Analisis Komparatif Kinerja Keuangan Antara Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia Periode 2010-2013

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Lembaga Keuangan
Menurut Surat Keputusan Menteri keuangan Republik Indonesia No. 792

Tahun 1990 tentang “Lembaga Keuangan”, lembaga keuangan diberi batasan
sebagai semua badan yang kegiatananya di bidang keuangan, melakukan
penghimpunan dan penayaluran dana kepada masyarakat terutama guna
membiayai investasi perusahaan. Secara umum lembaga keuangan dapat
dikelompokkan dalam dua bentuk, yaitu bank dan bukan bank. Lembaga
keuangan, baik bank maupun bukan bank, mempunyai peran yang penting bagi
aktivitas perekonomian yaitu sebagai wahana yang mempu menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien ke arah peningkatan taraf
hidup rakyat.

2.2

Bank

Definisi bank menurut UU No. 14/1967 Pasal 1 tentang pokok-pokok

Perbankan adalah “lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberkan kredit
dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang”. Sedangkan,
lembaga keuangan menurut undang-undang tersebut ialah, “semua badan yang
melalui kegiatan-kegiatannya di bidang keuangan, menarik uang dari dan
menyalurkannya ke dalam masyarakat”.

11
Universitas Sumatera Utara

Menurut Kasmir (2007:23) aktifitas pertama bank adalah penghimpunan
dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah didunia perbankan adalah
kegiatan funding. Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan
cara memasang berbagai strategi agar masyarakat menanamkan dananya dalam
bentuk simpanan. Keuntungan utama dari bisnis perbankan adalah berdasarkan
prinsip konvensional diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan
kepada penyimpanan dengan bunga pinjaman yang disalurkan.
Fungsi dasar bank adalah : (1) menyediakan tempat untuk menitipkan
uang dengan aman (safe keeping function), dan (2) menyediakan alat pembayaran

untuk membeli barang dan jasa (transaction function).

2.2.1

Bank Konvensional
Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang

perubahan atas Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Di Indonesia,
menurut jenisnya bank terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.
Dalam pasal 1 ayat 3 Undang-undang No. 10 tahun 1998 menyebutkan
bahwa bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

12
Universitas Sumatera Utara


Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian bank
umum pada pasal 1 ayat 3 Undang-undang No. 10 tahun 1998 dengan
menghilangkan kalimat “dan atau berdasarkan prinsip syariah”, yaitu bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sebagai lembaga intermediasi,
bank konvensional menerima simpanan dari nasabah dan meminjamkannya
kepada nasabah lain yang membutuhkan dana.
Kegiatan usaha bank umum konvensional (booklet perbankan Indonesia
2014 : 9), antara lain :
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,
deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu;
2. Memberikan kredit;
3. Menerbitkan surat pengakuan hutang;
4. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya:
a. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang
masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam
perdagangan suratsurat dimaksud;
b. Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa

berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan
suratsurat dimaksud;
c. Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah;

13
Universitas Sumatera Utara

d. Sertifikat Bank Indonesia (SBI);
e. Obligasi;
f. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 tahun; dan
g. Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1
tahun.
5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah;
6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana
kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi
maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya;
7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan atau antar pihak ketiga;
8.


Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;

9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan
suatu kontrak;
10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam
bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek;
11. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali
amanat;
12. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan
Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

14
Universitas Sumatera Utara

13. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
bertentangan dengan Undang-Undang tentang Perbankan dan peraturan
perundangundangan yang berlaku;
14. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang
berlaku;

15. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di
bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan
efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan,
dengan memenuhi ketentuan yang berlaku;
16. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat
kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah,
dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi
ketentuan yang berlaku;
17. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai
dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun
yang berlaku; dan
18. Melakukan

kegiatan

usaha

bank

berupa


Penitipan

dengan

Pengelolaan/Trust.

2.2.2

Bank Syariah
Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah bank

yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Perbankan syariah
adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha

15
Universitas Sumatera Utara

syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk

mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah
dan tradisinya kedalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang
terkait. Prinsip utama yang dianut oleh bank syariah adalah:
a. larangan riba (bunga) dalam berbagai bentuk transaksi;
b. melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan
keuntungan yang sah menurut syariah;
c. memberikan zakat.
Pada system operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di
bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan
keuntungan bagi hasil.Kegiatan usaha bank umu syariah (booklet perbankan
Indonesia 2014 : 11), antara lain :
1. Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi’ah
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
2. Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa Deposito, Tabungan,
atau bentuk lainnya yang (dipersamakan dengan itu berdasarkan akad
mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah;
3. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad
musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip

Syariah;

16
Universitas Sumatera Utara

4. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad murabahah, akad salam, akad
istishna’, atau akad lainyang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
5. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qardhatau akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
6. Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak
kepada nasabah berdasarkan akad ijarah dan/atau sewa beli dalam
bentuk Ijarah Muntahiya bit Tamlik (IMBT) atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah;
7. Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah atau akad
lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
8. Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan
Prinsip Syariah;
9. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak
ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip
Syariah, antara lain, seperti akad ijarah, musyarakah, mudharabah,

murabahah, kafalah, atau hawalah;
10. Membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh
pemerintah dan/atau BI;
11. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan pihak ketiga atau antar pihak ketiga berdasarkan
Prinsip Syariah;
12. Melakukan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu akad
yang berdasarkan Prinsip Syariah;

17
Universitas Sumatera Utara

13. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
berdasarkan Prinsip Syariah;
14. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah berdasarkan Prinsip Syariah;
15. Melakukan fungsi sebagai wali amanat berdasarkan akad wakalah;
16. Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan Prinsip
Syariah;
17. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di

bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
18. Melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan Prinsip Syariah;
19. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada BUS atau lembaga keuangan
yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah;
20. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat
kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus
menarik kembali penyertaannya;
21. Bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pension berdasarkan Prinsip
Syariah;
22. Melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah dan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang pasar modal;
23. Menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan Prinsip
Syariah dengan menggunakan sarana elektronik;

18
Universitas Sumatera Utara

24. Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka
pendek berdasarkan Prinsip Syariah, baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui pasar uang;
25. Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka
panjang berdasarkan Prinsip Syariah, baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui pasar modal; dan
26. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha bank umum syariah
lainnya yang berdasarkan Prinsip Syariah.

2.2.3

Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah
Bank kovensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian bank umum.

Bank syariah merupakan bank yang secara operasional berbeda dengan
konvensional. Dalam beberapa hal, bank konvensional dan bank syariah memiliki
perbedaan yang mendasar diantara keduanya. Perbedaan itu menyangkut aspek
legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja.
a. Akad dan Aspek Legalitas
Akad yang dilakukan dalam bank syariah memiliki konsekuensi
duniawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hokum Islam.

b. Lembaga penyelesai sengketa
Penyelesaian perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabah
pada perbankan syariah berbeda dengan perbanakan konvensional, di atur
oleh Badan Arbritase Muamalah Indonesia atau BAMUI yang didirikan

19
Universitas Sumatera Utara

secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis
Ulama Indonesia.

c. Struktur Organisasi
Bank syariah dan bank konvensional dapat memiliki struktur yang
sama dalam hal komisaris dan direksi, tetapi yang membedakan adalah
keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah. Dewan Pengawas Syariah
(DPS) merupakan satu dewan pakar ekonomi dan ulama yang menguasai
bidang fiqh mu’amalah (Islamic Commercial Jurisprudence) yang berdiri
sendiri dan bertugas mengamati dan mengawasi operasional bank dan
semua produk-produknya agar sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariat
islam. Di Indonesia, Dewan Pengawas Syariah (DPS) mempunyai peranan
yang sangat penting dalam perbankan / institusi keuangan syariah, yaitu :
mengawasi sistem keuangan dan produk yang akan dipasarkan agar tetap
sesuai dengan sistem syariah.Dewan Pengawas Syariah biasanya
diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank.

d. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai
Bisnis dan usaha yang dilaksanakan bank syariah, tidak terlepas dari
syariah. Bank syariah tidak akan mungkin membiayai uasah yang
mengandung unsur-unsur yang diharamkan.

20
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1
Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah

1.
2.
3.
4.
5.

Bank Syariah
Melakukan
investasi-investasi
yang halal saja;
Berdasarkan prinsip bagi hasil,
jual-beli, atau sewa;
Profit dan falah oriented;
Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan kemitraan;
Penghimpunan dan penyaluran
dana harus sesuai dengan fatwa
Dewan Pengawas Syariah.

1.
2.
3.
4.
5.

Bank Kovensional
Investasi yang halal dan haram;
Memakai perangkat bunga;
Profit oriented;
Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan debitor-debitor;
Tidak terdapat dewan sejenis

Sumber : Muhammad Syafi’I Antonio (2001), Bank Syariah : Dari Teori ke
Praktek (Gema Insani Press bekerja sama dengan Yayasan Tazkia
Cendekia).

Perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah adalah perbedaan
antara bunga dan bagi hasil. Islam mengharamkan riba (bunga) dan menghalalkan
bagi hasil. Keduannya memberikan keuntungan, tetapi memiliki perbedaan
mendasar sebagai akibat adanya perbedaan antara investasi dan pembungaan uang
(table 2.2). Pada investasi, usaha yang di lakukan mengandung risiko, dan
karenanya mengandung unsure ketidakpastian. Sebaliknya, pembungaan uang
adalah aktivitas yang tidak memiliki risiko karena adanya persentase suku bunga
tertentu yang ditetapkan berdasarkan besarnya modal.

21
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2
Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil

1.

2.

3.

4.

Bunga
Bagi Hasil
Penentuan bunga dibuat pada waktu 1. Penentuan besarnya nisbah bagi
akad dengan asumsi harus selalu
hasil dibuat pada waktu akad
untung;
dengan
berpedomaan
pada
Besarnya bunga adalah suatu
kemungkinan untung-rugi;
persentase
tertentu
terhadap 2. Besarnya
bagi
hasil
adalah
besarnya uang yang dipinjamkan;
berdasarkan
nisbah
terhadap
Besarnya bunga tetap seperti yang
besarnya
keuntungan
yang
dijanjikan tanpa mempertimbangkan
diperoleh. Besarnya bagi hasil
apakah
proyek/usaha
yang
tergantung
pada
keuntungan
dijalankan oleh nasabah/mudharib
proyek/usaha yang dijalankan;
3. Bila usaha merugi maka kerugian
untung atau rugi;
Eksistensi bunga diragukan (kalau
akan ditanggung oleh pemilik dana,
tidak dikecam) oleh semua agama
kecuali karena kelalaian, salah urus,
termasuk Islam.
atau pelanggaran oleh mudharib;
4. Tidak ada yang meragukan
keabsah-an bagi hasil.

Sumber : Muhammad Syafi’I Antonio (2001), Bank Syariah : Dari Teori ke
Praktek (Gema Insani Press bekerja sama dengan Yayasan Tazkia
Cendekia).

2.3

Tingkat Kesehatan Bank
Tingkat kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang

terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun
Bank Indonesia sebagai Pembina dan pengawasan bank. Sesuai dengan tanggung
jawab, masing-masing pihak tersebut perlu mengingatkan diri dan secara
bersama-sama berupaya mewujudkan bank yang sehat. Oleh karena itu, perlu
adanya ketentuan mengenai tingkat kesehatan bank, yaitu :
1. Tolak ukur bagi manajemen bank untuk menilai apakah pengelolaan bank
telah dilakukan sejalan dengan asas-asas perbankan yang sehat dan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku;

22
Universitas Sumatera Utara

2. Tolak ukur untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank,
baik secara individual maupun perbankan secara keseluruhan.

Berdasarkan ketentuan perundang-undangan Bank Indonesia, pelaksanaan
penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan dengan cara mengkuantifikasikan dua
aspek, yaitu :
1. Aspek yang berpengaruh tehadap kondisi dan perkembangan suatu bank
dengan pendekatan kualitatif;
2. Pelaksanaan ketentuan tertentu yang sanksinya dikaitkan dengan penilaian
tingkat kesehatan bank.

Tingkat kesehatan bank pada dasarnya dinilai dengan pendekatan
kuantitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan
perkembangan suatu bank. Pendekatan kuantiatif dimaksud dilakukan dengan
penilaian

terhadap

faktor-faktor

permodalan,

kualitas

aktiva

produktif,

manajemen, rentabilitas, dan likuiditas, yang disingkat dengan sebutan “CAMEL”
(capital, assets quality, management quality, earnings and liquidity). Berdasarkan
peraturan bank Indonesia No. 9 tahun 2007 pasal 3, penilaian tingkat kesehatan
bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor, yaitu : permodalan (capital),
kualitas asset (asset quality), manajemen (management), rentabilitas (earning),
likuiditas (liquidity), dan sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market
risk).

23
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 tentang sistem
penilaian tingkat kesehatan bank maka bank wajib memelihara dan/atau
meningkatkan tingkat kesehatan bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian
dan manajemen risiko dalam melaksanakan kegiatan usaha. Sehubungan dengan
berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5184), Peraturan Bank
Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank
Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 56, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4292), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5029) dan PBI No.
8/6/PBI/2006 tentang Penerapan Manajemen Risiko secara Konsolidasi bagi Bank
yang Melakukan Pengendalian terhadap Perusahaan Anak (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4602), antara lain diatur bahwa Bank diwajibkan untuk melakukan penilaian
sendiri (self-assessment) Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan
pendekatan Risiko (Risk-based Bank Rating/RBBR) baik secara individual
maupun secara konsolidasi, dengan cakupan penilaian meliputi faktor-faktor
sebagai berikut: Profil Risiko (risk profile), Good Corporate Governance (GCG),
Rentabilitas (earnings); dan Permodalan (capital) untuk menghasilkan Peringkat
Komposit Tingkat Kesehatan Bank. Bank wajib melakukan penilaian sendiri (self

24
Universitas Sumatera Utara

assessment) atas tingkat kesehatan bank paling kurang setiap semester untuk
posisi bulan Juni dan Desember.
Dengan adanya aturan PBI ini, yang membuat tingkat kesehatan bank
diterapkan dengan menggunakan pendekatan risiko (RBBR), berarti secara
otomatis, tingkat kesehatan bank dengan menggunakan analisis CAMEL sudah
dicabut atau tidak dipergunakan lagi sejak awal tahun 2012 (Imma , 2012).

2.3.1

Risk-Based Banking Rating
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No 13/1/PBI/2011, metode penilain

kesehatan bank dengan pendekatan berdasarkan risiko (Risk-based Bank Rating)
merupakan metode penilaian tingkat kesehatan bank menggantikan metode
penilaian yang sebelumnya yaitu metode yang berdasarkan Capital, Asset,
Management, eraning, Liquidity dan Sensitivity to Market Risk (CAMELS).
Metode RBBR atau sering di sebut RGEC (Risk Profile, Good Corporate
Governance, Earning, dan Capital) ini menggunakan penilaian terhadap empat
faktor berdasarkan Surat Edaran BI No 13/24/DPNP adalah sebagai berikut :
a.

Risk Profile (Profil Risiko)
Profil Risiko yang dinilai terdiri atas : Risiko Kredit, Risiko Operasional,

Risiko Likuiditas, Risiko Hukum, Risiko Stratejik, Risiko Kepatuhan, dan
Risiko Reputasi. Dalam

menilai

Profil

Risiko,

Bank

wajib

pula

memperhatikan cakupan penerapan Manajemen Risiko sebagaimana diatur
dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Penerapan Manajemen Risiko bagi
Bank Umum.

25
Universitas Sumatera Utara

Berikut ini adalah beberapa parameter/indikator minimum yang wajib
dijadikan acuan oleh Bank dalam menilai Profil Risiko. Bank dapat menambah
parameter/indikator lain yang relevan dengan karakteristik dan kompleksitas
usaha Bank dengan memperhatikan prinsip proporsionalitas :
1.

Risiko Kredit
Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan debitur dan/atau
pihak

lain dalam memenuhi

kewajiban kepada Bank. Dalam

menilai risiko kredit parameter/indikator yang digunakan adalah:
a) komposisi portofolio aset dan tingkat konsentrasi;
b) kualitas penyediaan dana dan kecukupan pencadangan;
c) strategi penyediaan dana dan sumber timbulnya penyediaan
dana;
d) faktor eksternal
2.

Risiko Pasar
Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening
administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan dari
kondisi pasar, termasuk Risiko perubahan harga option. Dalam
menilai risiko pasar parameter/indikator yang digunakan adalah :
a) volume dan komposisi portofolio;
b) kerugian potensial (potential loss) Risiko Suku Bunga dalam
Banking Book (Interest Rate Risk in Banking Book-IRRBB)
c) strategi dan kebijakan bisnis

26
Universitas Sumatera Utara

3.

Risiko Likuiditas
Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank
untuk

memenuhi

kewajiban

yang

jatuh

tempo

dari sumber

pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi
yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi
keuangan

Bank.

Risiko ini

disebut

juga

Risiko likuiditas

pendanaan (funding liquidity risk). Dalam menilai Risiko Likuiditas,
parameter yang digunakan adalah:
a)

komposisi

dari

aset,

kewajiban,

dan

transaksi

rekening

administratif;
b) konsentrasi dari aset dan kewajiban;
c) kerentanan pada kebutuhan pendanaan;
d) akses pada sumber-sumber pendanaan.
4.

Risiko Operasional
Risiko

Operasional

adalah

Risiko

akibat

ketidakcukupan

dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia,
kegagalan

sistem,

dan/atau adanya

kejadian eksternal yang

mempengaruhi operasional Bank. Sumber Risiko Operasional dapat
disebabkan antara lain oleh sumber daya manusia, proses, sistem,
dan

kejadian eksternal. Dalam

menilai

Risiko Operasional,

parameter/indikator yang digunakan adalah:
a) karakteristik dan kompleksitas bisnis;
b) sumber daya manusia;

27
Universitas Sumatera Utara

c) teknologi informasi dan infrastruktur pendukung;
d) fraud, baik internal maupun eksternal;
e) kejadian eksternal.
5.

Risiko Hukum
Risiko Hukum adalah Risiko yang timbul akibat tuntutan hukum
dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini

juga dapat

timbul

antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-undangan yang
mendasari atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat
sahnya kontrak atau agunan yang tidak memadai. Dalam menilai
Risiko Hukum, parameter/indikator yang digunakan adalah :
a) faktor litigasi;
b) faktor kelemahan perikatan;
c) faktor ketiadaan/perubahan peraturan perundangundangan.
6.

Risiko Stratejik
Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan Bank dalam
mengambil

keputusan

dan/atau

pelaksanaan

suatu keputusan

stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan
bisnis.

Sumber

Risiko

Stratejik antara

lain ditimbulkan

dari

kelemahan dalam proses formulasi strategi dan ketidaktepatan
dalam

perumusan strategi,

ketidaktepatan

dalam

implementasi

strategi, dan kegagalan mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
Dalam

menilai

Risiko

Stratejik , parameter/ indikator

yang

digunakan adalah:

28
Universitas Sumatera Utara

a) kesesuaian strategi bisnis Bank dengan lingkungan bisnis;
b) strategi berisiko rendah dan berisiko tinggi;
c) posisi bisnis Bank;
d) pencapaian rencana bisnis Bank.
7.

Risiko Kepatuhan
Risiko Kepatuhan adalah Risiko yang timbul akibat Bank tidak
mematuhi

dan/atau

tidak

melaksanakan

peraturan perundang-

undangan dan ketentuan yang berlaku. Sumber Risiko Kepatuhan
antara lain timbul karena kurangnya pemahaman atau kesadaran
hukum

terhadap

ketentuan maupun standar bisnis yang berlaku

umum. Dalam menilai Risiko Kepatuhan, parameter/indikator yang
digunakan adalah:
a) jenis dan signifikansi pelanggaran yang dilakukan;
b) frekuensi pelanggaran

yang

dilakukan

atau

track

record

ketidakpatuhan Bank;
c) pelanggaran terhadap ketentuan atau standar bisnis yang berlaku
umum untuk transaksi keuangan tertentu.
8.

Risiko Reputasi
Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat
kepercayaan stakeholder yang bersumber dari

persepsi negatif

terhadap Bank. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam
mengkategorikan sumber Risiko Reputasi bersifat tidak langsung

29
Universitas Sumatera Utara

(below the line) dan bersifat langsung (above the line). Dalam
menilai Risiko Reputasi, parameter/indikator yang digunakan adalah:
a) pengaruh reputasi negatif dari pemilik

Bank

dan perusahaan

terkait;
b) pelanggaran etika bisnis;
c) kompleksitas produk dan kerjasama bisnis Bank;
d) frekuensi, materialitas, dan eksposur pemberitaan negatif Bank;
e)frekuensi dan materialitas keluhan nasabah.

b.

Good Corporate Governance (GCG)
Faktor GCG merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen Bank

atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Prinsip-prinsip GCG dan fokus penilaian
terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip GCG berpedoman pada ketentuan Bank
Indonesia

mengenai Pelaksanaan GCG bagi Bank

Umum

dengan

memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha Bank.
Penetapan peringkat faktor GCG dilakukan berdasarkan analisis atas:
a) pelaksanaan prinsip-prinsip GCG Bank;
b) kecukupan tata kelola (governance) atas struktur, proses, dan hasil
penerapan GCG pada Bank;
c) informasi lain yang terkait dengan GCG Bank yang didasarkan pada
data dan informasi yang relevan.

30
Universitas Sumatera Utara

c.

Rentabilitas (earning)
Faktor Rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja Rentabilitas,

sumber-sumber

Rentabilitas, kesinambungan (sustainability) Rentabilitas, dan

manajemen Rentabilitas.

Penilaian

dilakukan

dengan mempertimbangkan

tingkat, trend, struktur, stabilitas Rentabilitas Bank, dan perbandingan kinerja
Bank dengan kinerja peer group¸ baik melalui analisis aspek kuantitatif
maupun kualitatif.

d.

Permodalan (Capital)
Faktor Permodalan meliputi evaluasi terhadap kecukupan Permodalan

dan

kecukupan

pengelolaan Permodalan.

Dalam

melakukan

perhitungan

Permodalan, Bank wajib mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bagi Bank Umum.
Selain itu, dalam melakukan penilaian kecukupan Permodalan, Bank juga
harus mengaitkan kecukupan modal dengan Profil Risiko Bank. Semakin tinggi
Risiko

Bank,

semakin

besar

modal

yang

harus

disediakan untuk

mengantisipasi Risiko tersebut.

2.4

Kinerja Keuangan
Zarkasyi (2008 : 48) berpendapat bahwa : “Kinerja keuangan merupakan

sesuatu yang dihasilkan oleh suatu organisasi dalam periode tertentu dengan
mengacu pada standar yang ditetapkan.”

31
Universitas Sumatera Utara

Gitosudarmo dan Basri (2002 : 275) berpendapat bahwa : ”Kinerja
keuangan adalah rangkaian aktivitas keuangan pada suatu periode tertentu
dilaporkan dalam laporan keuangan yang terdiri dari laba rugi dan neraca.”
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Analisis laporan keuangan
adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca dan laporan laba rugi
terhadap yang satu dengan yang lain, yang memberikan gambaran tentang sejarah
perusahaan serta penilaian terhadap keadaan suatu perusahaan tertentu.
Menurut Prastowo (1995) analisis laporan keuangan merupakan suatu
proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membentuk dan mengevaluasi
posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu
dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan produksi yang paling
mungkin mengenai produksi dan kinerja perusahaan pada masa sekarang.

2.4.1

Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan berisi informasi penting untuk masyarakat, pemerintah,

pemasok dan kreditur, pemilik perusahaan atau pemegang saham, manajemen
perusahaan, investor, pelanggan dan karyawan yang diperlukan secara tetap untuk
mengukur kondisi dan efisiensi operasi perusahaan. Laporan ini digunakan bagi
pihak internal dan eksternal untuk dapat menilai suatu perusahaan, seperti menilai
keberhasilan perusahaan dalam usahanya atau menilai perkembangan perusahaan
tersebut (Duwi , 2009).
Tujuan laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
per 1 Oktober 2004, yang dirumuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah

32
Universitas Sumatera Utara

“menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan putusan ekonomi”
Menurut Sundjaja (2002:680) ”Laporan keuangan adalah suatu laporan
yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat
komunikasi antar data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak
yang berkepentingan dengan data-data atau aktivitas tersebut”.
Dalam rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan, berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 3/22/PBI/2001 tanggal 14 Desember 2001,
bank wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan dengan bentuk dan
cakupan yang terdiri dari:
1.

Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Tahunan adalah laporan lengkap
mengenai kinerja suatu bank dalam kurun waktu satu tahun.

2.

Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan adalah laporan keuangan yang
disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku dan
dipublikasikan setiap triwulan.

3.

Laporan Keuangan Publikasi Bulanan adalah laporan keuangan yang disusun
berdasarkan Laporan Bulanan Bank Umum yang disampaikan bank kepada
Bank Indonesia dan di-publikasikan setiap bulan.

4.

Laporan Keuangan Konsolidasi Bank merupakan bagian dari suatu kelompok
usaha dan atau memiliki Anak Perusahaan, wajib menyusun laporan
keuangan konsolidasi berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

33
Universitas Sumatera Utara

yang berlaku serta menyampaikan laporan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Bank Indonesia.

2.4.2

Rasio Keuangan
Pada dasarnya rasio keuangan adalah perbandingan pos-pos di laporan

keuangan yang diharapkan akan muncul interpretasi tertentu. Ada beberapa
kelompok rasio keuangan, sebagai berikut : Aktivitas (Activity), Likuiditas
(Liquidity), Profitabilitas (Profitability), Solvabilitas (Solvency), dan Ukuran Pasar
(Market Measure) (Toto Prihadi, 2012 : 158).
Rasio keuangan memberi cara bagi analisis untuk membuat perbandingan
yang berarti bagi data keuangan perusahaan pada waktu yang berbeda atau dengan
perusahaan yang berbeda. Jadi merupakan upaya menstandarisasikan informasi
keuangan sehingga menghasilkan perbandingan yang berguna (Martin ,
1993:504).
Berdasarkan sumber datanya maka rasio-rasio dapat dibedakan menjadi :
1.

rasio-rasio neraca (balance sheet ratio), yaitu rasio-rasio yang datanya
berasal dari pos-pos yang ada dineraca,

2.

rasio-rasio laba rugi (income statement ratio), yaitu rasio-rasio yang
datanya berasal pos-pos rugi laba,

3.

rasio-rasio antarlaporan (inter statement ratio), yaitu gabungan dari
pos-pos yang terdapata di neraca dan rugi laba.

34
Universitas Sumatera Utara

Menurut Weston, rasio-rasio keuangan ini dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok sebagai berikut :
1.

Rasio Likuiditas, bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya,

2.

Rasio Leverage, bertujuan mengukur seberapa jauh kebutuhan
keuangan perusahaan dibiayai dengan dana pinjaman,

3.

Rasio Aktivitas, bertujuan mengukur efektivitas perusahaan dalam
mengoperasikan dana,

4.

Rasio Profitabilitas, bertujuan mengukur efektivitas manajemen yang
tercermin pada imbalan hasil dari investasi melalui kegiatan
penjualan,

5.

Rasio Pertumbuhan, bertujuan mengukur kemampuan perusahaan
dalam

mempertahankan

kedudukannya

dalam

pertumbuahan

perekonomian dan dalam industry,
6.

Rasio Evaluasi, bertujuan mengukur kinerja perusahaan secara
keseluruhan karena rasio ini merupakan perncerminan dari rasikorisiko dan rasio imbalan hasil.

Menurut Hampton, rasio keuangan dapat digolongkan menjadi 3
kategori, yaitu :
1.

Rasio Likuiditas, bertujuan menguji kecukupan dana, solvency
perusahaan, kemampuan perusahaan membayar kewajiban-kewajiban
yang segera harus dipenuhi. Terdiri dari : rasio lancar (current ratio),

35
Universitas Sumatera Utara

rasio tunai (quick ratio), perputaran piutang (reveivable turn over),
dan perputaran persediaan (inventory turn over),
2.

Rasio Profitabilitas, bertujuan mengukur efisiensi aktivitas perusahaan
dan

kemampuan

perusahaan

untuk

memperoleh

keuntungan.

Misalnya, margin keuntungan (profit margin), margin laba kotor
(gross profit margin), perputaran aktiva (operating assets turn over),
imbalan hasil dari investasi (return on investment), dan rentabilitas
modal sendiri (return on equity),
3.

Rasio Kepemilikan, berkaitan langsung ataupun tidak langsung
dengan keuntungan dan likuiditas. Rasio ini membantu pemilik saham
dalam mengevaluasi ektivitas dan kebijaksanaan perusahaan yang
berpengaruh terhadap harga saham di pasaran, misalnya, keuntungan
per lembar saham (earning per share), nilai buku per lembar saham
(book value per share), serta rasio utang dan modal sendiri (capital
structure ratio).

Rasio-rasio yang sering dihitung dan yang dapat dibandingkan oleh
perbankan untuk mengukur kinerja keuangannya, antara lain adalah sebagai
berikut:

36
Universitas Sumatera Utara

2.4.2.1 Rasio Profitabilitas (Profitability)
Rasio profitabilitas ini penting untuk mengetahui sampai sejauh mana
kemampuan suatu bank di dalam menghasilkan keuntungan, baik berasal dari
kegiatan operasional bank yang bersangkutan maupun dari hasil kegiatan non
operasionalnya (Teguh, 1996:432).
Adapun berbagai rasio profitabilitas ini antara lain:
1) Return On Asset (ROA)
��� =

����������������
� 100%
�����������

Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan
(laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total aset yang dimiliki
bank bersangkutan.
2) Return On Equity (ROE)
��� =

����������ℎ�����
� 100%
�������

Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih
yang dikaitkan dengan pembayaran deviden.
3) Net Interest Margin (NIM)
��� =

��������������� − ����������
� 100%
���������������

Rasio ini menunjukkan kemampuan suatu bank di dalam mengelola earning
asset bank untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih.

37
Universitas Sumatera Utara

2.4.2.2 Rasio Efisiensi (Efficiency)
Besarnya profitabilitas usaha suatu bank antara lain juga dipengaruhi oleh
tingkat efisiensi yang ada. Oleh karena itu apabila profitabilitas yang ada tersebut
rendah maka perlu diadakan pengukuran efisiensi yang ada. Rasio efisiensi ini
bergerak sejajar dengan rasio profitabilitas sebab kalau rasio efisiensi tinggi maka
profitabilitasnya diharapkan tinggi dan sebaliknya apabila efisiensi yang ada
rendah maka profitabilitasnya juga rendah (Teguh, 1996:435).
Adapun Rasio Efisiensi ini adalah :
1) Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
���� =

����������������
� 100%
���������������������

Rasio ini mengukur kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Semakin kecil rasio BOPO maka akan semakin baik, hal ini karena
bank yang bersankutan dapat menutup biaya beban operasionalnya dengan
pendapatan operasional bank.

2.4.2.3 Rasio Kualitas aset (Asset Quality)
Rasio ini menunjukkan kualitas aset yang dimiliki suatu bank, sehubungan
dengan risiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit dan investasi
dana bank pada portofolio yang berbeda (Selamet, 2004:169).
Adapun Rasio Kualitas Aset ini adalah :
1) Non Performing Loans (NPL)
��� =

�����������������
� 100%
���������
38
Universitas Sumatera Utara

Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam mengatasi kemungkinan
terjadinya risiko sejumlah pinjaman yang tak tertagih dari total pinjamannya.

2.4.2.4 Rasio Likuiditas (Liquidity)
Rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menyediakan
dana yang cukup untuk memenuhi kewajibannya setiap saat. Dalam kewajiban
disini termasuk penarikan yang tidak dapat diduga seperti commitment loan
maupun penarikan-penarikan tak terduga lainnya (Veithzal, 2007:669).
Adapun Rasio likuiditas ini adalah :
1) Loans to Deposits Ratio (LDR)
��� =

�����ℎ�������������������
� 100%
�����������ℎ��������

Rasio ini menunjukkan kemampuan suatu bank di dalam menyediakan dana
untuk para debiturnya dengan menggunakan dana yang dapat dikumpulkan
bank dari masyarakat. Atau sebaliknya rasio ini menunjukkan kemampuan
suatu bank dalam melunasi dana para deposannya dengan menarik kembali
kredit yang diberikan.

2.4.2.5 Rasio Permodalan (Capital)
Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan kecukupan
permodalan suatu bank di dalam mendukung kegiatan operasinya. Rasio ini juga
digunakan dalam mengukur komposisi perbandingan antara dana sendiri yang
dicerminkan dalam modal dengan dana dari luar yang dicerminkan dalam
berbagai jenis hutang (Veithzal, 2007:673).

39
Universitas Sumatera Utara

Adapun berbagai Rasio Permodalan ini antara lain:
1) Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam menanggung risiko yang
mungkin timbul.
��� =
2.5

�����
� 100%
����

Penelitian Terdahulu
Asep Suryo Nugroho (2011) melakukan penelitian yang bertujuan untuk

membandingkan kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan
koenvensional pada periode Juni 2005 - 2010. Alat analisis yang digunakan
penulis dalam penilitian ini terdiri dari rasio permodalan (CAR), rasio kualitas
aktiva produktif (NPL/NPF), rasio rentabilitas (ROA dan ROE), rasio efisiensi
(BOPO) dan rasio likuiditas (LDR/FDR). Hasil dari penelitian ini menyimpulkan
bahwa rata-rata rasio keuangan perbankan syariah NPL/NPF dan LDR/FDR lebih
baik secara signifikan dbandingkan dengan perbankan konvensional, sedangkan
pada rasio CAR dan BOPO perbankan syariah lebih rendah kualitasnya.
Imam Subaweh (2008) melakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui perbandingan kinerja keuanga bank syariah dan konvensional. Alat
analaisis yang digunakan adalah rasio pinjaman terhadap tabungan, pengembalian
ekuitas, dan rasio tabungan terhadap aset serta untuk mengetahui pengaruh antara
raso pinjaman terhadap tabungan dan rasio tabungan terhadap aset terhadap
pengembalian ekuitas. Hasil penelitan menunjukkan bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara rasio pinjaman terhadap tabungan dan rasio

40
Universitas Sumatera Utara

tabungan terhadap aset terhadap pengembalian ekuitas serta tidak terdapat
perbedaan kinerja yang signifikan antara bank syariah dan konvensional.
Candra Puspita Ningtyas (2013) melakukan penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk
dan PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk periode 2009 – 2012. Alat analisis yang
digunakan adalah rasio permodalan yang diwakili rasio Capital Adequacy Ratio
(CAR), rasio kualitas aktiva produktif (KAP), rasio rentabilitas diwakili rasio
Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM)
atau Net Operating Margin (NOM) untuk bank syariah, Biaya Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO) atau Rasio Efisiensi kegiatan Operasional
(REO) untuk bank syariah, serta rasio likuiditas diwakili current ratio. Hasil
penelitian yang menggunakan analisis rasio keuangan menunjukkan bahwa
kinerja secara keseluruhan

menunjukkan Bank Mandiri memiliki kinerja

keuangan yang lebih baik daripada Bank Syariah Mandiri.
Astari (2013) melakukan penelitian dengan topik mengenai perbandingan
kinerja keuangan bank syariah dengan bank konvensional dengan studi kasus pada
PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk dengan

PT. bank UOB Indonesia, Tbk

periode 2008 – 2012. Alat analisis yang digunakan adalah Cash Ratio, Reserve
Requirement,
LDR, Loan to Asset Ratio, BOPO, NPM, ROA,ROE, DER, dan CAR. Hasil
penelitian ini secara keseluruhan menunjukkan rasio keuangan yang digunakan
memperlihatkan kinerja keuangan yang berfluktuatif.

41
Universitas Sumatera Utara

Arie

Firmansyah

Saragih

(2011)

melakukan

penelitian

untuk

membandingkan kinerja perbankan syariah dn perbankan konvensional periode
2008 – 2010 yang terdaftar di Bank Indonesia. Parameter yang digunakan untuk
melakukan perbandingan kinerja keuangan perbankan adalah dengan mengunakan
rasio keuangan yakni meliputi Capital Adequacy Ratio(CAR), Return on Asset
(ROA), Return on Equity (ROE), dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ROA, ROE, dan LDR tidak berbeda secara
signifikan antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional, hanya
variabel CAR yang menunjukkan perbedaan signifikan antara perbankan syariah
dan perbankan konvensional. Secara keseluruhan kinerja perbankan syariah lebih
baik dibanding perbankan perbankan konvensional pada periode penelitian.
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu

No.
1.

Variabel
Penelitian /
Metode Analisis
Asep Suryo Analisis
Rasio permodalan
Nugroho
Perbandingan
(CAR),
rasio
(2011)
Kinerja Keuangan kualitas
aktiva
Perbankan
produktif
Syariah
dengan (NPL/NPF), rasio
Perbankan
rentabilitas (ROA
Konvensional.
dan ROE), rasio
efisiensi (BOPO)
dan
rasio
likuiditas
(LDR/FDR).
Nama
(Tahun)

Judul

Hasil Temuan
Menyimpulkan
bahwa
rata-rata
rasio
keuangan
perbankan syariah
NPL/NPF
dan
LDR/FDR lebih
baik
secara
signifikan
dbandingkan
dengan perbankan
konvensional,
sedangkan
pada
rasio CAR dan
BOPO perbankan
syariah
lebih
rendah
kualitasnya.

42
Universitas Sumatera Utara

2.

Imam
Subaweh
(2008)

Analisis
Perbandingan
Kinerja Keuangan
Bank Syariah dan
Bank
Konvensional
Peruode 2003 –
2007.

Rasio pinjaman
terhadap
tabungan,
pengembalian
ekuitas, dan rasio
tabungan terhadap
aset serta untuk
mengetahui
pengaruh antara
raso
pinjaman
terhadap tabungan
dan
rasio
tabungan terhadap
aset
terhadap
pengembalian
ekuitas.

Menunjukkan
bahwa
tidak
terdapat pengaruh
yang
signifikan
antara
rasio
pinjaman terhadap
tabungan dan rasio
tabungan terhadap
aset
terhadap
pengembalian
ekuitas serta tidak
terdapat perbedaan
kinerja
yang
signifikan antara
bank syariah dan
konvensional.

3.

Candra
Puspita
Ningtyas
(2013)

Perbandingan
Kinerja Keuangan
Bank
konvensional dan
bank
Syariah
Berdasakan
Analisis
Rasio
Keuangan.

Rasio permodalan
yang
diwakili
rasio
Capital
Adequacy Ratio
(CAR),
rasio
kualitas
aktiva
produktif (KAP),
rasio rentabilitas
diwakili
rasio
Return On Assets
(ROA), Return On
Equity (ROE), Net
Interest Margin
(NIM) atau Net
Operating Margin
(NOM)
untuk
bank
syariah,
Biaya Operasional
Pendapatan
Operasional
(BOPO)
atau
Rasio
Efisiensi
kegiatan
Operasional
(REO) untuk bank
syariah, serta rasio
likuiditas diwakili
Current Ratio.

Kinerja
secara
keseluruhan
menunjukkan
Bank
Mandiri
memiliki kinerja
keuangan
yang
lebih baik daripada
Bank
Syariah
Mandiri.

43
Universitas Sumatera Utara

4.

Astari
(2013)

Analisis
Perbandingan
Kinerja Keuangan
Bank
Syariah
dengan
Bank
Konvensional.

Cash
Ratio,Reserve
Requirement,
LDR, Loan to
Asset
Ratio,
BOPO,
NPM,
ROA,ROE, DER,
dan CAR.

Secara
keseluruhan
menunjukkan rasio
keuangan
yang
digunakan
memperlihatkan
kinerja keuangan
yang berfluktuatif.

5.

Arie
Firmansyah
Saragih
(2011)

Analisis
Perbandingan
Kinerja Keuangan
antara
Bank
Syariah
dengan
Bank
Konvensional.

Capital Adequacy
Ratio(CAR),
Return on Asset
(ROA), Return on
Equity (ROE), dan
Loan to Deposit
Ratio (LDR).

Menunjukkan
bahwa
ROA,
ROE, dan LDR
tidak
berbeda
secara signifikan
antara perbankan
syariah
dengan
perbankan
konvensional,
hanya
variabel
CAR
yang
menunjukkan
perbedaan
signifikan antara
perbankan syariah
dan
perbankan
konvensional.
Secara
keseluruhan
kinerja perbankan
syariah lebih baik
dibanding
perbankan
perbankan
konvensional pada
periode penelitian.

2.6

Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah “model yang menerangkan bagaimana

hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam
suatu masalah tertentu” (Kuncoro, 2009: 45).

Perbankan adalah “lembaga

44
Universitas Sumatera Utara

keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang”.
Bank Konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian bank
umum. Bank Syariah merupakan Bank yang secara operasional berbeda dengan
Bank Konvensional. Bank Konvensional tidak mempertimbangkan jenis
investasinya, akan tetapi penyaluran dananya berorientasi pada keuntungan
perusahaan. Bank Syariah tidak berorientasi pada keuntungan perusahaan, tetapi
mengacu kepada prinsip bagi hasil.
Menurut Antonio (2001), perbedaan antara Bank Konvensional dan Bank
Syariah adalah perbedaan antara bunga dan bagi hasil. Bank Konvensional dan
Bank Syariah sama-sama memberikan keuntungan, tetapi memiliki perbedaan
mendasar sebagai akibat adanya perbedaan antara investasi dan pembungaan
uang.
Penelitian bertujuan untuk membandingkan kinerja Bank Konvensional
dengan Bank Syariah, sehingga dapat diketahui apakah perbedaan Bank
Konvensional dengan Bank Syariah dapat mempengaruhi kinerja masing-masing
bank. Penelitian kinerja perbankan diukur berdasarkan aspek-aspek Risk-based
Balancing Rating yang meliputi aspek Profil Risiko (Risk Profile), Good
Corporate Governance (GCG), Rentabilitas (Earning), dan Permodalan (Capital)
(SE BI 13/24/DPNP/2011).Evaluasi kinerja finansial yang diamati adalah tingkat
kesehatan bank dengan cara melakukan perbandingan atas rasio-rasio keuangan
berdasarkan laporan keuangan yang telah dipublikasikan.

45
Universitas Sumatera Utara

Untuk masing-masing aspek yang akan diteliti, rasio keuangan yang akan
digunakan adalah :
1. Capital Adequacy Ratio (CAR),
2. Net Interest Margin (NIM),
3. Return on Asset Ratio (ROA),
4. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO),
5. Loan to Deposit Ratio (LDR),
6. Non Performing Loan (NPL).
Rasio Keuangan adalah “angka yang diperoleh dari hasil perbandingan
dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan
yang relevan dan signifikan” (Harahap, 2008 : 297).Rasio keuangan dapat
digunakan sebagai alat pertimbangan tambahan dalam pengambilan keputusan.
Hasil analisis rasio keuangan digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam
suatu periode, apakah mencapai target yang telah ditetapkan sebelumnya, dan
menilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan
secara efektif(Kasmir, 2008 : 105).
Berdasarkan uraian permasalahan yang telah disampaikan sebelumnya,
penulis membuat kerangka konseptual seperti dibawah ini.

46
Universitas Sumatera Utara

Kinerja Keuangan
Bank Kovensional
Capital Adequacy Ratio (CAR),
Net Interest Margin (NIM),
Return on Asset Ratio (ROA), ≠
Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional
(BOPO),
Loan to Deposit Ratio (LDR),
Non Performing Loan (NPL),

Kinerja Keuangan
Bank Syariah
Capital Adequacy Ratio (CAR),
Net Interest Margin (NIM),
Return on Asset Ratio (ROA),
Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional
(BOPO),
Loan to Deposit Ratio (LDR),
Non Performing Loan (NPL),

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

2.7

Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah

diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
“Terdapat perbedaan kinerja keuangan Bank Konvensional dengan kinerja
keuangan Bank Syariah di Indonesia”

47
Universitas Sumatera Utara