Analisis Komparatif Kinerja Keuangan Antara Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia Periode 2010-2013

(1)

LAMPIRAN Lampiran 1

Tabel

Rasio Keuangan Tujuh Bank Konvensional Di Indonesia Periode 2010-2013

Bank Aset

(Jutaan Rp)

Rasio Keuangan (%)

CAR ROA NIM BOPO LDR NPL BNI

2010 248,580,529 18.60 2.50 5.80 76.00 70.20 1.10 2011 299,058,161 17.60 2.90 6.00 72.60 70.40 0.50 2012 333,303,506 16.70 2.90 5.90 71.00 77.50 0.80 2013 386,654,815 15.10 3.40 6.10 67.10 85.30 0.50 Rata-rata 316,899,253 17.00 2.93 5.95 71.68 75.85 0.73 Mandiri

2010 449,774,551 13.36 3.50 5.39 66.43 65.43 0.54 2011 551,891,704 15.34 3.37 5.29 67.22 71.65 0.45 2012 635,618,708 15.48 3.55 5.58 63.93 77.66 0.37 2013 733,099,762 14.93 3.66 5.68 62.41 82.97 0.37 Rata-rata 592,596,181 14.78 3.52 5.49 65.00 74.43 0.43 BCA

2010 324,419,069 13.50 3.50 5.30 65.10 55.20 0.20 2011 381,908,353 12.70 3.80 5.70 60.90 61.70 0.20 2012 442,994,197 14.20 3.60 5.60 62.40 68.60 0.20 2013 496,304,573 15.70 3.80 6.20 61.50 75.40 0.20 Rata-rata 411,406,548 14.03 3.68 5.70 62.48 65.23 0.20 Mega

2010 51,596,960 15.03 2.45 4.88 77.79 56.03 - 2011 61,909,027 11.86 2.29 5.40 81.84 63.75 - 2012 65,219,108 16.83 2.74 6.45 76.73 52.39 1.00 2013 66,475,698 15.74 1.14 5.38 89.76 57.41 1.00 Rata-rata 61,300,198 14.87 2.16 5.53 81.53 57.40 0.50 BRI

2010 404,285,602 13.76 4.64 10.77 70.86 75.17 1.00 2011 469,899,284 14.96 4.93 9.58 66.69 76.20 1.00 2012 551,336,790 16.95 5.15 8.42 59.93 79.85 2.00 2013 626,182,926 16.99 5.03 8.55 60.58 88.54 2.00 Rata-rata 512,926,151 15.67 4.94 9.33 64.52 79.94 1.50 Panin

2010 108,995,334 16.65 1.00 4.59 83.00 74.22 2.68 2011 124,755,427 17.50 2.00 4.64 80.00 80.36 0.92 2012 148,792,614 14.67 1.00 4.19 78.00 88.46 0.48 2013 164,055,576 15.32 1.00 4.09 79.00 87.71 0.75 Rata-rata 136,649,738 16.04 1.25 4.38 80.00 82.69 1.21 Bukopin

2010 47,489,366 11.82 1.62 4.75 84.98 71.85 2.00 2011 57,183,463 12.71 1.87 4.55 82.05 85.01 2.00 2012 65,689,830 16.34 1.83 4.56 81.42 83.81 1.00 2013 69,457,663 15.12 1.75 3.82 82.73 85.80 1.00 Rata-rata 59,955,081 14.00 1.77 4.42 82.80 81.62 1.50


(2)

Lampiran 2

Tabel

Rasio Keuangan Tujuh Bank Syariah Di Indonesia Periode 2010-2013

Bank Aset

(Jutaan Rp)

Rasio Keuangan (%)

CAR ROA NIM BOPO LDR NPL

BNIS

2010 6,394,924 28.00 - 5.00 88.00 69.92 1.00 2011 8,466,887 20.67 1.29 8.00 87.86 78.60 2.00 2012 10,645,313 19.07 1.48 11.00 85.39 84.99 1.00 2013 14,708,504 16.23 1.37 9.00 83.94 97.86 1.00 Rata-rata 10,053,907 20.99 1.04 8.25 86.30 82.84 1.25 BSM

2010 32,487,873 10.60 2.21 6.57 74.00 82.54 1.00 2011 48,671,950 14.57 1.95 7.48 76.00 86.03 - 2012 54,229,396 13.82 2.25 7.25 73.00 94.40 1.00 2013 63,965,361 14.10 1.53 7.25 84.00 89.37 2.00 Rata-rata 49,838,645 13.27 1.99 7.14 76.75 88.09 1.00 BCAS

2010 874,631 76.40 1.10 9.00 91.00 77.90 1.20 2011 1,217,097 45.90 0.90 11.00 91.00 78.80 0.20 2012 1,602,181 31.50 0.80 - 90.00 79.90 0.10 2013 2,041,419 22.40 1.00 1.00 86.00 83.50 0.10 Rata-rata 1,433,832 44.05 0.95 5.25 89.50 80.03 0.40 Mega

Syariah

2010 4,637,730 13.14 1.90 15.49 88.86 78.17 2.00 2011 5,564,662 12.03 1.58 15.33 90.80 83.08 1.00 2012 8,163,668 13.51 3.81 13.94 77.28 88.88 1.00 2013 9,121,576 12.99 2.33 10.66 86.09 93.37 1.00 Rata-rata 6,871,909 12.92 2.41 13.86 85.76 85.88 1.25 BRIS

2010 6,856,386 20.62 0.35 7.50 98.77 95.82 2.14 2011 11,200,823 14.74 0.20 6.99 99.25 90.55 2.12 2012 14,088,914 11.35 1.19 7.15 86.63 100.96 1.84 2013 17,400,914 14.49 1.15 6.27 90.42 102.70 3.26 Rata-rata 12,386,759 15.30 0.72 6.98 93.77 97.51 2.34 Panin

Syariah

2010 458,713 54.81 (2.53) 5.32 182.31 69.76 - 2011 1,016,878 61.98 2.06 7.00 69.30 167.70 0.82 2012 2,140,482 32.20 3.48 6.67 47.60 105.66 0.19 2013 4,052,701 20.83 1.03 4.00 81.31 90.40 0.77 Rata-rata 1,917,194 42.46 1.01 5.75 95.13 108.38 0.45 Bukopin

Syariah

2010 2,193,952 11.51 0.74 3.00 93.57 99.15 1.00 2011 2,730,027 15.29 0.52 3.00 93.86 83.54 3.00 2012 3,616,108 12.78 0.55 3.00 91.59 91.98 4.00 2013 4,343,069 11.10 0.69 3.00 92.29 100.29 3.00 Rata-rata 3,220,789 12.67 0.63 3.00 92.83 93.74 2.75


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Syafi’I, 2001. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, Gema Insani bekerja sama dengan Tazkia Cendekia, Cetakan Kesebelas, Jakarta.

BUKU

Arifin, Zainul, 2009.Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Penerbit Kelompok Pustaka Alvabet Anggota IKAPI, Cetakan Ketujuh,Tangerang.

Brigham, Eugene F. Dan Joel F.Houston, 2001. Manajemen Keuangan, Erlangga,

Jakarta.Gulo, W, 2000. Metodologi Penelitian, Penerbit Grafindo, Jakarta. Harahap, Sofyan Syafri, 2008.Analisis Kritis Laporan Keuangan, Penerbit

RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Ifham, Ahmad, 2008 . Ini Lho Bank Syariah , Penerbit : Grafindo Media Pratama, Jakarta Timur.

Kasmir, 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Penerbit PT Raja GrafindoPersada, Jakarta.

Kasmir, 2011. Analisis Laporan Keuangan, PT Raja Grafindo Persada, Cetakan ke 4 , Jakarta.

Kuncoro, Mudrajad, 2009 . Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi , Jakarta : Edisi Ketiga, Erlangga.

Muljono, Teguh Pudjo, 2004, Analisa Laporan Keuangan Perbankan, edisi revisi, cetakan ketujuh, Penerbit : Djambatan, Jakarta.

Pudjo, Teguh, 1996. Bank Budgeting. Penerbit BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta. Priyatno, Dumi, 2009. 3 Jam Selesaikan Laporan Keuangan MYOB & Peachtree,

Penerbit Best Publisher, Yogyakarta.

Rivai, Veithzal, dkk, 2007. Bank and Financial InstitutionManagement. Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.


(4)

Riyadi, Selamet, 2004. Banking Assets and Liability Management. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Sawir, Agnes, 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan,Cetakan Ketiga, Penerbit Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.

Santoso, Singgih, 2010. Statistik Parametik, Penerbit PT Alex Media Komputindo (Gramedia) anggota IKAPI, Jakarta.

Siamat, Dahlan, 2005. Manajemen Lembaga Keuangan, Penerbit Fakultas EkonomiUniversitas Indonesia, Jakarta.

Sipahutar, Mangasa Augustinus, 2007. Persoalan-persoalan Perbankan Indonesia, Penerbit Gorga Media, Jakarta Pusat.

Situmorang, Syafrizal Helmi dan Muslich Lufti, 2012. Analisis Data Untuk Riset Manajemen Dan Bisnis, USU Press, Cetakkan ke 2, Medan.

Sugiono, Arief, 2009. Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan, Grasindo, Jakarta.

Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Bisnis, Penerbit CV, Alfabeta, Cetakan ke 16. Bandung.

Suyatno, Dr. Thomas, dkk, 1999. Kelembagaan Perbankan, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Triandaru, Sigit dan Totok Budisantoso, 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Penerbit Salemba Empat, Edisi Kedua, Jakarta.

Usman, Rachmadi, 2001. Aspek-aspek Hukum Perbankan, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Cetakan Kedua, Jakarta.

Van Horne, James C. dan John M. Wachowicz, JR, 2001. Prinsip-prinsipManajemen Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Yuwono, Sony, Edy Sukarno dan Muhammad Ichsan, 2002. Petunjuk Praktis

Penyusuanan Balanced Scorecard, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,


(5)

Ningtias, Irianti Yuni, Muhammad Saifi, dan Achmad Husaini, 2013. “Analisis Perbandingan Antara Rasio Keuangan Dan Metode Economic Value Added (EVA) sebagai Pengukur Kinerja Keuangan Perusahaan

JURNAL

”, Jurnal Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang, Volume 9 Nomor 2 hal 1-8.

Umar Hamdan & Andi Wijaya. “Analisis Komparatif Resiko Keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional dan Syariah”,Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya,Volume 4 Nomor 7.

Setyaningsih, Ari dan Setyaningsih Sri Utami, 2013. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional”,

Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan,Volume 13 Nomor 1 hal 100-105.

Subaweh, Imam, 2008. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Dan Bank Konvensional Periode 2003-2007”, Jurnal Ekonomi Bisnis, Volume 13 Nomor 2 hal 112-121.

Widyaningrum, Hening Asih, Suhadak, dan Topowijono, 2014. “Analisis Tingkat Kesehetan Bank Dengan Menggunakan Metode Risk-Based Bank Rating

(RBBR)”,Jurnal Administrasi Bisnis, Volume 9 Nomor 2.

Butarbutar, Rosianna. 2013 . “Pengaruh Likuiditas Dan Leverage Terhadap Profitabilitas Perusahaan Makanan Dan Minuman Di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi Fakutas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

SKRIPSI

Erbina. 2013 . “Analisis Komparatif Rasio Keuangan pada PT HM Sampoerna, Tbk dan PT Gudang Garam,Tbk” . Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Hamzah, Galih Nurul.2009.”Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan PT. Indofarma (Persero) Tbk dan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk dengan Mengunakan Rasio Keuangan”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.

Lenggana, Tisal Sentosa. 2013 . “Analisis Komparatif Kinerja Keuangan BankMelalui Pendekatan Likuiditas, Siovabilitas, Rentabilitas, dan


(6)

EfisiensiPada Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia ” . Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Nugroho, Asep Suryo, 2011. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Dengan Perbankan Konvensional”, Skripsi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Mun’innst, Muammar. 2010 . Analisis Rasio Keuangan PT. PerkebunanNusantara II Meda

INTERNET

Helmi, Syafrizal. 2009. Rasio-rasio Keuangan

Perusahaan

Imma. 2012. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank. http://immajfeuh.org/

Bank Indonesia. 2012. “Laporan Pengawasan Perbankan 2012” diakses dar

Bank Indonesia. 2011. “Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum SE No.13/24/DPNP/2011”, diakses pada Tanggal 05 September 2013 dari

Assanivana, 2011. Kriteria Performance Bank .

http://envoclub.wordpress.com/2011/08/19/kriteria-performance-bank/


(7)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian deskriptif komparatif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk membandingkan rasio keuangan Bank Konvensional dengan Bank Syariah.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian di lakukan di Bank Indonesia melalui media internet dengan situs penelitian. Waktu penelitian ini dilaksanakan dalam rentang waktu pada bulan September 2015 sampai dengan selesai.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah :

3.2.1 Penelitian ini ingin mengetahui perbedaan kinerja keuangan Bank Konvensional dan Bank Syariah.

3.2.2 Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah rasio keuangan Bank Konvensional dan Bank Syariah selama empat tahun berturut-turut yakni dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. 3.2.3 Rasio keuangan yang menjadi variabel X dalam penelitian ini


(8)

a. CAR (X1). b. NIM (X2),

c. ROA (X3),

d. BOPO (X4). e. LDR (X5) f. NPL (X6)

3.4 Definisi Operasional

Menurut Suryabrata (1994:76) dalam Purwato (2008:157) bahwa definisi operasional merupakan definisi yang didasarkan pada sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi). Dalam hal ini terbuka kemungkinan bagi orang lain selain peneliti untuk melakukan hal yang sama sehingga apa yang dikerjakan peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Definisi Rasio Pengukuran Skala

CAR(CapitalAdequancy Ratio) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain (Dendawijaya, 2003) \

����� ����


(9)

NIM (Net Income Margin) adalah rasio antara pendapatan bunga terhadap rata-rata aktiva produktif, dimana pendapatan diperoleh dari bunga yang diterima dari pinjama yang diberikan dikurangi dengan biaya bunga dari sumber dana yang dikumpulkan (Hasibuan, 2006).

��������������������ℎ ���� − ����������������������

Rasio

ROA (Return On Assets) adalah rasio kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan atau laba secara keseluruhan (Dendawijaya,2003).

���������ℎ �����������

Rasio

Definisi Rasio Pengukuran Skala

BOPO (Rasio Biaya Operasional) adalah perbandingan antara beban opera-sional dengan pendapatan operasional untuk mengukur tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Beban operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan opeasrional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya (Herdiningtyas, 2005).

���������������� ���������������������


(10)

LDR (Loan to Deposit Ratio)adalah rasio antara jumlah kredit yang diberikan terhadap jumlah total dana pihak ketiga (DPK), yang menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan.

����������

������ℎ�������� Rasio

NPL (Non Performing Loan) adalah aktiva produktif dengan kualitas aktiva kurang lancar, diragukan, dan macet.

��������������������ℎ

�����������ℎ������ Rasio

3.5 Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, atau transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2009:118). Populasi dalam penelitian ini adalah industri perbankan konvensional dan syariah yaitu 59 Bank Konvensional dan 11 Bank Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Non Probability Sampling yaitu, dengan metode-metode sampling jenuh”.Kriteria yang ditentukan penulis adalah sebagai berikut :

a. Bank Konvensional yang telah membuka perbankan berbasis syariah yang telah mengkonversi diri menjadi Bank umum Syariah dan terdaftar di Bank Indonesia dengan periode pengamatan tahun 2010-2013;

b. Bank Konvensional dan Bank Syariah yang telah terdaftar di Bank Indonesia, dan mempublikasikan laporan keuangannya di situs Bank


(11)

Indonesia dan masing-masing bank dengan periode pengamatan tahun 2010-2013.

c. Bank Syariah yang merupakan anak perusahaan dari Bank Konvensional yang menjadi sampel penelitian.

Dari kriteria tersebut maka penulis mengambil sampel adalahtujuh Bank Konvensional dan tujuh Bank Syariah, yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.2 Data Sampel Bank

Bank Konvensional Bank Syariah

1. Bank Negara Indonesia 2. Bank Mandiri

3. Bank Central Asia 4. Bank Mega

5. Bank Rakyat Indonesia 6. Bank Panin

7. Bank Bukopin

1. Bank Negara Indonesia Syariah 2. Bank Syariah Mandiri

3. Bank Central Asia Syariah 4. Bank Syariah Mega Indonesia 5. Bank Rakyat Indonesia Syariah 6. Bank Panin Syariah

7. Bank Syariah Bukopin 3.6 Jenis Data

Menurut Sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berarti data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2009: 148). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan tujuh Bank Konvensional dan tujuh Bank Syariah selama empat tahun berturut-turut (2010-2013), yang diambil dari situs

Menurut Jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang berarti data yang dapat diukur dalam suatu skala numerik (angka)


(12)

(Kuncoro, 2009 : 145). Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan dari tujuh Bank Konvensional dan tujuh Bank Syariah.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka berupa buku, jurnal, skripsi, penelitian terdahulu dan melalui situs internet yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data juga dilakukan melalui data sekunder berupa laporan-laporan keuangan tahunan Bank Konvensional dan Bank Syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan oleh Bank itu sendiri.

3.8 Teknik Analisis Data 3.8.1 Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi (Sugiyono, 2012 : 206).

Dalam penelitian ini, peneliti akan mendeskripsikan data untuk memberikan gambaran mengenai analisis kinerja keuangan perbankan yang diukur dengan menggunakan indikator rasio-rasio keuangannya.

3.8.2 Uji Hipotesis

Uji Hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah dengan menggunakan software statistic SPSS dengan teknik analisis yang berupa uji beda


(13)

rata-rata (Independent Sample T-test). Independent Sample T-test dilakukan untuk menguji signifikansi beda rata-rata dua kelompok.Prinsipnya ingin mengetahui apakah ada perbedaan mean antara dua populasi, dengan membandingkan dua

mean sampelnya.

Terdapat rumus yang digunakan untuk t-hitung, yaitu : ฀= ฀�฀− ฀�฀

฀฀�−฀�

Dimana: t = nilai t hitung

฀�1 = rata-rata kelompok 1 ฀�2 = rata-rata kelompok 2

�−฀� = standar error kedua kelompok Hipotesis:

Ho : Tidak terdapat perbedaan Kinerja Keuangan Bank Konvensional dengan Bank Syariah.

Ha : Terdapat perbedaan Kinerjaan Keuangan Bank Konvensional dengan Bank Syariah.

Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Ho diterima jika thitung< ttabel, pada ฀ =0,05 dan nilai probabilitas > 5%, maka Ho diterima dan tidak terdapat perbedaan.

b. Ha diterima jika thitung> ttabel, pada ฀ = 0,05 dan nilai probabilitas < 5%, maka Ho ditolak dan terdapat perbedaan.


(14)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder mengenai masing-masing rasio keuangantujuh Bank Konvensional dan tujuh Bank Syariah. Rasio keuangan tersebut akan digunakan untuk menghitung rata-rata rasio dan menganalisis kinerja keuangan Bank konvensional dan Bank Syariah melalui rasio profitabilitas, rasio efisiensi, rasio kualitas asset,dan rasio likuiditas pada periode pengamatan 2010-2013. Berikut deskrispsi umum sampel penelitian :

1. Bank Negara Indonesia

PT. Bank Negara Indonesia (persero), Tbk menjadi bank pertama milik Negara yang lahir setelah kemerdekaan Indonesia. Bank ini didirikan pada tanggal 5 Juli 1946. Lahir pada masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. BNI sempat berfungsi sebagai bank sentral dan bank umum sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintahan Pengganti Undang-undang No. 2/1946, sebelum akhirnya beroperasi sebagai bank komersial sejak tahun 1955.

2. Bank Negara Indonesia Syariah

Dengan berlandaskan pada Undang-undang No. 10 Tahun 1998, pada tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 kantor


(15)

Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu. Juni 2014 jumlah cabang BNI Syariah mencapai 65 Kantor Cabang, 161 Kantor Cabang Pembantu, 17 Kantor Kas, 22 Mobil Layanan Gerak dan 20 Payment Point.

3. Bank Mandiri

Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah yaitu Bank bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia, dilebur menjadi Bank Mandiri, dimana masing-masing bank tersebut memiliki peran yang taj terpisahkan dalam pembangunan perekonomia Indonesia. Bank Mandiri meneruskan tradisi selama lenih dari 140 tahun memberikan kontribusi dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia. Bank Mandiri terus mengembangkan jaringan kantor cabang, jaringan elektronik, maupun jaringan layanan lainnya. Hingga Desember 2014, Bank Mandiri telah memiliki 2.312 cabang, 15.344 unit ATM serta penambahan jaringan bisnis mikro sehingga menjadi 1.833 unit

4. Bank Syariah Mandiri

PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil, dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealism usaha dengan nila-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998.


(16)

5. Bank Central Asia

Prioritas utama Bank Central Asia adalah tetap mempertahankan posisi BCA sebagai salah satu institusi penyedia layanan transaksi dan pembayaran yang terdepan di Indonesia.

6. Bank Central Asia Syariah

Berdasarkan akta akuisisi No. 72 tanggal 12 Juni 2009 yang dibuat dihadapan Notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., Msi, PT. Bank Central Asia (BCA) mengakuisisi PT Bank Utama Internasional Bank (Bank UIB) yang menjadi PT. Bank BCA Syariah. Pada tanggal 16 Desember 2009 PT. Bank UIB menjadi PT. Bank BCA Syariah. Pada tanggal 5 April 2010, BCA Syariah resmi beroperasi sebagai bank umum Syariah.

7. Bank Mega

Berawal dari sebuah usaha milik keluarga bernama PT. Bank Karman yang didirikan pada tahun 1969 dan berkedudukan di Surabaya, selanjutnya pada tahun 1992 berubah nama menjadi PT. Mega Bank dan melakukan relokasi Kantor Pusat ke Jakarta. Tahun 1996 PT Bank Mega diambil alih oleh PARA GROUP dan berubah nama menjadi CT Corpora. Pada tahun 2000 dilakukan perubahan nama dari PT Mega Bank menjadi PT. Bank Mega.

8. Bank Mega Syariah

Berawal dari PT Bank Umu Tugu. Bank umu yang didirikan pada 14 Juli 1990 tersebut diakuisisi CT Corpora melalui Mega Corpora dan PT Para Rekan Investama pada 2001, Bank Indonesia mengizinkan Bank


(17)

Tugu dikonversi menjadi PT Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) pada 27 Juli 2004. Pada 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi. Sejak 16 Oktober 2008, Bank Mega Syariah telah menjadi bank devisa.

9. Bank Rakyat Indonesia

Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia. Bank ini berdiri tanggal 16 Desember 1895. Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan peraturan pemerintah No. 1 tahun 1946 disebutkan bahwa BRI sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Kepemilikan BRI saat itu masih 100% ditangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini, sehingga menjadi perusahaan public dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.

10. Bank Rakyat Indonesia Syariah

Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007. Setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008, tanggal 17 November 2008 PT. Bank BRI Syariah secara resmi beroperasi. Saat ini PT. Bank BRISyariah menjadi bank syariah ketiga terbesar berdasarkan aset. PT. Bank BRISyariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada segmen menengah bawah.


(18)

11. Bank Panin

Panin Bank mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1982. Panin Bank didirikan 17 Agustus 1971 dan memperoleh izin sebagai bank devisa tahun 1972. Panin Bank merupakan hasil merger Bank Kemakmuran, Bank Industri Djaja Indonesia dan Bank Industri dan Dagang Indonesia. Saat ini Panin Bank mampu menyediakan kenyamanan pelayanan sebagaimana yang diinginkan dan layak didapatkan oleh nasabah berkat jaringan kantor cabangnya yang terus bertambah dan kini mencapai 560 kantor cabang dan 1.009 jaringan ATM yang tersebar dari Aceh hingga Papua.

12. Bank Panin Syariah

Tanggal 6 Oktober 2009 Bank Panin Syariah sebagai bank umum berdasarkan prinsip syariah dan mulai beroperasi sebagai Bank Umum Syariah pada tanggal 2 Desember 2009.

13. Bank Bukopin

Bank Bukopin berdiri sejak tanggal 10 Juli 1970, saat ini telah tumbuh dan berkembang menjadi bank yang masuk ke kelompok bank menengah di Indonesia dari sisi aset. Operasional Bank Bukopin didukung oleh lebih dari 280 kantor yang tersebar di 22 provinsi diseluruh Indonesia yang terhubung secara real time on-line. Bank bukopin juga telah membangun jaringan micro-banking yang berjumlah 543, sebagai wujud program kemitraan dengan koperasi dan lembaga keuangan mikro.


(19)

14. Bank Bukopin Syariah

PT Bank Syariah Bukopin sebagai bank yang beroperasi dengan prinsip syariah yang bermula masuknya konsorsium PT Bank Bukopin, Tbk diakuisisi PT Bank Persyarikatan Indonesia (sebuah bank konvensional) oleh PT Bank Bukopin, Tbk, proses akuisisi tersebut berlangsung secara bertahap sejak 2005 hingga 2008. PT Bank Syariah Bukopin secara resmi mulai efektif beroperasi tanggal 9 Desember 2008. Sampai akhir Desember 2014 memiliki jaringan kantor yaitu 1 Kantor Pusat dan Operasional, 11 Kantor Cabang, 7 Kantor Cabang Pembantu, 4 Kantor Kas, 1 unit mobil kas keliling, dan 76 Kantor Layanan Syariah, serta 27 mesin ATM BSB dengan jaringan Prima dan ATM Bank Bukopin.

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.2.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah suatu analisis dimana data yang dikumpulkan dan digolongkan kemudian dianalisis dan di interpretasikan secara objektif menggunakan indikatornya.Berikut adalah hasil perhitungan rasio-rasio keuangan yang dilakukan terhadap tujuh sampel Bank Konvensional dan tujuh sampel Bank Syariah.


(20)

Tabel 4.1

Rata-rata Rasio Keuangan Bank Konvensional pada Tahun 2010-2013

No. Nama Bank

Aset (Jutaan

Rp)

Rasio Keuangan (%)

CAR ROA NIM BOPO LDR NPL 1 BNI 316,899,252 17.00 2.93 5.95 71.68 75.85 0.73 2 Mandiri 592,596,181 14.78 3.52 5.49 65.00 74.43 0.43 3 BCA 411,406,548 14.03 3.68 5.70 62.48 65.23 0.20 4 Mega 61,300,198 14.87 2.16 5.53 81.53 57.40 0.50 5 BRI 512,926,150 15.67 4.94 9.33 64.52 79.94 1.50 6 Panin 136,649,737 16.04 1.25 4.38 80.00 82.69 1.21 7 Bukopin 59,955,080 14.00 1.77 4.42 82.80 81.62 1.50 Rata-rata 298,819,021 15.20 2.89 5.83 72.57 73.88 0.87 Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)

Tabel 4.1 menggambarkan nilai variabel rata-rata rasio keuangan Bank Konvensional yang terdaftar di Indonesia, selama periode pengamatan tahun 2010-2013. Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa :

1. Rata-rata aset tujuh Bank Konvensional sebesar 298,819,021 (dalam jutaan Rupiah).

2. Rata-rata Rasio Capital Adequecy Ratio (CAR) sebesar 15.20 %, dengan standar ketentuan Bank Indonesia terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) minimal 8 %, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan Bank Konvensional dalam menampung risiko kerugian pada tahun 2010-2013 memiliki peringkat diatas standar ketentuan Bank Indonesia.

3. Rata-rata Rasio Return on Asset (ROA) sebesar 2.89 %, dengan standar ketentuan Bank Indonesia terhadap Return on Asset(ROA) berkisar 0.5 % sampai dengan 1.25 %, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan Bank Konvensional dalam menghasilkan laba tahun 2010-2013 memiliki peringkat diatas standar ketentuan Bank Indonesia.


(21)

4. Rata-rata Rasio Net Interest Margin (NIM) sebesar 5.83 %, dengan standar ketentuan Bank Indonesia terhadap Net Interest Margin (NIM) berkisar 1.5 % sampai dengan 2 %, hal ini menunjukkan bahwa besarnya pendapatan yang diterima Bank Konvensional tahun 2010-2013 memiliki peringkat diatas standar ketentuan Bank Indonesia.

5. Rata-rata Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sebesar 72.57 %, dengan standar ketentuan Bank Indonesia terhadap Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berkisar 94 % sampai dengan 96 %, hal ini menunjukkan bahwa tingkat efisiensi Bank Konvensional dalam melakukan kegiatan operasional tahun 2010-2013 memiliki peringkat dibawah standar ketentuan Bank Indonesia, dalam arti memiliki peringkat yang baik.

6. Rata-rata Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 73.88 %, dengan standar ketentuan Bank Indonesia terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) berkisar 78 % sampai dengan 92 %, hal ini menunjukkan bahwa tingkat likuiditas/pembiayaan perusahaan terhadap dana pihak ketiga pada Bank Konvensional tahun 2010-2013 memiliki peringkat dibawah standar ketentuan Bank Indonesia.

7. Rata-rata Rasio Net Performing Loan (NPL) sebesar 0.87 %, dengan standar ketentuan Bank Indonesia terhadap Net Performing Loan (NPL) maksimum 5 %, hal ini menunjukkan bahwa kinerja fungsi bank sebagai Lembaga Intermediary pada Bank Konvensional tahun 2010-2013 memiliki peringkat sesuai standar ketentuan Bank Indonesia.


(22)

Tabel 4.2

Rata-rata Rasio Keuangan Bank Syariah Pada Tahun 2010-2013

No. Nama Bank

Aset (Jutaan

Rp)

Rasio Keuangan (%)

CAR ROA NIM BOPO FDR NPL 1 BNI

Syariah 10,053,907 20.99 1.04 8.25 86.30 82.84 1.25 2 Syariah

Mandiri 49,838,645 13.27 1.99 7.14 76.75 88.09 1.00 3 BCA

Syariah 1,433,832 44.05 0.95 5.25 89.50 80.03 0.40 4 Mega

Syariah 6,871,909 12.92 2.41 13.86 85.76 85.88 1.25 5 BRI

Syariah 12,386,759 15.30 0.72 6.98 93.77 97.51 2.34 6 Panin

Syariah 1,917,194 42.46 1.01 5.75 95.13 108.38 0.45 7 Bukopin

Syariah 3,220,789 12.67 0.63 3.00 92.83 93.74 2.75 Rata-rata 12,246,148 23.09 1.25 7.17 88.58 90.92 1.35 Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)

Tabel 4.2 menggambarkan nilai variabel rata-rata rasio keuangan Bank Syariah yang terdaftar di Indonesia, selama periode pengamatan tahun 2010-2013. Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa :

1. Rata-rata aset tujuh Bank Konvensional sebesar 12,246,148 (dalam jutaan Rupiah).

2. Rata-rata Rasio Capital Adequecy Ratio (CAR) sebesar 23.09 %, dengan standar ketentuan Bank Indonesia terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) minimal 8 %, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan Bank Syariah dalam menampung risiko kerugian pada tahun 2010-2013 memiliki peringkat diatas standar ketentuan Bank Indonesia.


(23)

3. Rata-rata Rasio Return on Asset (ROA) sebesar 1.25 %, dengan standar ketentuan Bank Indonesia terhadap Return on Asset (ROA) berkisar 0.5 % sampai dengan 1.25 %, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan Bank Syariah dalam menghasilkan laba tahun 2010-2013 memiliki peringkat sesuai standar ketentuan Bank Indonesia.

4. Rata-rata Rasio Net Interest Margin (NIM) sebesar 7.17 %, dengan standar ketentuan Bank Indonesia terhadap Net Interest Margin (NIM) berkisar 1.5 % sampai dengan 2 %, hal ini menunjukkan bahwa besarnya pendapatan yang diterima Bank Syariah tahun 2010-2013 memiliki peringkat diatas standar ketentuan Bank Indonesia.

5. Rata-rata Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sebesar 88.58 %, dengan standar ketentuan Bank Indonesia terhadap Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berkisar 94 % sampai dengan 96 %, hal ini menunjukkan bahwa tingkat efisiensi Bank Syariah dalam melakukan kegiatan operasional tahun 2010-2013 memiliki peringkat dibawah standar ketentuan Bank Indonesia, dalam arti memiliki peringkat yang baik.

6. Rata-rata Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 90.92 %, dengan standar ketentuan Bank Indonesia terhadap Financing to Deposit

Ratio (FDR) berkisar 78 % sampai dengan 92 %, hal ini menunjukkan

bahwa tingkat likuiditas/pembiayaan perusahaan terhadap dana pihak ketiga pada Bank Syariah tahun 2010-2013 memiliki peringkat sesuai standar ketentuan Bank Indonesia.


(24)

7. Rata-rata Rasio Net Performing Loan (NPL) sebesar 1.35 %, dengan standar ketentuan Bank Indonesia terhadap Net Performing Loan (NPL) maksimum 5 %, hal ini menunjukkan bahwa kinerja fungsi bank sebagai Lembaga Intermediary pada Bank Syariah tahun 2010-2013 memiliki peringkat sesuai standar ketentuan Bank Indonesia.

Tabel 4.3

Perbandingan Rata-rata Rasio Kinerja Keuangan Bank Konvensional dengan Bank Syariah

(Dalam Persentase)

Rasio Rata-rata Standar Bank

Indonesia Bank Konvensional Bank Syariah

CAR 15.2 23.09 Min 8

ROA 2.89 1.25 0.5 – 1.25

NIM 5.83 7.17 1.5 – 2

BOPO 72.57 88.58 94 – 96

LDR 73.88 90.92 78 – 92

NPL 0.87 1.35 Max 5

Tabel 4.3 menunjukkan tingkat kesehatan bank konvensional dan bank syariah sesuai ketentuan bank Indonesia. Berdasarkan Tabel 4.3, tingkat kesehatan Bank Konvensional pada rasio CAR, ROA, NIM, dan NPL dikatakan sehat, sedangkan pada rasio BOPO dan LDR dikatakan tidak pada kondisi tingkat kesehatan yang baik. Tingkat kesehatan Bank Syariah pada rasio CAR, ROA, NIM, LDR, dan NPL dikatakan pada kondisi yang sehat, sedangkan pada rasio BOPO dikatakan tidak pada kondisi tingkat kesehatan yang baik.


(25)

4.2.2 Uji Independent Sample T – test

Tabel berikut ini menunjukkan hasil estimasi Uji Independent Sample T-test dengan menggunakan software statistic SPSS.

Tabel 4.4 Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

CAR Equal variances assumed

18.204 .001 -1.480 12 .165 -7.89571 5.33477 -19.51918 3.72775

Equal variances not assumed

-1.480 6.073 .189 -7.89571 5.33477 -20.91132 5.11989

ROA Equal variances assumed

2.581 .134 3.017 12 .011 1.64286 .54450 .45649 2.82922

Equal variances not assumed

3.017 9.149 .014 1.64286 .54450 .41416 2.87156

NIM Equal variances assumed

1.341 .269 -.943 12 .364 -1.34714 1.42786 -4.45817 1.76389

Equal variances not assumed

-.943 8.724 .371 -1.34714 1.42786 -4.59283 1.89854

BOPO Equal variances assumed

2.326 .153 -3.902 12 .002 -16.00429 4.10196 -24.94168 -7.06689

Equal variances not assumed

-3.902 10.91 3

.003 -16.00429 4.10196 -25.04139 -6.96718

LDR Equal variances assumed

.031 .862 -3.333 12 .006 -17.04429 5.11386 -28.18642 -5.90215

Equal variances not assumed

-3.333 11.97 6

.006 -17.04429 5.11386 -28.18885 -5.89972

NPL Equal variances assumed

1.203 .294 -1.223 12 .245 -.48143 .39350 -1.33879 .37594

Equal variances not assumed


(26)

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat ditemukan : a. CAR (Capital Adequecy Ratio)

Diketahui : nilai probabilitas > 5%

ttabel= 2.179 (df = 12 , α = 5%)

Hasil t test : thitung (-1.480) <ttabel (2.179)

Dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan tidak terdapat perbedaan antara CAR (Capital Adequecy Ratio) Bank Konvensional dengan Bank Syariah. Terlihat bahwa thitung bernilai negative (-), hal ini menunjukkan bahwa rasio CAR Bank Konvensional lebih rendah bila dibandingkan rasio Bank Syariah, dengan Mean Difference -7.89571.

b. ROA (Return On Asset)

Diketahui : nilai probabilitas > 5%

ttabel= 2.179 (df = 12 , α = 5%)

Hasil t test : thitung (3.017) >ttabel (2.179)

Dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan terdapat perbedaan antara ROA

(Return On Asset) Bank Konvensional dengan Bank Syariah. Terlihat

bahwa thitung bernilai positif (+), hal ini menunjukkan bahwa rasio ROA Bank Konvensional lebih tinggi bila dibandingkan rasio Bank Syariah, dengan Mean Difference 1.64286.

c. NIM (Net Interest Margin)


(27)

ttabel= 2.179 (df = 12 , α = 5%) Hasil t test : thitung (-0.943) <ttabel (2.179)

Dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan tidak terdapat perbedaan antara NIM (Net Interest Margin) Bank Konvensional dengan Bank Syariah. Terlihat bahwa thitung bernilai negatif (-), hal ini menunjukkan bahwa rasio NIM Bank Konvensional lebih rendah bila dibandingkan rasio Bank Syariah, dengan Mean Difference – 1.34714.

d. BOPO (Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional) Diketahui : nilai probabilitas > 5%

ttabel= 2.179 (df = 12 , α = 5%)

Hasil t test : thitung (-3.902) <ttabel (2.179)

Dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan tidak terdapat perbedaan antara BOPO (Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional) Bank Konvensional dengan Bank Syariah. Terlihat bahwa thitung bernilai negatif (-), hal ini menunjukkan bahwa rasio BOPO Bank Konvensional lebih rendah bila dibandingkan rasio Bank Syariah, dengan Mean Difference – 16.00429.

e. LDR (Loan to Deposit Ratio)

Diketahui : nilai probabilitas > 5%

ttabel= 2.179 (df = 12 , α = 5%) Hasil t test : thitung (-3.333) <ttabel (2.179)


(28)

Dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan tidak terdapat perbedaan antara LDR (Loan to Deposit Ratio) Bank Konvensional dengan Bank Syariah. Terlihat bahwa thitung bernilai negatif (-), hal ini menunjukkan bahwa rasio LDR Bank Konvensional lebih rendah bila dibandingkan rasio Bank Syariah, dengan Mean Difference – 17.04429.

f. NPL (Net Performing Loan)

Diketahui : nilai probabilitas > 5%

ttabel= 2.179 (df = 12 , α = 5%)

Hasil t test : thitung (-1.223) <ttabel (2.179)

Dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan tidak terdapat perbedaan antara NIM (Net Income Margin) Bank Konvensional dengan Bank Syariah. Terlihat bahwa thitung bernilai negatif (-), hal ini menunjukkan bahwa rasio NPL Bank Konvensional lebih rendah bila dibandingkan rasio Bank Syariah, dengan Mean Difference – 0.48143.

Berdasarkan hasil Uji Independent Sample t-test pada Tabel 4.3 secara statistic hanya satu variabel yang menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Bank Konvensional dan Bank Syariah yaitu ROA (Return on

Asset). Kelompok Bank Konvensional memiliki rata-rata rasio (ROA 2.89 %)

lebih besar bila dibandingkan dengan rasio ROA (1.25 %) kelompok Bank Syariah. Hal ini menunjukkan bahwa Bank Konvensional memiliki kinerja yang


(29)

lebih baik dalam kemampuan menghasilkan laba dan dalam mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.

Tabel 4.5

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Rasio

Keuangan Variabel

Membandingka n t-hitung dengan t-tabel

Perbedaan Kinerja Keuangan Bank Pemerintah dengan Bank Asing Rasio Profitabilitas

ROA (Return On Asset) 3.017> 2.179 Signifikan

NIM (Net Interest

Margin) -0.943< 2.179 Tidak Signifikan

Rasio Efisiensi

BOPO (Beban Opera-sional terhadap Penda-patan Operasional)

-3.902 < 2.179 Tidak Signifikan Rasio

Kualitas Aset

NPL(Non Performing

Loan) -1.223< 2.179 Tidak Signifikan

Rasio Likuiditas

LDR (Loan to Deposit

Ratio) -3.333< 2.179 Tidak Signifikan

Rasio Permodalan

CAR (Capital Adequecy)

-1.480 < 2.179 Tidak Signifikan

4.2.3 Pembahasan

a. CAR (Capital Adequecy Ratio)

Berdasarkan hasil penelitian rasio keuangan Bank Kovensional dengan Bank Syariah tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Rasio CAR pada Bank Konvensional relatif lebih rendah dari rasio CAR Bank Syariah. Hal ini berarti kecukupan modal Bank Konvensional dalam mengantisipasi risiko bank lebih rendah dari Bank Syariah. Penilaian tingkat kesehatan bank dalam segi permodalan mengatakan bahwa semakin tinggi risiko bank, semakin besar modal yang harus disediakn untuk mengantisipasi risiko tersebut.


(30)

b. ROA (Return On Asset)

Berdasarkan hasil penelitian rasio keuangan Bank Kovensional dengan Bank Syariah menunjukkan perbedaan yang signifikan. Rasio ROA pada Bank Konvensional relatif lebih tinggi dari rasio ROA Bank Syariah. Hal ini terjadi karena orientasi dari Bank Konvensional lebih kepada menghasilkan keuntungan bank sehingga semakin bertambahnya keuntungan akan memungkinkan untuk semakin bertambahnya total aset yang dimiliki bank tesebut. Dilihat dari tahun lama berdirinya, keberadaan Bank Konvensional lebih mendominasi perbankan nasional.

c. NIM (Net Interest Margin)

Berdasarkan hasil penelitian rasio keuangan Bank Kovensional dengan Bank Syariah tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Rasio NIM pada Bank Konvensional relatif lebih rendah dari rasio NIM Bank Syariah. Hal ini terjadi karena Bank Konvensional berorientasi pada laba dan investasi tanpa mempertimbangkan sumber-sumbernya. Dilihat dari perkambangan bank konvensional hingga sekarang, Bank Konvensional tidak pernah sepi menghasilkan produktivitas. Karena semakin banyak aktiva produktif semakin kecil kemampuan bank dalam mengelola aset bank.

d. BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional)

Berdasarkan hasil penelitian rasio keuangan Bank Kovensional dengan Bank Syariah tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Rasio BOPO pada Bank Konvensional relatif lebih rendah dari rasio BOPO Bank Syariah. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan Bank Konvensional dalam melakukan kegiatan


(31)

operasionalnya lebih baik dibandingkan Bank Syariah. Semakin kecil rasio BOPO maka akan semakin baik bank tersebut menutupi biaya beban operasionalnya dengan pendapatan operasional bank. Hal ini terjadi karena Bank Konvensional menerima semua aktivitas yang menguntungkan perusahaan, sehingga bank mampu untuk melakukan pembiayaan.

e. LDR (Loan to Deposit Ratio) / FDR (Financing to Deposit Ratio)

Berdasarkan hasil penelitian rasio keuangan Bank Kovensional dengan Bank Syariah tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Rasio LDR/FDR pada Bank Konvensional relatif lebih rendah dari rasio LDR/FDR Bank Syariah. Hal ini terjadi karena kgiatan usaha yang dilakukan Bank Syariah lebih menekankan kepada pembiayaan dan berfokus pada pihak ketiga atau pihak lain. f. NPL (Net Performing Loan)

Berdasarkan hasil penelitian rasio keuangan Bank Kovensional dengan Bank Syariah tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Rasio NPL pada Bank Konvensional relatif lebih rendah dari rasio NPL Bank Syariah. Hal ini terjadi karena perbedaan prinsip dari Bank Konvensional dan Bank Syariah. Bank Syariah memiliki prinsip syariah Islam, bagi hasil, profit dan falah oriented, hubungan dengan nasabah sebagai mitra usaha, perhimpunan dan penyaluran dana harus sesuai fatwa DPS, serta melakukan investasi yang halal saja. Sehingga jika terjadi kesulitan, maka risikonya akan ditanggun bersama oleh pemilik dana dan penggunan dana.


(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan tingkat kesehatan dengan standar Bank Indonesia, Bank Syariah memilikitingkat kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan Bank Konvensional.

Berdasarkan hasil analisis dengan metode Uji Independent Sample t-test

dan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, ada enam rasio keuangan yang dianalisis dalam penelitian ini, secara statistik hanya terdapat satu rasio keuangan yaitu rasio ROA (Return On Asset) yang menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Bank Konvensional dengan Bank Syariah. Hal ini dikarenakan hasil t-hitung rasio ROA (3.017) lebih besar dari hasil t-tabel (2.179). Sedangkan lima rasio keuangan lainnya yaitu CAR, NIM, BOPO, LDR dan NPL, secara statistik tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Bank Konvensional dengan Bank Syariah. Hal ini dikarenakan hasil t-hitung rasio tersebut lebih kecil dari hasil t-tabel. Maka secara umum dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Bank Konvensional dengan kinerja keuangan Bank Syariah. Dan menolak hipotesis terdapatnya perbedaan kinerja keuangan Bank Konvensional dengan kinerja keuangan Bank Syariah.


(33)

B. SARAN

Dari hasil kesimpulan dalam penelitian ini, penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Bagi Bank Konvensional

Bank Konvensional unggul dalam menghasilkan laba dan melakukan kegiatan operasional, itu terlihat dari rasio ROA dan rasio BOPO bank tesebut. Tetapi sangat berbanding terbalik dengan rasio lainnya, Bank Konvensional berada dibawah rasio Bank Syariah. Bank Konvensional harus meningkatkan kinerja keuangannya di bagian permodalan, likuiditas dan kualitas aset perusahaan agar perbankan di Indonesia dapat menbantu penyesuaian kebijakan di bidang ekonomi.

2. Bagi Bank Syariah

Secara umum, kinerja Bank Syariah lebih baik dibandingkan dengan Bank Konvensional. Akan tetapi, Bank Syariah kurang baik dalam kemampuan menghasilkan laba dan melakukan kegiatan operasional. Hal itu dikarenakan, Bank Syariah didirikan atas dasar prinsip Islam dengan larangan riba/laba dan prinsip falah oriented. Bank Syariah dapat meningkatkan laba dengan lebih berhati-hati dan meningkatkan kegiatan operasional tanpa menghilangkan prinsip Islam itu sendiri.Selain itu jangan biarkan aset berkembang tanpa menghasilkan produktifitas.


(34)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lembaga Keuangan

Menurut Surat Keputusan Menteri keuangan Republik Indonesia No. 792 Tahun 1990 tentang “Lembaga Keuangan”, lembaga keuangan diberi batasan sebagai semua badan yang kegiatananya di bidang keuangan, melakukan penghimpunan dan penayaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan. Secara umum lembaga keuangan dapat dikelompokkan dalam dua bentuk, yaitu bank dan bukan bank. Lembaga keuangan, baik bank maupun bukan bank, mempunyai peran yang penting bagi aktivitas perekonomian yaitu sebagai wahana yang mempu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien ke arah peningkatan taraf hidup rakyat.

2.2 Bank

Definisi bank menurut UU No. 14/1967 Pasal 1 tentang pokok-pokok Perbankan adalah “lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberkan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang”. Sedangkan, lembaga keuangan menurut undang-undang tersebut ialah, “semua badan yang melalui kegiatan-kegiatannya di bidang keuangan, menarik uang dari dan menyalurkannya ke dalam masyarakat”.


(35)

Menurut Kasmir (2007:23) aktifitas pertama bank adalah penghimpunan dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah didunia perbankan adalah kegiatan funding. Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Keuntungan utama dari bisnis perbankan adalah berdasarkan prinsip konvensional diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpanan dengan bunga pinjaman yang disalurkan.

Fungsi dasar bank adalah : (1) menyediakan tempat untuk menitipkan uang dengan aman (safe keeping function), dan (2) menyediakan alat pembayaran untuk membeli barang dan jasa (transaction function).

2.2.1 Bank Konvensional

Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Di Indonesia, menurut jenisnya bank terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.

Dalam pasal 1 ayat 3 Undang-undang No. 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.


(36)

Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian bank umum pada pasal 1 ayat 3 Undang-undang No. 10 tahun 1998 dengan menghilangkan kalimat “dan atau berdasarkan prinsip syariah”, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sebagai lembaga intermediasi, bank konvensional menerima simpanan dari nasabah dan meminjamkannya kepada nasabah lain yang membutuhkan dana.

Kegiatan usaha bank umum konvensional (booklet perbankan Indonesia 2014 : 9), antara lain :

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;

2. Memberikan kredit;

3. Menerbitkan surat pengakuan hutang;

4. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya:

a. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan suratsurat dimaksud;

b. Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan suratsurat dimaksud;


(37)

d. Sertifikat Bank Indonesia (SBI); e. Obligasi;

f. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 tahun; dan

g. Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1 tahun.

5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah;

6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya;

7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga;

8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;

9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak;

10.Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek;

11.Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat;

12.Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang berlaku;


(38)

13.Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang tentang Perbankan dan peraturan perundangundangan yang berlaku;

14.Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang berlaku;

15.Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang berlaku;

16.Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang berlaku;

17.Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku; dan

18.Melakukan kegiatan usaha bank berupa Penitipan dengan Pengelolaan/Trust.

2.2.2 Bank Syariah

Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha


(39)

syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya kedalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait. Prinsip utama yang dianut oleh bank syariah adalah:

a. larangan riba (bunga) dalam berbagai bentuk transaksi;

b. melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan keuntungan yang sah menurut syariah;

c. memberikan zakat.

Pada system operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil.Kegiatan usaha bank umu syariah (booklet perbankan Indonesia 2014 : 11), antara lain :

1. Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi’ah

atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

2. Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa Deposito, Tabungan, atau bentuk lainnya yang (dipersamakan dengan itu berdasarkan akad

mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip

Syariah;

3. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad

musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip


(40)

4. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad murabahah, akad salam, akad

istishna’, atau akad lainyang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; 5. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qardhatau akad lain yang

tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

6. Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada nasabah berdasarkan akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk Ijarah Muntahiya bit Tamlik (IMBT) atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

7. Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

8. Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah;

9. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara lain, seperti akad ijarah, musyarakah, mudharabah,

murabahah, kafalah, atau hawalah;

10.Membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh pemerintah dan/atau BI;

11.Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antar pihak ketiga berdasarkan Prinsip Syariah;

12.Melakukan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu akad yang berdasarkan Prinsip Syariah;


(41)

13.Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah;

14.Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah berdasarkan Prinsip Syariah;

15.Melakukan fungsi sebagai wali amanat berdasarkan akad wakalah;

16.Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan Prinsip Syariah;

17.Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

18.Melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan Prinsip Syariah;

19.Melakukan kegiatan penyertaan modal pada BUS atau lembaga keuangan yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah;

20.Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya;

21.Bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pension berdasarkan Prinsip Syariah;

22.Melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal;

23.Menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan Prinsip Syariah dengan menggunakan sarana elektronik;


(42)

24.Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka pendek berdasarkan Prinsip Syariah, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pasar uang;

25.Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka panjang berdasarkan Prinsip Syariah, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pasar modal; dan

26.Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha bank umum syariah lainnya yang berdasarkan Prinsip Syariah.

2.2.3 Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah

Bank kovensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian bank umum. Bank syariah merupakan bank yang secara operasional berbeda dengan konvensional. Dalam beberapa hal, bank konvensional dan bank syariah memiliki perbedaan yang mendasar diantara keduanya. Perbedaan itu menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja.

a. Akad dan Aspek Legalitas

Akad yang dilakukan dalam bank syariah memiliki konsekuensi duniawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hokum Islam.

b. Lembaga penyelesai sengketa

Penyelesaian perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabah pada perbankan syariah berbeda dengan perbanakan konvensional, di atur oleh Badan Arbritase Muamalah Indonesia atau BAMUI yang didirikan


(43)

secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.

c. Struktur Organisasi

Bank syariah dan bank konvensional dapat memiliki struktur yang sama dalam hal komisaris dan direksi, tetapi yang membedakan adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah. Dewan Pengawas Syariah (DPS) merupakan satu dewan pakar ekonomi dan ulama yang menguasai bidang fiqh mu’amalah (Islamic Commercial Jurisprudence) yang berdiri sendiri dan bertugas mengamati dan mengawasi operasional bank dan semua produk-produknya agar sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariat islam. Di Indonesia, Dewan Pengawas Syariah (DPS) mempunyai peranan yang sangat penting dalam perbankan / institusi keuangan syariah, yaitu : mengawasi sistem keuangan dan produk yang akan dipasarkan agar tetap sesuai dengan sistem syariah.Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank.

d. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai

Bisnis dan usaha yang dilaksanakan bank syariah, tidak terlepas dari syariah. Bank syariah tidak akan mungkin membiayai uasah yang mengandung unsur-unsur yang diharamkan.


(44)

Tabel 2.1

Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah

Bank Syariah Bank Kovensional

1. Melakukan investasi-investasi yang halal saja;

2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual-beli, atau sewa;

3. Profit dan falah oriented;

4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan;

5. Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah.

1. Investasi yang halal dan haram; 2. Memakai perangkat bunga; 3. Profit oriented;

4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan debitor-debitor; 5. Tidak terdapat dewan sejenis

Sumber : Muhammad Syafi’I Antonio (2001), Bank Syariah : Dari Teori ke Praktek (Gema Insani Press bekerja sama dengan Yayasan Tazkia Cendekia).

Perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah adalah perbedaan antara bunga dan bagi hasil. Islam mengharamkan riba (bunga) dan menghalalkan bagi hasil. Keduannya memberikan keuntungan, tetapi memiliki perbedaan mendasar sebagai akibat adanya perbedaan antara investasi dan pembungaan uang (table 2.2). Pada investasi, usaha yang di lakukan mengandung risiko, dan karenanya mengandung unsure ketidakpastian. Sebaliknya, pembungaan uang adalah aktivitas yang tidak memiliki risiko karena adanya persentase suku bunga tertentu yang ditetapkan berdasarkan besarnya modal.


(45)

Tabel 2.2

Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil

Bunga Bagi Hasil

1. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung;

2. Besarnya bunga adalah suatu persentase tertentu terhadap besarnya uang yang dipinjamkan;

3. Besarnya bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa mempertimbangkan apakah proyek/usaha yang dijalankan oleh nasabah/mudharib untung atau rugi;

4. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama termasuk Islam.

1. Penentuan besarnya nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedomaan pada kemungkinan untung-rugi;

2. Besarnya bagi hasil adalah berdasarkan nisbah terhadap besarnya keuntungan yang diperoleh. Besarnya bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek/usaha yang dijalankan;

3. Bila usaha merugi maka kerugian akan ditanggung oleh pemilik dana, kecuali karena kelalaian, salah urus, atau pelanggaran oleh mudharib; 4. Tidak ada yang meragukan

keabsah-an bagi hasil.

Sumber : Muhammad Syafi’I Antonio (2001), Bank Syariah : Dari Teori ke Praktek (Gema Insani Press bekerja sama dengan Yayasan Tazkia Cendekia).

2.3 Tingkat Kesehatan Bank

Tingkat kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun Bank Indonesia sebagai Pembina dan pengawasan bank. Sesuai dengan tanggung jawab, masing-masing pihak tersebut perlu mengingatkan diri dan secara bersama-sama berupaya mewujudkan bank yang sehat. Oleh karena itu, perlu adanya ketentuan mengenai tingkat kesehatan bank, yaitu :

1. Tolak ukur bagi manajemen bank untuk menilai apakah pengelolaan bank telah dilakukan sejalan dengan asas-asas perbankan yang sehat dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku;


(46)

2. Tolak ukur untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank, baik secara individual maupun perbankan secara keseluruhan.

Berdasarkan ketentuan perundang-undangan Bank Indonesia, pelaksanaan penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan dengan cara mengkuantifikasikan dua aspek, yaitu :

1. Aspek yang berpengaruh tehadap kondisi dan perkembangan suatu bank dengan pendekatan kualitatif;

2. Pelaksanaan ketentuan tertentu yang sanksinya dikaitkan dengan penilaian tingkat kesehatan bank.

Tingkat kesehatan bank pada dasarnya dinilai dengan pendekatan kuantitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank. Pendekatan kuantiatif dimaksud dilakukan dengan penilaian terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas, yang disingkat dengan sebutan “CAMEL” (capital, assets quality, management quality, earnings and liquidity). Berdasarkan peraturan bank Indonesia No. 9 tahun 2007 pasal 3, penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor, yaitu : permodalan (capital), kualitas asset (asset quality), manajemen (management), rentabilitas (earning), likuiditas (liquidity), dan sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk).


(47)

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank maka bank wajib memelihara dan/atau meningkatkan tingkat kesehatan bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam melaksanakan kegiatan usaha. Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5184), Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4292), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5029) dan PBI No. 8/6/PBI/2006 tentang Penerapan Manajemen Risiko secara Konsolidasi bagi Bank yang Melakukan Pengendalian terhadap Perusahaan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4602), antara lain diatur bahwa Bank diwajibkan untuk melakukan penilaian sendiri (self-assessment) Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan Risiko (Risk-based Bank Rating/RBBR) baik secara individual maupun secara konsolidasi, dengan cakupan penilaian meliputi faktor-faktor sebagai berikut: Profil Risiko (risk profile), Good Corporate Governance (GCG), Rentabilitas (earnings); dan Permodalan (capital) untuk menghasilkan Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank. Bank wajib melakukan penilaian sendiri (self


(48)

assessment) atas tingkat kesehatan bank paling kurang setiap semester untuk posisi bulan Juni dan Desember.

Dengan adanya aturan PBI ini, yang membuat tingkat kesehatan bank diterapkan dengan menggunakan pendekatan risiko (RBBR), berarti secara otomatis, tingkat kesehatan bank dengan menggunakan analisis CAMEL sudah dicabut atau tidak dipergunakan lagi sejak awal tahun 2012 (Imma , 2012).

2.3.1 Risk-Based Banking Rating

Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No 13/1/PBI/2011, metode penilain kesehatan bank dengan pendekatan berdasarkan risiko (Risk-based Bank Rating) merupakan metode penilaian tingkat kesehatan bank menggantikan metode penilaian yang sebelumnya yaitu metode yang berdasarkan Capital, Asset,

Management, eraning, Liquidity dan Sensitivity to Market Risk (CAMELS).

Metode RBBR atau sering di sebut RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning, dan Capital) ini menggunakan penilaian terhadap empat faktor berdasarkan Surat Edaran BI No 13/24/DPNP adalah sebagai berikut : a. Risk Profile (Profil Risiko)

Profil Risiko yang dinilai terdiri atas : Risiko Kredit, Risiko Operasional, Risiko Likuiditas, Risiko Hukum, Risiko Stratejik, Risiko Kepatuhan, dan Risiko Reputasi. Dalam menilai Profil Risiko, Bank wajib pula memperhatikan cakupan penerapan Manajemen Risiko sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum.


(49)

Berikut ini adalah beberapa parameter/indikator minimum yang wajib dijadikan acuan oleh Bank dalam menilai Profil Risiko. Bank dapat menambah parameter/indikator lain yang relevan dengan karakteristik dan kompleksitas usaha Bank dengan memperhatikan prinsip proporsionalitas :

1. Risiko Kredit

Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. Dalam menilai risiko kredit parameter/indikator yang digunakan adalah: a) komposisi portofolio aset dan tingkat konsentrasi;

b) kualitas penyediaan dana dan kecukupan pencadangan;

c) strategi penyediaan dana dan sumber timbulnya penyediaan dana;

d) faktor eksternal 2. Risiko Pasar

Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan dari kondisi pasar, termasuk Risiko perubahan harga option. Dalam menilai risiko pasar parameter/indikator yang digunakan adalah : a) volume dan komposisi portofolio;

b) kerugian potensial (potential loss) Risiko Suku Bunga dalam Banking Book (Interest Rate Risk in Banking Book-IRRBB)


(50)

3. Risiko Likuiditas

Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank. Risiko ini disebut juga Risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk). Dalam menilai Risiko Likuiditas, parameter yang digunakan adalah:

a) komposisi dari aset, kewajiban, dan transaksi rekening administratif;

b) konsentrasi dari aset dan kewajiban; c) kerentanan pada kebutuhan pendanaan; d) akses pada sumber-sumber pendanaan. 4. Risiko Operasional

Risiko Operasional adalah Risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Sumber Risiko Operasional dapat disebabkan antara lain oleh sumber daya manusia, proses, sistem, dan kejadian eksternal. Dalam menilai Risiko Operasional, parameter/indikator yang digunakan adalah:

a) karakteristik dan kompleksitas bisnis; b) sumber daya manusia;


(51)

c) teknologi informasi dan infrastruktur pendukung; d) fraud, baik internal maupun eksternal;

e) kejadian eksternal. 5. Risiko Hukum

Risiko Hukum adalah Risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga dapat timbul antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendasari atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau agunan yang tidak memadai. Dalam menilai Risiko Hukum, parameter/indikator yang digunakan adalah :

a) faktor litigasi;

b) faktor kelemahan perikatan;

c) faktor ketiadaan/perubahan peraturan perundangundangan. 6. Risiko Stratejik

Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan Bank dalam mengambil keputusan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Sumber Risiko Stratejik antara lain ditimbulkan dari kelemahan dalam proses formulasi strategi dan ketidaktepatan dalam perumusan strategi, ketidaktepatan dalam implementasi strategi, dan kegagalan mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Dalam menilai Risiko Stratejik , parameter/ indikator yang digunakan adalah:


(52)

a) kesesuaian strategi bisnis Bank dengan lingkungan bisnis; b) strategi berisiko rendah dan berisiko tinggi;

c) posisi bisnis Bank;

d) pencapaian rencana bisnis Bank. 7. Risiko Kepatuhan

Risiko Kepatuhan adalah Risiko yang timbul akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. Sumber Risiko Kepatuhan antara lain timbul karena kurangnya pemahaman atau kesadaran hukum terhadap ketentuan maupun standar bisnis yang berlaku umum. Dalam menilai Risiko Kepatuhan, parameter/indikator yang digunakan adalah:

a) jenis dan signifikansi pelanggaran yang dilakukan;

b) frekuensi pelanggaran yang dilakukan atau track record ketidakpatuhan Bank;

c) pelanggaran terhadap ketentuan atau standar bisnis yang berlaku umum untuk transaksi keuangan tertentu.

8. Risiko Reputasi

Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam mengkategorikan sumber Risiko Reputasi bersifat tidak langsung


(53)

(below the line) dan bersifat langsung (above the line). Dalam menilai Risiko Reputasi, parameter/indikator yang digunakan adalah: a) pengaruh reputasi negatif dari pemilik Bank dan perusahaan terkait;

b) pelanggaran etika bisnis;

c) kompleksitas produk dan kerjasama bisnis Bank;

d) frekuensi, materialitas, dan eksposur pemberitaan negatif Bank; e)frekuensi dan materialitas keluhan nasabah.

b. Good Corporate Governance (GCG)

Faktor GCG merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen Bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Prinsip-prinsip GCG dan fokus penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip GCG berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia mengenai Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum dengan memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha Bank.

Penetapan peringkat faktor GCG dilakukan berdasarkan analisis atas: a) pelaksanaan prinsip-prinsip GCG Bank;

b) kecukupan tata kelola (governance) atas struktur, proses, dan hasil penerapan GCG pada Bank;

c) informasi lain yang terkait dengan GCG Bank yang didasarkan pada data dan informasi yang relevan.


(54)

c. Rentabilitas (earning)

Faktor Rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja Rentabilitas, sumber-sumber Rentabilitas, kesinambungan (sustainability) Rentabilitas, dan manajemen Rentabilitas. Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat, trend, struktur, stabilitas Rentabilitas Bank, dan perbandingan kinerja Bank dengan kinerja peer group¸ baik melalui analisis aspek kuantitatif maupun kualitatif.

d. Permodalan (Capital)

Faktor Permodalan meliputi evaluasi terhadap kecukupan Permodalan dan kecukupan pengelolaan Permodalan. Dalam melakukan perhitungan Permodalan, Bank wajib mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bagi Bank Umum. Selain itu, dalam melakukan penilaian kecukupan Permodalan, Bank juga harus mengaitkan kecukupan modal dengan Profil Risiko Bank. Semakin tinggi Risiko Bank, semakin besar modal yang harus disediakan untuk mengantisipasi Risiko tersebut.

2.4 Kinerja Keuangan

Zarkasyi (2008 : 48) berpendapat bahwa : “Kinerja keuangan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu organisasi dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan.”


(55)

Gitosudarmo dan Basri (2002 : 275) berpendapat bahwa : ”Kinerja keuangan adalah rangkaian aktivitas keuangan pada suatu periode tertentu dilaporkan dalam laporan keuangan yang terdiri dari laba rugi dan neraca.”

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Analisis laporan keuangan adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca dan laporan laba rugi terhadap yang satu dengan yang lain, yang memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian terhadap keadaan suatu perusahaan tertentu.

Menurut Prastowo (1995) analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membentuk dan mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan produksi yang paling mungkin mengenai produksi dan kinerja perusahaan pada masa sekarang.

2.4.1 Analisis Laporan Keuangan

Laporan keuangan berisi informasi penting untuk masyarakat, pemerintah, pemasok dan kreditur, pemilik perusahaan atau pemegang saham, manajemen perusahaan, investor, pelanggan dan karyawan yang diperlukan secara tetap untuk mengukur kondisi dan efisiensi operasi perusahaan. Laporan ini digunakan bagi pihak internal dan eksternal untuk dapat menilai suatu perusahaan, seperti menilai keberhasilan perusahaan dalam usahanya atau menilai perkembangan perusahaan tersebut (Duwi , 2009).

Tujuan laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) per 1 Oktober 2004, yang dirumuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah


(56)

menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah

besar pemakai dalam pengambilan putusan ekonomi

Menurut Sundjaja (2002:680) ”Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data-data atau aktivitas tersebut”.

Dalam rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan, berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 3/22/PBI/2001 tanggal 14 Desember 2001, bank wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan dengan bentuk dan cakupan yang terdiri dari:

1. Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Tahunan adalah laporan lengkap mengenai kinerja suatu bank dalam kurun waktu satu tahun.

2. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku dan dipublikasikan setiap triwulan.

3. Laporan Keuangan Publikasi Bulanan adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan Laporan Bulanan Bank Umum yang disampaikan bank kepada Bank Indonesia dan di-publikasikan setiap bulan.

4. Laporan Keuangan Konsolidasi Bank merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan atau memiliki Anak Perusahaan, wajib menyusun laporan keuangan konsolidasi berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan


(57)

yang berlaku serta menyampaikan laporan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia.

2.4.2 Rasio Keuangan

Pada dasarnya rasio keuangan adalah perbandingan pos-pos di laporan keuangan yang diharapkan akan muncul interpretasi tertentu. Ada beberapa kelompok rasio keuangan, sebagai berikut : Aktivitas (Activity), Likuiditas (Liquidity), Profitabilitas (Profitability), Solvabilitas (Solvency), dan Ukuran Pasar (Market Measure) (Toto Prihadi, 2012 : 158).

Rasio keuangan memberi cara bagi analisis untuk membuat perbandingan yang berarti bagi data keuangan perusahaan pada waktu yang berbeda atau dengan perusahaan yang berbeda. Jadi merupakan upaya menstandarisasikan informasi keuangan sehingga menghasilkan perbandingan yang berguna (Martin , 1993:504).

Berdasarkan sumber datanya maka rasio-rasio dapat dibedakan menjadi : 1. rasio-rasio neraca (balance sheet ratio), yaitu rasio-rasio yang datanya

berasal dari pos-pos yang ada dineraca,

2. rasio-rasio laba rugi (income statement ratio), yaitu rasio-rasio yang datanya berasal pos-pos rugi laba,

3. rasio-rasio antarlaporan (inter statement ratio), yaitu gabungan dari pos-pos yang terdapata di neraca dan rugi laba.


(58)

Menurut Weston, rasio-rasio keuangan ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut :

1. Rasio Likuiditas, bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya,

2. Rasio Leverage, bertujuan mengukur seberapa jauh kebutuhan keuangan perusahaan dibiayai dengan dana pinjaman,

3. Rasio Aktivitas, bertujuan mengukur efektivitas perusahaan dalam mengoperasikan dana,

4. Rasio Profitabilitas, bertujuan mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan hasil dari investasi melalui kegiatan penjualan,

5. Rasio Pertumbuhan, bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kedudukannya dalam pertumbuahan perekonomian dan dalam industry,

6. Rasio Evaluasi, bertujuan mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan karena rasio ini merupakan perncerminan dari rasiko-risiko dan rasio imbalan hasil.

Menurut Hampton, rasio keuangan dapat digolongkan menjadi 3 kategori, yaitu :

1. Rasio Likuiditas, bertujuan menguji kecukupan dana, solvency

perusahaan, kemampuan perusahaan membayar kewajiban-kewajiban yang segera harus dipenuhi. Terdiri dari : rasio lancar (current ratio),


(59)

rasio tunai (quick ratio), perputaran piutang (reveivable turn over), dan perputaran persediaan (inventory turn over),

2. Rasio Profitabilitas, bertujuan mengukur efisiensi aktivitas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Misalnya, margin keuntungan (profit margin), margin laba kotor (gross profit margin), perputaran aktiva (operating assets turn over), imbalan hasil dari investasi (return on investment), dan rentabilitas modal sendiri (return on equity),

3. Rasio Kepemilikan, berkaitan langsung ataupun tidak langsung dengan keuntungan dan likuiditas. Rasio ini membantu pemilik saham dalam mengevaluasi ektivitas dan kebijaksanaan perusahaan yang berpengaruh terhadap harga saham di pasaran, misalnya, keuntungan per lembar saham (earning per share), nilai buku per lembar saham (book value per share), serta rasio utang dan modal sendiri (capital structure ratio).

Rasio-rasio yang sering dihitung dan yang dapat dibandingkan oleh perbankan untuk mengukur kinerja keuangannya, antara lain adalah sebagai berikut:


(60)

2.4.2.1 Rasio Profitabilitas (Profitability)

Rasio profitabilitas ini penting untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan suatu bank di dalam menghasilkan keuntungan, baik berasal dari kegiatan operasional bank yang bersangkutan maupun dari hasil kegiatan non operasionalnya (Teguh, 1996:432).

Adapun berbagai rasio profitabilitas ini antara lain:

1) Return On Asset (ROA)

���= ����������������

����������� � 100%

Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total aset yang dimiliki bank bersangkutan.

2) Return On Equity (ROE)

���= ����������ℎ�����

������� � 100%

Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden.

3) Net Interest Margin (NIM)

��� = ��������������� − ����������

��������������� � 100%

Rasio ini menunjukkan kemampuan suatu bank di dalam mengelola earning asset bank untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih.


(61)

2.4.2.2 Rasio Efisiensi (Efficiency)

Besarnya profitabilitas usaha suatu bank antara lain juga dipengaruhi oleh tingkat efisiensi yang ada. Oleh karena itu apabila profitabilitas yang ada tersebut rendah maka perlu diadakan pengukuran efisiensi yang ada. Rasio efisiensi ini bergerak sejajar dengan rasio profitabilitas sebab kalau rasio efisiensi tinggi maka profitabilitasnya diharapkan tinggi dan sebaliknya apabila efisiensi yang ada rendah maka profitabilitasnya juga rendah (Teguh, 1996:435).

Adapun Rasio Efisiensi ini adalah :

1) Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

���� = ����������������

��������������������� � 100%

Rasio ini mengukur kemampuan bank dalam melakukan kegiatan opera-sionalnya. Semakin kecil rasio BOPO maka akan semakin baik, hal ini karena bank yang bersankutan dapat menutup biaya beban operasionalnya dengan pendapatan operasional bank.

2.4.2.3 Rasio Kualitas aset (Asset Quality)

Rasio ini menunjukkan kualitas aset yang dimiliki suatu bank, sehubungan dengan risiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit dan investasi dana bank pada portofolio yang berbeda (Selamet, 2004:169).

Adapun Rasio Kualitas Aset ini adalah :

1) Non Performing Loans (NPL)

���=�����������������


(1)

Agelina, Anita, Melly, Fitrina, Tinia, Lucy, Martha, Admiron, Iman, Dody, Maria, Anyta dan Friska atas segala dukungan doa, dan motivasi.

11.Adik-adik kelompok di UKM KMK Fakultas Ekonomi dan Bisnis : Ervina, Erikson, dan Novi. Terima kasih atas dukungan semangat dan dukungan doanya.

12.Adik-adik kelompok di PD Maranatha : Nova A, Nova T, Ratna, Adi S, dan Astika serta teman-teman di PD Maranatha yang lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Terimakasih atas dukungan semangat dan dukungan doanya.

13.Adik-adik kost di Harmonika 38 : Yohanna, Nova M, Mega, Triani, Ester, Devi, Grace, Naomi, Dumaris, Yenni, Lorina, Theresia, Sara, Valencia, Priska dan Ade Palevi, serta Ibu Kost Theresia Silahahi. Terima kasih atas dukungan semangat dan dukungan doanya.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya.

Medan, 18 Januari 2016 Penulis


(2)

vi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Lembaga Keuangan ... 11

2.2 Bank ... 11

2.2.1 Bank Konvensional ... 12

2.2.2 Bank Syariah ... 15

2.2.3 Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah ... 19

2.3 Tingkat Kesehatan Bank ... 22

2.3.1 Risk-Based Banking Rating ... 25

2.4 Kinerja Keuangan ... 31

2.4.1 Analisis Laporan Keuangan ... 32

2.4.2 Rasio Keuangan ... 34

2.4.2.1 Rasio Profitabilitas ... 37

2.4.2.2 Rasio Efisiensi ... 38

2.4.2.3 Rasio Kualitas Aset ... 38

2.4.2.4 Rasio Likuiditas ... 39

2.4.2.5 Rasio Permodalan ... 39

2.5 Penelitian Terdahulu ... 40

2.6 Kerangka Konseptual ... 44

2.7 Hipotesis ... 47

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

3.1 Jenis Penelitian ... 48

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

3.3 Batasan Operasional ... 48

3.4 Definisi Operasional ... 49

3.5 Populasi dan Sampel ... 51


(3)

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 53

3.8 Teknik Analisis Data ... 53

3.8.1 Statistik Deskriptif ... 53

3.8.2 Uji Hipotesis ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian ... 55

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 60

4.2.1 Analisis Deskriptif ... 60

4.2.2 Uji Independent Sample T-test ... 66

4.2.3 Pembahasan ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(4)

viii DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Kriteria Penilaian Kesehatan Bank Berdasarkan

Tingkat Rasio Keuangan ... 5

1.2 Perbandingan Kinerja Bank Konvensional dan Bank Syariah Periode Tahun 2012 – November 2013 ... 6

1.3 Jaringan Kantor Lembaga Perbankan Syariah ... 7

2.1 Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah ... 21

2.2 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil ... 22

2.3 Penelitian Terdahulu ... 42

3.1 Definisi Operasional... 49

3.2 Data Sampel Bank ... 52

4.1 Rata-rata Rasio Keuangan Bank Konvensional Pada Tahun 2010-2013 ... 61

4.2 Rata-rata Rasio Keuangan Bank Syariah Pada Tahun 2010-2013 ... 63

4.3 Perbandingan Rata-rata Rasio Keuangan Bank Konvensional Dengan Bank Syariah ... 65

4.4 Independent Samples Test ... 66


(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman


(6)

x DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Rasio Keuangan Tujuh Bank KonvensionalDi Indonesia

Periode 2010-2013 ... 79 2 Rasio Keuangan Tujuh Bank Syariah Di Iindonesia