Misalnya, seorang mahasiswa sebelum belajar tentang Psikologi
Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam Prose Belajar Mengajar tidak
perlu

mempertimbangkan

perbedaan-perbedaan

individual

atau

perkembangan perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun setelah
mengikuti

pembelajaran

Psikologi

Pendidikan,

dia

memahami

dan

berkeinginan untuk menerapkan prinsip – prinsip perbedaan individual
maupun prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia kelak menjadi guru.

7

5.

Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya
melakukan perubahan. Misalnya, mahasiswa ingin memperoleh pengetahuan
baru tentang psikologi pendidikan, maka mahasiswa tersebut aktif melakukan
kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku psikologi pendidikan, berdiskusi
dengan teman tentang psikologi pendidikan dan sebagainya.

6.

Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan
menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya, mahasiswa belajar
mengoperasikan komputer, maka penguasaan keterampilan mengoperasikan
komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa tersebut.

7.

Perubahan yang bertujuan dan terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik
tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Misalnya,
seorang mahasiswa belajar psikologi pendidikan, tujuan yang ingin dicapai
dalam panjang pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan, sikap
dan keterampilan tentang psikologi pendidikan yang diwujudkan dalam
bentuk kelulusan dengan memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka
panjangnya dia ingin menjadi guru yang efektif dengan memiliki kompetensi
yang memadai tentang Psikologi Pendidikan. Berbagai aktivitas dilakukan
dan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

8.

Perubahan perilaku secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan
semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan

8

keterampilannya. Misalnya, mahasiswa belajar tentang ―Teori-Teori Belajar‖,
disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang ―Teori-Teori
Belajar‖, dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya seorang guru
menguasai ―Teori-Teori Belajar‖. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan
dalam menerapkan ―Teori-Teori Belajar‖.
Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003), perubahan perilaku
yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk :
1.

Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik

secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap
suatu benda, definisi, dan sebagainya.
2.

Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan

interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol,
misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan
intelektual

adalah

kecakapan

dalam

membedakan

(discrimination),

memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan
ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah.
3.

Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan

pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran,
strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara
berfikir

agar

terjadi

aktivitas

yang

efektif.

Kecakapan

intelektual

menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih
menekankan pada pada proses pemikiran.
4.

Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk

memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap

9

adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan
vertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat
unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk
bertindak.
5.

Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan

yang dikontrol oleh otot dan fisik.
Sementara itu, Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil belajar
akan tampak dalam :
1. Kebiasaan; seperti : peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari
kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya
ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar.
2. Keterampilan; seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya
motorik, keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang
teliti dan kesadaran yang tinggi.
3. Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti
rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga
peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar.
4. Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan
lainnya dengan menggunakan daya ingat.
5. Berfikir rasional dan kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasardasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti ―bagaimana‖
(how) dan ―mengapa‖ (why).

10

6. Sikap yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara
baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan
pengetahuan dan keyakinan.
7. Inhibisi (menghindari hal yang mubazir).
8. Apresiasi (menghargai karya-karya bermutu.
9. Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut,
marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya.

B. BELAJAR DAN FASE-FASE PERKEMBANGANNYA
Belajar merupakan aktivitas

anak (manusia)

yang sangat

vital.

Dibandingkan dengan mahkuk lain, di dunia ini tidak ada mahluk hidup yang
sewaktu baru dilahirkan sedemikian tidak berdayanya seperti bayi manusia
Sebahlknya tidak ada mahkuk lain di dunia ini yang setelah dewasa mampu
menciptakan apa yang telah diciptakan manusia dewasa.
Jika bayi manusia yang baru dilahirkan tidak mendapat bantuan dari orang
dewasa, niscaya binasalah ia. Ia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak
diajar/ di didik oleh manusia lain, meskipun bayi yang baru dilahirkan itu
membawa beberapa naluri/ instink dan potensi-potensi yang diperlukan untuk
kelangsungan hidupnya. Namun potensi-potensi bawaan tak dapat berkembang
dengan baik tanpa adanya pengaruh dan luar. Usia bukan hanya mahiuk biologis
seperti halnya hewan, tetapi juga mahiuk social budaya. Karena itu manusia
membutuhkan kepandaian yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, dan semua ini
hanya dapat dicapai melalui belajar. Jelas bahwa belajar sangat penting bagi
kehidupan seorang manusia. Disamping itu dapat dipahami bahwa anak (manusia)

11

membutuhkan waktu yang lama untuk belajar, sejak dari masa kanak-kanak
sampai masa tua sepanjang kehidupannya. Karena itu manusia selalu dan
senantiasa belajar kapanpun dan dimanapun.
Dikatakan belajar apabila membawa suatu perubahan pada individu yang
belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga
dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat,
penyesuaian diri. Pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi
seseorang. Karena itu seorang yang belajar ia tidak sama lagi dengan saat
sebelumnya, karena ia lebih sanggup menghadapi kesulitan memecahkan masalah
atau

menyesuaikan

diri

dengan

keadaan.

Ia

tidak

hanya

bertambah

pengetahuannya, akan tetapi dapat pula menerapkanya secara fungsional dalam
situasi hidupnya.
Dalam hubungan dengan usaha pendidikan, maka belajar adalah key term
(istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan sehingga tanpa
belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar
selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu pendidikan dan
psikologis belajar.
Sejalan dengan fase-fase perkembangan pada manusia sejak dari masa
kanak-kanak sampai masa tua, dikemukakan oleh Havinghurst yang dikutip oleh
Made Pidarta, yaitu:
1. Fase perkembangan masa kanak-kanak
2.

Fase perkembangan masa anak

3. Fase perkembangan masa remaja
4. Fase perkembangan masa dewasa awal

12

5. Fase perkembangan masa setengah baya
6. Fase perkembangan masa tua
Untuk memenuhi tugas-tugas pada setiap fase tersebut, dicapai melalui
belajar. Berangkat dari fenomena ini muncullah konsep belajar untuk memberikan
layanan-layanan dan prioritas bagi mereka yang tidak lagi belajar pada pendidikan
diri dan turut berpartisipasi di dalam aktivitas kehidupan di lingkungan
masyarakat

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
Secara umum faktor-faktor yag mempengaruhi proses hasil belajar
dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal . kedua
faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan
kualitas hasil belajar.
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu

dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi
faktor fisiologis dan faktor psikologiss.
a.

Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan

kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat

memengaruhi aktivitas belajar seseorang . kondisi fisik yang sehat dan
bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar
individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan

13

menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu
keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar , maka perlu
ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah :
a) menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk
kedalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan
tubuh cepat lelah, lesu , dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk
belajar,
b) rajin berolah raga agar tubuh selalu bugar dan sehat;
c) istirahat yang cukup dan sehat.
Kedua , keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung,

peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil
belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfunsi dengan baik
akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula . dalam proses
belajar , merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima
dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia dapat menangkap dunia
luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar
adalah mata dan telinga. Oleh lkarena itu, baik guru maupun siswwa
perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun
secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar yang
memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga
secara periodic, mengonsumsi makanan yang bergizi , dan lain
sebagainya.

14

b. Faktor psikologis
Faktor –faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memngaruhi
proses belajar adalah kecerdasan siswa, motifasi , minat, sikap dan bakat.

kecerdasan /intelegensia siswa

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemempuan psiko-fisik
dalam mereaksikan rangsaganan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan
melalui cara yang tepat. Dengan dmikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan
dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila
dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting
dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali
tertinggi (executive control) dari hamper seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses
belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi
iteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih
sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu,
semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu
bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya.
Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka
pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon
guru professional, sehingga mereka dapat memahami tingakat kecerdasannya.

15

Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah
penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh
Terman dan Merill sebagai berikut ((Fudyartanto 2002).
Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision
Tingkat kecerdasan (IQ)

Klasifikasi

140 – 169

Amat superior

120 – 139

Superior

110 – 119

Rata-rata tinggi

90 – 109

Rata-rata

80 – 89

Rata-rata rendah

70 – 79

Batas lemah mental

20 — 69

Lemah mental

Dari table tersebut, dapat diketahui ada 7 penggolongan tingkat kecerdasan
manusia, yaitu:
1. Kelompok kecerdasan amat superior (very superior) merentang antara IQ
140—IQ 169;
2. Kelompok kecerdasan superior merenytang anatara IQ 120—IQ 139;
3. Kelompok rata-rata tinggi (high average) menrentang anatara IQ 110—IQ
119;
4. Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90—IQ 109;
5. Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang antara IQ 80—IQ 89;
6. Kelompok batas lemah mental (borderline defective) berada pada IQ 70—
IQ 79;

16

7. Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ
20—IQ 69, yang termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil,
imbisil, idiot.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh
orang tua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi
dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada
tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata-rata, atau mungkin
malah lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal
yang sangat berharga untuk memprediksi kamampuan belajar seseorang.
Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu
megarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.

Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan
belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan
belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri
individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap
saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhankebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi
intrinsic dan motivasi ekstrinsik. Motaivasi intrinsic adalah semua faktor yang
berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan
sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruhsuruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas

17

kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi kebutuhannya. Dalam proses
belajar, motivasi intrinsic memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi
intrinsic relaatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari
luar(ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam
motivasi intrinsic untuk belajar anatara lain adalah:
a) Dorongan ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang lebih luas;
b) Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan
untuk maju;
c) Adanaya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan
dari orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, atau temanteman, dan lain sebaginya.
d) Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna
bagi dirinya, dan lain-lain.
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang dating dari luar diri individu tetapi
memberi pengaruh terhadap kemauan untauk belajar. Seperti pujian, peraturan,
tata tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungansecara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi
lemah.

Minat
Secara sederhana,minaat (interest) nerrti kecemnderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah,
2003) minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan

18

ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan
perhatian, keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan
dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak
bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks
belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat
siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau
dipelajaranya.
Untuk membagkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa
digunakan. Anatara lain, pertama, dengan mebuat materi yang akan dipelajarai
semenarik mingkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desai
pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplor apa yang dipelajari,
melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik)
sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat
mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah
baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan
minatnya.

Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan
proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relative tetap
terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun
negative (Syah, 2003).

19

Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau
tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan
untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negative dalam belajar, guru
sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang professional dan bertanggungjawab
terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas,seorang guru akan
berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengambangkan
kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada
muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaranyang diampunya dengan baik dan
menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan
tidak menjemukan; meyakinkansiswa bahwa bidang studi yang dipelajara
bermanfaat bagi ddiri siswa.

Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat.
Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating
(Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat
sebagai kemampuan umum yang dimilki seorang siswa untauk belajar. Dengan
demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satukomponen yang
diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan
bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses
belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai
prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat

20

juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu
tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai
bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasiyang berhungan dengan
bakat yang dimilkinya. Misalnya, siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih
mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.
Karena belajar jug dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap
individu,maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan
memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain
dengan mendukung,ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk
memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.

2. Faktor-faktor eksogen/eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor
eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, Syah (2003)
menjelaskan bahwa faktaor-faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor
lingkungan nonsosial.

Lingkungan sosial
a)

Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman
sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis
antra ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih
baikdisekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang
guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.

21

b) Lingkungan sosial massyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat
tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang
kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi
aktivitas belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman
belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum
dimilkinya.
c)

Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan
belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak
rumah), pengelolaankeluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap
aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak,
kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas
belajar dengan baik.

Lingkungan non sosial.
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah;
a)

Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak
dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap,
suasana yang sejuk dantenang. Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan
faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya,
bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan
terlambat.

b) Faktor instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua
macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas
belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti

22

kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, bukupanduan, silabi dan lain
sebagainya.
c)

Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya
disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga denganmetode
mengajar guru, disesuaikandengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu,
agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr
siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode
mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.

D. PENGERTIAN PEMBELAJARAN
Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi
terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada
suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat,
mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.
Sedangkan mengajar sendiri memiliki pengertian :
·

Upaya guru untuk ―membangkitkan‖ yang berarti menyebabkan atau
mendorong seseorang (siswa) belajar. (Rochman Nata Wijaya,1992)

·

Menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjdinya proses belajar.
(Hasibuan J.J,1992)

·

Suatu usaha untuk membuat siswa belajar, yaitu usaha untuk terjadinya
perubahan tingkah laku. (Gagne)
Dan Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata ―mengajar‖ berasal dari

kata dasar ―ajar‖ yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya
diketahui (diturut) ditambah dengan awalan ―pe‖ dan akhiran ―an menjadi

23

―pembelajaran‖, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan
sehingga anak didik mau belajar. (KBBI)
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang

diberikan

pendidik

pemerolehan ilmu dan pengetahuan,

agar

dapat

terjadi

penguasaan kemahiran dantabiat,

proses
serta

pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran

adalah

proses

untuk

membantu

peserta

didik

agar

dapat belajar dengan baik. (Wikipedia.com)
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat
berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang
mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam
konteks pendidikan, gurumengajar supaya peserta didik dapat belajar dan
menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek
kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta
keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi
kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan
pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
Instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang,
disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses
belajar siswa yang bersifat internal. Gagne dan Briggs (1979:3)

24

Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat
20)
Istilah

―pembelajaran‖

sama

dengan

―instruction

atau

―pengajaran‖. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan.
(Purwadinata, 1967, hal 22). Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan
perbuatan belajar (oleh siswa) dan Mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar
mengajar adalah satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar
adalah kegiatan primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang
dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal.
Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari
guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada
diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan
baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha.
Dengan demikian dapat

diketahui

bahwa

kegiatan pembelajaran

merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen :
1. Siswa
Seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi
pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
2. Guru
Seseorang yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya
yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
3. Tujuan

25

Pernyataan tentang perubahan perilaku (kognitif, psikomotorik, afektif)
yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
4. Isi Pelajaran
Segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk
mencapai tujuan.
5. Metode
Cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.
6. Media
Bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk
menyajikan informasi kepada siswa.
7. Evaluasi
Cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya.

E. CIRI-CIRI PEMBELAJARAN
Menurut Eggen & Kauchak (1998) Menjelaskan bahwa ada enam ciri
pembelajaran yang efektif, yaitu:
(1) siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui
mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan
perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan
kesamaan-kesamaan yang ditemukan,
(2) guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam
pelajaran,
(3) aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian,

26

(4) guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa
dalam menganalisis informasi,
(5) orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan
keterampilan berpikir, serta
(6) guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan
gaya mengajar guru.
Adapun ciri-ciri pembelajaran yang menganut unsur-unsur dinamis dalam
proses belajar siswa sebagai berikut :
· Motivasi belajar
Motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaina usaha untuk menyediakan
kondisi kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan
sesuatau, dan bila ia tidak suka, maka ia akan berusaha mengelakkan perasaan
tidak suka itu. Jadi, motivasi dapat dirangsang dari luar, tetapi motivasi itu
tumbuh di dalam diri seseorang. Adalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat
dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang/siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan memberikan arah
pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dihendaki dapat dicapai oleh siswa
(Sardiman, A.M. 1992)
· Bahan belajar
Yakni segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep yang
diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain bahan yang berupa
informasi, maka perlu diusahakan isi pengajaran dapat merangsang daya cipta
agar menumbuhkan dorongan pada diri siswa untuk memecahkannya sehingga
kelas menjadi hidup.

27

· Alat Bantu belajar
Semua alat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, dengan maksud
untuk menyampaikan pesan (informasi)) dari sumber (guru maupun sumber lain)
kepada penerima (siswa). Inforamsi yang disampaikan melalui media harus dapat
diterima oleh siswa, dengan menggunakan salah satu ataupun gabungan beberaapa
alat indera mereka. Sehingga, apabila pengajaran disampaikan dengan bantuan
gambar-gambar, foto, grafik, dan sebagainya, dan siswa diberi kesempatan untuk
melihat, memegang, meraba, atau mengerjakan sendiri maka memudahkan siswa
untuk mengerti pengajaran tersebut.
· Suasana belajar
Suasana yang dapat menimbulkan aktivitas atau gairah pada siswa adalah
apabila terjadi :
a.

Adanya komunikasi dua arah (antara guru-siswa maupun sebaliknya) yang
intim dan hangat, sehingga hubungan guru-siswa yang secara hakiki setara
dan dapat berbuat bersama.

b.

Adanya kegairahan dan kegembiraan belajar. Hal ini dapat terjadi apabila isi
pelajaran yang disediakan berkesusaian dengan karakteristik siswa.
Kegairahan dan kegembiraan belajar jug adapat ditimbulkan dari media,

selain isis pelajaran yang disesuaiakan dengan karakteristik siswa, juga didukung
oleh factor intern siswa yang belajar yaitu sehat jasmani, ada minat, perhatian,
motivasi, dan lain sebagainya.
· Kondisi siswa yang belajar
Mengenai kondisi siswa, adapat dikemukakan di sini sebagai berikut :

28

a.

Siswa memilki sifat yang unik, artinya anatara anak yang satu dengan yang
lainnya berbeda.

b.

Kesamaan siwa, yaitu memiliki langkah-langkah perkenbangan, dan memiliki
potensi yang perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran.
Kondisi siswa sendiri sangat dipengaruhi oleh factor intern dan juga factor

luar, yaitu segala sesuatau yang ada di luar diri siswa, termasuk situasi
pembelajaran yang diciptakan guru. Oleh Karena itu kegiatan pembelajaran lebih
menekankan pada peranan dan partisipasi siswa, bukan peran guru yang
dominant, tetapi lebih berperan sebagai fasilitaor, motivator, dan pembimbing

F. ASESMEN
1. Pengertian Asesmen
Asesmen adalah pengumpulan bukti yang diilakukan secara sengaja,
sistematis, dan berkelanjutan serta digunakan untuk menilai kompetensi siswa
Proses asesmen mencakup:
Memberikan

kesempatan

kepada

siswa

untuk

mendemonstrasikan

kompetensinya
Mengumpulkan

dan

mencatat

bukti-bukti

demonstrasi

kompetensi-

kompetensi siswa
Menggunakan bukti-bukti untuk membuat penilaian secara menyeluruh
demonstrasi/kinerja siswa dalam kompetensi-kompetensi tersebut.
Asesmen memberikan umpan balik mengenai kemajuan belajar siswa
untuk siswa, orang tua, dan guru. Asesmen juga membantu guru untuk membuat
keputusan-keputusan mengenai kebutuhan-kebutuhan siswa, dan pedoman

29

perencanaan program pembelajaran.
Asesmen harus menjadi bagian yang tidak terpisah dari program
pembelajaran. Guru perlu memperhatikan bukti-bukti belajar dari kegiatan seharihari yang dilakukan para siswa. Bukti-bukti ini akan menunjukkan apa yang sudah
diketahui siswa, dan apa yang masih perlu mereka ketahui.
2. Perbedaan Asesmen dan Evaluasi
Asesmen merupakan tahapan pengumpulan data. Asesmen adalah
pengumpulan bukti yang sistematik, berkelanjutan, dan bertujuan. Guru yang
efektif selalu mengumpulkan dan mencatat informasi dengan berbagai cara,
melalui observasi, percakapan-percakapan, dan produk/hasil kerja siswa.
Evaluasi adalah tahapan memberikan penilaian tentang informasi yang
terkumpul, yakni saat guru menyimpulkan tentang kemajuan belajar siswa dan
keefektivan rencana pembelajaran.
3. Tujuan Asesmen
Adapun tujuan asesmen adalah sebagai berikut:
Memberikan umpan balik mengenai kemajuan belajar siswa dalam kaitannya
dengan kompetensi-kompetensinya selama proses belajar mengajar
Memberikan informasi kepada para guru, orang tua, masyarakat mengenai
demonstrasi kompetensi siswa
4. Cara Mengumpulkan Asesmen
Asesmen dan evaluasi yang berhasil haruslah mempunyai tujuan yang
jelas untuk semua proses asesmen dan evaluasi yang digunakan. Agar tujuan nya
menjadi jelas, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
Mengumpulkan informasi berkelanjutan dalam berbagai konteks autentik

30

Menggunakan berbagai alat dan metode untuk mengumpulan informasi
Menciptakan system untuk mencatat dan mengelola data
Mempunyai waktu untuk menganalisa dan mengevaluasi dan mengambil
keputusan pengajaran yang akan dating
Oleh karena itu diperlukan cara untuk mengumpulkan informasi yang
efektif dan valid agar evaluasi menjadi lebih akurat. Adapun beberapa cara dalam
mengumpulkan informasi yang efektif dan valid adalah:
Observasi Terfokus
 Observasi formal atau informal dari perilaku siswa dalam lingkungan
belajar yang wajar/natural dapat memberikan informasi yang berharga dari
kemajuan belajar siswa
 Formal: terencana dan terfokus pada criteria dan siswa-siswa yang sudah
ditentukan sebenernya
 Informal: tidak terencana tetapi sering menunjukkan apa yang bisa
dilakukan siswa dalam konteks yang berbeda-beda
Produk/Hasil Karya
 Informasi dapat dikumpulkan dari hasil kerja siswa: lisan, tertulis dan
visual (dapat dilihat)
 Guru dapat melakukan asesmen produk siswa yang dilakukan dalam
proses belajar bukan hanya produk final
Percakapan
 Baik percakapan dengan siswa yang terencana maupun tidak terencana
memberikan pada guru informasi yang berharga yang mungkin tidak
terkumpulkan dalam konteks-konteks lain

31

 Konferensi dan interview adalah 2 metode pengumpulan informasi melului
percakan
Portofolio Siswa
Portofolio siswa adalah satu cara untuk mengumpulkan dan menyimpan bukti
tercatat tentang demonstrasi hasil belajar siswa.

G. TAKSONOMI PERILAKU INDIVIDU
Kalau perilaku individu mencakup segala pernyataan hidup, betapa banyak
kata yang harus dipergunakan untuk mendeskripsikannya. Untuk keperluan studi
tentang perilaku kiranya perlu ada sistematika pengelompokan berdasarkan
kerangka berfikir tertentu (taksonomi).
Dalam konteks pendidikan, Bloom mengungkapkan tiga kawasan
(domain) perilaku individu beserta sub kawasan dari masing-masing kawasan,
yakni : (1) kawasan kognitif; (2) kawasan afektif; dan (3) kawasan psikomotor.
Taksonomi perilaku di atas menjadi rujukan penting dalam proses pendidikan,
terutama kaitannya dengan usaha dan hasil pendidikan. Segenap usaha pendidikan
seyogyanya diarahkan untuk terjadinya perubahan perilaku peserta didik secara
menyeluruh, dengan mencakup semua kawasan perilaku. Dengan merujuk pada
tulisan Gulo (2005), di bawah ini akan diuraikan ketiga kawasan tersebut beserta
sub-kawasannya.
A. Kawasan Kognitif
Kawasan kognitif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual
atau berfikir/nalar terdiri dari :
1. Pengetahuan (knowledge)

32

Pengetahuan merupakan aspek kognitif yang paling rendah tetapi paling
mendasar. Dengan pengetahuan individu dapat mengenal dan mengingat kembali
suatu objek, ide prosedur, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, rumus,
teori, atau kesimpulan.
Dilihat dari objek yang diketahui (isi) pengetahuan dapat digolongkan
sebagai berikut :
1. Mengetahui sesuatu secara khusus :


Mengetahui terminologi yaitu berhubungan dengan mengenal atau mengingat
kembali istilah atau konsep tertentu yang dinyatakan dalam bentuk simbol,
baik berbentuk verbal maupun non verbal.



Mengetahui fakta tertentu yaitu mengenal atau mengingat kembali tanggal,
peristiwa, orang tempat, sumber informasi, kejadian masa lalu, kebudayaan
masyarakat tertentu, dan ciri-ciri yang tampak dari keadaan alam tertentu.

2. Mengetahui tentang cara untuk memproses atau melakukan sesuatu :


Mengetahui kebiasaan atau cara mengetengahkan ide atau pengalaman



Mengetahui urutan dan kecenderungan yaitu proses, arah dan gerakan suatu
gejala atau fenomena pada waktu yang berkaitan.



Mengetahui penggolongan atau pengkategorisasian. Mengetahui kelas,
kelompok, perangkat atau susunan yang digunakan di dalam bidang tertentu,
atau memproses sesuatu.



Mengetahui kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi fakta, prinsip,
pendapat atau perlakuan.



Mengetahui metodologi, yaitu perangkat cara yang digunakan untuk mencari,
menemukan atau menyelesaikan masalah.

33



Mengetahui hal-hal yang universal dan abstrak dalam bidang tertentu, yaitu
ide, bagan dan pola yang digunakan untuk mengorganisasi suatu fenomena
atau pikiran.



Mengetahui prinsip dan generalisasi



Mengetahui teori dan struktur.

2. Pemahaman (comprehension)
Pemahaman atau dapat dijuga disebut dengan istilah mengerti merupakan
kegiatan mental intelektual yang mengorganisasikan materi yang telah diketahui.
Temuan-temuan yang didapat dari mengetahui seperti definisi, informasi,
peristiwa, fakta disusun kembali dalam struktur kognitif yang ada. Temuantemuan ini diakomodasikan dan kemudian berasimilasi dengan struktur kognitif
yang ada, sehingga membentuk struktur kognitif baru. Tingkatan dalam
pemahaman ini meliputi :


translasi yaitu mengubah simbol tertentu menjadi simbol lain tanpa perubahan

makna. Misalkan simbol dalam bentuk kata-kata diubah menjadi gambar,
bagan atau grafik;


interpretasi yaitu menjelaskan makna yang terdapat dalam simbol, baik dalam

bentuk simbol verbal maupun non verbal. Seseorang dapat dikatakan telah
dapat menginterpretasikan tentang suatu konsep atau prinsip tertentu jika dia
telah mampu membedakan, memperbandingkan atau mempertentangkannya
dengan sesuatu yang lain. Contoh sesesorang dapat dikatakan telah mengerti
konsep tentang ―motivasi kerja‖ dan dia telah dapat membedakannya dengan
konsep tentang ‖motivasi belajar‖; dan

34



Ekstrapolasi; yaitu melihat kecenderungan, arah atau kelanjutan dari suatu

temuan. Misalnya, kepada siswa dihadapkan rangkaian bilangan 2, 3, 5, 7, 11,
dengan kemapuan ekstrapolasinya tentu dia akan mengatakan bilangan ke-6
adalah 13 dan ke-7 adalah 19. Untuk bisa seperti itu, terlebih dahulu dicari
prinsip apa yang bekerja diantara kelima bilangan itu. Jika ditemukan bahwa
kelima bilangan tersebut adalah urutan bilangan prima, maka kelanjutannnya
dapat dinyatakan berdasarkan prinsip tersebut.
3. Penerapan (application)
Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dikatakan menguasai
kemampuan ini jika ia dapat memberi contoh, menggunakan, mengklasifikasikan,
memanfaatkan, menyelesaikan dan mengidentifikasi hal-hal yang sama. Contoh,
dulu ketika pertama kali diperkenalkan kereta api kepada petani di Amerika,
mereka berusaha untuk memberi nama yang cocok bagi alat angkutan tersebut.
Satu-satunya alat transportasi yang sudah dikenal pada waktu itu adalah kuda.
Bagi mereka, ingat kuda ingat transportasi. Dengan pemahaman demikian, maka
mereka memberi nama pada kereta api tersebut dengan iron horse (kuda besi). Hal
ini menunjukkan bagaimana mereka menerapkan konsep terhadap sebuah temuan
baru.
4. Penguraian (analysis)
Menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan
hubungan antar-bagian tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu peristiwa
atau memberi argumen-argumen yang menyokong suatu pernyataan.
Secara rinci Bloom mengemukakan tiga jenis kemampuan analisis, yaitu :

35

1. Menganalisis unsur :


Kemampuan melihat asumsi-asumsi yang tidak dinyatakan secara eksplisit
pada suatu pernyataan



Kemampuan untuk membedakan fakta dengan hipotesa.



Kemampuan untuk membedakan pernyataan faktual dengan pernyataan
normatif.



Kemampuan

untuk

mengidentifikasi

motif-motif

dan

membedakan

mekanisme perilaku antara individu dan kelompok.


Kemampuan untuk memisahkan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang
mendukungnya.

2. Menganalisis hubungan


Kemampuan untuk melihat secara komprehensif interrelasi antar ide dengan
ide.



Kemampuan untuk mengenal unsur-unsur khusus yang membenarkan suatu
pernyataan.



Kemampuan untuk mengenal fakta atau asumsi yang esensial yang mendasari
suatu pendapat atau tesis atau argumen-argumen yang mendukungnya.



Kemampuan untuk memastikan konsistensinya hipotesis dengan informasi
atau asumsi yang ada.